• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 2 LANDASAN TEORI 1.8 Persediaan 2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan - Analisis persediaan bahan baku sayur Olahan pada pt. Alam agro abadi Menggunakan model economic order Quantity (eoq) dengan tingkat Produksi terbatas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Bab 2 LANDASAN TEORI 1.8 Persediaan 2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan - Analisis persediaan bahan baku sayur Olahan pada pt. Alam agro abadi Menggunakan model economic order Quantity (eoq) dengan tingkat Produksi terbatas"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 2

LANDASAN TEORI

1.8 Persediaan

2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan

Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi

tiap saat di bidang usaha, baik dagang ataupun industri. Kejadian tersebut dapat

berupa ketersediaan barang yang overload (melampaui kebutuhan) atau sebaliknya

kekurangan barang dalam memenuhi permintaan. Pada dasarnya analisis persediaan

berkenaan dengan teknik mendapatkan tingkat persediaan optimal dengan menjaga

keseimbangan biaya yang tak terduga.

Persediaan dapat dilihat sebagai sebuah penyangga antara fungsi persediaan

dengan fungsi produksi dan antara fungsi produksi dengan fungsi penjualan. Jika

sebuah perusahaan mampu menerima bahan baku pada tingkat yang sama di mana ia

menghasilkan produk jadi dan jika mampu menjual produk jadi pada tingkat yang

sama di mana mereka diproduksi, persediaan tidak akan diperlukan menurut Pinney,

E. William dan Donald B. McWilliams (1987).

Menurut Assauri, S (1993) persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi

barang–barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal.

Menurut Ahyari, A (1999), persediaan adalah salah satu unsur yang paling

aktif dalam operasi perusahaan yang secara kontinu diperoleh, diubah, yang

(2)

perusahaan yang harus dilakukan secara berturut–turut untuk memproduksi barang serta selanjutnya menyampaikannya kepada pelanggan atau konsumen.

Persediaan (inventory) merupakan stok barang yang disimpan oleh suatu

perusahaan untuk memenuhi permintaan pelanggan. Umumnya setiap jenis

perusahaan memiliki berbagai bentuk persediaan. Hal ini dikemukakan oleh Taylor

III, W. Bernard (2005)

Nasution, A. H. dan Prasetyawan, Y (2008) mengemukakan bahwa masalah

umum yang dihadapi suatu sistem dalam mengelola persediaannya adalah masalah

kuantitatif dan kualitatif. Hal–hal yang berkaitan dengan masalah kuantitatif adalah: a. Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan atau dibuat

b. Kapan pemesanan dilakukan

c. Berapa jumlah persediaan pengamannya

d. Metode pengendalian persediaan mana yang digunakan

Sedangkan masalah kualitatif adalah hal–hal yang berkaitan dengan sistem

pengoperasian persediaan yang akan menjamin kelancaran sistem persediaan yaitu:

a. Jenis barang apa yang dimiliki

b. Di mana barang tersebut berada

c. Berapa jumlah barang yang dipesan

d. Siapa saja yang menjadi pemasok masing–masing item.

Fungsi persediaan menurut Handoko, T. Hani (1984), antara lain :

a. Fungsi Decoupling

Persediaan decoupling ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi

permintan langganan tanpa tergantung pada supplier. Untuk dapat

memenuhi fungsi ini dilakukan cara-cara sebagai berikut:

1. Persediaan bahan mentah disiapkan dengan tujuan agar perusahaan

tidak sepenuhnya tergantung penyediaannya pada suplier dalam hal

kuantitas dan pengiriman.

2. Persediaan barang dalam proses ditujukan agar tiap bagian yang

(3)

3. Persediaan barang jadi disiapkan pula dengan tujuan untuk memenuhi

permintaan yang bersifat tidak pasti dari langganan.

b. Fungsi Economic Lot Sizing

Tujuan dari fungsi ini adalah pengumpulan persediaan agar perusahaan

dapat berproduksi serta menggunakan seluruh sumber daya yang ada dalam

jumlah yang cukup dengan tujuan agar dapat menguranginya biaya perunit

produk.

c. Fungsi Antisipasi

Perusahaan sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan

permintaan akan barang barang selama periode pemesanan kembali,

sehingga memerlukan kuantitas persediaan ekstra. Persediaan antisipasi ini

penting agar proses produksi tidak terganggu. Sehubungan dengan hal

tersebut perusahaan sebaiknya mengadakan seaseonal inventory (persediaan

musiman).

2.1.2 Jenis–Jenis Persediaan

Assauri, S (1993) mengemukakan bahwa persediaan dibedakan atau dikelompokkan

menurut jenis dan posisi barang tersebut di dalam urutan pengerjaan produk, yaitu:

a. Persediaan bahan baku (Raw Materials Stock), yaitu persediaan dari

barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Barang dapat

diperoleh dari sumber–sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang

menggunakannya.

b. Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchased parts/ komponen

stock) yaitu persediaan barang–barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung diassembling dengan parts

lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya.

c. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan (supplies

stock) yaitu persediaan barang–barang atau bahan–bahan yang diperlukan dalam proses produksi atau yang digunakan dalam proses produksi untuk

(4)

suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang

jadi.

d. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process/

progress stock) yaitu persediaan barang–barang yang keluar dari tiap–tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan–bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang

jadi.

e. Persediaan barang jadi (finished goods stock) yaitu persediaan barang-barang

yang telah selesai diproses dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada

pelanggan atau perusahaan lain. Jadi barang jadi ini merupakan produk selesai

dan telah siap untuk dijual.

2.1.3 Biaya–Biaya dalam Persediaan

Nasution, A. H. dan Prasetyawan, Y (2008) mengemukakan bahwa secara umum

biaya sistem persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai

akibat adanya persediaan. Biaya sistem persediaan terdiri dari biaya pembelian, biaya

pemesanan, biaya simpan dan biaya kekurangan persediaan.

Dalam pembuatan setiap keputusan yang akan mempengaruhi besarnya

(jumlah) persediaan, biaya–biaya variabel berikut ini harus dipertimbangkan.

a. Biaya penyimpanan. Biaya penyimpanan (holding costs atau carrying costs)

terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas

persediaan. Biaya penyimpanan perperiode akan semakin besar apabila

kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak, atau rata–rata persediaan semakin tinggi. Biaya–biaya yang termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah :

1. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk, penerangan,

pemanas atau pendingin).

2. Biaya modal (opportunity cost of capital, yaitu alternatif pendapatan

atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan).

3. Biaya keusangan.

4. Biaya penghitungan phisik dan konsiliasi laporan.

(5)

6. Biaya pajak persediaan.

7. Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan.

8. Biaya penanganan persediaan, dan sebagainya.

Biaya-biaya ini adalah variabel bila bervariasi dengan tingkat persediaan. Bila

biaya fasilitas penyimpanan (gudang) tidak variabel, tetapi tetap; maka tidak

dimasukkan dalam biaya penyimpanan perunit. Biaya penyimpanan persediaan

biasanya berkisar antara 12 sampai 40 persen dari biaya atau harga barang.

Untuk perusahaan–perusahaan manufacturing. Biasanya biaya penyimpanan rata–rata secara konsisten sekitar 25 persen.

b. Biaya pemesanan (pembelian). Setiap kali suatu bahan dipesan, perusahaan

menanggung biaya pemesanan (order costs atau procurement costs).

Biaya-biaya pemesanan secara terperinci meliputi.

1. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi.

2. Upah.

3. Biaya telepon.

4. Pengeluaran surat menyurat (biaya administrasi).

5. Biaya pengepakan dan penimbangan.

6. Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan.

7. Biaya pengiriman ke gudang.

8. Biaya hutang lancar, dan sebagainya.

Secara normal, biaya perpesanan (di luar biaya bahan dan potongan kuantitas)

tidak naik bila, kuantitas pesanan bertambah besar. Tetapi, bila semakin

banyak komponen yang di pesan setiap kali pesan, jumlah pesanan perperiode

turun, maka biaya pemesanan total akan turun. Ini berarti, biaya pemesanan

total perperiode (tahunan) adalah sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan

setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.

c. Biaya penyiapan (manufacturing). Bila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi

diproduksi sendiri "dalam pabrik", perusahaan menghadapi biaya penyiapan

(setup costs) untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri

dari :

1. Biaya mesin-mesin menganggur

2. Biaya persiapan tenaga kerja langsung

(6)

4. Biaya ekspedisi, dan sebagainya.

Seperti biaya pemesanan, biaya penyiapan total perperiode adalah sama

dengan biaya penyiapan dikalikan jumlah penyiapan perperiode. Karena

konsep biaya ini analog dengan biaya pemesanan, maka untuk selanjutnya

akan digunakan istilah "biaya pemesanan" yang dapat berarti keduanya.

d. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan. Dari semua biaya–biaya yang berhubungan dengan tingkat persediaan, biaya kekurangan bahan (shortage

costs) adalah yang paling sulit diperkirakan. Biaya ini timbul bilamana

persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya–biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut :

1. Kehilangan penjualan

2. Kehilangan pelanggan

3. Biaya pemesanan khusus

4. Biaya ekspedisi

5. Selisih harga

6. Terganggunya operasi

7. Tambahan pengeluaran kegiatan menajerial, dan sebagainya

Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktek, terutama karena kenyataan

bahwa biaya ini sering merupakan opportunity costs, yang sulit diperkirakan

secara obyektif.

2.2 Model – Model Persediaan

Menurut Taha, Hamdy (1982), model persediaan dapat dibedakan menjadi dua jenis

yaitu:

a. Model Deterministik

Model deterministik ditandai oleh karakteristik permintaan dan periode

kedatangan yang dapat diketahui secara pasti sebelumnya. Model ini dibedakan

menjadi dua, yaitu:

1. Deterministik statis

Pada model ini tingkat permintaan setiap unit barang untuk tiap periode

(7)

2. Deterministik dinamik

Pada model ini tingkat permintaan setiap unit barang untuk tiap periode

diketahui secara pasti, tetapi bervariasi dari satu periode ke periode.

b. Model Probabilistik

Model probabilistik ditandai oleh karakteristik permintaan dan periode kedatangan

pesanan yang tidak dapat diketahui secara pasti sebelumnya, sehingga perlu

didekati dengan distribusi probabilitas. Model ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Probabilistik Stationary

Pada model ini tingkat permintaan bersifat random, di mana probability

density function dari permintaan tidak dipengaruhui oleh waktu setiap periode

2. Probabilistik Nonstationary

Pada model ini tingkat permintaan bersifat random, di mana probability

density function dari permintaan bervariasi dari satu periode ke periode

lainnya.

2.3 Economic Order Quantity (EOQ)

Economic Order Quantity (EOQ) adalah suatu model untuk menentukan kuantitas

pesanan dalam sistem kontinu. Menurut Taylor III, W. Bernard (2005) fungsi model

EOQ adalah menentukan kuantitas pesanan yang meminimumkan total biaya

persediaan. Beberapa variasi model EOQ, tergantung dari asumsi atas sistem

persediaannya. Penulis akan membahas model EOQ dasar dan model EOQ dengan

tingkat produksi terbatas yang akan digunakan untuk pengolahan data pada penelitian

(8)

2.3.1 Model EOQ Dasar

Model EOQ dasar adalah model yang paling sederhana dibandingkan dengan versi

model lainnya. Formula model ini dikembangkan berdasarkan beberapa asumsi

penyederhanaan dan pembatasan, sebagai berikut:

a. Permintaan diketahui pasti dan relatif konstan sepanjang waktu

b. Kekurangan tidak diperkenankan

c. Waktu tunggu sampai pesanan diterima konstan

d. Kuantitas yang dipesan diterima sekaligus

Pada gambar 2.1 mencerminkan asumsi model dasar ini.

Gambar 2.1 Model EOQ (Taylor III, W. Bernard 2005)

Gambar 2.1 menggambarkan siklus pemesanan persediaan kontinu yang

terdapat pada model EOQ. Kuantitas yang dipesan (Q), diterima dan digunakan

dengan tingkat penggunaan yang sama sepanjang tahun. Q merupakan kuantitas

pesanan yang meminimumkan jumlah biaya penyimpanan dan biaya pemesanan.

Kedua jenis biaya ini memiliki reaksi yang berlawanan terhadap kuantitas pesanan.

Apabila kuantitas pesanan meningkat maka frekuensi pemesanan lebih sedikit

2t t

0

Tingkat Persediaan

Ukuran Pesanan, Q

Pemesanan Ulang

(9)

sehingga biaya pemesanan menurun sedangkan apa bila persediaan rata – rata meningkat maka biaya penyimpanan juga meningkat.

Garis yang menghubungkan Q ke waktu (t) pada gambar 2.1 mencerminkan

tingkat penggunaan persediaan, permintaan, selama periode waktu t. Dapat dilihat

bahwa jumlah persediaan sama dengan kuantitas pesanan (Q), untuk jangka waktu

yang pendek karena Q akan digunakan untuk memenuhi permintaan. Hal yang sama,

jumlah persediaan nol juga terjadi pada jangka waktu yang pendek karena hanya pada

waktu tertentu t (tidak terdapat persediaan). Deduksi dari hal ini adalah jumlah

persediaan yang ada merupakan tingkat persediaan rata–rata (average inventory), yaitu:

Di mana:

Q = kuantitas pesanan

Untuk membuktikan hubungan ini, jumlahkan titik–titik yang terdapat pada Q sepanjang periode t dan dibagi dengan jumlah titik. Misalnya pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Tingkatan Q (Taylor III, W. Bernard 2005)

Diketahui titik–titik pada Q adalah 0, q, 2q, 3q, 4q, 5q. Sehingga persediaan rata– ratanya adalah:

Waktu Tingkat Persediaan

5q

2t t

0 Ukuran pesanan, Q

Pemesanan Ulang

(10)

Alternatif lain dengan menjumlahkan dua titik ekstrem pada periode t dan dibagi

dengan 2. Hasilnya juga 2,5q. Perhitungan ini secara prinsipnya sama, seperti

menjumlahkan Q dengan 0 dan membaginya dengan 2 sehingga sama dengan .

Setelah diketahui jumlah persediaan rata–rata maka dapat ditentukan total

biaya penyimpanan dengan mengalikan persediaan rata–rata dengan biaya penyimpanan per–unit pertahun, yaitu:

( )

Di mana:

Q = kuantitas pesanan

H = biaya penyimpanan per-unit

Total biaya pemesanan tahunan dihitung dengan mengalikan biaya perpesanan

dengan jumlah pesanan pertahun. Sehingga diperoleh rumus total biaya pemesanan

adalah:

( )

Di mana:

S = biaya per-pesanan

D = permintaan per-periode

Q = kuantitas pesanan

Total biaya persediaan tahunan secara sederhana merupakan penjumlahan dari

biaya penyimpanan dan biaya pemesanan, yaitu :

( ) ( )

Di mana:

S = biaya per-pesanan

D = permintaan per-periode

Q = kuantitas pesanan

(11)

H = biaya penyimpanan per-unit

Fungsi biaya ini diperlihatkan pada gambar 2.3 dibawah ini

A

Gambar 2.3 Model Biaya EOQ (Taylor III, W. Bernard 2005)

Kuantitas pesanan optimal terjadi pada titik di gambar 2.3 di mana total biaya

mencapai minimum, yang sejajar dengan titik di mana kurva biaya pemesanan

berpotongan dengan kurva biaya penyimpanan. Hal ini membuat nilai optimal Q dapat

ditentukan dengan membuat persamaan kedua fungsi biaya, sebagai berikut:

( ) ( )

Selain itu, nilai optimal dari Q juga dapat ditentukan dengan menurunkan fungsi dari

kurva total biaya persediaan terhadap Q sama dengan nol (kemiringan pada titik

minimum pada kurva total biaya), sebagai berikut:

(12)

Di mana:

S = biaya per-pesanan

D = permintaan per-periode

TC = total biaya persediaan

H = biaya penyimpanan per-unit

= kuantitas pesanan optimal EOQ dasar

Total biaya minimum ditentukan dengan memasukkan hasil kuantitas pesanan

optimal kedalam persamaan biaya:

Di mana:

= total biaya persediaan minimum EOQ dasar

S = biaya per-pesanan

D = permintaan per-periode

TC = total biaya persediaan

H = biaya penyimpanan per-unit

= kuantitas pesanan optimal EOQ dasar

Jumlah pesanan per – tahun dihitung sebagai berikut:

Dengan memperhatikan jumlah hari kerja pada perusahaan maka siklus pemesanan

dapat ditentukan sebagai berikut:

(13)

2.3.2 Model EOQ dengan Tingkat Produksi Terbatas

Model EOQ dengan tingkat produksi terbatas atau EPQ (Economic Production

Quantity) digunakan jika diasumsikan bahwa pesanan diterima bertahap. Situasi ini

banyak ditemukan jika pengguna persediaan juga menjadi produsen barang. Produk– produk yang diproduksi sendiri mempunyai tingkat produksi (p) yang relatif lebih

besar daripada tingkat permintaan (d). Model EOQ dengan tingkat produksi terbatas

digambarkan secara grafik pada gambar 2.4 sebagai berikut:

Gambar 2.4 Grafik Model EPQ (Agus Ristono 2009)

Istilah pada model ini yang berbeda dari model EOQ dasar dapat diperinci

sebagai berikut:

1. Kuantitas pesanan tidak dipenuhi semuanya pada saat yang sama tetapi secara

bertahap (p).

2. Tingkat permintaan (d) besarnya relatif terhadap tingkat produksi.

3. Selama produksi dilakukan (tp), tingkat pemenuhan persediaan adalah sama

denga tingkat produksi dikurangi tingkat permintaan (p-d).

L tp

p- d

Q

p

(14)

4. Selama Q unit diproduksi, besarnya tingkat persediaan maksimum kurang dari

Q karena penggunaan selama pemenuhan.

Komponen biaya pemesanan pada model EOQ dasar tidak berubah akibat

penggantian tingkat persediaan bertahap, karena komponen ini hanya tergantung dari

jumlah unit yang dipesan pertahun. Namun, komponen biaya penyimpanan tidak sama

pada model ini karena persediaan rata–ratanya berbeda.

Pinney, William E dan Donald B. McWilliams (1987) mengemukakan bahwa

perhitungan EOQ melibatkan penyeimbangan biaya antara biaya pemesanan dan biaya

penyimpanan tahunan. Perhitungan EOQ dengan tingkat produksi terbatas melibatkan

penyeimbangan biaya antara biaya penyimpanan dengan biaya pembuatan. Pada

model ini tingkat produksi harus lebih besar dari tingkat permintaan. Sehingga

didefinisikan sebuah rasio pembangun persediaan (inventory build – up ratio) yaitu:

Di mana:

p = laju produksi bahan baku

d = laju permintaan atau penjualan

Waktu yang dibutuhkan untuk menerima pesanan merupakan ukuran yang

dipesan dibagi dengan laju produksi pesanan, . Jumlah persediaan yang akan

digunakan selama satu periode ditentukan dengan mengalikan waktu yang dibutuhkan

untuk menerima pesanan dengan laju permintaan, . Jumlah persediaan

maksimum adalah kuantitas pesanan dikurangi jumlah yang digunakan selama periode

penerimaan, dihitung sebagai berikut:

(( ) )

Di mana:

= tingkat persediaan maksimum

Q = kuantitas pesanan

p = laju produksi bahan baku

(15)

Karena jumlah ini merupakan tingkat persediaan maksimum, maka tingkat persediaan

rata–rata ditentukan dengan membagi jumlah ini dengan 2, seperti dibawah ini:

[ ( )]

Total biaya penyimpanan diperoleh dengan mengalikan persediaan rata – rata

diatas dengan biaya penyimpanan per-unit pertahun, yaitu:

( )

Di mana:

H = biaya penyimpanan per-unit

Q = kuantitas pesanan

p = laju produksi bahan baku

d = laju permintaan atau penjualan

Total biaya pemesanan tahunan dihitung dengan mengalikan biaya perpesanan

dengan jumlah pesanan pertahun. Sehingga diperoleh rumus total biaya pemesanan

adalah:

( )

Di mana:

S = biaya per-pesanan

D = permintaan per-periode

Q = kuantitas pesanan

Jadi, total biaya persediaan tahunan EOQ dengan tingkat produksi terbatas ditentukan

dengan menjumlahkan total biaya penyimpanan dengan biaya pemesanan:

( ) ( )

Di mana:

= total biaya persediaan EOQ dengan tingkat produksi terbatas H = biaya penyimpanan per-unit

S = biaya per-pesanan

D = permintaan per-periode

(16)

p = laju produksi bahan baku

d = laju permintaan atau penjualan

Total biaya persediaan merupakan fungsi dari dua biaya lain, sama seperti

model EOQ dasar. Oleh karena itu biaya persediaan minimum terjadi pada saat

kurva total biaya mencapai titik terendah, di mana kurva biaya penyimpanan dan

biaya pemesanan berpotongan. diperoleh dari persamaan dibawah ini di mana

total biaya penyimpanan sama dengan total biaya pemesanan.

( )

( ) ( )

( )

Selain itu, nilai optimal dari Q pada EOQ dengan tingkat produksi terbatas juga dapat

ditentukan dengan menurunkan fungsi dari total biaya persediaan terhadap Q sama

dengan nol, sebagai berikut:

( ) ( )

( )

( )

( )

( )

(17)

Di mana:

= kuantitas pesanan optimal EOQ dengan tingkat produksi terbatas

H = biaya penyimpanan per-unit

S = biaya per-pesanan

D = permintaan per-periode

p = laju produksi bahan baku

d = laju permintaan atau penjualan

Total biaya persediaan minimum pada EOQ dengan tingkat produksi terbatas

diperoleh dengan memasukkan nilai kuantitas pesanan optimalnya sebagai berikut:

(

)

( ) Di mana:

= total biaya persediaan minimum EOQ dengan tingkat produksi terbatas

= kuantitas pesanan optimal EOQ dengan tingkat produksi terbatas

H = biaya penyimpanan per-unit

S = biaya per-pesanan

D = permintaan per-periode

p = laju produksi bahan baku

d = laju permintaan atau penjualan

Jangka waktu produksi berjalan pada EOQ dengan tingkat produksi terbatas

dapat diperoleh dengan membagikan nilai kuantitas pesanan optimal dengan tingkat

produksi.

Di mana:

= lamanya produksi berjalan

= kuantitas pesanan optimal EOQ dengan tingkat produksi terbatas

Gambar

Gambar 2.1 menggambarkan siklus pemesanan persediaan kontinu yang
Gambar 2.2 Tingkatan Q (Taylor III, W. Bernard 2005)
Gambar 2.3 Model Biaya EOQ (Taylor III, W. Bernard 2005)
Gambar 2.4 Grafik Model EPQ (Agus Ristono 2009)

Referensi

Dokumen terkait

Uraian di atas memberikan gambaran bahwa perlakuan tetes pada jerami padi memperlihatkan hasil yang lebih baik daripada perlakuan urea, terutama dilihat dari segi kadar

Dari beberapa jawaban yang didapatkan ternyata beberapa siswa tidak mengerjakan seperti yang diharapkan, hal ini dimungkinkan bahwa siswa tersebut memang sepenuhnya tidak mengerti

31 tahun 1997 merumuskan bahwa yang dimaksud dengan pemeriksaan tanpa hadirnya terdakwa dalam pengertian In absentia adalah pemeriksaan yang dilaksanakan supaya perkara

Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Krisis Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat ( 1) huruf a mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas

• Museum Lokal, museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan bukti material, manusia dan atau lingkungannya

Jika anda tidak menggunakan penggulung rambut dengan betul atau jika anda menggunakannya pada tetapan suhu yang salah, anda boleh menyebabkan rambut anda menjadi terlampau panas

Kejujuran merupakan salah satu bagian yang teramat penting bagi kelangsungan hidup manusia di dalam keluarga. Kejujuran di dalam Kehidupan keluarga sangatlah penting