• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Penderita Artritis Gout di Rumah Sakit Immanuel Periode 2012 - 2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Penderita Artritis Gout di Rumah Sakit Immanuel Periode 2012 - 2014."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

GAMBARAN PENDERITA ARTRITIS GOUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE 2012 - 2014

Darrel Ash - Shadiq Putra, 2015. Pembimbing I : Budi Liem, dr., M.Med dan Pembimbing II : July Ivone, dr.,MKK.,MPd.Ked

Latar Belakang. Artritis gout merupakan suatu penyakit peradangan pada persendian yang dapat diakibatkan oleh gangguan metabolisme (peningkatan produksi) maupun gangguan ekskresi dari asam urat. Artritis gout bila berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan komplikasi deformitas pada sendi yang terkena.

Maksud Penelitian. Untuk mengetahui gambaran penderita artritis gout di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 2012 - 2014.

Metode Penelitian. Penelitian deskriptif menggunakan whole sample data rekam medis di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 2012 - 2014 dan disusun dalam bentuk tabel.

Hasil Penelitian. Pada periode 2012 - 2014 di Rumah Sakit Immanuel terdapat 48 kasus artritis gout. Usia tersering 41 - 60 tahun (58,33%). Banyak terjadi pada laki – laki (93,75%). Kekambuhan sering terjadi 1 – 2 kali (91,67%). Keluhan utama terbanyak nyeri sendi, pada lebih dari satu sendi (56,25%). Ditemukan podagra (4,17%), tofi (14,58%). Terdapat peningkatan kadar asam urat darah (37,50%). Terapi yang diberikan terbanyak dengan kombinasi anti inflamasi saja (58,33%).

Simpulan. Gambaran penderita artritis gout pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 2012 – 2014 terbanyak pada rentang usia 41 – 60, lebih banyak pada laki – laki. Kekambuhan sering terjadi 1 – 2 kali. Keluhan utama terbanyak nyeri sendi, pada lebih dari satu sendi. Ditemukan podagra dan tofi. Terapi terbanyak menggunakan kombinasi anti inflamasi saja.

Kata Kunci : gambaran artritis gout, rumah sakit immanuel bandung

(2)

ABSTRACT

DESCRIPTION of GOUTY ARTHRITIS PATIENTS IN IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG IN PERIOD 2012 - 2014

Darrel Ash - Shadiq Putra, 2015. Tutor I : Budi Liem, dr., M.Med and Tutor II : July Ivone, dr.,MKK.,MPd.Ked

Background. Gouty Arthritis is an inflammation of the joint cause by disorder of metabolism (increase in production) or disorder excretion of uric acid. If gouty arthritis occur in a long time, it can cause complication like deformity of the joint that affected.

Aim. To review the description of gouty arthritis patient in Immanuel Hospital Bandung in period 2012 - 2014.

Method. Descriptive using whole sample from medical recorded data in Immanuel Hospital Bandung in period 2012 - 2014 and viewed by table.

Result. In Immanuel hospital in period 2012 - 2014 were record 48 cases of gouty arthritis. The data showed highest result of following characteristic: age of 41 - 60 years (58.33%), gender male (93.75%), relaps in 1 - 2 times (91.67%), main complaint is pain of the joint, more than one joints (56.25%), podagra (4.17%) and tophus (14.58%), therapy with combination of anti-inflammatory drug (58.33%).

Conclusion. Description of gouty arthritis patient in Immanuel Hospital showed characteristics as follow: age of 41 - 60 years, gender male, relaps in 1 - 2 times, main complaint is pain of the joint especially more than one joinst, there are podagra and tophus, therapy with combination of anti-inflammatory drug.

Key Words: description gouty arthritis, immanuel hospital bandung

(3)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN... i

SURAT PERNYATAAN... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

1.5 Landasan Teori ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Definisi ... 6

2.2 Katabolisme Purin Menjadi Asam Urat ... 5

2.3 Anatomi Persendian ... 7

2.4 Klasifikasi Artritis Gout ... 8

2.5 Epidemiologi Artritis Gout ... 10

2.6 Patogenesis Artritis Gout ... 10

2.7 Manifestasi Klinik Artritis Gout ... 12

2.8 Diagnosis Artritis Gout ... 13

2.9 Pemeriksaan Penunjang Artritis Gout ... 14

(4)

2.10 Penatalaksanaan Artritis Gout ... 14

2.10.1 Terapi Non Farmakologis ... 15

2.10.2 Terapi Farmakologis ... 16

2.11 Komplikasi Artritis Gout ... 25

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Bahan Penelitian ... 26

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.3 Populasi dan Sampel ... 26

3.4 Kriteria Sampel ... 26

3.5 Rancangan Penelitian ... 26

3.6 Prosedur Penelitian ... 27

3.7 Definisi Operasional ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Hasil Pengumpulan Data ... 29

4.2 Gambaran Artritis Gout Berdasarkan Usia ... 29

4.3 Gambaran Artritis Gout Berdasarkan Jenis Kelamin ... 31

4.4 Gambaran Artritis Gout Berdasarkan Kekambuhan (Kedatangan Kembali ke Rumah Sakit) ... 32

4.5 Gambaran Artritis Gout Berdasarkan Keluhan Utama ... 34

4.6 Gambaran Artritis Gout Berdasarkan Gejala Deposit Kristal MSU ... 36

4.7 Gambaran Artritis Gout Berdasarkan Kadar Asam Urat Darah ... 37

4.8 Gambaran Artritis Gout Berdasarkan Cara Penatalaksanaan ... 39

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 42

5.1 Simpulan ... 42

5.2 Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN ... 48

(5)

RIWAYAT HIDUP ... 55

(6)

DAFTAR TABEL

2.1 Klasifikasi Artritis Gout ... 8 2.2 Kadar Purin Dalam Makanan ... 15 2.3 Terapi Farmakologi Untuk Gout Akut ... 19 4.1 Gambaran Penderita Artritis Gout Pada Pasien Rawat Jalan Di

Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode 2012 - 2014

Berdasarkan Usia ... 29 4.2 Gambaran Penderita Artritis Gout Pada Pasien Rawat Jalan Di

Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode 2012 - 2014

Berdasarkan Jenis Kelamin ... 31 4.3 Gambaran Penderita Artritis Gout Pada Pasien Rawat Jalan Di

Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode 2012 - 2014 Berdasarkan Kekambuhan (Kedatangan Kembali ke Rumah

Sakit) ... 32 4.4 Gambaran Penderita Artritis Gout Pada Pasien Rawat Jalan Di

Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode 2012 - 2014

Berdasarkan Keluhan Utama ... 34 4.5 Gambaran Penderita Artritis Gout Pada Pasien Rawat Jalan Di

Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode 2012 - 2014

Berdasarkan Ada Tidaknya Podagra Dan Tofi ... 36 4.6 Gambaran Penderita Artritis Gout Pada Pasien Rawat Jalan Di

Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode 2012 - 2014

Berdasarkan Kadar Asam Urat Darah ... 37 4.7 Gambaran Penderita Artritis Gout Pada Pasien Rawat Jalan Di

Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode 2012 – 2014

Berdasarkan Cara Penatalaksanaan ... 39

(7)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Katabolisme Purin Menjadi Asam Urat ... 6 2.2 Anatomi Persendian ... 7 2.3 Algoritma Serangan Akut Gouty Arthritis Dapat Diterapi Dengan

Obat Antiinflamasi Nonsteroid (NSAID) Dosis Tinggi Jangka

Pendek ... 16

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Data Rekam Medik Pasien Artritis Gout di Rumah

Sakit Immanuel Periode 2012 - 2014 ... 48 LAMPIRAN 2 Surat Permohonan Pengambilan Data Rekam Medik

Di Rumah Sakit Immanuel ... 52 LAMPIRAN 3 Surat Izin Pengambilan Data Rekam Medik Di Rumah

Sakit Immanuel ... 53 LAMPIRAN 4 Etik Penelitian ... 54

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Artritis gout merupakan suatu penyakit peradangan pada persendian yang dapat diakibatkan oleh gangguan metabolisme (peningkatan produksi) maupun

gangguan ekskresi dari asam urat yang merupakan produk akhir dari metabolisme purin, sehingga terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah. Peningkatan kadar asam urat dalam darah disebut hiperurisemia (Mandell, 2008). Acuan untuk menyatakan keadaan hiperurisemia adalah kadar asam urat >7 mg% pada laki - laki dan >5,6 mg% pada perempuan (Longo, 2008). Asam urat akan terakumulasi pada persendian dan jaringan lunak, sehingga akan terjadi hipersaturasi asam urat dan terjadi kristalisasi asam urat menjadi kristal monosodium urat (Cecil Medicine, 2012).

Prevalensi artritis gout di dunia berkisar 1 - 2% dan mengalami peningkatan dua kali lipat dibandingkan dua dekade sebelumnya (Hamijoyo,Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2010). Artritis gout merupakan penyakit peradangan sendi ke-3 yang paling sering terjadi pada golongan usia lanjut yaitu sekitar 6 - 7 % di Indonesia (Muchid, 2006).

Data dari poli reumatologi Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung selama Januari - Desember 2010, menunjukan kurang lebih sekitar 3,3% mengalami nyeri sendi disebabkan oleh peningkatan kadar asam urat atau dikenal sebagai artritis gout (Hamijoyo, 2010). Di Indonesia prevalensi artritis gout belum diketahui secara pasti dan cukup bervariasi antara satu daerah dengan daerah yang lain. Sebuah penelitian di Jawa Tengah mendapatkan prevalensi artritis gout sebesar 1,7% sementara di Bali didapatkan prevalensi hiperurisemia mencapai 8,5% (Hamijoyo, 2010).

Pada satu studi serangan berulang terjadi pada 62% pasien dalam 1 tahun, dan 78% dalam 2 tahun, serta 84% pada tahun ke empat (Underwood, 2006).

(10)

Penderita paling banyak pada golongan usia 30 - 50 tahun yang tergolong usia produktif (Diah Krisnatuti & Rina, 2006). Berdasarkan jurnal penelitian Best Practice & Research Clinical Rheumatology pada tahun 2010, terhadap 4683

orang dewasa menunjukkan bahwa angka prevalensi gout dan hiperurisemia di Indonesia pada pria adalah masing-masing 1,7 dan 24,3% (E.U.R Smith, 2010). Prevalensi Gout di kota Semarang mencapai 165,375 penderita, pada penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan pada penderita perempuan dengan proposi puncaknya pada usia 50 tahun (Susenas, 2010).

[image:10.595.111.513.283.704.2]

Artritis gout bila berlangsung dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan komplikasi deformitas pada sendi yang terkena artritis gout. Melihat cukup banyaknya angka kejadian dan angka kekambuhan serta komplikasi artritis gout yang mungkin terjadi maka saya merasa tertarik dan perlu untuk mengetahui gambaran penderia artritis gout.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan identifikasi masalah penelitian sebagai berikut :

1. Berapa jumlah kasus penderita artritis gout pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 2012 – 2014.

2. Bagaimana gambaran penderita artritis gout pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Immanuel Bandung berdasarkan usia.

3. Bagaimana gambaran penderita artritis gout pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Immanuel Bandung berdasarkan jenis kelamin.

4. Bagaimana gambaran penderita artritis gout pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Immanuel Bandung berdasarkan kekambuhan (Kedatangan

Kembali ke Rumah Sakit).

5. Bagaimana gambaran penderita artritis gout pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Immanuel Bandung berdasarkan keluhan utama.

(11)

6. Bagaimana gambaran penderita artritis gout pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Immanuel Bandung berdasarkan ada tidaknya podagra dan tofus.

7. Bagaimana gambaran penderita artritis gout pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Immanuel Bandung berdasarkan kadar asam urat darah.

8. Bagaimana gambaran penderita artritis gout pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Immanuel Bandung berdasarkan cara penatalaksanaan.

1.3Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran penderita artritis gout berdasarkan usia, jenis kelamin, kekambuhan (kedatangan kembali ke Rumah Sakit), manifestasi klinik, ada tidaknya podagra, ada tidaknya tofus, kadar asam urat darah, dan cara penatalaksanaan di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 1 Januari 2012 - 31 Desember 2014.

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Akademis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan agar hasil yang didapat dapat dijadikan acuan informasi mengenai gambaran penderita artritis gout di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 1 Januari 2012 - 31 Desember 2014.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi dan menambah wawasan yang lebih luas bagi masyarakat maupun petugas medis mengenai

penyakit artritis gout.

1.5Landasan Teori

Artritis gout dapat disebabkan oleh peningkatan produksi metabolisme asam urat dan kurangnya ekskresi dari asam urat yang merupakan produk akhir dari

(12)

metabolisme purin, sehingga terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah. Peningkatan kadar asam urat dalam darah disebut hiperurisemia, pada laki - laki >7 mg% dan pada perempuan > 5,6 mg%. Peningkatan kadar asam urat darah dapat menyebabkan suasana jenuh pada tempat terjadinya akumulasi dari asam urat tersebut, sehingga terjadi hipersaturasi asam urat yaitu pada kondisi kadar asam urat darah 6,8 mg/dL (408 µ mol/L) dengan pH 7,40 dan suhu tubuh normal yang berakibat terbentuknya kristal monosodium urat (Longo, 2008).

Kristal monosodium urat telah terbentuk sebelum timbulnya gejala klinik dari

artritis gout. Kristal monosodium urat terbentuk dalam bentuk struktur kecil yang disebut mikrotofi pada permukaan kartilago dan lapisan synovial. Pada keadaan yang berlangsung lama dengan kondisi yang mendukung untuk terbentuknya kristal monosodium urat maka kristal monosodium urat akan tertimbun.

Semakin lama penimbunan dari kristal monosodium urat, maka akan terjadi perubahan suasana lingkungan pada persendian yang menyebabkan terpecahnya kristal ini menjadi struktur - struktur yang lebih kecil dan akan mengaktifkan reseptor makrofag pada persendian sehingga terjadi reaksi inflamasi pada persendian. Dikarenakan terjadinya proses peradangan maka timbul manifestasi klinik yaitu podagra, tofus, kemerahan, rasa nyeri sendi (monoartikular pada serangan awal, poliartikular pada serangan berulang, panas, bengkak, berkurangnya fungsi organ yang terkena (Goldman, 2012).

Pui et al juga menemukan bahwa estrogen berperan dalam regulasi kadar asam urat, dimana estrogen dapat meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal (Jill McClory, 2009). Sebaliknya pada laki - laki kadar asaam urat serum tidak berbeda secara signifikan pada usia pertengahan dan yang lebih tua (A. Elisabeth Hak, 2010). Pada laki - laki usia pertengahan gout biasa terjadi pada usia sekitar 40 tahun, dimana laki - laki pada usia ini memiliki faktor risiko seperti obese,

hipertensi, peningkatan kolesterol, dan suka meminum alkohol. Pada usia yang lebih tua gout biasa terjadi karena penyakit ginjal (Simon, 2013).

Terapi untuk artritis gout Secara umum, inhibitor xantin oksidase diindikasikan pada pasien dengan peningkatan produksi asam urat (overproducers), dan obat urikosurik pada mereka dengan ekskresi urat yang rendah (underexcretors)

(13)

(Mutoharoh, 2012). NSAID adalah terapi utama untuk serangan akut gouty arthritis. Mekanisme aksi NSAID menghambat enzim cyclooxygenase-1 dan 2

sehingga mengurangi pembentukan prekusor prostaglandin yang merupakan mediator inflamasi. Mekanisme aksi dari kolkisin adalah mengurangi motilitas leukosit sehingga mengurangi fagositosis pada sendi serta mengurangi produksi asam laktat dengan cara mengurangi deposit kristal asam urat yang berperan dalam respon inflamasi. Kolkisin hanya digunakan pada pasien yang mengalami intoleransi, kontraindikasi, atau ketidakefektifan dengan NSAID (Mutoharoh,

2012).

Kortikosteroid dapat digunakan dalam terapi gout akut pada kasus resistensi atau pada pasien yang kontraindikasi atau tidak berespon terhadap NSAID dan kolkisin, serta pasien dengan nyeri gout yang melibatkan banyak sendi. Mekanisme kerja kortikosteroid adalah dengan menekan migrasi leukosit PMN dan menurunkan permeabilitas kapiler (Mutoharoh, 2012).

(14)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Simpulan yang didapat dari penelitian mengenai penderita artritis gout pada

pasien rawat jalan di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 2012 - 2014 yaitu:  Berjumlah 48 kasus.

 Penderita artritis gout pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 2012 – 2014 terbanyak pada rentang usia 41 - 60 tahun.  Penderita artritis gout pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Immanuel

Bandung periode 2012 - 2014 lebih banyak pada laki - laki.

 Nilai kekambuhan (kedatangan kembali ke Rumah Sakit) terbanyak pada penderita artritis gout pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit Immanuel

Bandung periode 2012 - 2014 yaitu pada rentang 1 - 2 kali.

 Keluhan utama yang paling banyak ditemukan yaitu nyeri sendi, pada lebih dari satu sendi.

 Didapatkan 2 kasus adanya podagra yaitu 4,17% dan 7 kasus ditemukan adanya tofi yaitu 14,58%.

 Terdapat 18 kasus ditemukan adanya peningkatan kadar asam urat darah yaitu 39,6%.

 Terapi yang diberikan terbanyak dengan kombinasi anti inflamasi saja.

(15)

5.2 Saran

 Diperlukan ada perbaikan sistem pendataan data rekam medik yang lebih lengkap dalam pemasukan hasil yang didapatkan dari pemeriksaan yang

sudah dilakukan pasien, agar didapatkan data yang lengkap untuk

penelitian.

 Diperlukan adanya penelitian lebih lanjut untuk waktu mendatang dan di daerah lain untuk mencari kemungkinan adanya variasi mengenai artritis

gout di waktu mendatang.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia (4 ed.). (2008). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Centers for Disease Control and Prevention. (2015, April 2). Retrieved 1 27, 2015, from www.cdc.gov/arthritis/basics/gout.html

A. Elisabeth Hak, G. C. (2010). Menopause, Postmenopausal Hormone Use and Risk of Incident Gout, Hyon K. Choi. Ann Rheum Diss, 69(7), 1305 - 1309.

Anastesya, W. (2009). Artritis Pirai (Gout) dan Penatalaksanaannya. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.

Bellytra Talarima, R. A. (2012, Desember). Faktor Risiko Gouty Arthritis di Kota Masohi Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2010. Makara, kesehatan, 16(2), 89-94.

Chris Tanto, F. L. (2014). Kapita Selekta Kedokteran (4th ed.). Jakarta: Media Aesculapius FK UI.

Diah Krisnatuti, R. Y. (2006). Diet sehat untuk penderita asam urat. Jakarta: Penebar Swadaya.

Doherty, M. (2009). New Insights Into The Epidemiology of Gout. 48(2).

E.U.R. Smith, C. D.-T.-R. (2010). Epidemiology of gout: An update. Best Practice & Research Clinical Rheumatology, 811-827.

Edward, N. (2008). Gout: Clinical features. In: Klippel JH, Stone JH, Crofford LJ, WhitePH, Editors (3rd ed.). New York:Springer.

Eni Kurniawati, A. K. (2014). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap

Pengetahuan dan Sikap Klien Gout Arthritis di Puskesmas Tahuna Timur Kabupaten Sangihe. 2(2).

Ernst, M. E. (2008). Gout and Hyperuricemia, dalam DiPiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., Posey, L. M. Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach (7th ed.). McGraw-Hill Companies Inc.

Fauziah, A. (2014). Hubungan Pola Makan Dengan Frekuensi Kekambuhan Nyeri Pasien Gout Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember . Jember: Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.

(17)

Firestein GS, B. R. (2009). Kelley’s Textbook of Rheumatology (8th ed.). Philadelphia: W.B Saunders.

Goldman, L., & Schafer, A. I. (2012). Cecil Medicine 24TH Edition. Philadelphia: Elsevier Inc.

Hamijoyo, L. (2010). Kenali Gout. Retrieved 11 10, 2015, from Reumatologi.or.id: http://reumatologi.or.id/reuarttail?id=27

Harris MD, S. L. (1999). Gout and hyperuricemia. Am Fam Physician, 59(4), 925-34.

Hochberg MC, S. A. (2003). Rheumatology (3rd ed.). Edinburg: Elsevier.

Irawan, Y. (2014). Management of Gout Arthritis With Diabetes Melitus Type II. 2(4).

J Darmawan, H. V. (1992). The Epidemiology of Gout and Hyperuricemia in a Rural Population of Java. 19(10).

Jill McClory, N. S. (2009). Gout In Women. Medicine & Health/Rhode Island, 92(11).

Kalim, H. (2011). Identifikasi Hubungan Pola Asupan Protein Hewan Dengan Resiko Gout Arthritis Di Kota Batu. Retrieved from digilib.upi.du.

Keith L Moore, A. M. (2014). Essential Clinical Anatomy (5th ed.). Lippincott Williams and Wilkins.

KL Wallace, A. R.-R. (2004). Increasing Prevalence of Gout and Hyperuricemia Over 10 Years Among Older Adults in a Managed Care Population. 31(8).

Kumar, V., Abbas, A., & Aster, J. (2013). Robbins Basic Pathology 9th Edition. Canada: Elsevier Inc.

Lisa K Stamp, P. T. (2012). Gout and its comorbidities: implications for therapy. Department of Medicine, University of Otago, Christchurch.

Longo, D. L., Fauci, A. S., Kasper, D. L., Hauser, S. L., Jameson, J. L., &

Loscalzo, J. (2008). Harrison's Principles of Internal Medicine. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.

MA Becker, M. J. (2005). Clinical Gout and the Pathogenesis of Hyperuricemia. In : Koopman WJ. ed. Arthritis and of Hyperuricemia. In : Koopman WJ. ed. Arthritis and (15th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

(18)

Manampiring AE, B. W. (2011). Laporan Penelitian Itek dan Seni (Lembaga Penelitian):Prevalensi Hiperurisemia pada Remaja Obese di Kota Tomohon. Universitas Sam Ratulangi.

Mandell, B. (2008). Clinical manifestations of hyperuricemia and gout. Cleve Clin J Med, 75 Suppl 5, S5-8.

Marrieb, E. (2001). Human Anatomy & Physiology. USA: Benjamin Cummings, An Imprint of Addison Wesley Longman, Inc.

Mellynda Wurangian, H. B. (2014). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Penderita Gout Arthritis di Wilayah Kerjja Puskesmas Bahu Manado. Jurnal Keperawatan, 2(2).

Misnadiarly. (2008). Mengenal Penyakit Artritis. Mediakom, 57.

Muchid, A. (2006). Pharmaceutical care untuk pasien penyakit arthiritis rematik. Direkloral Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Depkes.

Mutoharoh. (2012). Perbedaan Tingkat Nyeri Sendi Lutut Pada Penderita Sebelum Dan Sesudah Diberikan Terapi Kompres Air Dingin Di Desa Lelayan Kecamatan Unggaran Timur Kabupaten. Retrieved from http://xa.yimg.com/kq/groups/40920657/1093964501/name/GOUT.

Nainggolan, O. (2009). Prevalensi dan Determinan Penyakit Rematik di Indonesia. 59(12).

Ode, S. (2012). Asuhan Keperawatan. Nuha Medika.

Pratiwi, V. (2013). Gambaran Kejadian Asam Urat (Gout) Berdasarkan

Kegemukan dan Konsumsi Makanan (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kalisat Kecamatan Kalisat Kabupaten Jember).

Robert K Murray, D. K. (2006). Harper's Illustrated Biochemistry (27th ed.). United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Roddy, E., & Doherty, M. (2010). Epidemiology of Gout. 12(6).

Rofi Rahmaning Widi, N. K. (2011, Maret). Hubungan Dukungan Sosial Terhadap Derajat Nyeri. Berita Kedokteran Masyarakat, 27(1), 51-54.

Ronald A Arky, C. J. (2000). Rheumatology. United States of America: American College of Physician - American Society of Internal Medicine.

(19)

Sholihah, F. M. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Diet Terhadap Angka Kekambuhan Pada Penderita Artritis Gout Di Puskesmas Bumidaya, Kecamatan Palas, Lampung Selatan. Bandar Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Simon, H. (2013). Gout. Retrieved 11 23, 2015, from University of Maryland Medical Center: https://umm.edu/health/medical/reports/articles/gout

Siti Setiati, I. A. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.

Susenas. (2010). Survei Sosial Ekonomi Nasional. Semarang.

Tehupeiory, E. S. (2006). Artritis Pirai (Artritis Gout) dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.

Terkeltaub, R. (2001). Gout A. Epidemiology, Pathology and Pathogenesis. In : Klippel JH et al (Eds.) Primer on the rheumatic diseases. (12th ed.). Atlanta: Arthritis Foundation.

Theresa V Kot, R. O. (1993). Preventing Acute Gout When Starting Allopuriol Therapy. Med J Aust, 182-4.

Underwood, M. (2006). Diagnosis and management of gout. British Medical

Journal, 332(7553), 1315–1319.

Wortmann, R. (2009). Gout and hyperuricemia. In: Firestein GS, Budd RC, HarrisED, Rudy S, Sergen JS, editors. Kelley’s Textbook of Rheumatology (8th ed.). Philadelphia: Saunders.

Yudistrie, I. S. (2012, Juni). Hubungan Antara Profil Pasien Dengan Frekuensi Serangan Akut Pada Pasien Artritis Gout Di Rsu Dr. Saiful Anwar Malang. MKI, 24(11).

Zahara, R. (2013). Artritis Gout Metakarpal dengan Perilaku Makan Tinggi Purin Diperberat oleh Aktifitas Mekanik Pada Kepala Keluarga dengan Posisi Menggenggam Statis. Medula, 1(3).

Gambar

gambaran penderia artritis gout.

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi Analysis on the difficulties faced by the students in learning plural forms of noun (a case study of the second year of SMP al Mubarak Pondok

Akulturasi tidak akan terjadi jika bangsa ini atau masyarakat Jawa tidak memiliki kebudayaannya sendiri, yang nantinya akan hanya menggunakan kebudayaan yang dibawa dari

Salah satu fungsi dari lembaga pendidikan formal adalah untuk menghasilkan peserta didik yang cakap dari segi kognitif, maka salah satu cara adalah dengan

pengukurannya tersebut menggambarkan hasil yang relatif tetap. Validitas suatu instrumen adalah ketepatan dari suatu instrumen atau alat pengukur terhadap konsep yang

Dari hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara beladiri Syufu Taesyukhan dan perilaku hidup sehat dengan

Academic writing can be a mean of practice for EFL students in making research paper to contribute in the development of their field of study.. Hyland (1994) proposed

Media yang akan dirancang: buku cerita gambar (aplikasinya bisa berupa komik atau buku cerita, dengan format bentuk yang beragam)2. Pertanyaan: Apa yang akan anda lakukan dari

Pemeriksaan sarana produksi pangan oleh BB/Balai POM di 26 Propinsi secara keseluruhan, dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 dilakukan terhadap 11,144 sarana produksi