SKRIPSI
Diajukan Oleh : Elisabet Inge Mawarani
0613010176/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan Oleh : Elisabet Inge Mawarani
0613010176/FE/EA Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang diperlukan untuk
mendapatkan derajad strata 1 sarjana ekonomi pada jurusan akuntansi, fakultas
ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dalam
tata cara penulisan, penyajian maupun bobot materi yang diuraikan didalamnya,
oleh karena itu penulis sangat menghargai adanya kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak yang bersedia meluangkan waktu untuk membaca
skripsi ini.
Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari dorongan, motivasi, dan
bantuan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang dalam dan penghargaan
yang tinggi kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H.R. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
i
3. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, Msi selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa
Timur.
5. Ibu Dra. Ec. Sari Andayani MAks. selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing skripsi ini.
6. Para Dosen yang telah memberikan banyak bekal ilmu pengetuhuan dan suri
tauladan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Universitas
Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
7. Staf perpustakaan Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jatim yang
telah memberikan bantuan terhadap fasilitas peminjaman buku untuk
dijadikan referensi dalam penulisan skripsi ini.
8. Bursa Efek Indonesia yang telah membantu perolehan data dalam penelitian
skripsi ini.
9. Orang Tuaku yang selalu memberikan dukungan baik materiil dan moril,
dengan kasih sayang mereka selama ini. ”Thank you mom and dad, you are the best parents that I’ll ever had.”
10. Keluarga dan Adik-adiku (Santi dan Hesa) yang selalu memberikan
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
ii
iii
Girl’s, you always be my spirit to finish this.”
12. Buat Vincentius Bayu Torar yang telah membantu dengan memberikan
dukungan selama ini.
13. Saudara-saudara di KKMK Sancta Maria Annuntiata Sidoarjo yang selalu
memberikan dukungan moril.
14. Untuk semua orang yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu
Akhir kata, semoga Allah Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan
rahmat-Nya pada pihak-pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Salam Damai.
Surabaya, Juli 2010
DAFTAR ISI ... iv Latar Belakang Masalah... 01
1.2... Rumusan Masalah ... 09
1.3... Tujuan Penelitian ... 09
1.4... Manfaat Penelitian ... 09
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA... 11
2.1. Penelitian Terdahulu ... 11
2.1.1 Penelitian Lindrawati , Nita Felicia, J. Th. Budianto T. ... 11
2.1.2. Penelitian Raldy Yap dan Agnes Utari Widyaningdyah... 12
2.1.3.Penelitian Noorlailie Soewarno ... 14
2.1.4. Perbedaan Penelitian Ini dengan Penelitian Terdahulu... 15
2.2. Landasan Teori... 16
2.2.1. Laporan Keuangan ... 16
2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 16
2.2.1.2.Tujuan Laporan Keuangan... 17
2.2.1.3.Karakteristik Laporan Keuangan ... 17
2.2.2.2. Alasan pentingnya Penerapan CSR ... 30
2.2.2.3. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)... 32
2.2.2.4. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) ... 33
2.2.2.5. Konsep Triple Bottom Line ... 34
2.2.2.6. Ruang Lingkup Tanggungjawab Sosial Perusahaan... 36
2.2.2.7. Klasifikasi Bentuk Penerapan Tanggungjawab Sosial ... 37
2.2.2.8. Pengungkapan (Reporting) CSR... 38
2.2.2.9. Definisi Pengungkapan Kinerja CSR... 39
2.2.2.10. Alasan Pengukuran dan Pelaporan Kinerja CSR ... 40
2.2.2.11. Peraturan yang mendukung CSR ... 42
2.2.3. Kinerja Keuangan ... 43
2.2.3.1. Pengertian Profitabilitas... 44
2.2.3.2. Hubungan antara Pengungkapan CSR dengan Profitabilitas ... 46
2.3. Hipotesis ... 50
BAB III : METODE PENELITIAN... 51
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 51
3.1.1. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) ... 51
3.1.2. Profitabilitas Perusahaan... 52
3.2. Teknik Penentuan Sampel... 53
3.3. Teknik Pengumpulan Data... 54
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 55
3.4.1. Teknik Analisis ... 55
3.4.2. Uji Kualitas Data... 56
3.4.2.1. Uji Normalitas... 56
3.4.3. Uji Asumsi Klasik... 57
3.4.3.1. Uji Autokorelasi... 58
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 60
4.1.1. PT. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk. ... 61
4.1.2. PT. Timah Tbk. ... 62
4.1.8. PT. International Nickel Indonesia Tbk. ... 69
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 70
4.2.1. Profitabilitas Perusahaan Pertambangan tahun 2006 – 2008 .. 70
4.2.1.1 ROA ... 70
4.2.1.2 ROE ... 72
4.2.2. Indeks Pengungkapan CSR tahun 2006 – 2008 ... 74
4.3. Uji Kualitas Data ... 76
4.3.1. Uji Normalitas ... 76
4.4. Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 77
4.4.1. Pengujian Hasil Analisis Regresi Linier Sesuai Asumsi Klasik (Best Linear Unbiassed Estimator) ... 77
4.4.2. Pengujian Hipotesis ... 78
4.4.3. Pengujian Secara Simultan ... 78
4.5. Pembahasan ... 79
4.6. Keterbatasan Penelitian ... 80
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 82
5.1. Kesimpulan ... 82
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Bentuk Laporan Neraca ... 21
Tabel 2.2. Bentuk Laporan Laba Rugi... 24
Tabel 2.3. Bentuk Laporan Arus Kas... 26
Tabel 3.1. Deteksi adanya autokorelasi dengan kriteria Durbin Watson... 58
Tabel 4.1. Perhitungan Sampel ... 60
Tabel 4.2. Rekapitulasi ROA ... 71
Tabel 4.3. Rekapitulasi ROE ... 72
Tabel 4.4. Indeks Pengungkapan CSR ... 74
Tabel 4.5. Uji Normalitas ... 76
Tabel 4.6. Uji Autokorelasi ... 77
Tabel 4.7. Koefisien Regresi ... 78
Tabel 4.8. Analisis Varian (Anova) ... 78
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Konsep Triple Bottom Line... 34
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Bentuk Laporan Perubahan Ekuitas Perusahaan Pertambangan
Lampiran 2 Daftar Pengungkapan CSR tahun 2006
Lampiran 3 Daftar Pengungkapan CSR tahun 2007
Lampiran 4 Daftar Pengungkapan CSR tahun 2008
Lampiran 5 Rekapitulasi Pengungkapan ROA dan ROE tahun 2006 – 2008
Lampiran 6 Uji Normalitas
Lampiran 7 Hasil Regresi Linier untuk Return on Asset
Lampiran 8 Hasil Regresi Linier untuk Return on Equity
Lampiran 9 Tabel Durbin-Watson
Oleh :
Elisabet Inge Mawarani
Abstrak
Mewujudkan akuntabilitas dan transparansi yang tinggi perusahaan, perlu mengungkapkan kinerja CSR dalam “Laporan CSR”. Melalui laporan ini akan terungkap apakah tingkat keterbukaan perusahaan sudah satu level dengan harapan masyarakat (Darwin, 2006). Hal tersebut sesuai dengan asumsi bahwa terdapat kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat, maka sudah seharusnya perusahaan mengungkapkan kinerja sosialnya kepada pihak eksternal sebagai informasi dalam pengambilan keputusan, khususnya dalam hal prospek perusahaan. Sebelum melakukan investasi, investor perlu memastikan apakah modal yang ditanamkan mampu memberikan tingkat pengembalian (rate of return) yang diharapkan atau tidak, yaitu dengan cara mengetahui kinerja perusahaan. Perusahaan yang berkinerja baik akan dapat memberikan tingkat pengembalian yang lebih diharapkan dari pada berinvestasi pada perusahaan yang berkinerja tidak baik. Untuk itu diperlukan suatu penilaian kinerja pada perusahaan yang akan dijadikan sebagai tempat investasi.
Penelitian ini mengambil populasi perusahaan pertambangan yang listing di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan
purposive sampling (tidak acak). Data yang digunakan adalah data sekunder laporan keuangan yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan data CSR yang diperoleh dari Annual Report, Sustainability Report, atau Website
Perusahaan. Penyusunan penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif karena penelitian ini menggunakan angka – angka dalam pengumpulan data, analisis dan pembuktian hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian ini pengujian pengaruh pengungkapan kinerja CSR perusahaan terhadap ROA dan ROE dilakukan dengan mengunakan pengujian regresi linier sederhana.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah tingginya tingkat Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan tambang tidak dapat meningkatkan besanya return on asset pada perusahaan tambang dan semakin besarnya biaya Corporate Social Responsibility (CSR) yang digunakan pada perusahaan tambang mengurangi return yang akan diterima oleh pemegang saham.
Keywords : Perusahaan Pertambangan, Corporate Social Responsibility (CSR) dan Profitabilitas.
1.1.Latar Belakang Masalah
Sejarah perkembangan akuntansi yang terjadi setelah revolusi industri
menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak digunakan sebagai alat
pertanggungjawaban kepada pemilik modal, sehingga mengakibatkan
orientasi perusahaan lebih berpihak kepada pemilik modal, dengan
keberpihakan perusahaan kepada pemilik modal mengakibatkan perusahaan
melakukan eksploitasi sumber-sumber alam dan masyarakat (sosial) secara
tidak terkendali sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan alam dan pada
akhirnya mengganggu kehidupan manusia. Kapitalisme, yang hanya
berorientasi pada laba material, telah merusak keseimbangan kehidupan
dengan cara menstimulasi pengembangan potensi ekonomi yang dimiliki
manusia secara berlebihan yang tidak memberikan kontribusi bagi
peningkatan kemakmuran mereka tetapi justru menjadikan mereka mengalami
penurunan kondisi sosial. (Chwasitak, 1999 dalam Yap dan Widyaningdyah,
2009)
Salah satu informasi yang sering diminta untuk diungkapkan
perusahaan saat ini adalah informasi tentang tanggungjawab sosial
perusahaan. Tanggungjawab sosial perusahaan itu sendiri dapat digambarkan
sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non keuangan berkaitan dengan
interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya, yang
dapat dibuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial terpisah
(Gutrie dan Mathews, 1985 dalam Yap dan Widyaningdyah, 2009). Dampak
sosial perusahaan tergantung pada jenis atau karakteristik perusahaan.
Karakteristik operasi perusahaan yang menghasilkan dampak sosial yang
tinggi akan menuntut pemenuhan tanggungjawab sosial yang lebih tinggi pula.
Pelaksanaan tanggungjawab sosial akan disosialisasikan kepada publik
melalui pengungkapan sosial dalam laporan tahunan. (Yap dan
Widyaningdyah, 2009)
Pengakomodasian unsur tanggungjawab sosial di Indonesia belum
dijalankan dengan baik dan wajar dalam proses penilaian dampak sosial
maupun dalam pelaporan. Ini dibuktikan dengan begitu banyak timbul
berbagai konflik dan masalah pada industrial seperti demonstrasi dan protes
yang menyiratkan ketidakpuasan beberapa elemen stakeholders pada
manajemen perusahaan. Fenomena tersebut memberikan pemahaman untuk
memberikan guideline bahwa tanggungjawab perusahaan bukan lain sebagai entitas yang mementingkan diri sendiri, melainkan sebuah entitas yang wajib
melakukan adaptasi kultural dari lingkungan sosialnya. Tanggungjawab sosial
perusahaan bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi (menciptakan profit demi
kelangsungan usaha) melainkan juga tanggungjawab terhadap sosial dan
lingkungan. Dunia usaha tidak lagi diharadapkan pada tanggung jawab yang
berpijak pada single bottom line. Yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja namun juga harus
Corporate Social Responsibility (CSR) dapat dijalankan melalui tiga pilar yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan. Kegiatan yang dilakukan di
dalamnya berupa Community Development yang kemudian dikembangkan untuk mencapai citra yang baik di mata para stakeholders perusahaan. Adanya
beberapa pihak yang masih memandang pelaksanaan CSR dalam konteks
profitabilitas perusahaan merupakan tantangan tersendiri, karena seyogyanya
perusahaan juga harus memperhatikan orang dan lingkungan sekitarnya. Di
sini kemitraan antara perusahaan dengan pemerintah dan masyarakat sipil
merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan CSR. (Pambudi, 2006 dalam
Chandra dan Indrawati, 2008)
Perusahaan yang mengedepankan konsep community development
lebih menekankan pembangunan sosial dan pembangunan kapasitas
masyarakat sehingga dapat menggali potensi masyarakat lokal yang menjadi
modal sosial perusahaan untuk maju dan berkembang. Selain dapat
menciptakan peluang – peluang sosial ekonomi masyarakat, menyerap tenaga
kerja dengan kualifikasi yang diinginkan. Selain itu akan tumbuh trust (rasa percaya) dan sense of belonging (rasa memiliki) akan terbentuk dari masyarakat sehingga masyarakat merasakan adanya manfaat atas kehadiran
perusahaan. (Pambudi, 2006 dalam Chandra dan Indrawati, 2008)
Lingkungan secara tidak langsung akan menunjukkan hubungan antara
prinsip akuntansi dengan fenomena dunia nyata. Apabila lingkungan berubah,
maka akuntansi harus mengikuti perubahan tersebut agar akuntansi tetap
dengan perusahaan, yang merupakan kelompok sosial; akuntansi berkaitan
dengan transaksi dan peristiwa ekonomi lain yang memiliki konsekuensi
sosial dan mempengaruhi hubungan sosial, akuntansi menghasilkan
pengetahuan yang berguna dan bermakna bagi manusia yang terlibat dalam
aktivitas yang memiliki implikasi sosial; akuntansi terutama bersifat mental.
Atas dasar pedoman yang tersedia tersebut, akuntansi adalah sebuah sains
sosial. (Belkaoui, 2000)
Akuntansi sebagai bagian tak terpisahkan dari perusahaan, berupaya
mengakomodasi perubahan kecenderungan tersebut dengan melahirkan
akuntansi sosioekonomi sebagai wujud kepentingan terhadap pertukaran
perusahaan dengan lingkungan sosialnya. Menurut Belkaoui (1986: 339) akuntansi sosioekonomi didefinisikan sebagai proses pengurutan, pengukuran,
dan pengungkapan pengaruh yang kuat dari pertukaran antara suatu
perusahaan dan lingkungan sosialnya. Akuntansi sosioekonomi adalah suatu
ekspresi tanggungjawab sosial suatu perseroan. Pertukaran antara perusahaan
dan masyarakat, pada dasarnya terdiri dari penggunaan sumber – sumber
sosial. Apabila aktivitas perusahaan menyebabkan habisnya sumber sosial,
maka hasilnya adalah berupa biaya sosial, apabila aktivitas perusahaan
menyebabkan bertambahnya sumber sosial, maka hasilnya adalah berupa
faedah sosial. (Belkaoui, 1986: 339)
Untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi yang tinggi,
perusahaan perlu mengungkapkan kinerja CSR dalam “Laporan CSR”.
sudah satu level dengan harapan masyarakat (Darwin, 2006). Hal tersebut
sesuai dengan asumsi bahwa terdapat kontrak sosial antara perusahaan dengan
masyarakat, maka sudah seharusnya perusahaan mengungkapkan kinerja
sosialnya kepada pihak eksternal sebagai informasi dalam pengambilan
keputusan, khususnya dalam hal prospek perusahaan.
Peristiwa yang terjadi belakangan ini juga ikut menyadarkan akan arti
penting penerapan CSR. Sebagai contoh yang masih sangat segar adalah kasus
lumpur panas di ladang migas PT. Lapindo Brantas di Sidoarjo. Pada kasus
tersebut mengakibatkan perusahaan mengeluarkan anggaran yang tidak kecil
bahkan terhenti operasionalnya akibat adanya komplain masyarakat
(www.sinarharapan.co.id).
Masalah isu pencemaran lingkungan yang lain adalah pencemaran
yang dilakukan perusahan tambang PT Newmont Minahasa Raya yang
beroperasi di wilayah Teluk Buyat, Kabupaten Bolaang Mongondouw
Sulawesi Utara tahun 2004. Limbah tailing (sisa buangan tambang) yang
dihasilkan perusahaan tambang emas itu disebut-sebut mengakibatkan lebih
dari 100 warga di Teluk Buyat terkena penyakit Minamata. Penyakit
Minamata yang selama ini menyerang syaraf dikenal sebagai penyakit yang
muncul akibat terkontaminasi logam berat seperti arsenik dan merkuri.
Sejumlah LSM seperti Walhi dan Jatam menyampaikan bahwa penyakit yang
diderita masyarakat di sekitar Teluk Buyat karena bertambahnya kadar arsen
dan merkuri di laut di tempat PT Newmont membuang limbahnya.
Terdapat fenomena lain di tahun 2009 yang menggambarkan bahwa
perusahaan tambang merupakan perusahaan yang sangat sensitif pada dampak
pencemaran lingkungan. Fenomena lain itu adalah Gencarnya isu dari LSM
lingkungan yang kerap mengidentikkan pertambangan dengan kehancuran
lingkungan dinilai tidak tepat. Kalaupun isu itu gencar terjadi di Indonesia,
karena tidak adanya rencana reklamasi dari perusahaan pertambangan.
Kebanyakan perusahaan pertambangan di Indonesia hanya melakukan
replantasi, padahal mereka seharusnya bukan hanya melakukan replantasi
namun juga melakukan reklamasi. Kedua hal itu adalah hal yang berbeda,
reklamasi adalah perencanaan peruntukan daerah pertambangan setelah
dieksploitasi, sedangkan replantasi adalah penanaman kembali daerah
tambang pasca dieksploitasi. Reklamasi itu sendiri juga merupakan salah satu
kegiatan CSR. (www.detikbandung.com)
Pentingnya CSR juga ditunjukkan dengan adanya perhatian Menteri
Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar yang menyatakan bahwa
perusahaan sudah seharusnya bertanggungjawab atas emisi karbon dioksida
yang mereka lakukan dan tanggung jawab tersebut seharusnya masuk ke
inisiatif CSR (Jalal, 2007 dalam Lindarwati, 2008). Perusahaan yang
menyatakan memiliki komitmen CSR yang tinggi sudah sewajarnya
melakukan perhitungan atas emisinya dan melakukan upaya menetralkan
dampak tersebut. Pernyataan ini memang sangat relevan, mengingat pemanasa
handbook of Indonesia’s Energy Economy Statistics (2005). (Jalal, 2007 dalam Lindarwati, 2008)
Indonesia mewajibkan semua perusahaan melaksanakan CSR sesuai
dengan UU Perseroan Terbatas pasal 74 yang memuat aturan tentang
tanggung jawab sosial dan lingkungan. Selain itu, berdasarkan
Undang-undang Penanaman Modal No. 25 tahun 2007 pasal 15 dan 34 disebutkan
bahwa perusahaan yang tidak melaksanakan CSR akan dikenakan sanksi
administratif berupa peringatan tertulis, pembatalan kegiatan usaha,
pembekuan kegiatan usaha, dan yang terakhir adalah pencabutaan izin
kegiatan. (Soewarno, 2009)
Sebelum melakukan investasi, investor perlu memastikan apakah
modal yang ditanamkan mampu memberikan tingkat pengembalian (rate of return) yang diharapkan atau tidak, yaitu dengan cara mengetahui kinerja perusahaan. Perusahaan yang berkinerja baik akan dapat memberikan tingkat
pengembalian yang lebih diharapkan dari pada berinvestasi pada perusahaan
yang berkinerja tidak baik. Untuk itu diperlukan suatu penilaian kinerja pada
perusahaan. yang akan dijadikan sebagai tempat investasi.
Hubungan CSR dengan kinerja telah diteliti oleh Goukasian dan
Withnwy (2007) dalam Lindrawati (2008) yang menganalisis kinerja
keuangan dan operasional perusahaan yang bertanggungjawab secara sosial
dan etis. Kesimpulan dari penelitian Goukasian dan Withney mengindikasikan
bahwa perusahaan yang mengeluarkan biaya untuk bertanggungjawab secara
tetap dapat menampilkan kinerja sebaik perusahaan lain yang tidak
mengimplementasikan CSR. Selain itu Tsoutsoura (2004) dalam Lindrawati
(2008) juga menemukan bahwa CSR berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Kinerja perusahaan dapat diukur menggunakan return on equity (ROE) yang merupakan salah satu indikator penting bagi investor untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang dengan melihat
pertumbuhan profitabilitas perusahaan (Tandelilin, 2001:240 dalam
Lindrawati, 2008). Dengan ROE, investor atau pemilik dapat melihat tingkat
pengembalian atas investasi yang diukur dengan membandingkan laba bersih
terhadap ekuitas saham biasa (Weston dan Brigham, 1993:305 dalam
Lindrawati, 2008). Sebagai investor lebih baik melihat dari segi kinerja
operasi perusahaan karena dapat diperoleh informasi laba yang dapat
dijadikan dasar untuk menilai seberapa besar nilai kembalian investasi yang
dilakukan atau dikenal dengan istilah return on investment (ROI). (Lindrawati, 2008)
Melihat hal tersebut maka penulis berminat untuk melakukan
penelitian dengan mengambil judul :
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka rumusan
masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
”Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap profitabilitas perusahaan, pada perusahaan pertambangan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI)?”
1.3. Tujuan penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui, ada pengaruh signifikan atau tidak antara Pengungkapan
Corporate Social Responsibility (CSR) dan profitabilitas perusahaan pertambangan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
1.4. Manfaat Penelitian a. Bagi Perusahaan
Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajemen
mengenai keefektifan CSR dalam Laporan Tahunan, manfaat dan
kontribusi riil yang dirasakan masyarakat pada khususnya dan stakeholder
b. Bagi Investor
Sebagai pertimbangan dalam sebuah pengambilan keputusan
investasi, guna menentukan perusahaan yang dapat memberikan tingkat
pengembalian investasi yang diharapkan, tanpa melupakan tanggungjawab
sosialnya.
c. Bagi Masyarakat
Untuk memberikan wawasan tentang penerapan tanggungjawab
sosial suatu perusahaan untuk kemudian dijadikan tolak ukur kinerja suatu
2.1. Penelitian Terdahulu
2.1.1. Penelitian Lindrawati, Nita Felicia, J. Th. Budianto T. tahun 2008
Penelitian terdahulu dilakukan oleh Lindrawati, Nita Felicia, J.
Th. Budianto T. memposisikan penelitian ini pada penjelasan tentang
pengaruh penerapan CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan yang
terdaftar sebagai 100 Best Corporate Citizens oleh KLD Research &
Analytics. Diindikasikan bahwa perusahaan yang mengeluarkan biaya untuk bertanggungjawab secara sosial dan etis tidak menyebabkan trade-off (pertukaran) negatif dan tetap dapat menampilkan kinerja sebaik perusahaan lain yang tidak mengimplementasikan CSR.
Tujuan penelitian tersebut adalah untuk memperoleh bukti
empiris pengaruh penerapan Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar sebagai 100 Best Corporate Citizens oleh KLD Research & Analytics.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
pengujian hipotesis untuk menguji pengaruh CSR terhadap kinerja
keuangan perusahaan. CSR (X) diukur dengan menggunakan indeks
return shareholder dan stakeholders yang dipublikasikan oleh Bussines Ethics: KLD Research & Analytics. Kinder, Lydenberg and Domini
Research & Analytics, Inc. Sementara kinerja keuangan digunakan ROE (Y1) dan ROI (Y2). ROE menggambarkan sejauh mana kemampuan
perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham (laba
bersih dibandingan dengan ekuitas). ROI mengukur kemampuan
perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang
digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan (laba bersih dibandingkan
dengan aktiva).
Berdasarkan analisis dan pembahasan ditemukan bukti empiris
bahwa CSR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE, namun CSR
berpengarug signifikan terhadap ROI. Ini menunjukkan bahwa perusahaan
yang menerapkan CSR tetap dapat menampilkan kinerja keuangannya
(ROI) dengan baik. Meskipun dilihat dari ROE tidak signifikan. Hal ini
dapat diguanakan sebagai salah satu pertimbangan bagi investor untuk
menenamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki komitmen CSR
dan mengurangi anggapan bahwa penerapan CSR yang berbiaya besar
justru mengurangi return yang diharapkan investor. Demikian pula bagi manajemen, agar dapat lebih memperhatikan pelaksanaan CSR dengan
efektif dimana hal tersebut akan mampu mendorong perusahaan untuk
memiliki kinerja yang lebih baik lagi, sehingga diharapkan perusahaan
juga dapat bersaing secara terbuka dengan perusahaan multinasional
lainnya dalam menghadapi persaingan global.
2.1.2. Penelitian Raldy Yap dan Agnes Utari Widyaningdyah tahun 2009
Terdapat pula penelitian lain dari Raldy Yap dan Agnes Utari
pengungkapan pertanggungjawaban sosial industri high-profile lebih tinggi dari pada industri low-profile, yang diteliti melalui tema-tema pengungkapan pertanggungjawaban sosialnya.
Tujuan dari penelitian ini yaitu mengungkapkan fakta dari
tema-tema pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan dengan
membandingkan industri high-profile dan low-profile yang terdaftar di BEI tahun 2006. Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan
yang signifikan jumlah pengungkapan sosial antara perusahaan kelompok
high-profile dan low-profile yang terdaftar di BEI.
Dalam penyusunan penelitian ini menggunakan dua analisis.
Analisis yang digunakan adalah analisi kuantitatif dan kualitatif. Laporan
keuangan tahunan dianalisis menggunakan metode content analysis dan analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan indeks pengungkapan
sosial, yang merupakan luas pengungkapan relatif setiap perusahaan
sampel atas pengungkapan sosial yang dilakukannya dengan tujuh tema.
Selain itu pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji
beda rata-rata (Independent Sample t Test) dengan tujuan untuk
mengetahui adanya perbedaan rata-rata antara dua populasi,dengan
melihat rata-rata dua sampelnya.
Berdasarkan hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa
semakin banyak dampak sosial yang muncul pada lingkungan perusahaan
pada laporan tahunan. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan dalam penyajian jumlah pengungkapan sosial antara
perusahaan high-profile dan low-profile.
Perusahaan high-profile pada umumnya merupaka perusahaan yang memperoleh sorotan dari masyarakat karena operasinya memiliki
potensi untuk bersinggungan dengan masyarakat luas. Masyarakat
umumnya lebih sensitif terhadap model perusahaan seperti ini karena
kelalaian perusahaan dalam pengamanan proses produksi dan hasil
produksi dapat membawa akibat fatal bagi masyarakat.
Pada perusahaan low-profile, perusahaan tidak terlalu mendapat sorotan luas dari masyarakat, manakala operasi yang mereka lakukan
mengalami kegagalan atau kesalahan pada aspek tertentu dalam proses
atau hasil produksinya, perusahaan low-profile lebih ditoleransi oleh masyarakat luas manakala melakukan kesalahan.
2.1.3. Penelitian Noorlailie Soewarno tahun 2009
Penelitian yang dilakukan oleh Noorlailie Soewarno ini
mengidentifikasikan CSR tidak lagi dipandang lagi sebagai
kedermawanan, namun lebih dari itu, CSR telah menjadi salah satu cara
untuk meningkatkan kinerja bisnis. Melalui komitmen jangka panjang,
hasil substansial akan diperoleh melalui kepedulian terhadap komunitas.
pemimpin yang sabar dan melakukan CSR terus-menerus dalam jangka
dan dunia sosial yang lebih luas. Peneliti akhirnya mengdentifikasi
mengenai motif perusahaan melakukan CSR dan risikonya.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa perusahaan
melaksanakan CSR dengan motif yang berbeda-beda. Ada yang
melaksanakan CSR dengan motif phylantrophy/kedermawanan, ada juga yang bermotif melaksanakan peraturan karena CSR merupakan hal yang
mandatory, ada pula yang bermotif ekonomi, yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan laba perusahaan, ada pula yang memiliki motif untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan untuk menjaga kelangsungan
perusahaan dalam jangka panjang, sekaligus memperoleh laba yang
signifikan.
Dalam melaksanakan CSR, perusahaan dapat terekspos pada
berbagai risiko CSR yang meliputi risiko: (1) diluting manajerial attention, (2) non productive spending, (3) stretching the organizational coalition, (4) bad strategy implementation, (5) legitimacy destruction, (6)
issue ownership, dan (7) poor risk coomunication.
2.1.4. Perbedaan Penelitian Ini dengan Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu meneliti antara lain mengenai:
pengaruh penerapan CSR terhadap kinerja keuangan perusahaan yang
terdaftar sebagai 100 Best Corporate Citizens oleh KLD Research &
Empiris pada Perusahaan High Profile dan Low Profile), dan Corpotare Social Responsibillity : Motif dan Resikonya. Penelitian ini berbeda dengan penelitian–penelitian terdahulu, perbedaannya penelitian ini adalah
meneliti pengaruh pengungkapan Laporan Pertanggungjawaban Sosial
Perusahaan Pertambangan (termasuk perusahaan high-profile) terhadap profitabulitas perusahaan (termasuk salah satu pengukur kinerja
keuangan). Penelitian ini meneliti apakah ada pengaruh signifikan antara
Laporan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan dengan Profitabilitas
Perusahaan.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Laporan Keuangan
2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009: 1-2) yaitu ”Laporan
keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai
cara seperti sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan
dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral
dari laporan keuangan, disamping itu juga termasuk juga skedul dan
informasi yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi
keuangan, segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh
2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut PSAK No. 1 dalam Standart Akuntansi Keuangan 2009
paragraf 2, laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan
keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian
besar pengguna laporan. Laporan keuangan untuk tujuan umum termasuk
juga laporan keuangan yang disajikan terpisah atau yang disajikan dalam
dokumen publik lainnya seperti laporan tahunan atau prospektus.
Pernyataan ini berlaku pula untuk laporan keuangan konsolidasian. (SAK,
2009)
Selain dalam paragrapf 2, dijelaskan juga dalam paragraf 5, bahwa
laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi
tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka
membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas pengguna sumber- sumber daya yang dipercayakan kepada mereka, terdapat dalam. (SAK,
2009)
2.2.1.3 Karakteristik Laporan Keuangan
Menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Standart Akuntansi Keuangan (2009: 5-8), karakteristik
kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan
Karakteristik kualitatif tersebut yaitu (SAK, 2009: 5-8):
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung, dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki
kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa
lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil
evaluasi pengguna di masa lalu.
3. Materialitas
Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan
atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang di ambil atas dasar
laporan keuangan.
4. Keandalan
Informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang
tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
5. Penyajian jujur
Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambar dengan jujur
transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang
secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
6. Substansi Mengungguli Bentuk
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi
serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa
tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan
realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya.
7. Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pengguna, dan tidak
bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh
ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa
pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang
mempunyai kepentingan yang berlawanan.
8. Pertimbangan sehat
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat
melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aktiva
atau penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban atau
beban tidak dinyatakan terlalu rendah.
9. Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus
10.Dapat dibandingkan
Pengguna harus dapat membandingkan lapoan keuangan perusahaan
antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (tren) posisi dan
kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat membandingkan
laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
2.2.1.4. Jenis – jenis Laporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009: 13), jenis-jenis
laporan keuangan yang lengkap terdiri dari:
1. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang secara langsung
menggambarkan dengan posisi keuangan sebuah perusahaan dan
dalam neraca terdiri dari tiga unsur laporan keuangan, yaitu aktiva,
kewajiban, dan ekuitas (SAK, 2009: 13). Berikut ini adalah ilustrasi
Tabel 2.1. Bentuk Laporan Neraca
PT EMITEN PERTAMBANGAN UMUM Tbk. NERACA
31 DESEMBER 20X7 DAN 20X6 (Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham)
A K T I V A
(Setelah dikurangi penyisihan piutang raguragu sebesar Rp xxx.xxx pada tahun 20X7 dan Rp xxx.xxx pada tahun 20X6)
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 5 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx Pihak ketiga 2d,2 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx Piutang lain-lain
(Setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu sebesar Rp xxx.xxx pada tahun 20X7 dan
Rp xxx.xxx pada tahun 20X6) 2c,7,15 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx Persediaan 2e,8,2 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
(Setelah dikurangi penyisihan penurunan nilai sebesar Rp xx.xxxx pada tahun 20X7 dan Rp xxx.xxx pada tahun 20X6)
Pajak dibayar di muka 9,2 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx Biaya dibayar di muka 10 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx Aktiva lancar lain-lain 11 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Jumlah Aktiva Lancar xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
AKTIVA TIDAK LANCAR
Piutang hubungan istimewa 2c,12,55 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx Aktiva pajak tangguhan 2s,52 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx Investasi pada perusahaan asosiasi 2f,13,41 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx Investasi jangka panjang lain lain 2f,2g,2z,14,53,54 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx Aktiva tetap
(Setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp xxx.xxx pada tahun 20X7 dan
Rp xxx.xxx pada tahun 20X6) 2h,2o,15,30,43,53 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx Aktiva tak berwujud
(Setelah dikurangi akumulasi amortisasi sebesar Rp xxx.xxx pada tahun 20X7 dan
Rp xxx.xxx pada tahun 20X6) 2i,16 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx Biaya eksplorasi tangguhan 2j,17 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx Biaya eksplorasi 2k,19 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx dan pengembangan tangguhan
Biaya pengelolaan dan reklamasi
lingkungan hidup tangguhan 2m,34 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx Aktiva lain-lain 2k,19 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx Jumlah Aktiva Tidak Lancar xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
JUMLAH AKTIVA Rp xx.xxx.xxx Rp xx.xxx.xxx
PT EMITEN PERTAMBANGAN UMUM Tbk. NERACA
31 DESEMBER 20X7 DAN 20X6 (Lanjutan) (Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham) KEWAJIBAN DAN EKUITAS
Catatan 20X7 20X6
KEWAJIBAN LANCAR
Pinjaman jangka pendek 2z,6,8,15,55,56 Rp xx.xxx.xxx Rp xx.xxx.xxx
Wesel bayar 2z,22,56 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Hutang usaha 2z,23,56
Pihak ketiga xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa 55 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Hutang pajak 9,24 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Kewajiban anjak piutang 2d,6,21
Beban masih harus dibayar 2z,25,56 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Pendapatan diterima dimuka 26
Bagian kewajiban jangka panjang yang akan
jatuh tempo dalam waktu satu tahun: 2z,27
Pinjaman jangka panjang 2n,2p,4,15,30,62,69 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Hutang sewa guna usaha 2h,31 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Hutang obligasi 2n,15,33 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Bagian Penyisihan untuk Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan Reklamasi Lingkungan Hidup
yang Jatuh Tempo dalam Satu Tahun 2m,34 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Kewajiban lancar lain-lain 2 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Jumlah Kewajiban Lancar xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
KEWAJIBAN TIDAK LANCAR
Hutang hubungan istimewa 29,55 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Kewajiban pajak tangguhan 2s,52 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Pinjaman jangka panjang 2n,2p,2z,4,15,30,56,62,69 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Hutang sewa guna usaha 2h,2z,31,56 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Keuntungan Tangguhan Aktiva Dijual dan
Disewagunausahakan Kembal 32 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Hutang obligasi 2n,2z,15,33,56 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Penyisihan kewajiban pengelolaan dan
reklamasi lingkungan hidup tangguhan 2m, 34 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Kewajiban tidak lancar lain-lain xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Hutang subordinasi 35,55 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Obligasi konversi 2z,36,38,56 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
PT EMITEN PERTAMBANGAN UMUM Tbk. NERACA
31 DESEMBER 20X7 DAN 20X6 (Lanjutan) (Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Data Saham) EKUITAS
Modal saham
Saham Seri A nilai nominal Rp xxx Modal dasar seri A - xxx.xxx
Modal ditempatkan dan disetor penuh –
Seri A - xxx.xxx 36,38 Rp xx.xxx.xxx Rp xx.xxx.xxx Tambahan modal disetor – bersih 36,39 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx Selisih kurs karena penjabaran
laporan keuangan 2f,13,40 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx Selisih transaksi perubahan ekuitas
perusahaan Asosiasi 2f,13,41 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx Selisih transaksi restrukturisasi
entitas sepengendali 42 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx Laba (rugi) belum direalisasi dari
efek tersedia untuk dijual 2f,4,14 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx Selisih penilaian kembali aktiva tetap 2h,15 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Opsi saham 2t,47 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx Saldo Laba 2x,44,62
Yang telah dicadangkan penggunaannya xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx Yang belum dicadangkan penggunaannya xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx Dikurangi: Saham diperoleh kembali 45 (xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)
Jumlah Ekuitas xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS Rp xx.xxx.xxx Rp xx.xxx.xxx Sumber: www.bapepam.go.id
2. Laporan Laba Rugi
Laporan Laba Rugi adalah laporan yang berkaitan dengan
pengukuran kinerja yang menggambarkan pendapatan dan beban
perusahaan, selama periode waktu tertentu. Laporan laba rugi
minimal mencakup pos-pos pendapatan, laba rugi usaha, beban
pinjaman, beban pajak, laba atau rugi dari aktivitas normal
perusahaan, pos luar biasa, hak minoritas, dan laba atau rugi bersih
untuk periode berjalan (SAK, 2009: 13). Berikut ini adalah contoh
Tabel 2.2. Bentuk Laporan Laba Rugi
PT EMITEN PERTAMBANGAN UMUM Tbk. (Dalam Ribuan Rupiah, kecuali Laba per Saham)
LAPORAN LABA RUGI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL
31 DESEMBER 20X7 DAN 20X6
Catatan 20X7 20X6
PENJUALAN BERSIH 2q,48 Rp xx.xxx.xxx Rp xx.xxx.xxx
BEBAN POKOK PENJUALAN 49
LABA (RUGI) KOTOR xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
BEBAN USAHA 50
Beban penjualan xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx Beban umum dan administrasi xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx Beban eksplorasi xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx Jumlah Beban Usaha xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
LABA (RUGI) USAHA xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN 51 Penghasilan lain-lain :
Laba (rugi) penjualan aktiva tetap – bersih 15 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Penghasilan bunga xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
Beban lain-lain :
Beban bunga 2r,15 (xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)
Laba (rugi) kurs - bersih 2z,2aa,15 (xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)
Penghasilan (Beban) Lain-lain (xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)
BAGIAN LABA (RUGI) PERUSAHAAN
ASOSIASI 2f,13 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK PENGHASILAN
BEBAN (PENGHASILAN) PAJAK 2s,52
Periode berjalan (xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)
Tangguhan (xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)
(xx.xxx.xxx) (xx.xxx.xxx)
LABA (RUGI) DARI AKTIVITAS NORMAL xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
POS LUAR BIASA 53 xx.xxx.xxx xx.xxx.xxx
LABA (RUGI) BERSIH Rp x.xxx Rp x.xxx
3. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas adalah laporan yang
menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau
kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip
pengukuran tertentu yang dianut dan diungkapkan dalam laporan
keuangan (SAK, 2009: 13). Ilustrasi dari laporan perubahan ekuitas
terdapat dalam lampiran.
4. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas merupakan laporan yang berisi mengenai
informasi tentang arus kas sebuah perusahaan, dimana berguna bagi
para pengguna laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas serta setara kas dan
menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut.
Laporan arus kas member informasi historis mengenai perubahan kas
dan setara kas,yang diklasifikasikan menurut aktivitas operasi,
investasi, dan pendanaan. Penyusuanan dan pelaporan arus kas ini
berlaku di Indonesia sejak 1 Januari 2005, yang terdapat dalam PSAK
no 2 (SAK, 2009: 13). Berikut ini adalah ilustrasi dari laporan arus
Tabel 2.3. Bentuk Laporan Arus Kas
PT. EMITEN PERTAMBANGAN UMUM Tbk.
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL
31 DESEMBER 20X7 DAN 20X6
(Dalam Ribuan Rupiah)
20X7 20X6
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Penerimaan kas dari pelanggan Rp x.xxx.xxx Rp x.xxx.xxx Pembayaran kas kepada:
Pemasok (x.xxx.xxx) (x.xxx.xxx)
Direksi dan karyawan (x.xxx.xxx) (x.xxx.xxx) Kas yang dihasilkan dari operasi x.xxx.xxx x.xxx.xxx Penghasilan bunga x.xxx.xxx x.xxx.xxx Hasil penjualan investasi jangka pendek x.xxx.xxx x.xxx.xxx Pembayaran bunga (x.xxx.xxx) (x.xxx.xxx)
Pembayaran Pajak Penghasilan (x.xxx.xxx) (x.xxx.xxx) Arus kas sebelum pos luar biasa x.xxx.xxx x.xxx.xxx
Hasil dari asuransi karena kebakaran x.xxx.xxx – Kas Bersih dari Aktivitas Operasi x.xxx.xxx x.xxx.xxx
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
Penurunan (kenaikan) deposito berjangka x.xxx.xxx x.xxx.xxx Hasil penjualan dari:
Investasi jangka pendek x.xxx.xxx x.xxx.xxx Investasi jangka panjang lain x.xxx.xxx x.xxx.xxx Aktiva tetap x.xxx.xxx x.xxx.xxx Penerimaan dividen x.xxx.xxx x.xxx.xxx Penerimaan bunga obligasi x.xxx.xxx x.xxx.xxx Penambahan untuk:
Aktiva tetap (x.xxx.xxx) (x.xxx.xxx) Aktiva minyak dan gas bumi
Investasi jangka pendek (x.xxx.xxx) (x.xxx.xxx)
Investasi pada perusahaan asosiasi (x.xxx.xxx) (x.xxx.xxx) Investasi jangka panjang lain (x.xxx.xxx) (x.xxx.xxx)
Penurunan (kenaikan) aktiva tak berwujud (x.xxx.xxx) (x.xxx.xxx) Penurunan (kenaikan) aktiva lain-lain (x.xxx.xxx) (x.xxx.xxx) Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Investasi (x.xxx.xxx) (x.xxx.xxx)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
Pinjaman jangka pendek x.xxx.xxx (x.xxx.xxx) Kenaikan (penurunan) hutang hubungan istimewa x.xxx.xxx (x.xxx.xxx)
PT EMITEN PERTAMBANGAN UMUM Tbk.
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL-TANGGAL
31 DESEMBER 20X7 DAN 20X6 (Lanjutan)
(Dalam Ribuan Rupiah)
20X7 20X6
Penerimaan dari penerbitan saham – bersih Rp x.xxx.xxx Rp x.xxx.xxx Penerimaan dari penerbitan obligasi konversi – bersih x.xxx.xxx x.xxx.xxx Penerimaan hutang subordinasi x.xxx.xxx - Penambahan hutang jangka panjang:
Bank x.xxx.xxx x.xxx.xxx
Sewa guna usaha x.xxx.xxx x.xxx.xxx
Obligasi x.xxx.xxx x.xxx.xxx
Pembayaran hutang jangka panjang:
Bank (x.xxx.xxx) (x.xxx.xxx)
Sewa guna usaha (x.xxx.xxx) (x.xxx.xxx)
Obligasi (x.xxx.xxx) (x.xxx.xxx)
Pembayaran dividen tunai (x.xxx.xxx) (x.xxx.xxx) Penurunan (kenaikan) piutang hubungan istimewa (x.xxx.xxx) (x.xxx.xxx) Kas Bersih Digunakan untuk Aktivitas Pendanaan (x.xxx.xxx) (x.xxx.xxx)
KENAIKAN BERSIH KAS DAN SETARA KAS x.xxx.xxx x.xxx.xxx
PENGARUH SELISIH KURS x.xxx.xxx x.xxx.xxx
SALDO KAS DAN SETARA KAS PADA AWAL
TAHUN x.xxx.xxx x.xxx.xxx
SALDO KAS DAN SETARA KAS PADA
AKHIR TAHUN Rp x.xxx.xxx Rp x.xxx.xxx
Aktivitas yang tidak mempengaruhi arus kas: Kapitalisasi biaya pinjaman selama masa pembangunan:
Rugi kurs x.xxx.xxx x.xxx.xxx
Bunga x.xxx.xxx x.xxx.xxx
Kenaikan aktiva tetap akibat penilaian kembali
aktiva tetap x.xxx.xxx -
Restruturisasi hutang jangka panjang dengan
aktiva tetap x.xxx.xxx -
Perolehan aktiva sewa guna usaha melalui hutang
sewa guna usaha x.xxx.xxx x.xxx.xxx Tambahan modal disetor yang berasal dari
perubahan ekuitas dalam aktiva bersih
perusahaan asosiasi – setelah dikurangi pajak x.xxx.xxx x.xxx.xxx
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Dalam PSAK no. 1 halaman 13, Catatan atas laporan
keuangan adalah catatan yang mengungkapkan:
a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa
dan transaksi yang penting.
b. Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan di
neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan
arus kas.
c. Informasi yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi
diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
2.2.2. Corporate Social Responsibility (CSR)
2.2.2.1. Latar Belakang Tanggungjawab Sosial Perusahaan (CSR)
Teknologi suatu sistem perekonomian meletakkan suatu struktur
pada masyarakatnya yang tidak hanya menentukan akivitas ekonominya
tetapi juga mempengaruhi hubungan sosialnya dan kesejahteraannya. Oleh
karenanya suatu pengukuran yang terbatas pada konsekuensi ekonomi saja
tidaklah memadai sebagai suatu penaksiran hubungan sebab – akibat
sistem semesta pengukuran ini mengabaikan pengaruh sosial
(Belkaoui:1986).
Setiap perusahaan selayaknya memahami bahwa setiap perusahaan
lingkungan sosial tertentu tersebut. Dalam kondisi seperti itu, perusahaan
tidak bisa berlaku tidak menghiraukan manusia – manusia di
sekelilingnya, itulah sebabnya perusahan seharusnya menyadari dan tidak
hanya cukup mengetahui bahwa lingkungan sosial harus dijaga, dengan
cara mengusahakan kurangnya dampak atau imbas psikologis, ekonomi
dan budaya terhadap orang – orang disekelilingnya. Perhatian terhadap
manusia di sekeliling perusahaan harus semakin ditingkatkan kalau
perusahaan menyandang nama sebagai industri dengan skala besar. Karena
perusahaan mengusung teknologi tinggi dengan resiko yang tinggi pula.
(Soemanto, 2007)
Sebelum perusahaan atau pabrik menimbulkan masalah fisik,
kehadirannya sendiri telah menimbulkan situasi yang menyebabkan
manusia di sekelilingnya menjadi terpencil, terlebih jika mereka tidak
mampu memahami teknologi yang diterapkan dalam perusahaan. Untuk
mengatasi kesenjangan sosial yang demikian, perusahaan
menyelenggarakan kegiatan kontribusi bagi penduduk yang tinggal di
2.2.2.2. Alasan pentingnya Penerapan CSR
Setidaknya ada 3 alasan penting mengapa kalangan dunia usaha
harus merespon dan mengembangkan isu tanggungjawab sosial sejalan
dengan operasi usahanya (Wibisono, 2007) :
1. Perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar
bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Perusahaan
mesti menyadari bahwa mereka beroperasi dalam suatu tatanan
lingkungan masyarakat. Kegiatan sosial ini berfungsi sebagai
kompensasi atau upaya timbal balik atas penguasaan sumber daya
alam dan sumber daya ekonomi oleh perusahaan yang kadang bersifat
ekspansif dan eksploratif, di samping sebagai kompensasi sosial
karena timbulnya ketidaknyamanan (Discomfort) pada masyarakat. 2. Kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang
bersifat simbios mutualisme. Untuk mendapatkan dukungan dari
masyarakat, setidaknya Licence to operate, wajar bila perusahaan juga dituntut untuk memberikan kontribusi positif kepada masyarakat,
sehingga bisa tercipta harmonisasi hubungan bahkan pendongkrakan
citra dan performa perusahaan.
3. Kegiatan tanggungjawab sosial merupakan salah satu cara untuk
meredam atau bahkan menghindari konflik sosial. Potensi konflik itu
bias berasal akibat dampak operasional perusahaan ataupun akibat
kesenjangan struktural dan ekonomis yang timbul antara masyarakat
Penyebab lain timbulnya tanggungjawab sosial perusahaan adalah
dengan adanya kecenderungan beralihnya perhatian pada kesejahteraan
individu ke arah kesejahteraan sosial, yang bergerak dari kegiatan mencari
keuntungan sebesar besarnya tanpa melihat efek sampingnya kearah
mencari laba yang berwawasan lingkungan. Hal itu menimbulkan berbagai
berbagai pemikiran tentang tanggung jawab sosial perusahaan menurut
(Harahap, 2003) sebagai berikut :
1. Kecenderungan terhadap Kesejahteraan Sosial. Sejarah menunjukkan
bahwa kelangsungan hidup manusia, kesejahteraan masyarakat yang
sebenarnya hanya dapat lahir dari sikap kerjasama antar unit – unit
masyarakat itu sendiri. Negara tidak bisa hidup sendiri tanpa
partisipasi rakyatnya, perusahaan juga tidak akan maju tanpa dukungan
pelanggannya maupun lingkungan sosialnya. Kenyataan ini semakin
disadari dan semakin dibutuhkan pertanggungjawabannya.
2. Kecenderungan terhadap kesadaran lingkungan. Dalam literatur,
paradigma ini dikenal dengan the human exceptionalism paradigm
menuju the new environtment paradigm, paradigma yang pertama menganggap bahwa manusia adalah makhluk unik di bumi yang
memiliki kebutuhan sendiri yang tidak dapat dibatasi oleh kebutuhan
makhluk lain. Sebaliknya paradigma yang terakhir menganggap bahwa
manusia adalah makhluk di antara bermacam – macam makhluk yang
dibatasi oleh sifat keterbatasan itu sendiri baik sosial, ekonomi atau
politik.
3. Perspektif ekosistem. Orientasi yang terdahulu lebih diarahkan kepada
pembangunan ekonomi, efisiensi, profit maximation sehingga, menimbulkan krisis ekosistem.
4. Ekonomisasi vs Sosialisasi. Ekonomisasi hanya mengarahkan
kepuasan individual sebagai suatu unit yang selalu mempertimbangkan
cost dan benefit tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat. Sebaliknya sosialisasi menekankan perhatiannya terhadap kepentingan
sosial dan selalu mempertimbangkan efek sosial yang ditimbulkan oleh
kegiatannya. Walaupun sosialisasi belum tampak nyata. Namun
pengaruh pemerintah dan tekanan sosial cenderung menguntungkan
kepedulian sosial. Akhirnya diperlukan suatu alat untuk mengukur
sejauh mana pengaruh perusahaan terhadap masyarakat.
2.2.2.3. Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)
Beberapa manfaat yang akan dirasakan oleh perusahaan dengan
melaksanakan tanggungjawab sosialnya menurut Jackie Ambadar (2008)
antara lain :
1. Perusahaan akan terhindar dari reputasi negatif perusak lingkungan,
yang hanya mengejar keuntungan jangka pendek tanpa
2. Kerangka kerja etis yang kokoh dapat memandu para manager dan
karyawan menghadapi masalah seperti permintaan lapangan kerja dari
lingkungan sekitarnya.
3. Perusahaan etis mendapat rasa hormat dari kelompok inti masyarakat
yang sangat membutuhkan perusahaan ini eksis, terutama pelanggan
dan karyawannya.
4. Banyak perusahaan yang sadar bahwa perilaku etis dapat membuat
perusahaan aman dari gangguan lingkunganm sekitar, sehingga dapat
beroperasi dengan lancar.
2.2.2.4. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)
Ada beberapa definisi yang mengambarkan bentuk tanggungjawab
sosial perusahaan diantaranya :
Berdasarkan definisi Mallen bahwa CSR adalah tentang bagaimana
perusahaan mengelola proses bisnisnya untuk menghasilkan keseluruhan
dampak positif pada masyarakat. (Mallenbaker.com)
Dewan Bisnis Dunia untuk Pembangunan Berkelanjutan dalam
Corporate Social Responsibility (CSR), juga dikenal sebagai tanggungjawab perusahaan, corporate citizenship, bisnis yang
bertanggungjawab, berkelanjutan bisnis yang bertanggungjawab (SRB),
atau kinerja sosial perusahaan, adalah suatu bentuk perusahaan pengaturan
diri diintegrasikan ke dalam model bisnis.
Uni Eropa (EU Green Paper on CSR) mengemukakan bahwa “CSR is a concept whereby companies integrate social and environtmental concern in their business operationsand their interaction with their stakeholders on a voluntary basic”.
World Council for Sustainable Development menyebut CSR sebagai: “Continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workspace and their families as well as of the local community and society at large.”
2.2.2.5. Konsep Triple Bottom Line
Pendekatan di atas merupakan bentuk yang mengisyaratkan bahwa
perusahaan tidak hanya dihadapkan pada tanggungjawab yang berpijak
pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan yang hanya direfleksikan dalam kondisi keuangan saja, tetapi juga harus berpijak pada tiga prinsip
People (Sosial)
Planet (lingkungan) Profit (keuntungan)
Gambar 1 : Konsep Triple Bottom Line
Sumber : SWA. Edisi 26/XXI/19 Desember 2005 – 11 Januari 2006
1. Profit (keuntungan). Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap kegiatan usaha. Tak heran bila fokus utama
dari setiap kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham setinggi – tingginya, baik secara langsung
atau pun tidak langsung. Inilah bentuk tanggungjawab sosial ekonomi
yang paling esensial terhadap pemegang saham.
2. People (Masyarakat Pemangku Kepentingan). Menyadari bahwa masyarakat merupakan stakeholder penting bagi perusahaan, karena dukungan mereka, terutama masyarakat sekitar, sangat diperlukan
bagi keberadaan, kelangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan,
maka sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat
lingkungan, perusahaan perlu berkomitmen untuk berupaya
memberikan manfaat sebesar – besarnya kepada mereka. Selain itu
juga perlu disadari bahwa operasi perusahaan berpotensi memberikan
dampak kepada masyarakat. Karenanya pula perusahaan perlu untuk
intinya, jika ingin eksis dan akseptabel, perusahaan harus
menyertakan pula tanggungjawab sosial.
3. Planet (Lingkungan). Unsur ketiga yang mesti diperhatikan juga adalah planet atau lingkungan. Jika perusahaan ingin eksis dan
akseptabel maka harus disertakan pula tanggungjawab kepada
lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh
bidang kehidupan kita. Semua kegiatan yang kita lakukan mulai kita
bangun tidur di pagi hari hingga kita terlelap di malam hari
berhubungan dengan lingkungan. Air yang kita minum, udara yang
kita hirup, seluruh peralatan yang kita gunakan, semuanya berasal dari
lingkungan. Lingkungan dapat menjadi teman atau musuh kita,
tergantung bagaimana memperlakukan.
2.2.2.6. Ruang Lingkup Tanggungjawab Sosial Perusahaan
Meskipun isu utamanya akan berbeda baik antara sektor industri
maupun antar perusahaan, namun secara umum isu CSR mencakup 5
(lima) komponen pokok. (Darwin, 2006) :
1. Hak Azasi Manusia (HAM). Bagaimana perusahaan menyikapi
masalah HAM dan strategi serta kebijakan apa yang dilakukan oleh
perusahaan untuk menghindari terjadinya pelanggaran HAM di
perusahaan yang bersangkutan.
2. Tenaga Kerja (Buruh). Bagaimana kondisi tenaga kerja di supply chain
kesejahteraan hari tua dan keselamatan kerja, peningkatan
keterampilan dan profesionalisme karyawan, sampai pada soal
penggunaan tenaga kerja di bawah umur.
3. Lingkungan hidup. Bagaimana strategi dan kebijakan yang
berhubungan dangan masalah lingkungan hidup. Bagaimana
perusahaan mengatasi dampak lingkungan atas produk atau jasa mulai
dari pengadaan bahan baku sampai pada masalah buangan limbah,
serta dampak lingkungan yang diakibatkan oleh proses produksi dan
distribusi produk.
4. Sosial – masyarakat. Bagaimana strategi dan kebijakan dalam bidang
sosial dan pengembangan masyarakat setempat (Community development), serta dampak operasi perusahaan terhadap kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat.
5. Dampak produk dan jasa terhadap pelanggan. Apa saja yang dilakukan
oleh perusahaan untuk memastikan bahwa produk dan jasa bebas dari
dampak negatif seperti: mengganggu kesehatan, mengancam
keamanan, dan produk terlarang.
2.2.2.7. Klasifikasi Bentuk Penerapan Tanggungjawab Sosial
Bradshaw mengemukakan ada 3 bentuk tanggungjawab sosial
perusahaan yaitu (Harahap 2007:360) :
tanggungjawabnya. Bentuk tanggungjawab ini bisa merupakan kegitan
amal, sumbangan atau kegiatan lain yang mungkin saja tidak langsung
berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
2. Corporate Responsibility, di sini kegiatan pertanggungjawaban itu sudah merupakan bagian dari tanggungjawab perusahaan bisa arena
ketentuan UU atau bagian dari kemauan atau kesediaan perusahaan.
3. Corporate Policy, di sini tanggungjawab sosial perusahaan itu sudah merupakan bagian dari kebijakannya.
2.2.2.8. Pengungkapan (Reporting) CSR
Sebagai tahap akhir dari penerapan CSR adalah pengungkapan
(Reporting) yang akan mengungkap sejauh mana pelaksanaan CSR dan merupakan pertanggungjawaban terhadap stakeholders secara luas. Pada
dasarnya perusahaan yang sukses dalam menjalankan CSR memiliki tiga
nilai dasar (Core Values) yang ditanam secara mengakar dalam perusahaan, yaitu (Darwin Ali, 2006) :
1. Ketangguhan Ekonomi
2. Tanggungjawab lingkungan
3. Akuntabilitas sosial
Jika kinerja keuangan suatu perusahaan tercermin dalam laporan
keuangan, maka kinerja CSR akan dapat disimak melalui sebuah laporan
kinerja CSR. Laporan CSR atau laporan keberlanjutan pada hakekatnya
memuat tiga aspek pokok yaitu; ekonomi, lingkungan, dan sosial.
2.2.2.9. Definisi Pengungkapan Kinerja CSR
Secara umum pengungkapan kinerja CSR merupakan produk dari
Social Responsibility Accounting sehingga menurut Belkaoui (2000: 229) akuntansi sosial dapat didefinisi dengan tepat sebagai “Proses
seleksi variabel – variabel kinerja sosial tingkat perusahaan, ukuran dan
prosedur pengukuran yang secara sistematis mengembangkan informasi
yang bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja sosial perusahaan, dan
mengkomunikasikan informasi tersebut kepada kelompok sosial yang
tertarik, baik di dalam maupun di luar perusahaan”.
Menurut Belkaoui (2000: 230) tentang siapa yang menekankan
untuk membuat laporan sosial perusahaan adalah :
1. Mengasumsikan bahwa tujuan CSR adalah untuk meningkatkan citra
perusahaan dan memegang asumsi, biasanya secara implisit, bahwa
perilaku perusahaan baik secara asasi.
2. Mengasumsikan bahwa tujuan CSR adalah untuk menghentikan
pertanggungjawaban organisasi dengan asumsi bahwa kontrak sosial
terjadi antara organisasi dengan masyarakat. Keberasaan kontrak
3. Tampaknya mengasumsikan bahwa CSR secara efektif memperluas
pelaporan keuangan tradisional dan tujuanya adalah untuk memberi
informasi bagi investor.
2.2.2.10. Alasan Pengukuran dan Pelaporan Kinerja CSR
Berbagai alasan yang digunakan untuk pengukuran dan
pengungkapan kinerja Corporate Social Responsibility (CSR) melahirkan berbagai argumen sebagai berikut (Belkaoui, 2000):
1. Argumen pertama adalah yang terkait dengan kontrak sosial secara
implisit diasumsikan bahwa organisasi seharusnya bertindak untuk
memaksimalkan kesejahteraan sosial, jika terjadi kontrak antara
organisasi dengan masyarakat. Dengan demikian, organisasi
memperoleh sejenis legitimasi dari masyarakat berbagai hukum
kemasyarakatan memberikan persetujuan agar kontrak menjadi
lebih eksplisit. Sementara kontrak sosial diasumsikan implisit.
Hukum ini berisi aturan main yang harus dipilih oraganisasi yang
akan menjadi kontrak sosial.
2. Teori keadilan Rawis, yang disajikan dalam bukunya A Theory of Justice berisi prinsip – prinsip untuk mngevaluasi hukum dan kebiasaan dari sudut pandang moral, dan menjelaskan konsep
kejujuran yang bermanfaat bagi akuntansi sosial.
3. Argumen ketiga adalah kebutuhan pengguna. Pada dasarnya,
membuat keputusan alokasi dananya. Argumen yang dibuat oleh
beberapa orang menyatakan bahwa pemegang saham itu konservatif
dan hanya peduli terhadap deviden. Kenyataanya, sesuai dengan
survei yang dilakukan pada pemegang saham, mereka
menginginkan perusahaan menggunakan sumber dayanya agar
lingkungan bersih, menghentikan polusi lingkungan, dan membuat
produk yang aman. Berikut ini agar mengelola pengeluaran dengan
memperhatikan keadaan sosial :
Mengintegerasikan masalah kesadaran sosial perusahaan, etika
dan lingkungan pada pembuat keputusan perusahaan, dan
meyakinkan bahwa kesadaran tersebut telah dimiliki oleh dewan
direksi.
a. Mengembangkan metode untuk mengevaluasi dan melaporkan
dampak sosial dan lingkungan akibat aktivitas perusahaan.
b. Memodifikasi struktur perusahaan untuk membuat mekanisme
yang sesuai untuk menghadapai krisis sosial, lingkungan dan etika.
Sehingga perusahaan menjadi organisasi yang siap krisis, bukan
organisasi yang Crisis-prone. Perusahaan yang tidak menyiapkan diri untuk keadaan, kritis tidak mudah untuk bertahan.
c. Membuat insentif bagi perilaku yang sesuai dengan etika.
Lingkungan dan sosial dan mengintegrasikan insentif tersebut
dan tidak mempunyai pengaruh, maka perubahan permanen tidak
pernah terjadi.
d. Mengakui jika lingkunganya bersih, maka perusahaan tersebut
dapat menjadi pemimpin dalam mengurangi polusi dan bijaksana
dalam mengunakan sumber daya alam.
4. Argumen keempat adalah investasi sosial. Pada dasarnya, diasumsikan bahwa saat ini kelompok investor yang etis tergantung pada informasi
yang disediakan laporan tahunan untuk membuat keputusan investasi.
Sehingga pengungkapan informasi sosial menjadi penting jika investor
mempertimbangkan dampak negatif dengan tepat pengeluaran kesadaran
sosial pada laba per lembar saham, sepanjang kompensasi dampak
positifnya dapat mengurangi resiko atau timbulnya ketertarikan yang lebih
besar dari kelompok investor.
2.2.2.11. Peraturan yang mendukung CSR
Terdapat undang-undang (UU) no 40 tahun 2007 tentang
perseroan terbatas yang mendukung adanya CSR, dalam bab lima UU
yaitu Tanggungjawab Sosial Perusahaan, pasal 74 dikatakan bahwa
(www.scribd.com) :
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan
2. Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya
dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggungjawab sosial dan
lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
2.2.3. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan digunakan untuk menganalisis keuangan
korporasi, analisis keuangan menghasilkan informasi tentang penilaian dan
keadaan keuangan korporasi, baik yang telah lampau atau saat sekarang,
serta ekspektasinya di masa depan. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi setiap kelemahan dari keadaan keuangan yang dapat
menimbulkan masalah di masa yang akan datang serta menentukan setiap
keuangan yang dapat menimbulkan masalah di masa yang akan datang
serta menentukan tingkat kredibilitas atau potensi untuk investasi.
(Tampubolon, 2005: 35)
Kinerja keuangan dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori,