PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI SMP NEGERI 2
BERASTAGI T.A 2013/2014
Oleh : Adi Yakim NIM 409111003
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karuniaNya yang telah memberikan kesehatan dan hikmatNya
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik sesuai dengan
waktu yang direncanakan. Skripsi ini berjudul Pengaruh Model Pembelajaran
Student Teams Achievement Division (STAD) Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika di SMP Negeri 2 Berstagi T.A 2013/2014. Adapun skripsi
ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan..
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr.
W. Rajagukguk, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal hingga akhir
penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs.
M. Manulang, M.Pd, Bapak Drs. W. L. Sihombing, M.Pd, Bapak Drs. Yasifati
Hia, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran
mulai dari rencana penelitian sampai penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku dosen
Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama
perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar
Damanik, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta para staf
pegawai di rektorat, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA,
Bapak Drs. Syafari, M.Pd selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Zul Amry,
M.Si selaku ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si
selaku sekretaris jurusan Pendidikan Matematika, dan seluruh staf pegawai
Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang telah membantu penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Kenan Ginting, M.Pd selaku kepala
sekolah SMP Negeri 2 Berastagi dan Ibu Rentah Saragih, S.Pd selaku guru bidang
v
penelitian dan para guru dan staf administrasi yang telah memberikan bantuan
kepada penulis selama melakukan penelitian.
Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis
Ayahanda Jiwa Karo-karo dan Ibunda tercinta Norta Br Ginting yang selalu
memberikan limpahan kasih sayang, doa, dorongan, semangat dan pengorbanan
yang tak ternilai selama pendidikan sampai selesainya skripsi ini. Tidak lupa pula
penulis ucapkan terima kasih kepada Kakak/Abang saya, Morina Br Tarigan /
Samudra Sitepu, Meliyani Br Karo, S.Pd, dan Adik-adikku tersayang Anisa Br
Karo, Mira Br Karo, Yemima Br Karo, dan seluruh keluargaku yang tercinta yang
telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis, serta seluruh
teman-teman seperjuangan angkatan 2009 khususnya kelas Reguler A dan kepada
rekan-rekan CC-Medan yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca dan dunia pendidikan.
Medan, Agustus 2013 Penulis,
iii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS
ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA
DI SMP NEGERI 2 BERASTAGI T.A. 2013/2014 ADI YAKIM (409111003)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui apakah terdapat pengaruh positif dan berarti antara model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di SMP Negeri 2 Berastagi Tahun Ajaran 2013/2014. (2) Mengetahui Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) lebih baik dari pembelajaran Langsung terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di SMP Negeri 2 Berastagi T.A 2013/2014.
Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Berastagi Tahun Ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 9 kelas. Sedangkan sampel dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelas : 40 orang siswa dikelas VII-3 sebagai kelas eksperimen dengan model pmbelajaran kooperatif tipe STAD dan 40 orang pada kelas VII-2 sebagai kelas control dengan model pembelajaran konvensional. Instrumen penelitian untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika siswa digunakan tes essay dengan jumlah soal sebanyak 5 soal pretes dan 5 soal posttes. Sebelum teknik analisis digunakan terlebih dahulu uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas data. Uji normalitas diuji dengan uji Liliefors sedangkan uji homogenitas diuji dengan uji F. Dari pengujian yang dilakukan diperoleh bahwa kedua sampel berdistribusi normal dan homogen. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji-t pada taraf= 0,05.
Hasil penelitian diperoleh thitung > ttabel yaitu 7,4083 > 1,667. Hal ini
berarti bahwa terima Ha atau tolak Ho. Maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematika yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari kemampuan pemecahan masalah matematika yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional di SMP Negeri 2 Berastagi Tahun Ajaran 2013/2014.
vi
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Identifikasi Masalah 7
1.3. Batasan Masalah 7
1.4. Rumusan Masalah 7
1.5. Tujuan Penelitian 8
1.6. Manfaat Penelitian 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis 10
2.1.1. Pengertian Belajar 10
2.1.2. Belajar Matematika 11
2.1.3. Pemecahan Masalah Matematika 12
2.1.4. Kemampuan Pemecahan Masalah 13
2.1.5.Model Pembelajaran Koperatif 17
2.1.5.1. Landasan Pemikiran 17
2.1.5.2. Tujuan dan Implikasi Positif Pembelajaran Kooperatif 18
2.1.5.3. Sintaks Pembelajaran Kooperatif 20
2.1.6.Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 21
2.1.7.Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran STAD 25
vii
2.1.7.2. Kelemahan Model Pembelajaran STAD 26
2.2. Materi Pelajaran 26
2.2.1. Pengertian Bilangan Bulat 26
2.2.2. Operasi Hitung Pada Bilangan Bulat 27
2.2.3. Opersi Hitung Campuran Pada Bilangan bulat 34
2.2.4. Penggunaan Operasi Hitung Bilangan Bulat Untuk
Menyelesaikan Masalah 35
2.3. Teori Yang Mendukung 36
2.4. Kerangka Konseptual 38
2.5. Hipotesis Penelitian 39
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 40
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 40
3.2.1. Populasi Penelitian 40
3.2.2. Sampel Penelitian 40
3.3. Variabel Penelitian 40
3.4. Definisi Operasional 40
3.5. Jenis dan Rancangan Penelitian 41
3.6. Prosedur Penelitian 42
3.7. Instrumen Penelitian 45
3.8. Tehnik Analisis Data 46
3.8.1. Menghitung Rata-Rata Skor 46
3.8.2. Menghitung Standard Deviasi 47
3.8.3. Uji Normalitas 47
3.8.4. Uji Homogenitas 48
3.8.5. Analisis Pengujian Hipotesis 48
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 51
4.1.1. Skor Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 51
viii
4.2. Uji Persyaratan Analisis Data 54
4.2.1. Uji Normalitas 54
4.2.2. Uji Homogenitas 55
4.2.3. Uji Hipotesis 55
4.3. Pembahasan Penelitian 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 58
5.2. Saran 58
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal 4
Tabel 1.2. Persentase Kesulitan Siswa pada Setiap Aspek 4
Tabel 2.1. Ikhtisar Model Pembelajaran Kooperatif 17
Tabel 2.2. Fase-fase Pembelajaran Kooperatif 20
Tabel 2.3. Ikhtisar Pembelajaran Kooperatif tipe STAD 21
Tabel 2.4. Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 23
Tabel 2.5 Pedoman Pemberian Skor Individu 24
Tabel 3.1. Desain Penelitian 41
Tabel 3.2. Cara Pemberian Skor 45
Tabel 4.1. Data skore Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 51
Tabel 4.2. Data skore Posttes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 53
Tabel 4.3. Ringkasan Hasil Uji Normalitas 54
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian 44
Gambar 4.1. histogram hasil pemberian Pretes pada kelas eksperimen 52
dan kelas kontrol
Gambar 4.2. histogram hasil pemberian posttes pada kelas eksperimen 54
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP I Pembelajaran Model STAD 62
Lampiran 2 RPP II Pembelajaran Model STAD 66
Lampiran 3 RPP I Pembelajaran Konvensional 69
Lampiran 4 RPP II Pembelajaran Konvensional 72
Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa 1 74
Lampiran 6 Alternatif Penyelesaian LAS – 1 79
Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa 2 84
Lampiran 8 Alternatif Penyelesaian LAS – 2 91
Lampiran 9 Lembar Aktivitas Siswa 3 98
Lampiran 10 Alternatif Penyelesaian LAS – 3 105
Lampiran 11 Pedoman Pemberian Skor 112
Lampiran 12 Kisi – Kisi Pretes 113
Lampiran 13 Kisi – Kisi Posttes 114
Lampiran 14 Pretes 115
Lampiran 15 Alternatif Jawaban Pretes 117
Lampiran 16 Posttes 122
Lampiran 17 Alternatif Jawaban Posttes 124
Lampiran 18 Skala Penilaian Pengamat 129
Lampiran 19 Daftar Validator Soal Pretes dan Posttes Siswa 131
Lampiran 20 Lembar Penilaian Validator (Pretes) 132
Lampiran 21 Hasil Analisis Kesepakatan Pengamat (Pretes) 135
Lampiran 22 Lembar Penilaian Validator (Posttes) 137
Lampiran 23 Hasil Analisis Kesepakatan Pengamat (Posttes) 140
Lampiran 24 Data Pretes dan Posttes untuk Data Kelas Eksperimen 142
Lampiran 25 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, dan Varians Data
Pretes Kelas Eksperimen 143
Lampiran 26 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, dan Varians Data
Posttes Kelas Eksperimen 144
xii
Lampiran 28 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, dan Varians Data
Pretes Kelas Kontrol 146
Lampiran 29 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, dan Varians Data
Posttes Kelas Kontrol 147
Lampiran 30 Uji Normalitas Data Pretes dan Posttes pada Kelas Eksperimen 148
Lampiran 31 Uji Normalitas Data Pretes dan Posttes pada Kelas Eksperimen 151
Lampiran 32 Prosedur Perhitungan Uji Homogenitas Data 153
Lampiran 33 Pengujian Hipotesis 156
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan, pendidikan memegang peran penting karena pendidikan
merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber
daya manusia (SDM). Mempersiapkan SDM yang benar-benar unggul dan dapat
diandalkan dalam menghadapi persaingan bebas di segala bidang kehidupan yang
kian ketat sebagai akibat dari globalisasi dunia, merupakan tugas semua pihak.
Penanganannya harus dilakukan secara tepat, berkesinambungan dan terarah,
sehingga keterpurukan bangsa Indonesia dalam bidang pendidikan dapat teratasi
guna mencapai kejayaan bangsa.
Upaya yang tepat untuk menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas dan satu-satunya wadah yang dapat di pandang dan seyogiyanya
berfungsi sebagai alat untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang
bermutu tinggi adalah pendidikan. Pendidikan sangat penting bagi setiap individu
baik bagi kepentingan pribadi maupun dalam kedudukannya sebagai warga
negara. Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi manusia
yang demokratis dan bertanggung jawab.
Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung
kepada bagaimana aktivitas belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik.
Aktivitas belajar yang efisien mengandung arti bahwa belajar itu memperoleh
hasil yang sebaik-baiknya sesuai dengan tunjuan yang diharapkan. Hasil belajar
siswa merupakan salah satu bukti berhasilnya proses pendidikan.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari,
2
matematika dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, maka matematika perlu
dipahami dan dikuasai oleh segenap lapisan masyarakat. Cockroft (dalam
Abdurrahman, 2009 : 253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar
matematika:
(1) selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan , dan; (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Selain itu, Paling ( dalam Abdurrahman, 2009 : 252 ) juga menyatakan bahwa:
“Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan.”
Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah untuk mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah. Untuk itu, guru diharapkan dapat
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah sehingga siswa dapat
memecahkan masalah. Berdasarkan hasil belajar matematika, Lerner (dalam
Abdurrahman, 2003:253) mengemukakan bahwa: ”kurikulum bidang studi
matematika hendaknya mencakup tiga elemen, (1) konsep, (2) keterampilan, dan
(3) pemecahan masalah”. Dari kedua pernyataan diatas, salah satu aspek yang
ditekankan dalam kurikulum adalah meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah siswa.
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang
sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya,
siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman serta keterampilan yang sudah
dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat rutin.
Permasalahan dalam pembelajaran matematika adalah bagaimana caranya kita
menerapkan atau menyampaikan materi pelajaran agar siswa dapat memahami
3
2013 dengan salah satu guru matematika SMP Negeri 2 Berastagi ( Pak Jasa
Ginting ) yang menyatakan bahwa “Siswa mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal yang membutuhkan pemecahan masalah, jika soal yang
diberikan sedikit bervariasi maka siswa sulit mengerjakannya”. Hal ini
disebabkan kurangnya kreativitas siswa untuk menyelesaikan soal serta
kurangnya minat siswa dalam belajar matematika. Disamping itu, proses
pembelajaran yang dilakukan masih menerapkan model konvensional dan sangat
jarang menggunakan model kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD).
Observasi selanjutnya adalah pemberian tes diagnostik kepada 34 orang
siswa kelas VII-1 SMP Negeri 2 Berastagi yang berhubungan dengan pemecahan
masalah bentuk soal uraian. Siswa kesulitan memecahkan soal uraian seperti
berikut ini :
1. Sebuah kantor berlantai 20. Seorang karyawan mula-mula berada di lantai 8
kantor itu. karena ada suatu keperluan ia turun 4 lantai, kemudian naik 6
lantai. Di lantai berapakah karyawan itu sekarang berada?
2. Dalam suatu permainan ditentukan nilai tertinggi adalah 100, dan dalam
permainan tersebut dimungkinkan seorang pemain memperoleh nilai negatif.
Untuk 6 kali bermain seorang pemain memperoleh nilai berturut-turut -75, 80,
-40, 50, 90, dan -35. Hitunglah jumlah nilai pemain tersebut.
3. Jumlah tiga bilangan buat berurutan diketahui 12. Tentukan bilangan-bilangan
itu.
4. Dalam suatu tes, penilaian didasarkan bahwa jawaban benar diberikan nilai 2,
jawaban salah diberikan nilai -1, dan untuk soal yang tidak dijawab diberikan
nilai 0. Dari 30 soal, seorang siswa menjawab 25 soal dan 19 diantaranya
dijawab dengan benar. Berapakah nilai yang diperoleh siswa tersebut?
Berikut adalah hasil pengerjaan beberapa siswa yang melakukan kesalahan
4
Tabel 1.1 Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal yang berhubungan dengan pemecahan masalah. Berdasarkan
observasi ditemukan 5 aspek yang menjadi kesulitan siswa dalam menyelesaikan
soal pemecahan masalah seperti pada tabel 1.2 berikut.
Tabel 1.2: Persentase Kesulitan Siswa pada Setiap Aspek
Aspek Kesulitan Siswa Persentase
1. Membuat hal-hal yang diketahui dari soal
yang ada
2. Menentukan bagian yang perlu ditanya
11,76℅
16,66℅
No. Hasil Pekerjaan Siswa Analisis Kesalahan
1 Tidak mampu
2 siswa tersebut tidak
5
dari soal
3. Membentuk model matematika
4. Menyelesaikan soal dengan
menggunakan model matematika yang
telah ditentukan
5. Membuat kesimpulan
84,31℅
94,11℅
52,94℅
Dari tabel dapat disimpulkan bahwa secara umum siswa sulit membentuk
model matematika sebanyak 84,31℅,kesulitan menyelesaikan soal dengan
menggunakan model matematika sebanyak 94,11℅, hasil tes menunjukkan bahwa
siswa memperoleh nilai sedang sebanyak 5,89℅ dan rendah sebanyak 94,11℅
seperti tampak pada tabel 1.2.
Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
masih rendah padahal salah satu tujuan dari pembelajaran matematika saat ini
adalah meliputi kemampuan memahami masalah, merencanakan masalah,
melaksanakan masalah dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh.
Cara belajar aktif merupakan cara belajar yang dituntut dari siswa agar
mereka dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Oleh karena itu, guru dituntut
untuk mendorong siswa belajar secara aktif dan dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah dalam matematika yang merupakan faktor penting dalam
matematika. Seperti yang dikemukakan oleh Slameto (2003 : 31 ):
“Dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberikan kebebasan kepada siswa,untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri,belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri. Hal ini akan menimbulkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap apa yang akan dikerjakannya, dan kepercayaan kepada diri sendiri, sehingga siswa tidak selalu menggantungkan diri kepada orang lain.”
Jika siswa mampu memecahkan sendiri masalahnya maka pembelajaran
akan lebih bermakna. Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar
menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis,logis,teratur
dan teliti. Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan
6
kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip dan
generalisasi serta insight (tilikan akal) amat diperlukan.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa,
hendaknya guru berusaha melatih dan membiasakan siswa melakukan bentuk
pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajarannya, seperti memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengadakan perbincangan yang ilmiah guna
mengumpulkan pendapat, kesimpulan atau menyusun alternatif pemecahan atas
suatu masalah. Oleh karena itu guru perlu memilih pendekatan pembelajaran
yang tepat untuk mendorong siswa belajar melakukan pemecahan masalah
matematika.
Upaya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa yang direncanakan adalah melalui penerapan pembelajaran Kooperatif
tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Slavin (dalam Trianto,
2011:68) menyatakan bahwa, “Pada Student Teams Achievement Division
(STAD) siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang
merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku.”
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model
pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil
dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen.
Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi,
kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Guru menyajikan
pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikann bahwa
seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.
Dengan menerapkan model pembelajaran STAD, suasana belajar yang
ditimbulkan akan lebih terasa menyenangkan karena siswa belajar dan saling
bertukar pikiran dengan temannya sendiri. Selain itu,diharapkan juga siswa bisa
berpikir kreatif melalui interaksi dengan teman sehingga dapat menyelesaikan
masalah dengan sistematis.
Dari beberapa kutipan diatas menjelaskan begitu penting arti dan peranan
7
siswa. Sehubungan dengan permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul ” Pengaruh Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di SMP Negeri 2 Berstagi T.A 2013/2014 ”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah dapat
diidentifikasi sebagai berikut :
1. Guru masih mengajar menggunakan pendekatan tradisional (teacher
centered) yang memposisikan siswa sebagai objek pasif di dalam belajar.
2. Guru jarang menerapkan model pembelajaran Student Teams
Achievement Division (STAD) dalam pengajaran matematika khususya di
SMP Negeri 2 Berastagi.
3. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah.
4. Kurangnya minat siswa dalam belajar matematika.
1.3. Batasan Masalah
Melihat luasnya cakupan masalah yang teridentifikasi dibanding dengan
waktu dan kemampuan yang dimiliki penulis, agar penelitian ini terarah dan dapat
dilaksanakan maka peneliti membatasi masalah pada kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model Student
Teams Achievement Division (STAD).
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh positif dan berarti antara model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di SMP Negeri 2
8
2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) lebih baik dari pembelajaran Langsung terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di SMP Negeri 2
Berastagi T.A 2013/2014?
1.5. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui:
1. Apakah terdapat pengaruh positif dan berarti antara model pembelajaran
kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di SMP Negeri 2
Berastagi T.A 2013/2014.
2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) lebih baik dari pembelajaran Langsung terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di SMP Negeri 2
Berastagi T.A 2013/2014.
1.6. Manfaat Penelitian
Dengan diterapkannya tujuan penelitian ini, dapat diharapkan manfaatnya
sebagai berikut :
1. Bagi siswa
Sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa.
2. Bagi calon guru / guru matematika
sebagai sumber informasi dalam menentukan alternatif model pembelajaran
pada pokok bahasan Operasi Bilangan Bulat.
3. Bagi pihak sekolah
Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka perbaikan
9
4. Bagi peneliti
Sebagai bahan informasi sekaligus bahan pegangan bagi peneliti dalam
menjalankan tugas pengajaran sebagai calon pengajar di masa yang akan
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara statistik dengan menggunakan uji-t disimpulkan bahwa
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan pembelajaran
konvensional di SMP Negeri 2 Berastagi Tahun Ajaran 2013/2014, hal ini
dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis dimana thitung>ttabel (7,4083 >
1,667) (lampiran 32). Karena kemempuan pemecahan masalah
matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Division (STAD) lebih tinggi dibandingkan
dengan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar
dengan pembelajaran konvensional, maka model pembelajaran kooperatif
tipe STAD berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa di SMP Negeri 2 Berastagi T.A 2013/2014.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement
Division (STAD) lebih baik dari pembelajaran Langsung terhadap
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMP Negeri 2
Berastagi T.A 2013/2014 karena berdasarkan pengujian hipotesis
thitung>ttabel(7,4083 > 1,667) (lampiran 32).
5.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa pesan yang perlu
disampaikan antara lain:
1. Bagi sekolah dan guru dapat menjadikan model pembelajaran STAD
59
pemecahan masalah siswa khususnya pada pokok bahasan operasi
bilangan bulat.
2. Bagi siswa agar terlibat lebih aktif dalam pembelajaran seperti
mengeluarkan ide-ide. Sehingga pengetahuan yang didapatkan adalah
pengetahuan bermakna yang bukan sekedar hapalan yang selanjutnya
dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan soal-soal yang berkenaan dengan
pemecahan masalah matematika
3. Diharapkan kepada peneliti lainnya untuk melanjutkan bentuk penelitian
ini agar mendapatkan hasil yang lebih baik dan dapat sebagai bahan
60
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Adinawan,Cholik dan Sugijono. 2006.Matematika untuk SMP Kelas VII. Jakarta :
Erlangga.
Aunurrahman, (2010), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit CV. Alfabeta, Bandung.
FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2010), Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Matematika,FMIPA Unimed, Medan.
Gulo, W, (2002), Strategi Belajar Mengajar, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Hudojo, H., (1988), Mengajar Belajar Matematika, Depdikbud, Dirijen Dikti, P2LPTK, Jakarta.
Hudoyo, H., (1983),Strategi Belajar Mengajar,Proyek Pengembangan LPTK, Depdikbud, Jakarta.
Isjoni, H. 2009.Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Istarani. 2012.58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Media Persada
Lie, Anita. 2010.Cooperative Learning. Jakarta : PT Gramedia
Muhibbinsyah.2010. “Psikologi Pendidikan”. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
NCTM, (1989),Curicculum and Evaluation Standards for School Mathematics, Reston, VA : NCTM.
Nurhadi, (2004),Kurikulum 2004 (pertanyaan dan jawaban),Grasindo, Jakarta.
Nuharini, Dewi.2008.Konsep dan Aplikasinya. Jakarta : Pusat Perbukuan Dapertemen Pendidikan Nasional
61
Slameto. 2003. ”Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya”. Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana, (2005),Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Suyitno, A., (2007), Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I, Jurusan Matematika UNNES, Semarang.
Saleh Haji. http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=60176 &idc=38 (diakses 19 April 2013)
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Van de Walle, J.A., (2008),Mathematics Education In The Netherlands : A Guide