• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis persediaan bahan baku sayur Olahan pada pt. Alam agro abadi Menggunakan model economic order Quantity (eoq) dengan tingkat Produksi terbatas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis persediaan bahan baku sayur Olahan pada pt. Alam agro abadi Menggunakan model economic order Quantity (eoq) dengan tingkat Produksi terbatas"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ)

DENGAN TINGKAT PRODUKSI TERBATAS

SKRIPSI

EVA KRISTINA TARIGAN

090803002

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU SAYUR OLAHAN PADA PT. ALAM AGRO ABADI MENGGUNAKAN MODEL ECONOMIC ORDER QUANTITY

(EOQ) DENGAN TINGKAT PRODUKSI TERBATAS

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

EVA KRISTINA TARIGAN 090803002

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU SAYUR OLAHAN PADA PT. ALAM AGRO ABADI MENGGUNAKAN MODEL ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DENGAN TINGKAT PRODUKSI TERBATAS

Kategori : SKRIPSI

Nama : EVA KRISTINA TARIGAN

NomorIndukMahasiswa : 090803002

Program Studi : SARJANA (S1) MATEMATIKA Departemen : MATEMATIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juli 2013

KomisiPembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Drs. Djakaria Sebayang, M.Si Dra. Elly Rosmaini, M.Si NIP. 19511227 198503 1 002 NIP. 19600520 198503 2 002

Diketahui/ Disetujuioleh

Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

ANALISIS PERSEDIAAN BAHAN BAKU SAYUR OLAHAN PADA PT ALAM AGRO ABADI MENGGUNAKAN

MODEL ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DENGAN TINGKAT PRODUKSI TERBATAS

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2013

(5)

PENGHARGAAN

Segala pujian, hormat dan ucapan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih, pertolongan dan penyertaanNya yang dirasakan penulis dalam hidup yang dipercayakanNya selama saya kuliah terkhusus saat proses pengerjaan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak – pihak yang turut mendukung dalam penulisan skripsi ini. Kepada ibu Dra. Elly Rosmaini, M.Si dan alm bapak Drs. Djakaria Sebayang, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing saya yang telah banyak memberikan arahan, nasehat, kepercayaan dan motivasi yang diberikan kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Kepada ibu Dra. Mardiningsih, M.Si dan bapak Drs. Marihat Situmorang, M.KOM sebagai Dosen Pembanding saya. Seluruh Dosen di Departemen Matematika FMIPA USU atas segala ilmu dan bimbingan yang diberikan kepada penulis selama perkuliahan, serta seluruh Staff Administrasi yang ada di Departemen Matematika FMIPA USU. Teristimewa kedua orang tua Bapak tercinta Jusup Tarigan dan Ibu tercinta Ani Palentina Surbakti, SE atas doa, nasehat, bimbingan dan dukungan moril dan materil, yang menjadi sumber motivasi bagi penulis untuk tetap semangat dalam perkuliahan. Kepada adikku tersayang Frans Banta Tarigan yang sedang menjalani pendidikan taruna AKPOL di semarang, serta seluruh keluarga tarigan dan surbakti mergana atas dukungannya. Kepada PT Alam Agro Abadi dan abang Donny Benhat Ginting, SE atas bantuannya selama riset dan pengambilan data. Juga tidak lupa kepada teman-teman saya seperjuangan semasa kuliah stambuk 2009, senior, alumni matematika, adik-adik junior stambuk 2010, stambuk 2011, dan stambuk 2012.

Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Damai sejahtera dari Tuhan senantiasa menyertai kita semua.

Medan, Juli 2013 Penulis

(6)

ABSTRAK

(7)

INVENTORY ANALYSIS OF RAW MATERIAL PROCESSED VEGETABLES IN PT. ALAM AGRO ABADI USING ECONOMIC ORDER QUANTITY WITH

FINITE PRODUCTION RATE MODEL

ABSTRACT

Inventories are materials stored by a company to meet demand of customers. Problems commonly encountered in inventory control is to determine how many order quantity of raw materials should be done so the production company run smoothly so that the company can improve the efficiency of production. The purpose of this study was to determine the optimal order quantity, to determine the maximum inventory level, and minimum total inventory cost of each raw material processed vegetables in PT. ALAM AGRO ABADI. Economic order quantity with finite production rate is used as data analysis model in this study. Based on calculations using EOQ with finite production rate is obtained that the optimal order quantities of each month in 2013 for raw material of processed vegetables for radish are , spinach are 207.477,7 kg, carrots are 101.825,35 kg, potatoes are 68.809,63 kg, and sweet potatoes are 181.245,69 kg. Total cost of the raw material inventory using EOQ with finite production rate is Rp 122.078.753,40, smaller than the total cost of basic EOQ inventory is Rp 179.017.469,40 and the total cost of inventory the company policy is Rp 353.655.000,-.

(8)

DAFTAR ISI

2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan 8

2.1.2 Jenis – jenis Persediaan 10

2.1.3 Biaya – biaya dalam Persediaan 11

2.2 Model – model Persediaan 13

2.3 Economic Order Quantity (EOQ) 14

2.3.1 Model EOQ Dasar 15

2.3.2 Model EOQ dengan Tingkat Produksi Terbatas 20

Bab 3 Pembahasan

3.1 Sejarah Singkat Perusahaan 25 3.1.1 Jenis Tanaman dan Perkembangan Lahan 26

3.1.2 Proses Produksi 27

3.2 Pengumpulan Data 31

3.2.1 Data Produksi pada PT. Alam Agro Abadi Tahun 2013 31 3.2.2 Data Bahan Baku Sayur Olahan pada PT. Alam Agro Abadi 32 3.2.3 Data Biaya Pemesanan Bahan Baku Sayur Olahan Alam Agro 34 3.2.4 Data Biaya Penyimpanan PT. Alam Agro Abadi 36

3.3 Pengolahan Data 37

3.3.1 Menentukan Total Harga Bahan Baku PT. AAA 39 3.3.2 Perhitungan Kuantitas Pesanan Optimal Menggunakan EOQ

dengan Tingkat Produksi Terbatas 39

3.3.3 Perhitungan Total Biaya Persediaan Minimum Menggunakan

(9)

per – tahun dan Tingkat Persediaan Maksimum 48 3.3.5 Perhitungan Kuantitas Pesanan Optimal dan Total Biaya

Persediaan Minimum Menggunakan Model EOQ Sederhana 55 3.4 Perbandingan Total Biaya Persediaan Minimum 61

Bab 4 Kesimpulan dan Saran 66

4.1 Kesimpulan 66

4.2 Saran 67

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Data Produksi PT Alam Agro Abadi Tahun 2013 32 Tabel 3.2 Data Luas Lahan Petani Mitra PT Alam Agro Abadi Tahun 2013 32 Tabel 3.3 Data Hasil Tanaman PT Alam Agro Abadi Tahun 2013 33 Tabel 3.4 Data Bahan Baku PT Alam Agro Abadi Tahun 2013 33 Tabel 3.5 Data Hasil Tanaman PT Alam Agro Abadi per – Bulan 34

Tabel 3.6 Data Biaya Pemesanan Lobak 35

Tabel 3.7 Data Biaya Pemesanan Bayam 35

Tabel 3.8 Data Biaya Pemesanan Wortel 35

Tabel 3.9 Data Biaya Pemesanan Kentang 36

Tabel 3.10 Data Biaya Pemesanan Ubi Jalar 36

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Tanda Terima Riset PT ALAM AGRO ABADI

(13)

ABSTRAK

(14)

INVENTORY ANALYSIS OF RAW MATERIAL PROCESSED VEGETABLES IN PT. ALAM AGRO ABADI USING ECONOMIC ORDER QUANTITY WITH

FINITE PRODUCTION RATE MODEL

ABSTRACT

Inventories are materials stored by a company to meet demand of customers. Problems commonly encountered in inventory control is to determine how many order quantity of raw materials should be done so the production company run smoothly so that the company can improve the efficiency of production. The purpose of this study was to determine the optimal order quantity, to determine the maximum inventory level, and minimum total inventory cost of each raw material processed vegetables in PT. ALAM AGRO ABADI. Economic order quantity with finite production rate is used as data analysis model in this study. Based on calculations using EOQ with finite production rate is obtained that the optimal order quantities of each month in 2013 for raw material of processed vegetables for radish are , spinach are 207.477,7 kg, carrots are 101.825,35 kg, potatoes are 68.809,63 kg, and sweet potatoes are 181.245,69 kg. Total cost of the raw material inventory using EOQ with finite production rate is Rp 122.078.753,40, smaller than the total cost of basic EOQ inventory is Rp 179.017.469,40 and the total cost of inventory the company policy is Rp 353.655.000,-.

(15)

Bab 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan manusia tidak akan terlepas dari masalah, baik individu maupun dalam berorganisasi. Masalah itu sendiri biasa terjadi karena adanya ketidaksesuaian dari apa yang diharapkan. Untuk dapat menyelesaikan masalah, seseorang atau sebuah organisasi memerlukan proses penyelesaian masalah (problem solving). Hal ini dimulai dari mengumpulkan informasi yang terkait dengan masalah tersebut kemudian mengidentifikasinya hingga kepada penyelesaian masalah yang mungkin dapat dilakukan.

Salah satu masalah yang terjadi dalam sebuah perusahaan terdapat pada persediaannya. Masalah umum dalam suatu model persediaan bersumber dari kejadian – kejadian yang dihadapi tiap saat dalam bidang usaha, baik di bidang dagang maupun di bidang industri. Kejadian – kejadian tersebut dapat berupa tersedianya barang terlalu banyak atau mungkin juga barang yang tersedia terlalu sedikit untuk memenuhi permintaan langganan di masa mendatang. Artinya jika barang terlalu banyak dalam persediaan, maka perusahaan terpaksa menderita akibat adanya biaya tambahan berupa biaya penyimpanan, akan tetapi apabila barang terlalu sedikit menimbulkan kekecewaan bagi para langganan karena tidak terpenuhinya permintaan yang mengakibatkan kurangnya kepercayaan pada perusahaan itu sendiri. Hal ini merupakan masalah persediaan yang berkenaan dengan penentuan tingkat persediaan optimal.

(16)

yang dapat meminimalkan biaya penyimpanan dan biaya pemesanan persediaan. EOQ adalah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya yang minimal, atau sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal.

PT. Alam Agro Abadi bergerak di bidang agribisnis (perkebunan, pabrikasi, dan eksporter), khususnya memproduksi sayur segar dan beraneka macam sayur olahan (Frozen and Dried Vegetable) yang di ekspor ke pasar internasional terutama Negara Jepang, Korea, Taiwan, Malaysia, dan Singapore.

Berdasarkan pengamatan penulis, bahan baku di PT. Alam Agro Abadi hanya berdasarkan pada perkiraan kebutuhan yang direncanakan setiap tahunnya. Akan tetapi berbagai produk PT. Alam Agro Abadi diproduksi sendiri dari pembudidayaan tanaman yang dilakukan oleh petani mitra sehingga persediaan tidak dipenuhi semua seketika melainkan secara bertahap.

Dengan memperhatikan hal di atas, maka model EOQ dengan Tingkat Produksi Terbatas akan digunakan untuk menganalisis persediaan bahan baku sayur olahan pada PT. Alam Agro Abadi.

1.2 Perumusan Masalah

Diketahui bahwa PT. Alam Agro Abadi mempunyai petani mitra dengan lahan yang menghasilkan sayuran dalam tiap periode tertentu, oleh karena itu masalah yang dihadapi dilapangan adalah bagaimana menyiapkan persediaan bahan baku sayur olahan yang optimal agar dapat memenuhi permintaan menggunakan metode

Economic Order Quantity (EOQ) dengan tingkat produksi terbatas. Selama ini produksi bahan baku selalu lebih besar dari permintaan.

1.3 Batasan Masalah

(17)

a. Biaya persediaan adalah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan bahan baku yang dianggap tetap (tidak berubah) termasuk tidak dipengaruhi oleh fluktuasi harga selama periode perencanaan.

b. Dari berbagai macam sayur olahan yang dihasilkan oleh PT. Alam Agro Abadi, penulis menganalisis 5 produk yaitu lobak (radish/ daikon), bayam (spinach/ horenso), wortel (carrot) kentang (potato), dan ubi jalar (sweet potato/ satsumaimo)

c. Data yang diperoleh dari PT. Alam Agro Abadi adalah:

1. Data produksi Daikon, Horenso, Carrot, Potato dan Satsumaimo

2. Data jumlah bahan baku Daikon, Horenso, Carrot, Potato dan Satsumaimo oleh petani mitra

3. Biaya pemesanan bahan baku Daikon, Horenso, Carrot, Potato dan Satsumaimo

4. Biaya penyimpanan bahan baku

d. Tidak dipertimbangkan adanya faktor acak seperti bencana alam, perang dan lain sebagainya. Diasumsikan bahan baku selalu tersedia.

e. Pengolahan data dilakukan pada data perencanaan produksi pabrik.

1.4 Tinjauan Pustaka

Sebagai sumber pendukung teori dalam penulisan ini, penulis mengambil beberapa pustaka yang memberikan kontribusi dalam penyelesaian penulisan ini.

(18)

akan menghasilkan barang yang siap diolah pada waktu yang tepat dan sesuai dengan rencana produksi.

Teguh Baroto (2002) dalam bukunya yang berjudul “Perencanaan dan Pengendalian Produksi” mengemukakan bahwa Metode Economic Order Quantity

diperkenalkan oleh Ford Harris dari Westinghouse pada tahun 1915. Metode EOQ merupakan inspirasi bagi para pakar persediaan untuk mengembangkan metode – metode pengendalian persediaan lainnya. Metode EOQ dikembangkan atas fakta adanya biaya variabel dan biaya tetap dari proses produksi atau pemesanan barang.

T. Hani Handoko (1984) dalam bukunya yang berjudul “Dasar – dasar Manajemen Produksi dan Operasi” menerangkan bahwa dalam teori, konsep EOQ (disebut juga fixed – order – quantity) adalah sederhana. Model EOQ digunakan untuk menentukan kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan persediaan dan biaya kebalikannya (inverse cost) pemesanan persediaan. Rumusan EOQ diperoleh dengan perhitungan kalkulus melalui pengambilan derivatif pertama persamaan biaya total berikut ini :

.

Di mana :

D = penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per–periode waktu S = biaya pemesanan (persiapan pesanan dan penyiapan mesin) per-kg H = biaya penyimpanan per–unit

TC = biaya persediaan total Q = kuantitas pesanan

(19)

produksi terbatas atau sering disebut juga Economic Production Quantity (EPQ) adalah

Sedangkan rumus persediaan total :

( )

Di mana :

= Jumlah produksi optimal menurut EOQ dengan tingkat produksi terbatas

D = penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per–periode waktu S = biaya pemesanan (persiapan pesanan dan penyiapan mesin) per–kg H = biaya penyimpanan per-unit

= biaya persediaan total menurut EOQ dengan tingkat produksi terbatas

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kuantitas pesanan optimal bahan baku dari tiap produk sehingga dapat diperoleh total biaya persediaan minimum yang dianggap telah optimal menurut model persediaan EOQ dengan tingkat produksi terbatas pada PT. Alam Agro Abadi di Berastagi, Sumatera Utara.

1.6 Manfaat Penelitian

(20)

1.7 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Studi literatur tentang model pengendalian persediaan yang digunakan. Studi literatur dimaksudkan dengan cara mempelajari, mengkaji dan menelaah beberapa rumus yang berkaitan dengan masalah yang diteliti berupa buku, jurnal, maupun makalah yang berkaitan dengan penelitian. Kegunaan penelitian literatur ini untuk memperoleh dasar-dasar teori yang dapat digunakan sebagai landasan teori dalam menganalisis masalah yang diteliti.

b. Studi kasus dilaksanakan dengan meninjau secara langsung objek penelitian untuk memperoleh data primer maupun sekunder. Adapun pengumpulan data diperoleh dengan mengambil data primer dari PT. Alam Agro Abadi di Jl. Kompleks Perumahan Korpri No. 268, Berastagi – Sumatera Utara dan wawancara langsung dengan manajer pabrik. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan pengambilan data primer tersebut meliputi:

1. Data produksi Daikon, Horenso, Carrot, Potato dan Satsumaimo

2. Data jumlah bahan baku Daikon, Horenso, Carrot, Potato dan Satsumaimo oleh petani mitra

3. Biaya pemesanan bahan baku Daikon, Horenso, Carrot, Potato dan Satsumaimo

4. Biaya penyimpanan bahan baku

c. Melakukan pengolahan data sebagai berikut: 1. Menghitung total harga dari setiap bahan baku

2. Menghitung jumlah persediaan bahan baku yang optimal dengan menggunakan model persediaan EOQ dengan tingkat produksi terbatas 3. Menghitung biaya persediaan total ( total cost ) dari tiap produk per –

priode menggunakan model EOQ dengan tingkat produksi terbatas 4. Menghitung lamanya produksi berjalan (tp)

(21)

6. Membandingkan total biaya persediaan menggunakan model persediaan EOQ dengan tingkat produksi terbatas dengan total biaya persediaan menurut model persediaan EOQ dasar

(22)

Bab 2

LANDASAN TEORI

1.8 Persediaan

2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan

Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi tiap saat di bidang usaha, baik dagang ataupun industri. Kejadian tersebut dapat berupa ketersediaan barang yang overload (melampaui kebutuhan) atau sebaliknya kekurangan barang dalam memenuhi permintaan. Pada dasarnya analisis persediaan berkenaan dengan teknik mendapatkan tingkat persediaan optimal dengan menjaga keseimbangan biaya yang tak terduga.

Persediaan dapat dilihat sebagai sebuah penyangga antara fungsi persediaan dengan fungsi produksi dan antara fungsi produksi dengan fungsi penjualan. Jika sebuah perusahaan mampu menerima bahan baku pada tingkat yang sama di mana ia menghasilkan produk jadi dan jika mampu menjual produk jadi pada tingkat yang sama di mana mereka diproduksi, persediaan tidak akan diperlukan menurut Pinney, E. William dan Donald B. McWilliams (1987).

Menurut Assauri, S (1993) persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang–barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal.

(23)

perusahaan yang harus dilakukan secara berturut–turut untuk memproduksi barang serta selanjutnya menyampaikannya kepada pelanggan atau konsumen.

Persediaan (inventory) merupakan stok barang yang disimpan oleh suatu perusahaan untuk memenuhi permintaan pelanggan. Umumnya setiap jenis perusahaan memiliki berbagai bentuk persediaan. Hal ini dikemukakan oleh Taylor III, W. Bernard (2005)

Nasution, A. H. dan Prasetyawan, Y (2008) mengemukakan bahwa masalah umum yang dihadapi suatu sistem dalam mengelola persediaannya adalah masalah kuantitatif dan kualitatif. Hal–hal yang berkaitan dengan masalah kuantitatif adalah:

a. Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan atau dibuat b. Kapan pemesanan dilakukan

c. Berapa jumlah persediaan pengamannya

d. Metode pengendalian persediaan mana yang digunakan

Sedangkan masalah kualitatif adalah hal–hal yang berkaitan dengan sistem pengoperasian persediaan yang akan menjamin kelancaran sistem persediaan yaitu:

a. Jenis barang apa yang dimiliki b. Di mana barang tersebut berada c. Berapa jumlah barang yang dipesan

d. Siapa saja yang menjadi pemasok masing–masing item.

Fungsi persediaan menurut Handoko, T. Hani (1984), antara lain : a. Fungsi Decoupling

Persediaan decoupling ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintan langganan tanpa tergantung pada supplier. Untuk dapat memenuhi fungsi ini dilakukan cara-cara sebagai berikut:

1. Persediaan bahan mentah disiapkan dengan tujuan agar perusahaan tidak sepenuhnya tergantung penyediaannya pada suplier dalam hal kuantitas dan pengiriman.

(24)

3. Persediaan barang jadi disiapkan pula dengan tujuan untuk memenuhi permintaan yang bersifat tidak pasti dari langganan.

b. Fungsi Economic Lot Sizing

Tujuan dari fungsi ini adalah pengumpulan persediaan agar perusahaan dapat berproduksi serta menggunakan seluruh sumber daya yang ada dalam jumlah yang cukup dengan tujuan agar dapat menguranginya biaya perunit produk.

c. Fungsi Antisipasi

Perusahaan sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang barang selama periode pemesanan kembali, sehingga memerlukan kuantitas persediaan ekstra. Persediaan antisipasi ini penting agar proses produksi tidak terganggu. Sehubungan dengan hal tersebut perusahaan sebaiknya mengadakan seaseonal inventory (persediaan musiman).

2.1.2 Jenis–Jenis Persediaan

Assauri, S (1993) mengemukakan bahwa persediaan dibedakan atau dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang tersebut di dalam urutan pengerjaan produk, yaitu:

a. Persediaan bahan baku (Raw Materials Stock), yaitu persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Barang dapat diperoleh dari sumber–sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya.

b. Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchased parts/ komponen stock) yaitu persediaan barang–barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung diassembling dengan parts

lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya.

(25)

suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.

d. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process/ progress stock) yaitu persediaan barang–barang yang keluar dari tiap–tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan–bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.

e. Persediaan barang jadi (finished goods stock) yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain. Jadi barang jadi ini merupakan produk selesai dan telah siap untuk dijual.

2.1.3 Biaya–Biaya dalam Persediaan

Nasution, A. H. dan Prasetyawan, Y (2008) mengemukakan bahwa secara umum biaya sistem persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Biaya sistem persediaan terdiri dari biaya pembelian, biaya pemesanan, biaya simpan dan biaya kekurangan persediaan.

Dalam pembuatan setiap keputusan yang akan mempengaruhi besarnya (jumlah) persediaan, biaya–biaya variabel berikut ini harus dipertimbangkan.

a. Biaya penyimpanan. Biaya penyimpanan (holding costs atau carrying costs) terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan perperiode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak, atau rata–rata persediaan semakin tinggi. Biaya–biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah :

1. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk, penerangan, pemanas atau pendingin).

2. Biaya modal (opportunity cost of capital, yaitu alternatif pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan).

3. Biaya keusangan.

(26)

6. Biaya pajak persediaan.

7. Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan. 8. Biaya penanganan persediaan, dan sebagainya.

Biaya-biaya ini adalah variabel bila bervariasi dengan tingkat persediaan. Bila biaya fasilitas penyimpanan (gudang) tidak variabel, tetapi tetap; maka tidak dimasukkan dalam biaya penyimpanan perunit. Biaya penyimpanan persediaan biasanya berkisar antara 12 sampai 40 persen dari biaya atau harga barang. Untuk perusahaan–perusahaan manufacturing. Biasanya biaya penyimpanan rata–rata secara konsisten sekitar 25 persen.

b. Biaya pemesanan (pembelian). Setiap kali suatu bahan dipesan, perusahaan menanggung biaya pemesanan (order costs atau procurement costs). Biaya-biaya pemesanan secara terperinci meliputi.

1. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi. 2. Upah.

3. Biaya telepon.

4. Pengeluaran surat menyurat (biaya administrasi). 5. Biaya pengepakan dan penimbangan.

6. Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan. 7. Biaya pengiriman ke gudang.

8. Biaya hutang lancar, dan sebagainya.

Secara normal, biaya perpesanan (di luar biaya bahan dan potongan kuantitas) tidak naik bila, kuantitas pesanan bertambah besar. Tetapi, bila semakin banyak komponen yang di pesan setiap kali pesan, jumlah pesanan perperiode turun, maka biaya pemesanan total akan turun. Ini berarti, biaya pemesanan total perperiode (tahunan) adalah sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.

c. Biaya penyiapan (manufacturing). Bila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri "dalam pabrik", perusahaan menghadapi biaya penyiapan (setup costs) untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari :

(27)

4. Biaya ekspedisi, dan sebagainya.

Seperti biaya pemesanan, biaya penyiapan total perperiode adalah sama dengan biaya penyiapan dikalikan jumlah penyiapan perperiode. Karena konsep biaya ini analog dengan biaya pemesanan, maka untuk selanjutnya akan digunakan istilah "biaya pemesanan" yang dapat berarti keduanya.

d. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan. Dari semua biaya–biaya yang berhubungan dengan tingkat persediaan, biaya kekurangan bahan (shortage costs) adalah yang paling sulit diperkirakan. Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya–biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut :

1. Kehilangan penjualan

7. Tambahan pengeluaran kegiatan menajerial, dan sebagainya

Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktek, terutama karena kenyataan bahwa biaya ini sering merupakan opportunity costs, yang sulit diperkirakan secara obyektif.

2.2 Model – Model Persediaan

Menurut Taha, Hamdy (1982), model persediaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

a. Model Deterministik

Model deterministik ditandai oleh karakteristik permintaan dan periode kedatangan yang dapat diketahui secara pasti sebelumnya. Model ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Deterministik statis

(28)

2. Deterministik dinamik

Pada model ini tingkat permintaan setiap unit barang untuk tiap periode diketahui secara pasti, tetapi bervariasi dari satu periode ke periode.

b. Model Probabilistik

Model probabilistik ditandai oleh karakteristik permintaan dan periode kedatangan pesanan yang tidak dapat diketahui secara pasti sebelumnya, sehingga perlu didekati dengan distribusi probabilitas. Model ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Probabilistik Stationary

Pada model ini tingkat permintaan bersifat random, di mana probability density function dari permintaan tidak dipengaruhui oleh waktu setiap periode 2. Probabilistik Nonstationary

Pada model ini tingkat permintaan bersifat random, di mana probability density function dari permintaan bervariasi dari satu periode ke periode lainnya.

2.3 Economic Order Quantity (EOQ)

(29)

2.3.1 Model EOQ Dasar

Model EOQ dasar adalah model yang paling sederhana dibandingkan dengan versi model lainnya. Formula model ini dikembangkan berdasarkan beberapa asumsi penyederhanaan dan pembatasan, sebagai berikut:

a. Permintaan diketahui pasti dan relatif konstan sepanjang waktu b. Kekurangan tidak diperkenankan

c. Waktu tunggu sampai pesanan diterima konstan d. Kuantitas yang dipesan diterima sekaligus Pada gambar 2.1 mencerminkan asumsi model dasar ini.

Gambar 2.1 Model EOQ (Taylor III, W. Bernard 2005)

Gambar 2.1 menggambarkan siklus pemesanan persediaan kontinu yang terdapat pada model EOQ. Kuantitas yang dipesan (Q), diterima dan digunakan dengan tingkat penggunaan yang sama sepanjang tahun. Q merupakan kuantitas pesanan yang meminimumkan jumlah biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Kedua jenis biaya ini memiliki reaksi yang berlawanan terhadap kuantitas pesanan. Apabila kuantitas pesanan meningkat maka frekuensi pemesanan lebih sedikit

2t t

0

Tingkat Persediaan

Ukuran Pesanan, Q

Pemesanan Ulang

(30)

sehingga biaya pemesanan menurun sedangkan apa bila persediaan rata – rata meningkat maka biaya penyimpanan juga meningkat.

Garis yang menghubungkan Q ke waktu (t) pada gambar 2.1 mencerminkan tingkat penggunaan persediaan, permintaan, selama periode waktu t. Dapat dilihat bahwa jumlah persediaan sama dengan kuantitas pesanan (Q), untuk jangka waktu yang pendek karena Q akan digunakan untuk memenuhi permintaan. Hal yang sama, jumlah persediaan nol juga terjadi pada jangka waktu yang pendek karena hanya pada waktu tertentu t (tidak terdapat persediaan). Deduksi dari hal ini adalah jumlah persediaan yang ada merupakan tingkat persediaan rata–rata (average inventory), yaitu:

Di mana:

Q = kuantitas pesanan

Untuk membuktikan hubungan ini, jumlahkan titik–titik yang terdapat pada Q

sepanjang periode t dan dibagi dengan jumlah titik. Misalnya pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Tingkatan Q (Taylor III, W. Bernard 2005)

(31)

Alternatif lain dengan menjumlahkan dua titik ekstrem pada periode t dan dibagi dengan 2. Hasilnya juga 2,5q. Perhitungan ini secara prinsipnya sama, seperti menjumlahkan Q dengan 0 dan membaginya dengan 2 sehingga sama dengan .

Setelah diketahui jumlah persediaan rata–rata maka dapat ditentukan total biaya penyimpanan dengan mengalikan persediaan rata–rata dengan biaya penyimpanan per–unit pertahun, yaitu:

( )

Di mana:

Q = kuantitas pesanan

H = biaya penyimpanan per-unit

Total biaya pemesanan tahunan dihitung dengan mengalikan biaya perpesanan dengan jumlah pesanan pertahun. Sehingga diperoleh rumus total biaya pemesanan adalah:

Total biaya persediaan tahunan secara sederhana merupakan penjumlahan dari biaya penyimpanan dan biaya pemesanan, yaitu :

(32)

H = biaya penyimpanan per-unit

Fungsi biaya ini diperlihatkan pada gambar 2.3 dibawah ini

A

Gambar 2.3 Model Biaya EOQ (Taylor III, W. Bernard 2005)

Kuantitas pesanan optimal terjadi pada titik di gambar 2.3 di mana total biaya mencapai minimum, yang sejajar dengan titik di mana kurva biaya pemesanan berpotongan dengan kurva biaya penyimpanan. Hal ini membuat nilai optimal Q dapat ditentukan dengan membuat persamaan kedua fungsi biaya, sebagai berikut:

( ) ( )

Selain itu, nilai optimal dari Q juga dapat ditentukan dengan menurunkan fungsi dari kurva total biaya persediaan terhadap Q sama dengan nol (kemiringan pada titik minimum pada kurva total biaya), sebagai berikut:

(33)

Di mana:

S = biaya per-pesanan D = permintaan per-periode TC = total biaya persediaan H = biaya penyimpanan per-unit

= kuantitas pesanan optimal EOQ dasar

Total biaya minimum ditentukan dengan memasukkan hasil kuantitas pesanan optimal kedalam persamaan biaya:

Di mana:

= total biaya persediaan minimum EOQ dasar S = biaya per-pesanan

D = permintaan per-periode TC = total biaya persediaan H = biaya penyimpanan per-unit

= kuantitas pesanan optimal EOQ dasar Jumlah pesanan per – tahun dihitung sebagai berikut:

Dengan memperhatikan jumlah hari kerja pada perusahaan maka siklus pemesanan dapat ditentukan sebagai berikut:

(34)

2.3.2 Model EOQ dengan Tingkat Produksi Terbatas

Model EOQ dengan tingkat produksi terbatas atau EPQ (Economic Production Quantity) digunakan jika diasumsikan bahwa pesanan diterima bertahap. Situasi ini banyak ditemukan jika pengguna persediaan juga menjadi produsen barang. Produk– produk yang diproduksi sendiri mempunyai tingkat produksi (p) yang relatif lebih besar daripada tingkat permintaan (d). Model EOQ dengan tingkat produksi terbatas digambarkan secara grafik pada gambar 2.4 sebagai berikut:

Gambar 2.4 Grafik Model EPQ (Agus Ristono 2009)

Istilah pada model ini yang berbeda dari model EOQ dasar dapat diperinci sebagai berikut:

1. Kuantitas pesanan tidak dipenuhi semuanya pada saat yang sama tetapi secara bertahap (p).

2. Tingkat permintaan (d) besarnya relatif terhadap tingkat produksi.

3. Selama produksi dilakukan (tp), tingkat pemenuhan persediaan adalah sama denga tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan (p-d).

L tp

p- d Q

p

(35)

4. Selama Q unit diproduksi, besarnya tingkat persediaan maksimum kurang dari Q karena penggunaan selama pemenuhan.

Komponen biaya pemesanan pada model EOQ dasar tidak berubah akibat penggantian tingkat persediaan bertahap, karena komponen ini hanya tergantung dari jumlah unit yang dipesan pertahun. Namun, komponen biaya penyimpanan tidak sama pada model ini karena persediaan rata–ratanya berbeda.

Pinney, William E dan Donald B. McWilliams (1987) mengemukakan bahwa perhitungan EOQ melibatkan penyeimbangan biaya antara biaya pemesanan dan biaya penyimpanan tahunan. Perhitungan EOQ dengan tingkat produksi terbatas melibatkan penyeimbangan biaya antara biaya penyimpanan dengan biaya pembuatan. Pada model ini tingkat produksi harus lebih besar dari tingkat permintaan. Sehingga didefinisikan sebuah rasio pembangun persediaan (inventory build – up ratio) yaitu:

Di mana:

p = laju produksi bahan baku d = laju permintaan atau penjualan

(36)

Karena jumlah ini merupakan tingkat persediaan maksimum, maka tingkat persediaan rata–rata ditentukan dengan membagi jumlah ini dengan 2, seperti dibawah ini:

[ ( )]

Total biaya penyimpanan diperoleh dengan mengalikan persediaan rata – rata diatas dengan biaya penyimpanan per-unit pertahun, yaitu:

( )

Total biaya pemesanan tahunan dihitung dengan mengalikan biaya perpesanan dengan jumlah pesanan pertahun. Sehingga diperoleh rumus total biaya pemesanan adalah:

Jadi, total biaya persediaan tahunan EOQ dengan tingkat produksi terbatas ditentukan dengan menjumlahkan total biaya penyimpanan dengan biaya pemesanan:

( ) ( )

Di mana:

= total biaya persediaan EOQ dengan tingkat produksi terbatas H = biaya penyimpanan per-unit

(37)

p = laju produksi bahan baku d = laju permintaan atau penjualan

Total biaya persediaan merupakan fungsi dari dua biaya lain, sama seperti model EOQ dasar. Oleh karena itu biaya persediaan minimum terjadi pada saat kurva total biaya mencapai titik terendah, di mana kurva biaya penyimpanan dan biaya pemesanan berpotongan. diperoleh dari persamaan dibawah ini di mana total biaya penyimpanan sama dengan total biaya pemesanan.

( )

( )

Selain itu, nilai optimal dari Q pada EOQ dengan tingkat produksi terbatas juga dapat ditentukan dengan menurunkan fungsi dari total biaya persediaan terhadap Q sama dengan nol, sebagai berikut:

( ) ( )

( )

( )

( )

(38)

Di mana:

= kuantitas pesanan optimal EOQ dengan tingkat produksi terbatas H = biaya penyimpanan per-unit

S = biaya per-pesanan D = permintaan per-periode p = laju produksi bahan baku d = laju permintaan atau penjualan

Total biaya persediaan minimum pada EOQ dengan tingkat produksi terbatas diperoleh dengan memasukkan nilai kuantitas pesanan optimalnya sebagai berikut:

H = biaya penyimpanan per-unit

S = biaya per-pesanan D = permintaan per-periode p = laju produksi bahan baku

d = laju permintaan atau penjualan

(39)

Bab 3

PEMBAHASAN

3. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Alam Agro Abadi adalah perusahaan yang berdiri pada Tahun 1996, bergerak di bidang agribisnis (perkebunan, pabrikasi, dan eksporter), khususnya memproduksi sayur segar dan beraneka sayur olahan (Frozen & Dried Vegetable) yang di ekspor ke pasar international terutama ke negara Jepang, Korea, Taiwan, Malaysia dan Singapore. Lokasi pabrik yang terletak di Sumatera Utara (Berastagi), PT. Alam Agro Abadi merupakan perusahaan yang pertama yang bergerak di bidang industri sayur olahan. Sayur olahan yang dimaksud berasal dari tanaman sayur seperti :

1) Tanaman Lobak (Radish / Daikon) 2) Tanaman Gobo (Burdock)

3) Tanaman Horenso (Spinach / Horenso) 4) Tanaman Wortel (Carrot)

5) Tanaman Kentang (Potato)

6) Tanaman Jagung Muda (Young Corn) 7) Tanaman Kubis (Cabbage)

8) Tanaman Ubi Jalar (Sweet Potato / Satsumaimo) 9) Tanaman Selada Air (Water Cresson)

10) Tanaman Sawi Putih (Chiness Cabbage) 11) Tanaman Rebung Bambu (Bamboo Shoots) 12) Tanaman Brocoli (Broccoli)

13) Tanaman Daun Bawang (Onion Bunch) 14) Tanaman Jamur (Mushroom)

(40)

Meskipun PT. Alam Agro Abadi memiliki kebun sendiri akan tetapi hampir 75% kebutuhan bahan baku berasal dari petani mitra. PT. Alam Agro Abadi mengutamakan kerjasama atau bermitra dengan petani–petani yang bermukim di sekitar pabrik dan luar daerah. Kerjasama yang dilaksanakan oleh PT. Alam Agro Abadi dengan petani adalah untuk mendukung misi pemerintah Indonesia untuk memajukan bidang pertanian. Misi perusahaan tersebut adalah meningkatkan kesejahteraan dan sumber daya ( skill ) petani, meningkatkan kualitas produk pertanian, meningkatkan volume dan nilai ekspor petani, dan memperkenalkan sistem pertanian organik.

3.1.1 Jenis Tanaman dan Perkembangan Lahan

PT. Alam Agro Abadi diketahui mengelolah berbagai macam produk sayuran olahan, penulis menganalisis 5 produk yaitu :

1. Lobak ( Radish/ Daikon )

Varitas: Daili, Daichi, Okura, dan Kampaku. Kesesuaian tumbuh 750–2000 mdpl. Asal benih Jepang, umur tanaman mulai dari masa penanaman sampai dengan panen berkisar ± 55 s/d 65 hari. Rata–rata produktivitas selama dibudidayakan di daerah Kabupaten Deli Serdang, Karo, Simalungun, dan Dairi mencapai antara 30–40 ton per–hektar.

2. Bayam ( Spinach/ Horenso )

Varitas: Atlas, Scoop, dan Joker. Kesesuaian tumbuh 850–2.000 mdpl. Asal benih Jepang, umur tanaman mulai dari masa penanaman sampai dengan panen berkisar ± 35 s/d 40 hari. Rata-rata produktivitas hasil selama dibudidayakan di daerah Kabupaten, Karo, Simalungun, dan Dairi mencapai 20–25 ton per–hektar.

3. Wortel ( Carrot )

(41)

dibudidayakan di daerah Kabupaten, Karo, Simalungun dan Dairi mencapai antara 20–25 ton per–hektar.

4. Kentang ( Potato )

Varitas: Granola dan Herta. Kesesuaian tumbuh 750–2.000 mdpl. Asal benih Jepang & Australlia berupa umbi. Umur tanaman mulai dari masa penanaman sampai dengan panen berkisar ± 180 hari. Rata–rata produktivitas hasil selama dibudidayakan di daerah Kabupaten, Karo, Simalungun dan Dairi mencapai antara 15–20 ton per–hektar.

5. Ubi Jalar ( Sweet Potato/ Satsumaimo )

Varitas: Beniazuma. Kesesuaian tumbuh 750–2.000 mdpl. Asal benih Jepang berupa stek dan umbi, umur tanaman mulai dari masa penanaman sampai dengan panen berkisar ± 180 hari. Rata-rata produktivitas hasil selama dibudidayakan di daerah Kabupaten Karo, dan Dairi mencapai antara 10–20 ton per–hektar.

3.1.2 Proses Produksi

Proses produksi untuk setiap sayur olahan biasanya sama dan secara garis besar terdapat 4 tahap yaitu:

1. Pembuangan kulit menggunakan shapping machine

2. Pemotongan bahan baku 3. Pengemasan produk

4. Pengecekan produk menggunakan mesin metal detector

5. Produk dibekukan pada mesin pendingin

(42)

Pembungan Kulit di Shapping Machine Pemotongan Sayur Olahan

Pengecekan Produk pada Metal Detector Produk dikemas

Produk Sayur Olahan Lobak

Gambar 3.1 Proses Produksi Lobak (Company Profile PT.AAA)

(43)

Produk Sayur Olahan Bayam

Gambar 3.2 Proses Produksi Bayam (Company Profile PT.AAA)

Pemilihan wortel Pencucian Pengemasan

Produk Sayur Olahan Wortel

(44)

Pemilihan kentang Pengemasan Pendinginan

Produk Sayur Olahan kentang

Gambar 3.4 Proses Produksi Kentang (Company Profile PT.AAA)

(45)

Produk Sayur Olahan Ubi Jalar

Gambar 3.5 Proses Produksi Ubi Jalar (Company Profile PT.AAA)

4. Pengumpulan Data

Data yang digunakan untuk penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan manager pabrik dan pengambilan data sekunder yang diperoleh dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) pada PT. Alam Agro abadi tahun 2013. Data perencanaan digunakan karena pabrik saat ini sedang masa renovasi dan diharapkan dapat beroperasi tahun 2013. Adapun data tersebut adalah:

1. Data produksi Daikon, Horenso, Carrot, Potato dan Satsumaimo

2. Data jumlah bahan baku Daikon, Horenso, Carrot, Potato dan Satsumaimo oleh petani mitra

3. Biaya pemesanan bahan baku Daikon, Horenso, Carrot, Potato dan Satsumaimo

4. Biaya penyimpanan produk

3.2.1 Data Produksi pada PT. Alam Agro Abadi Tahun 2013

(46)

yang mempunyai permintaan tetap pada perusahaan tersebut. Data produk yang diproduksi PT. Alam Agro Abadi tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Data Produksi PT Alam Agro Abadi Tahun 2013

No Produk Jumlah Produksi/ bulan(kg)

1 Daikon 200.000

2 Horenso 200.000

3 Carrot 150.000

4 Potato 100.000

5 Satsumaimo 250.000

Sumber: RKAP PT ALAM AGRO ABADI

3.2.2 Data Bahan Baku Sayur Olahan pada PT. Alam Agro Abadi

Setiap produk sayur olahan yang diproduksi oleh PT. Alam Agro Abadi membutuhkan bahan baku sayuran segar. Adapun bahan baku sayur olahan tersebut diperoleh dari pembudidayaan tanaman yang dilakukan petani mitra. Adapun data luas lahan petani mitra tersebut dapat dilihat pada tabel 3.2, yaitu:

Tabel 3.2 Data Luas Lahan Petani Mitra PT Alam Agro Abadi Tahun 2013

No Bahan Baku Luas Lahan

(Ha)

1 Lobak 15

2 Bayam 30

3 Wortel 50

4 Kentang 25

5 Ubi Jalar 180

Sumber: RKAP PT ALAM AGRO ABADI

(47)

Tabel 3.3 Data Hasil Tanaman PT Alam Agro Abadi Tahun 2013

No Bahan Baku Hasil Tanaman/ ha (Ton) Masa Tanam

1 Lobak 60 2 bulan

2 Bayam 20 40 hari

3 Wortel 20 3 bulan

4 Kentang 20 4 bulan

5 Ubi Jalar 15 6 bulan

Sumber: RKAP PT ALAM AGRO ABADI

Dari tabel 3.2 dan tabel 3.3 maka diperoleh tabel 3.4 yang merupakan data bahan baku yang dihasilkan oleh petani mitra dalam satu periode masa tanam untuk tiap bahan baku. Adapun tabel 3.4 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Data Bahan Baku PT Alam Agro Abadi Tahun 2013

No Bahan Baku Jumlah Bahan Baku (Ton) Masa Tanam

1 Lobak 900 2 bulan

2 Bayam 600 40 hari

3 Wortel 1000 3 bulan

4 Kentang 500 4 bulan

5 Ubi Jalar 2700 6 bulan

(48)

Tabel 3.5 Data Hasil Tanaman PT Alam Agro Abadi per-bulan

3.2.3 Data Biaya Pemesanan Bahan Baku Sayur Olahan Alam Agro

Total biaya pemesanan umumnya mencakup beberapa atau seluruh hal–hal berikut ini: a. Biaya pemrosesan suatu pemesanan, termasuk seluruh pencatatan

b. Biaya transportasi untuk mengangkut pesanan

c. Biaya menurunkan pesanan dan menempatkannya dalam persediaan d. Gaji pegawai yang terlibat dalam proses pemesanan

e. Seluruh perlengkapan yang digunakan dalam pemesanan, termasuk formulir, perangko, telepon, dan waktu penggunaan komputer

Pada umumnya jumlah biaya pemesanan menurun atau meningkat sesuai dengan jumlah pesananan. Dari hasil wawancara pada PT. Alam Agro Abadi diketahui bahwa perusahaan tersebut mempunyai biaya pemesanan mencakup biaya materai, biaya administrasi dan biaya angkut. Biaya pengangkutan bahan baku dihitung berdasarkan jumlah angkut. Satu kali mengangkut yang dibayar Rp 150.000,- dan dapat mengangkut 50 ton bahan baku lobak, wortel, kentang dan ubi jalar sedangkan satu kali mengangkut bayam hanya berisi 20 ton. Biaya pemesanan dari tiap bahan baku dalam satu periode adalah sebagai berikut:

(49)

Tabel 3.6 Data Biaya Pemesanan Lobak

No Keterangan Biaya

1 Biaya Materai Rp 6.000,-

2 Biaya Administrasi Rp 120.000,-

3 Biaya Angkut Lobak Rp 600.000,-

Total Rp 726.000,-

2. Biaya Pemesanan Bahan Baku Horenso ( Bayam )

Biaya angkut bayam untuk 200 ton adalah Rp 1.500.000,-

Tabel 3.7 Data Biaya Pemesanan Bayam

No Keterangan Biaya

1 Biaya Materai Rp 6.000,-

2 Biaya Administrasi Rp 120.000,-

3 Biaya Angkut Lobak Rp 1.500.000,-

Total Rp 1.626.000,-

3. Biaya Pemesanan Bahan Baku Carrot ( Wortel )

Biaya angkut wortel untuk 150 ton adalah Rp 450.000,-

Tabel 3.8 Data Biaya Pemesanan Wortel

No Keterangan Biaya

1 Biaya Materai Rp 6.000,-

2 Biaya Administrasi Rp 120.000,-

3 Biaya Angkut Lobak Rp 450.000,-

Total Rp 576.000,-

4. Biaya Pemesanan Bahan Baku Potato ( Kentang )

(50)

Tabel 3.9 Data Biaya Pemesanan Kentang

No Keterangan Biaya

1 Biaya Materai Rp 6.000,-

2 Biaya Administrasi Rp 120.000,-

3 Biaya Angkut Lobak Rp 300.000,-

Total Rp 426.000,-

5. Biaya Pemesanan Bahan Baku Satsumaimo ( Ubi Jalar ) Biaya angkut ubi jalar untuk 250 ton adalah Rp 750.000,-

Tabel 3.10 Data Biaya Pemesanan Ubi Jalar

No Keterangan Biaya

1 Biaya Materai Rp 6.000,-

2 Biaya Administrasi Rp 120.000,-

3 Biaya Angkut Lobak Rp 750.000,-

Total Rp 876.000,-

3.2.4 Data Biaya Penyimpanan PT. Alam Agro Abadi

Biaya penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan persediaan bahan baku yang merupakan akibat dari penyimpanan bahan baku tersebut selama satu periode tertentu. Biaya penyimpanan bahan baku sayur olahan disimpan pada kontainer pendingin. Dari hasil wawancara diketahui bahwa biaya listrik untuk kontainer pabrik setiap bulannya adalah Rp 70.000.000,- dengan perkiraan kapasitas kontainer sebesar 200 ton. Jadi, berdasarkan hal diatas dapat diketahui:

Sehingga diperoleh biaya penyimpanan per–unit atau perkilogram bahan baku tersebut adalah:

(51)

Biaya penyusutan atau biaya kerusakan dapat dihitung berdasarkan penyusutan atau kerusakan bahan baku selama penyimpanan yang diasumsikan sebesar 0,5% dari harga bahan baku perkilogram. Harga bahan baku per-kilogram saat ini dapat dilihat pada tabel 3.11 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.11 Data Harga Bahan Baku per-kg

No Bahan Baku Harga Bahan Baku/ kg Biaya Penyusutan (0,5%)

1 Lobak Rp 500,- Rp 2,5,-

2 Bayam Rp 2.500,- Rp 12,5,-

3 Wortel Rp 1.500,- Rp 7,5,-

4 Kentang Rp 4.000,- Rp 20,-

5 Ubi Jalar Rp 2.000,- Rp 10,-

Sehingga biaya penyimpanan untuk setiap bahan baku adalah jumlah biaya listrik dengan biaya penyusutan. Maka biaya penyimpanan untuk tiap bahan baku per– kilogram adalah sebagai berikut:

Tabel 3.12 Data Biaya Penyimpanan Bahan Baku per-kg

No Bahan Baku Biaya Penyimpanan/ kg (H)

1 Lobak Rp 352,5,-

2 Bayam Rp 362,5,-

3 Wortel Rp 357,5,-

4 Kentang Rp 370,-

5 Ubi Jalar Rp 360,-

3.3 Pengolahan Data

(52)
(53)

3.3.1 Menentukan Total Harga Setiap Bahan Baku PT. AAA

Data bahan baku sayur olahan yang mempunyai permintaan tetap ada 5 jenis. Total harga bahan baku dari 5 jenis bahan baku tersebut dapat dilihat pada tabel 3.13. Data ini diperoleh dari wawancara dengan manager pabrik yang bekerja di PT. AAA, sebagai berikut:

Tabel 3.13 Data Total Harga Bahan Baku Alam Agro Abadi per-bulan

No Bahan Baku Jumlah kentang mempunyai harga jual perkilogram yang paling tinggi di pasar yaitu sebesar Rp 4.000,-. Sehingga total pembelian bahan baku PT. AAA setiap bulannya adalah sebesar Rp 17.250.000.000,-.

3.3.2 Perhitungan Kuantitas Pesanan Optimal Menggunakan EOQ dengan

Tingkat Produksi Terbatas

Analisis persediaan bahan baku sayur olahan pada PT. AAA dilakukan dengan menghitung kuantitas pesanan optimal menggunakan model Economic Order Quantity

(EOQ) dengan tingkat produksi terbatas. Berikut ini adalah perhitungan kuantitas pesanan optimal untuk setiap bahan baku.

a. Lobak

(54)

1. Jumlah kebutuhan lobak dalam satu bulan (d = 200.000 kg)

2. Jumlah kebutuhan lobak dalam satu tahun ( D = d x 12 = 2.400.000 kg) 3. Biaya pemesanan bahan baku lobak (S = Rp 726.000,-)

4. Biaya penyimpanan bahan baku (H = Rp 352,5)

5. Laju produksi tanaman lobak per – bulan (p = 300.000 kg)

Kuantitas pesanan bahan baku optimal untuk tanaman lobak diperoleh dengan menggunakan rumus:

√ √

Jadi, dari perhitungan diatas diketahui kuantitas pesanan optimal tanaman lobak menggunakan model EOQ dengan tingkat produksi terbatas dalam satu periode (per – bulan) adalah sebesar 172.209,56 kg.

b. Bayam

Data yang diketahui adalah:

1. Jumlah kebutuhan bayam dalam satu bulan (d = 200.000 kg)

2. Jumlah kebutuhan bayam dalam satu tahun ( D = d x 12 = 2.400.000 kg) 3. Biaya pemesanan bahan baku bayam (S = Rp 1.626.000,-)

4. Biaya penyimpanan bahan baku (H = Rp 362,5)

5. Laju produksi tanaman bayam per – bulan (p = 400.000 kg)

(55)

Jadi, dari perhitungan diatas diketahui kuantitas pesanan optimal tanaman bayam menggunakan model EOQ dengan tingkat produksi terbatas dalam satu periode (per – bulan) adalah sebesar 207.477,7 kg.

c. Wortel

Data yang diketahui adalah:

1. Jumlah kebutuhan wortel dalam satu bulan (d = 150.000 kg)

2. Jumlah kebutuhan wortel dalam satu tahun ( D = d x 12 = 1.800.000 kg) 3. Biaya pemesanan bahan baku wortel (S = Rp 576.000,-)

4. Biaya penyimpanan bahan baku (H = Rp 357,5)

5. Laju produksi tanaman wortel per – bulan (p = 340.000 kg)

Kuantitas pesanan bahan baku optimal untuk tanaman wortel diperoleh dengan menggunakan rumus:

(56)

√ √

Jadi, dari perhitungan diatas diketahui kuantitas pesanan optimal tanaman wortel menggunakan model EOQ dengan tingkat produksi terbatas dalam satu periode (per – bulan) adalah sebesar 101.825,35 kg.

d. Kentang

Data yang diketahui adalah:

1. Jumlah kebutuhan kentang dalam satu bulan (d = 100.000 kg)

2. Jumlah kebutuhan kentang dalam satu tahun ( D = d x 12 = 1.200.000 kg) 3. Biaya pemesanan bahan baku kentang (S = Rp 426.000,-)

4. Biaya penyimpanan bahan baku (H = Rp 370)

5. Laju produksi tanaman kentang per – bulan (p = 240.000 kg)

Kuantitas pesanan bahan baku optimal untuk tanaman kentang diperoleh dengan menggunakan rumus:

(57)

Jadi, dari perhitungan diatas diketahui kuantitas pesanan optimal tanaman kentang menggunakan model EOQ dengan tingkat produksi terbatas dalam satu periode (per – bulan) adalah sebesar 68.809,63 kg.

e. Ubi Jalar

Data yang diketahui adalah:

1. Jumlah kebutuhan ubi jalar dalam satu bulan (d = 250.000 kg)

2. Jumlah kebutuhan ubi jalar dalam satu tahun ( D = d x 12 = 3.000.000 kg) 3. Biaya pemesanan bahan baku ubi jalar (S = Rp 876.000,-)

4. Biaya penyimpanan bahan baku (H = Rp 360,-)

5. Laju produksi tanaman ubi jalar per – bulan (p = 450.000 kg)

Kuantitas pesanan bahan baku optimal untuk tanaman ubi jalar diperoleh dengan menggunakan rumus:

(58)

3.3.3 Perhitungan Total Biaya Persediaan Minimum Menggunakan EOQ

dengan Tingkat Produksi Terbatas

Total biaya persediaan minimum dapat dihitung dengan memasukkan nilai yang telah diperoleh pada 3.3.2. Berikut ini adalah perhitungan total biaya persediaan minimum untuk setiap bahan baku.

a. Lobak

Data yang diketahui adalah:

1. Jumlah kebutuhan lobak dalam satu bulan (d = 200.000 kg) 2. Kuantitas pesanan optimal lobak ( = )

3. Jumlah kebutuhan lobak dalam satu tahun ( D = d x 12 = 2.400.000 kg) 4. Biaya pemesanan bahan baku lobak (S = Rp 726.000,-)

5. Biaya penyimpanan bahan baku (H = Rp 352,5)

6. Laju produksi tanaman lobak per – bulan (p = 300.000 kg)

Jadi, dari perhitungan diatas diketahui total biaya persediaan minimum tanaman lobak menggunakan model EOQ dengan tingkat produksi terbatas adalah sebesar Rp 20.224.730,34

b. Bayam

Data yang diketahui adalah:

(59)

2. Kuantitas pesanan optimal bayam ( = )

3. Jumlah kebutuhan bayam dalam satu tahun ( D = d x 12 = 2.400.000 kg) 4. Biaya pemesanan bahan baku bayam (S = Rp 1.626.000,-)

5. Biaya penyimpanan bahan baku (H = Rp 362,5)

6. Laju produksi tanaman bayam per – bulan (p = 400.000 kg)

Jadi, dari perhitungan diatas diketahui total biaya persediaan minimum tanaman bayam menggunakan model EOQ dengan tingkat produksi terbatas adalah sebesar Rp 37.610.608,57

c. Wortel

Data yang diketahui adalah:

1. Jumlah kebutuhan wortel dalam satu bulan (d = 150.000 kg) 2. Kuantitas pesanan optimal wortel ( = )

3. Jumlah kebutuhan wortel dalam satu tahun ( D = d x 12 = 1.800.000 kg) 4. Biaya pemesanan bahan baku wortel (S = Rp 576.000,-)

5. Biaya penyimpanan bahan baku (H = Rp 357,5)

(60)

( ) ( )

Jadi, dari perhitungan diatas diketahui total biaya persediaan minimum tanaman wortel menggunakan model EOQ dengan tingkat produksi terbatas adalah sebesar Rp 20.356.468,25

d. Kentang

Data yang diketahui adalah:

1. Jumlah kebutuhan kentang dalam satu bulan (d = 100.000 kg) 2. Kuantitas pesanan optimal kentang ( = )

3. Jumlah kebutuhan kentang dalam satu tahun ( D = d x 12 = 1.200.000 kg) 4. Biaya pemesanan bahan baku kentang (S = Rp 426.000,-)

5. Biaya penyimpanan bahan baku (H = Rp 370)

(61)

Jadi, dari perhitungan diatas diketahui total biaya persediaan minimum tanaman kentang menggunakan model EOQ dengan tingkat produksi terbatas adalah sebesar Rp 14.863.206,43

e. Ubi Jalar

Data yang diketahui adalah:

1. Jumlah kebutuhan ubi jalar dalam satu bulan (d = 250.000 kg) 2. Kuantitas pesanan optimal ubi jalar ( = )

3. Jumlah kebutuhan ubi jalar dalam satu tahun ( D = d x 12 = 3.000.000 kg) 4. Biaya pemesanan bahan baku ubi jalar (S = Rp 876.000,-)

5. Biaya penyimpanan bahan baku (H = Rp 360,-)

6. Laju produksi tanaman ubi jalar per – bulan (p = 450.000 kg)

Total biaya persediaan minimum (total cost) tanaman ubi jalar diperoleh dengan menggunakan rumus:

( )

( ) ( )

( )

(62)

3.3.4 Perhitungan Tingkat Persediaan Maksimum, Jangka Waktu Produksi

Berjalan, dan Jumlah Pesanan per – Tahun

Setelah kuantitas pesanan optimal diperoleh maka selanjutnya akan dihitung jangka waktu produksi berjalan (tp), jumlah pesanan per – tahun dan tingkat persediaan maksimum untuk setiap bahan baku sayur olahan.

a. Lobak

 Jangka Waktu Produksi Berjalan (tp)

Jangka waktu penerimaan pesanan bahan baku biasanya disebut juga jangka waktu produksi berjalan (production run). Jangka waktu produksi berjalan untuk tanaman lobak adalah sebagai berikut:

Dari perhitungan diatas diketahui jangka waktu produksi berjalan untuk tanaman lobak dapat dilakukan dalam waktu 18 hari dalam satu periode (per – bulan)

 Jumlah Pesanan per – Tahun

Jumlah pesanan per – tahun merupakan jumlah produksi berjalan (production run) yang akan dilakukan untuk tanaman lobak dalam jangka waktu satu tahun, dihitung sebagai berikut:

(63)

Di mana:

(kuantitas pesanan optimal) = 172.209,56 kg D (jumlah kebutuhan tanaman lobak per – tahun) = 2.400.000 kg

Dari perhitungan diatas diketahui dalam satu tahun pesanan bahan baku tanaman lobak dapat dilakukan sebanyak 14 kali

 Tingkat Persediaan Maksimum

Dari perhitungan diatas diketahui tingkat persediaan maksimum tanaman lobak dalam satu periode sebanyak 57.345,78 kg

b. Bayam

 Jangka Waktu Produksi Berjalan (tp)

Jangka waktu penerimaan pesanan bahan baku biasanya disebut juga jangka waktu produksi berjalan (production run). Jangka waktu produksi berjalan untuk tanaman bayam adalah sebagai berikut:

(64)

(kuantitas pesanan optimal) = 207.477,7 kg p (laju produksi tanaman bayam per – bulan) = 400.000 kg

Dari perhitungan diatas diketahui jangka waktu produksi berjalan untuk tanaman bayam dapat dilakukan dalam waktu 16 hari dalam satu periode (per – bulan)

 Jumlah Pesanan per – Tahun

Jumlah pesanan per – tahun merupakan jumlah produksi berjalan (production run) yang akan dilakukan untuk tanaman bayam dalam jangka waktu satu tahun, dihitung sebagai berikut:

D (jumlah kebutuhan tanaman bayam per – tahun) = 2.400.000 kg

Dari perhitungan diatas diketahui dalam satu tahun pesanan bahan baku tanaman bayam dapat dilakukan sebanyak 12 kali

(65)

Dari perhitungan diatas diketahui tingkat persediaan maksimum tanaman bayam dalam satu periode sebanyak 103.738,85 kg

c. Wortel

 Jangka Waktu Produksi Berjalan (tp)

Jangka waktu penerimaan pesanan bahan baku biasanya disebut juga jangka waktu produksi berjalan (production run). Jangka waktu produksi berjalan untuk tanaman wortel adalah sebagai berikut:

p (laju produksi tanaman wortel per – bulan) = 340.000 kg

Dari perhitungan diatas diketahui jangka waktu produksi berjalan untuk tanaman wortel dapat dilakukan dalam waktu 9 hari dalam satu periode (per – bulan)

 Jumlah Pesanan per – Tahun

Jumlah pesanan per – tahun merupakan jumlah produksi berjalan (production run) yang akan dilakukan untuk tanaman wortel dalam jangka waktu satu tahun, dihitung sebagai berikut:

(66)

Dari perhitungan diatas diketahui dalam satu tahun pesanan bahan baku tanaman wortel dapat dilakukan sebanyak 18 kali

 Tingkat Persediaan Maksimum

Tingkat persediaan maksimum ( ) tanaman wortel dapat dihitung sebagai berikut:

( )

( )

Di mana:

(kuantitas pesanan optimal) = 101.825,35 kg p (laju produksi tanaman wortel per – bulan) = 340.000 kg d (jumlah kebutuhan wortel per – bulan) = 150.000 kg

Dari perhitungan diatas diketahui tingkat persediaan maksimum tanaman wortel dalam satu periode sebanyak 56.920,37 kg

d. Kentang

 Jangka Waktu Produksi Berjalan (tp)

Jangka waktu penerimaan pesanan bahan baku biasanya disebut juga jangka waktu produksi berjalan (production run). Jangka waktu produksi berjalan untuk tanaman kentang adalah sebagai berikut:

Di mana:

Diasumsikan satu bulan terdapat 30 hari

(67)

Dari perhitungan diatas diketahui jangka waktu produksi berjalan untuk tanaman kentang dapat dilakukan dalam waktu 9 hari dalam satu periode (per – bulan)

 Jumlah Pesanan per – Tahun

Jumlah pesanan per – tahun merupakan jumlah produksi berjalan (production run) yang akan dilakukan untuk tanaman kentang dalam jangka waktu satu tahun, dihitung sebagai berikut:

D (jumlah kebutuhan tanaman kentang per – tahun) = 1.200.000 kg

Dari perhitungan diatas diketahui dalam satu tahun pesanan bahan baku tanaman kentang dapat dilakukan sebanyak 18 kali

 Tingkat Persediaan Maksimum

Tingkat persediaan maksimum ( ) tanaman kentang dapat dihitung sebagai berikut:

(68)

e. Ubi Jalar

 Jangka Waktu Produksi Berjalan (tp)

Jangka waktu penerimaan pesanan bahan baku biasanya disebut juga jangka waktu produksi berjalan (production run). Jangka waktu produksi berjalan untuk tanaman ubi jalar adalah sebagai berikut:

Dari perhitungan diatas diketahui jangka waktu produksi berjalan untuk tanaman ubi jalar dapat dilakukan dalam waktu 12 hari dalam satu periode (per – bulan)

 Jumlah Pesanan per – Tahun

Jumlah pesanan per – tahun merupakan jumlah produksi berjalan (production run) yang akan dilakukan untuk tanaman ubi jalar dalam jangka waktu satu tahun, dihitung sebagai berikut:

D (jumlah kebutuhan tanaman ubi jalar per – tahun) = 2.400.000 kg

Dari perhitungan diatas diketahui dalam satu tahun pesanan bahan baku tanaman ubi jalar dapat dilakukan sebanyak 17 kali

(69)

Tingkat persediaan maksimum ( ) tanaman ubi jalar dapat dihitung sebagai berikut:

( )

( )

Di mana:

(kuantitas pesanan optimal) = 181.245,69 kg p (laju produksi tanaman ubi jalar per – bulan) = 450.000 kg d (jumlah kebutuhan ubi jalar per – bulan) = 200.000 kg

Dari perhitungan diatas diketahui tingkat persediaan maksimum tanaman ubi jalar dalam satu periode sebanyak 80.654,33 kg

3.3.5 Perhitungan Kuantitas Pesanan Optimal dan Total Biaya Persediaan

Minimum Menggunakan Model EOQ Dasar

Model EOQ dasar digunakan untuk kuantitas pesanan optimal dengan ciri – ciri permintaan diketahui pasti dan relatif konstan sepanjang tahun, kekurangan tidak diperkenankan, dan kuantitas yang dipesan diterima sekaligus. Perhitungan bahan baku sayur olahan menggunakan model ini bertujuan untuk mengetahui besarnya selisih total biaya persediaan antara model EOQ dengan tingkat produksi terbatas dan EOQ dasar. Berikut ini adalah perhitungan kuantitas pesanan optimal dan total biaya persediaan minimum menggunakan model EOQ dasar untuk setiap bahan baku.

a. Lobak

Data yang diketahui adalah:

1. Jumlah kebutuhan lobak dalam satu tahun ( D = d x 12 = 2.400.000 kg) 2. Biaya pemesanan bahan baku lobak (S = Rp 726.000,-)

(70)

Kuantitas pesanan bahan baku optimal untuk tanaman lobak diperoleh dengan menggunakan rumus:

Dari perhitungan diatas diketahui kuantitas pesanan optimal tanaman lobak menggunakan model EOQ dasar adalah sebesar 99.428,152 kg. Sehingga total biaya persediaan minimumnya dapat dihitung sebagai berikut:

( )

Di mana:

1. Kuantitas pesanan optimal lobak ( = )

2. Jumlah kebutuhan lobak dalam satu tahun ( D = d x 12 = 2.400.000 kg) 3. Biaya pemesanan bahan baku lobak (S = Rp 726.000,-)

4. Biaya penyimpanan bahan baku (H = Rp 352,5)

b. Bayam

Data yang diketahui adalah:

Gambar

Gambar 2.1 menggambarkan siklus pemesanan persediaan kontinu yang
Gambar 2.2 Tingkatan Q (Taylor III, W. Bernard 2005)
Gambar 2.3 Model Biaya EOQ (Taylor III, W. Bernard 2005)
Gambar 2.4 Grafik Model EPQ (Agus Ristono 2009)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis teknik pemesanan material ( lotting ) pekerjaan beton menunjukkan bahwa kuantitas pemesanan yang optimal dengan total biaya persediaan minimum pada

Selisih total biaya persediaan tidak signifikan yaitu sebesar 6,3% sehingga dapat dikatakan bahwa perencanaan bahan baku oleh Dika bakery sudah optimal.. Terdapat selisih

Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan mempelajari jurnal-jurnal penelitian dan buku-buku tentang persediaan bahan baku dalam mengoptimalkan total biaya persediaan

Sutrisno (2013:91) menyatakan bahwa Economic Order Quantity ialah suatu metode agar persediaan perusahaan maksimal melalui penentuan kuantitas pembelian bahan baku

Dengan menggunakan metode EOQ, ini bisa didapatkan berapa jumlah pemesanan persediaan bahan baku yang optimal setiap kali dilakukan pemesanan bahan baku pengemas

Dari hasil analisis teknik pemesanan material ( lotting ) pekerjaan beton menunjukkan bahwa kuantitas pemesanan yang optimal dengan total biaya persediaan minimum pada

Dari hasil analisis teknik pemesanan material (lotting) pekerjaan beton menunjukkan bahwa kuantitas pemesanan yang optimal dengan total biaya persediaan minimum pada

Berdasarkan penelitian, dengan menggunakan metode EOQ model Q untuk manajemen persediaan bahan baku kayu pada industri furnitur dapat mengefisiensikan total biaya