• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HISTORY PALAS SI PITU RUANG SEBAGAI WUJUD MEGALITIK DI DESA AJINEMBAH KECAMATAN MEREK KABUPATEN KARO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN HISTORY PALAS SI PITU RUANG SEBAGAI WUJUD MEGALITIK DI DESA AJINEMBAH KECAMATAN MEREK KABUPATEN KARO."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HISTORY PALAS SI PITU RUANG SEBAGAI

WUJUD KEBUDAYAAN MEGALITIK DI DESA AJINEMBAH

KECAMATAN MEREK KABUPATEN KARO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH

ALBRED SEMBIRING

308121016

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Albred Sembiring, NIM. 308121016. Tinjauan History Palas Si Pitu Ruang Sebagai Wujud Megalitik Di Desa Ajinembah Kecamatan Merek Kabupaten Karo. Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah lahirnya Palas Si Pitu Ruang dalam kebudayaan megalitik; 2. Untuk mengetahui apa fungsi Palas Si Pitu Ruang bagi masyarakat Desa Ajinembah, Kecamata Merek, Kabupaten Karo; 3. Untuk mengetahui persepsi masyarakat Desa Ajinembah, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo tentang Palas Si Pitu Ruang; 4. Untuk mengetahui bagaimana cara masyarakat Desa Ajinembah dalam melestarikan Palas Si Pitu Ruang.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yakni Heuristik dengan pendekatan studi pustaka (Library Research) dan penelitian lapangan (Field Research) yang dilakukan di Desa Ajinembah Kecamatan Merek Kabupaten Karo. Data penelitian ini dikumpulkan dan diperoleh dengan menggunakan teknik studi pustaka, observasi langsung di Desa Ajinembah Kecamatan Merek Kabupaten Karo, dan wawancara dengan Arkeolog serta masyarakat Desa Ajinembah Kecamatan Merek Kabupaten Karo.

(5)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur yang berlimpah penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala segala berkat dan kasih karunia-Nya yang terus mengalir sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini hingga pada sampai ke tahap akhir.

Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi, maupun tutur bahasanya, namun dalam penyelesaian skripsi ini banyak mendapat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Selanjutnya penulis menyadari bahwa selaku manusia biasa tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, dengan tulus hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna membangun perbaikan untuk kajian selanjutnya.

Dalam penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan, doa, dan dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis memohon maaf yang setinggi- tingginya dan mengucapkan terimakasih yang tak terhingga dan penuh ketulusan kepada Yth :

1. Teristimewa buat kedua orang tua saya T. Sembiring dan K. Br Tarigan (+) yang telah memberikan doa, dukungan, dana serta kasih sayang yang tulus selama ini yang diberikan kepada Ananda, terutama dukungan selama perkuliahan dan sampai selesainya skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku sebagai Rektor Universitas Negeri Medan besarta para staf- stafnya.

(6)

4. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan.

5. Ibu Dra. Hafnita SD Lubis, M.Si selaku Sekretaris Jurusan sekaligus dosen penguji.

6. Bapak Pristi Suhendro, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis yang selalu membimbing penulis selama penulisan skripsi ini.

7. Bapak DR. Phil. Ichwan Azhari, MS selaku Pembimbing Akedemik selama penulis menimba ilmu di Universitas Negeri Medan.

8. Bapak Drs. Ponirin, M.Si selaku dosen penguji.

9. Bapak/ Ibu Dosen serta Asisten Dosen di lingkungan Universitas Negeri Medan, Khususnya di Fakultas Ilmu Sosial.

10. Bapak Ketut Wiradnyana selaku Balai Arkeologi Medan yang telah membimbing penulis selama penulisan sekripsi ini.

11. Bapak Alen Ginting selaku kepala desa Ajinembah dan Badan Statistik Karo yang telah memberikan informasi selama penelitian berlangsung.

12. Yang penulis sayangi kakanda penulis Rocky Sembiring yang senantiasa memberikan semangat, motivasi, mendoakan dan memberi bantuan baik moral maupun maupun material selama masa penelitian berlangsung hingga selesainya skripsi ini.

13. Teristimewa buat yang tercinta Vicelis Mentari Br Sinuhaji yang senantiasa memberikan semangat, motivasi, mendoakan dan dorongan hingga selesainya skripsi ini.

14. Teman-teman PPL stambuk 2008 SMA Swasta Masehi Berastagi (Primsa, Dameanus, Parsaulian, Wenny, Viva, Cintya dan yang lainya) salam rindu buat kalian.

(7)

16. Juga teman-teman selama perkuliahan dan koas 151C. Limpy, Bena, Memo, Tambun, Mama Jenwari, Hotma, Remon, Jery, dan teman-teman yang lainnya.

Tiada kata yang lebih berharga yang dapat penulis ucapkan selain terimakasih untuk semua Doa, Bantuan, Bimbingan, Dorongan, dan Harapan dari berbagai pihak, Kiranya Tuhan Yang Maha Pengasih memberikan balasan kepada semua pihak. Dan akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan semua pihak.

Medan, Agustus 2012

(8)

i

2. Teori Fungsional Kebudayaan ... 15

C. Kerangka Berpikir ... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode penelitian ... 19

B. Sumber Data ... 20

(9)

ii

D. Tehnik Pengumpulan Data ... 21

a. Studi Kepustakaan ... 21 1. Letak Wilayah Penelitian ... 23

2. Keadaan Penduduk ... 25

3. Mata Pencaharian Penduduk ... 25

4. Pola Perkampungan ... 26

5. Komposisi Penduduk Menurut Agama... 27

6. Sarana dan Prasarana ... 28

B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Sejarah Lahirnya Palas Si Pitu Ruang dalam Kebudayaan Megalitik 1.1. Megalitik di Indonesia ... 29

1.2. Megalitik di Karo ... 38

1.3. Sejarah Singkat Palas Si Pitu Ruang ... 44

2. Fungsi Palas Si Pitu Ruang ... 50

3. Persepsi Masyarakat Desa Ajinembah Tentang Palas Si Pitu Ruang ... ... 52

(10)

iii DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bentuk Palas Sipitu Ruang ... 67

Gambar 2. Sejarah Sipitu Ruang ... 67

Gambar 3. Tempat Sesajen Masyarakat ... 68

Gambar 4. Pelestarian Palas Si Pitu Ruang ... 68

Peta Kabupaten Karo... 70

(11)

iv DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... 25

Tabel 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 26

Tabel 3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 28

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebudayaan masa prasejarah pada masyarakat sekarang di antaranya hanya dapat

dilihat dari tinggalan-tinggalan budaya materi dan beberapa perilaku masyarakatnya.

Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kretivitas merupakan buah pikiran yang dapat

berbentuk fisik tangible dan non fisik intangible. Tinggalan fisik dapat berupa artefak, ekofak

dan fitur, sedangkan tinggalan non- fisik dapat berupa falsafah, nilai, norma yang menjadi

sumber aktivitas kelakuan yang berpola dan tinggalan fisik kebudayaan masa lalu. Tinggalan

budaya masa lalu tersebut mengandung nilai-nilai penting yang diwariskan oleh generasi

terdahulu, sebagai sebuah hasil pemikiran yang kreatif, yang menjadi sumber daya yang unik

bagi generasi penerusnya.

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan manusia mulai dari sejak adanya manusia

yaitu pada masa paleolitikum dimana kelompok manusia hidup dengan cara berburu dan

mengumpulkan makanan secara sederhana, hingga masa Neolitikum yaitu ketika manusia

sudah bisa mengolah alam yaitu dengan bercocok tanam. Tampak bahwa kebudayaan

manusia berkembang dari satu masa ke masa yang lain, begitu juga dengan kepercayaan

manusia yang mengalami perkembangan. Perkembangan kepercayaan yang cukup kompleks

kemudian dikenal dalam tradisi Megalitik. Kebudayaan megalitik didasari oleh konsep

kepercayaan akan adanya roh, adanya kehidupan setelah mati, adanya hubungan timbal balik

antara orang yang mati dan yang hidup, dan adanya tempat tinggal roh yaitu di tempat-tempat

(13)

Tradisi megalitik dalam kenyataanya masih berkembang pada saat ini. Di beberapa

daerah di Indonesia, sekalipun tradisi tersebut tidak tampak secara utuh tetapi tetap

menyisakan unsur-unsurnya. Di Indonesia sendiri tradisi megalitik masih terus dibuat dan

digunakan oleh masyarakat seperti Nias, Nusa Tenggara Timur, Toraja, dan di pulau Samosir,

Bali bahkan unsur tradisi megalitik ini diduga juga berkembang di Tanah Karo hingga kini.

Disebutkan oleh Sarjani Tarigan (2009:64) di Tanah Karo sudah ada kepercayaan

tradisional sebelum agama baru masuk, adapun ungkapannya adalah sebagai berikut: “Sope

denga lit masuk agama simbaru, kiniteken kalak Karo enggo lit man Dibata. Kiniteken

sibagenda rupa nikataken igelari perbegu. Kiniteken man Dibata, tek man kuasa-kuasa si la

idah. Rikutken kiniteken agama perbegu, maka manusia terjadi ibas kula, tendi ras kesah.

Erti perbegu, asal katana begu, ertina hantu, tendi kalak si enggo mate. Adi sekalak perbegu

mate, dagingna mulih ku taneh, darehna mulih ku lau, kesahna mulihken ku angin, tendina

lawes jadi begu”. Adapun ungkapan tersebur artinya Sebelum masuk agama, kepercayaan

orang Karo sudah ada kepada Tuhan. Kepercayaan seperti ini dikatakan perbegu.

Kepercayaan kepada Tuhan, percaya kepada roh-roh halus. Karna kepercayaan agama

perbegu, maka manusia terjadi dari darah, roh dan nafas. Arti perbegu, asal katanya begu,

artinya hantu, roh orang yang telah meninggal. Jika seorang perbegu meninggal, badannya

kembali ke tanah, darahnya kembali ke air, nafasnya kembali ke angin, arwahnya pergi jadi

hantu.

Di Tanah Karo tinggalan arkeologis/situs yang berciri prasejarah diantaranya adalah

gua umang, Patung Pangulu balang, Silan bauah huta. Selain iti juga rumah adat merupakan

monumen tinggalan megalitik. Hal ini didasarkan atas adanya makna dan nilai-nilai

prasejarah yang ada pada rumah adat. Selain aspek kosmologis berbagai pola hias juga

(14)

Di desa Ajinembah, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo terdapat situs megalitik yang

memiliki pengaruh terhadap kebudayaan orang Karo. Masyarakat Desa Ajinembah

menamainya “ Palas Si Pitu Ruang”. Situs “Palas Si Pitu Ruang” sampai sekarang masih

dipelihara oleh masyarakat dengan cara memagar sekeliling areal tersebut, hal inilah yang

membuat penulis merasa tertarik untuk mengetahui sejarah, fungsi, persepsi serta upaya

masyarakat untuk melestarikan pada “ Palas Si Pitu Ruang” dalam kebudayaan Megalitik.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang “ Palas Si Pitu Ruang” ini peneliti mengangkat

permasalahan di atas menjadi sebuah tulisan dalam bentuk penelitian tentang “ Tinjauan

History “ Palas Si Pitu Ruang” sebagai Wujud Kebudayaan Megalitik di Desa

Ajinembah, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah adalah :

1. Sejarah lahirnya“ Palas Si Pitu Ruang” dalam kebudayaan megalitik

2. Fungsi “Palas Si Pitu Ruang” bagi masyarakat Desa Ajinembah, Kecamatan Merek,

Kabupaten Karo

3. Persepsi masyarakat Desa Ajinembah, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo tentang “

Palas Si Pitu Ruang”.

4. Upaya masyarakat Desa Ajinembah dalam melastarikan “Palas Si Pitu Ruang”.

(15)

Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana sejarah lahirnya “Palas Si Pitu Ruang” dalam kebudayaan megalitik?

2. Bagaimana fungsi “Palas Si Pitu Ruang” bagi masyarakat Desa Ajinembah,

Kecamatan Merek, Kabupaten Karo?

3. Bagaimana persepsi masyarakat Desa Ajinembah, Kecamatan Merek, Kabupaten

Karo tentang “Palas Si Pitu Ruang”?

4. Bagaimana upaya masyarakat Desa Ajinembah dalam melestarikan “Palas Si Pitu

Ruang”?

D. Tujuan Penelitian

Menetapkan tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting, karena setiap

penelitian yang dilakukan harus memiliki tujuan tertentu. Dengan berpedoman kepada

tujuannya, maka akan lebih mudah mencapai sasaran yang diharapkan. Dengan demikian

yang menjadi tujuan penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah lahirnya “ Palas Si Pitu Ruang” dalam

kebudayaan megalitik

2. Untuk mengetahui apa fungsi “ Palas Si Pitu Ruang” bagi masyarakat Desa

Ajinembah, Kecamata Merek, Kabupaten Karo

3. Untuk mengetahui persepsi masyarakat Desa Ajinembah, Kecamatan Merek,

Kabupaten Karo tentang “ Palas Si Pitu Ruang

4. Untuk mengetahui bagaimana cara masyarakat Desa Ajinembah dalam melestarikan “

(16)

E. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian diatas, maka diharapkan penelitian ini bermanfaat

untuk :

1. Memberikan pengetahuan dan wawasan kepada peneliti dan pembaca mengenai “

Palas Si Pitu Ruang” yang merupakan wujud kebudayaan megalitik di Desa

Ajinembah, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo.

2. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi peneliti lain yang bermaksud

mengadakan kajian lebih dalam pada penelitian ini.

3. Menambah perbendeharaan karya ilmiah bagi lembaga pendidikan, bagi Fakultas

Ilmu Sosial khususnya Universitas Negeri Medan.

4. Sebagai landasan bagi masyarakat dan pemerintah baik Pemerintah Daerah maupun

(17)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan keterangan dan analisis yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya

penulis menarik kesimpulan sebagai berikut

1. Lahirnya Palas Si Pitu Ruang karna Raja Umang ingin menikahi anak dari Raja

Sembahen yang bernama Buaten Beru Ginting Munte yang terdapat di Desa

Ajinembah. Setelah Raja Sembahen, keluarga dan Buaten Beru Ginting Munte

menyetujui lamaran dari Raja Umang maka syarat yang harus dipenuhinya adalah

membuat sesuatu barang yang ganjil sebagai pengganti mas kawin. Maka Raja

Umang membuat suatu rumah yang belum pernah ada dibawah langit dan diatas

bumi, yaitu Rumah Si Pitu Ruang yang dibangun selama tujuh hari tujuh malam.

2. Palas Si Pitu Ruang akan lebih rasional bila pada zaman dahulu difungsikan sebagai

rumah atau tempat tinggal. Pada masa sekarang ini berfungsi sebagai objek wisata dan

tempat penyembahan yang berbau mistisHal ini juga telah dapat dipertanggung

jawabkan secara ilmiah walaupun hanya sebagian kecil masyarakat mempercayai hal

yang berbau mistis diantara masyarakat yang mayoritas telah mempercayai kepada

Tuhan Yang Maha Esa.

3. Masyarakat Desa Ajinembah beranggapan Palas Si Pitu Ruang adalah awal dari

rumah adat tradisional karo. Masyarakat juga percaya bahwa situs ini memiliki

kekuatan supranatural yang dapat mengabulkan permohonan yang berbau mistis.

Masyarakat juga percaya bahwa Palas Si Pitu Ruang merupakan barang kuno.

4. Masyarakat Ajinembah melestarikan Palas Si Pitu Ruang dengan pemagaran

sekeliling situs, membersihkannya, dikeramatkan, serta diceritakan kepada

(18)

B. SARAN

1. Perlu diteliti lagi lebih mendalam seperti di gali oleh tim arkeologi.

2. Perlu di ajukan menjadi cagar budaya sehingga memiliki surat keterangan bahwa

objek itu adlah cagar budaya.

3. Memperkenalkan kepada masyarakat Karo khususnya dan masyarakat Indonesia

umumnya bahwa “Palas Si Pitu Ruang” merupakan salah satu tinggalan budaya masa

lalu.

4. Mengajak masyarakat Karo untuk melihat aspek lain yang dikandung “Palas Si Pitu

Ruang” yaitu melihat secara rasional agar masyarakat tidak hanya beranggapan

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Asmar, Teguh. 1983. Megalitik Unsur Pendukung Penelitian Sikap Hidup, dalam Pertemuan ilmiah Arkeolog (PIA) III. Jakarta: Puslitarkenas. Hal- 843.

Bangun, Tridah. 1986. Manusia Batak Karo. Jakarta: PT. Inti Idayu Press.

Departemen Pendidikan Nasional. 1999. Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat

Penelitian Arkeologi Nasional

Depdiknas.2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdikbud.1995/1996.Wujud Arti, dan Fungsi Puncak- puncak Kebudayaan Lama dan

Asli bagi Masyarakat Pendukungnya. Padang: Proyek P2NB.

Eli M, Setiadi.2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Cv Mas Agung.

Et Al. 1990.Ensiklopedia Nasional Indonesia Jilid 10. Jakarta: PT. Cipta Pustaka

Ginting, E,P. 1999. Religi Karo, Membaca Religi Dengan Mata Baru. Kabanjahe: Abdi Karya

Ismanto, Rickky. 2010. Pengaruh Tradisi Pemena Terhadap Kehidupan Masyarakat Karo di Desa Kidupen Kecamatan Juhar Kabupaten Karo: UNIMED

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. (2011). Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian Mahasiswa program Studi Pendidikan Sejarah. Medan: FIS UNIMED.

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 2011. Forum Arkeologi. Denpasar: Balai Arkeologi Denpasar.

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. 2011. Undang-undang Republik Indonesia nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. Jakarta: Direktorat Jenderal Sejarah

dan Purbakala.

Koentjraningrat, 1990.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Koentjanigrat, 2007.Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: UI- Press.

(20)

Lubis, Drs. A. Mukti, dkk. 1984/1985. Patung Panghulung Balang Di Daerah Batak Sumatera Utara. Sumatera Utara: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek

Pengembangan Permuseuman.

Martinus, S. 2001. Kamus Kata Serapan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Prinst, S.H, Darwin.2002. Kamus Karo Indonesia.Medan : Bina Media.

Salim, Emil, 1986. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial.

Sanjaya, Jajang A. 2008. Melacak Batu Menguak Mitos, Petulangan antar Budaya di Nias. Yogyakarta: Kanisius.

Setiawan, Tauficurahman. 2009. “Sarkofagus Samosir: Kreativitas Masyarakat Samosir dalam Sangkakala no.23, Medan. Balai Arkeologi Medan.

Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak

Soekmono, DR. R. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia I. Yogyakarta: Kanisius

Sugianto, Bambang. 2005. Kajian Etnografi Penguburan Dalam Gua (Studi Kasus Gua-gua di Kalimantan). Palembang: Siddhayarta Balar Palembang.

Tarigan, Sarjani. 2009. Lentera Kehidupan Orang Karo Dalam Berbudaya. Medan.

Thoha, Mifah. 1999. Perilaku Organisasi konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: CV. Rajawali.

Wiradnyana, Ketut. 2005. Gua Umang, Kubur Dinding Batu di Tanah Karo: Indikasi Tradisi Megalitik, dalam Sanghakala. Medan: Balai Arkeologi Medan.

Wiradnyana, Ketut dan Lukas Pertanda Koestro, 2007. Tradisi Megalitik di Pulau Nias. Medan. Balai Arkeologi Medan.

Wiradnyana, Ketut. 2011. Prasejarah Sumatera Bagian Utara: Kontribusinya Pada Kebudayaan Kini. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. .

(21)

Internet :

Gambar

Gambar 1. Bentuk Palas Sipitu Ruang ........................................................
Tabel 1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin......................... 25

Referensi

Dokumen terkait

y Memory technologies requiring transistor switch will be first Memory technologies requiring transistor switch will be first limited in scaling. limited in scaling - - >

(dibawah bimbingan Hj. NITA RAHAYU Sebagai Pembimbing I dan FARHANDIKA PUTRA Sebagai Pembimbing II). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingkat kepuasan pelanggan

[r]

tersebut, maka karyawan akan betah bekerja dengan masa kerja yang

Tabel 5 Rata-rata nilai hematokrit tikus putih jantan dengan pemberian bisacodyl dosis 5 mg/ekor dan konsumsi air pada jam ke-6 sampai jam ke-32. Selanjutnya dilakukan uji

Pada kelompok perlakuan yang diinduksi parasetamol kemudian diberi suplemen kelapa kopyor 1x dosis (P1) dan 3x dosis (P2) terjadi kenaikan aktivitas enzim SOD total, namun

adalah peserta didik yang ditunjuk bertugas menyanyikan lagu Indonesia Raya, lagu Mengheningkan Cipta, dan lagu wajib nasional lainnya pada saat yang telah ditentukan

(Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor