Etty Jaskarti, 2013
Penerapan Model Countenance Stake dalam Evaluasi Implementasi KTSP Fisika di SMA (Studi Evaluatif pada
Penerapan Model Countenance Stake
dalam Evaluasi Implementasi KTSP Fisika di SMA
(Studi Evaluatif pada Guru Fisika SMAAlumni Diklat Berjenjang di P4TK IPA Bandung)
DISERTASI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Doktor IlmuPendidikan
Dalam Bidang Pengembangan Kurikulum
Promovendus:
Etty Jaskarti
NIM. 1010275
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM
PROGRAM DOKTOR (S3)
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
iii
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA PEMBIMBING DISERTASI
PROF. DR.H.SAID HAMID HASAN, MA PROMOTOR
PROF.DR.H.ISHAK ABDULHAK, M.PD KO-PROMOTOR
PROF.DR.HJ.MULYANI SUMANTRI, M.SC ANGGOTA
PENGUJI
PENGUJI 1
PROF.DR. H. AS’HARI JOHAR, M.Pd
DOSEN PENGEMBANGAN KURIKULUM SPS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGUJI 2
PROF.DR.HJ.YETTY SUPRIYATI. M.Pd
ii
Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul :
PENERAPAN MODEL COUNTENANCE STAKE DALAM
EVALUASI IMPLEMENTASI KTSP FISIKA SMA
( Studi Evaluatif Pada Guru Fisika Alumni Diklat Berjenjang Di
P4TK IPA Bandung)
Studi evaluatif implementasi KTSP Fisika SMA kelas X semester 1,
meliputi materi Besaran-besaran Fisika, Pengukuran, Vektor dan
Gerak, beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri,
dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya
pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim
dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Februari 2013
Yang membuat pernyataan
Kata Pengantar
Disertasi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar
Doktor Pendidikan pada program Pasca Sarjana UPI Bandung program studi
Pengembangan Kurikulum. Tulisan ini merupakan laporan hasil Studi Evaluatif
Penerapan Model Countenance Stake dalam Evaluasi Implementasi KTSP Fisika
SMA kelas X semester I pada Guru Alumni Diklat Berjenjang di P4TK-IPA.
Masalah yang sering dihadapi guru adalah bagaimana mewujudkan kurikulum ke
dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat menyajikannya dalam bentuk
pengalaman yang bermakna bagi siswa, dengan perencanaan yang diharapkan
sebagai prasyarat (Antecedent), dan bagaimana pelaksanaannya sebagai
(Transaction), dan bagaimana hasilnya sebagai ( Outcomes) menurut istilah
R.Stake (1960 Sebagai studi evaluatif implementasi kurikulum dengan
menggunakan Model Countenance Stake sebagai model evaluasi kurikulum dan
kriteria evaluasi yang telah ditetapkan sebelum evaluator ke lapangan untuk
melakukan evaluasi dengan mengambil data sebagai informasi yang diperlukan.
Suatu penelaahan tentang framework matriks model Stake dapat
mengungkapkan jumlah (dalam bentuk angka ) serta nilai matrik Intended
(Antecedent, Transaction, dan Outcomes ) yang telah disesuaikan dengan kriteria
yang telah ditentukan, begitu pun untuk pengamatan lapangan dengan istilah
matriks Observasi (Antecedent, Transaction, dan Outcomes ), serta matriks
Standar sebagai kriteria evaluator meliputi (Antecedent, Transaction, dan
Outcomes ). Kriteria struktur belajar yang bersifat hierarki yang dimiliki suatu
kegiatan belajar Fisika (Davies, 1973), kriteria metoda analisis topik yang
didasarkan pada teknik penulisan matriks (Thomas, Openshaw, Bird, Davies
1973:39), Kriteria teknik visualisasi matriks (Butler 1972:121) kriteria analisis
matriks secara horizontal dan vertikal dengan model Contingency dan
Congruence, (R.Stake 1960). logical contingency, empirical contingency, dan
congruence.
Binary Square Symetric Similarity Matrix for the Sort, (William M.K
ii
qualitatif dapat dengan mudah dikonversikan kedalam quantitatif pada bentuk isi
setiap sel model matriks Stake sebagai model acuan dalam melakukan evaluasi
ini. Karena dinilai sangat cocok dengan objek evaluasi, baik pada isi setiap sel
matriks deskripsi baik intended maupun observasi, serta matriks judgment untuk
matriks standard secara terbatas pada assosiasi dan diskriminasi yang
disampaikan pada Antecedent : curriculum content, curriculum materials
(dokumen RPP), Transaction : Curriculum experiences teaching methods
presentation of content (Guru Mengajar), Outcomes : Increase in knowledge of
physics (pengembangan bahan ajar Fisika) dan Increase in knowledge of and skill
in physics methods (pengembangan dalam hal pembuatan soal-soal Fisika yang
berhubungan dengan RPP).
Penulis menyadari bahwa studi evaluasi ini sangat terbatas telaahannya,
Meskipun demikian penulis berharap, temuan dan informasi yang dihasilkan dapat
menjadi salah satu masukan yang bermanfaat bagi Pengembangan Kurikulum dan
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama penulis panjatkan puji syukur ke khadirat Allah SWT, karena atas taufik dan hidayah-Nya, maka disertasi ini dapat diselesaikan. Disertasi ini merupakan salah satu persyaratan dalam menempuh ujian akhir untuk memperoleh gelar Doctor Pendidikan bidang studi Pengembangan Kurikulum pada Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Berhasilnya penulis menyelesaikan seluruh kegiatan penelitian , evaluasi dan penyusunan disertasi ini dikarenakan adanya sumbangan yang penulis terima dari berbagai pihak , penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan disertasi ini, telah melibatkan banyak pihak yang turut mendukung baik dari segi moral maupun material. Oleh karena itu sudah selayaknya melalui lembaran ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof.DR H.S. Hamid Hasan,MA, sebagai promotor yang telah banyak
meluangkan waktu dengan penuh ketelitian, kecermatan dan memberikan bimbingan dan masukan yang sangat berharga dalam studi evaluasi ini.
2. Bapak Prof.DR.H.Ishak Abdulhak, M.Pd sebagai ko-Promotor dan Ka-Prodi Pengembangan Kurikulum Pasca Sarjana UPI Bandung, yang telah banyak memberikan motivasi, pengarahan, dan pandangan kepada penulis untuk menyelesaikan studi ini.
3. Ibu Prof.DR.Hj. Mulyani Sumantri, M.Sc sebagai anggota team promotor yang telah banyak meluangkan waktu dengan penuh kecermatan dan kesabaran membimbing sejak awal penulisan disertasi ini.
4. Bapak Prof.DR. Aloysius Rusli, selaku dosen Fisika ITB dan Pasca Sarjana UPI, serta konsultan P4TKIPA, yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memeriksa instrumen struktur belajar fisika meliputi materi : Besaran-besaran Fisika, Pengukuran, Vektor dan Gerak sebagai Kriteria dalam studi evaluasi ini.
5. Bapak Prof.DR. Didi Suryadi, M.Ed selaku Direktur PPS Universitas Pendidikan Indonesia yang telah banyak memberikan motivasi dan kesempatan untuk mengikuti Ujian Promosi Doktor .
6. Bapak Prof.DR.H.Ashari Johar, M.Pd selaku dosen penguji dari Universitas Pendidikan Indonesia yang telah banyak memberi masukan dengan penuh ketelitian dalam kesempurnaan disertasi ini.
7. Ibu Prof.DR.Hj.Yetty Supriyati, M.Pd selaku dosen penguji dari Universitas Negeri Jakarta yang telah banyak memberi masukan dengan penuh kecermatan yang sangat berharga dalam kesempurnaan disertasi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen pengajar pada PPS Universitas Pendidikan Indonesia yang memberikan ilmu khususnya prodi Pengembangan Kurikulum.
9. Pasca Sarjana UPI telah memberikan sumbangan profesional dan
administratif, khususnya pelayanan administrasi dalam menyelesaikan studi S3.
v
11.Direktur P4TKIPA Drs.Guyub Haryanto, MA telah memberikan rekomendasi
untuk pencairan dana financial peningkatan mutu widyaiswara, yang sangat diperlukan dalam menyelesaikan keseluruhan kegiatan penelitian, dan penyelesaian studi ini.
12.Direktur P4TKIPA, Drs.Herry Sukarman, M.Sc yang telah memberikan surat
izin untuk melakukan penelitian pada alumi diklat P4TKIPA di SMAN Bandung.
13.Teman sejawat Widyaiswara di P4TKIPA, Drs.Tito Permana, M.Sc.Ed (Alm)
yang telah membawakan buku-buku kurikulum dari USA.
14.Teman sejawat Widyaiswara di P4TKIPA, DR.M.Yani, M.Sc.Ed yang telah membawakan banyak buku kurikulum dari Australia dan USA.
15.Kepala SMAN 1, Dra.Hj.Emy Yuliaty, M.Pd , yang telah memberi ijin untuk pengambilan dokumen perangkat pembelajaran guru Fisika SMA, data penelitian, observasi, dan wawancara.
16.Guru Fisika Widayana S.Pd, MM yang telah memberikan dokumen perangkat
pembelajaran, dan memberikan ijin untuk diteliti selama proses pembelajaran dari bulan Juli-November 2011.
17.Kepala SMAN 2, H.Teddy Hidayat, S.Pd, M.M.Pd yang telah memberi ijin untuk pengambilan dokumen perangkat pembelajaran guru Fisika SMA, dan data penelitian, observasi, wawancara .
18.Guru Fisika Tine S.Pd, yang telah memberikan dokumen perangkat pembelajaran, dan memberikan ijin untuk diteliti selama proses pembelajaran dari bulan Juli-November 2011.
19.Teman sejawat Widyaiswara di P4TKIPA, Sonny,S.Pd,M.Si,MT yang telah memberikan solusi program excell dalam scaning overlay data matriks.
20.Teman sejawat Guru Fisika SSC, Drs.Iyep Suryana, yang telah memberikan masukan dalam penulisan Kriteria Evaluasi Materi Fisika SMA.
21.Suami tercinta Susanto ST, dan putra-putriku tersayang Andi Andri SE, dr.Desi Recsanti, Ario Satrio Nugroho, serta cucu tersayang Nindiani Alifa Putri, dengan segala pengorbanan dan ketabahannya sangat memotivasi penulis untuk menyelesaikan studi ini.
22.Ibunda tercinta Tayasmat, Bd alm.( 5 Desember 2012), serta ayahanda tercinta R.Karnaen, MA alm. (9 April 2004) yang dengan segala ketulusan hati memberikan do’a dan bantuan baik, moril maupun materil, selama penulis menuntut ilmu di PPS Universitas Pendidikan Indonesia khususnya prodi Pengembangan Kurikulum.
Akhirnya, semoga Allah SWT memberikan ganjaran yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan langsung maupun tak langsung dalam rangka penyelesaian studi penulis.
Bandung, Januari 2013
iv
Penerapan Model Countenance Stake
dalam Evaluasi Implementasi KTSP Fisika di SMA
(Studi Evaluatif pada Guru Fisika SMA Alumni Diklat Berjenjang di P4TK IPA Bandung)
ABSTRAK
Menggunakan framework model Evaluasi Countenance Stake ( model
penampilan penilaian Stake) untuk mengamati wujud nyata penerapan KTSP Fisika SMA kelas X semester I, tujuan framework model Stake adalah untuk melengkapi kerangka pengembangan suatu rencana evaluasi kurikulum (Frances Deepwell, 2002 : [email protected]). Tujuan evaluasi implementasi kurikulum, untuk menentukan nilai dan angka hasil implementasi KTSP Fisika SMA atas dasar kriteria dan tolok ukur yang ditentukan. Alternatif strategi dalam penilaian ini, menggunakan serangkaian penelitian kualitatif dengan metoda deskriptif inquairy non experimen, Schumacher (2001:33), setiap deskripsi matrik dianalisis secara induktif, kriteria analisis matriks secara horizontal (Congruence) antara Intended, Observasi, dan Standar dan vertikal (Contingency), logical contingency untuk matriks Intended :
Antecedent, Transaction dan Outcomes, sedangkan Empirical Contingency untuk
matriks Observasi : Antecedent, Transaction dan Outcomes, (Stake, 1967). Kriteria evaluasi untuk struktur belajar bersifat hierarki yang dimiliki oleh suatu kegiatan belajar Fisika (Davies, 1973), kriteria metoda analisis topik yang didasarkan pada teknik penulisan matriks (Thomas, Openshaw, Bird, Davies 1973:39), Kriteria teknik visualisasi matriks (Butler 1972:121), ), Binary Square Symetric Similarity Matrix
for the Sort, (William M.K Troachim (2006): http://www.socialresearchmethods.), data qualitatif dapat dikonversikan kedalam data quantitatif pada bentuk isi setiap sel model framework matriks Stake. Hasil analisis matriks secara logical contingency, keaneka ragaman framework matriks Intended hal ini dapat menunjukkan kualitas perencanaan implementasi kurikulum, yang merupakan organisasi bahan ajar. Hasil matriks yang dianalisis secara Empirical Contingency pada matriks Observation adanya keaneka ragaman framework matriks, hal ini menggambarkan keaneka ragaman pola guru mengajar, hal ini menunjukkan kualitas proses implementasi kurikulum, Hasil analisis matriks secara Congruence menunjukkan kualitas proses realitasnya implementasi kurikulum, dapat diartikan tinggi rendahnya keajegan (consistency) guru dalam membuat perencanaan yang akan disampaikan pada proses implementasinya. Pada akhirnya framework matriks model Countenance Stake dapat mendeteksi kualitas perencanaan implementasi kurikulum (organisasi bahan ajar), kualitas proses implementasi kurikulum (pola guru mengajar).
Kata kunci : Countenance Stake, Logical contingency, Empirical Contingency,
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xxvi
DAFTAR GAMBAR ... xxix
DAFTAR LAMPIRAN ... xxxiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang ... 1
B.Identifikasi Masalah ... 4
C.Perumusan Masalah ... 23
D.Tujuan Evaluasi ... 27
E. Manfaat Evaluasi ... 30
F. Skema Prosedur Evaluasi ... 31
BAB II TEORI EVALUASI KURIKULUM ... 32
A.Evaluasi Kurikulum ... 32
A.1. Evaluasi Kurikulum Sebagai Kajian Akademik ... 43
A.2. Evaluasi Kurikulum Sebagai Kajian Hasil Penelitian ... 44
A.3. Evaluasi Kurikulum Sebagai Kajian Pengukuran dan Tes ... 45
A.4. Evaluasi Kurikulum Sebagai Kebijakan Publik ... 46
A.5. Evaluasi Kurikulum Sebagai Kajian Akuntabilitas ... 48
B.Model dan Paradigma Evaluasi ... 49
B.1. Paradigma Evaluasi Fungsional ... 51
B.2. Paradigma Evaluasi Transaksional ... 53
B.3. Paradigma Evaluasi Kritikal ... 54
C.Memilih dan Menggunakan Model-model Evaluasi ... 56
C.1. Model Evaluasi Countenance Stake ... 58
C.1.1. Countenance Stake sebagai Model Evaluasi Kurikulum ... 58
x
C.1.3. Keunggulan dan Kelemahan Model Evaluasi Countenance
Stake ... 72
C.1.3.1 Keunggulan Model Evaluasi Countenance Stake ... 72
C.1.3.2. Kelemahan Model Evaluasi Countenance Stake ... 73
D. Pendekatan Evaluasi ... 74
D.1. Pendekatan Berorientasi Konsumen (The User Oriented Approach)74 D.2. Pendekatan Responsif (Responsive Oriented Approach) ... 80
E. Kriteria Evaluasi Kurikulum ... 82
E.1. Kriteria Pre-ordinate ... 83
E.2. Kriteria Fidelity ... 85
E.3. Kriteria Mutually Adaptive ... 89
E.4. Kriteria Lapangan (Process) ... 92
E.5. Kriteria Elektik ... 94
E.6. Kriteria Instrumen Analisis Kegiatan Belajar ... 95
E.7. Kriteria Instrumen Struktur Belajar ... 102
E.8. Kriteria Pola-pola Matrik Karakteristik ... 105
E.9. Kriteria Analisis Kegiatan Belajar Pada 4 Materi Fisika ... 110
F. Penelitian Yang Relevan ... 117
G. Skema Prosedur Studi Evaluasi ... 119
BAB III METODOLOGI EVALUASI ... 120
A. Metode yang Digunakan Pada Model Evaluasi Countenance ... 124
A.1. Langkah-langkah evaluasi berdasarkan Model Countenance Stake ... 124
A.1.1. Komponen 1 : Fenomena curricular ... 125
A.1.2. Komponen 2 : Mengumpulkan Informasi ... 126
A.1.2.1 Teknik-teknik Pengumpulan Informasi ... 128
A.1.2.1.1 Interview (wawancara) ... 128
A.1.2.1.2 Dokumentasi ... 130
A.1.2.1.3 Evaluator ... 130
A.1.2.1.4 Informan ... 130
A.1.2.1.5 Key Informan ... 131
A.1.2.1.6 Observasi (pengamatan) ... 131
A.1.4. Komponen 4 : Processing Analisis Data Matriks pada framework
matriks Model Countenance Stake ... 134
A.1.5. Komponen 5 : Membuat Laporan Hasil Analisis Matriks Data 134 B. Waktu, Tempat dan Subjek Evaluasi ... 135
B.1. Subjek Evaluasi dan Pengambilan data Responden ... 135
C. Operasionalisasi Kriteria Evaluasi ... 138
C.1. Kriteria Framework Model Evaluasi Countenance Stake ... 142
C.2. Kriteria Pengembangan Isi Framework Model Evaluasi Countenance Stake ... 148
C.3. Kriteria Pola-Pola Matriks Karakteristik ... 150
C.4. Kriteria Struktur Belajar ... 153
C.5. Kriteria Analisis Matriks ... 155
D. Instrumen Pengumpul Data ... 156
D.1. Instrumen Wawancara Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 156
D.2.1. Instrumen Matriks Analisis Struktur Belajar ... 157
D.2.2. Instrumen Matriks Analisis Struktur Belajar Materi : Besaran - Besaran Fisika ... 158
D.2.3. Instrumen Analisis Struktur Belajar Materi : Pengukuran pada Fisika ... 159
D.2.4. Instrumen Matriks Analisis Struktur Belajar Materi : Vektor pada Fisika ... 160
D.2.5. Instrumen Matriks Analisis Struktur Belajar Materi : Gerak pada Fisika ... 161
D.2.6. Instrumen Evaluasi dengan Kriteria Analisis Struktur Belajar (Besaran-Besaran Fisika) ... 162
D.2.7. Instrumen Evaluasi dengan Kriteria Analisis Struktur Belajar (Pengukuran) ... 163
D.2.8. Instrumen Evaluasi dengan Kriteria analisis Struktur Belajar (Vektor) ... 164
D.2.9. Instrumen Evaluasi dengan Kriteria Analisis Struktur Belajar (Gerak) ... 167
D.2.10. Instrumen Matriks Antecedent Standar Besaran - besaran pada Fisika ... 169
D.2.11 Instrumen Matriks Antecedent Standar Pengukuran pada Fisika ... 169
D.2.12 Instrumen Matriks Antecedent Standar Vektor pada Fisika ... 170
xii
pada Fisika ... 171
D.2.15 Instrumen Matriks Transaction Standar Pengukuran pada Fisika ... 171
D.2.16 Instrumen Matriks Transaction Standar Vektor pada Fisika ... 171
D.2.17 Instrumen Matriks Transaction Standar Gerak pada Fisika ... 172
D.2.18 Instrumen Matriks Outcomes Standar Besaran-besaran pada Fisika ... 173
D.2.19 Instrumen Matriks Outcomes Standar Pengukuran pada Fisika ... 173
D.2.20 Instrumen Matriks Outcomes Standar Vektor pada Fisika 174 D.2.21 Instrumen Matriks Outcomes Standar Gerak pada Fisika 174
E. Metoda Analisis Data ... 175
BAB IV HASIL EVALUASI DAN PEMBAHASAN ... 187
A.Sistimatik Analisis Data Model Countenance Stake ... 189
B.Hasil Analisis Data Matriks dengan Program Excel ... 198
C.Hasil Evaluasi dan Pembahasan ... 198
C.1. Hasil Evaluasi Data Deskripsi Matriks Materi Besaran-besaran Fisika ... 199
C.2. Pembahasan Hasil Evaluasi Total Data Deskripsi Matriks Materi Besaran - besaran Fisika ... 199
C.3. Kesimpulan Hasil Evaluasi Total Data Deskripsi Matriks Materi Besaran-besaran Fisika ... 200
C.4. Hasil Evaluasi untuk Logical Contingency Matriks Intended Materi Besaran Fisika terlihat dalam table 4.4 ... 201
C.5. Pembahasan Hasil Evaluasi Logical Contingency dari Deskripsi Data Intended untuk Besaran-besaran Fisika ... 202
C.6. Kesimpulan Hasil Evaluasi Logical Contingency dari Deskripsi Data Intended untuk Besaran-besaran Fisika ... 203
C.7. Hasil Evaluasi untuk Empirical Contingency Matriks Intended Materi Besaran Fisika terlihat dalam table 4.5 ... 204
C.8. Pembahasan Hasil Evaluasi Empirical Contingency Deskripsi data Observation untuk besaran-besaran Fisika ... 205
C.9. Kesimpulan Hasil Evaluasi Empirical Contingency dari Deskripsi Data Observasi untuk Besaran-besaran Fisika ... 206
C.10. Hasil Evaluasi Congruenc dari Matriks Antecedent untuk Materi Besaran-besaran Fisika pada table 4.6 ... 207
C.11. Pembahasan Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi Antecedent untuk untuk besaran-besaran Fisika ... 208 C.12. Kesimpulan Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi
besaran-besaran Fisika ... 209
C.13. Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi Transaction untuk untuk besaran-besaran Fisika. ... 210 C.14. Pembahasan Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi
Intended Transaction dan observasi Transaction untuk besaran -
besaran Fisika ... 211 C.16. Kesimpulan Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi
Intended Transaction dan observasi Transaction untuk
besaran – besaran Fisika ... 212 C.17. Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi Outcomes untuk
besaran-besaran Fisika ... 214 C.18. Pembahasan Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi
Intended Outcomes dan observasi Outcomes untuk
besaran-besaran Fisika ... 214
C.19. Kesimpulan Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi
Intended Outcomes dan observasi Outcomes... 216 C.20.Hasil Evaluasi Total Data Deskripsi Matriks Materi
Pengukuran pada Fisika ... 217 C.21. Pembahasan Hasil Evaluasi Total Data Deskripsi Matriks
Materi Pengukuran pada Fisika ... 217 C.22. Kesimpulan Hasil Evaluasi dari Deskripsi Data Standar,
Intended dan Observasi untuk Pengukuran pada Fisika ... 219 C.23. Hasil Evaluasi secara Logical Contingency pada Matriks
Intended Materi Pengukuran ... 219 C.24. Pembahasan Hasil Evaluasi Logical Contingency dari Deskripsi
Data Intended untuk Pengukuran pada Fisika ... 220 C.26. Kesimpulan Hasil Evaluasi Logical Contingency dari Deskripsi Data Intended untuk Pengukuran pada Fisika ... 221 C.27. Hasil Evaluasi secara Empirical Contingency Matriks
Observasi Materi Pengukuran ... 223 C.28. Pembahasan Hasil Evaluasi secara Empirical Contingency
Deskripsi data Observation Materi Pengukuran pada Fisika ... 223 C.29. Kesimpulan Hasil Evaluasi secara Empirical Contingency
Deskripsi data Observation Materi Pengukuran pada Fisika .... 225 C.30. Hasil evaluasi secara Congruence Matriks Antecedent untuk
Materi Pengukuran ... 226
C.31. Pembahasan Hasil Evaluasi secara Congruence dari data deskripsi Antecedent untuk materi Pengukuran pada Fisika ... 226
xiv
untuk Materi Pengukuran ... 230
C. 36. Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks Outcomes untuk
Materi Pengukuran ... 232 C.37. Pembahasan Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Outcomes untuk Materi Pengukuran ... 232 C.38. Kesimpulan Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Transaction untuk Materi Pengukuran ... 233 C.39. Hasil Evaluasi Total Data Deskripsi Matriks Materi Vektor .... 235 C.40. Pembahasan Hasil Evaluasi Total Data Deskripsi Matriks Materi Vektor ... 235 C.41. Kesimpulan Hasil Evaluasi Total Data Deskripsi Matriks Materi Vektor ... 236 C.42. Hasil Evaluasi secara Logical ContingencyDeskripsi Matriks Intended Materi Vektor ... 237 C.43. Pembahasan Hasil Evaluasi secaraLogical Contingency dari
Deskripsi Data Intended materi Vektor pada Fisika ... 238 C. 44. Kesimpulan Hasil Evaluasi secaraLogical Contingency dari
Deskripsi Data Intended materi Vektor pada Fisika ... 239 C.45. Hasil Evaluasi Empirical Contingency Matriks Observasi Materi
Vektor ... 240
C.46. Pembahasan Hasil Evaluasi Empirical Contingency dari Deskripsi data Observation Materi Vektor pada Fisika. ... 241
C.47. Kesimpulan Hasil EvaluasiEmpirical Contingency dari Deskripsi data
Observation Materi Vektor pada Fisika ... 242 C.48. Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks Antecedent untuk Materi
Vektor ... 243
C.49. Pembahasan Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi Antecedent untuk materi Vektor pada Fisika ... 244
C.50. Kesimpulan Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi Antecedent untuk materi Vektor pada Fisika ... 245
C.51. Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks Transaction untuk Materi Vektor ... 246
C.52. Pembahasan Hasil Evaluasi secara Congruence dari data deskripsi
Transaction untuk materi Vektor pada Fisika. ... 247
C.53. Kesimpulan Hasil Evaluasi secara Congruence dari data deskripsi
Transaction untuk materi Vektor pada Fisika ... 248
C.55. Pembahasan Hasil Evaluasi secara Congruence dari data deskripsi
Outcomes untuk materi Vektor pada Fisika. ... 250
C.56. Kesimpulan Hasil Evaluasi secara Congruence dari data deskripsi
Outcomes ... 251
C.57. Hasil Evaluasi untuk Total Data Deskripsi Matriks Materi Gerak 252
C.58. Pembahasan Hasil Evaluasi untuk Total Data Deskripsi Matriks Materi Gerak ... 253
C.59. Kesimpulan Hasil Evaluasi untuk Total Data Deskripsi Matriks Materi Gerak . . ... 254
C.60. Hasil Evaluasi secaraLogical Contingency Matriks Intended Materi
Gerak ... 255
C.61. Pembahasan Hasil evaluasi secara Logical Contingency dari Deskripsi Data Intended materi Gerak pada Fisika ... 255
C.62. Kesimpulan Hasil evaluasi secara Logical Contingency dari Deskripsi Data Intended materi Gerak pada Fisika ... 257
C.63. Hasil Evaluasi secaraEmpirical Contingency Matriks Observasi Materi
Gerak ... 258
C.64. Pembahasan Hasil Evaluasi secaraEmpirical Contingency dari
Deskripsi Data Observasi materi Gerak pada Fisika ... 259
C.65. Kesimpulan Hasil Evaluasi secaraEmpirical Contingency dari
Deskripsi Data Observasi materi Gerak pada Fisika ... 260
C.66. Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks Antecedent untuk Materi Gerak ... 262
C.67. Pembahasan Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi Antecedent untuk materi Gerak pada Fisika. ... 262
C.68. Kesimpulan Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi Antecedent untuk materi Gerak pada Fisika. ... 264
C.69. Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks Transaction untuk Materi Gerak ... 265
C.70. Pembahasan Hasil Evaluasi secara Congruence dari data deskripsi
Transaction untuk materi Gerak pada Fisika. ... 265
xvi
C.72. Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks Outcomes untuk Materi
Gerak ... 268
C.73. Pembahasan Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks Outcomes untuk Materi Gerak ... 268
C.74. Kesimpulan Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi Outcomes untuk materi Gerak pada Fisika ... 270
C.75. Kesimpulan Umum Penerapan Model Countenance Stake Dalam Evaluasi Implementasi KTSP Fisika SMA Pada Guru Alumni Diklat P4TK IPA ... 271
C.76. Temuan Hasil Studi Evaluasi ... 274
C.76.1. Pada proses Analisis framework Matriks Stake. ... 274
C.76.2 Processing Analisis Data secara Logical Contingency dan Empirical contingency ... 275
C.76.3. Processing Analisis Data secara Congruence ... 276
C.77. Judgment ... 277
BAB V Kesimpulan Dan Rekomendasi ... 280
A. Kesimpulan ... 280
B. Rekomendasi ... 283
DAFTAR PUSTAKA ... 286
DAFTAR LAMPIRAN
No.Lampiran Lampiran
1 Hasil Scanning Overlay Logical Contingency dan Empirical
Contingency Materi Besaran-besaran Fisika
2 Hasil Scanning Overlay Logical Contingency dan Empirical
Contingency Materi Pengukuran pada Fisika
3 Hasil Scanning Overlay Logical Contingency dan Empirical
Contingency Materi Vektor pada Fisika
4 Hasil Scanning Overlay Logical Contingency dan Empirical
Contingency Materi Gerak pada Fisika
5 Hasil Scanning Overlay Congruence Antecedent 4 materi :
Besaran-besaran Fisika, Pengukuran, Vektor, dan Gerak
6 Hasil Scanning Overlay Congruence Transaction 4 materi :
Besaran-besaran Fisika, Pengukuran, Vektor, dan Gerak
7 Hasil Scanning Overlay Congruence Outcomes 4 materi :
Besaran-besaran Fisika, Pengukuran, Vektor, dan Gerak
1
xxviii Matriks Observasi Materi Gerak
4.24 Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Antecedent untuk Materi Gerak
262
4.25 Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Transaction untuk Materi Gerak
265
4.26 Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Outcomes untuk Materi Gerak
268
DAFTAR TABEL
No. Tabel Nama Tabel Halaman
2.1 Pendekatan Evaluasi 75
2.2 Kriteria Analisis Struktur Belajar (Task Analysis) Besaran Dan Satuan (Besaran-Besaran Fisika)
110
2.3 Kriteria Analisis Struktur Belajar (Task Analysis) Besaran Dan Satuan (Pengukuran)
111
2.4 Kriteria Analisis Struktur Belajar (Task Analysis) Besaran Dan Satuan (Vektor)
112
2.5 Kriteria Analisis Struktur Belajar (Task Analysis) Gerak Dengan Kecepatan Dan Percepatan Konstan
115
3.1 Jadwal Pengambilan data Responden 136
3.2 Data Administrasi Implementasi Kurikulum Fisika
2006 / KTSP
156
3.3 Prosedur Pengumpulan Data dan Analisis 184
4.1 Desain Analisis Data Model Countenance Stake
188
4.2a Sistematik Analisis Data Berdasarkan Model
Evaluasi Countenance Stake
189
4.2b Prosedur Kegiatan Analisis Data Model Evaluasi
Countenance Stake
191
4.3 Hasil Evaluasi Total Data Deskripsi Matriks Materi
Besaran-besaran Fisika
199
4.4 Hasil Evaluasi Logical Contingency Matriks
Intended Materi Besaran Fisika
201
4.5 Hasil Evaluasi Empirical Contingency Matriks
Observasi Besaran-besaran Fisika
204
4.6 Hasil Evaluasi Congruence Matriks Antecedent
untuk Materi Besaran-besaran Fisika
210
xxvii
untuk Materi Besaran-besaran Fisika
4.8 Hasil Evaluasi Congruence Matriks Outcome
suntuk Materi Besaran-besaran Fisika
214
4.9 Hasil Evaluasi Total Data Deskripsi Matriks Materi
Pengukuran
217
4.10 Hasil Evaluasi secara Logical Contingency pada
Matriks Intended Materi Pengukuran
219
4.11 Hasil Evaluasi secara Empirical Contingency
Matriks Observasi Materi Pengukuran
223
4.12 Hasil evaluasi secara Congruence Matriks
Antecedent untuk Materi Pengukuran
226
4.13 Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Transaction untuk Materi Pengukuran
229
4.14 Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Outcome untuk Materi Pengukuran
232
4.15 Hasil Evaluasi Total Data Deskripsi Matriks Materi
Vektor
235
4.16 Hasil Evaluasi Logical Contingency Matriks
Intended Materi Vektor
237
4.17 Hasil Evaluasi Empirical Contingency Matriks
Observasi Materi Vektor
240
4.18 Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Antecedent untuk Materi Vektor
243
4.19 Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Transaction untuk Materi Vektor
246
4.20 Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Outcomes untuk Materi Vektor
249
4.21 Hasil Evaluasi untuk Total Data Deskripsi Matriks
Materi Gerak
252
4.22 Hasil Evaluasi secaraLogical Contingency Matriks
Intended Materi Gerak
255
DAFTAR GAMBAR
No.Gambar Nama Gambar Halaman
2.1 Mengapa Melakukan Evaluasi 36
2.2 Siapa yang Anda Evaluasi 37
2.3 Apa yang Harus Di Evaluasi Dalam Kurikulum 38
2.4 Ringkasan Model Data Matriks Countenance Stake 61
2.5
Kerangka Analisis Matriks Evaluasi Model
Countenance Stake.
65
2.6
Kerangka Analisis Matriks Evaluasi Model
Countenance Stake yang Dikembangkan.
68
2.7
Hirarki tingkat perilaku dalam analisis kegiatan belajar
Davies (1973:38)
97
2.8 Matriks Analisis Kegiatan Pembelajaran Guru. 99
2.9 Hierarki belajar menurut Gagne 1965 (Davies, 1973:92). 104
2.10 Pola Matrik Karakteristik 108
2.11 Skema Prosedur Studi Evaluasi 119
3.1 Ringkasan Model Data Matriks Countenance Stake 142
3.2 Pola Matriks Analisis Struktur Belajar Setiap Materi 151
3.3 Matriks Analisis Struktur Belajar 157
3.4
Matriks Analisis Struktur Belajar Materi : Besaran-Besaran Fisika
158
3.5
Matriks Analisis Struktur Belajar Materi : Pengukuran Pada Fisika
159
3.6 Matriks Analisis Struktur Belajar Materi : Vektor 160
xxx
3.8
Matriks Antecedent Standar Besaran-besaran pada Fisika
169
3.9 Matriks Antecedent Standar Pengukuran pada Fisika 169
3.10 Matriks Antecedent Standar Vektor pada Fisika 170
3.11 Matriks Antecedent Standar Gerak pada Fisika 170
3.12 Matriks Transaction Standar Besaran-besaran Fisika 171
3.13 Matriks Transaction Standar Pengukuran pada Fisika 171
3.14 Matriks Matriks Transaction Standar Vektor pada Fisika
172
3.15 Matriks Transaction Standar Gerak pada Fisika 172
3.16 Matriks Outcomes Standar Besaran-besaran pada Fisika 173
3.17 Matriks Outcomes Standar Pengukuran pada Fisika 173
3.18 Matriks Outcomes Standar Vektor pada Fisika 174
3.19 Matriks Outcomes Standar Gerak pada Fisika 174
3.20 Alur Informasi Format Kualitatif-Verifikatif 178
3.21
Processing Analisis Matrik Data Deskripsi Model
Countenance Stake
181
3.22
Processing Analisis Matrik Data Judgment Model
Countenance Stake (Revisi)
182
3.23
Evaluasi Model Countenance Stake (Collecting,
Organization and Analysis of Data)
183
4.1 Grafik Hasil Evaluasi Materi Besaran-besaran Fisika 199
4.2
Grafik Hasil Evaluasi Materi Besaran-besaran Fisika secara Logical Contingency pada Matrik Intended
201
4.3 Grafik Hasil Evaluasi Materi Besaran-besaran Fisika
secara Empirical Contingency pada Matrik Observasi
4.4
Grafik Hasil Evaluasi Materi Besaran-besaran Fisika secara Congruence pada Matrik Antecedent
207
4.5
Grafik Hasil Evaluasi Materi Besaran-besaran Fisika secara Congruence pada Matrik Transaction
211
4.6
Grafik Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi
Intended Outcomes dan observasi Outcomes untuk
besaran-besaran Fisika.
214
4.7
Grafik Hasil Evaluasi Total data deskripsi Intended dan observasi untuk Pengukuran pada Fisika.
217
4.8
Grafik Hasil Evaluasi secara Logical Contingency pada Matriks Intended Materi Pengukuran
220
4.9
Grafik Hasil Evaluasi secara Empirical Contingency pada Matriks Observasi Materi Pengukuran
223
4.10
Grafik Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Antecedent untuk Materi Pengukuran
226
4.11
Grafik Hasil Evaluasi Secara Congruence Matriks
Transaction untuk Materi Pengukuran
229
4.12
Grafik Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Outcomes untuk Materi Pengukuran
232
4.13
Grafik Hasil Evaluasi Total Data Deskripsi Matriks Materi Vektor
235
4.14
Grafik Hasil Evaluasi secaraLogical Contingency dari
Deskripsi Data Intended materi Vektor pada Fisika
238
4.15
Grafik Hasil EvaluasiEmpirical Contingency Matriks
Observasi Materi Vektor
241
4.16
Grafik Hasil Evaluasi Congruence dari data deskripsi Antecedent untuk materi Vektor pada Fisika.
244
4.17
Grafik Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Transaction untuk Materi Vektor
xxxii
4.18
Grafik Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Outcomes untuk Materi Vektor
250
4.19
GrafikHasil Evaluasi untuk Total Data Deskripsi Matriks Materi Gerak
253
4.20
GrafikHasil Evaluasi secaraLogical Contingency
Matriks Intended Materi Gerak
255
4.21
Grafik Hasil Evaluasi secaraEmpirical Contingency
Matriks Observasi Materi Gerak
259
4.22
Grafik Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Antecedent untuk Materi Gerak
262
4.23
Grafik Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Transaction untuk Materi Gerak
265
4.24
Grafik Hasil Evaluasi secara Congruence Matriks
Outcomes untuk Materi Gerak
268
4.25 Ringkasan Model Data Matriks Countenance Stake 275
4.26
Framework Model Data Matriks Countenance Stake yang Ditemukan / Dikembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pelaksanaan Kebijakan Otonomi Daerah telah bergulir seiring dengan
diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, kemudian
disempurnakan melalui UU No.32 Tahun 2004 dan pelaksanaannya melalui PP
No.38 Tahun 2007. Dampak lebih lanjut dari diterapkannya otonomi daerah
tersebut adalah juga di bidang pendidikan yang berwujud pada pengembangan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sesuai dengan UU No.20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36, 37, dan 38. Bersamaan dengan
itu, telah dikeluarkannya PP No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, yang kemudian diikuti oleh suatu aturan operasional melalui
Permendiknas no. 22, 23, dan 24 Tahun 2006, tentang Standar Isi (SI), Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), dan pelaksanaan SI dan SKL, yang mana telah
memberikan wewenang kepada daerah, dalam hal ini sekolah sebagai unit terkecil
dalam Sistem Pendidikan Nasional, untuk mengembangkan sendiri kurikulum
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan setempat. Dalam dokumen standar isi
sebagaimana dimaksud oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, yang
secara keseluruhan mencakup : (1) kerangka dasar dan struktur kurikulum yang
merupakan pedoman dalam penyusunan kurikulum pada tingkat satuan
pendidikan, (2) beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan
menengah, (3) kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan dan
disusun oleh guru berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 2
pendidikan pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Dalam KTSP tidak semua komponen kurikulum dikembangkan oleh sekolah,
standar isi, standar kompetensi lulusan, standar kompensi, kompetensi dasar,
kerangka dasar dan stuktur kurikulum disusun secara terpusat oleh BSNP.
Penjabarannya ke dalam bentuk silabus, program pembelajaran tahunan/semester,
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), rencana penilaian dikembangkan oleh
guru, dengan demikian KTSP tidak murni desentralisasi, tetapi masih ada unsur
sentralisasinya, sehingga dapat disebut sebagai pengembangan sentral-desentral.
Berkenaan dengan hal tersebut, sesuai dengan Surat Edaran Menteri
Pendidikan Nasional No.33 Tahun 2007 tentang Sosialisasi KTSP (Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan), maka provinsi maupun kabupaten/kota agar
memiliki Tim Pengembang Kurikulum (TPK) yang bertugas melakukan
sosialisasi dan pelatihan sesuai dengan tingkatan daerah . Diharapkan dengan
terbentuknya TPK pada masing-masing tingkatan daerah, akan lebih mudah dalam
melakukan koordinasi dan supervisi disamping juga monitoring dan evaluasi
dalam mengantisipasi segala permasalahan yang mungkin timbul dalam
pelaksanaan Standar Isi, begitupun bagi Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan
(LPMP) di masing-masing provinsi yang dibentuk di bawah Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas, lebih berfungsi sebagai lembaga
sosialisasi dan pelatihan bagi guru dan sekolah dalam menerapkan KTSP.
Sementara PPPPTK IPA (Pusat Pengembangan Perberdayaan Pendidik dan
IPA tidak luput pula keharusannya mensosialisasikan KTSP khususnya di bidang
IPA dalam bentuk matatataran diklat.
Pendapat Curtis R Finch dan John R Crunkilton ahli kurikulum dari
Virginia Polytechnic Institute and State University Amerika Serikat (Paulus
Mujiran, 2006), menekankan pentingnya sosialisasi atau desiminasi sebelum
kurikulum baru dijalankan. Dengan kata lain, sebelum kurikulum baru dijalankan,
harus dilakukan desiminasi yang efektif. Untuk mendesiminasi kurikulum (baru)
terdapat tiga hal yang harus dipertimbangkan; masing-masing menyangkut; (1)
kesiapan pemakai dan pelaksananya (audience), (2) kondisi geografis
(geographical consideration), serta (3) biaya penyebaran informasi (cost). Bila
sistem desiminasi kurikulum tidak efektif, maka sebagus apa pun materi
kurikulum akan 'mentah' karena informasi yang diterima masyarakat guru
khususnya pemakai dan pelaksana tak lengkap. Akhirnya, pelaksanaan kurikulum
banyak menemui kendala.
Berdasarkan ketetapan pada Ketentuan Umum, Pasal 1.19 kurikulum
diartikan sebagai ” seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Dengan
demikian maka tugas guru, kepala sekolah, dan komite sekolah untuk
mengembangkan rencana yang dimaksudkan. Sedangkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) ditetapkan dalam PP.No.19 Tahun 2005 Pasal 1.15
sebagai kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 4
operasional” yang bukan merupakan istilah standar tetapi maksud dari keputusan
PP tersebut bahwa KTSP adalah kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
dikembangkan dan dilaksanakan oleh satuan pendidikan dan dibawah pengawasan
dan pembinaan dinas pendidikan kota dan kabupaten. Secara legal berdasarkan
ketentuan dalam PP No.19 Tahun 2003, suatu kurikulum untuk suatu satuan
pendidikan (KTSP) adalah sah apabila ditandatangani oleh kepala sekolah dan
komite sekolah suatu satuan pendidikan.
Beberapa prinsip yang menjadi acuan bagi satuan pendidikan dalam
pengembangan KTSP: (1) Ilmiah; prinsip ini mengharuskan agar tim pengembang
kurikulum (KTSP) di sekolah melakukan (a) kajian yang seksama terhadap
potensi sekolah, siswa, guru, visi dan misi sekolah yang bersangkutan, (b) kajian
terhadap dokumen, antara lain standar isi dan standar kompetensi lulusan. Kedua
hasil kajian ini menjadi masukan bagi pengembangan KTSP, (2) Relevan; prinsip
ini menunjukkan agar dalam pengembangan KTSP memperhatikan keterkaitan
kurikulum dengan hasil kajian terhadap potensi siswa serta masyarakat, (3)
Sistematis; prinsip ini mengharuskan agar semua komponen KTSP, yakni antara
tujuan, konten, proses pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran harus saling
berkaitan, (4) Konsisten; prinsip ini menghendaki agar implementasi KTSP di
satuan pendidikan dijalankan secara konsisten (ajeg) dengan memperhatikan
semua komponen kurikulum.
B. Identifikasi Masalah
Pengembangan KTSP diserahkan kepada para pelaksana pendidikan (guru,
berbagai kompetensi pendidikan seperti pengetahuan, ketrampilan, dan sikap,
disetiap satuan pendidikan dan daerah masing-masing. Kiprah guru lebih dominan
terutama menjabarkan SK dan KD menjadi indikator pencapaian hasil belajar
dalam membuat silabus, tidak saja dalam program tertulis, tetapi dalam
pembelajaran nyata dikelas, siapkah guru dengan kebijakan baru ini ? Siap atau
tidak siap, kebijakan sudah diputuskan, dan tentu guru harus melaksanakannya.
Sebagaimana ramai diulas, mulai tahun pelajaran 2007/2008, sejumlah sekolah
mulai berusaha menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
mengacu pada Standar Isi yang disusun oleh BNSP, sosialisasi dan
pelatihan-pelatihan pun diselenggarakan dimana-mana baik oleh BalitbangDiknas maupun
pusat-pusat pelatihan. Namun sejauh ini guru dan sekolah sebagai pelaksana
masih meraba-raba penerjemahan kurikulum ini.
Akumulasi dari semua kegiatan tersebut dapat diprediksi: belum ada
perubahan kinerja yang dapat membawa ke arah peningkatan kompetensi guru di
lapangan. Pengalaman menunjukkan, dengan berbagai pergantian kurikulum 1994
ke 2004 pun belum sempat ada perubahan dan tampaknya tidak dijadikan bahan
refleksi oleh birokrat pendidikan maupun lembaga pendidik dan tenaga
kependidikan (Jaali, 2006). Dari sisi kondisi geografis Indonesia tergolong kurang
mendukung dilaksanakannya pergantian kurikulum secara cepat. Mengapa?
Karena sistem informasi yang semodern apa pun realitasnya sulit untuk
menembus kendala geografis yang tajam. Sekolah-sekolah yang ada di pelosok, di
pegunungan, di tengah laut, dan sebagainya, sangat sering menerima informasi
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 6
yang sama, kegiatan sosialisasi itu belum pernah diadakan evaluasi, yaitu
penagihan dalam bentuk laporan implementasi dari peserta kegiatan
Disisi lain, masih banyak guru yang kebingungan bagaimana
mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sehingga tahun
ajaran 2006/2007 belum satu sekolahpun yang siap melaksanakan Kurikulum
2006 yang dikenal dengan sebutan KTSP. Akibatnya banyak kepala Dinas dan
Kandep yang mengundang akhli pengembang kurikulum lantas membuatkan
kurikulum untuk sekolah-sekolah didaerahnya, Menurut Sekjen Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP), langkah ini jelas menyalahi UU Sisdiknas 20/2003
dan aturan penyerta lainnya. Seharusnya KTSP dikembangkan oleh guru dan
komite sekolah. Alasannya karena guru yang tahu persis karakteristik siswa dan
potensi suatu daerah. Belum siapnya sekolah menyusun kurikulum sendiri akibat
memang tidak pernah disiapkan sejak semula. Sekolah terbiasa terima jadi
kurikulum pendidikan dari pemerintah pusat dalam bentuk silabus. Jangankan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
2004 saja belum begitu memahaminya. Artinya, memang ditingkat guru masih
membutuhkan sosialisasi bagaimana caranya mengembangkan kurikulum sekolah.
Termasuk, juga meningkatkan kualitas gurunya sendiri untuk membuat dan
menerapkannya serta mengajarkan materi mata pelajarannya di sekolah dengan
baik, pernyataan ini didukung oleh laporan penelitian Sumiyati (2008), pada
Rembuk Nasional Pendidikan, dimana sebagian besar sekolah sudah
melaksanakan KTSP dengan berbagai variasi, tetapi masih banyak guru dan
dilakukan tetapi belum menyentuh semua elemen penyelenggara pendidikan dan
belum ada evaluasi dokumen KTSP yang telah disusun sekolah. Hasil penelitian
Wachyu (2008), sebagian besar guru SMP dalam mata pelajaran bahasa Inggris
(74%) mengetahui tentang KTSP tetapi tidak mengetahui dengan jelas apa yang
harus dilakukan dalam praktek pengembangannya. Hasil observasi menunjukkan
ketidak mampuan guru dalam menyusun RPP, apakah ini akan terjadi pada materi
subjek lain ?. Sampai sejauh ini peneliti belum membaca adanya laporan
penelitian evaluasi implementasi KTSP di bidang studi Fisika, baik Fisika SD
(IPA), Fisika SMP, Fisika SMK dan Fisika SMA, oleh karena itu peneliti akan
mencoba melakukan penelitian evaluasi implementasi KTSP Fisika SMA.
Seperti yang diungkapkan oleh Azis (2008), dikarenakan belum adanya
perangkat evaluasi untuk menilai sejauh mana Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) berjalan efektif, beberapa sekolah sudah menggunakan KTSP,
tetapi ternyata belum ada perubahan yang signifikan pada proses pembelajaran
sehari-hari. Perangkat evaluasi yang digunakan baru sebatas untuk menilai proses
pembelajaran di sekolah, belum untuk menilai kurikulum itu sendiri. Lembaga
Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) yang dibentuk untuk di bawah Direktorat
jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas, lebih berfungsi sebagai
lembaga sosialisasi dan pelatihan bagi guru dan sekolah dalam menerapkan KTSP
belum menjangkau fungsi evaluasi. Menurut Azis (2008), perangkat evaluasi ini
penting karena KTSP memberikan ruang otoritas bagi guru untuk melakukan
improvisasi dan kreativitas dalam proses pembelajaran dan belum banyak guru
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 8
Berdasarkan hal diatas, studi evaluasi implementasi kurikulum diperlukan
sebagai usaha untuk mengetahui apa yang terjadi pada kurikulum operasional
(KTSP) di sekolah sebagai dokumen kurikulum yang diaktualisasikan dalam
ide/konsep guru kepada peserta didik, (Hasan 1988:3). Menurut pendapat, Berman
dan McLaughlin , (Hasan 2008:88), mengungkapkan bahwa evaluasi
implementasi kurikulum mengukur seberapa jauh kurikulum (KTSP) sebagai
rencana telah dilaksanakan ke dalam bentuk kurikulum sebagai kegiatan, dan
mengukur perubahan perilaku guru yang terjadi sebagai pelaksana administratif.
Evaluasi kurikulum memiliki landasan legal yang lebih kuat sejak
diberlakukannya Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional, pasal 55 dan 56 menetapkan bahwa setiap unit pendidikan harus
dievaluasi secara external oleh lembaga internal, pasal-pasal tersebut
menunjukkan bahwa suatu usaha pendidikan dalam hal ini KTSP haruslah terbuka
untuk dievaluasi oleh suatu lembaga mandiri. Lembaga mandiri ini mungkin
dibentuk oleh pemerintah pusat, masyarakat, atau organisasi yang tidak terlibat
dalam proses pengembangan kurikulum, (Hasan : 2008). Bagaimana evaluasi
implementasi KTSP bisa dilaksanakan ? Banyak yang telah melakukan evaluasi
implementasi KTSP dengan berbagai sudut pandang, berbagai bidang studi, dan
berbagai hasil, namun ide dari KTSP yang harus menghasilkan siswa menjadi
kreatif, inovatif, dan mampu mengantarkan siswa untuk berpikir kritis, berpikir
tingkat tinggi belum tampak adanya studi ini .
Ide KTSP untuk mata pelajaran sains harus melibatkan pula hakekat
kumpulan pengetahuan, cara berpikir, dan penyelidikan. IPA sebagai kumpulan
pengetahuan dapat berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan model. IPA
sebagai cara berpikir merupakan aktivitas yang berlangsung di dalam pikiran
orang yang berkecimpung di dalamnya karena adanya rasa ingin tahu dan hasrat
untuk memahami fenomena alam. IPA sebagai cara penyelidikan merupakan cara
bagaimana informasi ilmiah diperoleh, diuji, dan divalidasikan, (Suyudi, 2003).
Fisika dipandang sebagai suatu proses dan sekaligus produk sehingga dalam
pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi atau metode pembelajaran
yang efektif dan efesien yaitu salah satunya melalui kegiatan praktik. Hal ini
dikarenakan melalui kegiatan praktik, siswa melakukan olah pikir dan juga olah
tangan. Kegiatan praktik adalah percobaan yang ditampilkan guru dan atau siswa
dalam bentuk demonstrasi maupun percobaan oleh siswa yang berlangsung di
laboratorium atau tempat lain. Adapun jenis-jenis kegiatan praktik dikelompokkan
menjadi 4, yaitu eksperimen standar, eksperimen penemuan, demonstrasi, dan
proyek. Kegiatan praktik dalam pembelajaran fisika mempunyai peran motivasi
dalam belajar, memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan sejumlah
keterampilan, dan meningkatkan kualitas belajar siswa. Dalam mengembangkan
silabus, kualitas profil pembelajaran dapat dilihat prinsip relevansi, konsistensi,
kecukupan antara siswa, kompetensi yang harus dikuasai, materi yang dipelajari,
alokasi waktu, dan sumber bahan yang tersedia. Standar Kompetensi untuk suatu
mata pelajaran tidak lepas dari karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan.
Ada beberapa mata pelajaran yang selain memiliki peluang untuk
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 10
banyak untuk mengembangkan kemampuan psikomotorik dibandingkan dengan
mata pelajaran lainnya. Demikian juga pengembangan aspek afektif, tidak akan
sama antara mata pelajaran dan mata pelajaran lainnya. Mata pelajaran Sains
memiliki peluang yang seimbang baik untuk mengembangkan kemampuan dalam
aspek kognitif, psikomotorik maupun afektif. Untuk suatu materi sains ada yang
bersifat hierarkies dan ada pula yang tidak. Materi yang hirarkies harus dipelajari
dengan mendahulukan materi yang menjadi prasyaratnya, (Puskur, 2006).
Pengembangan KTSP mengacu kepada Permendiknas No. 24 Tahun 2005
tentang implementasi standar isi dan standar kompetensi lulusan , pengembangan
kurikulum operasional (KTSP) diwujudkan dalam bentuk dokumen silabus,
program semester, dan rencana pelaksanaan pembelajaran berikut komponennya.
Standar Isi merupakan suatu dokumen, yang diuraikan menjadi Standar
Kompetensi (dokumen dari pusat), kemudian dirinci kedalam Kompetensi Dasar
(dokumen dari pusat), sedangkan indikator dan kegiatan pembelajaran adalah
uraian yang harus dibuat oleh guru dalam silabus (dokumen guru) bagaimana
dokumen-dokumen ini diaktualisasikan kedalam pembelajaran (proses). Gagasan
yang tertulis dalam Standar Isi kemudian dituangkan kedalam Standar
Kompetensi dan dituangkan juga kedalam Kompetensi Dasar, gagasan-gagasan
yang tertulis dalam dokumen tersebut merupakan kehendak. Jika Kompentensi
Dasar diuraikan kedalam indikator (kehendak guru), kemudian dirinci dalam
kegiatan pembelajaran dalam silabus. Penjabaran silabus kedalam Rencana
Pengembangan Pembelajaran (RPP) merupakan rencana dalam bentuk dokumen
kelas. Jika ditelusuri maka definisi “evaluasi kurikulum” berdasarkan pernyataan
SK, KD dan indikator diatas sebagai dokumen merupakan proses penentuan nilai
dan angka tentang keterkaitan dokumen-dokumen yang diuraikan tersebut
(Schubert 1986:262), sedangkan terwujudnya pembelajaran di dalam kelas adalah
implementasi kurikulum, maka definisi “evaluasi implementasi kurikulum” adalah
proses penentuan nilai dan angka tentang tingkat ketercapaian dokumen standar
isi - standar kompetensi -kompetensi dasar-indikator tersebut dapat
diaktualisasikan kedalam pembelajaran di kelas.
C. Perumusan Masalah
Beberapa ahli teori evaluasi kurikulum melibatkan suatu konsep model
evaluasi. Suatu model merupakan suatu abtraksi, yaitu suatu gambaran rencana
global untuk menilai suatu kurikulum, (Frances Deepwell, 2002 :
[email protected]). Dalam setiap model mempunyai sintaxs
(langkah-langkah) yang harus diikuti, Robert E.Stake (1967), mengemukakan suatu Model
Evaluasi Kurikulum yang dikenal dengan nama model Countenance Stake
(tampilan model evaluasi Stake), yang sebelumnya dikenal dengan Model
Contingency- Congruence.
The "countenance" model of evaluation seemed more appropriate because its suggested matrices for descriptive and judgmental data are able to support the study of an evolving programme across time, looking at the antecedents as well as the intended and unintended consequences of the programme. Robert Stake's "countenance model" (Stake, 1967) was originally formulated for curriculum studies in the late 1960s, (Frances Deepwell, 2002 : [email protected]).
Model Penampilan evaluasi Stake tampak lebih tepat karena matriks
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 12
kajian program yang berkembang sepanjang waktu, melihat pendahulunya serta konsekuensi yang tidak disengaja dari program yang dimaksudkan. Robert Stake's dengan " model penampilan " (Stake, 1967) pada awalnya dirumuskan untuk studi kurikulum di akhir 1960-an.
The countenance model aims to capture the complexity of an educational innovation or change by comparing intended and observed outcomes at varying levels of operation. The congruence between the intentional and the observational accounts provides the basis for judging the success or otherwise of the innovation, whilst at the same time allowing for the recording of unintended outcomes. A summary model of Stake's data matrix is shown in Figure 1
Model Penampilan Stake bertujuan untuk menangkap kerumitan suatu inovasi pendidikan atau mengubah dengan membandingkan apa yang dimaksudkan/diinginkan dan mengamati hasil pada berbagai tingkat operasi. Kesamaan antara kesengajaan dan laporan pengamatan menyediakan dasar untuk menilai keberhasilan atau inovasi tersebut, sementara pada saat yang sama memungkinkan untuk merekam hasil yang tidak disengaja. Sebuah model ringkasan data matriks Stake yang ditampilkan dalam Gambar 1.1
Gambar 1.1 Ringkasan model data matriks Countenance Stake
Rational
descriptionsmatrix judgementmatrix
Intended Observation Standard Judgement
Antesedent
Mengapa menggunakan model Evaluasi Countenance Stake dalam
evaluasi implementasi KTSP fisika SMA ? Implementasi kurikulum merupakan
dimensi proses atau kegiatan dan hasil, model Countenance Stake sangat cocok
untuk evaluasi kurikulum dalam dimensi proses atau kegiatan dan hasil, (Hasan,
1988). Stake mengembangkan suatu model penilaian/evaluasi kurikulum dengan
nama Continguency-Congruence Model (CCM). Tujuan dari model ini adalah
melengkapi kerangka untuk pengembangan suatu rencana penilaian kurikulum.
Perhatian utama Stake adalah hubungan antara tujuan penilaian dengan keputusan
berikutnya berdasarkan sifat data yang dikumpulkan. Stake melihat adanya
ketidak-sesuaian antara harapan penilai dan guru. Model CCM dimaksudkan guna
memastikan bahwa semua data dikumpulkan dan diolah untuk melengkapi
informasi yang dapat digunakan oleh pemakai data. Hal ini berarti bahwa penilai
harus mengumpulkan data deskriptif yang lengkap tentang hasil belajar peserta
diklat dan data pelaksanaan pengajaran, dan hubungan antara kedua faktor
tersebut. Di samping itu juga, judgment data harus dikumpulkan, Stake
mengartikan judgment data adalah data yang berasal dari pertimbangan berbagai
ahli mata pelajaran dan kelompok masyarakat yang berkepentingan dengan
kurikulum. Model Countenance Stake lebih dapat dipergunakan untuk melakukan
evaluasi pelaksanaan kurikulum dalam konteks pendidikan di Indonesia. Proses
pengembangan kurikulum di Indonesia, khususnya KTSP adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan
pendidikan. Dalam konteks pendidikan KTSP adalah kurikulum yang
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 14
menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar merupakan kurikulum
sebagai rencana yang dibuat di tingkat Nasional dan guru masih harus
mengembangkan rencana ini menjadi rencana yang lebih operasional kedalam
evaluasi kurikulum dalam dimensi kegiatan dan hasil, (Hasan 1988:109).
Model Countenance Stake sangat cocok untuk evaluasi kurikulum dalam
dimensi proses atau kegiatan dan hasil, (Hasan, 1988). Baik data yang
dikelompokan ke dalam intended (diharapkan), maupun observation (apa yang
terjadi dan teramati) merupakan data yang dapat mengungkapkan tentang apa dan
bagaimana kurikulum itu terlaksana. Karena KTSP merupakan salah satu mata
tataran dari program diklat yang diselenggarakan oleh PPPPTK IPA, baik dari
segi sosialisasi kurikulum maupun pengembangannya. Pengembangan KTSP
dilakukan oleh Satuan Pendidikan dengan memperhatikan Standar Isi – Bahan
Kajian (SK) – Kompetensi Dasar (KD) yang diberikan oleh BNSP. Melalui
penelitian inquairy deskriptif atau survey sebagai acuan evaluasi, data yang
terkumpul dapat menggambarkan pada penentuan apa yang diharapkan oleh
seorang guru sebagai pengembang kurikulum, merencanakan mengenai keadaan
prasyarat (antecedent) sebelum suatu kegiatan kelas berlangsung, sedangkan
kegiatan kelas yang berlangsung sebagai (transaction) atau aktualisasi interaksi
yang terjadi , serta menghubungkannya dengan berbagai bentuk hasil belajar
(outcomes) . Matrik deskripsi model Countenance Stake dapat mengamati /
menganalisis hasil apa direncanakan / diinginkan secara logical countingency
(kemungkinan yang terjadi secara logika) dan untuk sesuatu yang sudah terjadi
KTSP secara empirical contingency (kemungkinan yang terjadi secara empirik)
dasar bekerjanya sama dengan analisis logical contingency tetapi data yang
dipergunakan adalah data empirik pada kelompok matriks observasi.
Melalui framework analisis matriks data deskriptif dan matriks data
pertimbangan model Countenance Stake untuk menggambarkan wujud nyata
implementasi KTSP pada kegiatan belajar Fisika di SMA. Sejalan dengan
gambaran definisi evaluasi implementasi kurikulum diatas terdapat suatu
pertanyaan yang sekaligus merupakan perumusan masalah dalam evaluasi ini :
“Bagaimanakah Model Countenance Stake dapat digunakan dalam evaluasi implementasi KTSP Fisika SMA?
(meliputi kebutuhan dan konteks (Antecendent), proses implementasi (Transaction), dan hasil (outcomes) pada RPP Guru Fisika).
Evaluasi formal model Countenance Stake: “Handout CIRCE University of
Illinois” (Robert E. Stake 2001), adalah suatu proses untuk meneliti cara-cara
meningkatkan perbaikan subtansi kurikulum, prosedur implementasi, metode
pembelajaran, dampak perilaku peserta didik dalam proses pembelajaran yang
memberikan perhatian terhadap keadaan sebelum suatu kegiatan berlangsung dan
terhadap kelas itu sendiri, serta menghubungkan dengan berbagai bentuk hasil
belajar. Keadaan sebelum suatu kegiatan kelas berlangsung dinamakan antecedent
(prasyarat), sedangkan kegiatan interaksi yang terjadi di dalam kelas dinamakan
transaction (transaksi) dan outcomes (hasil). Tiga tingkatan antecedent,
transaction, dan outcomes terbagi atas dua kategori. Kategori pertama , apa yang
Bab 1.Model evaluasi Countenance Stake 16
pengembang program yang merencanakan mengenai keadaan prasyarat yang
dinginkan untuk suatu kegiatan kelas tertentu. Apakah prasyarat tersebut
berhubungan dengan minat siswa, kemampuannya, pengalamannya yang biasa
distilahkan sebagai entry behaviours (perilaku awal). Selanjutnya guru
merencanakan apa yang diperkirakan akan terjadi pada waktu interaksi dikelas,
dan kemampuan apa yang diharapkan siswa peroleh/dapatkan setelah proses
interaksi berlangsung. Kategori kedua, kategori yang berhubungan dengan apa
yang sesungguhnya terjadi, misalnya keadaan apa yang ada pada waktu interaksi
kelas dilakukan ; bagaimanakah kemampuan siswa yang akan belajar ?, Apakah
siswa telah belajar topik yang akan diajarkan sebelum pelajaran berlangsung ?
Apakah guru mencoba memberikan pertanyaan kepada siswa untuk memberikan
pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui kemajuan yang telah diperoleh dari
interaksi yang telah terjadi ? Kategori ini disebut observasi karena berdasarkan
pengamatan apa pernah yang dilakukan oleh penilai.
Model Contenance Stake dalam studi evaluasi ini meliputi apa yang
direncanakan guru, proses pelaksanaan rencana, dan hasil proses pelaksanaan
rencana. Stake membagi kelompok intended dan observation dalam framework
matrix description sedangkan dalam kelompok Standar dan judgment ada dalam
framework matrix judgment. Dalam framework matrix judgment peneliti
menelaah ada kekurangan kelompok hasil sebagai kumpulan informasi yang
tersedia sebelum judgment diputuskan Framework matrix judgment menjadi
Standard, Hasil pengukuran dan Judgment (pertimbangan) pra-penelitian