• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN JUMLAH INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DI PROVINSI SUMATERA UTARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN JUMLAH INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DI PROVINSI SUMATERA UTARA."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERTUMBUHAN JUMLAH INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Sains

Program Studi Ilmu Ekonomi

Oleh:

I M S A R

NIM: 8106162033

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

i ABSTRAK

Imsar. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jumlah Industri Besar dan Sedang di Provinsi Sumatera Utara. Tesis. Medan : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2013.

Berfluktuasinya jumlah industri besar sedang tiap tahunnya, tentunya akan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Utara. Banyak hal yang diduga mempengaruhi fluktuasi jumlah industri besar dan sedang di Prov. Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh PDRB, UMR riil, suku bunga kredit, dan jumlah penduduk terhadap pertumbuhan jumlah industri besar dan sedang di Provinsi Sumatera Utara secara simultan dan parsial. Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari BI dan BPS Provinsi Sumatera Utara yakni variabel PDRB harga konstan, UMR riil, suku bunga kredit, jumlah penduduk dan jumlah IBS di Provinsi Sumatera Utara secara

time series dari tahun 1994 s.d. 2011. Analisis data dilakukan dengan

menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan model estimasi regresi linear berganda dengan menggunakan bantuan program Eviews 5.1. Hasil dari penelitian ini secara simultan variabel PDRB, UMR riil, suku bunga kredit, dan jumlah penduduk tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan jumlah industri besar dan sedang di Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan secara parsial disimpulkan bahwa variabel UMR riil bernilai negatif dan signifikan; dan variabel jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan jumlah industri besar dan sedang di Provinsi Sumatera Utara. Selanjutnya untuk variabel PDRB bernilai positif tetapi tidak signifikan dan variabel suku bunga kredit bernilai negatif namun tidak signifikan terhadap pertumbuhan jumlah industri besar dan sedang di Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan terhadap pertumbuhan jumlah industri besar dan sedang di provinsi Sumatera Utara adalah jumlah penduduk. Kata Kunci: Jumlah Industri Besar dan Sedang, PDRB, UMR, Suku Bunga

(5)

ii ABSTRACT

Imsar. Analysis of Factors Affecting Growth in Number of Large and Medium Industries in North Sumatra province. Thesis. Medan: Medan State University Graduate School, 2013.

Fluctuation in the number of large industries are every year , of course, will affect employment in the province of North Sumatra. Many things are thought to affect large fluctuations in the industry are in the province of North Sumatra. This research aims to analyze the influence of GDP, the real minimum wage, interest rate, and number of residents to the growing number of large and medium industries in the province of North Sumatra simultaneously and partially. The data used are secondary data sourced from BI and BPS North Sumatra Province namely variables constant price GDP, the real minimum wage, interest rate, and number of inhabitants in the province of North Sumatra as a time series from 1994 till , 2011. Data analysis was performed using the method of OLS ( Ordinary Least Square ) with multiple linear regression models estimated with the help of Eviews 5.1 program. The results of this study simultaneously variable GDP, the real minimum wage, interest rate, and the population had no significant effect on the growth of the number of large and medium industries in the province of North Sumatra. While partially concluded that the real minimum wage variable is negative and significant effect, and a variable number of the population and a significant positive effect on the growth of the number of large and medium industries in the province of North Sumatra. Further to GDP variables have positive and negative affect lending rates, but no significant effect on the growth of the number of large and medium industries in the province of North Sumatra. The results also showed that the most dominant variables on the growth of the number of large and medium industries in the province of North Sumatra is the total population.

(6)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis dalam menuntut ilmu dan menyelesaikan penelitian tesis ini yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jumlah Industri Besar dan Sedang di

Provinsi Sumatera Utara”.

Selama melaksanakan penelitian dan penelitian tesis ini penulis banyak mendapat bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd. selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Dr. Dede Ruslan, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan atas pelayanan akademik yang diberikan kepada penulis.

4. Bapak Dr. Eko Wahyu Nugrahadi, M.Si selaku sekretaris Prodi yang telah memberikan perhatian dan atas pelayanan akademik yang diberikan kepada penulis.

(7)

iv

6. Bapak Prof. Dr. Zulkarnaen Lubis, M.Si. selaku Pembimbing II yang telah memberikan perhatian dan kesabaran dalam membimbing sejak awal hingga selesainya penulisan tesis ini.

7. Bapak Dr. H. Dede Ruslan, M.Si, dan Dr. H. Muhammad Yusuf, M.Si. selaku narasumber dan sekaligus dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan yang sangat berharga bagi penulis.

8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen program Studi Ilmu Ekonomi yang telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuan selama menempuh pendidikan di Program Sekolah Pascasarjana Unimed.

9. Kedua Orangtuaku, Bapak H. Awaluddin dan Ibundaku tercinta Hj. Nuraini yang telah mengasuh dan mendidik yang rela mengorbankan segalanya, yang selalu sabar dan penuh kasih sayang serta senantiasa memanjatkan untaian doanya untuk kebaikan penulis tanpa pernah mengharap balasan apapun. 10.Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan.

Penulis masih mengharapkan masukan maupun kritikan yang membangun dalam penelitian tesis ini. Akhirnya penulis menyadari bahwa karya belumlah sempurna, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan, pemerintahan dan masyarakat.

Medan, Agustus 2013 Penulis

(8)

v

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Jumlah Industri ... 18

2.2. Penelitian Sebelumnya ... 32

2.3. Kerangka Konseptual ... 33

3.4. Definisi Operasional... 37

3.6. Uji Klasik dan Signifikansi ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1. Perkembangan Pertumbuhan Jumlah Industri Provinsi Sumatera Utara dan Variabel yang Mempengaruhinya ... 44

4.1.1. Perkembangan Jumlah Industri di Prov. Sumut ... 44

4.1.2. Perkembangan Investasi Sektor Industri di Prov. Sumut ... 46

4.1.3. Perkembangan Jumlah Penduduk di Prov. Sumut ... 48

4.1.4. Perkembangan Suku Bunga Kredit di Prov. Sumut ... 50

4.1.5. Perkembangan UMR Riil di Prov. Sumut ... 52

4.2. Pembahasaan Hasil Estimasi Model Pertumbuhan Jumlah Industri Provinsi Sumatera Utara ... 54

4.2.1. Pemilihan Model... 54

4.2.2. Pembahasan Uji Ekonometrika ... 54

(9)

vi

4.2.4. Pembahasan Model Analisis... 58

4.2.5. Pembahasan Variabel Penelitian ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 66

5.2. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(10)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Perkembangan Jumlah IBS (JI), PDRB Harga Konstan (PDRBK), Upah Minimum Regional Riil (UMR), dan Suku Bunga Kredit

(SBK) ... 5

Tabel 3.1. Penentuan Autokorelasi Uji Durbin Watson ... 41

Tabel 4.1. Jumlah IBS Provinsi Sumatera Utara Tahun 1994-2011 ... 44

Tabel 4.2. PDRB Harga Konstan Provinsi Sumatera Utara Tahun 1994-2011. 46

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Tahun 1994-2011 ... 48

Tabel 4.4. Suku Bunga Kredit Provinsi Sumatera Utara Tahun 1994-2011 ... 50

Tabel 4.5. UMR Riil Provinsi Sumatera Utara Tahun 1994-2011 ... 52

Tabel 4.6. Korelasi Matriks dan Variance Inflating Factor ... 55

Tabel 4.7. Uji Autokorelasi ... 56

(11)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Perkembangan Persentase Jumlah IBS, PDRB Harga Konstan, Upah Minimum Regional Riil, dan Suku Bunga Kredit di

Provinsi Sumatera Utara Tahun Amatan 1995-2011 ... 6

Gambar 2.1. Kurva Tingkat Bunga dan Investasi ... 24

Gambar 2.2. Kekakuan Upah Menyebabkan Pengangguran Struktural ... 30

Gambar 2.3. Kerangka Konseptual ... 33

Gambar 4.1. Jumlah Industri Besar Sedang Prov. Sumut Tahun 1994-2011 ... 45

Gambar 4.2. PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun 1994-2011 ... 47

Gambar 4.3. Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Tahun 1994-2011 ... 49

Gambar 4.4. Suku Bunga Kredit Provinsi Sumatera Utara Tahun 1994-2011 .... 51

Gambar 4.5. UMR Riil Provinsi Sumatera Utara Tahun 1994-2011 ... 53

(12)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data Hasil Penelitian ... 70

2. Hasil Pengujian Hipotesis... 71

3. Hasil Uji Normalitas ... 72

4. Hasil Uji Autokorelasi ... 73

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki 419 pulau. Total luas Propinsi Sumatera Utara sebesar 72.981,23 km2 yang dibagi menjadi 25 Kabupaten, 8 Kota, 325 Kecamatan dan 5.456 Kelurahan/Desa (BPS, 2011). Luasnya wilayah Provinsi Sumatera Utara, banyaknya kabupaten kota dan juga penduduk membuat Pemerintah Provinsi Sumatera Utara perlu giat dalam menyediakan modal untuk keperluan mempercepat proses pembangunan seperti membuka diri pada arus modal pihak swasta, baik swasta nasional maupun swasta asing untuk berinvestasi di daerah Provinsi Sumatera Utara.

Pembangunan ekonomi dalam jangka panjang yang diikuti pertumbuhan pendapatan, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, yaitu pergeseran dari ekonomi tradisional dengan pertanian sebagai sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor non primer seperti sektor industri. Jika hal ini dikaitkan dengan kondisi di Provinsi Sumatera Utara, luasnya wilayah dan kayanya hasil pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, dan hasil hutan merupakan modal bagus untuk menyokong sektor industri manufaktur atau industri pengolahan. Sektor industri manufaktur merupakan sektor yang bergerak dibidang pengolah bahan baku atau pengolahan bahan mentah yang mempunyai daya

(14)

2

serap tenaga kerja yang dapat menambah nilai tambah terhadap pertumbuhan perekonomian di Provinsi Sumatera Utara.

Klasifikasi industri besar dan sedang menghasilkan konstribusi terhadap PDRB yang lebih besar dibandingkan dengan klasifikasi industri kecil dan mikro. Akan tetapi klasifikasi industri kecil dan mikro menghasilkan daya serap tenaga kerja lebih besar dibandingkan dengan klasifikasi industri besar dan sedang.

Industri besar dan sedang dibagi menjadi 9 golongan yakni (1) Industri makanan, mimuman dan tembakau; (2) Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit; (3) Industri kayu, parabot rumah tangga; (4) Industri kertas, percetakan dan penerbit; (5) Industri kimia, batubara, karet dan plastik; (6) Industri barang galian bukan logam kecuali minyak bumi dan batubara; (7) Industri logam dasar; (8) Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya; (9) lndustri pengolahan lainnya. (BPS Sumut, 2011:240)

(15)

3

Peningkatan jumlah PDRB diharapkan mampu memberikan harapan untuk terciptanya industri - industri baru. Namun tidak hanya dari segi kertersediaan investasi, melainkan masih banyak faktor yang diduga mempengaruhi dalam terciptanya suatu industri. Diduga suku bunga kredit, besaran upah, dan jumlah populasi konsumen yakni jumlah penduduk Prov. Sumatera Utara juga turut mempengaruhi terciptanya suatu industri.

Tingginya suku bunga kredit tentunya akan berdampak pada minat pelaku usaha untuk mengembangkan potensi sektor ekonomi. Hal ini bisa dimaklumi tingginya suku bunga kredit tentunya akan mengurangi laba yang diperoleh para pelaku usaha. Suku bunga kredit ini merupakan harga dari imbalan spekulasi penggunaan dana pinjaman kredit usaha. Hal ini mengindikasikan semakin tinggi tingkat suku bunga kredit, maka semakin tinggi tingkat resiko usaha untuk mengembangkan keuntungan. Para pelaku usaha tentunya akan enggan melakukan ekspansi usaha ataupun pendirian usaha baru jika suku bunga kredit semakin tinggi.

Selain itu, besaran upah juga diduga turut andil dalam terciptanya indutri baru. Tingginya upah karyawan tentunya akan meningkatkan biaya produksi industri yang tentunya menurunnya laba industri. Ekspektasi seperti ini tentunya akan membuat dilema para pelaku usaha untuk mengembangkan atau menciptakan industri baru.

(16)

4

indutri baru. Tingginya pangsa pasar tentunya akan menggiatkan para pelaku usaha untuk mencoba peruntungan baru dalam mengembangkan sektor industri potensial. Ekspektasi seperti ini tentunya akan menggiatkan minat para pelaku usaha untuk mengembangkan atau menciptakan industri baru.

Namun perlu disadari, permasalahan terciptanya lapangan kerja sebenarnya bukan hanya menyangkut bagaimana ketersediaan PDRB, investasi atau permasalahan bidang ekonomi, melainkan juga permasalahan di bidang sosial. Timbul sebuah pernyataan apakah lapangan kerja yang ada cukup mampu memberi upah yang layak bagi masyarakat. Dari permasalahan ini diungkapkan bahwa faktor yang mempengaruhi jumlah industri adalah ditinjau dari segi PDRB, upah minimum regional (UMR), suku bunga kredit, dan jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara. Namun PDRB yang digunakan dalam penelitian ini merupakan PDRB harga konstan karena dianggap lebih riil dan lebih stabil dari tahun ketahunnya. Sedangkan UMR yang digunakan dalam penelitian ini merupakan UMR riil yang telah dibagi dengan Indek Harga Konsumen (IHK) ditiap tahunnya sehingga harga tersebut lebih sesuai dengan PDRB harga konstan.

(17)

5

Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah IBS (JI), PDRB Harga Konstan (PDRBK), Upah

Minimum Regional Riil (UMR), dan Suku Bunga Kredit (SBK)

OBS UMR % SBK % PDRBK % JP % JI %

1994 98.000 - 16,77 - 61. 942.215,02 - 10.981.100 - 1.107 -

1995 110.000 12,24 16,86 0,54 62.696.659,27 4,53 11.145.300 1,50 1.146 3,52

1996 123.000 11,82 17,02 0,95 66.642.724,54 4,57 11.306.300 1,44 1.158 1,05

1997 150.500 22,36 18,49 8,64 72.079.644,70 0,51 11.463.400 1,39 1.088 -6,04

1998 174.000 15,61 25,09 35,69 64.221.278,70 -2,54 11.754.100 2,54 1.017 -6,53

1999 210.000 20,69 21,61 -13,87 65.881.674,72 3,88 11.955.400 1,71 1.007 -0,98

2000 254.000 20, 95 18,40 -14,85 69.063.621,13 0,35 11.513.973 -3,69 984 -2,28

2001 340.500 34,06 19,15 4,08 71.906.360,00 3, 98 11.722.397 1,81 947 -3,76

2002 464.000 36,27 18,81 -1,78 75.189.140,00 4,56 11.847.075 1,06 959 1,27

2003 505.000 8,84 16,18 -13,98 78.805.608.56 4,80 11.890.399 0,37 919 -4,17

2004 537.000 6,34 14,32 -11,50 83.328.948,58 5,73 12.123.360 1,96 969 5,44

2005 600.000 11,73 15,71 9,71 87.897.790,00 5,48 12.326.678 1,68 922 -4,85

2006 737.794 22,97 15,36 -2,23 93.347.400,00 6,19 12.643.494 2,57 1.218 32,10

2007 761.000 3,15 13,47 -12,30 99.792.270.00 6, 90 12.834.371 1,51 1.185 -2,71

2008 822.205 8,04 14,61 8,46 106.172.360,00 6,39 13.042.317 1,62 1.109 -6,41

2009 905.000 10,07 13,63 -6,71 111.559.220,00 5,07 13.248.386 1,58 1.079 -2,71

2010 965.000 6.,63 13,06 -4,18 118.640.900,00 6,34 12.982.204 -2,01 1.015 -5,93

2011 952.200 -1,33 14,18 8,58 126.590.000,00 6,70 13.103.596 0,94 987 -2,76

Sumber: BPS Prov. Sumut, (1994 s.d.2011)

(18)

6

Gambar 1.1. Perkembangan Persentase Jumlah IBS, PDRB Harga Konstan, Upah Minimum Regional Riil, dan Suku Bunga Kredit di Provinsi Sumatera Utara Tahun Amatan 1995-2011

Berdasarkan Tabel 1.1. di atas dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah industri besar dan sedang telah terjadi secara berfluktuasi. Penurunan jumlah industri terjadi dimulai pada masa awal krisis moneter tahun 1997 yang turun mencapai 6,04 persen dari jumlah tertinggi yakni 1.158 IBS pada tahun 1996 menjadi 1.088 IBS pada tahun 1997. Penurunan ini terjadi terus menerus secara berfluktuasi hingga mencapai titik momentumnya pada tahun 2006. Setidaknya dari tahun 1996 hingga 2005 telah terjadi penurunan sebesar 25,6 persen atau menurun sebanyak 236 industri. Sedangkan peningkatan tertinggi jumlah industri terjadi pada tahun 2006 yakni meningkat sebesar 32,1 persen dari 922 IBS menjadi 1.218 IBS atau meningkat sebesar 296 industri. (BPS Prov. Sumut, 2011)

(19)

7

Perubahan naik turunnya jumlah IBS ini tentunya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Jika jumlah IBS ini dikaitkan dengan investasi sektor industri, maka dapat diketahui bahwa kecenderungan semakin tinggi investasi, maka jumlah IBS akan semakin banyak. Peningkatan investasi akan meningkatkan modal untuk pembangunan industri baru. Peningkatan investasi sektor industri tentunya akan membuat modal pemerintah untuk mengembangkan sektor-sektor industri semakin besar, sehingga untuk mencapai semua tujuan tersebut diperlukan penyerapan tenaga kerja yang semakin banyak. Berdasarkan data BPS Prov. Sumut (2011) pada tahun 1992, peningkatan investasi sebesar 39,01 persen dari 273,8 milyar pada tahun 1991 menjadi 380,6 milyar pada tahun berikutnya. Ternyata hal ini sejalan dengan naiknya jumlah IBS sebesar 14,4 persen dari 875 industri pada tahun 1991 menjadi 1.001 industri. Namun ternyata tidak semua naik turunnya investasi diikuti dengan naik turunnya jumlah industri. Hal ini bisa diamati misalnya pada tahun 2003, naiknya investasi pada tahun tersebut sebesar 1.551,63 persen dari 274,25 milyar pada tahun 2002 menjadi 4.529,52 milyar, justru diikuti dengan turunnya jumlah industri sebesar 2,96 persen dari 947 industri menjadi 919 industri pada tahun 2003. (BPS Prov. Sumut, 2011). Hal ini menunjukkan adanya ketidakkonsistenan teori tentang investasi dengan kenyataan.

(20)

8

modal besar bagi industri disuatu daerah untuk memasarkan produknya, termasuk Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data BPS Prov. Sumut (2011) pada tahun 1992, meningkatnya jumlah penduduk sebesar 2,20 persen dari 10.454.686 orang pada tahun 1991 menjadi 10.685.200 orang pada 1992. Selain itu, turunnya jumlah penduduk juga diikuti dengan menurunnya jumlah industri. Hal ini misalnya terjadi pada tahun 2000, menurunnya jumlah penduduk sebesar 3,69 persen sebagai dampak dari suksesnya penyuluhan keluarga berencana (KB) di Provinsi Sumatera Utara dari 11.955.400 orang pada tahun 1999 menjadi 11.513.973 orang pada 2000. Namun ternyata tidak semua naik turunnya jumlah penduduk diikuti dengan naik turunnya jumlah pertumbuhan industri. Hal ini bisa diamati misalnya pada tahun 2008, naiknya jumlah penduduk pada tahun tersebut sebesar 1,62 persen justru diikuti dengan turunnya jumlah industri besar dan sedang sebesar 6,41 persen. Hal ini menunjukkan adanya ketidakkonsistenan bahwa naiknya jumlah penduduk dengan kenyataan pertumbuhan jumlah industri besar dan sedang di provinsi Sumatera Utara.

(21)

9

baru. Kenyataannya adalah UMR riil di Provinsi Sumatera Utara kian tahun kian meningkat hanya perkembangan peningkatannya yang berfluktuasi. Namun, apakah kenaikan UMR ini selalu diikuti dengan menurunnya jumlah industri, mungkin itulah yang perlu diketahui sesungguhnya. Secara umum kenyataannya naiknya UMR cenderung diikuti dengan turunnya jumlah industri besar dan sedang. Berdasarkan data BPS Prov. Sumut (2011) pada tahun 1997 s.d. 2003 dan 2007 s.d. 2010 dimana pada tahun tersebut UMR riil meningkat dan diikuti dengan menurunnya perkembangan jumlah industri. Namun ternyata tidak semua naiknya UMR riil diikuti dengan turunnya jumlah industri. Hal ini bisa diamati misalnya pada tahun 2006, naiknya UMR riil pada tahun tersebut sebesar 33,78 persen justru diikuti dengan naiknya jumlah IBS sebesar 32,1 persen atau meningkat sebesar 296 industri. Hal ini menunjukkan adanya ketidakkonsistenan UMR dengan kenyataan perkembangan jumlah IBS.

(22)

10

pertumbuhan sektor ekonomi disekitarnya. Kenyataannya, suku bunga kredit mencapai masa momentum tertinggi tahun 1998 dan setelah tahun tersebut sampai dengan tahun 2010 cenderung mengalami perbaikan dan penurunan tingkat suku bunga kredit sebesar 92,11 persen. Namun pertanyaannya adalah apakah kenaikan suku bunga kredit ini selalu diikuti dengan meningkatnya jumlah industri. Secara umum naiknya suku bunga kredit cenderung diikuti dengan turunnya jumlah industri besar dan sedang. Berdasarkan data BPS Prov. Sumut (2011) pada tahun 1998 dimana pada tahun tersebut suku bunga kredit meningkat sebesar 35,69 persen dari 18,49 persen pada tahun 1997 menjadi 25,09 persen. Peningkatan suku bunga kredit ini ternyata berbanding terbalik dengan penurunan jumlah IBS sebesar 6,53 persen atau berkurang sebesar 71 industri. Namun ternyata tidak semua naiknya suku bunga kredit diikuti dengan turun naiknya jumlah industri. Hal ini bisa diamati misalnya pada tahun 2007, turunnya suku bunga kredit pada tahun tersebut menjadi sebesar 13,47 persen justru diikuti dengan turunnya jumlah IBS sebesar 2,71 persen atau berkurang sebesar 33 perusahaan. Hal ini menunjukkan adanya ketidakkonsistenan bahwa suku bunga kredit dengan jumlah industri.

Berdasarkan uraian permasalahan-permasalahan diatas yang meliputi faktor-faktor pertumbuhan jumlah industri besar dan sedang di Provinsi Sumatera Utara seperti faktor PDRB harga konstan, UMR riil, suku bunga kredit, dan jumlah penduduk. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jumlah Industri Besar dan

(23)

11

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh PDRB harga konstan, UMR riil, suku bunga kredit, dan jumlah penduduk terhadap pertumbuhan jumlah industri besar dan sedang di Provinsi Sumatera Utara secara simultan dan parsial?”.

1.3. Tujuan Penelitian.

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh PDRB harga kont, UMR riil, suku bunga kredit, dan jumlah penduduk terhadap pertumbuhan jumlah industri besar dan sedang di Provinsi Sumatera Utara secara simultan dan parsial.

1.4. Manfaat Penelitian.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan jumlah industri besar dan sedang dan sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan sektor Industri di Provinsi Sumatera Utara.

2. Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan keilmuan mengenai industri besar dan sedang di Prov. Sumatera Utara. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi mahasiswa,

(24)

66

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara simultan keempat variabel tersebut menunjukkan nilai F-Stat yaitu 2,8286 dengan prob. sebesar 0.068745, sehingga Ho diterima yang berarti bahwa secara bersama-sama perubahan variabel investasi sektor industri, jumlah penduduk, suku bunga kredit, dan UMR tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan jumlah industri dan besar sedang di Provinsi Sumatera Utara pada taraf alpha 5 persen.

2. Secara parsial disimpulkan bahwa variabel PDRB harga konstan dan jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap pertumbuhan jumlah industri besar dan sedang, sedangkan variabel suku bunga kredit dan UMR riil berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan jumlah industri besar dan sedang di Provinsi Sumatera Utara.

3. Variabel PDRB harga konstan, jumlah penduduk, suku bunga kredit, dan UMR riil hanya mampu menjelaskan model pertumbuhan jumlah industri besar sedang di Provinsi Sumatera Utara sebesar 46,53 persen. Serta sisanya 53,47 persen dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. 4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan

berpengaruh terhadap pertumbuhan jumlah industri besar dan sedang di provinsi Sumatera Utara adalah jumlah penduduk.

(25)

67

5.2. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hendaknya Pemerintah harus lebih memperhatikan tingkat keamanan, keadaan politik yang kondusif, menghilangkan pungli dan sistem administrasi yang berbelit-belit guna menggiatkan iklim investasi baik asing maupun dalam negeri untuk mengembangkan usahanya di Provinsi Sumatera Utara sehingga dapat meningkatkan jumlah industri dan membuka kesempatan kerja. 2. Hendaknya Pemerintah perlu memperhatikan permasalahan yang lebih riil di masyarakat bukan hanya sekedar bagaimana menciptakan lapangan kerja atau pertumbuhan jumlah industri baru melainkan juga memperhatikan apakah lapangan kerja yang ada cukup mampu memberi upah yang layak bagi masyarakat Provinsi Sumatera Utara mengingat inflasi setiap tahunnya terus meningkat.

(26)

68

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin, 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : STIE YKPN Boediono, 2001. Ekonomi Makro, Penerbit BPFE UGM-Yogyakarta.

Dornbusch, R dan Fischer, Stanley. 1997. Makro Ekonomi, Edisi 4. Jakarta : Erlangga.

Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Cetakan pertama. Jakarta : Erlangga. . 2001. Perekonomian Indonesia. Cetakan Kelima. Jakarta : Erlangga. Gujarati, Damodar N. 2006. Ekonometrika Dasar. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hutasuhut, Saidun. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Pertumbuhan Indutri Nonmigas di Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 1 Januari 2006. Medan.

Madura, Jeff. 2006. Keuangan Perusahaan Internasional, Edisi Kedelapan. Jakarta : Salemba Empat.

Karl,E Case dan Fair, C Rai. (2001). Prinsip-prinsip Ekonomi Makro. Jakarta : Prenhalindo

Kartasapoetra G. 2000. Makro Ekonomi, Edisi Kedua, Cetakan Keempat Belas. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

. 2000. Praktik Pengelolaan Koperasi. Jakarta: Rineka Cipta. Kuncoro, Haryo. 2002. Upah Sistem Bagi Hasil dan Penyerapan Tenaga

Kerja. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 7 No. 1.

Lipsey, RG, Steiner, P.O dan Purvis, D, D. 1995. Pengantar Mikro Ekonomi. Jakarta : Erlangga.

Mankiw, N, Gregory. 2003. Teori Ekonomi Makro, Alih Bahasa: Imam Nurmawan. Erlangga. Jakarta.

(27)

69

Purba, Abdillah Harja. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Industri Kecil Di Kota Medan. Tesis. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Putra, Harry Dharma. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Argoindustri di Kota Medan. Tesis. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Sudarsono, 1990. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Jakarta : LP3S. Sudarsono, 2005. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: LP3ES.

Sumarsono. 2003. Perekonomian Indonesia: Teori dan Temuan Empiris. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Kelima. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Gambar

Tabel   1.1.  Perkembangan Jumlah IBS (JI), PDRB Harga Konstan (PDRBK),   Upah Minimum Regional Riil (UMR), dan Suku Bunga Kredit
Gambar     1.1.  Perkembangan Persentase Jumlah IBS, PDRB Harga Konstan,                    Upah Minimum Regional Riil, dan Suku Bunga Kredit di
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah IBS (JI), PDRB Harga Konstan (PDRBK), Upah
Gambar 1.1. Perkembangan Persentase Jumlah IBS, PDRB Harga Konstan, Upah Minimum Regional Riil, dan Suku Bunga Kredit di Provinsi Sumatera

Referensi

Dokumen terkait

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui sisa klor dari sodium hipoklorit yang telah ditambahkan pada air reservoir di PDAM Tirtanadi IPA Hamparan Perak.. Pemeriksaan

 Laboratorium klinik umum utama, yaitu laboratorium yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik dengan kemampuan pemeriksaan lebih. lengkap dari laboratorium klinik

Kalian sudah mengetahui nama dan lokasi tempat tersebut. Bisa kalian lihat pada gambar, bahwa sumber daya alam di tempat tersebut sangat beragam, seperti gunung bromo selain sebagai

Sebuah tanda adalah semua hal yang dapat diambil sebagai penanda yang mempunyai. arti penting untuk menggantikan sesuatu yang lain, sesuatu yang lain itu

Apakah ada pengaruh model pembelajaran reciprocal teaching (terbalik) terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa pada materi turunan fungsi atau

Entity Relationship Diagram merupakan diagram yang dipergunakan untuk menggambarkan hubungan antara entity dalam suatu sistem yang akan dikembangkan pada

Praperadilan telah diatur dalam Pasal 1 butir 10 jo Pasal 77 Kitab Undang- undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang menyatakan bahwa, Praperadilan. adalah wewenang

Hendro Gunawan, MA