• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PENGETAHUAN TRADISIONAL BUDIDAYA PERTANIAN PADI PADA MASYARAKAT KARO DI DESA NEGERI GUGUNG KECAMATAN SIBOLANGIT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SISTEM PENGETAHUAN TRADISIONAL BUDIDAYA PERTANIAN PADI PADA MASYARAKAT KARO DI DESA NEGERI GUGUNG KECAMATAN SIBOLANGIT."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PENGETAHUAN TRADISIONAL

BUDIDAYA PERTANIAN PADI PADA MASYARAKAT KARO

DI DESA NEGERI GUGUNG KECAMATAN SIBOLANGIT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Antropologi

OLEH :

Lamhot Turnip

NIM. 309122031

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Lamhot Turnip, Nim : 309122031, Sistem Pengetahuan Tradisional Budidaya Pertanian Padi pada Masyarakat Karo di Desa Negeri Gugung Kecamatan Sibolangit. Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini mengenai sistem pengetahuan tradisional budidaya pertanian padi pada masyarakat Karo di Desa Negeri Gugung, Kecamatan Sibolangit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sistem pertanian padi menurut tradisi masyarakat Karo di desa Negeri Gugung, untuk mengetahui pengetahuan tradisional yang berkaitan dengan budidaya padi, untuk mengetahui alasan masyarakat mempertahankan bibit lokal serta mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem pertanian padi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi yang didasarkan pada penelitian lapangan, menyajikan data-data yang bersifat hakiki, bahannya dihimpun berdasarkan pengamatan mendalam dan terlibat. Peneliti terlibat langsung dengan kegiatan budidaya pertanian padi, ikut memanen padi, dan melakukan wawancara dengan petani sekaligus membuat catatan-catatan lapangan tentang sistem pengetahuan tradisional dalam budidaya pertanian padi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan,peneliti mendapatkan bahwa masyarakat desa Negeri Gugung memiliki banyak pengetahuan tradisional seperti tentang alam, waktu, flora,fauna dan musim. Pengetahuan tersebut diwujudkan dalam sistem pertanian padi. Proses budidaya pertanian padi yang masih tradisional, pemanfaatan bibit lokal. Serta belum ada memakai mekanisasi dan tidak menggunakan pupuk dan obat-obatan industri. Namun demikian, masyarakat Negeri Gugung tidak luput dari perubahan-perubahan seperti berkurangnya kebiasaan lama seperti kepercayaan kepada hal mistik, proses penggilingan padi dengan mesin, petani sudah menanam aneka ragam tanaman,sistem gotong royong yang lama berubah menjadi sifatnya upahan.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa masyarakat Negeri Gugung memiliki banyak pengetahuan tradisional yang diwariskan turun-temurun dan masih dilaksankan hingga saat ini meskipun sudah mulai adanya perubahan-perubahan.

(5)

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat

dan kasih karuniaNya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di

Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Medan Dalam memenuhi persyaratan maka penulis telah menyusunnya dengan

judul “sistem pengetahuan tradisional budidaya pertanian padi pada masyarakat

Karo di desa Negeri Gugung, Kecamatan Sibolangit.

Penulis berharap tulisan ini bisa bermafaat kepada semua pihak yang

membacanya baik untuk tujuan pemahaman maupun untuk penelitian lebih lanjut.

Meskipun demikian, penulis juga berharap untuk diberikan saran masukan yang

baik dan berguna agar menjadi lebih.

Dalam penyusunan skripsi ini, tentunya melibatkan berbagai pihak. Maka

penulis ingin mengucapkan terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya serta

dukungan yaitu kepada :

1. Bapak Rektor Unimed, Prof.Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.S

2. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial Unimed, Dr. H. Restu M.S

3. Ibu ketua Prodi Pendidikan Antropologi FIS Unimed, Dra.

Puspitawati, M.Si sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah

membimbing di dalam mengikuti perkuliahan.

4. Ibu Dra. Nani Rusmini,M.Si, yang pernah menjadi dosen pembimbing

akademik saya sebelum pensiun, saya bangga menjadi mahasiswa

(6)

5. Dr. Phil. Ichwan Azhari, M.S sebagai dosen pembimbing skripsi yang

telah banyak memberikan pikiran kritis dan ilmu yang sangat

berkualitas dan motivasi demi tercapainya karya ilmiah ini. Terima

kasih Pak, semoga Bapak selalu sukses dalam setiap aktivitas.

6. Dra. Trisni Andayani M.Si dan Rosramadhana M.Si sebagai dosen

penguji. Terima kasih atas saran dan masukan dalam penyusunan

skripsi ini.

7. Bapak Drs. Tumpal Simarmata M.Si. , Ibu Murni Eva Marlina

Rumapea, M.Si yang selalu memberikan semangat, motivasi kepada

saya dan dukungan materil.

8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang berada di Prodi Pendidikan

Antropologi FIS Unimed, atas didikan dan pengajaran yang semakin

berkembang.

9. Kepada Bapak Barus selaku informan kunci saya, tanpa kenal lelah

mengantar ke lapangan dan memberi data yang banyak, seluruh

informan yang sudah dicantumkan namanya di lampiran, semoga sehat

selalu dan dilimpahkn rejeki melalui tanaman padinya.

10.Bapak Kosmas Bangun dan Daniel Bangun, selaku Kepala Desa dan

Sekretaris desa yang telah bersedia mengizinkan saya meneliti di di

daerahnya dan data-data kependudukan.

11.Ibu saya, I. Br Tarigan, terima kasih atas dukungan dan materil yang

disediakan. DIBATA Si Masu-Masu Pendahindu Nande, labo ku

(7)

sekolahku.Kepada Abang saya, Pdt. Dasma Sejahtera Turnip, S.Th,

dan Adikku Ebenaizer Turnip.

12.Sahabat tim JJS : Amicus Malthus R. Lumban Gaol S.Pd. Amicus

Mamopar Manalu, S.Pd. Amicus Alex Bernando H. Panjaitan, S.Pd.

Damu Roi S. Nasution, S.Pd. Yuda G. Dermawan S. Pd.

13.Teman-teman yang seperjuangan di Prodi Pend.Antropologi 2009 yang

tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

14.Abangda dan kakanda Pend. Antropologi 2008, adinda Pend.

Antropologi 2010, 2011, 2012, terima kasih atas doanya.

15.Nova br Sembiring, telah memberikan motivasi dan semangat selama

penyusunan skripsi ini.

16.Teman-teman PPL-T SMA SW GBKP Kabanjahe, Karo, atas

kerjasama dan semangat solidaritas

Medan, 22 Juli 2013

(8)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ………....i

Lembar Persetujuan dan Pengesahan ………...ii

Pernyataan Keaslian Tulisan ………..iii

Abstrak ………..iv

Kata Pengantar ………...v

Daftar Isi ………....vii

Daftar Tabel ………..x

Daftar Gambar ………..xi

Bab I Pendahuluan : 1.1.Latar Belakang Masalah ……….…….1

1.2.Identifikasi Masalah ….……….…….4

1.3.Pembatasan Masalah ……….……….…….5

1.4.Perumusan Masalah ……….……….…….5

1.5.Tujuan Penelitian ……….……5

1.6.Manfaat Penelitian ………...6

Bab II. Kajian Pustaka 2.1. Penelitian Relevan ………7

2.2.Budidaya Pertanian Padi di Sawah ………..…….9

2.3.Masyarakat dan Kebudayaan ……….10

2.4.Sistem Pengetahuan Tradisional ……….13

2.5.Kearifan Lokal ……….……….17

(9)

2.7.Perubahan Sosial Budaya …….……….23

2.8.Kerangka Berpikir ……….……….24

Bab III. Metode Penelitian 3.1.Jenis Penelitian ……….26

3.2.Lokasi Penelitian ……….29

3.3.Menetapkan Informamn ……….30

3.4.Teknik Pengumpulan Data ……….31

3.5.Teknik Analisa Data ……….33

Bab IV. Pembahasan dan Analisis 4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……….34

4.2. Sistem Pengetahuan Tadisional ……….42

4.3.Sistem Pertanian Tradisional dalam Budidaya Padi ….…46 4.4.Masyarakat Tetap Mempertahankan Bibit Lokal .……86

4.5.Perubahan Yang Terjadi dalam Budidaya Pertanian Padi ...95

Bab V. Kesimpulan dan Saran 5.1.Kesimpulan ……….….98

5.2.Saran ..……….….101

Daftar Pustaka

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Penduduk Tahun 2011 ………35

Tabel 2 Nama Padi Lokal ………59

Tabel 3 Identifikasi Padi Lokal ………91

(11)

DAFTAR GAMBAR

1. Proses Membabat ………56

2. Bergotong Royong untuk Mencangkol ………57

3. Pagar Bambu ………67

4. Wayah-Wayah ………69

5. Wayah-Wayah ………69

6. Lesung ………73

7. Syarat Padi 11 Batang ………75

8. Lukuten (Tempat Pengumpulan Padi) ………76

9. Penjemuran Padi ………78

10.Merontokkan Padi (Pas-Pas) ………79

11.Merontokkan Padi Menginjak ………79

12.Proses Penganginan di Batar-Batar ………80

13.Padi di dalam Goni ………81

14.Ayan atau Kaleng ………84

15.Ketam dan Sabit ………85

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya

banyak didukung oleh sektor pertanian. Sebagian besar penduduk

Indonesia adalah hidup di daerah pedesaan dan pada umumnya bermata

pencaharian sebagai petani. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,

terutama kebutuhan primer, para petani memperolehnya dari hasil

pertaniannya agar kebutuhan dapat terpenuhi sebagaimana mestinya.

Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang hidup

dalam lingkup budayanya masing-masing. Budaya yang beranekaragam

ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat

yang majemuk yang tersusun dan terbagi dan juga berdiri sendiri serta

terkait dalam ikatan kekeluargaan. Kemajemukan masyarakat Indonesia

itu ditandai oleh adanya kelompok bangsa yang mempunyai cara-cara

hidup (tradisi) kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat suku

bangsanya sendiri-sendiri.

Kehidupan masyarakat dimanapun berada tidak pernah terlepas

dari kebudayaan, sebab kebudayaan ada karena adanya masyarakat

sebagai pendukungnya. Masyarakat itulah sebagai pencipta dari

kebudayaan, yang mana kebudayaan itu sendiri dapat dikatakan sebagai

hasil karya manusia. Salah satu unsur kebudayaan itu yakni sistem

(13)

2

Salah satu upaya manusia untuk mempertahankan dan

mengembangkan budayanya adalah kemampuannya untuk

mengembangkan sistem pengetahuan. Melalui sistem pengetahuan,

manusia mampu beradaptasi untuk menyesuaikan diri atau hidupnya

dengan alam sekitarnya. Di samping itu, manusia juga mampu

meningkatkan produktivitas kebutuhan hidupnya melalui sistem

pengetahuan tersebut.

Tiap masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam, tentang

segala tumbuh-tumbuhan, binatang, benda dan manusia di sekitarnya yang

berasal dari pengalaman-pengalaman mereka. Dengan demikian maka

setiap masyarakat memiliki keunikan tersendiri dalam menanggapi suatu

hal atau memperhatikan kejadian-kejadian di lingkungan sekitarnya karena

adanya pengetahuan yang diwariskan oleh nenek moyang mereka sebagai

pendahulu. Sebagai contoh bahwa masyarakat Karo dikenal dari

pengobatan tradisionalnya yang sangat ampuh dalam mengobati patah

tulang yang tidak banyak diketahui masyarakat di luar Karo. Racikan dari

obat tersebut, malah kadang lebih bagus dari hasil medis. Hal ini

menandakan bahwa ada pengetahuan tersendiri dalam masyarakat Karo

terkait dengan pengobatan tradisional dan masih dipakai hingga saat ini.

Dalam melakukan kegiatannya, manusia terkadang meletakkan

persoalan pada kebiasaan yang telah lama yang diterima sebagai

kebenaran dalam kelompok mereka. Misalnya penentuan hari baik dalam

(14)

3

ditanam, termasuk pantangan yang harus dielakkan. Dalam masyarakat

tradisional, hal demikian wajar karena pengetahuan pertanian masih

sebatas itu.

Setiap masyarakat sudah pasti memiliki cara-cara yang berbeda

dalam pengelolaan pertanian padi. Meskipun pada prinsipnya tujuan yang

ingin dicapai adalah sama. Begitu juga dengan masyarakat Karo yang ada

di desa Negeri Gugung Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deliserdang,

mereka masih mengenal sistem pertanian padi yang bersumber dari

pengetahuan mereka yang berdasarkan nilai-nilai luhur.

Masyarakat Karo di desa Negeri Gugung yang pada umumnya

bermata pencaharian sebagai petani. Mereka memiliki lahan pertanian

sawah yang terletak di lereng-lereng perbukitan. Adapun lahan pertanian

tegalan atau yang tadah hujan, dalam bahasa setempat disebut juma hanya

pada lahan yang sempit di bagian paling atas perbukitan. Jauh lebih luas

lahan pertanian sawah dibanding tegalan.

Padi merupakan tanaman yang utama di desa Negeri Gugung.

Mereka menanam padi sekitar bulan Agustus maupun September setiap

tahunnya dan panen sekitar bulan Maret. Seperti itulah siklus menanam

padi di desa tersebut, sehingga hanya satu kali dalam setahun bisa

menanam padi. Terkait dengan budidaya padi, bahwasanya masyarakat

setempat memiliki sistem pengetahuan yang tersendiri dan memiliki

perbedaan dengan masyarakat di luar desa tersebut. Bahkan ketika saya

(15)

4

sudah lebih modern dalam hal bercocok tanam padi. Baik dari segi

penggunaan bibit hingga proses pengelolaan.

Masyarakat desa Negeri Gugung, hingga saat ini masih

menggunakan bibit lokal dan memiliki beberapa ritus-ritus tertentu dalam

beberapa tahapan atau proses pengelolaan padi secara tradisional.

Masyarakat ini memiliki pengetahuan tentang kapan masa pembibitan,

benih yang seperti apa yang cocok dan bagus, hingga penyimpanan padi.

Bercocok tanam padi yang masih dikelola secara tradisional

dengan bibit yang jenis lokal di Desa Negeri Gugung tersebut menurut

saya baik untuk diteliti. Bagaimana pengelolaan secara tradisi menurut

pengetahuan yang mereka miliki, mengapa masyarakat tetap

mempertahankan jenis bibit lokal yang usinya hampir setahun dibanding

padi jenis baru yang sekitar 3 bulan, perubahan seperti apa yang sudah di

alami oleh mereka dalam pertanian padi Selain itu juga, bagaimana

masyarakat itu menggunakan alat-alat dan mengantisipasi serangan hama

maupun burung pemakan padi membuat saya tertarik melakukan

penelitian di daerah tersebut.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, adapun masalah yang

ditemukan adalah :

1. Sistem pengetahuan tradisional budidaya pertanian padi pada

masyarakat Karo di desa Negeri Gugung.

(16)

5

3. Masyarakat desa Negeri Gugung melestarikan tradisi budidaya padi

tersebut.

4. Adanya perubahan dalam pengelolaan budidaya padi.

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk mendapatkan data yang lebih mendalam dan banyaknya

masalah yang teridentifikasi, maka saya membatasi masalahnya pada

sistem pengetahuan tradisional budidaya pertanian padi pada

masyarakat Karo di desa Negeri Gugung, Kecamatan Sibolangit.

1.4. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka rumusan masalahnya

dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah sistem pengetahuan tradisional budidaya pertanian padi

pada masyarakat Karo di desa Negeri Gugung?

2. Mengapa masyarakat tersebut tetap mempertahankan penggunaan bibit

lokal?

3. Perubahan-perubahan apa saja yang terjadi dalam sistem pertanian

padi?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana sistem pertanian padi menurut tradisi

masyarakat Karo di desa Negeri Gugung.

2. Untuk mengetahui pengetahuan tradisional yang berkaitan dengan

(17)

6

3. Untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem

pertanian padi.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Manfaat Teoritis :

1. Menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang sistem

pengetahuan pertanian padi dalam tradisi masyarakat Karo.

2. Menambah informasi bagi masyarakat Karo dalam hal

pertanian padi.

3. Untuk memperkaya perpustakaan Unimed khususnya Fakultas

Ilmu Sosial.

b. Manfaat Praktis :

1. Menambah informasi bagi penyuluh pertanian di kabupaten

Deliserdang khususnya dan menggali kearifan lokal masyarakat

Karo.

(18)

98

BAB V

Kesimpulan dan Saran

5.1.Kesimpulan

5.1.1.Sistem Pertanian padi menurut tradisi masyarakat Karo

Sistem pertanian padi menurut tradisi masyarakat Karo yang berada di

Negeri Gugung meliputi proses pemilihan bibit, pengolahan tanah, penanaman

padi, pemeliharaan padi, pemberantasan hama dan pemanenan padi serta

penyimpanan padi di lumbung.

Proses pemilihan bibit padi dilakukan dengan memilih padi yang bernas,

panjang tangkai buahnya, kemudian dipanen, dijemur. Bibit padi dimasukkan ke

goni,lalu direndam, bibit yang tidak tenggelam, artinya ringan maka dibuang

saja. Hanya bibit yang tenggelam dipakai dan direndam selam 2-3 hari sampai

tumbuh seperti kecambah. Setelah itu disemaikan selama 40 hari. Setelah itu

bibit ditanam, dipelihara selama 7-8 bulan dengan menyiangi dan memberantas

hama serta memanen.

Alasan masayarakat mempertahankan bibit lokal seperti tahan terhadap

genangan air, umur yang relatif panjang (7-8 bulan), tanaman yang tinggi

batangnya, tangkai padi berada di atas sehingga memudahkan untuk pemanenan

dengan ani-ani, pemeliharaan yang tidak terlalu intensif, tahan terhadap

gangguan gulma, mampu menekan pertumbuhan gulma, rasa nasi yang enak

(19)

99

beras biasa, dalam pengusahaan padi lokal, petani tidak banyak mengeluarkan

biaya banyak karena kebutuhan unsur hara sebagian besar diperoleh dari pupuk.

5.1.2.Pengetahuan tradisional yang berkaitan dengan budidaya padi

Sistem pengetahuan tradisional dalam budidaya pertanian padi yang

dilakukan oleh masyarakat Negeri Gugung hingga saat ini masih bisa ditemukan.

Pertanian padi yang dilakukan secara tradisional dan juga bibit padi yang lokal

masih tetap dipertahankan.

Adapun pengetahuan tentang musim seperti musim tanam dilakukan

sekitar bulan Agustus dan September, karena bulan Agustus dan September

menurut biasanya mulai penghujan ,jadi cocok untuk mempersiapkan lahan dan

menanam padi, serta musim panen diperkirakan bulan Maret dan April karena

kemarau. Pada bulan Juni hingga Juli, tidak diadakan kegiatan budidaya padi

karena bulan tersebut kemarau yang disertai angin kencang. Pengetahuan

tentang tanah di Negeri Gugung, yang jika tanah sawah itu dipijak, kemudian

lengket di kaki, artinya tanah itu berat dan menandakan tanah subur, sebaliknya

jika tidak lengket di kaki maka ringan artinya tidak subur. Alasan demikianlah

maka di Negeri Gugung tidaklagi memerlukan pupuk industri.

Masyarakat Negeri Gugung memiliki pengetahuan tentang bagaimana

mengantisipasi serangan hama seperti tikus, burung, babi hutan. Pemberantasan

dan pencegahan yang dilakukan dengan alat sederhana. Adapunalat yang dibuat

yaitu wayah-wayah (orang-orangan), kap-kap (bambu belah) dan kaleng bekas.

Pada saat penganginan, maka masyarakat membakar batang padi yang sudah

(20)

100

penganginan, sampah-sampah padi tidak terbang kehadapan yang melakukan

penganginan.

5.1.3.Perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem pertanian padi

Adapun perubahan yang sudah mempengaruhi masyarakat petani

tradisional di desa Negeri Gugung seperti aktivitas pertanian :

a. Jenis tanaman yang ditanam tidak lagi bertumpu pada pertanian padi

saja.

b. Tidak banyak lagi mempergunakan kepercayaan lama dalam beberapa

tahapan proses budi daya padi.

c. Adanya keterbukaan petani terhadap dunia luar.

d. Sebagian petani telah menanam padi unggulan.

e. Dengan adanya mekanisasi dalam penggilingan padi menjadi beras,

maka lesung sudah tidak ada lagi dimanfaatkan.

f. Penyimpanan yang sebagian sudah tidak lagi menggunakan lumbung

(keben).

g. Sekarang sudah mulai muncul tenaga yang dibayar upah.

Sawah yang bagi Geertz merupakan cocok hanya di daerah Jawa saja

ternyata tidak seperti itu. Sawah juga terdapat di Sumatera Utara, Deliserdang,

khususnya Negeri Gugung yang telah lama ditanami dengan sistem penanaman

satu kali dalam satu satu tahun, dan memiliki waktu istirahat selama 3-4 bulan

setiap tahunnya.

Sawah yang bagi Geerzt juga merupakan cara cerdik untuk

(21)

101

seperti ladang peniruan hutan tropis, tetapi pembikinan akuarium. Sawah di Jawa

dan beberapa daerah di Deliserdang khususnya menjadi tempat untuk menanam

berbagai jenis tanaman maupun sawah yang secara terus-menerus ditanami

sementara di Negeri Gugung, khusus untuk menanam padi saja. Adapun menanam

tanaman lain dilakukan di lahan yang berbeda. Keunikan ini yang

membedakannya dengan persawahan di berbagai daerah lain termasuk Jawa

sebagaimana disebutkan oleh Geertz.

Sementara perladangan yang dilakukan di Kalimantan sesuai hasil

penelitianya bahwa ladang itu dari hutan primer yang ditebang, dibakar,

dibersihkan, lalu ditanami padi sekali saja. Setelah itu ditanami sayuran atau

buahan selam beberapa kali selama 3-5 tahun. Kemudian ladang tersebut

dikembalikan dipulihkan menjadi hutan dan membuka lahan baru daru hutan

primer.

5.2.Saran

Adapun yang menjadi saran saya kepada masyarakat petani Negeri

Gugung supaya tetap mempertahankan budidaya pertanian padi tradisional.

Karena begitu besar nilai-nilai kearifan lokal yang muncul seperti gotong-royong

dan pesta tahunan yang mereka lakukan setelah proses panen tiba. Masyarakat

tetap saling membantu dengan yang lainnya.

Saran saya kepada pemerintah Deliserdang supaya bibit lokal yang ada di

desa Negeri Gugung dapat dipelajari lebih lanjut dan dapat dikembangkan tanpa

(22)

102

yang sangat enak berasnya supaya difasilitasi lebih luas lagi lahannya agar

masyarakat dapat menanam lebih luas lagi.

Sebuah keunikan tersendiri bagi Kabupaten Deliserdang salah satu

daerahnya khususnya Negeri Gugung memiliki sistem persawahan yang berbeda

dengan banyak daerah lainnya yang sepantasnya diapresiasi pemerintah

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Danandjaja, James.1989. Kebudayaan Petani Desa Trunyan Di Bali. Jakarta:UI Press

Daulay, Zainul. 2011. Pengetahuan Tradisional:Konsep,Dasar Hukum, Dan Praktiknya.

Jakarta:Rajawali Press

Dove, Michael. 1988. Sistem Perladangan Di Indonesia (Studi Kasus Dari Kalimantan

Barat). Yogyakarta:Gajah Mada Universitas Press

Endaswara, Suwardi. 2009. Metode Penelitian Folklore. Yogyakarta:Media Presindo

Geertz, Clifford. 1976. Involusi Pertanian. Jakarta:Bhratara K.A

Harjadi, Setiati. 1991. Pengantar Agronomi. Jakarta:Gramedia

Ihromi,TO. 2006. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Koenjaraningrat. 1969. Pengantar Antropologi. Jakarta:Dian Rakyat

---. 1980. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta : Dian Rakyat

---. 1982. Aspek Manusia Dalam Penelitian Masyarakat.

Jakarta:Gramedia

---. 1985. Pengantar Antropologi. Jakarta:Aksara Baru

---.1993. Kebudayaan Mentalitas Dn Pembangunan. Jakarta:Gramedia

Pustaka Utama

Maryaeni.2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta : Bumi Aksara.

(24)

Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Pt Remaja

Partanto, Pius, Dahlan Al Barry. 1994. Kamus Ilmiah Popular. Surabaya:Arkol

Soemartono, Dkk. 1972. Bertjojok Tanam Padi. Jakarta:Yasaguna

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:Grafindo Persada

Sprdley, James. 199. Metode Etnografi. Tiara Wacana

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung:Alfabeta

Zakot, Francois Robert. 2008. Orang Bajo, Suku Pengembara Laut. Jakarta:Kepustakaan

Popular Gramedia

Internet :

Http://Asc.Or.Id/Index.Php/Chamber/Karstologi/172-Kebudayaan-Dan-Kearifan-Lokal-

Dalam-Mengelola-Lingkungan-Dan-Sumberdaya-Air-Kawasan-Kars-Gn-Sewu/14-3-2013,13.00

Gambar

Tabel 1 Data Penduduk Tahun 2011

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji informasi tentang usaha pertanian padi di Desa Nantal yang terdiri dari luas lahan garapan yang diusahakan petani

Metode yang digunakan untuk membahas Landek dalam upacara Perumah Begu pada masyarakat Karo di desa Pernantin, Kecamatan Juhar kabupataen Karo adalah metode deskriptif

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat dalam melestarikan nilai-nilai budaya Karo di desa Doulu Kecamatan Berastagi kabupaten Karo1. Metode yang

Persepsi Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Humus dari Tahura Untuk Pemanfaatan Pupuk Organik Bagi Areal Pertanian Masyarakat di Desa Tongkoh Kabupaten Karo.. Public Perception

Untuk mengetahui hubungan variabel efektivitas metode penyuluhan pertanian (X1) dan teknik penyuluhan pertanian (X2), dengan penerapan teknologi budidaya padi sawah

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengidentifikasiperan penyuluh pertanian sebagai pendampingpetani padi sawah di Desa Tamaila Kecamatan Tolangohula 2) Mengetahui

Berdasarkan hasil penelitian, faktor sosial ekonomi petani yang paling dominan terhadap pengetahuan budidaya pertanian organik padi sawah di Kelurahan Makroman Kecamatan Sambutan

Dalam hal ini menjelaskan tentang Peran Penyuluh Pertanian Dalam Memberdayakan Masyarakat Melalui Kelompok Tani Padi di Desa Naas Kecamatan Malaka Barat Kabupaten Malaka” Peneliti