• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN DIDAKTIS JENIS – JENIS SEGITIGA UNTUK MENINGKATKAN LEVEL BERPIKIR GEOMETRI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DESAIN DIDAKTIS JENIS – JENIS SEGITIGA UNTUK MENINGKATKAN LEVEL BERPIKIR GEOMETRI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN DIDAKTIS JENIS

JENIS SEGITIGA UNTUK

MENINGKATKAN LEVEL BERPIKIR GEOMETRI

SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

oleh

ACHMAD RUSLIANTO

1004897

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

DESAIN DIDAKTIS JENIS

JENIS SEGITIGA UNTUK

MENINGKATKAN LEVEL BERPIKIR GEOMETRI

SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Oleh Achmad Ruslianto

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Achmad Ruslianto 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

(3)

ACHMAD RUSLIANTO

DESAIN DIDAKTIS JENIS

JENIS SEGITIGA UNTUK

MENINGKATKAN LEVEL BERPIKIR GEOMETRI

SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing: Pembimbing I,

Dr. Endang Mulyana, M.Pd NIP. 195401211969031005

Pembimbing II,

Dr. H. Sufyani Prabawanto, M.Ed NIP. 196008301986031003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Desain Didaktis Jenis-Jenis Segitiga untuk Meningkatkan Level Berpikir Geometri Siswa Sekolah Menengah Pertama”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya proses pembelajaran yang kurang bermakna, pemberian tugas dan aktivitas pembelajaran yang tidak mendorong level berpikir geometri siswa, dan level berpikir geometri siswa yang masih rendah. Berdasarkan hal tersebut tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk membuat desain didaktis alternatif yang diharapkan dapat meningkatkan level berpikir geometri siswa. Desain didaktis alternatif juga disusun berdasarkan learning trajectory jenis-jenis segitiga. Kemudian desain didaktis alternatif yang telah disusun diimplementasikan kepada siswa kelas VII SMP yang belum pernah mendapat pembelajaran jenis-jenis segitiga. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa terjadi peningkatan level berpikir geometri siswa. Desain didaktis ini dapat dijadikan salah satu alternatif bahan ajar pada pembelajaran konsep jenis-jenis segitiga.

(5)

Achmad Ruslianto, 2014

Desain didaktis jenis – jenis segitiga untuk meningkatkan level berpikir geometri Siswa sekolah menengah pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

This study entitled “Didactic Design Types of Triangles to Increase The Level of Geometric Thinking Junior High School Student”. This research is motivated by the learning process less meaningful, assignments and learning activities that do not encourage geometric thinking level of students, and geometric thinking level of students is still low. Based on the purpose of this study was to create a didactic design alternatives that are expected to enhance the students' geometric thinking level. Didactic design alternatives are also prepared based learning trajectory types of triangles. Then didactic design alternatives have been developed to implement the class VII student who has never received learning the types of triangle. The research method used in this study is qualitative data collection techniques through observation, interviews, and documentation studies. The result showed that an increase in the level of geometric thinking students. This didactic design can be used as an alternative instructional materials on learning the concept of the types of triangles.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Batasan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Didactical Design Research (DDR) ... 10

B. Learning Obstacle (LO) ... 12

C. Level Berpikir Geometri Van Hiele ... 13

D. Teori Belajar Matematika ... 18

1. Teori Ausubel ... 18

2. Teori Bruner ... 19

3. Teori Van Hiele ... 20

4. Teori APOS ... 21

(7)

Achmad Ruslianto, 2014

Desain didaktis jenis – jenis segitiga untuk meningkatkan level berpikir geometri Siswa sekolah menengah pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN A. Tugas dan Aktivitas Pembelajaran yang Diberikan oleh Guru pada Pembelajaran Jenis-Jenis Segitiga ... 30

B. Pengembangan Desain Didaktis Jenis – jenis Segitiga ... 34

1. Pengembangan Desain Didaktis Ketaksamaan Segitiga ... 38

2. Pengembangan Desain Didaktis Jenis – Jenis Segitiga Berdasarkan Ukuran Sisi dan Sudutnya ... 41

3. Pengembangan Desain Didaktis Sifat – Sifat dan Pengertian Berdasarkan Ukuran Sisinya ... 42

4. Pengembangan Desain Didaktis Hubungan antara Segitiga, Segitiga Samakaki dan Segitiga Samasisi ... 43

5. Pengembangan Desain Didaktis Sifat – Sifat dan Pengertian Berdasarkan Ukuran Sudutnya ... 44

6. Pengembangan Desain Didaktis Hubungan antara Segitiga, Segitiga Lancip, Segitiga Siku – Siku dan Segitiga Tumpul... 45

7. Pengembangan Desain Didaktis Hubungan antara Segitiga Berdasarkan Ukuran Sisi dan Sudutnya ... 46

C. Hasil Implementasi Desain Didaktis Jenis – Jenis Segitiga... 46

(8)

Berdasarkan Ukuran Sisi dan Sudutnya ... 52 3. Hasil Implementasi Sifat – Sifat dan Pengertian

Berdasarkan Ukuran Sisinya ... 54 4. Hasil Implementasi Hubungan antara Segitiga,

Segitiga Samakaki dan Segitiga Samasisi ... 56 5. Hasil Implementasi Sifat – Sifat dan Pengertian

Berdasarkan Ukuran Sudutnya ... 58 6. Hasil Implementasi Hubungan antara Segitiga, Segitiga

Lancip, Segitiga Siku – Siku dan Segitiga Tumpul... 59 7. Hasil Implementasi Hubungan antara Segitiga

Berdasarkan Ukuran Sisi dan Sudutnya ... 61 D. Pembahasan Desain Didaktis Materi Peluang ... 61 1. Pembahasan Implementasi Ketaksamaan Segetiga ... 61 2. Pembahasan Implementasi Jenis – Jenis Segitiga

Berdasarkan Ukuran Sisi dan Sudutnya... 65 3. Pembahasan Implementasi Sifat – Sifat dan Pengertian

Berdasarkan Ukuran Sisinya ... 67 4. Pembahasan Implementasi Hubungan antara Segitiga,

Segitiga Samakaki dan Segitiga Samasisi... 69 5. Pembahasan Implementasi Sifat – Sifat dan Pengertian

Berdasarkan Ukuran Sudutnya ... 71 6. Pembahasan Implementasi Hubungan antara Segitiga, Segitiga

Lancip, Segitiga Siku – Siku dan Segitiga Tumpul ... 73 7. Pembahasan Implementasi Hubungan antara Segitiga

(9)

Achmad Ruslianto, 2014

Desain didaktis jenis – jenis segitiga untuk meningkatkan level berpikir geometri Siswa sekolah menengah pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 89

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 192

DAFTAR TABEL Tabel halaman 1.1 Hasil Tes Level Berpikir Geometri Van Hiele ... 4

4.1 Hasil Pre-test dan Post-test Level Berpikir Geometri Van Hiele ... 77

4.2 Deskripsi Level Berpikir Geometri Van Hiele ... 78

4.3 Deskripsi Peningkatan Level Berpikir Geometri Van Hiele ... 79

4.4 Data Mentah Pre-test dan Post-test Siswa yang Mengalami Penurunan Level... 80

(10)

Gambar Halaman

1.1 Gambar Persegi dan Persegi Panjang ... 2

2.1 Segitiga Didaktis yang Dimodifikasi ... 11

2.2 Persegi dan Persegi Panjang ... 14

3.1 Skema Tringulasi Teknik ... 28

4.1 Aktivitas Siswa yang Mencerminkan Kegiatan pada LKS ... 31

4.2 Alur Pembelajaran Jenis – Jenis Segitiga ... 35

4.3 Worksheet 1 ... 38

4.4 Worksheet 2 dan 3 ... 39

4.5 Worksheet 4 ... 40

4.6 Worksheet 5 ... 40

4.7 Worksheet 6 ... 41

4.8 Worksheet 7.a ... 43

4.9 Worksheet 7.b ... 43

4.10 Worksheet 8 ... 44

4.11 Worksheet 9 ... 45

4.12 Worksheet 10 ... 45

4.13 Worksheet 11 ... 46

4.14 Contoh Jawaban Siswa Worksheet 1... 49

4.15 Contoh Jawaban Siswa pada Worksheet 2 ... 50

4.16 Contoh Jawaban Siswa pada Worksheet 3 ... 51

4.17 Contoh Jawaban Siswa pada Worksheet 4 ... 52

4.18 Contoh Jawaban siswa pada Worksheet 7.b ... 55

4.19 Contoh Jawaban Siswa pada Worksheet 8 ... 57

4.20 Contoh Jawaban Siswa pada Worksheet 10 ... 60

(11)

Achmad Ruslianto, 2014

Desain didaktis jenis – jenis segitiga untuk meningkatkan level berpikir geometri Siswa sekolah menengah pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan Segitiga Tumpul... 73 4.22 Diagram Batang Hasil Pre-test dan Post-test Level Berpikir

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A... 90

A.1 Desain Didaktis Awal... 91

A.2 Tabel Situasi Didaktis, Prediksi Respon Siswa, dan Antisipasinya (Awal)... 100

A.3 Tabel Analisis Hasil Implementasi Desain Didaktis Alternatif ... 120

A.4 Hasil Tes Level Berpikir Geometri van Hiele Pra-implementasi... 140

A.5 Hasil Pre -test Level Berpikir Geometri van Hiele ...………... 145 A.6 Hasil Post -test Level Berpikir Geometri van Hiele... 146

Lampiran B ... 147

B.1 Desain Didaktis Revisi ... 148

B.2 Tabel Situasi Didaktis, Prediksi Respon Siswa, dan Antisipasinya (Revisi) ... 162

Lampiran C... 185

C.1 Surat Izin Penelitian... 186

C.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 187

C.3 Kartu Bimbingan ... 188

Lampiran D Dokumentasi ... 189

(13)

Achmad Ruslianto, 2014

Desain didaktis jenis – jenis segitiga untuk meningkatkan level berpikir geometri Siswa sekolah menengah pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHALUAN

A. Latar Belakang

Menurut James dan James, Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep – konsep yang berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri (Suherman, dkk , 2001 : 18). Hal ini menjelaskan bahwa geometri merupakan salah satu cabang matematika, sehingga pembelajaran matematika tidak akan pernah terlepas dari geometri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sudarman, (Abidin dan Abu, 2010 : 3) banyak siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) tidak mengerti konsep dasar geometri. Hal ini menunjukkan bahwa geometri adalah salah satu materi yang dianggap cukup sulit oleh siswa. Selaras dengan Battista and Michelemore stated that learning geometry was not easy and many of

students fail to develop adequate understanding of geometry concepts, geometry

reasoning and geometry problem solving skills (Abidin dan Abu, 2010 : 1).

Dari permasalahan di atas muncul pertanyaan, bagaimana cara membelajarkan geometri agar siswa merasa lebih mudah memahami geometri? Mayberry (1981) had recommended that the secondary school geometry teachers need to be trained to

understanding the van Hiele levels and also to develop their student’s van Hiele

levels (Abidin dan Abu, 2010 : 4). Hal ini menjelaskan guru memiliki peranan

(14)

2

dalam belajar geometri, yaitu tahap pengenalan (visualisasi), tahap analisis, tahap pengurutan (deduksi Informal), tahap deduksi, dan tahap akurasi.

1. Level 0 : Tahap pengenalan (visualisasi)

Dalam tahap ini siswa mulai belajar mengenai suatu bentuk geometri secara keseluruhan dan mampu membuatnya, namun belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang dilihatnya itu. Jika siswa diberikan gambar seperti di bawah ini.

Gambar 1.1

Gambar Persegi dan Persegi Panjang

Dengan melihat gambar di atas, siswa mampu mengetahui bahwa gambar (a) adalah gambar persegi dan gambar (b) adalah gambar persegi panjang. Selanjutnya jika siswa diminta untuk menggambar ulang gambar tersebut maka pada tahap ini siswa mampu menggambarnya. Namun pada tahap ini siswa belum mengetahui sifat-sifat dari bangun di atas, seperti pada gambar tersebut mempunyai sudut siku-siku atau sisi-sisi yang berhadapan sejajar.

2. Level 1: Tahap Analisis

Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki bangun geometri yang diamatinya. Ia sudah mampu menyebutkan keteraturan yang terdapat

(15)

3

Achmad Ruslianto, 2014

Desain didaktis jenis – jenis segitiga untuk meningkatkan level berpikir geometri Siswa sekolah menengah pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada bangun geometri itu. Misalnya pada saat siswa mengamati kedua gambar di atas siswa mampu mengetahui bahwa kedua bangun tersebut mempunyai sudut siku-siku, dan sisi-sisi yang berhadapan saling sejajar dan mempunyai panjang yang sama. Namun, dalam tahap ini siswa belum mampu mengetahui hubungan yang terkait antara persegi panjang dan persegi. Siswa belum mengetahui bahwa persegi adalah persegi panjang. Dengan kata lain siswa belum mengetahui hubungan antara bangun geometri yang satu dengan yang lainnya, siswa hanya mampu melihat sifat-sifat yang dimiliki oleh bangun tersebut.

3. Level 2: Tahap Pengurutan (deduksi Informal)

Pada tahap ini siswa dapat membangun keterkaitan sifat dari gambar geometri yang diberikan dan mampu mengurutkan (mengelompokkan). Misalnya, dalam sebuah persegi, sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan ukuran setiap sudut sama dengan 900 atau siku-siku. Dengan demikian Siswa dapat menarik kesimpulan bahwa persegi adalah persegi panjang, karena sifat persegi panjang merupakan sifat-sifat persegi . Namun, pada tahap ini siswa belum mampu menarik kesimpulan secara menyeluruh (deduksi formal) dan memahami peranan axioma.

4. Level 3 : Tahap Deduksi

(16)

4

pembuktian. Namun, siswa belum mengerti mengapa postulat tersebut benar dan mengapa dapat dijadikan sebagai modal pembuktian.

5. Level 4: Tahap Akurasi atau Rigor

Dalam tahap ini anak sudah mulai menyadari betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Misalnya, ia mengetahui aksioma-aksioma atau postulat-postulat dari geometri Euclid. Tahap akurasi merupakan tahap berpikir yang tinggi, rumit dan kompleks. Oleh karena itu tidak mengherankan jika tidak semua anak sampai pada tahap ini meskipun sudah pada jenjang sekolah menengah atas.

Namun, pada pelaksanaan pembelajaran di lapangan jarang sekali guru yang mengetahui dan mempertimbangkan teori van Hiele dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abidin dan Abu (2010:7) terhadap guru matematika mengenai pengetahuan guru tentang teori van Hiele 1,9% guru mengetahui teori van Hiele, 98,1 % tidak mengetahui teori van Hiele dan 100% guru tidak mempertimbangkan level berpikir geometri dalam pembelajaran matematika. Selanjutnya untuk menunjukkan apakah pembelajaran geometri di sekolah memperhatikan teori van Hiele, peneliti melakukan tes level berpikir geometri van Hiele yang disusun oleh Usiskin dan diterjemahkan oleh Mulyana di salah satu SMPN bandung. Tes ini dilakukan di dua kelas VII, dua kelas VII, dan satu kelas IX. Hasil yang diperoleh dari tes tersebut disajikan dalam Tabel 1.1berikut ini:

Tabel 1.1

Hasil tes Level Berpikir Geometri Van Hiele Level Jumlah siswa Persentase

(17)

5

Achmad Ruslianto, 2014

Desain didaktis jenis – jenis segitiga untuk meningkatkan level berpikir geometri Siswa sekolah menengah pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 34 23,94 %

Berdasarkan penelitian, biasanya siswa Sekolah Dasar (SD) berada pada level 0, siswa Sekolah Menengah Pertama berada pada level 0 dan 1, dan siswa Sekolah Menegah Atas berada pada level 2 (Khotimah, 2013: 3). Dari Tabel 1.1 jelas terlihat bahwa level berpikir geometri siswa masih rendah. Hanya terdapat 23,94 % siswa yang berada pada level 1 dan 0,7 % siswa yang berlevel 2. Terdapat 31,68 % siswa yang berlevel Pra-0 dan 43,66% siswa yang berlevel 0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa level berpikir geometri van Hiele siswa sebagian besar berada pada level 0 dan Pra-0.

(18)

6

Namun, kondisi di lapangan dalam proses penyiapan bahan ajar pada umumnya mengikuti model sajian yang tersedia dalam buku-buku acuan tanpa melalui proses rekontekstualisasi dan repersonalisasi. Menurut suryadi dan Suratno (2013:2) :

“ Pengabaian terhadap proses rekontekstualisasi dan repersonalisasi tersebut menghambat guru memahami hakikat materi ajar serta alasan mengapa materi tersebut penting untuk disajikan. Hal ini yang menyebabkan proses belajar matematika cenderung diarahkan pada berpikir imitatif, misalnya meniru contoh di buku teks, yang berdampak pada kurangnya antisipasi didaktis yang tercermin dalam persiapan yang dilakukan guru. Antisipasi didaktis mencerminkan kesiapan mental guru dalam menghadapi berbagai kemungkinan respon siswa dalam memikirkan materi yang disajikan”.

Salah satu contoh pembelajaran jenis-jenis segitiga yang diambil dari kegiatan lesson study menunjukkan bahwa pembelajaran tersebut jika ditinjau dari level

(19)

7

Achmad Ruslianto, 2014

Desain didaktis jenis – jenis segitiga untuk meningkatkan level berpikir geometri Siswa sekolah menengah pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kerumitan produksi pengetahuan agar mudah dijangkaun oleh pengguna pengetahuan. Akibatnya guru kurang mempersiapkan antisipasi didaktis.

Kurangnya antisipasi didaktis guru dapat berdampak kurang optimalnya proses belajar bagi masing-masing siswa. Hal tersebut antara lain disebabkan sebagian respon siswa atas situasi didaktik yang dikembangkan di luar jangkauan pemikiran guru atau tidak tereksplor sehingga ragam kesulitan belajar yang muncul tidak direspon guru secara tepat atau tidak direspon sama sekali yang akibatnya proses belajar bisa tidak terjadi.

Dalam pembelajaran proses berpikir guru yaitu sebelum, saat dan sesudah pembelajaran menjadi kunci keberhasilan pembelajaran. Agar proses berpikir guru tersebut dapat mendorong terjadinya situasi belajar yang optimal, maka diperlukan suatu upaya maksimal yang harus dilakukan sebelum pembelajaran. Upaya tersebut berupa Antisipasi Didaktik dan Pedagogis (ADP). ADP pada hakekatnya merupakan sintesis hasil dari pemikiran guru berdasarkan berbagai kemungkinan yang diprediksi akan terjadi pada peristiwa pembelajaran (suryadi, 2010a: 73).

Proses pengembangan analisis respon siswa atas situasi didaktis yang dikembangkan dan pengembangan ADP, menunjukkan pengembangan rencana pembelajaran sebenarnya tidak hanya terkait masalah teknis yang berujung pada terbentuknya RPP (Suryadi dan Turmudi,2011:11). Hal tersebut lebih menggambarkan suatu proses berpikir yang sangat mendalam dan konprehensif tentang apa yang akan disajikan, bagaimana kemungkinan respon siswa, serta bagaimana kemungkinan antisipasinya.

(20)

8

dilakukan (Suryadi dan Suratno, 2013:3). Hal ini dilakukan untuk melihat apakah pada saat pembelajaran berlangsung sesuai dengan rancangan yang telah dibuat atau tidak? Selain itu, juga untuk melihat apakah prediksi respon siswa muncul pada saat pembelajaran atau tidak? Atau muncul respon siswa diluar prediksi kita? Serta untuk melihat hambatan-hambatan yang terjadi pada saat pembelajaran. Jika hal ini dilakukan berulang-ulang maka akan dapat memperbaiki desain/rancangan pembelajaran selanjutnya.

Menyadari bahwa proses berpikir guru terjadi pada tiga fase (yakni sebelum, saat dan sesudah pembelajaran) dan hasil analisis dari proses tersebut berpotensi menghasilkan desain didaktis inovatif, maka ketiga proses tersebut sebenarnya dapat diformulasikan sebagai langkah untuk menghasilkan suatu desain didaktis baru. Dengan demikian, penulis bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul,” Desain Didaktis Jenis-Jenis Segitiga untuk Meningkatkan Level Berpikir Geometri

Siswa Sekolah Menengah Pertama”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tugas dan aktivitas pembelajaran yang diberikan oleh guru pada pembelajaran jenis-jenis segitiga?

2. Bagaimana pengembangan desain didaktis alternatif untuk meningkatkan level berpikir geometri siswa?

3. Bagaimana hasil implementasi desain didaktis alternatif ditinjau dari respon siswa yang muncul ?

(21)

9

Achmad Ruslianto, 2014

Desain didaktis jenis – jenis segitiga untuk meningkatkan level berpikir geometri Siswa sekolah menengah pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Bagaimana deskripsi peningkatan kemampuan berpikir geometri siswa berdasarkan level berpikir Geometri van Hiele?

6. Bagaimana desain didaktis revisi jenis – jenis segitiga berdasarkan analisis masalah pada hasil implementasi dan tes level berpikir geometri ?

C. Batasan Masalah

Agar fokus dari penelitian ini jelas, peneliti membatasi permasalahan di atas dalam hal-hal berikut ini:

1. Penyusunan desain didaktis awal dalam pembelajaran jenis – jenis segitiga di Sekolah Menengah Pertama disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas VII. 2. Pengukuran keberhasilan implementasi desain didaktis didasarkan pada proses

berpikir siswa dan adanya peningkatan level berpikir geometri siswa.

3. Perkembangan kemampuan berpikir geometri pada penelitian ini sesuai dengan level berpikir geometri van Hiele, yaitu level 0 ( pengenalan/visualisasi), level 1 (analisis), dan level 2 ( deduktif informal / pengelompokan).

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Mengetahui tugas dan aktivitas pembelajaran yang diberikan oleh guru pada

pembelajaran jenis-jenis segitiga.

2. Mengetahui pengembangan desain didaktis alternatif untuk meningkatkan level berpikir geometri siswa.

3. Mengetahui hasil implementasi desain didaktis alternatif ditinjau dari respon siswa yang muncul.

(22)

10

5. Mengetahui deskripsi peningkatan kemampuan berpikir geometri siswa berdasarkan level berpikir Geometri van Hiele

6. Mengetahui desain didaktis revisi jenis – jenis segitiga berdasarkan analisis masalah pada hasil implementasi.

E. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan ada manfaat yang dapat diambil yaitu:

1. Bagi peserta didik, diharapkan dapat lebih memahami dan menguasai jenis-jenis segitiga dalam pembelajaran matematika serta dapat meningkatkan level berpikir geometri siswa.

2. Bagi guru, diharapkan menjadi motivasi untuk melakukan proses pembelajaran matematika berdasarkan level berpikir geometri van Hiele.

(23)

Achmad Ruslianto, 2014

Desain didaktis jenis – jenis segitiga untuk meningkatkan level berpikir geometri Siswa sekolah menengah pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif berupa Penelitian Desain Didaktis (Design Didactis Research). Penelitian Desain Didaktis pada dasarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu :

1. Analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran berlangsung yang wujudnya berupa desain didaktis hipotesis termasuk Antisipasi Didaktis dan Pedagogis (ADP).

2. Analisis metapedadidaktik.

3. Analisis retrosfektif, yaitu analisis yang mengnitkan hasil analisis situasi didaktis hipotesis dengan hasil analisis metapedadidaktik.

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian yaitu untuk mengkaji level berpikir geometri siswa dan learning trajectory berupa alur pembelajaran jenis-jenis segitiga, dan menyusun desain didaktis berdasarkan level berpikir geometri dan learning trajectory sehingga diharapkan dapat memperbaiki pembelajaran sebelumnya dan meningkatkan level berpikir geometri van Hiele siswa SMP.

Penelitian ini terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu : 1. Tahap Perencanaan

a. Memilih materi matematika yang akan dijadikan sebagai materi penelitian, dalam hal ini materi yang dipilih adalah jenis-jenis segitiga.

(24)

25

2. Tahap Persiapan

a. Menganalisis dan membuat repersonalisasi dari materi yang telah dipilih. b. Menganalisis video pembelajaran jenis-jenis segitiga.

c. Melakukan tes level berpikir geometri van Hiele.

d. Menganalisis hasil tes level berpikir geometri van Hiele.

e. Membuat dan mengkonsultasikan desain didaktis awal yang telah dibuat kepada dosen pembimbing dan dosen pada saat workshop berlangsung. Desain didaktis awal dibuat dengan mempertimbangkan learning obstacle, learning trajectory dan karakteristik siswa.

f. Memilih subjek penelitian secara acak.

3. Tahap Pelaksanaan

a. Melakukan tes level berpikir geometri van Hiele kepada kelas VII SMP yang akan dijadikan kelas uji coba desain didaktis awal.

c. Melakukan uji coba desain didaktis awal.

d. Melakukan tes level berpikir geometri van Hiele kepada kelas VII SMP yang telah melakukan uji coba desain didaktis awal.

e. Menganalisis hasil tes level berpikir geometri van Hiele sebelum dan sesudah uji coba desain didaktis awal.

f. Menganalisis hasil uji coba desain didaktis awal.

g. Melakukan perbaikan dan menyusun desain didaktis baru yang lebih baik dari sebelumnya.

(25)

26

Achmad Ruslianto, 2014

Desain didaktis jenis – jenis segitiga untuk meningkatkan level berpikir geometri Siswa sekolah menengah pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Definisi Operasional

1. Learning obstacle merupakan hambatan atau kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar.

2. Learning trajectory merupakan alur atau lintasan belajar anak untuk mencapai tujuan atau suatu kemampuan tertentu yang difasilitasi melalui serangkaian aktivitas belajar yang sesuai dengan kemampuannya.

3. Desain didaktis merupakan racangan tertulis tentang sajian bahan ajar yang

memperhatikan respon siswa. Penyusunan dan pengembangan desain didaktis berdasarkan jenis-jenis segitiga yang akan disajikan dengan mempertimbangkan learning obstacle dan learning trajectory. Desain didaktis tersebut dirancang

guna mengurangi munculnya learning obstacle dan diharapkan dapat meningkatkan level berpikir geometri siswa SMP.

4. Level berpikir geometri yang dimaksud dalam penelitian adalah level berpikir geometri van Hiele, yaitu level 0 ( Visualisasi), level 1 (Analisis), level 2 (Deduktif Informal), level 3 (Deduktif) dan level 4 ( Rigor).

C. Subjek dan Lokasi Penelitian

(26)

27

penelitian kelompok kedua yaitu ketika melakukan penelitian pada penggunaan desain didaktis awal jenis-jenis segitiga adalah siswa kelas VII di salah satu Sekolah Menengah Pertama di kota Bandung.

D. Intrumen Penelitian

Untuk memperoleh data mengenai peningkatan level berpikir geometri siswa maka diperlukan seperangkan instrumen. Intrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes. Instrumen tes ini adalah tes level berpikir geometri van Hiele yang disusun oleh Usiskin (1982) yang diterjemahkan oleh Mulyana. Tes ini dilakukan sebelum dan saat penelitian. Sebelum penelitian tes dilakukan di lima kelas dengan rincian dua kelas VII, dua kelas VII, dan satu kelas IX di salah satu SMP Negeri Bandung. Sedangkan pada saat penelitian dilakukan dua kali, yaitu sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) implementasi desain.

Dalam instrumen tes yang mengukur level berpikir geometri setiap level terdapat lima pertanyaan. Berdasarkan jawaban yang benar, maka diberikan kriteria sebagai berikut :

1. Jika siswa dapat menjawab 3-5 pertanyaan dengan benar pada level 0, maka siswa tersebut mencapai level berpikir geometri level 0 (visualisasi)

2. Jika siswa dapat menjawab 3-5 pertanyaan dengan benar pada level 0 dan level 1, maka siswa tersebut mencapai level level berpikir geometri level 1.

(27)

28

Achmad Ruslianto, 2014

Desain didaktis jenis – jenis segitiga untuk meningkatkan level berpikir geometri Siswa sekolah menengah pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan kriteria di atas, siswa dikatakan mencapai level 1 jika telah mencapai level sebelumnya. Begitu juga, siswa dikatakan mencapai level 2 jika semua level sebelumnya tercapai. Siswa yang belum mencapai level 0 dalam penelitian ini dinamakan dengan level pra-0.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tringgulasi teknik. Tringgulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama (Sugioyono, 2013: 330). Teknik pengumpulan yang digunakan antara lain wawancara, dokumentasi dan observasi. Ketiga teknik tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk skema sebagai berikut :

Observasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang learning obstacle, learning trajectory dan konsep pembelajaran jenis-jenis segitiga. Dalam penelitian ini

observasi terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama, observasi yang dilakukan sebelum penelitian yaitu mengobservasi video pembelajaran jenis-jenis segitiga yang

Obeservasi

Wawancara

Dokumentasi

Sumber Data Sama

(28)

29

diperoleh dari kegiatan lesson study Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Bagian kedua, observasi ini dilakukan perekaman dan pemotretan pada saat penerapan desain awal yang akan dijadikan bahan analisis lebih lanjut.

Wawancara dilakukan untuk mendapat informasi lebih mendalam karena jawaban responden belum mempresentasikan kesulitan belajar. Wawancara dilakukan agar peneliti dapat mengidentifikasi kesulitan belajar dalam jenis-jenis segitiga.

Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat peneliti, meliputi video pembelajaran, buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, dan data lain yang relevan. Hal ini ditujukan untuk perolehan data yang semakin objektif.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam tahap analisis data sebagai berikut.

1. Mengumpulkan informasi

2. Menganalisis secara keseluruhan informasi yang diperoleh 3. Mengklasifikasikan informasi yang diperoleh

4. Membuat uraian terperinci mengenai hal-hal yang muncul pada saat pengujian 5. Mencari hubungan dan membandingkan antara beberapa kategori

6. Menemukan dan menetapkan pola atas dasar data aslinya 7. Melakukan interpretasi

(29)

Achmad Ruslianto, 2014

Desain didaktis jenis – jenis segitiga untuk meningkatkan level berpikir geometri Siswa sekolah menengah pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang peneliti lakukan, diperoleh kesimpulan bahwa :

1. Tugas dan aktivitas pembelajaran yang diberikan guru kepada siswa tidak mendukung adanya peningkatan level berpikir geometri siswa.

2. Diduga guru kurang menguasai konsep jenis-jenis segitiga, sehingga mengakibatkan munculnya miskonsepsi pada diri siswa tentang konsep yang termuat pada pembelajaran tersebut. Berikut miskonsepsi yang terjadi pada siswa:

a. Kesalahan konsep garis dan ruas garis.

b. Kekeliruan antara “pengertian segitiga” dan “unsur-unsur segitiga”.

c. Kesalahan dalam menjelaskan pengertian segitiga.

d. Kesalahan dalam menjelaskan pengertian segitiga berdasarkan ukuran sisinya maupun sudutnya.

(30)

84

segitiga berdasarkan ukuran sisinya dan sudutnya, dan diharapkan dapat meningkatkan level berpikir geometri van Hiele.

Adapun hasil implementasi desain didaktis alternatif jenis – jenis segitiga : 1. Pada awalnya siswa kesulitan dalam membedakan antara garis dan ruas garis,

dan menjelaskan pengertian segitiga. Kesulitan ini dapat di atasi oleh siswa melalui pembelajaran yang penulis lakukan secara kolosal.

2. Pada saat siswa mengerjakan worksheet 1 sampai dengan worksheet 4 dengan tujuan untuk menemukan syarat terbentuknya segitiga, siswa mampu memahami syarat terbentuknya segitiga dengan baik namun tidak secara matematis.

3. Pada saat menentukan jenis – jenis segitiga berdasarkan ukuran sisi dan sudutnya terdapat siswa mengalami kesulitan dalam membedakan jenis – jenis berdasarkan ukuran sisinya atau sudutnya. Siswa mampu memahami arahan yang diberikan penulis pada saat pembahasan sehingga kesulitan tersebut dapat teratasi dan siswa mampu membedakan jenis – jenis segitiga berdasarkan ukuran sisi dan sudutnya.

4. Pada saat menentukan sifat utama segitiga berdasarkan ukuran sisi dan sudutnya terdapat siswa mengalami kesulitan dalam memaknai sifat utama. Siswa mampu memahami arahan yang diberikan penulis pada saat pembahasan sehingga kesulitan tersebut dapat teratasi dan siswa mampu menentukan sifat utama dari segitiga yang dimaksud.

5. Sebagian besar siswa mampu menjelaskan pengertian segitiga berdasarkan ukuran sisi dan sudutnya dengan menggunakan bahasa yang mereka pahami. Meskipun masih terdapat siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan pengertian tersebut dikarenakan siswa salah dalam memilih sifat utama. 6. Pada saat menyatakan hubungan segitiga berdasarkan ukuran sisi atau

(31)

85

Achmad Ruslianto, 2014

Desain didaktis jenis – jenis segitiga untuk meningkatkan level berpikir geometri Siswa sekolah menengah pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membuat hubungan yang terjadi. Setelah penulis memberikan arahan kepada siswa, beberapa siswa mampu menyatakan hubungan antar segitiga berdasarkan ukuran sisi atau sudutnya.

Setelah dilakukan pembahasan hasil implementasi, maka diperoleh hal-hal sebagai berikut :

1. Respon siswa yang muncul ada yang di luar prediksi karena penulis kurang mempertimbangkan prediksi respon tersebut.

2. Banyaknya waktu yang tersita disebabkan oleh kesulitan siswa pada saat memotong stick, akibatnya worksheet lain tidak sempat dikerjakan.

3. Sebagian besar siswa mampu membedakan jenis – jenis segitiga berdasarkan ukuran sisi dan sudutnya, meskipun masih ada siswa yang pada awalnya mengalami kesulitan dalam membedakannya.

4. Sebagian besar siswa mampu menentukan sifat - sifat segitiga berdasarkan ukuran sisi dan sudutnya, meskipun masih ada siswa yang pada awalnya mengalami kesulitan dalam menentukannya.

5. Terdapat beberapa siswa mampu menentukan sifat utama dan pengertian segitiga berdasarkan ukuran sisi dan sudutnya, meskipun masih ada siswa yang pada awalnya mengalami kesulitan dalam menentukan sifat utama dan menjelaskan pengertian segitiga yang dimaksud.

6. Beberapa Siswa mampu menyatakan hubungan antara segitiga berdasarkan ukuran sisi atau sudutnya, meskipun pada awalnya masih terdapat siswa yang mengalami kesulitan di awal.

(32)

86

21,21 % siswa yang tetap pada levelnya dan 6,06 % siswa yang mengalami penurunan level.

Untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam desain didaktis alternatif dan untuk meningkatkan persentase kenaikan level berpikir geometri, penulis menyusun sebuah desain didaktis revisi jenis – jenis segitiga yang dapat dilihat pada lampiran.

B. Saran

Saran ditujukan kepada peneliti lain yang akan menjadikan penelitian ini sebagai rujukan, yaitu:

1. Lakukanlah pra-implementasi desain didaktis awal di beberapa sekolah yang berbeda, agar memperoleh informasi yang lebih bervariasi untuk menghasilkan desain didaktis yang lebih efisien.

2. Perhatikan kembali redaksi yang digunakan dalam desain didaktis, karena dikhawatirkan akan mengganngu proses berpikir siswa.

3. Perhatikan kembali dalam memilih alat peraga yang akan digunakan apakah dapat mempermudah siswa atau sebaliknya.

(33)

Achmad Ruslianto, 2014

Desain didaktis jenis – jenis segitiga untuk meningkatkan level berpikir geometri Siswa sekolah menengah pertama

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Daftar Pustaka

Abidin, Z. Z. dan Abu, M. S. (2011). Alleviating Geometry Levels of Thinking among Indonesian Students Using Van Hiele-Based Interactive Visual Tools. Indonesia : tidak diterbitkan

Brousseau, G. (1997). Theory of didactical situations (N. Balacheff, M. Cooper, R. Sutherland, V. Warfield Eds & Trans. Dordrecht. Netherland: Kluwer Academic.

Crowley, M. L. (1987). The Van Hiele Model of the Development of Geometric thought. Reston, Va : NCTM

Moise, Edwin E. 1990. Elementary Geometry from an Advance Standpoint. New York: Addison-Wesley Publishing

Khotimah, H. (2013). Meningkatkan Hasil Belajar Geometri dengan Teori Van Hiele. Makalah Seminar. Yogyakarta : tidak diterbitkan

Mason, M. (1998). The Van Hiele Levels of Geometric understanding. Handbook. Virginia : tidak diterbitkan.

Mulyana, E. (2010). Buku Pegangan Guru : Kapita Selekta Matematika 1. Bandung : tidak diterbitkan

Mulyana, E., Suryadi, D., dan Suratno, T. (2013). Recontextualising Didactical Situations in Primary Mathematics Instruction. Bandung : tidak diterbitkan

Slavin, R. E. (2008). Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik. Indonesia : PT Mancanan Jaya Cemerlang

Suherman, E. (2008). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Hands-out Perkuliahan, UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

(34)

88

Sugioyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

Suryadi, D. (2010a). Metapedadidaktik dan Didactical Design Research (DDR): Sintesis Hasil Pemikiran Berdasarkan Lesson Study. Dalam Teori, paradigma, prinsip dan pendekatan Pembelajaran MIPA dalam Konteks Indonesia. Bandung: FPMIPA UPI

Suryadi, D. (2010b). Menciptakan Proses Belajar Aktif : Kajian Sudut Pandang Teori Belajar dan Teori Didaktik. Hand-out Seminar. Bandung: tidak diterbitkan.

Suryadi, D., dan Suratno, T. (2013). Metapedadidaktik dan Didactitical Design Research (DDR) dalam Implementasi Kurikulum dan Praktik Lesson Study. Bandung : tidak diterbitkan

Suryadi dan Turmudi. (2011). Kesetaraan Didactical Design Research (DDR) dengan Matematika Realistik dalam Pengembangan Pembelajaran Matematika. Hand-out seminar : tidak diterbitkan

Gambar

Gambar Persegi dan Persegi Panjang ...................................................
Gambar 1.1 Gambar Persegi dan Persegi Panjang
Tabel 1.1 Hasil tes Level Berpikir Geometri Van Hiele
Gambar 3.1 :Skema Tringgulasi Teknik

Referensi

Dokumen terkait

Yang perlu dipersiapkan adalah kartu peminjaman dan kartu buku. Ada beberapa langkah yang ditempuh oleh peminjam dan petugas perpustakaan dalam hal melayani

[r]

Perpustakaan wajib menyediakan bacaan yang mendukung kegiatan pembelajaran di sekolah yang meliputi koleksi nonfiksi yang terkait dengan kurikulum dan koleksi buku

[r]

Statistik Deskriptif Variabel Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Rasio Aktivitas, Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan. Institusional, dan

[r]

Bagaimana perilaku konsumtif dalam fashion para wanita berbusana muslim yang merupakan pelanggan butik Labiba yang berkaitan dengan tuntutan gaya hidup sosialita

Pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan sub sektor kayu dan pengolahan yang terdaftar di BEI periode 2005 – 2013. 1.5