SISTEM PENGETAHUAN TRADISIONAL
BUDIDAYA PERTANIAN PADI PADA MASYARAKAT KARO
DI DESA NEGERI GUGUNG KECAMATAN SIBOLANGIT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Antropologi
OLEH :
Lamhot Turnip
NIM. 309122031
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Lamhot Turnip, Nim : 309122031, Sistem Pengetahuan Tradisional Budidaya Pertanian Padi pada Masyarakat Karo di Desa Negeri Gugung Kecamatan Sibolangit. Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Penelitian ini mengenai sistem pengetahuan tradisional budidaya pertanian padi pada masyarakat Karo di Desa Negeri Gugung, Kecamatan Sibolangit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sistem pertanian padi menurut tradisi masyarakat Karo di desa Negeri Gugung, untuk mengetahui pengetahuan tradisional yang berkaitan dengan budidaya padi, untuk mengetahui alasan masyarakat mempertahankan bibit lokal serta mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem pertanian padi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi yang didasarkan pada penelitian lapangan, menyajikan data-data yang bersifat hakiki, bahannya dihimpun berdasarkan pengamatan mendalam dan terlibat. Peneliti terlibat langsung dengan kegiatan budidaya pertanian padi, ikut memanen padi, dan melakukan wawancara dengan petani sekaligus membuat catatan-catatan lapangan tentang sistem pengetahuan tradisional dalam budidaya pertanian padi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan,peneliti mendapatkan bahwa masyarakat desa Negeri Gugung memiliki banyak pengetahuan tradisional seperti tentang alam, waktu, flora,fauna dan musim. Pengetahuan tersebut diwujudkan dalam sistem pertanian padi. Proses budidaya pertanian padi yang masih tradisional, pemanfaatan bibit lokal. Serta belum ada memakai mekanisasi dan tidak menggunakan pupuk dan obat-obatan industri. Namun demikian, masyarakat Negeri Gugung tidak luput dari perubahan-perubahan seperti berkurangnya kebiasaan lama seperti kepercayaan kepada hal mistik, proses penggilingan padi dengan mesin, petani sudah menanam aneka ragam tanaman,sistem gotong royong yang lama berubah menjadi sifatnya upahan.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa masyarakat Negeri Gugung memiliki banyak pengetahuan tradisional yang diwariskan turun-temurun dan masih dilaksankan hingga saat ini meskipun sudah mulai adanya perubahan-perubahan.
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat
dan kasih karuniaNya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di
Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Medan Dalam memenuhi persyaratan maka penulis telah menyusunnya dengan
judul “sistem pengetahuan tradisional budidaya pertanian padi pada masyarakat
Karo di desa Negeri Gugung, Kecamatan Sibolangit.
Penulis berharap tulisan ini bisa bermafaat kepada semua pihak yang
membacanya baik untuk tujuan pemahaman maupun untuk penelitian lebih lanjut.
Meskipun demikian, penulis juga berharap untuk diberikan saran masukan yang
baik dan berguna agar menjadi lebih.
Dalam penyusunan skripsi ini, tentunya melibatkan berbagai pihak. Maka
penulis ingin mengucapkan terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya serta
dukungan yaitu kepada :
1. Bapak Rektor Unimed, Prof.Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.S
2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial Unimed, Dr. H. Restu M.S
3. Ibu ketua Prodi Pendidikan Antropologi FIS Unimed, Dra.
Puspitawati, M.Si sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing di dalam mengikuti perkuliahan.
4. Ibu Dra. Nani Rusmini,M.Si, yang pernah menjadi dosen pembimbing
akademik saya sebelum pensiun, saya bangga menjadi mahasiswa
5. Dr. Phil. Ichwan Azhari, M.S sebagai dosen pembimbing skripsi yang
telah banyak memberikan pikiran kritis dan ilmu yang sangat
berkualitas dan motivasi demi tercapainya karya ilmiah ini. Terima
kasih Pak, semoga Bapak selalu sukses dalam setiap aktivitas.
6. Dra. Trisni Andayani M.Si dan Rosramadhana M.Si sebagai dosen
penguji. Terima kasih atas saran dan masukan dalam penyusunan
skripsi ini.
7. Bapak Drs. Tumpal Simarmata M.Si. , Ibu Murni Eva Marlina
Rumapea, M.Si yang selalu memberikan semangat, motivasi kepada
saya dan dukungan materil.
8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang berada di Prodi Pendidikan
Antropologi FIS Unimed, atas didikan dan pengajaran yang semakin
berkembang.
9. Kepada Bapak Barus selaku informan kunci saya, tanpa kenal lelah
mengantar ke lapangan dan memberi data yang banyak, seluruh
informan yang sudah dicantumkan namanya di lampiran, semoga sehat
selalu dan dilimpahkn rejeki melalui tanaman padinya.
10.Bapak Kosmas Bangun dan Daniel Bangun, selaku Kepala Desa dan
Sekretaris desa yang telah bersedia mengizinkan saya meneliti di di
daerahnya dan data-data kependudukan.
11.Ibu saya, I. Br Tarigan, terima kasih atas dukungan dan materil yang
disediakan. DIBATA Si Masu-Masu Pendahindu Nande, labo ku
sekolahku.Kepada Abang saya, Pdt. Dasma Sejahtera Turnip, S.Th,
dan Adikku Ebenaizer Turnip.
12.Sahabat tim JJS : Amicus Malthus R. Lumban Gaol S.Pd. Amicus
Mamopar Manalu, S.Pd. Amicus Alex Bernando H. Panjaitan, S.Pd.
Damu Roi S. Nasution, S.Pd. Yuda G. Dermawan S. Pd.
13.Teman-teman yang seperjuangan di Prodi Pend.Antropologi 2009 yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
14.Abangda dan kakanda Pend. Antropologi 2008, adinda Pend.
Antropologi 2010, 2011, 2012, terima kasih atas doanya.
15.Nova br Sembiring, telah memberikan motivasi dan semangat selama
penyusunan skripsi ini.
16.Teman-teman PPL-T SMA SW GBKP Kabanjahe, Karo, atas
kerjasama dan semangat solidaritas
Medan, 22 Juli 2013
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan ………....i
Lembar Persetujuan dan Pengesahan ………...ii
Pernyataan Keaslian Tulisan ………..iii
Abstrak ………..iv
Kata Pengantar ………...v
Daftar Isi ………....vii
Daftar Tabel ………..x
Daftar Gambar ………..xi
Bab I Pendahuluan : 1.1.Latar Belakang Masalah ……….…….1
1.2.Identifikasi Masalah ….……….…….4
1.3.Pembatasan Masalah ……….……….…….5
1.4.Perumusan Masalah ……….……….…….5
1.5.Tujuan Penelitian ……….……5
1.6.Manfaat Penelitian ………...6
Bab II. Kajian Pustaka 2.1. Penelitian Relevan ………7
2.2.Budidaya Pertanian Padi di Sawah ………..…….9
2.3.Masyarakat dan Kebudayaan ……….10
2.4.Sistem Pengetahuan Tradisional ……….13
2.5.Kearifan Lokal ……….……….17
2.7.Perubahan Sosial Budaya …….……….23
2.8.Kerangka Berpikir ……….……….24
Bab III. Metode Penelitian 3.1.Jenis Penelitian ……….26
3.2.Lokasi Penelitian ……….29
3.3.Menetapkan Informamn ……….30
3.4.Teknik Pengumpulan Data ……….31
3.5.Teknik Analisa Data ……….33
Bab IV. Pembahasan dan Analisis 4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……….34
4.2. Sistem Pengetahuan Tadisional ……….42
4.3.Sistem Pertanian Tradisional dalam Budidaya Padi ….…46 4.4.Masyarakat Tetap Mempertahankan Bibit Lokal .……86
4.5.Perubahan Yang Terjadi dalam Budidaya Pertanian Padi ...95
Bab V. Kesimpulan dan Saran 5.1.Kesimpulan ……….….98
5.2.Saran ..……….….101
Daftar Pustaka
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data Penduduk Tahun 2011 ………35
Tabel 2 Nama Padi Lokal ………59
Tabel 3 Identifikasi Padi Lokal ………91
DAFTAR GAMBAR
1. Proses Membabat ………56
2. Bergotong Royong untuk Mencangkol ………57
3. Pagar Bambu ………67
4. Wayah-Wayah ………69
5. Wayah-Wayah ………69
6. Lesung ………73
7. Syarat Padi 11 Batang ………75
8. Lukuten (Tempat Pengumpulan Padi) ………76
9. Penjemuran Padi ………78
10.Merontokkan Padi (Pas-Pas) ………79
11.Merontokkan Padi Menginjak ………79
12.Proses Penganginan di Batar-Batar ………80
13.Padi di dalam Goni ………81
14.Ayan atau Kaleng ………84
15.Ketam dan Sabit ………85
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya
banyak didukung oleh sektor pertanian. Sebagian besar penduduk
Indonesia adalah hidup di daerah pedesaan dan pada umumnya bermata
pencaharian sebagai petani. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
terutama kebutuhan primer, para petani memperolehnya dari hasil
pertaniannya agar kebutuhan dapat terpenuhi sebagaimana mestinya.
Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang hidup
dalam lingkup budayanya masing-masing. Budaya yang beranekaragam
ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat
yang majemuk yang tersusun dan terbagi dan juga berdiri sendiri serta
terkait dalam ikatan kekeluargaan. Kemajemukan masyarakat Indonesia
itu ditandai oleh adanya kelompok bangsa yang mempunyai cara-cara
hidup (tradisi) kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat suku
bangsanya sendiri-sendiri.
Kehidupan masyarakat dimanapun berada tidak pernah terlepas
dari kebudayaan, sebab kebudayaan ada karena adanya masyarakat
sebagai pendukungnya. Masyarakat itulah sebagai pencipta dari
kebudayaan, yang mana kebudayaan itu sendiri dapat dikatakan sebagai
hasil karya manusia. Salah satu unsur kebudayaan itu yakni sistem
2
Salah satu upaya manusia untuk mempertahankan dan
mengembangkan budayanya adalah kemampuannya untuk
mengembangkan sistem pengetahuan. Melalui sistem pengetahuan,
manusia mampu beradaptasi untuk menyesuaikan diri atau hidupnya
dengan alam sekitarnya. Di samping itu, manusia juga mampu
meningkatkan produktivitas kebutuhan hidupnya melalui sistem
pengetahuan tersebut.
Tiap masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam, tentang
segala tumbuh-tumbuhan, binatang, benda dan manusia di sekitarnya yang
berasal dari pengalaman-pengalaman mereka. Dengan demikian maka
setiap masyarakat memiliki keunikan tersendiri dalam menanggapi suatu
hal atau memperhatikan kejadian-kejadian di lingkungan sekitarnya karena
adanya pengetahuan yang diwariskan oleh nenek moyang mereka sebagai
pendahulu. Sebagai contoh bahwa masyarakat Karo dikenal dari
pengobatan tradisionalnya yang sangat ampuh dalam mengobati patah
tulang yang tidak banyak diketahui masyarakat di luar Karo. Racikan dari
obat tersebut, malah kadang lebih bagus dari hasil medis. Hal ini
menandakan bahwa ada pengetahuan tersendiri dalam masyarakat Karo
terkait dengan pengobatan tradisional dan masih dipakai hingga saat ini.
Dalam melakukan kegiatannya, manusia terkadang meletakkan
persoalan pada kebiasaan yang telah lama yang diterima sebagai
kebenaran dalam kelompok mereka. Misalnya penentuan hari baik dalam
3
ditanam, termasuk pantangan yang harus dielakkan. Dalam masyarakat
tradisional, hal demikian wajar karena pengetahuan pertanian masih
sebatas itu.
Setiap masyarakat sudah pasti memiliki cara-cara yang berbeda
dalam pengelolaan pertanian padi. Meskipun pada prinsipnya tujuan yang
ingin dicapai adalah sama. Begitu juga dengan masyarakat Karo yang ada
di desa Negeri Gugung Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deliserdang,
mereka masih mengenal sistem pertanian padi yang bersumber dari
pengetahuan mereka yang berdasarkan nilai-nilai luhur.
Masyarakat Karo di desa Negeri Gugung yang pada umumnya
bermata pencaharian sebagai petani. Mereka memiliki lahan pertanian
sawah yang terletak di lereng-lereng perbukitan. Adapun lahan pertanian
tegalan atau yang tadah hujan, dalam bahasa setempat disebut juma hanya
pada lahan yang sempit di bagian paling atas perbukitan. Jauh lebih luas
lahan pertanian sawah dibanding tegalan.
Padi merupakan tanaman yang utama di desa Negeri Gugung.
Mereka menanam padi sekitar bulan Agustus maupun September setiap
tahunnya dan panen sekitar bulan Maret. Seperti itulah siklus menanam
padi di desa tersebut, sehingga hanya satu kali dalam setahun bisa
menanam padi. Terkait dengan budidaya padi, bahwasanya masyarakat
setempat memiliki sistem pengetahuan yang tersendiri dan memiliki
perbedaan dengan masyarakat di luar desa tersebut. Bahkan ketika saya
4
sudah lebih modern dalam hal bercocok tanam padi. Baik dari segi
penggunaan bibit hingga proses pengelolaan.
Masyarakat desa Negeri Gugung, hingga saat ini masih
menggunakan bibit lokal dan memiliki beberapa ritus-ritus tertentu dalam
beberapa tahapan atau proses pengelolaan padi secara tradisional.
Masyarakat ini memiliki pengetahuan tentang kapan masa pembibitan,
benih yang seperti apa yang cocok dan bagus, hingga penyimpanan padi.
Bercocok tanam padi yang masih dikelola secara tradisional
dengan bibit yang jenis lokal di Desa Negeri Gugung tersebut menurut
saya baik untuk diteliti. Bagaimana pengelolaan secara tradisi menurut
pengetahuan yang mereka miliki, mengapa masyarakat tetap
mempertahankan jenis bibit lokal yang usinya hampir setahun dibanding
padi jenis baru yang sekitar 3 bulan, perubahan seperti apa yang sudah di
alami oleh mereka dalam pertanian padi Selain itu juga, bagaimana
masyarakat itu menggunakan alat-alat dan mengantisipasi serangan hama
maupun burung pemakan padi membuat saya tertarik melakukan
penelitian di daerah tersebut.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, adapun masalah yang
ditemukan adalah :
1. Sistem pengetahuan tradisional budidaya pertanian padi pada
masyarakat Karo di desa Negeri Gugung.
5
3. Masyarakat desa Negeri Gugung melestarikan tradisi budidaya padi
tersebut.
4. Adanya perubahan dalam pengelolaan budidaya padi.
1.3. Pembatasan Masalah
Untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dan banyaknya
masalah yang teridentifikasi, maka saya membatasi masalahnya pada
sistem pengetahuan tradisional budidaya pertanian padi pada
masyarakat Karo di desa Negeri Gugung, Kecamatan Sibolangit.
1.4. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka rumusan masalahnya
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah sistem pengetahuan tradisional budidaya pertanian padi
pada masyarakat Karo di desa Negeri Gugung?
2. Mengapa masyarakat tersebut tetap mempertahankan penggunaan bibit
lokal?
3. Perubahan-perubahan apa saja yang terjadi dalam sistem pertanian
padi?
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana sistem pertanian padi menurut tradisi
masyarakat Karo di desa Negeri Gugung.
2. Untuk mengetahui pengetahuan tradisional yang berkaitan dengan
6
3. Untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem
pertanian padi.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
a. Manfaat Teoritis :
1. Menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang sistem
pengetahuan pertanian padi dalam tradisi masyarakat Karo.
2. Menambah informasi bagi masyarakat Karo dalam hal
pertanian padi.
3. Untuk memperkaya perpustakaan Unimed khususnya Fakultas
Ilmu Sosial.
b. Manfaat Praktis :
1. Menambah informasi bagi penyuluh pertanian di kabupaten
Deliserdang khususnya dan menggali kearifan lokal masyarakat
Karo.
98
BAB V
Kesimpulan dan Saran
5.1.Kesimpulan
5.1.1.Sistem Pertanian padi menurut tradisi masyarakat Karo
Sistem pertanian padi menurut tradisi masyarakat Karo yang berada di
Negeri Gugung meliputi proses pemilihan bibit, pengolahan tanah, penanaman
padi, pemeliharaan padi, pemberantasan hama dan pemanenan padi serta
penyimpanan padi di lumbung.
Proses pemilihan bibit padi dilakukan dengan memilih padi yang bernas,
panjang tangkai buahnya, kemudian dipanen, dijemur. Bibit padi dimasukkan ke
goni,lalu direndam, bibit yang tidak tenggelam, artinya ringan maka dibuang
saja. Hanya bibit yang tenggelam dipakai dan direndam selam 2-3 hari sampai
tumbuh seperti kecambah. Setelah itu disemaikan selama 40 hari. Setelah itu
bibit ditanam, dipelihara selama 7-8 bulan dengan menyiangi dan memberantas
hama serta memanen.
Alasan masayarakat mempertahankan bibit lokal seperti tahan terhadap
genangan air, umur yang relatif panjang (7-8 bulan), tanaman yang tinggi
batangnya, tangkai padi berada di atas sehingga memudahkan untuk pemanenan
dengan ani-ani, pemeliharaan yang tidak terlalu intensif, tahan terhadap
gangguan gulma, mampu menekan pertumbuhan gulma, rasa nasi yang enak
99
beras biasa, dalam pengusahaan padi lokal, petani tidak banyak mengeluarkan
biaya banyak karena kebutuhan unsur hara sebagian besar diperoleh dari pupuk.
5.1.2.Pengetahuan tradisional yang berkaitan dengan budidaya padi
Sistem pengetahuan tradisional dalam budidaya pertanian padi yang
dilakukan oleh masyarakat Negeri Gugung hingga saat ini masih bisa ditemukan.
Pertanian padi yang dilakukan secara tradisional dan juga bibit padi yang lokal
masih tetap dipertahankan.
Adapun pengetahuan tentang musim seperti musim tanam dilakukan
sekitar bulan Agustus dan September, karena bulan Agustus dan September
menurut biasanya mulai penghujan ,jadi cocok untuk mempersiapkan lahan dan
menanam padi, serta musim panen diperkirakan bulan Maret dan April karena
kemarau. Pada bulan Juni hingga Juli, tidak diadakan kegiatan budidaya padi
karena bulan tersebut kemarau yang disertai angin kencang. Pengetahuan
tentang tanah di Negeri Gugung, yang jika tanah sawah itu dipijak, kemudian
lengket di kaki, artinya tanah itu berat dan menandakan tanah subur, sebaliknya
jika tidak lengket di kaki maka ringan artinya tidak subur. Alasan demikianlah
maka di Negeri Gugung tidaklagi memerlukan pupuk industri.
Masyarakat Negeri Gugung memiliki pengetahuan tentang bagaimana
mengantisipasi serangan hama seperti tikus, burung, babi hutan. Pemberantasan
dan pencegahan yang dilakukan dengan alat sederhana. Adapunalat yang dibuat
yaitu wayah-wayah (orang-orangan), kap-kap (bambu belah) dan kaleng bekas.
Pada saat penganginan, maka masyarakat membakar batang padi yang sudah
100
penganginan, sampah-sampah padi tidak terbang kehadapan yang melakukan
penganginan.
5.1.3.Perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem pertanian padi
Adapun perubahan yang sudah mempengaruhi masyarakat petani
tradisional di desa Negeri Gugung seperti aktivitas pertanian :
a. Jenis tanaman yang ditanam tidak lagi bertumpu pada pertanian padi
saja.
b. Tidak banyak lagi mempergunakan kepercayaan lama dalam beberapa
tahapan proses budi daya padi.
c. Adanya keterbukaan petani terhadap dunia luar.
d. Sebagian petani telah menanam padi unggulan.
e. Dengan adanya mekanisasi dalam penggilingan padi menjadi beras,
maka lesung sudah tidak ada lagi dimanfaatkan.
f. Penyimpanan yang sebagian sudah tidak lagi menggunakan lumbung
(keben).
g. Sekarang sudah mulai muncul tenaga yang dibayar upah.
Sawah yang bagi Geertz merupakan cocok hanya di daerah Jawa saja
ternyata tidak seperti itu. Sawah juga terdapat di Sumatera Utara, Deliserdang,
khususnya Negeri Gugung yang telah lama ditanami dengan sistem penanaman
satu kali dalam satu satu tahun, dan memiliki waktu istirahat selama 3-4 bulan
setiap tahunnya.
Sawah yang bagi Geerzt juga merupakan cara cerdik untuk
101
seperti ladang peniruan hutan tropis, tetapi pembikinan akuarium. Sawah di Jawa
dan beberapa daerah di Deliserdang khususnya menjadi tempat untuk menanam
berbagai jenis tanaman maupun sawah yang secara terus-menerus ditanami
sementara di Negeri Gugung, khusus untuk menanam padi saja. Adapun menanam
tanaman lain dilakukan di lahan yang berbeda. Keunikan ini yang
membedakannya dengan persawahan di berbagai daerah lain termasuk Jawa
sebagaimana disebutkan oleh Geertz.
Sementara perladangan yang dilakukan di Kalimantan sesuai hasil
penelitianya bahwa ladang itu dari hutan primer yang ditebang, dibakar,
dibersihkan, lalu ditanami padi sekali saja. Setelah itu ditanami sayuran atau
buahan selam beberapa kali selama 3-5 tahun. Kemudian ladang tersebut
dikembalikan dipulihkan menjadi hutan dan membuka lahan baru daru hutan
primer.
5.2.Saran
Adapun yang menjadi saran saya kepada masyarakat petani Negeri
Gugung supaya tetap mempertahankan budidaya pertanian padi tradisional.
Karena begitu besar nilai-nilai kearifan lokal yang muncul seperti gotong-royong
dan pesta tahunan yang mereka lakukan setelah proses panen tiba. Masyarakat
tetap saling membantu dengan yang lainnya.
Saran saya kepada pemerintah Deliserdang supaya bibit lokal yang ada di
desa Negeri Gugung dapat dipelajari lebih lanjut dan dapat dikembangkan tanpa
102
yang sangat enak berasnya supaya difasilitasi lebih luas lagi lahannya agar
masyarakat dapat menanam lebih luas lagi.
Sebuah keunikan tersendiri bagi Kabupaten Deliserdang salah satu
daerahnya khususnya Negeri Gugung memiliki sistem persawahan yang berbeda
dengan banyak daerah lainnya yang sepantasnya diapresiasi pemerintah
DAFTAR PUSTAKA
Danandjaja, James.1989. Kebudayaan Petani Desa Trunyan Di Bali. Jakarta:UI Press
Daulay, Zainul. 2011. Pengetahuan Tradisional:Konsep,Dasar Hukum, Dan Praktiknya.
Jakarta:Rajawali Press
Dove, Michael. 1988. Sistem Perladangan Di Indonesia (Studi Kasus Dari Kalimantan
Barat). Yogyakarta:Gajah Mada Universitas Press
Endaswara, Suwardi. 2009. Metode Penelitian Folklore. Yogyakarta:Media Presindo
Geertz, Clifford. 1976. Involusi Pertanian. Jakarta:Bhratara K.A
Harjadi, Setiati. 1991. Pengantar Agronomi. Jakarta:Gramedia
Ihromi,TO. 2006. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Koenjaraningrat. 1969. Pengantar Antropologi. Jakarta:Dian Rakyat
---. 1980. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta : Dian Rakyat
---. 1982. Aspek Manusia Dalam Penelitian Masyarakat.
Jakarta:Gramedia
---. 1985. Pengantar Antropologi. Jakarta:Aksara Baru
---.1993. Kebudayaan Mentalitas Dn Pembangunan. Jakarta:Gramedia
Pustaka Utama
Maryaeni.2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta : Bumi Aksara.
Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Pt Remaja
Partanto, Pius, Dahlan Al Barry. 1994. Kamus Ilmiah Popular. Surabaya:Arkol
Soemartono, Dkk. 1972. Bertjojok Tanam Padi. Jakarta:Yasaguna
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:Grafindo Persada
Sprdley, James. 199. Metode Etnografi. Tiara Wacana
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung:Alfabeta
Zakot, Francois Robert. 2008. Orang Bajo, Suku Pengembara Laut. Jakarta:Kepustakaan
Popular Gramedia
Internet :
Http://Asc.Or.Id/Index.Php/Chamber/Karstologi/172-Kebudayaan-Dan-Kearifan-Lokal-
Dalam-Mengelola-Lingkungan-Dan-Sumberdaya-Air-Kawasan-Kars-Gn-Sewu/14-3-2013,13.00