• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION)UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BALIGE T.A. 2013/2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION)UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BALIGE T.A. 2013/2014."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION)

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS X

SMA NEGERI 1 BALIGE T.A. 2013/2014

Oleh :

Parulian H. Manurung NIM 409111059

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

i

Judul Skripsi : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition ) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Balige T.A. 2013/2014.

Nama Mahasiswa : Parulian H. Manurung

NIM : 409111059

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Matematika

Menyetujui:

Dosen Pembimbing Skripsi,

Dra. Nurliani Manurung,M.Pd NIP. 19620305 198703 2 003

Mengetahui :

FMIPA UNIMED Jurusan Matematika

Dekan, Ketua,

Prof. Drs. Motlan, M. Sc., Ph. D Drs.Syafari, M.Pd

NIP. 19590805 198601 1 001 NIP. 19540929 198903 1 001

(3)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION)

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS X

SMA NEGERI 1 BALIGE T.A. 2013/2014

PARULIAN H MANURUNG NIM. 409111059

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada materi sistem persamaan linier dua variabel di kelas X SMA Negeri 1 Balige T.A. 2013/2014 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe (CIRC) Cooperative Integrated Reading and Composition. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing-masing dilakukan dalam 2 kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-5 SMA Negeri 1 Balige T.A. 2013/2014 berjumlah 30 siswa. Objek penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah Menerapkan model pembelajaran koperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) pada materi SPLDV dimana siswa diberikan kesempatan untuk membaca, menulis serta mengungkapkan ide matematikanya kepada teman maupun kepada guru. Peneliti memvariasikan kelompok belajar, pada siklus I anggota kelompok 5 orang siswa sedangkan pada siklus II anggota kelompok 3 orang siswa. Penggunaan LKPD juga bervariasi pada siklus I dan siklus II.

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar viii

Daftar Tabel ix

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN 1 1.1.Latar Belakang Masalah 1 1.2.Identifikasi Masalah 5 1.3.Batasan Masalah 6 1.4.Rumusan Masalah 6 1.5.Tujuan Penelitian 6 1.6.Manfaat Penelitian 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 2.1. Kerangka Teoritis 8 2.1.1. Pengerttian Belajar dan Mengajar Matematika 9

2.1.2. Hasil Belajar Matematika 2.1.3. Masalah Matematika 10 2.1.4. Soal Cerita 11

2.1.5. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 12

2.1.6. Model Pembelajaran Kooperatif 14 2.1.7. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) 16 2.1.7.1. Komponen-komponen dalam Pembelajaran CIRC 17 2.1.7.2. Kegiatan Pokok Pembelajaran CIRC dalam Memecahkan Masalah 17 2.1.7.3. Penerapan Model Pembelajaran CIRC 18 2.1.7.4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran CIRC 19 2.1.8. Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel 19

2.2. Kerangka Konseptual 25

2.3. Hipotesis Tindakan 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 27 3.1.1. Lokasi Penelitian 27 3.1.2. Waktu Penelitian 27

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 27 3.2.1. Subjek Penelitian 27 3.2.2. Objek Penelitian 27 3.3. Definisi Operasional 27

3.4. Jenis Penelitian 28

(5)

3.6. Alat Pengumpul Data 34

3.7. Teknik Analisa Data 35 3.7.1. Reduksi Data 35 3.7.2. Paparan Data 35 3.7.3. Simpulan Data 35

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 38

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 38

4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I 38

4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II 51

4.2. Temuan Penelitian 62

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian 64

BAB V. Kesimpulan dan Saran 67

5.1. Kesimpulan 67

5.2. Saran 68

(6)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif 15 Tabel 3.1. Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah 35 Tabel 3.2. Kriteria Penilain Observasi 37 Tabel 4.1. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Awal 38 Tabel 4.2. Deskripsi Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 1 39 Tabel 4.3. Deskripsi Kesalahan Siswa pada Soal Nomor 2 40 Tabel 4.4. Deskripsi Hasil Observasi Pengelolaan

Pembelajaran Siklus I 44

Tabel 4.5. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siklus I (Memahami Masalah) 46 Tabel 4.6. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siklus I (Merencanakan Penyelesaian Masalah) 46 Tabel 4.7. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siklus I (Melaksanakan Perencanaan

Penyelesaian Masalah) 47

Tabel 4.8. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siklus I (Memeriksa Hasil) 47 Tabel 4.9. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siklus I 48 Tabel 4.10. Deskripsi Kesalahan Siswa pada Tes Siklus II 52 Tabel 4.11. Deskripsi Hasil Observasi Pengelolaan

Pembelajaran Siklus II 55

Tabel 4.12. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

(7)

x

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siklus II (Merencanakan Penyelesaian Masalah) 57 Tabel 4.14. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siklus II (Melaksanakan Perencanaan

Penyelesaian Masalah) 58

Tabel 4.15. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siklus II (Memeriksa Hasil) 58 Tabel 4.16. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada

Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siklus II 59

Tabel 4.17. Hasil Rata-rata Kemampuan Pemecahan Masalah

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Skema prosedur pelaksanaan penelitian

(9)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I 72 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II 77 Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III 81

Lampiran 4. Tes Kemampuan Awal 87

Lampiran 5. Alternatif Jawaban Tes Awal 88

Lampiran 6. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 90 Lampiran 7. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 92 Lampiran 8. Kisi-Kisi Kemampuan Pemecahan Masalah I 94 Lampiran 9. Kisi-Kisi Kemampuan Pemecahan Masalah II 95 Lampiran 10. Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 97 Lampiran 11. Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 103 Lampiran 12. Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 109 Lampiran 13. Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 115

Lampiran 14. Tehnik Penskoran 119

Lampiran 15. Lembar Kegiatan Peserta Didik I 121

Lampiran 16. Lembar Kegiatan Peserta Didik II 132 Lampiran 17. Lembar Kegiatan Peserta Didik III 136 Lampiran 18. Lembar Kegiatan Peserta Didik IV 138 Lampiran 19. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I (Pertemuan I) 140 Lampiran 20. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I (Pertemuan II) 142 Lampiran 21. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II (Pertemuan I) 144 Lampiran 22. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II (Pertemuan II) 146

Lampiran 23. Tabulasi Nilai Tes Awal 148

Lampiran 24. Tabulasi Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I

Berdasarkan Langkah penyelesaian Masalah 150 Lampiran 25. Tabulasi Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II

Berdasarkan Langkah penyelesaian Masalah 152 Lampiran 26. Tabulasi Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 154 Lampiran 27. Tabulasi Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 156

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena matematika sebagai salah satu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sistematis. Pembelajaran matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengomunikasikan gagasan dan bahasa melalui model matematika yang berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik, dan tabel. Hal ini senada dengan pendapat Cornellius (dalam Abdurrahman, 2009:253) :

“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.”

Salah satu tujuan pembelajaran matematika menurut Sihombing (2009:111) adalah untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Untuk itu, guru diharapkan dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah sehingga siswa dapat memecahkan masalah matematika secara terstruktur, sistematis dan logis. Kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa dapat diketahui melalui soal-soal yang berbentuk soal cerita karena kita dapat melihat langkah-langkah yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan, sehingga pemahaman siswa dalam pemecahan masalah dapat terukur. Berdasarkan buku-buku penunjang pelajaran matematika yang mengacu pada kurikulum, banyak dijumpai soal-soal yang berbentuk soal cerita, bahkan hampir pada setiap materi pokok.

(11)

masalah matematika. Perlu diketahui bahwa suatu soal merupakan masalah yang bergantung kepada individu dan waktu. Artinya, suatu soal yang diberikan oleh guru mungkin merupakan masalah bagi seorang siswa, tetapi belum tentu menjadi masalah bagi siswa lain.

Abdurrahman (2009 : 257 – 258) mengatakan,

“Dalam menyelesaikan soal-soal cerita, banyak anak yang mengalami

kesulitan. Kesulitan tersebut tampaknya terkait dengan pengajaran yang menuntut anak membuat kalimat matematika tanpa terlebih dahulu memberikan petunjuk tentang langkah-langkah yang harus ditempuh.”

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di kelas X-5 SMA Negeri 1 Balige pada tanggal 25 Februari 2013 menunjukkan bahwa : “Aktivitas siswa dalam belajar matematika di dalam kelas masih rendah. Pembelajaran matematika masih banyak bertumpu pada aktivitas guru artinya kebanyakan dari siswa hanya sekedar mengikuti pelajaran di dalam kelas, yaitu dengan hanya mendengarkan penjelasan materi dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru tanpa adanya respon, kritik, dan pertanyaan dari siswa kepada guru sebagai umpan balik dalam kegiatan belajar mengajar”.

(12)

Seiring dengan hal tersebut, hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan Ibu J.Hutahaean,S.Pd, guru matematika di kelas X SMA Negeri 1 Balige mengemukakan bahwa :

“Aktivitas siswa belajar matematika di kelas masih kurang, kebanyakan siswa hanya memperhatikan saja tanpa mau bertanya. Kemampuan memecahkan masalah siswa kelas X masih kurang, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa kelas X juga masih rendah, bahkan masih banyak siswa kelas X yang memperoleh nilai di bawah rata–rata dan tidak sesuai dengan nilai ketuntasan yang berlaku di Sekolah ini”.

Hal ini sejalan dengan hasil tes diagnostik yang diberikan kepada siswa kelas X-5 SMA Negeri 1 Balige untuk melihat kesulitan dan kemampuan awal siswa dalam memecahkan masalah matematika. Beberapa contoh soal pemecahan masalah yang diberikan kepada siswa adalah:

1. Taman kota memiliki keliling 60 m. Taman tersebut berbentuk persegi panjang dengan panjangnya 5 m lebih dari lebarnya. Berapakah luas dari taman kota itu?

2. Diketahui 2 bilangan dengan ciri seperti berikut. Bilangan yang kecil ditambah dengan tiga kali bilangan yang besar sama dengan 110. Bilangan yang besar ditambah empat kali bilangan yang kecil sama dengan 99. Berapakah masing-masing bilangan tersebut?

Berdasarkan hasil tes yang diberikan, terdapat 18 atau 60% siswa yang memiliki kemampuan memecahkan masalah dengan kategori kurang baik (skor 0 – 54), 8 atau 26,67% siswa yang memiliki kemampuan memecahkan masalah dengan kategori cukup (skor 55 – 69) dan 4 atau 13,33% siswa yang memiliki kemampuan memecahkan masalah dengan kategori baik (skor 70 – 84). Secara keseluruhan, terdapat 60% siswa kelas X-5 SMA Negeri 1 Balige memiliki kemampuan pemecahan masalah yang masih kurang. Hal ini berarti kemampuan memecahkan masalah matematika kelas X-5 SMA Negeri 1 Balige masih kurang baik.

(13)

dan konsep, pada hal yang menjadi tujuan pembelajaran matematika adalah agar siswa mampu memecahkan masalah yang dihadapi.

Salah satu materi yang diajarkan di SMA kelas X adalah Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan standar kompetensi memecahkan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear dan pertidaksamaan satu variabel. Masalah yang dimaksudkan berkaitan dengan soal cerita yang akan dibentuk ke dalam model matematika. Siswa sering kesusahan ketika mengkonstrusikan soal ke dalam model matematika dan merencanakan penyelesaian masalah, sehingga tak heran jika banyak siswa yang gagal atau belum mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) untuk standar kompetensi ini.

Kriteria ketuntasan pada kompetensi dasar ini di SMA Negeri 1 Balige adalah 70. Dengan nilai ketuntasan ini, masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Berdasarkan nilai ulangan harian pada materi SPLDV, dilaporkan bahwa 21 dari 30 siswa atau sekitar 70 % masih belum mendapat nilai ketuntasan.

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah bisa terjadi karena metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru bidang studi. Berdasarkan observasi, metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru matematika adalah metode ceramah. Penggunaan metode ini mengakibatkan siswa menjadi pasif dan memposisikan siswa sebagai pendengar dan penerima. Akibatnya, siswa tidak terlatih untuk berpikir mandiri dan kreatif dalam menyelesaikan masalah.

(14)

Dengan menerapkan model pembelajaran CIRC, suasana belajar yang ditimbulkan akan lebih terasa menyenangkan karena siswa belajar dan saling bertukar pikiran dengan temannya sendiri. Selain itu, diharapkan juga siswa bisa berpikir kreatif melalui tukar pikiran dengan sehingga dapat menyelesaikan masalah dengan sistematis. Selain itu, diharapkan juga siswa tidak lagi kebosanan dalam membaca soal berbentuk cerita

Melalui penelitian ini diharapkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah berbentuk soal cerita, khususnya pada materi SPLDV, meningkat. Untuk itu, dilakukanlah penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Balige T.A. 2013/2014 ”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, yang menjadi identifikasi masalah penelitian ini adalah :

1. Kemampuan pemecahan masalah siswa SMA Negeri 1 Balige dalam menyelesaikan soal cerita masih rendah.

2. Siswa kurang mampu memahami masalah.

3. Siswa kurang mampu merencanakan penyelesaian masalah. 4. Siswa kurang mampu menuliskan model matematika. 5. Siswa malas membaca soal berbentuk cerita.

(15)

7. Siswa banyak yang belum mencapai angka kriteria ketuntasan pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel, yaitu sekitar 21 atau 70% dari 30 siswa.

1.3. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada upaya meningkatan kemampuan pemecahan masalah pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel berdasarkan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition ( CIRC ) kelas X SMA Negeri 1 Balige T.A 2013/2014.

1.4. Rumusan Masalah

Apakah penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition ( CIRC ) dapat meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Balige?

1.5. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Balige.

1.6. Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan penulis mengenai model pembelajaran Cooperative Integrated and Reading Composition (CIRC) di SMA

Negeri 1 Balige.

(16)
(17)

67

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dalam penelitian ini setelah dilakukan analisis data adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan pemecahan masalah siswa mengalami peningkatan dari tes awal ke tes siklus I. Hal ini dilihat dari peningkatan rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa yakni dari 39,18 (39,18%) berkategori sangat kurang pada tes awal menjadi 63,12 (63,12%) berkategori cukup baik pada siklus I. Dari 4 (13,33%) siswa yang berkategori baik atau sangat baik pada tes awal menjadi 17 (56,67%) siswa yang berkategori baik atau sangat baik pada siklus I.

2. Kemampuan pemecahan masalah siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa yaitu, dari 63,12 (63,12%) berkategori cukup baik menjadi 79,95 (79,95%) berkategori baik. Dari 17 (56,67%) siswa berkategori baik atau sangat baik menjadi 29 (96,67%) siswa berkategori baik atau sangat baik.

(18)

68

4. Kemampuan guru melakukan pembelajaran berdasarkan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari siklus I mengalami peningkatan ke siklus II. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan persentase penguasaan kelas, nilai akhir dan kategori. Persentase penguasaan kelas dari 77,08% menjadi 95,83%. Nilai akhir dari 3,08 menjadi 3,83. Kategori dari baik menjadi sangat baik.

1.2. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini adalah:

1. Kepada guru, khususnya guru matematika, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC ini dapat menjadi salah satu alternative untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, khususnya pada materi SPLDV.

2. Disarankan kepada guru untuk menerapkan metode pembelajaran dengan metode diskusi karena dapat meningkatkan kemampuan sosial anak dalam berdiskusi dan berbicara.

3. Disarankan kepada guru untuk menggunakan media pembelajaran karena dapat membuat siswa fokus dalam belajar.

(19)

69

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

________________. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Arniati. 2010. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika.

http://rian.hilman.web.id?p=52 (diakses Maret 2013).

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

GE Mozaik. 2005. Bagaimana Mengajar Matematika yang Benar. http://ganeca. blogspirit.com/archieve/2005/05/27/ge_mozaik_mei_2005_%E2%80%93 _bagaimana_mengajar_matematika_yang_ben.html (diakses Maret 2013) Inayah, Nurul. 2007. Keefektifan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah pada Pokok Bahasan Segiempat Siswa Kelas VII SMP Negeri 13 Semarang T.A. 2006/2007. Skripsi. FMIPa. UNNES. Semarang

Isjoni, H. 2010. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Raja Grafimdo Persada.

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning – Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : Gramedia.

Muncarno. 2008. Penerapan Model Penyelesaian Soal Cerita dengan Langkah-Langkah Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas 1 SMP. Jurnal Nuansa Pendidikan, Vol. VI, No. 1

Naohita, Gede Ait. 2010. Pengaruh Penerapan Pendekatan Kontekstual Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika pada Siswa Sekolah Menegah Pertama. Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan, 1436-1449.

(20)

70

Berbasis Masalah yang Berkonteks Cerita Rakyat Sumut di SDN 060825, Jurusan Matematika FMIPA Unimed, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan Purwati, Heni. 2006. Keefektifan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Terhadap

Peningkatan Hasil Belajar Siswa dan Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi Pokok Aljabar dan Aritmatika Sosial pada Siswa Kelas VII SMP 7 SemarangT.P. 2005/2006. Skripsi. FMIPA. UNNES. Semarang.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group.

Sihombing, W. L. 2009. Telaah Kurikulum Matematika Sekolah. Medan : FMIPA. UNIMED.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, Robert. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung : Nusa Media.

____________. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Bandung : Nusa Media.

Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Pt. Remaja Rosda Karya.

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Jawa Timur : Masmedia Buana Pustaka.

Suyitno, Amin. 2011. Bahan Ajar PLPG Matematika-Pembelajaran Inovatif. Semarang : Universitas Negeri Semarang.

Tambunan, Janter. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Aktivitas dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas X SMA RK Serdang Murni Lubuk Pakam Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi. FMIPa. UNIMED. Medan.

(21)

71

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Prenada Media Group.

Gambar

Tabel 4.14. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada
Gambar 3.1 Skema prosedur pelaksanaan penelitian                      tindakan kelas berdasarkan alurnya

Referensi

Dokumen terkait

Arthroscope juga dapat dilengkapi dengan alat untuk mengambil sample biopsy atau untuk memotong, membersihkan serta mengelurakan loose fragments dari jaringan, tulang,

Dapatan kajian mendapati bahawa guru Pendidikan Islam sentiasa mengamalkan akhlak mulia dalam proses pengajaran dan pembelajaran di bilik darjah seperti kasih sayang, ikhlas,

[r]

Soporcoma: Soporcoma: reflek motoris terjadi hanya bila reflek motoris terjadi hanya bila dirangsang dengan rangsangan nyeriP. dirangsang dengan

[r]

Berdasarkan hasil penelitian yang telah kami lakukan di Sekolah SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan bahwa sekolah ini sudah menerapkan kurikulum 2013

 Kata- kata dirangkai dengan tepat untuk mendeskripsikan orang yang terkait dengan profesi, kebangsaan, ciri-ciri fisik, kualitas, dan aktifitasnya..  Kata-kata dirangkai

Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin,