MODEL PERSEDIAAN PRODUK DAN BAHAN
KEMASAN TERINTEGRASI
(Studi Kasus PT Indomex Dwijaya Lestari)
TUGAS AKHIR
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Sarjana pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Andalas
Oleh:
YOHANNA SAFARI
0910932056
Pembimbing:
Nilda Tri Putri, Ph. D
Jonrinaldi, Ph. D
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air minum merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Seiring dengan perkembangan zaman masyarakat menginginkan sesuatu
yang praktis dan semakin tingginya tingkat kesadaran masyarakat terhadap
konsumsi air yang sehat, serta berkualitas maka masyarakat membutuhkan suatu
produk air minum yang sehat, terjangkau, dan instan. Salah satu solusi untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat adalah dengan hadirnya produk air minum
dalam kemasan. Bisnis Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) memiliki prospek
yang sangat baik, karena kebutuhan akan air minum semakin meningkat seiring
dengan pertumbuhan penduduk. Dari segi penjualan, industri ini mengalami
pertumbuhan dari tahun ke tahun. Perusahaan yang bergerak di bidang air minum
pun semakin banyak dan terus melakukan ekspansi untuk memperluas jaringan
pasarnya (Juniar, 2010).
Gambar 1.1 Penjualan AMDK di Indonesia (dalam juta liter) (Sumber : Atmaja dan Mustamu, 2013)
Semakin banyak perusahaan air minum yang terdapat di Indonesia,
perusahaan dituntut untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain. Salah satu
2 faktor yang meningkatkan daya saing perusahaan yaitu harga produk. Salah satu
faktor yang mempengaruhi harga produk yaitu biaya persediaan (inventory cost).
Perusahaan harus mengelola manajemen persediaan suatu dengan baik untuk
mendapatkan harga produk yang bersaing. Perusahaan harus fokus terhadap
pengendalian persediaan karena persediaan merupakan salah satu bagian yang
menyerap investasi yang besar. Hal ini terjadi karena nilai investasi perusahaan
dalam bentuk barang persediaan besarnya bervariasi antara 30%-40% dari nilai
seluruh aset (Indrajit, 2006). Dapat dilihat bahwa persediaan menentukan tingkat
keuntungan dan menentukan besar kecilnya laba atau rugi perusahaan. Perusahaan
baik perusahaan manufaktur ataupun jasa pasti memiliki persediaan barang. Saat
ini masih banyak perusahaan yang merencanakan persediaan tanpa dilakukan
perencanaan yang baik. Hal ini dapat menyebabkan jumlah barang yang
diproduksi tidak sesuai dengan permintaan pasar yang dapat berakibat pada biaya
operasional yang tinggi terutama biaya persediaan (Kemas, 2012).
Kekurangan persediaan dapat mengakibatkan terhentinya proses produksi,
sehingga persediaan adalah salah satu masalah yang krusial dalam operasional
perusahaan. Terlalu besarnya persediaan (over stock) dapat mengakibatkan
tingginya beban biaya untuk menyimpan dan memelihara barang selama
penyimpanan di gudang. Tujuan dari perusahaan yaitu tidak untuk mengurangi
atau meningkatkan persediaan, namun keuntungan yang diperoleh oleh
perusahaan maksimal (Stephyna, 2011).
PT Indomex Dwijaya Lestari merupakan perusahaan Air Minum Dalam
Kemasan (AMDK) yang berlokasi di Gadut, Padang. Bahan kemasan yang
digunakan untuk membuat Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) ini yaitu bahan
kemas (kardus), sedotan(straw), tutup atas cup (lid cup), cup, lakban, segel untuk
botol (seal cap), tutup botol, label untuk botol, botol kosong, dan bahan kemasan
pembuat botol (preeform). Untuk dapat menekan biaya persediaan, PT Indomex
Dwijaya Lestari harus mengelola persediaan dengan baik agar dapat tetap
3 Sistem persediaan yang dijalankan perusahaan saat ini yaitu berupa
instruksi dan kebijakan dari direktur berdasarkan persediaan pembatas. Barang
yang sudah mendekati persediaan pembatas akan segera dipesan.
Permasalahannya adalah dengan lead time rata-rata yang diperkirakan oleh pihak
perusahaan, terkadang barang yang dikirimkan oleh pemasok (supplier) terlambat
datang sehingga terjadi stockout. Di PT Indomex Dwijaya Lestari apabila terjadi
stockout maka proses produksi akan terhenti karena masing-masing bahan
kemasan mempunyai keterkaitan untuk membuat air minum dalam kemasan.
Apabila proses produksi terhenti, perusahaan tidak akan dapat memenuhi
permintaan konsumen sehingga konsumen akan mencari produk pesaing yang
akan menyebabkan perusahaan kehilangan keuntungan. Selain itu berdasarkan
data perusahaan dan survei yang dilakukan terdapat overstock atau kelebihan
persediaan.
Tabel 1.1 menampilkan data persediaan bahan kemasan PT Indomex
Dwijaya Lestari November 2012-Februari 2013 untuk produksi cup 240 ml dan
botol 600 ml.
Tabel 1.1 Data persediaan bahan kemasan tiap akhir periode PT Indomex Dwijaya Lestari November 2012-Februari 2013
(Sumber : bagian Marketing PT Indomex Dwijaya Lestari)
November Desember Januari Februari
Cup (pc) 292840 237149 121289 224500
Kardus (pc) 49734 105581 121201 252880
Lid (roll) 159 110 163 370
Straw (Pc) 2517312 10333512 13598736 14011392
Lakban (roll) 70 450 348 753
Kardus (pc) 1601 515 7060 2208
Botol (pc) 3110 5271 22368 7231
Segel-Seal Cap 28104 6670 197.143 247335
Label 10696 6855 247.125 197743
Tutup Botol (pc) - - -
-Preeform Kehabisan stok Kehabisan stok Kehabisan stok Kehabisan stok
4
Preeform merupakan bahan baku untuk membuat botol air minum 600 ml.
Kebijakan pada PT Indomex Dwijaya Lestari adalah jika terjadi stockout seperti
yang terjadi pada bahan kemasan preeform, perusahaan akan memesan botol yang
sudah jadi ke PT Namasindo yang berada di Jakarta. Pada masing-masing akhir
bulan pada Tabel 1.1 terlihat bahwa preeform yang dibeli perusahaan selalu
kehabisan stock pada akhir bulan sehingga untuk memproduksi pada bulan
selanjutnya tidak terdapat stock, sehingga harus membeli botol dari pemasok
sambil menunggu datangnya preeform sebagai bahan kemasan botol. Perusahaan
mengeluarkan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan membuat botol
sendiri karena perusahaan telah mempunyai mesin pembuat botol air minum
kemasan 600 ml. Hal ini merupakan suatu kerugian bagi perusahaan karena
seharusnya dapat membuat botol dengan lebih murah dibanding dengan membeli
botol dari pihak pemasok karena harga preeform Rp 350/pc sedangkan harga botol
Rp 500/pc. Saat ini terdapat beberapa pemasok yang memasok lebih dari satu
bahan kemasan, diantaranya PT Namasindo yang memasok tutup botol dan
preeform dan PT Berdikari Jaya yang memasok segel untuk botol (seal cup) dan
label untuk botol. Pada sistem yang digunakan perusahaan saat ini, pemesanan
masing-masing bahan kemasan tersebut dilakukan secara terpisah sehingga
menyebabkan pemborosan ongkos pesan. Bahan kemasan tersebut dapat dipesan
secara gabungan jika jumlah persediaan mendekati nilai safety stock. Masalah
selanjutnya yang terjadi adalah model persediaan yang ada belum mewakili sistem
nyata yang ada pada perusahaan. Permasalahan masing-masing perusahaan
tentunya berbeda sehingga diperlukan model yang representatif dengan
mempertimbangkan hal-hal di atas.
Permasalahan yang dijelaskan sebelumnya menjelaskan bahwa
pengelolaan sistem persediaan yang ada saat ini pada PT Indomex Dwijaya
Lestari perlu diteliti lebih lanjut. Untuk itu dilakukan perencanaan kebijakan
persediaan yang diharapkan dapat meminimasi barang stockout dan overstock
sehingga biaya persediaan minimum dengan mengembangkan model terintegrasi
antara produk dan bahan kemasan dengan mempertimbangkan adanya safety
5
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang diteliti dalam penelitian tugas akhir ini adalah
bagaimana model persediaan yang terintegrasi antara produk dan bahan kemasan
untuk meminimasi total biaya persediaan pada PT Indomex Dwijaya Lestari
dengan mempertimbangkan safety stock?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang dicapai dari penelitian tugas akhir ini adalah menghasilkan
model persediaan yang terintegrasi antara produk dan bahan kemasan pada PT
Indomex Dwijaya Lestari dengan mempertimbangkan safety stock.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah :
1. Penelitian dilakukan hanya pada jenis produk cup 240 ml dan botol 600 ml
saja karena produk lain sudah tidak dijual dan produk galon tidak dibuat di
pabrik yang berada di Gadut.
2. Data yang dikumpulkan adalah data persediaan bulan November 2012-
Februari 2013, data penjualan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) bulan
Januari 2011 ? April 2013.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian
tugas akhir, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah yang
digunakan selama penelitian serta sistematika penulisan yang digunakan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan mengenai tentang teori yang berhubungan dengan
penelitian tugas akhir yang dilakukan yaitu mengenai sistem persediaan
6 BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai langkah-langkah yang dilakukan dalam
penelitian tugas akhir ini secara sistematis.
BAB IV FORMULASI MODEL MATEMATIS
Bab ini menjelaskan mengenai tahapan-tahapan formulasi model
matematis untuk mendapatkan model baru yang representaif terhadap
keadaan nyata perusahaan. Bab ini terdiri atas karakteristik sistem,
influence diagram, model matematis, dan uji verifikasi.
BAB V PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS MODEL
Bab ini menjelaskan mengenai pengolahan data dengan melakukan uji
validasi pada model matematis yang didapatkan, membandingkan sistem
persediaan usulan dengan sistem persediaan perusahaan saat ini, dan
mengimplementasikan sistem persediaan pada perusahaan.
BAB VI PENUTUP
Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian tugas akhir
yang telah dilakukan serta saran yang berguna untuk penelitian
ABSTRAK
Setiap perusahaan harus mampu mengendalikan persediaan dengan tepat karena persediaan merupakan salah satu bagian yang menyerap investasi yang besar dalam perusahaan. Kekurangan persediaan dapat berakibat terhentinya proses produksi dan sebaliknya terlalu besarnya persediaan (over stock) dapat berakibat tingginya beban biaya. Saat ini, PT. Indomex Dwijaya Lestari menjalankan sistem persediaan yaitu berupa instruksi dan kebijakan dari direktur. Barang yang sudah mendekati persediaan pembatas akan segera dipesan. Permasalahannya adalah dengan lead time rata-rata yang diperkirakan oleh pihak perusahaan, terkadang bahan kemasan yang dikirimkan oleh pemasok (supplier) terlambat datang sehingga terjadi stockout. Selain itu berdasarkan data perusahaan dan survei yang dilakukan terdapat overstock atau kelebihan persediaan yang cukup tinggi pada periode tertentu.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model persediaan yang terintegrasi antara produk dan bahan kemasan dengan total biaya persediaan minimaldengan mempertimbangkan safety stock.Dengan model ini, koordinasi perencanaan persediaan bahan kemasan dengan kegiatan produksi dapat dilakukan.Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu major setup cost dan minor setup cost, biaya produksi (satu kardus produk), data penjualan AMDK produk cup dan botol dari Januari 2011 ? April 2013, data jumlah produksi AMDK produk cup dan botol dari Januari 2011 ? April 2013, danharga bahan kemasan.Untuk menggambarkan penggunaan model yang dihasilkan, data yang telah dikumpulkan kemudian diolah menggunakan model tersebut untuk mendapatkan biaya persediaan minimum. Prosedur pencarian solusi menggunakan pendekatan bertahap dan pendekatan simultan (memakai software LINGO 11.0) yang diusulkan dalam penelitian ini baik untuk model persediaan yang mempertimbangkan safety stock maupun model persediaan yang tanpa mempertimbangkan safety stock.
Hasil dari penelitian ini adalah telah dihasilkan model persediaan terintegrasi antara produk dan bahan kemasan yang mempertimbangkan safety stock dan tanpa mempertimbangkan safety stock. Validasi terhadap model dilakukan dengan menerapkan model yang dihasilkan pada kasus persediaan di PT Indomex Dwijaya Lestari. Biaya persediaan yang dihasilkan berdasarkan sistem persediaan dengan menggunakan model yang diusulkan lebih kecil atau lebih murah dibandingkan biaya persediaan perusahaan saat ini. Biaya persediaan perusahaan saat ini sebesar Rp 15.020.370,09 per bulan dengan mempertimbangkan safety stock dan tanpa mempertimbangkan safety stock Rp 13.651.301,74 per bulan. Biaya persediaan usulan menggunakan pendekatan bertahap sebesar Rp 4.086.996,49 per bulan dengan mempertimbangkan safety stock dan Rp 2.528.586,89 per bulan tanpa mempertimbangkan safety stock. Biaya persediaan usulan menggunakan pendekatan simultan sebesar Rp 3.543.637,00 per bulan dengan mempertimbangkan safety stock dan Rp 2.049.545,00 per bulan tanpa mempertimbangkan safety stock.
ABSTRACT
Every company must be able appropriately to control inventory because inventory is a part in company that holds the large investment.Shortage of inventory can stop production process and otherwise excessive inventory can incurs high cost. Currently, PT Indomex Dwijaya Lestari runs inventory system that is instruction and policy of Director. Stock nearly reaches a certain quantity then next order will be released immediately. The problem is the suppliers sometimes supply the materials for packaging late so that stock out occurs. Also, based on company?s data and surveys conducted, there are high overstock in some periods.
This research aimed to obtain integrated inventory model for products and packaging materials minimizing the total inventory cost with considering safety stock. Using this model, coordination between packaging materials and products can be performed. Types of data used in this research are the major and minor setup cost, production cost per pack of products, sales data of mineral water in cup and bottle products from January 2011 to April 2013, production data of mineral water in cup and bottle products from January 2011 to April 2013, and the price of packaging materials.To illustrate the use of the model, collected data then isprocessed using the model to obtain the minimum inventory cost. Solution procedures use stage and simultaneous approach (using the software LINGO 11.0) proposed in this research both for integrated inventory model with and without considering safety stock.
Results of this research is having obtained an integrated inventory model for products and packaging materials with considering safety stock and without considering safety stock. Validation for the model is performed by applying it in case study at PT IndomexDwijaya Lestari. Inventory cost resulted based on proposed inventory model is lower than current inventory system used in the company. The current inventory cost of the company is Rp Rp 15,020,370.09 considering safety stock per month and without considering safety stock isRp 13,651,301.74 per month. The proposed inventory cost using stage approach is Rp 4,086,996.49 per month considering safety stock and Rp 2,528,586.89 per month without considering safety stock. The proposed inventory costusing the simultaneous approach is Rp 3,543,637.00 per month considering safety stock and Rp 3,543,637.00 per month without considering safety stock.