• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM PERSPEKTIF SOSIAL-BUDAYA TERHADAP PENGEMBANGAN NILAI MULTIKULTURAL(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa SMA Yos Sudarso di Jeruklegi Kabupaten Cilacap).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM PERSPEKTIF SOSIAL-BUDAYA TERHADAP PENGEMBANGAN NILAI MULTIKULTURAL(Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa SMA Yos Sudarso di Jeruklegi Kabupaten Cilacap)."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

F. Keterkaitan Variabel Bebas dan Terikat ... 14

G. Definisi Operasional ... 15

H. Paradigma Penelitian ... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 19

A. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 19

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 19

2. Perkembangan Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan ... 22

3. Strategi Pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan ... 28

4. Komponen Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ... 35

(2)

C. Nilai Multikultural ... 73

1. Pengertian Multikultural ... 73

2. Perkembangan Multikultural ... 76

3. Multikultural Sebagai Keniscayaan ... 85

4. Indonesia Dalam Bhinneka Tunggal Ika ... 91

BAB III METODE PENELITIAN ... 96

A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 96

B. Populasi, Sampel dan Lokasi Penelitian ... 100

C. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 102

D. Uji Coba Instrumen ... 103

E. Hasil Uji Coba Instrumen ... 105

F. Teknik Analisis Data ... 107

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 114

A. Profil Sekolah SMA Yos Sudarso ... 114

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 120

C. Analisis Data Hasil Penelitian ... 133

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 192

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 212

A. Kesimpulan ... 212

B. Rekomendasi ... 215

DAFTAR PUSTAKA ... 218 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.01 Kisi-kisi instrument penelitian ... 102

Tabel 3.02 Aspek-aspek kuesioner penelitian ... 106

Tabel 3.03 Interpretasi koefisien korelasi ... 109

Tabel 3.04 Interpretasi pencapaian variabel penelitian ... 109

Tabel 4.01 Hasil rata-rata nilai tes awal dan akhir ... 121

Tabel 4.02 Rata-rata nilai perkembangan multikultural ... 122

Tabel 4.03 Jenis kelamin responden ... 124

Tabel 4.04 Agama responden ... 126

Tabel 4.05 Pendidikan orang tua siswa ... 127

Tabel 4.06 Pekerjaan orang tua siswa ... 129

Tabel 4.07 Penghasilan orang tua siswa ... 130

Tabel 4.08 Etnik orang tua siswa ... 132

Tabel 4.09 Gambaran umum perolehan data hasil penelitian ... 133

Tabel 4.10 Pengujian non parametrik nilai multikultural ... 136

Tabel 4.11 Pengujian non parametrik evaluasi pembelajaran PKn ... 137

Tabel 4.12 Pengujian non parametrik kegiatan belajar mengajar PKn ... 139

Tabel 4.13 Pengujian non parametrik materi pembelajaran PKn ... 140

Tabel 4.14 Besar koefisien jalur dan signifikasinya ... 168

Tabel 4.15 Matrik korelasi variabel X1, X2, X3 dan Y ... 170

Tabel 4.16 Pengaruh kausalitas tiap variabel langsung dan tidak langsung ... 174

Tabel 4.17 Koefisien korelasi, diterminasi dan koefisien jalur variabel kontrol jenis kelamin siswa ... 177

(4)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.01 Hubungan struktur dan sub struktur tiap variabel ... 14

Bagan 1.02 Tinjauan variabel kontrol melalui variabel utama ... 14

Bagan 1.03 Paradigma penelitian ... 18

Bagan 4.01 Hubungan variabel X1 dan X2 ... 146

Bagan 4.02 Hubungan variabel X1, X2 dan X3 ... 153

Bagan 4.03 Hubungan variabel X1, X2, X3 dan Y ... 162

(5)

DAFTAR GRAFIK

(6)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.01 Jenis kelamin responden ... 125

Diagram 4.02 Agama responden ... 126

Diagram 4.03 Pendidikan orang tua siswa ... 128

Diagram 4.04 Pekerjaan orang tua siswa ... 129

Diagram 4.05 Penghasilan orang tua siswa ... 131

Diagram 4.06 Etnis orang tua siswa ... 132

Diagram 4.07 Pancar variabel nilai multikultural ... 135

Diagram 4.08 Pancar variabel evaluasi pembelajaran PKn ... 137

Diagram 4.09 Pancar variabel kegiatan belajar mengajar PKn ... 138

(7)

DAFTAR GAMBAR

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sebagai mahluk sosial, fitrah manusia menghajatkan hidup rukun berdampingan tanpa adanya permusuhan yang terjalin dan terjamin dari rasa kekeluargaan, persahabatan, tenggang rasa hormat-menghormati satu sama lainnya. Disisi lain, sebagai mahluk yang memiliki banyak kekurangan manusia tidak lepas dari sikap rakus, iri, dengki, ingin menang sendiri, ingin dihormati dan mau menang sendiri. John Lock (Djahiri, 2006:5) mengemukakan :

Terdapat lima sifat natural manusia yakni suka dihormati, cinta kekuasaan, merasa pintar, ingin selamat dan hidup abadi. Kelima hal ini ditampilkan setiap diri manusia yang normal dalam kehidupanya dan jika tidak dapat dikendalikan maka berwujud menjadi gila hormat, gila kekuasaan, sok pintar, cari selamat/aman (anti resiko) dan takut mati.

(9)

mengakibatkan siswa yang tidak masuk dalam kelompok merasa dikucilkan. Adanya siswa muslim yang tidak memperoleh pendidikan agama Islam di sekolah menunjukan ketidak adilan dalam memperoleh pendidikan.

Banyaknya penyimpangan perilaku siswa di sekolah maupun masyarakat disebabkan demi menjaga gengsi atau kehormatan masing-masing, maka persahabatan, toleran dan norma-norma menjadi sirna yang terjadi malah sebaliknya ingin menang sendiri dan pahamnyalah yang harus dianggap benar. Masing-masing kelompok dengan latar belakang suku, budaya dan agama yang sama berusaha melakukan indoktrinasi untuk memperkuat fanatik golongan. Berkurangnya tokoh teladan di sekolah maupun di masyarakat juga mengakibatkan siswa kehilangan seorang figur teladan bagi hidupnya. Sekarang banyak guru yang bukan mendidik melainkan hanya sekedar mengajar. Sebagaimana diingatkan oleh pedagoog klasik kenamaan Langeveld (Suparman, Wardani, Winataputra, 2002:18) mengatakan :

Seseorang tidak bisa mendidik karena ia sekedar mau, juga orang tidak bisa mendidik karena ia sekedar tahu, tetapi seseorang hanya bisa mendidik dengan baik apabila ia mampu menampilkan dirinya secara utuh sebagai pendidik yang tahu dan mau dan berdedikasi secara nyata.

Disisi lain, di masyarakat banyak orang yang semula ditokohkan ternyata terbongkar kedoknya sebagai koruptor sehingga kepercayaan siswa kepada tokoh masyarakatpun mulai pudar, tidak ada lagi yang bisa dijadikan panutan dalam kehidupan bermasyarakat.

(10)

senantiasa mengalami perkembangan dan kemajuan. Drijarkara (Sumaatmadja, 1998:16) mengatakan :

Manusia adalah suatu dinamika. Dinamika ini tidak pernah berhenti, melainkan tetap aktif. Dinamika manusia inilah yang memadukan manusia dengan sesamanya dan dengan dunia lingkungannya. Dinamika ini akan tetap tumbuh dan berkembang selama masa hidupnya.

Bila solidaritas sesama manusia sudah tidak dimiliki maka yang akan terjadi adalah timbulnya sikap ego pada setiap individu. Manusia sudah tidak menyadari bahwa dirinya lahir memiliki pembawaan yang berbeda baik fisik maupun akal pikiran sehingga mereka saling membutuhkan bantuan. Akan tetapi bila yang diminta bantuan ternyata tidak mau meringankan maka akibatnya adalah pembentukan kelompok sesuai dengan tingkat kelas sosialnya. Akibat terus-menerus dari keadaan ini adalah terjadilah jurang yang amat lebar antara kaum melarat dengan orang kaya, jurang antara kaum majikan dengan kaum pekerja, jurang antara yang kuat dengan yang lemah dan jurang antara anak yang pintar dengan anak yang bodoh (Munawwir, 1984:40).

(11)

Temuan di lapangan pada penelitian tesis oleh Dikdik Baehaqi tentang Pengembangan warganegara multikultural implikasinya terhadap kompetensi kewarganegaraan diungkapkan bahwa dalam masyarakat Indonesia yang heterogen terdapat dampak positif dan negatif. Dampak positifnya yaitu tersimpan kekauatan yang sangat besar sebagai modal sosial dan budaya berupa keanekaragaman adat istiadat, agama dan bahasa yang menjadi pengikat kelompok masyarakat untuk hidup bersatu. Dampak negatifnya bahwa keanekaragaman tersebut justru sering memicu terjadinya konflik antar kelompok dalam masayrakat yang pada akhirnya konflik antar kelompok tersebut akan mengakibatkan ketidak stabilan keamanan dan ketidak harmonisan sosial. Oleh sebab itu pemahaman atas kebudayaan seseorang dari pendukung kebudayaan lain akan menjadi sumbangan yang berarti bagi individu dan masyarakat tertentu tentang kebudayaan mana yang merupakan bagian dari padanya, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari unsur-unsur multikultural.

Bertolak dari suatu pengertian sederhana (Blum, 2001:16) mengemukakan bahwa pada hakekatnya multikultural merupakan:

.... pemahaman, penghargaan, dan penilaian atas budaya seseorang dan sebuah penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis orang lain. Ia meliputi penilaian terhadap kebudayaan-kebudayaan orang lain, bukan berarti menyetujui seluruh aspek dari kebudayaan tersebut melainkan mencoba melihat bagaimana kebudayaan tertentu dapat mengekspresikan nilai bagi anggota-anggotanya sendiri.

(12)

senang dengan perbedaan kebudayaan itu sendiri, yaitu memandang perbedaan dari kelompok-kelompok budaya yang berbeda dalam masyarakat seseorang sebagai kebaikan yang positif untuk dihargai dan dipelihara.

(13)

Dalam upaya memperkuat kerukunan dan integrasi bangsa ini kiranya belum ada rencana ataupun program yang besar sebagaimana rencana pembangunan ekonomi. Program integrasi bangsa yang hendak mengusahakan persatuan dan kesatuan bangsa ini, pada dasarnya bukan tugas perseorangan atau golongan-golongan tertentu saja melainkan tugas semua pihak yang menyatukan diri dalam ikatan nasional Indonesia atau bangsa Indonesia.

Di negara demokrasi yang sehat itu, harus toleran terhadap keragaman seluas mungkin dan tidak ada sesuatu yang tidak bisa atau sangat menakutkan mengenai eksistensi kelompok-kelompok kecil (Toffler, 1992:13-16). Jika dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memiliki basis multikultural setidaknya dapat mereduksi konflik-konflik sosial-budaya.

Pada dasarnya program Pendidikan Kewarganegaraan berupaya membina dan menggali potensi siswa yang berhubungan dengan pengembangan sikap afektif. Menurut (Djahiri, 1995:27) dalam buku VCT mengatakan bahwa guru di sekolah memiliki peranan penting dalam membina sikap efektif peserta didik. Oleh karena itu program pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sangatlah tepat mengarahkan siswa untuk membina dan mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa. Kementrian pendidikan nasisonal (2003:2) menyatakan bahwa:

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosial kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadikan warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

(14)

Kurikulum seluruh jenjang, jalur dan jenis pendidikan (pendidikan dasar, menengah dan tinggi) wajib memuat Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan, secara keseluruhan mata pelajaran tersebut mengarah pada pembentukan kepribadian wujudnya terlihat dalam perilaku keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, perilaku, etika, moral dan rasa tanggung jawab kebangsaan dan kenegaraan dari peserta didik.

Dari pengertian diatas maka Pendidikan Kewarganegaraan diarahkan untuk mencapai dua sasaran pokok yang seimbang yaitu pertama meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik tentang etika, moral dan azas-azas dalam hidup berbangsa dan bernegara. Kedua membentuk sikap perilaku dan kepribadian sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila.

Pendidikan Kewarganegaraan memiliki visi dan misi serta struktur keilmuan. Menurut Kementrian Pendidikan Nasional (2003:3) visi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah terwujudnya suatu mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa (motion and character building) dan pemberdayaan warganegara. Sedangkan misinya adalah menjadikan

warganegara yang baik yakni warganegara yang memiliki kesadaran politik dan kesadaran moral. Untuk mencapai visi dan misi tersebut maka Pendidikan Kewarganegaraan tampil dengan paradigma baru struktur keilmuan mencakup dimensi pengetahuan (Civic Knowledge), keterampilan kewarganegaraan (Civic Skill) dan watak atau karakter kewarganegaraan (Civic Disposition). Cakupan

(15)

sosiokultural-edukatif yang memujudkan nilai-nilai Pancasila dalam praktis kehidupan satuan pendidikan yang membudayakan dan mencerdaskan. Perlu dikembangkan budaya kewarganegaraan Indonesia yang multikultikultural, yang berintikan ”civic virtue” atau kebajikan atau akhlak kewarganegaraan. Kebajikan itu sepenuhnya harus terpancar dari nilai-nilai Pancasila yang secara substantif mencakup keterlibatan aktif warganegara, hubungan kesejajaran, saling percaya, solidaritas dan toleran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah penelitian di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh materi Pendidikan Kewarganegaraan (X1) terhadap pengembangan nilai multikultural (Y) ?

2. Seberapa besar pengaruh kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan (X2) terhadap pengembangan nilai multikultural (Y) ? 3. Seberapa besar pengaruh evaluasi pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (X3) terhadap pengembangan nilai multikultural (Y) ? 4. Seberapa besar pengaruh materi, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (X1, X2, dan X3) terhadap pengembangan nilai multikultural (Y) ?

(16)

6. Seberapa besar pengaruh materi Pendidikan Kewarganegaraan (X1) ditinjau dari pendidikan orang tua siswa (Z2) terhadap pengembangan nilai multikultural ?

7. Seberapa besar pengaruh kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan (X2) ditinjau dari jenis kelamin siswa (Z1) terhadap pengembangan nilai multikultural ?

8. Seberapa besar pengaruh kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan (X2) ditinjau dari pendidikan orang tua siswa (Z2) terhadap pengembangan nilai multikultural ?

9. Seberapa besar pengaruh evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (X3) ditinjau dari jenis kelamin siswa (Z1) terhadap pengembangan nilai multikultural ?

10. Seberapa besar pengaruh evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (X3) ditinjau dari pendidikan orang tua siswa (Z2) terhadap pengembangan nilai multikultural ?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam perspektif sosial-budaya terhadap penegembangan nilai multikultural. Secara Khusus, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

(17)

2. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural.

3. Untuk mengetahui pengaruh evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural.

4. Untuk mengetahui pengaruh materi, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural.

5. Untuk mengetahui pengaruh materi Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural ditinjau dari jenis kelamin siswa.

6. Untuk mengetahui pengaruh materi Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural ditinjau dari pendidikan orang tua siswa. 7. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan belajar mengajar Pendidikan

Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural ditinjau dari jenis kelamin siswa.

8. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural ditinjau dari pendidikan orang tua siswa.

9. Untuk mengetahui pengaruh evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural ditinjau dari jenis kelamin siswa.

(18)

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa

Panduan siswa untuk memperkaya diri tentang perbedaan, bahwa sesuatu

yang berbeda bukan sesuatu yang harus dimusuhi atau ditakuti sehingga mesti

dihilangkan eksistensi perbedaan itu melinkan harus dihormati dan dihargai untuk

kematangan dalam berinteraksi. Dengan demikian, sikap toleran akan dimiliki

oleh setiap siswa sehingga yang bersangkutan tidak akan mudah terpengaruh oleh

hal-hal negatif dalam pergaulannya.

2. Bagi Sekolah

Para akademisi atau komunitas akademik khususnya dalam bidang

Pendidikan Kewarganegaraan dapat memunculkan kreatifitas model pembelajaran

di sekolah yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan siswa. Selain itu, penelitian

ini diharapkan dapat memberikan pencerahan kepada seluruh pengajar mengenai

tugasnya sebagai seorang pendidik bukan sekedar menyampaikan materi pelajaran

di dalam kelas saja namun tetap bertanggung jawab terhadap perkembangan

kepribadian siswanya.

E. Asumsi dan Hipotesis Penelitian 1. Asumsi Penelitian

(19)

secara damai (peaceful coexistence) dalam perbedaan kultur baik secara individual maupun kelompok (Azra, 2006:154). Multikultural meliputi sebuah pemahaman, penghargaan dan penilaian terhadap budaya orang dan penghormatan keingintahuan terhadap budaya dan etnis orang lain oleh Blum (Supardan, 2004:50). Kaitan dengan hal tersebut seseorang dapat terjadi konflik, untuk itu setiap orang perlu mendapat perwujudan untuk memperkaya wawasan dalam rangka pemeliharaan kerukunan yang dilandasi saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dan pengamalan ajaran agamanya.

2. Hipotesis penelitian

Berdasarkan asumsi di atas dan mengacu pada pertanyaan penelitian maka dikemukakan sebuah hipotesis mayor penelitian secara umum adalah pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam perspektif sosial-budaya mempunyai pengaruh signifikan terhadap pengembangan nilai multikultural di SMA Yos Sudarso di Jeruklegi. Untuk lebih spesifik dan jelasnya hipotesis tersebut dapat dikembangkan menjadi beberapa hipotesis minor yang lebih khusus dan rinci sebagai berikut:

1. Semakin baik materi Pendidikan Kewarganegaraan, maka akan berpengaruh signifikan terhadap pengembangan nilai multikultural.

2. Semakin baik kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan, maka akan berpengaruh signifikan terhadap pengembangan nilai multikultural. 3. Semakin baik evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka

(20)

4. Semakin baik materi, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka akan berpengaruh signifikan terhadap pengembangan nilai multikultural.

5. Semakin baik materi Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari jenis kelamin siswa, maka akan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap pengembangan nilai multikultural.

6. Semakin baik materi Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari pendidikan orang tua siswa, maka akan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap pengembangan nilai multikultural.

7. Semakin baik mutu kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari jenis kelamin siswa, maka akan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap pengembangan nilai multikultural.

8. Semakin baik kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari pendidikan orang tua siswa, maka akan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap pengembangan nilai multikultural.

9. Semakin baik evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari jenis kelamin siswa, maka akan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap pengembangan nilai multikultural.

(21)

F. Keterkaitan Variabel Bebas dan Terikat 1. Variabel Utama

Bagan 1.01

Hubungan struktur dan sub struktur tiap variabel Keterangan:

X1 = Materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan X2 = Kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan X3 = Evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Y = Nilai multikultural

2. Variabel Kontrol

Bagan 1.02

Tinjauan variabel kontrol melalui variebel utama Y

X1, Z1 X1, Z2

X1

X2

X3

Y

X2, Z1 X2, Z2

(22)

Keterangan:

Z1 = Jenis kelamin siswa

Z2 = Pendidikan orang tua siswa Y = Nilai multikultural

G. Definisi Operasional

Dalam judul penelitian ini, ada tiga konsep utama yakni pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, sosial-budaya dan nilai multikultural.

1. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (X)

Pendidikan Kewarganegaraan dalam penelitian ini pada dasarnya digunakan dalam pengertian sebagai Citizenship Education is a proces comprising all the positive influences which are intended to shape a citizen’s view to his role

in society it comes partly from learning autside the classromm and the home.

Trough citizenship education our youth are helped to gain an understanding of

our national ideales the cumon good and the process of self government NCSS (Sumantri, Numan, 2001:284).

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah proses kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan yang didalamnya dioperasikan komponen pembelajaran yang meliputi materi, metode, media, sumber belajar dan evaluasi pembelajaran.

Adapun pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam penelitian ini mencakup:

(23)

2. Kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan . 3. Evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan . 2. Sosial-budaya

Perubahan sosial adalah variasi atau modifikasi dari suatu kemajuan, pola atau bentuk sosial. Peubahan sosial itu bersifat umum meliputi berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat, sampai pada pergeseran persebaran umur, tingkat pendidikan, hubungan antar warga baik warga dalam masyarakat pada umumnya maupun pada lingkungan kerja (Sumaatmadja, 1998:64). Budaya adalah tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok (Mulyana dan Rahmat, 1998:18).

Adapun perspektif sosial-budaya dalam penelitian ini mencakup: 1. Jenis kelamin siswa.

2. Pendidikan orang tua siswa 3. Pengembangan nilai multikultural (Y)

(24)

toleransi, tetapi saling pengertian antar budaya, antar bangsa dalam membina suatu dunia yang baru.

Adapun pengembangan nilai multikultural dalam penelitian ini mencakup: 1. Sikap menghargai orang lain

2. Mengenal identitas budaya orang lain 3. Rasa bangga dengan budaya yang berbeda

H. Paradigma Penelitian

(25)
(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan, Metode dan Teknik Pengumpulan Data 1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Menurut jenis pendekatan, penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang datanya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik. Ada beberapa istilah tentang pendekatan kuantitatif, Borg and Gall (Sugiyono, 2006:7-8) menyatakan sebagai berikut:

Many labels have been used to distinguish between traditional research methods and these new methods: positivistik versus postpostivistic researc;, scientivic versus artistic research; confirmatory versus discovery-oriented research;, quantitative versus interpretive researc;, quntitative versus qualitativ research. The quantitative-qualitative distinction seem most widely used. Both quantitative researchers and qualitative researcher go about inquiry in different ways.

(27)

kuantitatif lainnya yang mendukung penelitian ini adalah memiliki asumsi bahwa dunia yang diukur dengan menggunakan instrumen. Tujuan penelitiannya adalah mengembangkan hubungan antara variabel terukur dan proses penelitiannya berurut dikembangkan sebelum studi dimulai (Schumacher dan Millan, 2001:22).

Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Gall dan Borg (Sugiyono, 2003: 402, 634) menegaskan bahwa penelitian kuasi eksperimen merupakan: A type of experiment in which research participants are not randomly assigned to the experimental and control groups. Individu tidak secara

sembarang atau acak mempunyai peluang yang sama baik dalam kelompok uji cobanya maupun dalam kelompok kontrolnya. Selanjutnya (Creswell, 1994:132) mengataakan In this design, a popular approach to quasi-experiments, the experimental group A and the control B are selected without random assignment.

Both groups take a pretest and posttest, and only the experimental group received

the treatment. Pendapat tersebut sejalan pula dengan pendapat Gall dan Borg

(Sugiyono, 2003:402, 634) yang menyatakan:

The most commonly used quasi-experimental design in educational research is the non-equivalent control-group design. In this design, research participants are not randomly assigned to the experimental and control groups, and both groups take a pretest and a posttest. Except for random assignment, the steps involved in this design are the same as for the pretest-posttest experimental control group design …

(28)

Disain kuasi eksperimen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah disain Nonequivalent Control-Group Design. Pada desain ini kelompok eksperimen maupun kontrol tidak dipilih secara rondom (Sugiyono, 2009:79). Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.01

Disain Kuasi Eksperimen Penelitian Keterangan:

Group A= Kelompok atau kelas eksperimen Group B= Kelompok atau kelas kontrol

X = Kelompok atau kelas atas sebagai kelompok eksperimen yang diberi treatment (perlakuan). Sedangkan kelompok bawah tidak diberi treatment sebagai kelompok atau kelas kontrol.

O1 & O3 = Ke dua kelompok atau kelas tersebut diobservasi dengan pretest untuk mengetahui kemampuan pemahan materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

O2 = Kelompok atau kelas tersebut diobservasi dengan Posttest setelah mendapat treatment (perlakuan).

O4 = Kelompok atau kelas tersebut diobservasi dengan Posttest tanpa mendapat treatment (perlakuan).

Group A O1 X O2

……….

(29)

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Tes Awal dan Tes Akhir (Pretest and Posttest)

Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dengan mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran maka dapat dijadikan acuan oleh peneliti untuk membuat kesimpulan dan rekomendasi.

b. Angket

Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2009:142). Angket merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Dalam penelitian ini angket digunakan untuk menggali dan mengungkapkan hal-hal atau informasi sehingga terkumpul data yang lebih lengkap, akurat dan konsisten.

c. Observasi

(30)

observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. d. Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah pengumpulan data melalui hasil laporan tulisan yang resmi. Dokumen dapat berbentuk tulisan maupun gambar, peta maupun karya-karya monumental dari seseorang atau instansi tertentu. Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data-data dari pihak sekolah dan pengambilan gambar ketika proses pembelajaran.

Pertimbangan penulis dalam menggunakan teknik pengumpulan data di atas adalah:

1) Agar hasil pengukuran terhadap variabel-variabel yang diteliti dapat dianalisa dan diolah secara statistik.

2) Dengan alat pengumpul data tersebut sangat memungkinkan memperoleh data yang obyektif.

3) Penelitian dapat dilakukan dengan mudah serta dapat menghemat waktu, biaya dan tenaga.

B. Populasi, Sampel dan Lokasi Penelitian 1. Populasi penelitian

(31)

kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap (Handari, 1995:14). Dengan demikian populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, baik berupa benda, tempat, maupun symbol-simbol yang dapat dijadikan sebagai sumber data.

Populasi penelitian ini adalah siswa SMA Yos Sudarso di Jeruklegi Kabupaten Cilacap. SMA Yos Sudarso merupakan sekolah unggulan yang dikelola oleh Yayasan Kristen, dan memiliki siswa yang berasal dari berbagai latar belakang etnik budaya dan Agama yang berbeda-beda, sehingga memungkinkan peneliti untuk mengadakan penelitian mengenai masalah yang dimaksud di atas.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Alasan pertimbangnnya bahwa dalam penelitian multikultural, yang diperlukan informasi bagi peneliti adalah karakteristik kemajemukan etnis dan budaya di sekolah itu. Dalam penelitian ini, peniliti mengambil 120 sampel, kelas X SMU Yos Sudarso di Jeruklegi.

3. Lokasi Penelitian

(32)

C. Pengembangan Instrumen Penelitian

(33)

siswa

Sebelum instrumen diterapkan ke dalam penelitian sesungguhnya maka terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mengetahui tingkat validitas dan reabilitas setiap item kuisioner. Tujuan dari pelaksanaan uji coba instrumen penelitian adalah untuk menguji validitas dan reabilitas instrumen tersebut.

1. Uji Validitas Instrumen Penelitian

(34)

mendapatkan validitas suatu butir soal menggunakan rumus korelasi. Perhitungan digunakan dengan menggunakan rumus :

r

xy = ∑ ∑ . ∑

∑ . .∑ ∑

Keterangan:

r

xy = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = Jumlah siswa

X = Skor setiap butir soal

Y = Skor total (Arikunto, 2003)

Kriteria:

a. Antara 0,80 sampai dengan 1,00 = sangat tinggi b. Antara 0,60 sampai dengan 0,80 = tinggi c. Antara 0,40 sampai dengan 0,60 = cukup tinggi d. Antara 0,20 sampai dengan 0,40 = rendah e. Antara 0,00 sampai dengan 0,20 = sangat rendah 2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

(35)

11

r

11 =Koefisien realibilitas yang sudah disesuaikan

r

2 1 2 1

= Indeks korelasi antara dua belahan

Kriteria tingkat realibilitas adalah:

a. Kurang dari 0,20 = tidak ada korelasi

b. 0,20 – 0,30 = korelasi rendah

c. 0,30 – 0,69 = korelasi sedang

d. 0,70 – 0,89 = korelasi tinggi

E. Hasil Uji Coba Instrumen

Hasil uji coba instrumen digunakan untuk mengetahuai butir soal yang

valid dan reliabel. Setelah peneliti mengetahui butir soal yang valid dan reliable

maka butir soal tersebut dimasukan dalam instrumen yang dipakai sebagai alat

pengumpul data di lapangan. Kegiatan utama dalam tahapan pengolahan data uji

coba instrumen adalah dilakukannya uji/tes terhadap butir-butir pada kuesioner

yang disebut uji validitas dan uji reliabilitas. Peneliti pada tahapan ini

menggunakan rumus korelasi. Sedangkan rumus Koefisien Alpha Cronbach

(36)

bantuan komputer dengan memakai program Microsoft Office Excel. Aspek-aspek kuesioner yang peneliti susun dapat dilihat pada tabel 3.02.

Tabel 3.02

Aspek-Aspek Kuesioner Penelitian

Kuesioner Varibel / Aspek Butir Pertanyaan Kuesioner 01 Sikap menghargai orang yang berbeda agama, etnis dan budaya Mengenal identitas budaya orang lain

Total butir pertanyaan 60 Butir Pertanyaan

(37)

multikultural (Y), jumlah soal yang valid pada aspek sikap menghargai adalah 8 soal. Jumlah soal yang valid pada aspek mengenal identitas budaya orang lain adalah 8 soal. Jumlah soal yang valid pada aspek rasa bangga pada budaya yang berbeda adalah 7 soal. Dengan demikan, dari jumlah 60 item pada instrurumen penelitian yang valid berjumlah 42 soal dan yang tidak valid berjumlah 18 soal.

Sedangkan untuk penghitungan reliabilitas yang digunakan di sini adalah dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach dengan kriteria Guilford. Berdasarkan hasil pengolahan data perhituang realibilitas maka didapat koefisien realibilitasnya 0,36 (r11= 0,36) yang artinya kriteria tingkat korelasi sedang.

Hasil pengolahan data print out validitas maupun reliabilitas, secara lengkap dapat dilihat pada lampiran penelitian ini. Tindak lanjut dari uji coba kuesioner yang peneliti lakukan, maka item-item yang dinyatakan tidak valid tersebut tidak digunakan lagi dan diganti dengan soal yang baru untuk digunakan dalam penelitian yang sesungguhnya.

F. Teknik Analisis Data

Setelah instrumen dinyatakan layak untuk digunakan dalam penelitian, kemudian disebar kepada responden, maka hasil penelitian berupa data harus diolah. Langkah-langkah atau prosedur pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(38)

b. Menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban setiap item variable penelitian dengan menggunakan sekala penilaian yang telah ditentukan, kemudian menentukan skornya.

c. Melakukan analisis secara deskriptif untuk mengetahui kecenderungan data. Dari analisis ini dapat diketahui rata-rata, median, standar deviasi dan varians data dari masing-masing variable.

d. Melakukan uji korelasi, regresi dilanjutkan analisis jalur.

Adapun rumus yang digunakan dalam menguji data yang diperoleh dari lapangan adalah sebagai berikut:

1. Menguji dengan analisis korelasi sederhana dan ganda.

Digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel X1 dengan Y, X2 dengan Y, dan X3 dengan Y dan pada variabel control digunakan untuk mengetahui hubungan Z1 dengan Y, dan Z2 dengan Y, digunanakan teknik korelasi. Analisis korelasi yang digunakan adalah pearson product moment (PPM) dengan rumus:

r

xy = ∑ ∑ . ∑

∑ . .∑ ∑

Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1 ≤ r ≤ + 1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negative sempurna, jika r = 0

(39)

Tabel 3.03

Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkatan Hubungan 0,80 – 1,000

(40)

Uji regresi digunakan untuk mencari pengaruh antar variabel. Dalam uji ini digunakan regresi linier dan regresi ganda dengan rumus sebagai berikut: Persamaan regresi dirumuskan : Ŷ= a + bX

Dimana Ŷ = subjek variabel terikat yang diproyeksikan.

X = variable bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan. a = nilai konstanta harga Y jika X = 0

b = nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukan nilai peningkatan (+) atau nilai pengurangan (-) variable Y.

∑ .∑

b = . ∑ . ∑ . ∑ .∑ ∑

Persamaan regresi ganda dirumuskan Ŷ= a+b1 X1 + b2 X2

3. Menguji dengan analisis jalur.

(41)

terhadap Y dan X3 terhadap Y setelah melalui Z1 dan Z2 pada variabel kontrol dapat dibuat melalui persamaan struktural sebagai berikut:

Y = ρyX1Z1Z2 + ρyX2Z1Z2 + ρyX3Z1Z2 + ρy€1 Struktur hubungan klausal X1, X2, X3 terhadap Y.

Langkah-langkah menguji koefisien jalur (path) analisis sebagai berikut: a. Merumuskan hipotesisi dan persamaan struktural.

Struktural Y = ρyX1Z1Z2 + ρyX2Z1Z2 + ρyX3Z1Z2 + ρy€1

b. Menghitung koefisien yang didasarkan pada koefisien regresi sebagai berikut: 1. Gambaran diagram jalur lengkap, tentukan sub-sub strukturnya dan rumus

persamaan strukturnya yang sesuai hipotesis yang diajukan.

Hipotesis: naik turun variable endogen (Y) dipengaruhi secara signifikan oleh variabel eksogen X1, X2 dan X3.

2. Menghitung koefisien regresi untuk struktur yang telah dirumuskan. Persamaan regresi ganda: Ŷ= a+b1 X1 + b2 X2

Keterangan :

(42)

yang dinamakan coefficient yang dinyatakan sebagai standarzed coefficient atau dikenal dengan nilai β. Jika ada diagram jalur sederhana mengandung satu unsur hubungan antara variabel eksogen dengan variebel endogen maka koefisien pathnya adalah sama dengan koefisien korelasi r sederhana. 3. Menghitung koefisien jalur secara simultan (keseluruhan).

Uji secara keseluruhan hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut: Ha = ρyx = ρyx2 = α = ρyxk ≠ 0

Ho = ρyx = ρyx2 = α = ρyxk = 0

a. Kaidah pengujian signifikan secara manual. Menggunakan table F.

F = ²

Keterangan: n = Jumlah sampel

k = Jumlah variable eksogen R²YXk = R Square

Jika F hitung ≥ F table, Ho artinya signifikan dan F hitung ≤ F tabel, Ho artinya tidak signifikan. Dengan taraf signifikan α = 0,05 carilah nilai F table menggunakan table F dengan rumus:

Ftabel = F {(1 – α) (dk = n – k - 1)} atau F {(1 – α) (V1 = k) (V2 = n - k - 1)}

Cara merncari Ftabel = nilai (dk = n ) atau V1 disebut nilai pembilang. nilai (dk = n – k – 1) atau V2 disebut nilai penyebut.

(43)

Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 ≤ Sig], maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak signifikan.

Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig atau [0,05 ≥ Sig], maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya signifikan.

4. Menghitung koefisien jalur secara individu.

Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan menjadi hipotesis statistik sebagai berikut:

Ha = ρyX1 > 0 Ho = ρyX1 = 0

Secara individual uji statistic yang digunakan adalah uji t yang dihitung dengan rumus (Schumacker dan Lamax, 1996:44, Kusnedi, 2005:12). tk = ; (dk = n – k – 1)

Keterangan:

(44)

2

2

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 1. Kesimpulan umum

Berdasarkan analisis dan pengujian terhadap hipotesis yang dilakukan oleh peneliti serta hasil pembahasan secara umum dapat disimpulkan bahwa pengaruh pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam perspektif sosial-budaya mempunyai pengaruh signifikan terhadap pengembangan nilai multikultural. 2. Kesimpulan khusus

Secara khusus, kesimpulan yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Materi Pendidikan Kewarganegaraan berpengaruh secara signifikan sebesar β= 0,394 terhadap pengembangan nilai multikultural. Tingginya pengaruh

(45)

2

2

menarik karena memiliki keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa yang menyentuh akar sosial-budaya di lingkungannya.

b. Pengaruh kegiatan balajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan menunjukan pengaruh signifikan sebesar β= 0,222 terhadap pengembangan nilai multikultural,2 Kegiatan belajar mengajar yang didalamnya memuat penggunaan metode, media dan sumber belajar yang tepat membuat siswa termotivasi dalam belajar dan mudah memahami materi pelajaran.

c. Pengaruh evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural menunjukan perolehan yang relatif kecil yaitu sebesar β= 0,075. Hasil yang kecil ini dapat ditafsirkan bahwa evaluasi pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang dilakukan oleh guru belum mengarah kepada pengembangan nilai multikultural. Guru dalam melakukan evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan hanya berpusat pada peserta didiknya saja.

d. Pengaruh materi, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan nilai multikultural menunjukan pengaruh yang signifikan sebesar r= 0,584. Secara prosedural target sasaran pembelajarannya ialah menyampaikan bahan ajar pilihan, fungsional kearah membina, membentuk dan mengembangkan potensi diri anak didik secara utuh dalam kehidupan siswa dan lingkungan masyarakatnya. e. Pengaruh materi Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari kelompok siswa

(46)

2

2

anak perempuan lebih tinggi sebesar r= 0,77 jika dibandingkan dengan anak laki-laki. Hal ini disebabkan karena sikap dan perilaku perempuan lebih peka perasaannya sehingga mudah memahami nilai-nilai sosial-budaya dalam materi Pendidikan Kewarganegaraan.2

f. Pengaruh materi Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari siswa yang pendidikan orang tuanya tidak tamat SD, Setingkat SD, Setingkat SMP, Setingkat SMA, dan Perguruan Tinggi menunjukan pengaruh yang berbeda terhadap pengembangan nilai multikultural. Siswa dari latar belakang pendidikan orang tuannya perguruan tinggi memperoleh tingkatan lebih tinggi yaitu sebesar r= 0,925 bila dibandingkan dengan siswa yang orang tuanya tidak berpendidikan tinggi. Hal ini terjadi karena anak akan mencontoh prestasi yang telah diraih oleh orang tuanya sebagai motivasi dalam belajar bagi dirinya.2

g. Pengaruh kegiatan belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari kelompok siswa laki-laki dan perempuan menunjukan pengaruh yang berbeda terhadap pengembangan nilai multikultural.2 Pengembangan nilai multikultural pada anak perempuan lebih tinggi yaitu sebesar r= 0,80, jika dibandingkan dengan anak laki-laki. Dalam hal ini, sikap rajin belajar pada anak perempuan dapat menjadi pengaruh anak tersebut berprestasi. 2

(47)

2

2

belakang pendidikan orang tuanya perguruan tinggi pengaruhnya lebih tinggi yaitu sebesar r= 0,988. Hal itu dapat terjadi karena siswa tersebut dapat terbantu dalam masalah sarana belajar di rumah dan siswa tersebut dapat termotivasi dengan mencontoh kesuksesan orang tuanya.2

i. Pengaruh evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari siswa laki-laki dan perempuan menunjukan pengaruh yang berbeda terhadap pengembangan nilai multikultural.2Pengembangan nilai multikultural pada anak perempuan lebih tinggi yaitu sebesar r= 0,75 jika dibandingkan dengan anak laki-laki. Anak perempuan lebih rajin, disiplin dalam belajarnya sehingga akan menunjang prestasinya.2

j. Pengaruh evaluasi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ditinjau dari siswa yang pendidikan orang tuanya Tidak tamat SD, Setingkat SD, Setingkat SMP, Setingkat SMA, dan Perguruan Tinggi menunjukan pengaruh yang berbeda terhadap pengembangan nilai multikultural.2Siswa dari latar belakang pendidikan orang tuanya perguruan tinggi berpengaruh sebesar r= 0,991. Hal ini dapat terjadi karena siswa tersebut bersungguh-sungguh dalam belajar guna menunjukan hasil belajar yang memuaskan seperti prestasi yang telah diraih orang tuanya.2

B. Rekomendasi

(48)

2

2

mereka dapat melaksanakan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang pada akhirnya dapat mengembangkan nilai multikultural siswa.

1. Kepada Sekolah, rekomendasi yang diajukan adalah agar kebijakan di lingkungan SMA khususnya, dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat mengakomodasi pengembangan nilai-nilai pluralitas etnis dan budaya yang diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Keseriusan yang kuat untuk melaksanakan program multikulturalisme itu, jangan sampai mematikan budaya lokal secara sosial, dengan tetap memandang pentingnya pencapaian integrasi bangsa yang optimal. Sarana dan prasana penunjang pembelajaran di sekolah perlu diperhatikan untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Program pelatihan peningkatan mutu kompetensi guru perlu dilakukan agar tenaga pendidik memiliki kemampuan yang profesional dibidang pengajaran.

(49)

2

2

memahami setiap materi yang disampaikan oleh guru dengan mudah dan siswa dapat memiliki pengetahuan yang luas. Guru harus melakukan evaluasi pembelajaran secara menyeluruh, bukan siswa saja yang menjadi sumber evaluasi, tetapi kegiatan guru dalam mengajar dan komponen penunjang pembelajaran juga perlu dievaluasi keberadaannya.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Azra, A. (2004) Demokrasi Multikultural. Harian Republika, 12 Agustus 2004. Azra, A. (2006) Pancasila dan Identitas Nasional Indonesia Perspektif

Multikulturalisme; Dalam Restorasi Pancasila, Mendamaikan Politik Identitas dan Modernitas. Bogor: Brigten Press.

Apple, M.W. (1982) Education and Power. NewYork: Routledge, edisi ke-2 diperbaiki 1995; edisi 1 diperbaiki, Boston 1992.

Al Muchtar, S. (2001) Pendidikan dan Masalah Sosial Budaya. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.

Blum, L.A. (2001) Antirasisme, Multikultural dan komunitas antar ras ; tiga nilai yang bersifat mendidik bagi sebuah masyarakat multicultural. Yogyakarta: PT Tiara Wacana.

Banks, James A. (1997) Educating Citizen in a Multikultural Society. Teachers College Columbia University New York and London.

Banks, J.A. (2001) An Introduction to Multicultural Education. Boston: Allyn and Bacon.

Budimansyah, D. dan Karim Suryadi. (2008) Pkn dan masyarakat multikultural. Bandung: Program Studi PKn SPs UPI.

Budimansyah, D. dan Syaifullah Syam. (2006) Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium Pkn FPIPS-UPI.

Budimansyah, D. (2004) Membangkitkan Karsa Umat. Bandung: PT Ganesindo. Branson, M.S. (1999) Belajar Civic Education dari Amerika. Yogyakarta: LKIS. Bandura, A. (1977) Social Learning Theory. Amerika: Psychological Association. CICED. (1999) Democratic Citizens In a Civil Society; Report of the Corference

(51)

Cogan, J.J. and Ray Derricot (eds). (1998) Citizenship For The 21 Century An International Perspective on Educatio. London: Cogan Page.

Cogan, J.J. (1999) Depeloping the Civic Society, the Role of Civic Education. Bandung: CICED.

Creswell, J.W. (1994) Research Desigen Qualitative and Quantitative Approach. London: Sage Publications.

Capra. F. (1998) Titik Balik Peradaban; Sains Masyarakat dan kebangkitan kebudayaan. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Collins, Randall. (1977) Some comperative Principls of Educational Stratification. Harvard Educational Review.

Coppel, Charles, A. (1983) Indonesian Chinnese in Crisis. Kualalumpur: Okford University Press.

CCE. (2004) Kami Bangsa Indonesia. California: Center for Civic Education. Djamarah, S.B dan Zain, A. (2002) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka

Cipta.

Darmodiharjo, D. (1985) Pancasila dalam Berbagai Perspektif. Jakarta: Aries Lima.

Dryden, Gordon dan Vos, J. (2003) Revolusi cara belajar. Bandung: Kaifa.

Giroux, M. (1981) Ideology, Culture and The Process of Schooling. London: Falmer Pres.

Ibrahim, M. Shaleh. (2005) Problematika Komunikasi Antar Budaya. Pontianak: STAIN Pontianak Press.

Kusumohamidjojo, B. (2000) Kebhinekaan Masyarakat Indonesia Suatu Problematik Filsafat Kebudayaan. Jakarta: Grasido.

Kymlicka, Will. (2002) Kewargaan Multikultural. Terjemahan Edlina Hafmini Eddin. Jakarta: LP3ES.

Koncoroningrat. (1980) Manusia dan Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Gramedia. Lickona, Thomas (1992). ”Educating For Character How Our Schools Can Teach

(52)

Liliweri, Alo. (2003) Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: LKIS.

Mahfud, Choirul. (2008) Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mulyana, Deddy (1998) Komunikasi Antar Budaya; Panduan Berkomunikasi

Dengan Orang-orang Berbeda Budaya. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasikun. (2007) Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Prabawati, Ari. (2010) Mengolah data Statistik Hasil Penelitian dengan SPSS 17. Yogyakarta: Andi Offset.

Ridwan. (2005) Skala Pengukuran Fariabel-Fariabel Penelitian. Bandung: Al-Fabeta.

Riduwan, dkk (2008) Analisis Jalur. Bandung: Alfa Beta.

Roestiyah. (2001) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Spradley, J. (1997) Metode Etnografi. Penerjemah Misbah Zulfa Elizabeth. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Suparlan, Parsudi. (2008) Suku Bangsa dan Hubungan Antar Suku Bangsa. Jakarta: Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian.

Surya M. (2004) Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Supardan, Dadang (2008) Peluang Pendidikan dan Hubungan Antar Etnik Perspektif Pendidikan Kritis Poskolonialis. Laporan Kegiatan Dialog Multikultural Untuk Membina Kerukunan Antar Umat Beragama. Bandung: Program Studi PKn Pascasarjana UPI.

Supardan, Dadang. (2008) Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Soekanto. (1983) Pribadi dan Masyarakat; Suatu Tinjauan Sosiologis. Bandung: Alumni.

Sumaatmadja. (1998) Manusia; Dalam Konteks Sosial-Budaya dan Lingkungan Hidup. Bandung: IKKPI Jawa Barat.

(53)

Sugiyono. (2009) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta. Sanjaya W. (2007) Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sarwono, Jonathan. (2007) Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Yogyakarta: Andi Offset.

Sugiyono (2007) Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta.

Supriadi, Dedi (2001) Konseling Lintas Budaya: Isu-isu dan Relevansinya di Indonesia. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Bimbingan dan Konseling UPI Bandung.

Tillaar, H.A.R. (2004) Multikultural; Tantangan-tantangan GlobalMasa Drepan Dalam Reformasi Pendidikan Nasional. Jakarta Grasindo.

Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional”. Jakarta: Depdiknas.

Winataputra dan Dasim Budimansyah. (2007) Civic Education; Konteks, Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung: Program Studi PKn SPs UPI.

Wollstonecraft, Mary. (1792) "Mempertahankan Hak-hak Wanita" (Vindication of the Right of Woman). USA : Westview Press.

Jurnal

Azra A. (2004) Identitas dan Krisis Budaya; membangun Multikultural di Indonesia.

Budimansyah, D. (2007) Pendidikan Demokrasi Sebagai Konteks Civics Education di Negara Berkembang, (Acta Civicus Vol) 1 No 1 Oktober 2008.

Chua Beng Huat. (2002) Multikulturalism In Island South East Asia. A Keynote Addres at the 3 International syimposium of the jurnal Antropologi Indonesia 16-19 July, Denpasar-Bali Indonesia.

Kymlicka,W. (2003) Multikultural States and Interkultural Citizen. Theory and Reserch in Education.

(54)

Suparlan, Parsudi. (2002) Menuju Masyarakat Indonesia yang Multikultural. Jurnal Antropologi Indonesia, Tahun XXVI, No 69, UI dan Yayasan Obor Indonesia.

Supardan, Dadang (2002) Keberhasilan Kebijakan Multikultural Kanada dan Tetangganya: Studi Hak Asasi Manusia Dalam Perspektif Global. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial (JPIS). Edisi Juli-Desember 2002.

Sudjana, Djudju. (1997) Pendidikan Budaya Ragam. Dalam mimbar pendidikan No 1.

_____ . (2007) Warganegara Multidimensional dalam Perspektif Pendidikan Kewarganegaraan. PKn Progresif : Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pkn; Vol 2 No 2 Desember 2007.

_____ . (2008) Revitalisasi Pembelajaran PKn Melalui Praktik Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen, Acta Civicus), Vol 1 No 2 April 2008.

_____. (2008) Pendidikan Multikultural; Konsep Dan Strategi Implementasi Di Sekolahan. (Acta Civicus; Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan), Volume 2 No 1 Oktober 2008.

Tesis dan Disertasi Tesis

Baehaqi, D. (2008) Pengembangan Warganegara Multikultural Implikasinya Terhadap Kompetensi Kewarganegaraan, Tesis. Bandung: Pascasarjana UPI.

Hemafitria. (2009) Pengembangan Wawasan Multikultural dalam Menciptakan Kerukunan Antar Umat Beragama, Tesis. Bandung: Pascasarjana UPI.

Disertasi

Komalasari, K. (2008) Pengaruh Pembelajaran Kontekstual dalam Pendidikan Kewarganegaraan terhadap kompetensi kewarganegaraan siswa SMP, Disertasi . Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Supardan, D. (2004) Pembelajaran Sejarah Berbasis Pendekatan Multikultural dan Perspektif Sejarah Lokal, Nasional, Global untuk Integrasi Bangsa (Studi Kuasi Eksperimental terhadap siswa sekolah menengah umum di Kota Bandung) Disertasi: Sekolah Pascasarjana UPI.

Gambar

Grafik 4.03 Persamaan garis linier  ......................................................................
Gambar 3.01 Disain kuasi eksperimen penelitian   ..............................................
Gambar 3.01
Tabel 3.01
+4

Referensi

Dokumen terkait

Bagian Disertasi ini, telah di presentasikan dan dimuat dalam proceeding kegiatan ilmiah seperti: (1) Education & Human Resource Development Postgraduate

Jika ada yang melewatinya maka akan memutuskan pancaran cahaya dari led ke phototransistor, yang akan mengubah kondisi transistor pada rangkaian penggerak mekanik menjadi

BAB II MODEL INSTRUCTIONAL GAMES DENGAN PERMAINAN PETANI PINTAR UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN 1-10 PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN A.. Model

Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara paparan asap rokok pada ibu hamil dengan kejadian bayi prematur.. Kata kunci :

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-NYA yang tak terhingga sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi

Hal ini berarti hipotesis alternatif diterima, terdapat perbedaan derajad disfungsi ereksi yang signifikan ditinjau dari tingkat stres pada pria dewasa awal.. Hasil

We present a dressed-atom theory of a four-level, double-A atomic configruation interacting with a strong laser light which induces a superposition of two lower states.. The presence

[r]