• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS TEORI VAN HIELE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS TEORI VAN HIELE."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR DIAGRAM... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Pentingnya Masalah ... 10

E. Definisi Operasional... 11

BAB II TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE, PEMAHAMAN KONSEP GEOMETRI, KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PEM-BELAJARAN GEOMETRI BERBASIS TEORI VAN HIELE A. Tingkat Berpikir Van Hiele ... 12

B. Tahap-tahap Belajar Geometri menurut Van Hiele... 20

C. Pemahaman Konsep Geometris ... 21

D. Komunikasi Matematis... 24

E. Pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele ... 29

(2)

G. Pembelajaran Matematika dalam Pandangan Kontrutivistik

serta keterkaitannya dengan Tahap Pembelajaran Van Hiele ... 43

H. Penelitian-penelitian yang Relevan ... 47

I. Hipotesis ... 53

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Desain Penelitian... 55

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 57

C. Skenario Pembelajaran, Instrumen Penelitian ... 57

D. Bahan Ajar Geometri Berbasis Teori Van Hiele ... 62

E. Pedoman Penilaian VHGT ... 63

F. Prosedur Penelitian... 63

G. Prosedur Pengolahan Data ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 66

1. Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Geometris Siswa ... 68

2. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 93

3. Asosiasi antara kualifikasi Kemampuan Pemahaman Konsep dan Komunikasi Matematis Siswa ... 111

4. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele ... 113

B. Pembahasan ... 115

1. Pemahaman Konsep Geometris Siswa ... 115

2. Komunikasi Matematis Siswa ... 117

3. Asosiasi antara Kemampuan Pemahaman Konsep dan Komunikasi Matematis ... 119

4. Level Berpikir Geometri Siswa ... 120

(3)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ... 125

B. Implikasi ... 128

C. Rekomendasi ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 131

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran yang terdapat dalam KTSP 2007 tingkat pendidikan dasar adalah mengembangkan logika, kemampuan berpikir logis dan analisis peserta didik (Depdiknas, 2007: 88). Sedangkan tujuan yang terdapat pada SK-MP Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis dan kreatif, memperlihatkan rasa ingin tahu yang tinggi dan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Semua bisa dicapai melalui beberapa mata pelajaran, salah satunya adalah matematika.

Sejalan dengan tujuan tersebut, Hudoyo (1998: 1) mengemukakan, penguasaan tingkat tertentu terhadap matematika diperlukan siswa agar dalam hidupnya kelak mampu mendapatkan sumber penghidupan yang layak, karena di abad globalisasi tidak ada pekerjaan tanpa matematika.

(5)

Banyak konsep matematika yang dapat ditunjukkan atau diterangkan dengan representasi geometris. Bangun-bangun geometri dapat dijumpai dengan mudah di sekitar kita, misalnya bentuk rumah, pintu, papan tulis, tegel dan sebagainya, sehingga bangun-bangun geometri sangat akrab dengan siswa usia sekolah dasar.

Dari paparan di atas, cukup memberikan alasan mengapa geometri adalah bagian dari bidang studi matematika yang penting untuk dipelajari. Tidak hanya bisa membina proses berpikir siswa, geometri juga sangat mendukung topik-topik lain di dalam matematika. Oleh karena itu, siswa sekolah dasar seharusnya memahami konsep-konsep dasar geometri dengan baik dan benar.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa materi geometri kurang dikuasai oleh sebagian besar siswa. Herawati (1994: 110; Irianto, 1999: 107) melaporkan hasil penelitiannya, bahwa “masih banyak siswa sekolah dasar yang belum memahami konsep- konsep dasar geometri, di antaranya dalam pemahaman konsep geometri datar”.

Dalam pemahaman konsep segitiga dan segiempat, siswa masih mengalami kesulitan. Clements & Batista (1992) melaporkan hasil penelitiannya, bahwa ”siswa beranggapan setiap bentuk yang memiliki empat sisi adalah persegi, dan sebuah bentuk dapat berupa sebuah segitiga hanya jika bentuk tersebut adalah sama sisi”.

(6)

Sekolah Dasar kelas V mengalami kesulitan dalam memahami karakteristik bangun datar segi empat”.

Kesulitan siswa masih terdapat dalam pemahaman geometri, yaitu dalam bangun ruang. Temuan Soejadi (dalam Herawati, l994: 4), antara lain sebagai berikut:

l. Siswa sukar mengenali dan memahami bangun-bangun geometri terutama bangun ruang serta unsur-unsurnya. 2. Siswa sulit menyebutkan unsur unsur bangun ruang, misalnya, siswa menyatakan bahwa pengertian rusuk bangun ruang sama dengan sisi bangun datar.

Nur’aeni (2000: 3) melaporkan bahwa ”masih banyak siswa kelas V sekolah dasar melakukan kesalahan dalam menentukan unsur-unsur bangun ruang kubus dan balok”.

Permasalahan kesulitan siswa dalam memahami konsep geometri, disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses mengajar dan belajar matematika, yaitu peserta didik, pengajar, prasarana dan sarana, serta penilaian (Hudoyo, 1988: 6).

(7)

terjadinya interaksi dalam pembelajaran.Semua akan mempengaruhi keberhasilan terjadinya proses mengajar dan belajar matematika.

Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari geometri, penulis akan memanfaatkan Pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele, karena

teori ini sangat sesuai untuk memecahkan kesulitan tersebut. Ada dua isu dalam Teori Van Hiele , yaitu Level Berpikir dan Tahap Belajar. Van Hiele menyatakan bahwa Level berpikir geometri siswa secara hierarkis melalui lima level(tingkat), yaitu level 0 (visualization), level 1 (analysis), level 2 (informal deduction), level 3 (deduction), dan level 4 (rigor). Sedangkan Tahap Belajar Van Hiele terdiri lima tahap secara berurutan, yaitu Informasi, orientasi terpandu, ekplisitasi, orientasi bebas dan tahap integrasi.

Van Hiele (1986) mengubah level berpikir dari level 0 hingga 4, menjadi

level 1 hingga 5. Wirszup dan Hoffer(Van Hiele; l986) juga tetap menggunakan lima tingkatan 1 hingga 5 seperti yang dilakukan Van Hiele. Sebagian besar peneliti menggunakan level tersebut sampai dengan saat ini.

Pemilihan Teori Van Hiele sebagai dasar pembelajaran pengembangan pemahaman dan komunikasi Matematis siswa, memiliki alasan sebagai berikut: 1. Teori Van Hiele memfokuskan pada belajar geometri.

2. Teori Van Hiele menyediakan tingkatan hierarkis pemahaman dalam belajar geometri, di mana setiap tingkat menunjukkan proses berpikir yang digunakan seseorang dalam belajar konsep geometri.

(8)

4. Teori Van Hiele menyediakan deskriptor umum pada setiap tingkatan yang dapat dijabarkan ke dalam deskriptor yang lebih operasional dan tahap-tahap pembelajarannya dapat dikembangkan pada setiap tingkatan.

5. Teori Van Hiele memiliki keakuratan dalam mendeskripsikan berpikir siswa dalam geometri. Soedjoko (dalam Ikhsan, 2008: 8) melaporkan hasil penelitiannya bahwa:

Tingkat berpikir siswa Sekolah Dasar dalam Geometri adalah sebagai berikut. 1) Tingkat berpikir siswa kelompok tinggi, untuk materi segitiga dan segi empat berada pada tingkat 1. 2) Tingkat berpikir siswa kelompok sedang, untuk materi segitiga berada pada tingkat 1, dan untuk segi empat berada pada tingkat 0. 3) Tingkat berpikir siswa kelompok rendah, untuk materi segitiga berada pada tingkat 0 hingga 1, untuk materi segi empat berada pada tingkat 0.

Dua individu (guru dan siswa, atau siswa dan penulis buku) akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi apabila menggunakan pemikiran dan simbol linguistik yang berbeda dan menggunakan hubungan yang berlainan pula.

Perbedaan level berpikir di antara guru dan siswa dalam berkomunikasi dan tanpa memperhatikan tingkat berpikir geometri siswa, dapat menyulitkan

siswa memahami konsep yang disampaikan. Untuk menghilangkan kesulitan tersebut, guru harus memperhatikan karakteristik utama tingkat berpikir Van Hiele yang dijelaskan Burger, dan Shaughnessy (Ikhsan, 2008), yaitu:

(9)

dapat memiliki pemahaman pada satu tingkatan tanpa melalui tingkatan sebelumnya, 7) peranan guru dan bahasa dalam konstruksi pengetahuan siswa sebagai sesuatu yang krusial.

Karakteristik-karakteristik tersebut berfungsi membantu meningkatkan dan memajukan kemampuan berpikir geometri siswa dari level dasar ke level

berikutnya secara berurutan, yaitu hasil pembelajaran yang diorganisir ke dalam lima tahap (disebut 5 Tahap Pembelajaran Van Hiele). Kelima tahap tersebut adalah, l) tahap information, 2) tahap orientasi terarah/terbimbing (guided orientation), 3) tahap explicitation, 4) tahap free orientation, dan 5) tahap

integration.

Setiap tahap pembelajaran merujuk pada kegiatan pencapaian tujuan pembelajaran dan peran guru dalam prosesnya terdapat situasi yang membantu siswa dalam memahami konsep dan mengekspresikan konsep secara lisan maupun tertulis dengan menggunakan kata-kata sendiri dan pada akhirnya sampai menggunakan kosakata yang tepat dan benar dalam pengungkapan konsepnya.

Oleh karena itu, Pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele sesuai untuk mengembangkan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi matematis. Dengan kemampuan komunikasi yang baik, siswa SD dapat terbantu dalam memahami konsep geometri.

(10)

B. Rumusan Masalah

Permasalahan di dalam penelitian ini dibatasi pada dua aspek kemampuan berpikir geometris, yaitu kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi Matematis. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Apakah kemampuan pemahaman konsep geometri siswa yang mendapat Pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele lebih baik daripada kemampuan pemahaman konsep geometri siswa yang mendapat pembelajaran konvensional ditinjau dari: a) keseluruhan siswa dan b) level sekolah?

2. Apakah level berpikir geometri siswa yang mendapat Pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele lebih tinggi dari pada level berpikir geometri siswa yang mendapat pembelajaran konvensional?

3. Apakah terdapat interaksi antara Pembelajaran Geometri (Berbasis Teori Van Hiele dan konvensional) dengan level sekolah (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap kemampuan pemahaman konsep Geometri siswa?

4. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman konsep Geometri siswa yang mendapat pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele lebih baik dari pada peningkatan kemampuan pemahaman konsep Geometri siswa yang mendapat pembelajaran konvensional?

(11)

6. Apakah terdapat interaksi antara Pembelajaran Geometri (Berbasis Teori Van Hiele dan konvensional) dengan level sekolah (tinggi, sedang, dan rendah)

terhadap kemampuan komunikasi Matematis siswa?

7. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele lebih baik dari pada peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat pembelajaran konvensional?

8. Adakah asosiasi antara kemampuan pemahaman dengan kemampuan komunikasi Matematis siswa?

9. Bagaimana sikap siswa terhadap Pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele?

C. Tujuan Penelitian

Fokus dari penelitian ini adalah mengembangkan kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi Matematis siswa Sekolah Dasar melalui Pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele. Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh deskripsi yang lengkap tentang kemampuan pemahaman konsep geometri siswa yang mendapat Pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele dan kemampuan pemahaman konsep geometri siswa yang mendapat

(12)

2. Memperoleh deskripsi yang lengkap tentang level berpikir geometri siswa yang mendapat Pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele dan level berpikir geometri siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

3. Menelaah interaksi antara Pembelajaran Geometri (Berbasis Teori Van Hiele dan konvensional) dengan level sekolah (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap kemampuan pemahaman konsep geometris siswa secara komprehensif.

4. Menelaah peningkatan kemampuan pemahaman konsep geometri siswa yang mendapat pembelajaran Geometri berbasis teori Van Hiele dan peningkatan kemampuan pemahaman konsep geometri siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

5. Memperoleh deskripsi yang lengkap tentang kemampuan komunikasi Matematis siswa yang mendapat Pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele dan kemampuan komunikasi Matematis siswa yang mendapat

pembelajaran konvensional ditinjau dari a) keseluruhan siswa dan b) level sekolah.

6. Menelaah interaksi antara Pembelajaran Geometri (Berbasis Teori Van Hiele dan konvensional) dengan level sekolah (tinggi, sedang, dan rendah) terhadap kemampuan komunikasi Matematis siswa secara komprehensif.

(13)

8. Menelaah asosiasi antara kemampuan pemahaman dengan kemampuan komunikasi Matematis siswa.

9. Memperoleh deskripsi yang lengkap tentang sikap siswa terhadap Pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele.

D. Pentingnya Masalah

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak berikut:

1. Siswa, dalam pembelajaran ini akan mendapat pengalaman berharga karena terdapat situasi yang dapat membantu dalam memahami dan mengomunikasikan konsep geometri dengan baik, yaitu tersedianya alat bantu konkret maupun semi konkret untuk merepresentasikan konsep, terlatih mengemukakan pendapat dalam mengekspresikan konsep secara lisan dan tertulis dan membuat rangkuman konsep yang dipelajari.

2. Guru, mengetahui alternatif pembelajaran geometri di sekolah dasar yang memperhatikan tingkat berpikir geometri siswa dan menerapkannya dalam pembelajaran Geometri untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan komunikasi matematis serta dapat membangun sikap-sikap positif siswa yang bermanfaat dalam kehidupannya.

(14)

4. Penulis, memperoleh pengalaman berharga dari penelitian Pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele, yang merupakan alternatif pembelajaran geometri di sekolah dasar yang memperhatikan tingkat berpikir geometri siswa yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa.

E. Definisi Operasional

1. Pemahaman (pemahaman konsep geometri) adalah: a) mengenali, melabelkan, dan membuat contoh serta non-contoh (konsep geometri bangun datar segi empat dan segitiga); b) membandingkan, membedakan, dan menghubungkan konsep dengan prinsip; c) mengenali, menginterpretasikan dan menerapkan tanda, simbol serta istilah yang digunakan untuk merepresentasikan konsep.

2. Komunikasi Matematis adalah menyatakan idea matematik ke dalam bahasa simbol (notasi) matematik atau bahasa sehari-hari.

(15)

BAB III

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen, dengan desain kelompok kontrol pretes postes yang menerapkan pendekatan Pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele.

Penelitian ini menggunakan dua kelompok siswa yang diteliti dalam hal kemampuan pemahaman konsep geometri dan kemampuan komunikasi Matematisnya.

Pada kelompok pertama digunakan pendekatan Pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele (kelompok eksperimen) dan kelompok kedua memakai pendekatan pembelajaran konvensional (kelompok kontrol).

Sebelum diberikan perlakuan pembelajaran, kedua kelompok (eksperimen dan kontrol) sama-sama diberikan tes awal (pretes) mengenai kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi Matematis siswa. Setelah diberi perlakuan, kemudian diberi tes akhir (postes) untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi Matematis siswa.

Desain penelitiannya adalah sebagai berikut: O X O

O O Keterangan :

(16)
[image:16.612.137.503.216.472.2]

Keterkaitan variabel pembelajaran (Van Hiele dan Konvensional), peringkat sekolah (tinggi, sedang, dan rendah) dan variabel terikat (pemahaman konsep dan komunikasi Matematis) dinyatakan dalam bentuk Model Weiner pada tabel berikut:

Tabel 3.1

Keterkaitan Variabel Pembelajaran, Pemahaman, Komunikasi dan Peringkat Sekolah

Kemampuan yang diukur

Pemahaman Konsep Geometri

Komunikasi Matematis Model Pembelajaran PV (V) PK (K) KV (V) PK(K)

Level Sekolah

T PVT PKT KVT KKT

S PVS PKS KVS KKS

R PVR PKR KVR KKR

PV PK KV KK

Keterangan: PVT: kemampuan pemahaman konsep geometri siswa level sekolah tinggi dengan pembelajaran berbasis teori Van Hiele.

KVT: kemampuan komunikasi matematis siswa level sekolah tinggi dengan pembelajaran berbasis teori Van Hiele.

KKT: kemampuan komunikasi matematis siswa level sekolah tinggi dengan pembelajaran konvensional

(17)

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Subyek populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas V dari tiga Sekolah Dasar yang mewakili Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kota Tasikmalaya. Alasan pengambilan siswa dari kelas V karena mereka cukup memadai untuk mengikuti materi konsep Geometri dasar sesuai kurikulum yang berlaku.

Penentuan sampel penelitian dilakukan dengan melihat pengelompokkan sekolah dalam kualifikasi level tinggi, sedang dan rendah yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya.

Tiap level sekolah hanya memiliki dua kelas kelas V, sehingga kedua kelas tersebut menjadi kelas penelitian, kemudian dilakukan acak kelas sehingga kelas yang satu menjadi kelas eksperimen dan satu lagi menjadi kelas kontrol.

C. Skenario Pembelajaran, Instrumen Penelitian dan Pengembangannya 1. Skenario Pembelajaran

Skenario Pembelajaran yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah seperangkat bahan pembelajaran secara tertulis sebagai pedoman bagi penulis dalam melaksanakan Pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele. Bahan ajar ini dikembangkan melalui langkah-langkah:

a. Mengkaji kesesuaian materi dan langkah-langkah pembelajaran yang disajikan didasarkan pada literatur tentang teori belajar geometri dari Van Hiele dan pertimbangan dosen pembimbing.

(18)

menyelesaikan satu skenario pembelajaran untuk satu pokok bahasan; (2) mengetahui relevansi rencana pelaksanaan pembelajaran dalam mengembangkan pemahaman konsep dan komunikasi matematis siswa. c. Hasil uji coba RPP dilakukan revisi seperlunya terhadap desain skenario

pembelajaran untuk penyempurnaan. Revisi dikonsultasikan dengan pembimbing dan guru kelas V.

2. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya

Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes VHGT (Van Hiele Geometry Test), pretes dan postes kemampuan pemahaman konsep dan

kemampuan komunikasi matematis yang dirancang peneliti bersama dosen pembimbing, dan angket skala pendapat siswa.

Masing-masing instrumen di atas diuraikan sebagai berikut: a. Van Hiele Geometry Test (VHGT)

VHGT dikembangkan oleh The Cognitive Development and Achievement in Secondary School Geometry Project (CDASSG) (Wilson, 1990). Pada

penelitian, tes tersebut tidak dikembangkan, tetapi diadopsi dari penelitian Usiskin dalam Ikhsan (2008).

VHGT dirancang untuk mengukur tingkat berpikir siswa dalam geometri dan terdiri atas 25 soal pilihan ganda geometri. VHGT disusun dalam kelompok lima pertanyaan yang dibuat menggunakan perilaku-perilaku yang diidentifikasi dari sembilan tulisan yang diterbitkan oleh Van Hiele mengenai teorinya.

(19)

pemahaman siswa pada tingkat 1. Pertanyaan nomor 6 sampai dengan 10 mengukur pemahaman siswa pada tingkat 2. Pertanyaan nomor 10 sampai dengan 15 mengukur pemahaman siswa tingkat 3. Pertanyaan nomor 16 sampai dengan 20 mengukur pemahaman siswa pada tingkat 4. Dan pertanyaan 21 sampai dengan 25 mengukur pemahaman siswa pada tingkat 5.

Usiskin (1982) menemukan bahwa perilaku yang diberikan oleh Van Hiele (1957), yang menguraikan tiga tingkat Van Hiele pertama sudah memadai jumlah dan rinciannya, sehingga pertanyaan-pertanyaan yang menguji tingkat-tingkat ini mudah untuk dikembangkan.

Koefisien reliabilitas (KR-20) subtes untuk tingkat 1 sampai 5 berturut-turut adalah 0,35; 0,50; 0,53; 0,22; dan 0,18 (Usiskin dalam Crowley, 1990). VHGT diberikan selama 35 menit. Spesifikasi tes tersebut disajikan pada Tabel 3.2.

VHGT yang digunakan dalam penelitian ini sebagai acuan dalam menyusun instrumen kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa untuk klasifikasi level berpikir.

(20)
[image:20.612.137.495.146.326.2]

Tabel 3.2

Spesifikasi Tes Tingkat Perkembangan Berpikir Siswa dalam Geometri

Nomor Butir Tingkatan Van Hiele Jumlah Butir 1 - 5

6 - 10 11 - 15 16 - 20 21 - 25

1 (Visualisasi) 2 (Analisis)

3 (Deduksi Informal) 4 (Deduksi)

5 (Rigor)

5 5 5 5 5

b. Tes Kemampuan Pemahaman Konsep

Tes ini berbentuk pilihan ganda dan uraian sebanyak delapan soal. Masing-masing soal terdiri atas soal kemampuan pemahaman konsep yang dihubungkan dengan tingkatan Van Hiele, yaitu visualisasi (P1), analisis (P2), dan deduktif informal (P3). Semuanya diberikan pada awal dan akhir pembelajaran dengan tahap Van Hiele dan pembelajaran biasa dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa terhadap materi yang disampaikan.

Pemberian skor pada tes pemahaman konsep tergantung pada tingkat kesulitan masing-masing butir soal.

c. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Variabel terikat kedua adalah kemampuan komunikasi Matematis siswa yang diukur melalui tes kemampuan komunikasi Matematis siswa. Tes terdiri atas delapan butir soal berbentuk uraian.

(21)

a. Membuat kisi-kisi soal berdasar indikator kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi Matematis.

b. Menyusun soal tes.

c. Menilai kesesuaian antara materi, indikator, dan soal tes.

d. Untuk mengetahui validitas isi, kesesuaian tersebut diperoleh melalui konsultasi dengan dosen pembimbing.

e. Setelah validitas isi dipenuhi selanjutnya penulis mengujicobakan soal tes.

Hasil uji coba tes tersebut diolah dengan menggunakan perangkat lunak Ana_tes V-4 diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Reliabilitas soal pemahaman konsep sebesar 0,84, tingkat kesukaran sedang, korelasi sangat signifikan.

b. Reliabilitas soal komunikasi Matematis sebesar 0,89, tingkat kesukaran sedang, korelasi sangat signifikan.

Artinya kedua instrumen tersebut dapat dipercaya untuk mengukur hasil belajar siswa pada kelas yang digunakan dalam penelitian ini.

Untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis sebelum dan setelah kegiatan pembelajaran, dilakukan analisis skor gain ternormalisasi yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

< g > =

Awal Tes Rerata -SMI Awal Tes Rerata -Akhir Tes Rerata (Hake, 1999) Keterangan:

(22)

Tingkat perolehan skor gain ternormalisasi dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu:

(< g >) > 0,70 : tinggi 0,30 ≤ (< g >) ≤ 0,70 : sedang

(< g >) < 0,30 : rendah (Hake, 1999)

d. Angket

Pada penelitian ini dijaring sikap siswa terhadap pelaksanaan pem-belajaran geometri menggunakan pendekatan Pempem-belajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele.

D. Bahan Ajar Geometri Berbasis Teori Van Hiele

Pada pembelajaran geometri berbasis teori Van Hiele,bahan ajar yang digunakan adalah berupa bahan ajar dan LKS yang dirancang khusus untuk pembelajaran geometri berbasis teori Van Hiele di Sekolah Dasar.

Pada pembuatan bahan ajar dan LKS, penulis mengacu kepada; a) KTSP dan Sylabus mata pelajaran Matematika SD kelas V, b) Tingkatan berpikir Van Hiele, yaitu Visualisasi, Analisis dan Deduktif Informal, c) Indikator kemampuan

Pemahaman Konsep dan Komunikasi Matematis.

Pada pembelajaran geometri dengan pendekatan Konvensional,peneliti menggunakan buku paket yang resmi digunakan di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya.

(23)

belahketupat, persegi, persegipanjang, trapesium dan layang-layang. Segitiga terdiri dari segitiga berdasar ukuran sisi (sama sisi, sama kaki dan sembarang), segitiga berdasar ukuran sudut (siku-siku, lancip dan tumpul). Semua topik tersebut diberikan selama 10 kali pertemuan.

E. Pedoman Penilaian VHGT

Salah satu karakteristik teori Van Hiele adalah hirarkis, artinya siswa tidak bisa berada pada level n apabila belum melewati level n-1,Usiskin (Ikhsan, 2008). Oleh karena itu kriteria yang digunakan untuk mementukan apakah seorang siswa berada pada level n, adalah siswa tersebut dapat menjawab dengan benar minimal tiga dari lima soal yang ada pada level n tersebut. Selain kriteria itu , maka siswa dianggap berada pada tingkat terendah yaitu Visualisasi.

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini diawali dengan mempersiapkan hal-hal yang diperlukan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan, seperti melakukan studi kepustakaan tentang pemahaman konsep geometri, komunikasi Matematis, dan pendekatan pembelajaran geometri berbasis teori Van Hiele, serta menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran geometri dengan pendekatan teori Van Hiele.

(24)

Kegiatan selanjutnya adalah memberikan tes awal (pretes) kepada dua kelompok tersebut. Tes awal ini untuk mengetahui kemampuan awal kedua kelompok pada awal penelitian tentang kemampuan pemahaman konsep geometri dan komunikasi Matematis siswa. Dengan menelaah hasil tes awal dan tes akhir, akan diketahui ada tidaknya peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi Matematis siswa pada kedua kelompok antara sebelum dan setelah dilaksanakan penelitian.

Langkah terakhir adalah pemberian tes akhir kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi Matematis (postes) pada kedua kelompok (eksperimen dan kontrol). Hasil tes ini dianalisis untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

G. Prosedur Pengolahan Data

Data hasil penelitian ini diolah dengan menggunakan perangkat lunak (software) program-program Microsoft Office-Excel 2007 dan SPSS V.16. Sedangkan untuk menganalisis data digunakan teknik Uji-t, Anova Dua Jalur, dan Uji Scheffe di mana sebelumnya data telah melalui pengujian normalitas dan homogenitas.

Data yang berasal dari tes awal dan tes akhir yang diberikan kepada kedua kelompok siswa diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menguji normalitas data dari distribusi masing-masing kelompok. 2. Melakukan pengujian homogenitas kedua varians.

(25)

4. Melakukan pengujian signifikansi pengaruh perlakuan pembelajaran menggunakan Anova Dua Jalur dan Tes Scheffe.

Gambar

Tabel 3.1 Keterkaitan Variabel Pembelajaran, Pemahaman, Komunikasi
Tabel 3.2 Spesifikasi Tes Tingkat Perkembangan Berpikir Siswa dalam Geometri

Referensi

Dokumen terkait

berpikir geometri siswa yang mendapatkan pembelajaran melalui model pembelajaran geometri Van Hiele lebih baik daripada siswa yang mendapatkan model pembelajaran

Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk mengembangkan prototipe berupa perangkat pembelajaran geometri materi bangun ruang kubus dan balok berdasarkan model van

Prototipe adalah perangkat pembelajaran matematika pada pokok bahasan geometri bangun datar persegi, belah ketupat, dan layang-layang yang dikembangkan berdasarkan teori van

Bagi Guru Penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran dan inspirasi tentang perangkat pembelajaran dengan menggunakan teori van Hiele sebagai upaya mempermudah siswa

Kegiatan pada fase realisasi adalah merealisasikan rencana pada fase desain, yaitu (1) Menyusun draft buku model pembelajaran geometri berbasis teori van Hiele, (2)

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui peningkatan level berpikir geometri siswa yang diterapkan pembelajaran berbasis teori van Hiele dan siswa yang

level 1 sehingga dari klasifikasi level van Hiele tersebut, perangkat pembelajaran berbasis teori van Hiele dapat dikembangkan dengan berdasar pada aktivitas

Sesuai hasil belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan modul pembelajaran geometri bangun datar berbasis teori Van Hiele dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran efektif untuk