• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan - Perencanaan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dengan Menggunakan Model Economic Order Quantity Studi Kasus: PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Sei Silau Kisaran)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan - Perencanaan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dengan Menggunakan Model Economic Order Quantity Studi Kasus: PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Sei Silau Kisaran)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1

Peramalan

Peramalan adalah bagian yang penting dan bersatu dengan kegiatan pengambilan

keputusan didalam suatu perusahaan, terutama untuk melakukan perencanaan ke masa

depan. Semakin meningkatnya kebutuhan akan peramalan dapat terlihat pada keadaan

masa kini yang sangat ingin menghindari keadaan yang tidak pastioleh sebab itu telah

tersedia berbagai metode peramalan untuk mendukung kebutuhan tersebut.

Masalahnya adalah bagaimana memakai berbagai jenis karakteristik peramalan

tersebut agar sesuai dengan yang dibutuhkan. Pemilihan metode peramalan tersebut

harus mempertimbangkan situasi pada saat peramalan tersebut dilakukan. Situasi

peramalan tersebut sangat beragam, tergantung pada horizon waktu peramalan, pola

data, tingkat ketelitian, persediaan data dan biaya yang dibutuhkan.

Pada dasarnya peramalan itu dikelompokkan dalam dua kategori utama yaitu

metode kuantitatif dan metode kualitatif. Metode kuantitatif meliputi deret berkala

(time series) dan metode kausal (sebab-akibat), sedangkan metode kualitatif meliputi

eksploratories dan metode normatif. Peramalan dengan kuantitatif dapat diterapkan

bila terdapat kondisi sebagai berikut:

1.

Tersedianya informasi tentang masa lalu

2.

Informasi tersebut dapat dikuantifikasikan dalam numerik

3.

Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan berlanjut di

masa mendatang

(2)

tujuan yang kan datang. Kemudian bekerja mundur untuk melihat apakah hal ini dapat

dicapai berdasarkan kendala sumber daya dan teknologi yang tersedia.

2.1.1 Model Deret Berkala

(Time Series)

2.1.1.1 Pola Data Model Deret Berkala

Ada empat jenis pola data untuk deret berkala, yaitu:

1.

Pola Horizon (H)

Pola horizon ini terjadi jika nilai data berfluktuasi disekitar harga rata-rata

yang konstan. Penjualan produk tidak bertambah atau tidak berkurang

disepanjang waktu. Pola horizon dapat digambarkan pada gambar 2.1 berikut.

2.

Pola Musiman (S)

Pola ini terjadi bila deret berkala dipengaruhi oleh faktor-faktor musiman

misalnya tahunan, kwartal, bulanan, mingguan atau harian. Model ini dapat

(3)

3.

Pola Siklis (C)

Pola ini terjadi bila data dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi yang waktunya

relatif panjang dan gerakanya tidak beraturan.pola siklis ini dapat dilihat pada

gambar 2.3 berikut.

4.

Pola Trend (T)

Pola ini dapat terjadi bila secara umum terjadi penambahan atau penurunan

pada data yang ada. Pola ini dapat digambarka seperti terlihat pada gambar 2.4

berikut.

2.1.1.2 Teknik peramalan Deret Berkala

Metode dan teknik peramalan deret berkala adalah metode peramalan berdasarkan

periode waktu. Metode yang termasuk dalam deret berkala adalah :

(4)

1.

Metode Rata-rata Bergerak (Moving Average): Single Moving Average

(SMA) dan Linier Moving Average (LMA).

2.

Metode Exponential Smoothing: Single Exponential Smoothing,

Double Exponential Smoothing, Triple Exponential Smoothing,

Adaptive Response Rate ES (ARRES), Holt 2-Parameters Linier ES,

dan Witer 3-Parameters Linier ES.

b.

Metode Regresi : Konstan, Regresi Linier (Trend), kuadratis , Eksponensial

dan Siklis.

c.

Metode Dekomposisi

Metode yang akan digunakan pada peramalan dalam analisis masalah dan

pemecahan masalah adalah:

a.

Metode Single Exponential Smooting

Pengertian dasar dari metode ini adalah nilai ramalan pada t+1 merupakan

nilai actual pada periode t ditambah dengan penyesuaian yang berasal dari

kesalahan nilai peramalan yang terjadi pada periode t tersebut.

Nilai peramalan dapat dicari dengan persamaan berikut:

𝐹

𝑡+1

=

∝ 𝑥

𝑡

+ (1

−∝

)

𝐹

𝑡

Dimana:

𝑥

𝑡

= data permintaan pada periode –t

α

= Faktor/konstanta pemulusan

𝐹

𝑡+1

= peramalan untuk period ke – t+1

b.

Metode Regresi Linier

Metode kecenderungan dengan regresi merupakan dasar garis kecenderungan

untuk satu persamaan, sehingga dengan persamaan tersebut, dapat

diproyeksikan hal-hal yang akan diteliti pada masa yang akan datang. Untuk

peramalan jangka pendek dan jangka panjang, ketepatan peramalan metode ini

sangat baik. Data yang dibutuhkan untuk metode ini adalah tahunan, semakin

banyak data yang dimiliki semakain baik hasil yang diperoleh. fungsi

peramalan untuk regresi adalah:

(5)

Dimana:

𝑏

=

𝑛 ∑ 𝑋

𝑖

𝑌

𝑖

(

∑ 𝑋

)(

∑ 𝑌

)

𝑛𝑋

𝑖2

(

∑ 𝑋

𝑖

)

2

𝑎

=

𝑛 ∑ 𝑌

𝑖

𝑏

(

∑ 𝑋

𝑖

)

𝑛

Keterangan :

c.

Metode Dekomposisi

Metode dekomposisi merupakan pendekatan peramalan yang tertua. Terdapat

beberapa pendekatan alternatif untuk mendekomposisikan suatu deret berkala

yang semuanya bertujuan memisahkan setiap komponen deret data seteliti

mungkin. Konsep dasar pemisahan bersifat empiris dan tetap, yang mula-mula

memisahkan unsur musiman, kemudaian trend dan akhirnya unsur siklis.

Langkah peramalan secara umum adalah sebagai berikut:

1. Ramalkan fungsi regresi linier biasa

2. Hitung nilai indeks untuk unsur musiman yang ada

3. Gabungkan nilai perolehan indeks, lalu ramalakan nilai baru dengan

mengalikan nilai indeks dengan nilai peramalan memakai fungsi regresi

linier tersebut.

d.

Metode Pemulusan Eksponensial Musiman

Winter’s Three Parameter Trend and Seasonality Method

Salah satu metode peramalan yang daigunakan khusus untuk data musiman

adalah metode pemulusan eksponensial musiman. Metode ini didasarkan pada

tiga persamaan, yaitu unsure stasioner,trend dan musiman, yang dirumuskan

sebagai berikut:

𝑆

𝑡

=

𝛼 �

𝐼

𝑋

𝑡

𝑡−𝐿

+ (1

− 𝛼

)(

𝑆

𝑡−1

+

𝑇

𝑡−1

)

𝑇

𝑡

=

𝛽

(

𝑆

𝑡

+

𝑆

𝑡−1

) + (1

− 𝛽

)

𝑇

𝑡−1

𝐼

𝑡

=

𝛾 �

𝑋

𝑆

𝑡

𝑡

+ (1

− 𝛾

)

𝑇

𝑡−1

(6)

Dimana:

L = jumlah periode dalam satu siklus

I = faktor penyesuaian musiman (indeks musiman)

Sebagaimana dengan perhitungan eksponensial tunggal, nilai inisial

𝑆

𝑡

dapat

disamakan dengan nilai aktualnya atau berupa rata-rata dari beberapa nilai pada

musim yang sama. Sedangkan nilai inisial T dapat dicari dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

2.1.1.3 Kriteria Pemilihan

Trend

Untuk menentukan teknik atau metode peramlan yang paling mendekati

digunakan harga Standard Error Estimate (SEE) rumusa yang digunakan adalah

sebagi berikut:

SEE

= Standard Error Estimate

𝑌

𝑖

= Relasi kebutuhan masa lalu

𝑌�

𝑖

= Nilai trend atau ramalan kebutuhan

n

= Jumlah pengamatan

f

= Derajat kebebasan

f = 1, untuk data konstan

f = 2, untuk data linier

f = 3, untuk data eksponensial

(7)

2.2

Persediaan

( Inventory)

Persedian (Iventory) merupakan salah satu unsur yang paling sangat aktif dalam

operasional perusahaan, tanpa adanya persediaan yang baik perusahaan akan

dihadapkan pada kesulitan dalam mememnuhi permintaan konsumen. Hal ini

mengakibatkan kontinuitas perusahaan yang sangat besar kemungkinannya akan

terganggu. Bila hal ini terjadi maka akan merugikan perusahaan karena laba

perusahaan akan menurun.

Secara umum persediaan meliputi barang atau bahan yang diperlukan

perusahaan dalam proses produksi dan proses distribusi barang. Produksi tidak akan

berjalan lancar bila persediaan bahan baku kurang, demikian juga dengan penjualan

tidak akan berhasil jika persediaan kurang. Mengingat hal itu ada kecenderungan

bahwa perusahaan akan lebih suka untuk mempunyai persediaan yang besar karena

perusahaan akan mempunyai fleksibilitas dalam melakukan produksi dan penjualan.

Namun hal itu juga mempunyai dampak pada biaya penyimpanan, biaya keamanan,

dan biaya pemeliharaan. Oleh karena itu manager perusahaan harus menentukan

jumlah yang seimbang antara perolehan laba dan resiko.

Untuk memahami arti persediaan, maka akan dijelaskan beberapa definisi

persediaan sebagai berikut:

1.

Menurut Eddy Herjanto (1999;219): mengatakan bahwa persediaan adalah “bahan

atau barang yang disimpan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

atau perakitan untuk dijual kembali”.

2.

Sofjan Assauri (1993), menjelaskan bahwa persediaan adalah “Suatu aktiva yang

meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam

suatu periode usaha yang normal”.

(8)

4.

Sri Mulyono (2002), menjelaskan bahwa persediaan adalah “Sumber daya yang

disimpan untuk memenuhi permintaan saat ini dan mendatang”

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah material yang

berupa bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi yang disimpan dalam suatu

tempat atau gudang dimana barang barang tersebut menunggu untuk diproses atau

diproduksi lebih lanjut.

2.1.1 Jenis – Jenis Persediaan

Persediaan dapat dibedakan atau dikelompokkan menurut jenis dan posisi

barang tersebut di dalam urutan pengerjaan produk, yaitu:

1.

Persediaan Bahan Baku (Raw Materials Stock)

Persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses

produksi, yang mana barang dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun

dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi

perusahaan pabrik yang menggunakannya.

2.

Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchased parts)

Persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan

lain, yang dapat secara langsung diassembling dengan parts lain, tanpa melalui

proses produksi sebelumnya.

3.

Persediaan barang-barang perlengkapan (supplies stock)

Persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses

produksi atau yang digunakan dalam proses produksi untuk membantu

berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu

perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.

(9)

Persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik

atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk tetapi lebih perlu

diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.

5.

Persediaan barang jadi (finished goods stock)

Persediaan barang-barang yang telah selesai diproses dalam pabrik dan siap

untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain. Jadi barang jadi ini

merupakan produk selesai dan telah siap untuk dijual.

Disamping itu persediaan dapat dikelompokkan berdasarkan fungsinya, yaitu:

1.

Batch Stock atau Lot Size Inventory

Dalam

Batch Stock atau

Lot Size Inventory,

pembelian atau pembuatan yang

dilakukan untuk jumlah besar, sedangkan penggunaan atau pengeluaran dalam

jumlah kecil. Terjadinya persediaan karena pengadaan bahan/barang yang

dilakukan lebih banyak dari pada yang dibutuhkan.

2.

Fluctuation Stock

Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi

permintaan konsumen, apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang

tidak beraturan atau tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat

diramalkan lebih dahulu. Jadi apabila terdapat fluktuasi permintaan yang

sangat besar, maka persediaan ini (fluctuation stock) dibutuhkan sangat besar

pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut.

3.

Anticipation Stock

(10)

2.1.2 Biaya-Biaya dalam Persediaan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penyelesaian masalah persediaan adalah

meminimumkan biaya total persediaan. Biaya persediaan adalah semua pengeluaran

atau kerugian yang timbul akibat persediaan. Berikut akan diuraikan komponen biaya

dalam persediaan:

a.

Biaya Pembelian (Purchasing Cost)

Biaya pembelian adalah harga pembelian setiap unit item jika item tersebut berasal

dari sumber-sumber eksternal, atau biaya produksi per unit bila item tersebut

berasal dari internal perusahaan.

Biaya pembelian item-item selama satu periode pengendalian persediaan dapat

dirumuskan sebagai berikut:

𝐶𝑃

=

𝐶

.

𝑄

. . .

(1)

Di mana:

𝐶𝑃

= Biaya pembelian selama satu periode

𝐶

= Biaya pembelian per unit

𝑄

= Jumlah pemesanan

b.

Biaya Pengadaan (Procurement Cost)

Ginting, Rosnani (2007) dalam bukunya mengelompokkan biaya pengadaan

menjadi 2 jenis biaya berdasarkan asal-usul barang, yaitu:

1.

Biaya Pemesanan (Order Cost)

Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk

mendatangkan barang dari pihak lain (supplier). Biaya ini pada umumnya

meliputi:

(11)

b.

Biaya ekspedisi

c.

Biaya telepon dan keperluan komunikasi lainnya

d.

Pengeluaran surat-menyurat dan perlengkapan administrasi lainnya.

e.

Biaya pengepakan dan penimbangan

f.

Biaya pemeriksaan penerimaan

g.

Biaya pengiriman ke gudang

Biaya pemesanan tidak tergantung pada jumlah per item barangyang

dipesan tiap kali pemesanan. Biaya pemesanan dipengaruhi frekuensi

pemesanan per-periode kegiatan. Semakin sering dilakukan pemesanan,

maka semakin besar pula total biaya pemesanannya.

Total biaya pemesanan selama satu periode dirumuskan sebagai berikut:

𝑇

𝐶𝑂

=

𝑆

.

𝑛𝑖=1𝐷𝑄𝑖𝑖

. . .

(2)

Di mana :

𝑇

𝐶𝑂

= Total biaya pemesanan selama satu periode

𝑆 = Biaya setiap kali pesan

𝑄

𝑖

=

Jumlah unit item i setiap kali pesan (optimal) Di = Permintaan barang ke-i

2.

Biaya Pembuatan (Setup Cost)

(12)

c.

Biaya Penyimpanan (Holding Cost or Carring Cost)

Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang ditimbulkan oleh

penyimpanan persediaan dalam gudang pada periode waktu tertentu.

Jika barang yang disimpan merupakan barang jadi yang diterima dari pihak lain,

maka biaya penyimpanannya meliputi:

1.

Biaya Sumber Daya Manusia (SDM)

2.

Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan

3.

Biaya modal

4.

Biaya resiko kerusakan, kecurian

5.

Biaya keusangan

6.

Biaya asuransi persediaan

7.

Biaya pajak persediaan

8.

Biaya pengelolaan/administrasi penyimpanan

Biaya penyimpanan dapat dinyatakan dalam dua bentuk, yaitu sebagai persentase

dari nilai rata-rata persediaan per-periode dan dalam bentuk rupiah per periode

per unit barang. Pada perusahaan yang memiliki produk yang lebih dari satu

(multi item), terdapat biaya penyimpanan untuk setiap item selain dari biaya

penyimpanan untuk gudang.

Biaya penyimpanan persediaan selama satu periode dirumuskan sebagai berikut:

𝑇

𝐶𝐻

=

𝐻

.

𝑛𝑖=1𝑄𝑖2.𝐶𝑖

. . .

(3)

Di mana:

𝑇

𝐶𝐻

= Total biaya penyimpanan selama satu periode

𝐻

=

Biaya penyimpanan dalam % dari nilai rata-rata persediaan

𝑄

𝑖

=

Jumlah unit item i setiap kali pesan (optimal)

(13)

d.

Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Cost)

Biaya kekurangan persediaan adalah biaya yang timbul sebagai akibat tidak

tersedianya barang pada waktu yang diperlukan. Biaya kekurangan persediaan

pada dasarnya bukan biaya nyata, melainkan berupa biaya kehilangan kesempatan.

Termasuk dalam biaya ini, antara lain:

1.

Biaya administrasi tambahan

2.

Biaya tertundanya penerimaan keuntungan

3.

Biaya kehilangan pelanggan.

4.

Terganggunya proses produksi atau distribusi.

5.

Tambahan pengeluaran dan sebagainya.

Dari komponen biaya di atas, terdapat hubungan antara biaya pemesanan dan biaya

penyimpanan (total biaya persediaan) dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Grafik Total Biaya Persediaan (Siswanto. 2007)

Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa semakin besar jumlah barang yang

dipesan (order quantity), maka biaya penyimpanan semakin bertambah tinggi

sedangkan biaya pemesanan semakin kecil. Sebaliknya semakin kecil jumlah barang

Rp

𝑄

𝑄

(14)

yang dipesan, maka biaya pemesanan semakin besar sehingga biaya penyimpanan

semakin kecil. Dengan demikian untuk memperoleh jumlah pemesanan optimum dan

kapan dilakukan pemesanan haruslah dicari keseimbangan antara biaya penyimpanan

dan biaya pemesanan.

2.3

Perencanaan Pengendalian Persediaan

Perencanaan dan pengendalian produksi dan persediaan (PPIC) merupakan bagian

yang berpartisipasi dalam peramalan permintaan, perencanaan kapasitas keseluruhan

organisasi, penentuan berapa banyak persediaan bahan dan komponen-komponen

yang harus ada dan kapan mendapatkannya, dan bila komponen tersebut diproduksi

sendiri, bertanggung jawab atas kapan dibuat dan pada mesin-mesin mana sehingga

master production schedules atau jadwal perakitan akhir dipenuhi untuk memuaskan

permintaan organisasi (Handoko, 1993).

PPIC pada industri apa pun pada dasarnya memiliki fungsi yang sama. Fungsi

atau aktivitas-aktivitas yang ditangani oleh Departemen PPIC secara umum adalah

sebagai berikut:

1.

Mengelola pesanan dari pelanggan.

2.

Meramalkan permintaan masa depan agar skenario pruduksi dapat

mengantisipasi fluktuasi permintaan.

3.

Mengelola persediaan berupa tindakan transaksi persediaan, kebijakan

persediaan pengaman, kebijakan kuantitas pesanan, kebijakan frekuensi

dan periode pemesanan, dan mengoptimalkan biaya yang terkait

didalamnya.

4.

Menyusun rencana agregat, penyesuaian permintaan dengan kapasitas.

5.

Membuat Jadwal Induk Produksi (JIP) mengenai apa dan berapa unit

yang harus diproduksi pada suatu periode tertentu.

6.

Merencanakan kebutuhan seperti komponen, sub assembly, dan bahan

penunjang untuk penyelesaian produk.

7.

Melakukan penjadwalan pada mesin atau fasilitas produksi.

8.

Monitoring dan pelaporan pembebanan kerja dibanding kapasitas

produksi.

(15)

Perencanaan dan pengendalian persediaan yang merupakan sub dari Departemen

PPIC, terlihat jelas pada poin ke tiga dari fungsi – fungsi di atas bahwa perencanaan

dan pengendalian persediaan memiliki aktivitas – aktivitas utama untuk mengelola

persediaan, baik berupa tindakan transaksi yang berkenaan langsung dengan

persediaan, kebijakan tentang tingkat persediaan pengaman, kebijakan kuantitas

pesanan, kebijakan frekuensi dan periode pemesanan serta kebijakan pengelolaan

persediaan untuk mengoptimalkan biaya yang terkait didalamnya.

Fungsi - fungsi tersebut berlaku secara umum, namun terkadang suatu

perusahaan hanya memiliki beberapa fungsi saja, tergantung sistem perencanaan dan

pengendalian produksi dan persediaan yang digunakan perusahaan.

2.4

Model Pengendalian Persediaan

Menurut Pontas M Pardede (2005), di dalam pengendalian persediaan terdapat

berbagai jenis model yang dapat digunakan untuk perencanaan dan pengawasan.

Untuk membangun atau membentuk model persediaan yang sesuai bagi suatu

perusahaan, sebaiknya manajer persediaan mengikuti langkah-langkah berikut:

a.

Mempelajari keadaan yang berlaku yang berkaitan dengan persediaan dan

kemudian merumuskan sifat-sifat atau ciri-ciri keadaan tersebut.

b.

Merumuskan asumsi-asumsi yang dibutuhkan.

c.

Membuat rumus atau persamaan biaya persediaan

d.

Menggunakan rumus atau persamaan tersebut untuk menentukan titik atau

waktu pemesanan serta jumlah pesanan.

Melalui model persediaan, penyederhanaan masalah persediaan akan menjawab dua

hal penting, yaitu berapa banyak harus dipesan dan kapan (berapa kali) memesan

sehingga persediaan dapat diminimumkan.

(16)

a.

Model Deterministik

Model deterministik ditandai oleh karakteristik permintaan dan periode

kedatangan yang dapat diketahui secara pasti sebelumnya.

b.

Model Probabilistik

Model probabilistik ditandai oleh karakteristik permintaan dan periode

kedatangan pesanan yang tidak dapat diketahui secara pasti sebelumnya,

sehingga perlu didekati dengan distribusi probabilitas.

Pada dasarnya, model persediaan probabilistik dan model deterministik

memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mengendalikan persediaan dengan car

menentukan jumlah optimum pemesanan dan titik pemesanan kembali. Selain itu,

kedua model ini juga sama dalam hal fungsi persediaan dan komponen biaya

persediaan.

2.5

Economic Order Quantity

(EOQ)

Dalam meminimumkan biaya, diperlukan pengetahuan tentang jumlah pemesanan

yang paling ekonomis. Dalam usaha menentukan jumlah pemesanan yang paling

ekonomis tersebut, terdapat dua biaya utama yaitu biaya pemesanan (ordering cost)

dan biaya penyimpanan (carrying cost) yang memiliki sifat berbanding terbalik.

Apabila barang yang dipesan dalam jumlah yang banyak, biaya pemesanan sedikit

namun akan terkendala pada biaya penyimpanan yang cenderung besar. Namun

apabila frekuensi pemesanan sering dilakukan, maka biaya pemesanan akan tinggi

walaupun bisa meminumkan biaya penyimpanan. Untuk itu diperlukan keseimbangan

antara kedua biaya. Dengan kata lain, jumlah pemesanan yang paling ekonomis

merupakan jumlah atau besarnya pesanan yang memiliki biaya pemesanan dan biaya

penyimpanan yang minimum. Metode yang dapat digunakan untuk menentukan

jumlah pemesanan yang paling ekonomis adalah dengan menggunakan model

Economic Order Quantity (EOQ).

(17)

perubahan yang sangat kecil. Apabila jumlah permintaan dan masa tenggang

diketahui, maka dapat diasumsikan bahwa jumlah permintaan dan masa tenggang

merupakan bilangan yang konstan dan diketahui. EOQ dihitung dengan menganalisis

total biaya (TC). Total Biaya pada satu periode merupakan jumlah dari biaya

pemesanan ditambah biaya penyimpanan selama periode tertentu.

Sukanto (2003) menyatakan bahwa kebijakan persediaan dapat menentukan

jumlah pesanan ekonomis yang bertalian dengan penentuan berapa banyak

dipesan dan titik pemesanan kembali yang bertalian dengan kapan mengadakan

pesanan.

Model persediaan EOQ memakai asumsi-asumsi sebagai berikut:

a.

Hanya satu barang yang diperhitungkan

b.

Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui, relatif tetap dan terus

menerus

c.

Barang yang dipesan diasumsikan langsung dapat tersedia atau berlimpah

d.

Waktu tenggang (lead time) bersifat konstan

e.

Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat

digunakan

f.

Tidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan

g.

Tidak ada quantity discount.

(18)

Tingkat Persediaan

Rata-rataPersediaan Titik di saat pesanan

diterima (reorder point)

Q

Q - D t

Gambar 2.2 Grafik Model Persediaan EOQ (Ristono, Agus. 2009)

Dalam metode EOQ digunakan beberapa notasi sebagai berikut:

𝐷

𝑖

= Jumlah kebutuhan barang ke-i (unit/tahun)

S

= Biaya pemesanan (rupiah/pesan)

= Biaya penyimpanan (% terhadap nilai barang)

𝐶

𝑖

= Harga barang ke-i (rupiah/unit)

𝐻

𝑖

=

h x C = Biaya penyimpanan (rupiah/unit/periode)

𝑄

𝑖

= Jumlah pemesanan barang ke-i (unit/pesanan)

T

= Jarak waktu antar pesan (tahun,hari,bulan)

𝐹

𝑖

= Frekuensi pemesanan barang ke-i

TC = Biaya total persediaan (rupiah/tahun)

Merujuk pada Herjanto, Eddy (1999), cara untuk memperoleh EOQ adalah sebagai

berikut:

Biaya pemesanan per-tahun

=

Frekuensi pesanan x Biaya pesan

=

𝐷𝑖 𝑄𝑖

×

𝑆

𝑛

𝑖=1

Biaya Penyimpanan

=

Persediaan rata-rata x Biaya penyimpanan

=

𝑄𝑖 2

×

𝐻

𝑖 𝑛

(19)

Biaya Total per Tahun

=

Biaya pemesanan + Biaya penyimpanan

Biaya total persediaan akan naik jika semakin banyak unit (Q) yang dipesan maupun

unit (Q) yang disimpan. Kondisi minimum pada biaya total persediaan akan tercapai

apabila biaya pesan sama dengan biaya simpan,

Konsep dasar EOQ Multi Item berasal dari konsep EOQ dasar, begitu pula dengan

analisis biaya terhadap jumlah pemesanan ekonomis.

(20)

𝑑

(

𝑇𝐶

)

Dari uraian secara matematik di atas, jelas bahwa kondisi minimum Biaya total

persediaan dapat tercapai dengan memesan unit dengan metode EOQ.

2.6

Safety Stock

(Persediaan Pengaman)

Masalah kekurangan persediaan obat generik, misalnya karena permintaan obat

generik yang lebih besar dari perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan

(21)

Gambar 2.3 Distribusi Normal

Gambar 2.4 menjelaskan cakupan luas area pada Kurva Normal di mana

penyimpangan atau deviasi x terhadap rata-rata

𝑥̅

adalah

(

𝑥 − 𝑥̅

) dan dinyatakan

dalam standar deviasi

𝜎

. Pada dasarnya,

𝜎

menandai cakupan suatu luas area tertentu

pada Kurva Normal. Pada kasus persediaan pengaman ini,

penyimpangan-penyimpangan

𝑥

𝑖

terhadap

𝑥̅

dinyatakan dalam:

𝜎

=

∑(𝑥𝑖−𝑥̅)2

𝑛

. . .

(7)

Selanjutnya,

𝜎

dari (7) digunakan untuk menemukan luas area dalam Kurva

Normal melalui :

𝑧

=

𝑥−𝑥̅

𝜎

. . .

(8)

Nilai z pada (8) berkaitan dengan 4 digit bilangan di belakang koma yang menjelaskan

berapa bagian atau persen luas area yang dicakup pada

𝜎

di (7). Karena luas seluruh

area dalam Kurva Normal itu terdiri atas dua bagian yang simetrik sempurna, yaitu di

sebelah kiri

𝑥̅

dan di sebelah kanan

𝑥̅

dan tabel itu hanya mewakili salah satu sisi saja,

maka setiap bagian atau area 50% atau 0,5.

Dalam hal ini, PT Indofarma Global Medika Medan menggunakan batas

toleransi (α) = 5% di atas perkiraan dan 5% bawah perkiraan. Dengan batas toleransi

tersebut pada Tabel Standar Deviasi Normal, maka nilai Standar Normal Deviasi (Z)

yang digunakan adalah 1,65. Rumus menghitung nilai Safety Stock (SS):

𝑆𝑆

=

𝑍

×

𝜎

. . .

(9)

(22)

Z

= Standar normal deviasi

𝜎

= Standar deviasi

n

= Banyak data

2.7

Reorder Point

(ROP)

Reorder Point ROP atau biasa disebut dengan batas/titik jumlah pemesanan kembali

termasuk permintaan yang diinginkan atau dibutuhkan selama masa tenggang,

misalnya suatu tambahan/ekstra stok.

Menurut Fredi Rangkuti (2004), reorder point terjadi apabila jumlah

persediaan yang terdapat di dalam stok berkurang terus. Dengan demikian kita harus

menentukan berapa banyak batas minimal tingkat persediaan yang harus

dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan. Jumlah yang

diharapkan tersebut dihitung selama masa tenggang. Selain itu dapat pula

ditambahkan dengan safety stock yang biasanya mengacu kepada probabilitas atau

kemungkinan terjadinya kekurangan stok selama masa tenggang.

Faktor yang mempengaruhi pemesanan ulang (reorder point):

a.

Waktu yang diperlukan dari saat pemesanan sampai dengan barang datang

di perusahaan (Lead Time)

b.

Tingkat pemakaian barang rata-rata / hari atau satuan waktu lainnya

c.

Persediaan besi/safety stock (jumlah persediaan barang yang minimum

harus ada untuk menjaga kemungkinan keterlambatan datangnya barang

yang dibeli agar perushaaan tidak mengalami “stock out”/gangguan

kelancaran kegiatan produksi karena kehabisan barang.

Rumus:

𝑅𝑂𝑃

=

𝑑̅

×

𝐿𝑇

+

𝑆𝑆

. . .

(10)

(23)

𝑑̅

= Rata-rata jumlah kebutuhan (unit/bulan)

LT

= Lead time / waktu tunggu (bulan)

SS

= Safety Stock (persediaan pengaman)

Secara grafik, hubungan EOQ,

safety stock dan

ROP dapat dilihat pada

gambar berikut:

Gambar 2.4 Grafik Hubungan EOQ, Safety Stock dan ROP (Zamit, Yulian. 2003)

2.8

Persediaan Maksimal (

Maximum Inventory

)

Maximum Inventory (MI) diperlukan untuk menghindari jumlah persediaan yang

berlebihan di gudang, sehingga tidak menimbulkan biaya yang lebih besar untuk

penyimpanan persediaan tersebut. Besarnya persediaan maksimal yang ada di gudang

dapat dihitung dengan menjumlahkan kuantitas persediaan menurut EOQ dengan

jumlah persediaan pengaman (safety stock).

Rumus menghitung persediaan maksimal (maximum inventory):

𝑀𝐼

=

𝑆𝑆

+

𝐸𝑂𝑄

. . .

(11)

Di mana:

MI

= Maximum Inventory

SS

= Safetry stock / persediaan pengaman

(24)

2.9

Total Cost (Biaya Total) Persediaan

Total cost adalah total biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya penyimpanan

dapat menjadi lebih efisien jika perusahaan dapat mengetahui berapa jumlah barang

yang tepat untuk dipesan kepada supplier, sehingga persediaan yang dipesan tidak

kurang dan tidak melebihi yang dibutuhkan untuk proses produksi atau distribusi. Jika

perusahaan dapat mengetahui berapa jumlah barang yang tepat untuk dipesan, hal ini

juga dapat mengefisiensikan biaya pemesanan. Biaya yang tadinya dikeluarkan akibat

pemesanan barang yang berlebih dapat diefisiensikan dengan memesan barang yang

sesuai dengan kebutuhan. Jumlah barang yang harus dipesan dapat diketahui dengan

menggunakan rumus perhitungan EOQ.

Biaya total persediaan dapat dicari dengan rumus:

Total Cost (TC) = Biaya pemesanan + Biaya penyimpanan

𝑇𝐶

=

��

𝐷𝑖

𝐸𝑂𝑄𝑖

×

𝑆�

+

𝐸𝑂𝑄𝑖

2

×

𝐻𝑖

��

𝑛

Gambar

gambar 2.3 berikut.
gambar benda kerja, dan sebagainya.
Gambar 2.1 Grafik Total Biaya Persediaan (Siswanto. 2007)
Gambar 2.2 Grafik Model Persediaan EOQ (Ristono, Agus. 2009)
+3

Referensi

Dokumen terkait

persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi bukan merupakan bagian atau komponen barang jadi. Persdiaan barang jadi (finished good), yaitu persediaan

barang Perlengkapan ( Supplier Stock ) Yaitu persediaan barang-barang atau bahan- bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi

Merupakan persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu

Persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak.. merupakan bagian atau komponen

Persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang digunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi

stock ) yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang digunakan dalam bekerjanya

Persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan,

Yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau digunakannya dalam kerja suatu