TINJAUAN HISTORY PALAS SI PITU RUANG SEBAGAI
WUJUD KEBUDAYAAN MEGALITIK DI DESA AJINEMBAH
KECAMATAN MEREK KABUPATEN KARO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH
ALBRED SEMBIRING
308121016
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
ABSTRAK
Albred Sembiring, NIM. 308121016. Tinjauan History Palas Si Pitu Ruang Sebagai Wujud Megalitik Di Desa Ajinembah Kecamatan Merek Kabupaten Karo. Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah lahirnya Palas Si Pitu Ruang dalam kebudayaan megalitik; 2. Untuk mengetahui apa fungsi Palas Si Pitu Ruang bagi masyarakat Desa Ajinembah, Kecamata Merek, Kabupaten Karo; 3. Untuk mengetahui persepsi masyarakat Desa Ajinembah, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo tentang Palas Si Pitu Ruang; 4. Untuk mengetahui bagaimana cara masyarakat Desa Ajinembah dalam melestarikan Palas Si Pitu Ruang.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yakni Heuristik dengan pendekatan studi pustaka (Library Research) dan penelitian lapangan (Field Research) yang dilakukan di Desa Ajinembah Kecamatan Merek Kabupaten Karo. Data penelitian ini dikumpulkan dan diperoleh dengan menggunakan teknik studi pustaka, observasi langsung di Desa Ajinembah Kecamatan Merek Kabupaten Karo, dan wawancara dengan Arkeolog serta masyarakat Desa Ajinembah Kecamatan Merek Kabupaten Karo.
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur yang berlimpah penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala segala berkat dan kasih karunia-Nya yang terus mengalir sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini hingga pada sampai ke tahap akhir.
Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi, maupun tutur bahasanya, namun dalam penyelesaian skripsi ini banyak mendapat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Selanjutnya penulis menyadari bahwa selaku manusia biasa tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, dengan tulus hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna membangun perbaikan untuk kajian selanjutnya.
Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan, doa, dan dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis memohon maaf yang setinggi- tingginya dan mengucapkan terimakasih yang tak terhingga dan penuh ketulusan kepada Yth :
1. Teristimewa buat kedua orang tua saya T. Sembiring dan K. Br Tarigan (+) yang telah memberikan doa, dukungan, dana serta kasih sayang yang tulus selama ini yang diberikan kepada Ananda, terutama dukungan selama perkuliahan dan sampai selesainya skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku sebagai Rektor Universitas Negeri Medan besarta para staf- stafnya.
4. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan.
5. Ibu Dra. Hafnita SD Lubis, M.Si selaku Sekretaris Jurusan sekaligus dosen penguji.
6. Bapak Pristi Suhendro, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis yang selalu membimbing penulis selama penulisan skripsi ini.
7. Bapak DR. Phil. Ichwan Azhari, MS selaku Pembimbing Akedemik selama penulis menimba ilmu di Universitas Negeri Medan.
8. Bapak Drs. Ponirin, M.Si selaku dosen penguji.
9. Bapak/ Ibu Dosen serta Asisten Dosen di lingkungan Universitas Negeri Medan, Khususnya di Fakultas Ilmu Sosial.
10. Bapak Ketut Wiradnyana selaku Balai Arkeologi Medan yang telah membimbing penulis selama penulisan sekripsi ini.
11. Bapak Alen Ginting selaku kepala desa Ajinembah dan Badan Statistik Karo yang telah memberikan informasi selama penelitian berlangsung.
12. Yang penulis sayangi kakanda penulis Rocky Sembiring yang senantiasa memberikan semangat, motivasi, mendoakan dan memberi bantuan baik moral maupun maupun material selama masa penelitian berlangsung hingga selesainya skripsi ini.
13. Teristimewa buat yang tercinta Vicelis Mentari Br Sinuhaji yang senantiasa memberikan semangat, motivasi, mendoakan dan dorongan hingga selesainya skripsi ini.
14. Teman-teman PPL stambuk 2008 SMA Swasta Masehi Berastagi (Primsa, Dameanus, Parsaulian, Wenny, Viva, Cintya dan yang lainya) salam rindu buat kalian.
16. Juga teman-teman selama perkuliahan dan koas 151C. Limpy, Bena, Memo, Tambun, Mama Jenwari, Hotma, Remon, Jery, dan teman-teman yang lainnya.
Tiada kata yang lebih berharga yang dapat penulis ucapkan selain terimakasih untuk semua Doa, Bantuan, Bimbingan, Dorongan, dan Harapan dari berbagai pihak, Kiranya Tuhan Yang Maha Pengasih memberikan balasan kepada semua pihak. Dan akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan semua pihak.
Medan, Agustus 2012
i
2. Teori Fungsional Kebudayaan ... 15
C. Kerangka Berpikir ... 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode penelitian ... 19
B. Sumber Data ... 20
ii
D. Tehnik Pengumpulan Data ... 21
a. Studi Kepustakaan ... 21 1. Letak Wilayah Penelitian ... 23
2. Keadaan Penduduk ... 25
3. Mata Pencaharian Penduduk ... 25
4. Pola Perkampungan ... 26
5. Komposisi Penduduk Menurut Agama... 27
6. Sarana dan Prasarana ... 28
B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Sejarah Lahirnya Palas Si Pitu Ruang dalam Kebudayaan Megalitik 1.1. Megalitik di Indonesia ... 29
1.2. Megalitik di Karo ... 38
1.3. Sejarah Singkat Palas Si Pitu Ruang ... 44
2. Fungsi Palas Si Pitu Ruang ... 50
3. Persepsi Masyarakat Desa Ajinembah Tentang Palas Si Pitu Ruang ... ... 52
iii DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bentuk Palas Sipitu Ruang ... 67
Gambar 2. Sejarah Sipitu Ruang ... 67
Gambar 3. Tempat Sesajen Masyarakat ... 68
Gambar 4. Pelestarian Palas Si Pitu Ruang ... 68
Peta Kabupaten Karo... 70
iv DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... 25
Tabel 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 26
Tabel 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 28
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kebudayaan masa prasejarah pada masyarakat sekarang di antaranya hanya dapat
dilihat dari tinggalan-tinggalan budaya materi dan beberapa perilaku masyarakatnya.
Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kretivitas merupakan buah pikiran yang dapat
berbentuk fisik tangible dan non fisik intangible. Tinggalan fisik dapat berupa artefak, ekofak
dan fitur, sedangkan tinggalan non- fisik dapat berupa falsafah, nilai, norma yang menjadi
sumber aktivitas kelakuan yang berpola dan tinggalan fisik kebudayaan masa lalu. Tinggalan
budaya masa lalu tersebut mengandung nilai-nilai penting yang diwariskan oleh generasi
terdahulu, sebagai sebuah hasil pemikiran yang kreatif, yang menjadi sumber daya yang unik
bagi generasi penerusnya.
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan manusia mulai dari sejak adanya manusia
yaitu pada masa paleolitikum dimana kelompok manusia hidup dengan cara berburu dan
mengumpulkan makanan secara sederhana, hingga masa Neolitikum yaitu ketika manusia
sudah bisa mengolah alam yaitu dengan bercocok tanam. Tampak bahwa kebudayaan
manusia berkembang dari satu masa ke masa yang lain, begitu juga dengan kepercayaan
manusia yang mengalami perkembangan. Perkembangan kepercayaan yang cukup kompleks
kemudian dikenal dalam tradisi Megalitik. Kebudayaan megalitik didasari oleh konsep
kepercayaan akan adanya roh, adanya kehidupan setelah mati, adanya hubungan timbal balik
antara orang yang mati dan yang hidup, dan adanya tempat tinggal roh yaitu di tempat-tempat
Tradisi megalitik dalam kenyataanya masih berkembang pada saat ini. Di beberapa
daerah di Indonesia, sekalipun tradisi tersebut tidak tampak secara utuh tetapi tetap
menyisakan unsur-unsurnya. Di Indonesia sendiri tradisi megalitik masih terus dibuat dan
digunakan oleh masyarakat seperti Nias, Nusa Tenggara Timur, Toraja, dan di pulau Samosir,
Bali bahkan unsur tradisi megalitik ini diduga juga berkembang di Tanah Karo hingga kini.
Disebutkan oleh Sarjani Tarigan (2009:64) di Tanah Karo sudah ada kepercayaan
tradisional sebelum agama baru masuk, adapun ungkapannya adalah sebagai berikut: “Sope
denga lit masuk agama simbaru, kiniteken kalak Karo enggo lit man Dibata. Kiniteken
sibagenda rupa nikataken igelari perbegu. Kiniteken man Dibata, tek man kuasa-kuasa si la
idah. Rikutken kiniteken agama perbegu, maka manusia terjadi ibas kula, tendi ras kesah.
Erti perbegu, asal katana begu, ertina hantu, tendi kalak si enggo mate. Adi sekalak perbegu
mate, dagingna mulih ku taneh, darehna mulih ku lau, kesahna mulihken ku angin, tendina
lawes jadi begu”. Adapun ungkapan tersebur artinya Sebelum masuk agama, kepercayaan
orang Karo sudah ada kepada Tuhan. Kepercayaan seperti ini dikatakan perbegu.
Kepercayaan kepada Tuhan, percaya kepada roh-roh halus. Karna kepercayaan agama
perbegu, maka manusia terjadi dari darah, roh dan nafas. Arti perbegu, asal katanya begu,
artinya hantu, roh orang yang telah meninggal. Jika seorang perbegu meninggal, badannya
kembali ke tanah, darahnya kembali ke air, nafasnya kembali ke angin, arwahnya pergi jadi
hantu.
Di Tanah Karo tinggalan arkeologis/situs yang berciri prasejarah diantaranya adalah
gua umang, Patung Pangulu balang, Silan bauah huta. Selain iti juga rumah adat merupakan
monumen tinggalan megalitik. Hal ini didasarkan atas adanya makna dan nilai-nilai
prasejarah yang ada pada rumah adat. Selain aspek kosmologis berbagai pola hias juga
Di desa Ajinembah, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo terdapat situs megalitik yang
memiliki pengaruh terhadap kebudayaan orang Karo. Masyarakat Desa Ajinembah
menamainya “ Palas Si Pitu Ruang”. Situs “Palas Si Pitu Ruang” sampai sekarang masih
dipelihara oleh masyarakat dengan cara memagar sekeliling areal tersebut, hal inilah yang
membuat penulis merasa tertarik untuk mengetahui sejarah, fungsi, persepsi serta upaya
masyarakat untuk melestarikan pada “ Palas Si Pitu Ruang” dalam kebudayaan Megalitik.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang “ Palas Si Pitu Ruang” ini peneliti mengangkat
permasalahan di atas menjadi sebuah tulisan dalam bentuk penelitian tentang “ Tinjauan
History “ Palas Si Pitu Ruang” sebagai Wujud Kebudayaan Megalitik di Desa
Ajinembah, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah adalah :
1. Sejarah lahirnya“ Palas Si Pitu Ruang” dalam kebudayaan megalitik
2. Fungsi “Palas Si Pitu Ruang” bagi masyarakat Desa Ajinembah, Kecamatan Merek,
Kabupaten Karo
3. Persepsi masyarakat Desa Ajinembah, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo tentang “
Palas Si Pitu Ruang”.
4. Upaya masyarakat Desa Ajinembah dalam melastarikan “Palas Si Pitu Ruang”.
Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana sejarah lahirnya “Palas Si Pitu Ruang” dalam kebudayaan megalitik?
2. Bagaimana fungsi “Palas Si Pitu Ruang” bagi masyarakat Desa Ajinembah,
Kecamatan Merek, Kabupaten Karo?
3. Bagaimana persepsi masyarakat Desa Ajinembah, Kecamatan Merek, Kabupaten
Karo tentang “Palas Si Pitu Ruang”?
4. Bagaimana upaya masyarakat Desa Ajinembah dalam melestarikan “Palas Si Pitu
Ruang”?
D. Tujuan Penelitian
Menetapkan tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting, karena setiap
penelitian yang dilakukan harus memiliki tujuan tertentu. Dengan berpedoman kepada
tujuannya, maka akan lebih mudah mencapai sasaran yang diharapkan. Dengan demikian
yang menjadi tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah lahirnya “ Palas Si Pitu Ruang” dalam
kebudayaan megalitik
2. Untuk mengetahui apa fungsi “ Palas Si Pitu Ruang” bagi masyarakat Desa
Ajinembah, Kecamata Merek, Kabupaten Karo
3. Untuk mengetahui persepsi masyarakat Desa Ajinembah, Kecamatan Merek,
Kabupaten Karo tentang “ Palas Si Pitu Ruang”
4. Untuk mengetahui bagaimana cara masyarakat Desa Ajinembah dalam melestarikan “
E. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian diatas, maka diharapkan penelitian ini bermanfaat
untuk :
1. Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada peneliti dan pembaca mengenai “
Palas Si Pitu Ruang” yang merupakan wujud kebudayaan megalitik di Desa
Ajinembah, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo.
2. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi peneliti lain yang bermaksud
mengadakan kajian lebih dalam pada penelitian ini.
3. Menambah perbendeharaan karya ilmiah bagi lembaga pendidikan, bagi Fakultas
Ilmu Sosial khususnya Universitas Negeri Medan.
4. Sebagai landasan bagi masyarakat dan pemerintah baik Pemerintah Daerah maupun
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan keterangan dan analisis yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya
penulis menarik kesimpulan sebagai berikut
1. Lahirnya Palas Si Pitu Ruang karna Raja Umang ingin menikahi anak dari Raja
Sembahen yang bernama Buaten Beru Ginting Munte yang terdapat di Desa
Ajinembah. Setelah Raja Sembahen, keluarga dan Buaten Beru Ginting Munte
menyetujui lamaran dari Raja Umang maka syarat yang harus dipenuhinya adalah
membuat sesuatu barang yang ganjil sebagai pengganti mas kawin. Maka Raja
Umang membuat suatu rumah yang belum pernah ada dibawah langit dan diatas
bumi, yaitu Rumah Si Pitu Ruang yang dibangun selama tujuh hari tujuh malam.
2. Palas Si Pitu Ruang akan lebih rasional bila pada zaman dahulu difungsikan sebagai
rumah atau tempat tinggal. Pada masa sekarang ini berfungsi sebagai objek wisata dan
tempat penyembahan yang berbau mistisHal ini juga telah dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah walaupun hanya sebagian kecil masyarakat mempercayai hal
yang berbau mistis diantara masyarakat yang mayoritas telah mempercayai kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
3. Masyarakat Desa Ajinembah beranggapan Palas Si Pitu Ruang adalah awal dari
rumah adat tradisional karo. Masyarakat juga percaya bahwa situs ini memiliki
kekuatan supranatural yang dapat mengabulkan permohonan yang berbau mistis.
Masyarakat juga percaya bahwa Palas Si Pitu Ruang merupakan barang kuno.
4. Masyarakat Ajinembah melestarikan Palas Si Pitu Ruang dengan pemagaran
sekeliling situs, membersihkannya, dikeramatkan, serta diceritakan kepada
B. SARAN
1. Perlu diteliti lagi lebih mendalam seperti di gali oleh tim arkeologi.
2. Perlu di ajukan menjadi cagar budaya sehingga memiliki surat keterangan bahwa
objek itu adlah cagar budaya.
3. Memperkenalkan kepada masyarakat Karo khususnya dan masyarakat Indonesia
umumnya bahwa “Palas Si Pitu Ruang” merupakan salah satu tinggalan budaya masa
lalu.
4. Mengajak masyarakat Karo untuk melihat aspek lain yang dikandung “Palas Si Pitu
Ruang” yaitu melihat secara rasional agar masyarakat tidak hanya beranggapan
DAFTAR PUSTAKA
Asmar, Teguh. 1983. Megalitik Unsur Pendukung Penelitian Sikap Hidup, dalam Pertemuan ilmiah Arkeolog (PIA) III. Jakarta: Puslitarkenas. Hal- 843.
Bangun, Tridah. 1986. Manusia Batak Karo. Jakarta: PT. Inti Idayu Press.
Departemen Pendidikan Nasional. 1999. Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat
Penelitian Arkeologi Nasional
Depdiknas.2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdikbud.1995/1996.Wujud Arti, dan Fungsi Puncak- puncak Kebudayaan Lama dan
Asli bagi Masyarakat Pendukungnya. Padang: Proyek P2NB.
Eli M, Setiadi.2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Cv Mas Agung.
Et Al. 1990.Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 10. Jakarta: PT. Cipta Pustaka
Ginting, E,P. 1999. Religi Karo, Membaca Religi Dengan Mata Baru. Kabanjahe: Abdi Karya
Ismanto, Rickky. 2010. Pengaruh Tradisi Pemena Terhadap Kehidupan Masyarakat Karo di Desa Kidupen Kecamatan Juhar Kabupaten Karo: UNIMED
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. (2011). Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Mahasiswa program Studi Pendidikan Sejarah. Medan: FIS UNIMED.
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 2011. Forum Arkeologi. Denpasar: Balai Arkeologi Denpasar.
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 2011. Undang-undang Republik Indonesia nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. Jakarta: Direktorat Jenderal Sejarah
dan Purbakala.
Koentjraningrat, 1990.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Koentjanigrat, 2007.Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: UI- Press.
Lubis, Drs. A. Mukti, dkk. 1984/1985. Patung Panghulung Balang Di Daerah Batak Sumatera Utara. Sumatera Utara: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek
Pengembangan Permuseuman.
Martinus, S. 2001. Kamus Kata Serapan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Prinst, S.H, Darwin.2002. Kamus Karo Indonesia.Medan : Bina Media.
Salim, Emil, 1986. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial.
Sanjaya, Jajang A. 2008. Melacak Batu Menguak Mitos, Petulangan antar Budaya di Nias. Yogyakarta: Kanisius.
Setiawan, Tauficurahman. 2009. “Sarkofagus Samosir: Kreativitas Masyarakat Samosir dalam Sangkakala no.23, Medan. Balai Arkeologi Medan.
Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak
Soekmono, DR. R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia I. Yogyakarta: Kanisius
Sugianto, Bambang. 2005. Kajian Etnografi Penguburan Dalam Gua (Studi Kasus Gua-gua di Kalimantan). Palembang: Siddhayarta Balar Palembang.
Tarigan, Sarjani. 2009. Lentera Kehidupan Orang Karo Dalam Berbudaya. Medan.
Thoha, Mifah. 1999. Perilaku Organisasi konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: CV. Rajawali.
Wiradnyana, Ketut. 2005. Gua Umang, Kubur Dinding Batu di Tanah Karo: Indikasi Tradisi Megalitik, dalam Sanghakala. Medan: Balai Arkeologi Medan.
Wiradnyana, Ketut dan Lukas Pertanda Koestro, 2007. Tradisi Megalitik di Pulau Nias. Medan. Balai Arkeologi Medan.
Wiradnyana, Ketut. 2011. Prasejarah Sumatera Bagian Utara: Kontribusinya Pada Kebudayaan Kini. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. .
Internet :