• Tidak ada hasil yang ditemukan

NOTULENSI Rapat Penyiapan Penyusunan FS dan DED Pembangunan Fasiltas Pengolahan Emas Non Merkuri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NOTULENSI Rapat Penyiapan Penyusunan FS dan DED Pembangunan Fasiltas Pengolahan Emas Non Merkuri"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

1. Daftar Peserta Rapat a. Direktur Pengelolaan B3 b. Kasubdit Penanganan B3 c. Bapak Hoetomo

d. Kasi Penghapusan B3 e. Staf Subdit Penanganan B3 f. Perwakilan dari BPPT : 1) Bapak Widi B 2) Ibu Anindita H 3) Bapak Adelin S 4) Bapak Arif S 5) Asep N

2. Agenda pertemuan adalah pembahasan awal penyusunan DED pembangunan fasiltas pengolahan emas non merkuri.

3. Pertemuan dibuka dan dipimpin oleh Kasubdit Penanganan B3.

4. Kasubdit Penanganan B3 menyampaikan usulan rencana kerja pertemuan teknis untuk pembahasan DED dengan BPPT agar sesuai diskusi sebelumnya, dokumen DED bisa diselesaikan akhir Bulan Februari 2017. Pertemuan dijadwalkan akan dilaksanakan sebanyak 9 (sembilan) kali (terlampir).

5. Pak Aditya dan Ibu Makna menyampaikan pemaparan hasil survei lahan lokasi penyiapan DED di Lebak, Banyumas dan Pacitan :

a. Opsi lokasi lahan 1 Desa Ciladaeun

1) Lokasi tidak masuk dalam WPR dan terletak di samping jalan provinsi 2) Sumber air berasal dari aliran sungai

3) Sumber energy listrik berasal dari PLN b. Opsi lokasi lahan 2 Kampung Sampay

1) Lokasi tidak masuk dalam WPR milik Haji Saprudin 2) Lokasi jalan setapak

3) Sumber air dari aliran sungai 4) Sumber listrik dari PLN

c. Opsi lokasi lahan 3di Kampung Sampay

1) Lokasi di WPR dan memiliki IPR milik Haji Saprudin

2) Sumber air dari air sungai dan dari dalam lubang tambang 3) Sumber energy dari PLN

d. Hasil kunjungan survey adalah adanya opsi pemilihan lokasi yaitu 1 desa Ciladeun, dan 2 lokasi milik Haji Saprudin. Yang memiliki kriteria

NOTULENSI

Rapat Penyiapan Penyusunan FS dan DED Pembangunan Fasiltas Pengolahan Emas Non Merkuri

(2)

persyaratan untuk pembangunan fasilitas sarana pengolahan emas non merkuri terkait legalitas IPR/WPR adalah lokasi ke-3 Kampung Sampay. e. Tindak lanjut adalah perlu diberikan mekanisme penggunaan lahan. f. Lokasi Banyumas :

1) Opsi lokasi di 1 Desa Paningkaban

2) Lokasi di WPR, sedang diajukan IPR ke Dinas ESDM Jateng 3) Kondisi jalan setapak

4) Sumber air berasal dari aliran sungai 5) Sumber energy listrik dari PLN

6) Tim melakukan pengambilan sampel untuk pengujian ph dan do 7) Proses pengolahan emas dilakukan secara manual crushing

8) Hasil kunjungan survey adalah pemilihan lokasi di Banyumas hanya di Desa Paningkaban dan masuk dalam WPR. Saat ini sedang mengajukan proses IPR (sudah masuk dalam KESDM).

9) Pemilik tanah menginginkan agar dilakukan dengan mekanisme sewa. g. Lokasi Pacitan ada 3 lokasi :

h. Lahan 1 :

1) Berada di luar WPR dan IPR

2) Tidak ada air permukaan sehingga perlu pipa paralon 3) Pemilik tidak menginginkan didirikan fasilitas

i. Lahan 2

1) Milik perorangan

2) Sudah memiliki IPR dan WPR 3) Akses jalan tidak memadai

4) Sudah tersedia sarana pengolahan yaitu rod mill, tempat perendaman proses sianida

5) Sumber air dari sumur bor 6) Sumber listrik PLN

j. Lahan 3

1) Milik perseorangan

2) Tidak masuk IPR dan WPR

3) Akses jalan memadai\insfraktruktur tersedia 4) Sumber listrik PLN

k. Hasil kunjungan survey adalah terdapat 2 opsi yaitu opsi lahan 2 dan opsi lahan 3.

l. Rencana/ tindak lanjut adalah perlu dilakukan penentuan mekanisme penggunaan lahan dan dilakukan MoU antara KLHK dengan Pemkab Pacitan.

6. Diskusi:

a. Kasubdit Penanganan B3 mengharapkan agar setiap pertemuan agar dihadiri oleh 6 (enam) orang perwakilan dari BPPT (dan satu untuk bapak direktur pusat pengembangan)

(3)

b. Untuk pertemuan di KLHK akan dijadwalkan pada siang hari pukul 13.30 WIB.

c. Untuk pertemuan di luar KLHK (Bogor dan Tangerang Selatan) akan dijadwalkan pada pagi hari.

d. Pak Adelin menyampaikan dari 3 lokasi, lokasi yang memenuhi untuk keterjaminan pasokan bahan baku adalah di lokasi ke-3 Kampung Sampay, namun perlu untuk dilakukan perbaikan akses jalan. Lokasi di Kampung Cildaeun jauh dari pasokan bahan baku. Lokasi ke-2 Kampung Sampay juga masuk ke dalam sehingga tidak menjamin masuknya bahan baku.

e. Kasubdit Penanganan B3 menyampaikan agar dipenuhi terlebih dahulu kebutuhan dokumen DED yaitu lahan yang siap pakai dan tidak bermasalah karena keterbatasan waktu dan biaya TA 2017. Alokasi project untuk memenuhi pembangunan fisik sehingga harus mencari lokasi yang siap pakai. Untuk permasalah WPR atau IPR bisa dikesampingkan. Opsi ke-3 tidak mungkinkarena keterbatasan waktu dan biaya untuk memperbaiki kualitas dan akses jalan.

f. Pemilihan pada lokasi 1 dan 2 lebih memungkinan.

g. Kriteria harus memenuhi dengan lokasi pada 1 titik yang terbuka, akses terpenuhi, lahan tidak bermasalah.

h. Dari lokasi di Lebak akan menjadi percontohan di Banyumas dan Pacitan. i. Pak Adelin menyampaikan lokasi ke-2 merupakan pilihan pertama karena

kepala desanya sudah menyetujui untuk dibangun fasilitas pengolahan emas non merkuri.

j. Bu Nindi menyampaikan untuk lokasi ke-2 berbukit dan membutuhkan pemerataan jalan.

k. Pak Widi menyampaikan dalam pemilihan lokasi sudah ditentukan criteria-kriteria baku, beberapa hal yang penting adalah sumber air, listrik, jumlah penambang, topografi, legalitas, keamanan, dan akses jalan.

l. Direktur Pengelolaan B3 menyatakan agar penempatan fasilitas memiliki WPR sehingga memiliki legalitas yang jelas. Sesuai komitmen Menteri KLHK untuk menata aktifitas pertambangan rakyat di Indonesia.

m. Pak Widi menyatakan apabila salah satu kriteria penting dalam pemilihan lokasi adalah legalitas (WPR dan IPR), maka akan disepakati bersama hal tersebut harus dipenuhi.

n. Bapak Hoetomo menambahkan untuk faktor keamanan perlu untuk diperhatikan. Selain itu untuk perjanjian usaha bisa dilakukan secara individual atau koperasi juga harus diperhatikan.

o. Bapak Hoetomo menyampaikan kriteria sumber listrik agar tidak melebihi 75 kwh/25 host power.

p. Pak Widi menyampaikan semua pemilihan lokasi berada pada pengolahan biji primer.

(4)

q. Kasubdit Penanganan B3 mengharapkan apabila semua kriteria baku sudah memenuhi, project bisa segera dilanjutkan. Untuk pemilihan teknologi yang akan digunakan merupakan output dari BPPT.

r. Menurut Pak Adeline di Banyumas memiliki respon yang baik karena dengan adanya pengolahan tersebut bisa memberi manfaat lebih kepada warganya.

s. Pertambangan emas di Pacitan memiliki kriteria yang unik. Jumlah penambangnya sedikit. Untuk akses relative lebih mudah. BPPT cenderung memilih di lokasi ke-2 karena dari sisi keamanan baik, lahannya luas, air permukaan juga ada, pemilik lahan juga sudah mengizinkan.

t. Kasubdit Penanganan B3 menyampaikan alokasi dana untuk pembangunan fasilitas pengolahan emas non merkuri untuk 1 lokasi adalah 1,5 M disertai 3 bulan dilakukan pendampingan.

u. Bapak Widi menyampaikan rencana pada tanggal 6 - 7 Februari 2017 akan dilakukan kunjungan koordinasi ke vendor di Bandung. Kunjungan tersebut akan dilaksanakan oleh 2 tim (3 orang) masing-masing ke Bandung dan Surabaya.

v. Bapak Widi menyampaikan alternative terbaik untuk menggantikan merkuri adalah sianida.

w. Kasubdit Penanganan B3 menyampaikan apabila memungkinkan bisa dilakukan jar test untuk 2 teknologi (sianida dan non sianida) dalam pengolahan emas non merkuri agar ada justifikasi saat dilaksanakannya lelang.

REKOMENDASI/ TINDAK LANJUT

1. Sudah ditentukan untuk pemilihan lokasi penyusunan DED fasilitas pengolahan emas non merkuri pada 3 (tiga) lokasi adalah sebagai berikut :

a. Untuk Lebak dipilih lokasi Opsi 3 Kampung Sampay milik Haji Saprudin b. Untuk Banyumas dipilih lokasi Desa Paningkaban

c. Untuk Pacitan dipilih lokasi Opsi 2 Desa Kebonsari milik Bapak Edi

2. Kasubdit Penanganan B3 mengharapkan pada pertemuan ke-4 atau ke-5 sudah diberikan dokumen jar test.

(5)

DIREKTORAT PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA BERACUN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN SAMPAH, LIMBAH DAN BAHAN

BERACUN BERBAHAYA

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

LAPORAN PERJALANAN DINAS

KUNJUNGAN LAPANGAN DALAM RANGKA KOORDINASI DENGAN VENDOR TERKAIT DENGAN VERIFIKASI PERKIRAAN HARGA FABRIKASI PERALATAN

PENGOLAHAN EMAS NON MERKURI

Bandung – Jawa Barat 6 – 7 Februari2017 oleh : E. Nixon Pakpahan Aisyah Syafei Widi Brotokusumo Abdul Hapid Asep Nurohmat Harri Gunawan Makna Fathana Sabila

(6)

I. Dasar Pelaksanaan/Sumber Dana

1. Peraturan Menteri RI Nomor 53 2010 Tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2001 Tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Negara;

2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P. 18/Menlhk-ll/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;

3. Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-22/PB/2013 Tentang Ketentuan Lebih Lanjut Pelaksanaan Perjalanan Dinas Dalam Negeri Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap.

4. Surat Tugas Nomor: ST. 34/PB3/PB3/PLB.1/2/2017 Tanggal 3 Februari 2017

II. Petugas yang Melakukan Perjalanan Dinas 1. E. Nixon Pakpahan 2. Aisyah Syafei 3. Widi Brotokusumo 4. Abdul Hapid 5. Asep Nurohmat 6. Harri Gunawan

7. Makna Fathana Sabila 8. Aditya Febrian Masri

III. Pelaksanaan Perjalanan Dinas

Perjalanan Dinas berlangsung pada tanggal 6 Februari 2017 bertempat di Bandung, Jawa Barat. Kunjungan lapangan ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai perkiraan biaya fabrikasi pembangunan peralatan pengolahan emas non merkuri.

1. PT. Kramat Raya Sejahtera

- Kunjungan ke workshop PT. Kramatraya Sejahtera diterima oleh Bapak Oky Maulana (Pemilik). Dalam pertemuan tersebut dijelaskan mengenai maksud dan tujuan kedatangan tim KLHK dan tim BPPT ke workshop. Bapak Oky Maulana menyampaikan beberapa hal sebagai berikut :

 PT. Kramat raya Sejahtera berdiri sejak tahun 1994 dan bergerak dibidang perdagangan, industri mesin dan manufaktur, dengan

(7)

kegiatan produksi mesin, pengerjaan logam, struktur baja dan peralatan laboratorium, dengan kapasitas produksi lebih dari 150 unit mesin per tahun. Jenis mesin yang diproduksi PT. Kramat Raya Sejahtera dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Spesifikasi mesin produksi PT. Kramat Raya Sejahtera

No. Nama Peralatan Spesifikasi Harga

1 Primary Jaw Crusher Kapasitas : 1 ton/jam

Daya Listrik : 5.6 kW 380 volt Berat : 1200 kg 350 rpm 95jt 2 Secondary Jaw Crusher Kapasitas : 1 ton/jam

Daya Listrik : 4.1 kW 380 volt Berat : 650 kg

350 rpm

65jt

3 Double Roll Crusher Kapasitas : 1 ton/jam Daya Listrik :3 kW 380 volt Berat : 750 kg

N/A

4 Hopper Berat : 200 kg N/A

5 Ball Mill

Mesin ini berfungsi untuk menggiling biji mineral hingga mencapai lumpur dengan kehalusan mencapai 200 mesh

Kapasitas : 1 ton/jam

Daya Listrik : 11.25kW 380 volt Berat : 3400 kg

38 rpm

Rotary 360o (lebih efisien)

(spesifikasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Spesifikasi paling kecil untuk pengolahan adalah 100 kg)

N/A

6 Mixing Tank Kapasitas : 1 ton/jam

Daya Listrik : 2.25 kW 380 volt Berat : 500 kg

70 rpm

N/A

7 Air Compressor Kapasitas : 1 ton/jam

Daya Listrik : 3.75 kW 380 volt Berat : 200 kg 300 rpm N/A 8 Hydrocyclone Separator Kapasitas : 1 ton/jam

Daya Listrik : 3.75 kW 380 volt Berat : 250 kg

300 rpm

N/A

LPG Burner Smelter Gas consumption : 6 kg/jam Kapasitas : 10 kg/batch Tilting with Hydraulic

N/A

 PT. KramatRaya Sejahtera telah berpengalaman dalam produksi mesin untuk pertambangan rakyat dan telah mengirimkan beberapa peralatan mesin untuk kegiatan pertambangan ke beberapa area tambang seperti Solok, Papua, Cianjur, Pati, Jambi, Gorontalo dan Soreang.

(8)

 PT. Kramat Raya Sejahteratelah mengirimkan produk perusahan ke beberapa perusahaan tambang lain seperti Geoservices, PT. Surveyor Indonesia dan Sucofindo.

Diskusi :

a. Bapak Widi BPPT menyampaikan bahwa alat-alat yang akan dibutuhkan dalam pembuatan perlatan pengolahan emas non merkuri yaitu jaw crusher, double roll, ball mill, hydrocyclone, sumpbox, hopper dan tanki leaching (material : fiber glass, dengan pengaduk, air compressor, watering cone yang digunakan untuk memastikan kesesuaian kekentalan hasil olahan).Beliau menanyakan apakah PT. Kramat Raya Sejahtera dapat memproduksi alat spiral humphrey, pompa slurry dan watering cone.

b. Bapak Oky menyampaikan bahwa beliau dapat memproduksi ketiga peralatan tersebut. Akan tetapi terdapat kekurangan dalam pembuatan spiral humphrey yaitu alat tersebut tidak dapat disetting ulang, statis dan lekukannya tidak landai, sedangkan umur pompa slurry akan sangat pendek.

c. Tim BPPT menanyakan mengenai biaya ekspedisi serta perakitan alat apakah sudah termasuk dalam biaya produksi

d. Bapak Oky menyampaikan bahwa dalam pelaksanaan awal, PT. Kramat Raya Sejahtera akan melakukan survei awal untuk menentukan perkiraan biaya transportasi dan perakitan. Biaya produksi tidak termasuk dalam biaya ongkos kirim/pengangkutan mesin dan perakitan alat serta biaya tak terduga lainnya. Biaya tersebut akan dibebankan kepada user.Beliau memberikan saran untuk menggunakan sistem baut untuk pemasangan peralatan yang akan dirakit, karena apabila memakai sistem las akan memakan biaya dan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan sistem baut dan perakitan akan dilakukan dengan sistem knockdown. e. Paket pekerjaan meliputi penyiapan spesifikasi alat, spesifikasi bangunan

serta rincian biaya.

- Dilakukan demo peralatan primary jaw crusher, secondary jaw crusher,serta penyariangan dengan sieve di area workshop PT. Kramat Raya Sejahtera.

(9)

Foto dokumentasi kegiatan :

Kunjungan ke PT. Kramat Raya Sejahtera

Peralatan Jaw Crusher dan Secondary jaw crusher

Bola Baja yang ditempatkan di dalam ball mill

Output batuan dengan besar 3 mm

2. CV. Sarana Jaya Utama

- Kunjungan ke workshop CV. Sarana Jaya Utama diterima oleh Bapak Cecep. Dalam pertemuan tersebut dijelaskan mengenai maksud dan tujuan kedatangan tim KLHK dan tim BPPT ke workshop. Bapak Cecep menyampaikan beberapa hal sebagai berikut :

 CV. Sarana Jaya Utamamulai berdiri sejak tahun 1987 dan bergerak dibidang produksi alat preparasi batu bara, preparasi emas dan penelitian lapangan geologi dalam skala laboratorium. Hasil industri CV. Sarana Jaya Utama berupa mesin-mesin dan peralatan laboratorium, preparasi tambang. Jenis mesin yang diproduksi CV. Sarana Jaya Utama dapat dilihat pada Tabel 2.

(10)

Tabel 2. Spesifikasi mesin produksi CV. Sarana Jaya Utama

No. Nama Peralatan Spesifikasi Harga

1 Jaw Crusher

(face : manganese steel)

Kapasitas : 1 ton/jam

Daya Listrik : 5.5 HP 380 volt Berat : 1200 kg 1400 rpm 50jt 2 Secondary Jaw Crusher Kapasitas : 1 ton/jam

Daya Listrik : 4.1 kW 380 volt Berat : 650 kg

350 rpm

N/A

3 Hopper Disesuaikan dengan kebutuhan N/A

4 Ball Mill

Mesin ini berfungsi untuk menggiling biji mineral hingga mencapai lumpur dengan kehalusan mencapai 200 mesh

Kapasitas : 1 ton/jam Rotary 360o (lebih efisien)

(spesifikasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Spesifikasi paling kecil untuk pengolahan adalah 100 kg)

N/A

5 Mixing Tank Disesuaikan dengan kebutuhan N/A

6 Air Compressor Disesuaikan dengan kebutuhan N/A 7 Hydrocyclone

Separator

Disesuaikan dengan kebutuhan N/A 8 LPG Burner Smelter Disesuaikan dengan kebutuhan N/A

 CV. Sarana Jaya Utama telah mengirimkan produk perusahan ke beberapa perusahaan tambang lain seperti ANTAM, Termalindo, Geoservices, PT. Surveyor Indonesia dan Sucofindo.

 CV. Sarana Jaya Utamatelah berpengalaman dalam produksi mesin untuk pertambangan rakyat dan telah mengirimkan beberapa peralatan mesin untuk kegiatan pertambangan ke beberapa area tambang seperti Pongkor dan Sukabumi.

Diskusi :

a. Bapak Widi BPPT menyampaikan bahwa alat-alat yang akan dibutuhkan dalam pembuatan perlatan pengolahan emas non merkuri yaitu jaw crusher, double roll, ball mill, hydrocyclone, sumpbox, hopper dan tanki leaching (material : fiber glass, dengan pengaduk, air compressor, watering cone yang digunakan untuk memastikan kesesuaian kekentalan hasil olahan).Beliau menanyakan apakah CV. Sarana Jaya Utama dapat memproduksi peralatan tanki leaching.

(11)

b. Bapak Cecep menyampaikan bahwa perusahaan dapat memproduksi peralatan tersebut. Pembuatan alat akan disesuaikan dengan kebutuhan dan spesifikasi yang akan diberikan oleh tim.

c. Tim KLHK – BPPT menanyakan mengenai penentuan biaya transport dan biaya perakitan alat.

d. Bapak Cecep menyampaikan bahwa penentuan biaya transport akan disesuaikan, oleh karena itu diperlukan survei ke lokasi tempat peralatan akan dipasang. Biaya produksi tidak termasuk dalam biaya ongkos kirim/pengangkutan mesin serta biaya tak terduga lainnya. Biaya tersebut akan dibebankan kepada user. Biaya perakitan dapat disesuaikan dengan komitmen antara kedua belah pihak.

e. Ibu Aisyah menanyakan mengenai lama pengerjaan produksi alat.

f. Bapak Cecep menyampaikan bahwa lama pengerjaan alat akan berkisar dari 3 hingga 4 bulan.

- Dilakukan demo peralatan primary jaw crusher di area workshop CV. Sarana Jaya Utama.

Foto dokumentasi kegiatan:

Kunjungan ke CV. Sarana Jaya Utama Peralatan jaw crusher CV. Sarana Jaya Utama

(12)

Output batuan sebelum dan sesudah diolah dengan jaw crusher

Peralatan jaw crusher CV. Sarana Jaya Utama

3. PT. Kerta Laksana

- Kunjungan ke workshop PT. Kertalaksana diterima oleh Bapak Andy Budiaman. Dalam pertemuan tersebut dijelaskan mengenai maksud dan tujuan kedatangan tim KLHK dan tim BPPT ke workshop. Bapak Andy menyampaikan beberapa hal sebagai berikut :

 PT. Kerta Laksana berdiri sejak tahun 1974. Perusahaan bergerak di bidang produksi mesin teknologi untuk pengolahan powder dan perusahaan bulk. Perusahaan lebih bergerak di bidang produksi mesin agroindustri. Perusahaan mengekspor komponen, mesin ke Ghana, Pantai Gading dan San Pedro, dll. Perusahaan mengembangkan dan memproduksi kakao mesin pengolahan, mesin untuk powder dan bulk, alat pertambangan dan pendukung.

 Produk PT. Kerta Laksana adalah Cocoa Chox, Cleaning Machine, Cocoa Processing Machine, Machinery for Powder and Bulk, Coffee Processing Machine.

 PT. Kerta Laksana pernah membuat peralatan mixing blusting untuk proses amonium nitrat + solar yang digunakan untuk drilling pertambangan emas.

 Biaya produksi tidak termasuk dalam biaya ongkos kirim/pengangkutan mesin. Biaya tersebut akan dibebankan kepada user.

Diskusi :

a. Bapak Widi BPPT menyampaikan bahwa alat-alat yang akan dibutuhkan dalam pembuatan perlatan pengolahan emas non merkuri yaitu jaw crusher, double roll, ball mill, hydrocyclone, sumpbox, hopper dan tanki leaching (material : fiber glass, dengan pengaduk, air compressor, watering cone yang digunakan untuk memastikan kesesuaian kekentalan hasil olahan).Beliau menanyakan apakah menanyakan apakah PT. Kerta Laksana dapat memproduksi peralatan tambang seperti hydrocyclone dan tanki leaching.

(13)

b. Bapak Andy menyampaikan bahwa perusahaan dapat memproduksi peralatan tersebut. Akan tetapi apabila untuk pengolahan batuan, liner harus diganti. Pembuatan alat akan disesuaikan dengan kebutuhan dan spesifikasi yang akan diberikan oleh tim.

c. Ibu Aisyah menanyakan mengenai lama pengerjaan produksi alat.

d. Bapak Andy menyampaikan bahwa lama pengerjaan alat akan berkisar dari 1 hingga 2 bulan. Perusahaan juga akan melakukan commsisioning fasilitas pengolahan emas tersebut.

e. Bapak Andy menyampaikan bahwa perusahaan mengekspor alat ball mill dari Jerman.

Foto Dokumentasi Kegiatan:

Kunjungan ke PT. Kerta Laksana Peralatan ball mill PT. Kerta Laksana

Cyclone PT. Kerta Laksana V. Rencana Tindak Lanjut

1. Tim KLHK – BPPT akan mengirimkan detail spesifikasi peralatan kepada ketiga perusahaan vendor

2. Perusahaan akan menyampaikan harga perkiraan sendiri (HPS) untuk setiap jenis alat sesuai yang dibutuhkan oleh BPPT.

(14)

1. Daftar Peserta Rapat

a. Kasubdit Penanganan B3 b. Kasi Penghapusan B3 c. Staf Subdit Penanganan B3 d. Perwakilan dari BPPT : 1) Bapak Widi B 2) Ibu Anindita H 3) Ibu Vany N 4) Bapak Adelin S 5) Bapak Haerul 6) Bapak Asep N

2. Agenda pertemuan adalah pembahasan lanjutan draft penyusunan DED fasilitas pengolahan emas non merkuri.

3. Pertemuan dibuka dan dipimpin oleh Kasubdit Penanganan B3.

4. Kasubdit Penanganan B3 mengharapkan agar dari hasil diskusi bisa diperoleh masukan untuk usulan bidding dan kesiapan terakhir dari BPPT untuk melakukan jar test.

5. Bu Makna menyampaikan pemaparan hasil kunjungan ke vendor peralatan di Bandung pada tanggal 6 – 7 Februari 2017 :

a. PT. Kramat Raya Sejahtera

1) Berdiri sejak tahun 1994 bergerak di bidang perdagangan industry mesin dan manufaktur

2) Jenis mesin yang diproduksi diantaranya primary jaw crusher (95 juta), secondary jaw crusher (65 juta), hopper, ball mill, mixing tank, air conditioner

3) Telah berpengalaman menjual peralatan kepada beberapa usaha pertambangan

b. CV. Sarana Jaya Utama

1) Berdiri 1997 bergerak dipreparasi batubara, emas

2) Jenis mesin yang diproduksi diantaranya primary jaw crusher (95 juta), secondary jaw crusher (50 juta), hopper, ball mill, mixing tank, air conditioner

3) Telah berpengalam mengirim produk ke perusahaan pertambangan c. PT. Kerta Laksana

1) Bergerak di bidang produksi peralatan agro industry (pengolahan kakao)

2) Mengirim produksi ke beberapa negara lain NOTULENSI

Rapat Penyusunan DED Pembangunan Fasilitas Pengolahan Emas Non Merkuri Ruang Rapat Stockholm (KLHK) – Rabu, 8 Februari 2017

(15)

3) Produk dari perusahaan adalah cocoa mix, cleaning machine, cocoa processing, ball mill (harus diganti liner) dll.

6. Pak Adit menyampaikan pemaparan Basic Engineering Design :

a. Merkuri merupakan cairan perak (Hg) yang bisa digunakan dalam pengolahan emas dan memiliki efek bagi manusia dan lingkungan.

b. Teknologi pengolahan emas dengan merkuri yang dilakukan tanpa pengolahan limbah dapat membahayakan manusia dan lingkungan

c. Teknologi alternative pengganti merkuri diantaranya adalah teknologi sianida dan leaching tioure.

d. Dilakukan perhitungan reactor dan analisa ekonomi untuk teknologi sianida dan leaching tioure.

7. Diskusi:

a. Pak Widi menyampaikan dari 3 vendor ada 2 perusahaan yang berpotensi bisa memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh BPPT yaitu PT. Kramat Raya Sejahtera dan CV. Sarana Jaya Utama karena sudah memiliki pengalaman dan sudah pernah melakukan suplai produk ke perusahaan pertambangan. Selain itu BPPT juga sudah pernah melakukan pemesanan kepada mereka. Untuk PT. Kerta Laksana dirasa tidak memiliki pengalaman untuk membuat peralatan dan membutuhkan waktu yang lama.

b. Terkait biaya, price list belum diberikan secara detail oleh perusahaan, namun sudah disampaikan secara lisan apabila penempatan alat akan sulit dijangkau maka perusahaan siap untuk mengirimkan peralatan namun akan dikenai biaya pengangkutan dan biaya tidak terduga lainnya (apabila dibutuhkan).

c. Kasubdit Penanganan B3 menyampaikan dengan data yang diperoleh dari hasil kunjungan ke 3 (tiga) perusahaan agar BPPT bisa menentukan perusahaan mana yang akan dipilih sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

d. Pak Adelin menyampaikan jar test akan dilakukan secara parallel pada thio urea, ammonium bisulfat, sianida pada bijih yang berasal dari Pacitan, Lebak dan Banyumas. Waktu yang diperlukan diperkirakan sekitar 1 minggu.

e. Bu Nindi menyampaikan untuk biaya analisis diperkirakan sekitar 20 juta. Kasubdit Penanganan B3 menanggapi agar RAB dikirimkan kepada KLHK.

f. Pak Widi menjelaskan lay out pengolahan emas tanpa merkuri : 1) Penghancuran

2) Pelarutan (metode pengambilan emas yang memiliki macam-macam metode misalnya resin, karbonatif)

3) Hydrocyclone digunakan untuk memisahkan partikel ukuran batuan 75 mikron

(16)

4) Dewatering cone yaitu dilakukan pengentalan kemudian masuk leaching dengan kriteria dimasukkan 750 kg

5) Recovery dilakukan dengan menggunakan karbon aktif 6) Alat dilengkapi dengan sianida detector

7) Detox dilakukan pada leaching tank 2

g. Kasubdit Penanganan B3 menyampaikan harga bahan kimia akan menentukan pemilihan teknologi yang akan digunakan oleh masyarakat h. Pak Widi menyampaikan secara keekonomian, dengan pilihan sianida dan

thiourea, merkuri merupakan pilihan terbaik, oleh karena itu masyarakat perlu didorong untuk masuk dalam koperasi dan IUP agar tidak menggunakan merkuri lagi.

i. Luas tailing pond yaitu 8 x 16 dengan kedalaman 1 meter. Dengan jangka waktu pengurasan diperkirakan 3 bulan.

j. BPPT melakukan kerjasama dengan KESDM untuk mendorong masyarakat memformalkan status pertambangan rakyat skala kecil dan bisa masuk dalam koperasi. Kasubdit Penanganan B3 menanggapi kemampuan KLHK dan BPPT kepada penambang emas rakyat terbatas pada penggunakan pengolahan emas non merkuri, sedangkan permasalahan untuk legalisasi merupakan tugas dari KESDM.

REKOMENDASI/ TINDAK LANJUT

1. Akan dilakukan pertemuan lanjutan di hari Jumat, 10 Februari 2017 pada pukul 08.00.

2. Hasil dari jar test dan engineering drawing dan ekonomi akan diberikan oleh BPPT kepada KLHK pada tanggal 21 Februari 2017.

(17)

1. Daftar Peserta Rapat

a. Kasubdit Penanganan B3 b. Kasi Penghapusan B3 c. Staf Subdit Penanganan B3 d. Perwakilan dari BPPT : 1) Bapak Widi B 2) Ibu Anindita H 3) Bapak Arif S 4) Bapak Adelin S 5) Bapak Haerul 6) Bapak Asep N

2. Agenda pertemuan adalah pembahasan draft DED pembangunan fasilitas pengolahan emas non merkuri Kabupaten Banyumas.

3. Pertemuan dibuka dan dipimpin oleh Kasubdit Penanganan B3.

4. Bu Anindita menyampaikan pemaparan draft dokumen DED pembangunan fasilitas pengolahan emas non merkuri Kabupaten Banyumas :

a. Opsi lokasi berada di 1 (satu) yaitu Desa Paningkaban

b. Kondisi jalan menuju lokasi berupa jalan aspal beton, dan jalan setapak Jalan.

c. Di samping lokasi terdapat sumber air yang berasal dari aliran sungai. d. Di samping lokasi tersedia sumber energi listrik yang berasal dari PLN. e. Proses yang dilakukan penambang rakyat di Desa Paningkaban adalah

amalgamasi dan sianidasi.

f. Hasil kunjungan survey adalah pemilihan lokasi di Banyumas hanya di Desa Paningkaban dan masuk dalam WPR. Saat ini sedang mengajukan proses IPR (sudah masuk dalam KESDM).

g. Pemilik tanah menginginkan agar dilakukan dengan mekanisme sewa. 5. Diskusi:

a. Kasubdit Penanganan B3 menyampaikan agar dipenuhi terlebih dahulu kebutuhan dokumen DED yaitu lahan yang siap pakai dan tidak bermasalah karena keterbatasan waktu dan biaya TA 2017.

b. Kriteria harus memenuhi dengan lokasi pada 1 titik yang terbuka, akses terpenuhi, lahan tidak bermasalah.

c. Pak Widi menyampaikan dalam pemilihan lokasi sudah ditentukan kriteria-kriteria baku, beberapa hal yang penting adalah sumber air, listrik, jumlah penambang, topografi, legalitas, keamanan, dan akses jalan.

d. Pak Widi menyampaikan semua pemilihan lokasi berada pada pengolahan biji primer.

NOTULENSI

Rapat Pembahasan Drat DED Pembangunan Fasilitas Pengolahan Emas Non Merkuri Kabupaten Banyumas

(18)

e. Kasubdit Penanganan B3 mengharapkan apabila semua kriteria baku sudah memenuhi, project bisa segera dilanjutkan. Untuk pemilihan teknologi yang akan digunakan merupakan output dari BPPT.

f. Menurut Pak Adeline di Banyumas memiliki respon yang baik karena dengan adanya pengolahan tersebut bisa memberi manfaat lebih kepada warganya.

g. Kasubdit Penanganan B3 menyampaikan alokasi dana untuk pembangunan fasilitas pengolahan emas non merkuri untuk 1 lokasi adalah 1,5 M disertai 3 bulan dilakukan pendampingan.

REKOMENDASI/ TINDAK LANJUT

1. Untuk pemilihan lokasi di Banyumas adalah di Desa Paningkaban 2. Akan dilakukan pertemuan lanjutan pada hari Kamis, 16 Februari 2017

(19)

1. Daftar Peserta Rapat

a. Kasubdit Penanganan B3 b. Kasi Penghapusan B3 c. Staf Subdit Penanganan B3 d. Perwakilan dari BPPT : 1) Bapak Widi B 2) Ibu Anindita H 3) Bapak Arif S 4) Bapak Adelin S 5) Bapak Haerul 6) Bapak Asep N

2. Agenda pertemuan adalah pembahasan draft DED pembangunan fasilitas pengolahan emas non merkuri Kabupaten Pacitan.

3. Pertemuan dibuka dan dipimpin oleh Kasubdit Penanganan B3.

4. Bapak Widi dari BPPT menyampaikan pemaparan draft dokumen DED pembangunan fasilitas pengolahan emas non merkuri Kabupaten Pacitan :

a. Opsi Lokasi Pacitan ada 3 lokasi : b. Lahan 1 :

1) Berada di luar WPR dan IPR

2) Tidak ada air permukaan sehingga perlu pipa paralon 3) Pemilik tidak menginginkan didirikan fasilitas

c. Lahan 2

1) Milik perorangan

2) Sudah memiliki IPR dan WPR 3) Akses jalan tidak memadai

4) Sudah tersedia sarana pengolahan yaitu rod mill, tempat perendaman proses sianida

5) Sumber air dari sumur bor 6) Sumber listrik PLN

d. Lahan 3

1) Milik perseorangan

2) Tidak masuk IPR dan WPR

3) Akses jalan memadai\insfraktruktur tersedia 4) Sumber listrik PLN

e. Hasil kunjungan survey adalah terdapat 2 opsi yaitu opsi lahan 2 dan opsi lahan 3.

f. Rencana/ tindak lanjut adalah perlu dilakukan penentuan mekanisme penggunaan lahan dan dilakukan MoU antara KLHK dengan Pemkab Pacitan.

NOTULENSI

Rapat Pembahasan Drat DED Pembangunan Fasilitas Pengolahan Emas Non Merkuri Kabupaten Pacitan

(20)

5. Diskusi:

a. Kasubdit Penanganan B3 menyampaikan agar kriteria akses menuju lokasi penambangan harus mudah dijangkau. Selain itu status dari segi regulasi lahan tidak bermasalah.

b. Pertambangan emas di Pacitan memiliki kriteria yang unik. Jumlah penambangnya sedikit. Untuk akses relative lebih mudah. BPPT cenderung memilih di lokasi ke-2 karena dari sisi keamanan baik, lahannya luas, air permukaan juga ada, pemilik lahan juga sudah mengizinkan.

c. Pak Widi menyampaikan dalam pemilihan lokasi sudah ditentukan kriteria-kriteria baku, beberapa hal yang penting adalah sumber air, listrik, jumlah penambang, topografi, legalitas, keamanan, dan akses jalan.

d. Kasubdit Penanganan B3 menyampaikan alokasi dana untuk pembangunan fasilitas pengolahan emas non merkuri untuk 1 lokasi adalah 1,5 M.

REKOMENDASI/ TINDAK LANJUT

1. Untuk pemilihan lokasi di Kabupaten Pacitan adalah Desa Kebonsari milik Bapak Edi

(21)

1. Daftar Peserta Rapat

a. Kasubdit Penanganan B3 b. Kasi Penghapusan B3 c. Staf Subdit Penanganan B3 d. Perwakilan dari BPPT : 1) Bapak Widi B 2) Ibu Anindita H 3) Bapak Adelin S 4) Bapak Arif S 5) Bapak Haerul 6) Bapak Asep N

2. Agenda pertemuan adalah pembahasan final DED pembangunan fasilitas pengolahan emas non merkuri Kabupaten Lebak.

3. Pertemuan dibuka dan dipimpin oleh Kasubdit Penanganan B3.

4. Bu Anindita menyampaikan pemaparan draft dokumen final DED pembangunan fasilitas pengolahan emas non merkuri Kabupaten Lebak :

a. Opsi lokasi lahan 1 Desa Ciladaeun

1) Lokasi tidak masuk dalam WPR dan terletak di samping jalan provinsi 2) Sumber air berasal dari aliran sungai

3) Sumber energy listrik berasal dari PLN b. Opsi lokasi lahan 2 Kampung Sampay

1) Lokasi tidak masuk dalam WPR milik Haji Saprudin 2) Lokasi jalan setapak

3) Sumber air dari aliran sungai 4) Sumber listrik dari PLN

c. Opsi lokasi lahan 3di Kampung Sampay

1) Lokasi di WPR dan memiliki IPR milik Haji Saprudin

2) Sumber air dari air sungai dan dari dalam lubang tambang 3) Sumber energy dari PLN

d. Hasil kunjungan survey adalah adanya opsi pemilihan lokasi yaitu 1 desa Ciladeun, dan 2 lokasi milik Haji Saprudin. Yang memiliki kriteria persyaratan untuk pembangunan fasilitas sarana pengolahan emas non merkuri terkait legalitas IPR/WPR adalah lokasi ke-3 Kampung Sampay. e. Tindak lanjut adalah perlu diberikan mekanisme penggunaan lahan. 5. Diskusi:

a. Pak Adelin menyampaikan dari 3 lokasi, lokasi yang memenuhi untuk keterjaminan pasokan bahan baku adalah di lokasi ke-3 Kampung Sampay, namun perlu untuk dilakukan perbaikan akses jalan. Lokasi di Kampung

NOTULENSI

Rapat Pembahasan Final DED Pembangunan Fasilitas Pengolahan Emas Non Merkuri Kabupaten Lebak

(22)

Cildaeun jauh dari pasokan bahan baku. Lokasi ke-2 Kampung Sampay juga masuk ke dalam sehingga tidak menjamin masuknya bahan baku. b. Alokasi project agar bisa memenuhi pembangunan fisik sehingga harus

mencari lokasi yang siap pakai.

c. Pak Widi menyampaikan dalam pemilihan lokasi sudah ditentukan kriteria-kriteria baku, beberapa hal yang penting adalah sumber air, listrik, jumlah penambang, topografi, legalitas, keamanan, dan akses jalan.

d. Kasubdit Penanganan B3 menyatakan agar penempatan fasilitas memiliki WPR sehingga memiliki legalitas yang jelas. Sesuai komitmen Menteri KLHK untuk menata aktifitas pertambangan rakyat di Indonesia.

REKOMENDASI/ TINDAK LANJUT

1. Untuk pemilihan lokasi di Kabupaten Lebak adalah di Kampung Sampay milik Haji Saprudin.

(23)

1. Daftar Peserta Rapat

a. Kasubdit Penanganan B3 b. Kasi Penghapusan B3 c. Staf Subdit Penanganan B3 d. Perwakilan dari BPPT : 1) Bapak Widi B 2) Ibu Anindita H 3) Bapak Adelin S 4) Bapak Arif S 5) Bapak Haerul 6) Bapak Asep N

2. Agenda pertemuan adalah pembahasan final DED pembangunan fasilitas pengolahan emas non merkuri Kabupaten Lebak.

3. Pertemuan dibuka dan dipimpin oleh Kasubdit Penanganan B3.

4. Bu Anindita menyampaikan pemaparan draft dokumen final DED pembangunan fasilitas pengolahan emas non merkuri Kabupaten Lebak :

a. Opsi lokasi lahan 1 Desa Ciladaeun

1) Lokasi tidak masuk dalam WPR dan terletak di samping jalan provinsi 2) Sumber air berasal dari aliran sungai

3) Sumber energy listrik berasal dari PLN b. Opsi lokasi lahan 2 Kampung Sampay

1) Lokasi tidak masuk dalam WPR milik Haji Saprudin 2) Lokasi jalan setapak

3) Sumber air dari aliran sungai 4) Sumber listrik dari PLN

c. Opsi lokasi lahan 3di Kampung Sampay

1) Lokasi di WPR dan memiliki IPR milik Haji Saprudin

2) Sumber air dari air sungai dan dari dalam lubang tambang 3) Sumber energy dari PLN

d. Hasil kunjungan survey adalah adanya opsi pemilihan lokasi yaitu 1 desa Ciladeun, dan 2 lokasi milik Haji Saprudin. Yang memiliki kriteria persyaratan untuk pembangunan fasilitas sarana pengolahan emas non merkuri terkait legalitas IPR/WPR adalah lokasi ke-3 Kampung Sampay. e. Tindak lanjut adalah perlu diberikan mekanisme penggunaan lahan. 5. Diskusi:

a. Pak Adelin menyampaikan dari 3 lokasi, lokasi yang memenuhi untuk keterjaminan pasokan bahan baku adalah di lokasi ke-3 Kampung Sampay, namun perlu untuk dilakukan perbaikan akses jalan. Lokasi di Kampung

NOTULENSI

Rapat Pembahasan Final DED Pembangunan Fasilitas Pengolahan Emas Non Merkuri Kabupaten Lebak

(24)

Cildaeun jauh dari pasokan bahan baku. Lokasi ke-2 Kampung Sampay juga masuk ke dalam sehingga tidak menjamin masuknya bahan baku. b. Alokasi project agar bisa memenuhi pembangunan fisik sehingga harus

mencari lokasi yang siap pakai.

c. Pak Widi menyampaikan dalam pemilihan lokasi sudah ditentukan kriteria-kriteria baku, beberapa hal yang penting adalah sumber air, listrik, jumlah penambang, topografi, legalitas, keamanan, dan akses jalan.

d. Kasubdit Penanganan B3 menyatakan agar penempatan fasilitas memiliki WPR sehingga memiliki legalitas yang jelas. Sesuai komitmen Menteri KLHK untuk menata aktifitas pertambangan rakyat di Indonesia.

REKOMENDASI/ TINDAK LANJUT

1. Untuk pemilihan lokasi di Kabupaten Lebak adalah di Kampung Sampay milik Haji Saprudin.

(25)

1. Daftar Peserta Rapat

a. Kasubdit Penanganan B3 b. Kasi Penghapusan B3 c. Staf Subdit Penanganan B3 d. Perwakilan dari BPPT : 1) Bapak Widi B 2) Ibu Anindita H 3) Bapak Arif S 4) Bapak Adelin S 5) Bapak Haerul 6) Bapak Asep N

2. Agenda pertemuan adalah pembahasan final DED pembangunan fasilitas pengolahan emas non merkuri Kabupaten Pacitan.

3. Pertemuan dibuka dan dipimpin oleh Kasubdit Penanganan B3.

4. Bapak Adelin dari BPPT menyampaikan pemaparan final Dokumen DED Pembangunan Fasilitas Pengolahan Emas Non Merkuri Di 3 (Tiga) Lokasi PESK Kabupaten Pacitan :

a. Dokumen DED akan disiapkan secara terpisah karena setiap lokasi di Pacitan, Lebak dan Banyumas memiliki karakter yang berbeda sehingga memiliki layout yang berbeda.

b. Sebagai pendahuluan akan dijelaskan informasi berdasarkan penelitian oleh UNEP pada tahun 2013 tentang akibat dari emisi merkuri.

c. Untuk landasan hukum diambil dari berbagai referensi seperti dari RAN, peraturan-peraturan yang berlaku, RPJMN, dan program prioritas nasional. d. Tujuan kegiatan adalah menyusun DED pembangunan fasilitas pengolahan

emas non merkuri dengan pilot plant di 3 lokasi yaitu Pacitan, Lebak dan Banyumas.

e. Dokumen final terdiri dari 5 Bab

f. Penambangan emas di Pacitan memiliki tingkat keamanan yang rendah (tidak ada penyangga, batuannya bersifat kuat).

g. Secara umum desain proses yang diterapkan untuk mengolah bijih emas adalah sebagai berikut:

1) Kominusi yang terdiri dari peremukan (crushing) dan penggilingan (grinding)

2) Klasifikasi ukuran partikel 3) Pelindian sianida (sianidasi)

4) Recovery emas dengan metode adsorpsi karbon aktif 5) Peleburan

NOTULENSI

Rapat Pembahasan Final DED Pembangunan Fasilitas Pengolahan Emas Non Merkuri Kabupaten Pacitan

(26)

h. Selain desain pengolahan emas, pilot plant juga mengintergrasikan pula desain pengolahan tailing/limbah. Secara prinsip, desain pengolahan tailing terdiri dari 2 tahap utama, yaitu:

1) Destruksi sianida

2) Sedimentasi/pengendapan

i. Dengan mempertimbangkan jumlah penambang dan produksi batuan yang dihasilkan, maka pilot plant yang akan dibangun memiliki :

1) Kapasitas pengolahan sebesar yaitu 0,5 ton bijih per batch 2) Waktu proses selama 3 hari

3) Direncanakan beroperasi selama 24 hari per bulan

4) Sehingga terdapat 8 batch per bulan dengan kadar rata-rata di dalam bijih adalah 10 ppm dengan kadar air di bawah 5%

j. Kebutuhan bahan baku diantaranya: 1) Bijih 2) NaCN 3) Kapur 4) Karbon aktif 5) Boraks 6) SMBS 7) CuSO4

k. Proses/alat yang digunakan diantaranya: 1) Jaw crusher

2) Double roll crusher 3) Ball mill 4) Leaching 5) Adsorpsi 6) Peleburan 7) Destruksi sianida 8) Sedimentasi

l. Dari jar test perbandingan hasil leaching untuk metode sianida, tiosulfat dan tioure didapatkan hasil:

1) Metode sianida menghasilkan emas terlarut 1,82 dan perak 27,4. Residu padatan emas <0,05 dan perak 1,02.

2) Metode tiosulfat menghasilkan emas terlarut <0,05 dan perak 1,02. Residu padatan emas <0,05 dan perak <0,05.

3) Metode tiourea menghasilkan emas terlarut <0,05 dan perak <0,05. Residu padatan emas <0,05 dan perak 15,1.

m.Dengan hasil analisa jar test tersebut Tim BPPT belum bisa memberikan kesimpulan.

5. Diskusi:

a. Kasubdit Penanganan B3 memberikan tanggapan yaitu peralatan bisa dibuat sesuai dengan skala yang dibutuhkan agar penggunaannya bisa

(27)

optimal. Desain peralatan yang dibutuhkan/dibeli sesuai standar yang ada di pasaran.

b. Untuk kedepannya teknologi pengolahan emas non merkuri ini akan digunakan oleh para PESK maka harus dibuat berdasarkan best practice dengan cara yang semudah mungkin.

REKOMENDASI/ TINDAK LANJUT

1. Akan dilakukan pertemuan lanjutan di hari Jumat, 24 Februari 2017.

2. Hasil dari jar test bisa disampaikan dalam dokumen DED yang akan disampaikan pada tanggal 24 Februari 2017.

(28)

1. Daftar Peserta Rapat

a. Perwakilan dari KLHK cq. Direktorat Pengelolaan B3: 1) Kasubdit Penanganan B3

2) Kasi Penghapusan B3 3) Staf Subdit Penanganan B3 4) Staf Subdit Inventarisasi B3 b. Perwakilan dari BPPT:

1) Ibu Anindita H 2) Bapak Adelin S 3) Bapak Arif 4) Bapak Haerul

2. Agenda pertemuan adalah pembahasan penyelesaian dokumen DED pembangunan fasilitas pengolahan emas non merkuri di 3 (tiga) lokasi PESK. 3. Pertemuan dibuka dan dipimpin oleh Kasubdit Penanganan B3.

4. Kasubdit Penanganan B3 menyampaikan pembukaan dengan poin sebagai berikut:

a. Pertemuan bertujuan sebagai sharing progres terakhir penyusunan dokumen DED pembangunan fasilitas pengolahan emas non merkuri di 3 (tiga) lokasi PESK oleh BPPT kepada KLHK.

b. Akan diberikan informasi tambahan dari KLHK kepada BPPT terkait penyusunan DED pembangunan fasilitas pengolahan emas non merkuri di 3 (tiga) lokasi PESK yang telah disusun oleh Bapak Aditya.

c. Batas akhir waktu penyampaian dokumen DED pembangunan fasilitas pengolahan emas non merkuri di 3 (tiga) lokasi PESK sebagai kelengkapan lelang yaitu pada tanggal 3 Maret 2017. Diharapkan agar print out dokumen DED tersebut bisa diberikan pada tanggal 2 Maret 2017.

5. Bapak Aditya dari KLHK menyampaikan pemaparan Basic Engineering Design sebagai berikut:

a. Merkuri merupakan cairan perak (Hg) yang bisa digunakan dalam pengolahan emas dan memiliki efek bagi manusia dan lingkungan.

b. Teknologi pengolahan emas dengan merkuri yang dilakukan tanpa pengolahan limbah dengan baik dapat membahayakan manusia dan lingkungan. Teknik dengan merkuri ini dilakukan dengan cara manual. c. Teknologi alternative pengganti merkuri diantaranya adalah teknologi

sianida, tiourea dan tiosulfat

d. Berdasarkan referensi yang ada dapat diberikan kesimpulan bahwa dari 3 metode yang didapat maka metode yang direkomendasikan untuk PESK

NOTULENSI

Rapat Penyelesaian Dokumen DED Pembangunan Fasilitas Pengolahan Emas Non Merkuri di 3 (tiga) Lokasi PESK

(29)

adalah metode sianida karena memiliki nilai recovery sebesar 80% dan reaksi stabil.

e. Dilakukan perhitungan reaktor dan analisa ekonomi untuk teknologi sianida dan leaching tioure.

6. Bapak Adelin dari BPPT menyampaikan pemaparan Dokumen DED Pembangunan Fasilitas Pengolahan Emas Non Merkuri Di 3 (Tiga) Lokasi PESK Kabupaten Pacitan:

a. Dokumen DED akan disiapkan secara terpisah karena setiap lokasi di Pacitan, Lebak dan Banyumas memiliki karakter yang berbeda sehingga memiliki layout yang berbeda.

b. Sebagai pendahuluan akan dijelaskan informasi berdasarkan penelitian oleh UNEP pada tahun 2013 tentang akibat dari emisi merkuri.

c. Untuk landasan hukum diambil dari berbagai referensi seperti dari RAN, peraturan-peraturan yang berlaku, RPJMN, dan program prioritas nasional. d. Tujuan kegiatan adalah menyusun DED pembangunan fasilitas pengolahan

emas non merkuri dengan pilot plant di 3 lokasi yaitu Pacitan, Lebak dan Banyumas.

e. Penjelasan dari aspek tenis

1) Dalam menentukan metode untuk melakukan ekstrasi emas adalah dengan melihat karakteristik bijih emas yang akan diekstraksi.

2) Recovery maksimum pada metode merkuri sebesar 40% dan 60% akan menjadi sumber daya yang terbuang.

3) Perlu adanya desain teknologi alternatif yang dapat menarik para PESK agar beralih dari penggunaan merkuri. Salah satunya caranya adalah dengan teknologi yang bisa menghasilkan emas yang tinggi dan biaya operasional yang murah.

4) Desain teknologi yang dipilih harus memenuhi kriteria: a) Perolehan emasnya tinggi

b) Proses dan peralatannya sederhana c) Biaya modal dan operasi yang rendah d) Prosesnya cepat

5) Pelindihan dipilih dengan metode sianida (sianida memiliki dampak toksis yang fatal, namun sianida ini merupakan suatu senyawa sehingga bisa didistruksi). Pengelolaan limbah dari sianida bisa dilakukan lebih baik daripada dengan merkuri sehingga pembuangan limbah bisa sesuai dengan standar yang ada saat ini.

f. Penjelasan dari aspek regulasi

1) Lokasi yang akan dipilih adalah masuk WPR

2) Para PESK melakukan penambangan emas tidak secara rutin setiap hari, namun untuk tambahan di luar pekerjaan sebagai petani.

g. Penambangan emas di Pacitan memiliki tingkat keamanan yang rendah (tidak ada penyangga, batuannya bersifat kuat).

(30)

h. Secara umum desain proses yang diterapkan untuk mengolah bijih emas adalah sebagai berikut:

1) Kominusi yang terdiri dari peremukan (crushing) dan penggilingan (grinding)

2) Klasifikasi ukuran partikel 3) Pelindian sianida (sianidasi)

4) Recovery emas dengan metode adsorpsi karbon aktif 5) Peleburan

i. Selain desain pengolahan emas, pilot plant juga mengintergrasikan pula desain pengolahan tailing/limbah sebagai upaya untuk mewujudkan pertambangan rakyat yang berwawasan lingkungan. Secara prinsip, desain pengolahan tailing terdiri dari 2 tahap utama, yaitu:

1) Destruksi sianida

2) Sedimentasi/pengendapan

j. Dengan mempertimbangkan jumlah penambang dan produksi batuan yang dihasilkan, maka pilot plant yang akan dibangun memiliki :

1) Kapasitas pengolahan sebesar yaitu 0,5 ton bijih per batch 2) Waktu proses selama 3 hari

3) Direncanakan beroperasi selama 24 hari per bulan

4) Sehingga terdapat 8 batch per bulan dengan kadar rata-rata di dalam bijih adalah 10 ppm dengan kadar air di bawah 5%

k. Kebutuhan bahan baku diantaranya: 1) Bijih (kebutuhan per batch 0,5 ton) 2) NaCN (kebutuhan per bulan 16 kg) 3) Kapur

4) Karbon aktif (kebutuhan per bulan 60 kg) 5) Boraks

6) SMBS (kebutuhan per bulan 184 kg) 7) CuSO4

l. Proses/alat yang digunakan diantaranya: 1) Jaw crusher

2) Double roll crusher 3) Ball mill 4) Leaching 5) Adsorpsi 6) Peleburan 7) Destruksi sianida 8) Sedimentasi

m.Lay out pilot plant mengikuti kemiringan lokasi batuan

n. Biaya pemakaian listrik pilot plant pengolahan emas pada PESK Kabupaten Pacitan adalah Rp. 266,311 per batch.

o. Biaya kebutuhan bahan baku pada PESK Kabupaten Pacitan adalah Rp. 282,850 per batch.

(31)

p. Kebutuhan air 18.016 liter per bulan dengan sumber air dapat berasal dari sirkulasi

q. Untuk kolam pengendapan masih sedang dalam tahap proses desain. r. Dari jar test perbandingan hasil leaching untuk metode sianida, tiosulfat

dan tioure didapatkan hasil:

1) Metode sianida menghasilkan emas terlarut 1,82 dan perak 27,4. Residu padatan emas <0,05 dan perak 1,02.

2) Metode tiosulfat menghasilkan emas terlarut <0,05 dan perak 1,02. Residu padatan emas <0,05 dan perak <0,05.

3) Metode tiourea menghasilkan emas terlarut <0,05 dan perak <0,05. Residu padatan emas <0,05 dan perak 15,1.

s. Dengan hasil analisa jar test tersebut Tim BPPT belum bisa memberikan kesimpulan.

t. Harga peralatan berasal dari referensi pada saat dilakukan kunjungan ke vendor perusahaan di daerah Bandung Jawa-Barat oleh Tim dari KLHK dan BPPT.

7. Diskusi:

a. Bu Lilis Marviani menyampaikan pendapat antara lain:

1) Untuk pemilihan metode sianida yang dipaparkan oleh Bapak Adit sebagai metode yang dipilih sebagai pengganti merkuri, apakah hanya mempertimbangkan dari aspek ekonomi saja, untuk akibat dari penggunaan sianida juga perlu dipikirkan agar nantinya dampak pada lingkungan juga bisa diperhatikan. Selain itu untuk siklus pengelolaan emas juga bisa dilakukan secara tertutup dan dipastikan agar tidak terjadi kebocoran.

2) Desain proses pengolahan emas bisa ditambahkan dengan adanya Standard Operational Procedur (SOP) agar proses pengolahan emas bisa dilakukan secara aman. Hal ini untuk meminimasi dampak pada lingkungan terutama dari penggunaan sianida. Selain itu agar ditambahkan juga mengenai Alat Pelindung Diri (APD) dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

b. Bu Aisyah menanyakan bagaimana dengan penggunaan hidro siklon pada proses pengolahan emas. Bapak Adelin menanggapi bahwa tidak digunakan hidro siklon karena spesifikasinya harus tinggi, melihat materi obyek partikel yang akan dipisahkan, misalkan debit air. Selain itu vendor perusahaan penyedia peralatan juga belum mempunyai pengalaman dalam membuat hidro siklon.

c. Pak Harri Gunawan menyampaikan beberapa pertanyaan antara lain: 1) Apakah fasilitas berupa pilot project atau fabrikasi?

2) Untuk peralatan agar dibuat secara praktis dan umum karena akan digunakan oleh para penambang rakyat di daerah.

(32)

3) Untuk peralatan tersebut apakah bisa dibuat dalam skala kecil karena apabila pilot project tersebut berhasil diterapkan, nantinya peralatan bisa digunakan di daerah-daerah lain oleh para penambang PESK. 4) Untuk analisis ekonomi harus dijelaskan secara detail dengan harapan

para penambang di daerah bisa mengetahui seberapa besar biaya yang harus dikeluarkan dalam mengolah emas mereka.

d. Pak Aditya menanyakan tentang konfirmasi jar test pada pada proses leaching, mengapa hanya menggunakan karbon aktif? Bu Anindita menanggapi karena waktu yang sudah tidak memungkinkan, maka untuk membandingkan performa hasil leaching dilakukan dalam 1 kali percobaan dengan hanya menggunakan karbon aktif.

e. Kasubdit Penanganan B3 memberikan tanggapan antara lain:

1) Peralatan bisa dibuat sesuai dengan skala yang dibutuhkagar an agar penggunaannya bisa optimal. Desain peralatan yang dibutuhkan/dibeli sesuai standar yang ada di pasaran.

2) Analisis ekonomi secara detail akan dimasukkan pada dokumen FS. Namun pada dokumen DED perlu diberikan gambaran total biaya pembelian peralatan fabrikasi dan biaya operasional per batch pengolahan emas. Oleh karena itulah dibutuhkan lampiran hasil analisa jar test karena dengan adanya hasil tersebut bisa diketahui konversi perhitungan pengolahan emas.

3) Untuk kedepannya teknologi pengolahan emas non merkuri ini akan digunakan oleh para PESK maka harus dibuat berdasarkan best practice dengan cara yang semudah mungkin.

4) Agar Tim dari BPPT bisa memberikan hasil analisa jar test bersama dokumen DED. Hasil analisa jar test tersebut harus disertai stempel dari laboratorium dan akan menjadi suplemen D.

5) Diharapkan softfile dari dokumen DED untuk 3 (tiga) lokasi Pacitan, Lebak dan Banyumas dapat disampaikan pada tanggal 2 Maret 2017 (tentative).

(33)

REKOMENDASI/ TINDAK LANJUT

1. Kasubdit Penanganan B3 mengharapkan agar laporan DED pembangunan fasilitas pengolahan emas non merkuri di 3 (tiga) lokasi PESK memuat outline sebagai berikut :

a. Naratif/penjelasan awal,

b. Informasi desain teknis (DED) c. Informasi ekonomi.

d. Hasil Analisis Jar Test

2. Kasubdit Penanganan mengharapkan agar dapat disampaikan narasi mengenai penanganan sianida yang tepat dan aman (meliputi cara penyimpanan dan pengolahannya), pembahasan sederhana mengenai destruksi senyawa kimia sianida (CN), serta penjelasan mengenai hasil analisis jar test. Hasil dari analisis jar test akan digunakan sebagai narasi pengantar untuk justifikasi pemilihan teknologi sianida.

3. Diharapkan softfile dari dokumen DED dari ketiga lokasi dapat disampaikan pada tanggal 2 Maret 2017. Dan akan dikirimkan melalui email ke penangananb3@gmail.com.

4. Pada tanggal 2 Maret 2017 (tentative) akan dilakukan pertemuan untuk finalisasi dokumen DED.

Gambar

Tabel 1. Spesifikasi mesin produksi PT. Kramat Raya Sejahtera
Foto dokumentasi kegiatan :
Tabel 2. Spesifikasi mesin produksi CV. Sarana Jaya Utama
Foto dokumentasi kegiatan:
+2

Referensi

Dokumen terkait

Terdiri dari celana dalam pria atau wanita dengan kualitas sedang yang biasa digunakan oleh masyarakat setempat.. Sarung / Kain

Dengan demikian, perangkat pengembangan diri yang telah berhasil dikembang- kan dapat dimanfaatkan secara langsung oleh guru pembimbing (konselor) sebagai panduan

- Dengan adanya matriks jadwal pengujian analis laboratorium di balai AMPLP serta pemantauan waktu pengujian melalui form kontrol internal diperoleh waktu realisasi pengujian

Berdasarkan batasan yang diperoleh dari literatur, ikan tenggiri sejak ditangkap, sampai di darat, pengumpul, saat akan berangkat ke Jakarta dan saat tiba di

Digunakan analisis isi (content analysis) sebagai metode penelitian ini adalah karena analisis isi merupakan metode yang paling tepat untuk menghasilkan data secara kuantitatif,

Ini adalah realita yang penulis temukan di Desa Selokajang Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar terdapat satu dusun dari tiga dusun di desa Selokajang yang masih

Hapus komponen kegiatan dapat dilakukan dengan pilih komponen kegiatan (akan berwarna biru)  klik tombol “Hapus”  ketika muncul pertanyaan “Yakin akan menghapus data ini?”