PADA PT. DIPO VALASINDO
SKRIPSI
Oleh :
PEPMI ARI SAYEKTI 0613015044 / FE / EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
PENGARUH PERSEPSI MANAJER ATAS INFORMASI AKUNTANSI KEUANGAN TERHADAP KEBERHASILAN PERUSAHAAN
PADA PT. SERUNI SEMPANA AGUNG DI SIDOARJO
yang diajukan :
ILMIATUL MANFAATI 0613010051/FE/EA
disetujui untuk ujian lisan oleh
Pembimbing Utama
Drs.Ec. Eko Riyadi, MAks Tanggal : ………. NIP.030 222 237
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
PENGARUH PERSEPSI MANAJER ATAS INFORMASI AKUNTANSI KEUANGAN TERHADAP KEBERHASILAN PERUSAHAAN
PADA PT. SERUNI SEMPANA AGUNG DI SIDOARJO
Disusun oleh :
ILMIATUL MANFAATI 0613010051/FE/EA
telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal, 26 November 2010
Pembimbing Utama Tim Penguji Utama Ketua
Drs. Ec. Eko Riyadi, MAks DR. Sri Trisnaningsih, SE. MSi Sekretaris
Drs. Ec. Eko Riyadi, MAks Anggota
Dra. Ec. Erna Sulityowati, MM
Dekan Fakultas Ekonomi
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga tugas penyusunan skripsi dengan judul : ““Pengaruh
Sistem Pengendalian Manajemen Terhadap Kinerja Kualitas Dan
Konsekuensinya terhadap Kinerja Keuangan pada PT. Dipo Valasindo”, dapat
terselesaikan dengan baik.
Adapun maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi sebagian
persyaratan agar memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di
Surabaya.
Sejak adanya ide sampai tahap penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi, sebagai Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak. Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, pengarahan,
dorongan dan saran untuk penulis.
5. Para dosen dan staff karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur
skripsi ini.
7. Buat Ibunda dan Ayahanda yang tercinta, serta buat saudara – saudaraku yang
tersayang, tiada kata yang bisa ananda ucapkan, selain kata terima kasih yang
sebanyak - sebanyaknya, karena beliaulah yang selama ini telah memberi
dorongan semangat baik material maupun spiritual, dan memberikan curahan
kasih sayangnya sampai skripsi ini selesai.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya atas semua bantuan yang telah
mereka berikan selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan,
memungkinkan sekali bahwa bentuk maupun isi skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang mengarah kepada
kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
Sebagai penutup penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan
sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan ilmu pengetahuan.
Surabaya, September 2010
Penulis
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR... vii
ABSTRAKSI ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah... 5
1.3. Tujuan Penelitian... 5
1.4. Manfaat Penelitian... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 7
2.2. Landasan Teori ... 11
2.2.1. Kinerja... 11
2.2.2. Kualitas Sebagai Komponen Pengendalian ... 13
2.2.3. Sistem Pengendalian Manajemen ... 15
2.2.3.1. Pengertian Sistem Pengendalian Manajemen ... 15
2.2.3.2. Jenis – Jenis Pengendalian Manajemen ... 16
2.2.4. Kinerja Kualitas ... 18
2.2.5. Kinerja Keuangan ... 22
2.2.5.1. Pengertian Kinerja Keuangan ... 22
2.2.5.2. Penilaian Kinerja Keuangan ... 23
2.2.6. Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen Terhadap
Pencapaian Kinerja Kualitas... 24
2.2.7. Pengaruh Kinerja Kualitas Terhadap Kinerja Keuangan... 26
2.2.8. Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen Melalui Kinerja Kualitas Terhadap Kinerja Keuangan... 27
2.3. Kerangka Pikir ... 28
2.4. Hipotesis ... 28
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Teknik Pengukuran Variabel ... 29
3.1.1. Definisi Operasional ... 29
3.1.2. Pengukuran Variabel... 30
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 32
3.2.1. Populasi... 32
3.2.2. Sampel... 32
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 34
3.3.1. Jenis Dan Sumber Data ... 34
3.3.2. Metode Pengumpulan Data... 34
3.4. Uji Kualitas Data ... 35
3.4.1. Uji Validitas ... 35
3.4.2. Uji Reliabilitas ... 35
3.4.3. Uji Normalitas... 36
3.5. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 36
3.5.1. Teknik Analisis ... 36
3.5.2. Uji Hipotesis ... 38
4.1.1. Sejarah Singkat PT. Dipo Valasindo ... 39
4.1.2. Tujuan Perusahaan ... 39
4.1.3. Struktur Organisasi ... 40
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 42
4.3. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 44
4.3.1. Uji Analisis Data... 44
4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas Dan Normalitas ... 44
4.3.1.1.1. Uji Validitas... 44
4.3.1.1.2. Uji Reliabilitas ... 45
4.3.1.1.3. Uji Normalitas ... 46
4.3.2. Teknik Analisis ... 47
4.3.3. Uji Hipotesis ... 49
4.4. Pembahasan ... 51
4.4.1. Implikasi ... 51
4.4.2. Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya... 54
4.4.3. Konfirmasi Hasil Penelitian Dengan Tujuan Dan Manfaat... 54
4.4.4. Keterbatasan Penelitian... 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 56
5.2. Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Halaman
Tabel. 1.1 Laporan Target dan Realisasi Penjualan PT. Dipo Valasindo
Tahun 2006 – 2009... 5
Tabel. 4.1. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai “Sistem Pengendalian Manajemen” (X1)... 42
Tabel. 4.2. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai “Kinerja Kualitas” (X2)... 43
Tabel. 4.3. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai “Kinerja Keuangan” (Y) ... 44
Tabel. 4.4. Hasil Uji Validitas ... 45
Tabel. 4.5. Hasil Uji Reliabilitas... 46
Tabel. 4.6. Hasil Uji Normalitas ... 47
Tabel. 4.7 Hasil Analisis Pemetaan Jalur (Path Analysis) … ... 49
Halaman
Gambar. 2.1. Diagram Kerangka Pikir... 28
Gambar. 3.1. Diagram Jalur Path Analysis ... 37
Gambar. 4.1. Struktur Organisasi PT. Dipo Valasindo ... 41
Gambar. 4.2. Diagram Jalur Path Analysis ... 48
viii
Oleh :
PEPMI ARI SAYEKTI
Abstrak
Tingkat persaingan yang semakin tajam pada saat ini ditambah dengan perubahan selera konsumen, kemajuan teknologi, serta perubahan sosial ekonomi memunculkan tantangan-tantangan dan peluang dalam bisnis. Perusahaan harus dapat memanfaatkan kemampuan yang dimiliki agar dapat memenangkan persaingan dan memperoleh profit semaksimal mungkin yang merupakan salah satu tujuan perusahaan. Pengendalian manajemen merupakan salah satu dari beberapa tipe aktivitas perencanaan dan pengendalian yang ada dalam suatu organisasi. Setiap perusahaan memerlukan pengendalian manajemen, karena sistem tersebut didesain untuk mengatur aktivitas perusahaan melalui para pemimpin (manajer) organisasi agar sesuai dengan tujuan yang diinginkan perusahaan. Proses pengendalian dilakukan melalui para pemimpin (manajer) dengan penentuan tujuan dan strategi, pelaksanaan dan pengukuran serta analisis prestasi dan penghargaan. Karena dalam pelaksanaan pembangunan diera globalisasi ini, tenaga kerja memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dalam mencapai tujuan pembangunan. Untuk itu dibutuhkan manusia-manusia yang berkualitas dan tangguh untuk siap memasuki era globalisasi dan mampu melakukan perubahan-perubahan untuk dapat bersaing serta berperan diera tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji secara empiris pengaruh langung dan tidak langsung (dengan melalui kinerja kualitas) Sistem Pengendalian Manajemen terhadap Kinerja Keuangan.
Sampel yang digunakan dalam penelitan ini 29 Manajer PT. Dipo Valasindo. Sedangkan sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 29 responden (Manajer PT. Dipo Valasindo) dan kuesioner tersebut terdiri dari 10 pernyataan yang dibagi menjadi 3 bagian. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik Analisis Pemetaan Jalur (Path Analysis).
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa Hipotesis I yang menyatakan bahwa Sistem Pengendalian Manajemen berpengaruh langsung terhadap Kinerja Keuangan, teruji kebenarannya, Hipotesis 2 yang menyatakan bahwa Sistem Pengendalian Manajemen berpengaruh tidak langsung (dengan melalui Kinerja Kualitas) terhadap Kinerja Keuangan, teruji kebenarannya, dan Hipotesis 3 yang menyatakan bahwa Kinerja Kualitas berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan, teruji kebenarannya
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengendalian manajemen merupakan salah satu dari beberapa tipe
aktivitas perencanaan dan pengendalian yang ada dalam suatu organisasi.
Beberapa aktivitas yang termasuk dalam pengendalian manajemen seperti
perencanaan aktivitas yang akan dilakukan, pengkoordinasian aktivitas,
pengkomunikasian informasi, pengevaluasian informasi, pembuatan
keputusan yang menyangkut apakah suatu aktivitas akan dilakukan atau tidak
dan bagaimana mempengaruhi orang-orang dalam organisasi untuk merubah
perilakunya. (Cahyono, 2007:2).
Anthony dan Govindarajan (1995) mendefinisikan sistem
pengendalian manajemen sebagai sebuah proses seorang manajer dalam
memastikan sumberdaya yang diperoleh dan dipergunakan secara efektif dan
efisien dalam usaha untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam
penelitian-penelitian tentang sistem pengendalian manajemen sebelumnya, konsep
pengendalian manajemen dirasakan sebagai proses yang dirancang untuk
menanggulangi aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam organisasi. Sebagai
konsekuensinya pemahaman tentang sistem pengendalian hanya didasarkan
pada mekanisme penginvestigasian yang diimplementasikan oleh manajemen
untuk mengendalikan pekerjaan melalui pengamatan dan pemantauan
Setiap perusahaan memerlukan pengendalian manajemen, karena
sistem tersebut didesain untuk mengatur aktivitas anggota organisasi melalui
para pemimpin (manajer) organisasi agar sesuai dengan tujuan yang
diinginkan perusahaan. Adapun bentuk pengendalian dapat berupa
pengendalian akuntansi, perilaku dan personal. Proses pengendalian
dilakukan melalui para pemimpin (manajer) dengan penentuan tujuan dan
strategi, pelaksanaan dan pengukuran serta analisis prestasi dan penghargaan.
Karena dalam pelaksanaan pembangunan diera globalisasi ini, tenaga kerja
memiliki peran dann kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dalam
mencapai tujuan pembangunan. Untuk itu dibutuhkan manusia-manusia yang
berkualitas dan tangguh untuk siap memasuki era globalisasi dan mampu
melakukan perubahan-perubahan untuk dapat bersaing serta berperan diera
tersebut. (Jumaili, 2006:2)
Tingkat persaingan yang semakin tajam pada saat ini ditambah
dengan perubahan selera konsumen, kemajuan teknologi, serta perubahan
sosial ekonomi memunculkan tantangan-tantangan dan peluang dalam bisnis.
Perusahaan harus dapat memanfaatkan kemampuan yang dimiliki agar dapat
memenangkan persaingan dan memperoleh profit semaksimal mungkin yang
merupakan salah satu tujuan didirikannya perusahaan. Menurut Porter dalam
Jumaili (2006:2) pelaku bisnis dituntut untuk berlomba-lomba melakukan
strategi kompetisi dengan fokus pada penciptaan sesuatu yang berbeda untuk
melayani konsumen dengan perpaduan yang unik. Porter (1999) juga
mengatakan bahwa inti strategi suatu organisasi adalah “coping with
Perusahaan harus mampu menyesuaikan diri sedekat mungkin dengan
kompetisi pasar yang sedang dihadapinya. Perusahaan harus mempunyai
kinerja yang baik agar menjadi lebih unggul dalam bersaing dari
kompetitornya. Literatur strategi manufaktur menunjukkan bahwa kualitas
produk sebagai salah satu prioritas bersaing utama untuk memperoleh
manfaat bersaing adalah sesuatu yang dapat didukung (Hill, 1997). Young
dan Selto (1991) menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan di Amerika
Serikat merespon kompetisi global dengan mengadopsi strategi yang
dibutuhkan untuk memproduksi suatu produk yang berkualitas tinggi, serta
membuat kualitas produk sebagai sasaran utama dari unit manufaktur
mereka. Banyak studi (Daniel dan Reitsperger, 1991; Ittner dan Larcker,
1995, Sarkar, 1997; Sim dan Killough, 1998) yang menyelidiki efek langsung
dari satu atau lebih komponen dari sistem pengendalian (misal: Feedback,
insentif, dan goal/sasaran) terhadap kinerja atau beberapa variabel (misal:
perbaikan kualitas dan kinerja keuangan).
Maiga dan Jacob (2005) menyelidiki pengaruh langsung independen
atau interaksi langsung atas komponen sistem pengendalian atau variabel
intervening atas kinerja. Tulisan ini menggunakan model analisis jalur (Path
analysis modelling) bertujuan untuk menguji hubungan tiga komponen
system pengendalian manajemen (SPM), yaitu kehadiran quality goal,
penetapan quality feedback, dan quality incentive terhadap kinerja kualitas ;
hubungan antara kinerja kualitas terhadap kepuasan pelanggan; hubungan
antara kinerja kualitas terhadap kinerja keuangan; dan hubungan antara
Demikian juga yang dialami perusahaan PT. Dipo Valasindo, yang
bergerak di bidang jasa transportasi, dari waktu ke waktu permintaan akan
jasa transportasi di perusahaan ini selalu mengalami peningkatan. Tetapi
dalam kenyatannya produksi pada PT. Dipo Valasindo belum dapat mencapai
target yang diinginkan maka akibatnya target penjualannya mengalami
penurunan. Hal ini dapat dilihat dari penurunan target penjualan dari tahun
2006 sampai tahun 2008 seperti yang disajikan pada tabel 1.1. mengenai total
target penjualan, berikut ini :
Tabel 1.1 : Laporan Target dan Realisasi Penjualan PT. Dipo Valasindo
Tahun 2006 - 2008
NO TAHUN TARGET
PENJUALAN
REALISASI
PENJUALAN SELISIH %
1 2006 Rp. 301.017.687,00 Rp. 240.132.164,00 (Rp. 60.885.523) 20 % 2 2007 Rp. 399.874.861,00 Rp. 312.575.765,00 (Rp. 87.299.096) 22 % 3 2008 Rp. 389.990.001,00 Rp. 333.986.558,00 (Rp. 56.003443) 14 %
Sumber : PT. Dipo Valasindo (diolah)
Berdasarkan tabel 1.1. dapat diketahui bahwa PT. Dipo Valasindo
mengalami penurunan target penjualan, yang disebabkan sales tidak
maksimal dalam bekerja. Penyebabnya dari faktor intern perusahaan
khususnya mengenai perilaku manajer yang menyebabkan suasana
perusahaan tidak kondusif. Sedangkan dari faktor ekstern terjadi ketatnya
persaingan antar perusahaan yang menghasilkan produk sejenis atau sama.
Sesuatu yang menyebabkan perilaku manajer menjadi turun yaitu adaya
pelimpahan tugas dari manajer ke karyawan yang tidak berjalan dengan baik.
Menurut Teori Bayes dalam Siagian (1997:44) mengatakan dengan
resiko yang akan muncul (untung atau rugi) atau tiap tindakan dari tiap
keadaan termasuk kinerja yang bakal terjadi di masa depan. Dimana teori
tersebut didasarkan pada prinsip kinerja kualitas yang baik ke depan akan
dapat meningkatkan kinerja keuangan. Studi terkini dalam akuntansi juga
mengalamatkan pengaruh dari kinerja kualitas atas kinerja keuangan.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka peneliti melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen
Terhadap Kinerja Kualitas Dan Konsekuensinya terhadap Kinerja
Keuangan pada PT. Dipo Valasindo”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka
berikut ini dibuat suatu perumusan masalah yang nantinya akan dilakukan
analisis sebagai berikut :
1. Apakah Sistem Pengendalian Manajemen berpengaruh langsung
terhadap Kinerja Keuangan ?
2. Apakah Sistem Pengendalian Manajemen berpengaruh tidak langsung
(dengan melalui Kinerja Kualitas) terhadap Kinerja Keuangan ?
3. Apakah Kinerja Kualitas berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari perumusan masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu
1. Untuk mengetahui pengaruh langsung dari Sistem Pengendalian
2. Untuk menganalisis pengaruh tidak langsung (dengan melalui Kinerja
Kualitas) dari Sistem Pengendalian Manajemen terhadap Kinerja
Keuangan.
3. Untuk membuktikan pengaruh dari Kinerja Kualitas terhadap Kinerja
Keuangan.
1.4. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan yang dikemukakan, adapun manfaat yang
diharapkan dari hasil penelitian ini, yaitu antara lain:
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai langkah
nyata penerapan ilmu sesuai dengan teori yang didapat selama kuliah,
serta dapat menambah pengetahuan tentang kondisi perusahaan dan
permasalahan yang dihadapinya, sehingga dapat diambil suatu
kesimpulan yang tepat.
2. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan menambah
referensi perpustakaan dan digunakan sebagai referensi bagi peneliti
lain.
3. Bagi Praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh perusahaan
sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk memilih
jenis pengendalian yang tepat dalam rangka meningkatkan efektifitas
pengendalian tersebut yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang
dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait
dengan penelitian ini, telah dilakukan oleh
1. Jumaili (2006)
a. Judul :
Hubungan Komponen Sistem Pengendalian Manajemen
(Quality Goal, Quality Feedback, dan Quality Incentive) terhadap
Kinerja Kualitas dan Konsekuensi terhadap Kinerja Keuangan.
b. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan tiga komponen system pengendalian
manajemen (SPM), yaitu kehadiran quality goal, penetapan quality
feedback, dan quality incentive terhadap kinerja kualitas ; hubungan
antara kinerja kualitas terhadap kepuasan pelanggan; hubungan
antara kinerja kualitas terhadap kinerja keuangan; dan hubungan
antara kepuasan pelanggan terhadap kinerja keuangan.
c. Hasil Penelitian
Penelitian ini memberikan bukti secara empiris mengenai
apakah ada hubungan faktor-faktor sistem pengendalian manajemen
(quality goal, quality feedback, dan quality incentive) terhadap
pelanggan dan kinerja keuangan, dan hubungan kepuasan pelanggan
terhadap kinerja keuangan pada perusahaan yang menerapkan
quality management.
d. Implikasi
Untuk dapat meningkatkan kinerja keuangan, manajer
produksi dan pemasaran harus mempertimbangkan quality goal,
quality feedback dan quality incentive terhadap produk sisa,
pekerjaan ulang, dan defect yang secara positif akan meningkatkan
kinerja kualitas dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Kinerja kualitas juga akan berhubungan positif dengan
meningkatnya kepuasan pelanggan dalam menggunakan produk
yang dihasilkan.
Peningkatan kinerja kualitas sendiri sebagai ukuran
non-keuangan dan tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi akan produk
pada akhirnya berhubungan positif dalam meningkatkan kinerja
keuangan sebagai ukuran keuangan yang didasarkan pada
meningkatnya tingkat pertumbuhan penjualan, laba perusahaan, dan
return on assets walaupun tidak signifikan
2. Wiyantoro (2006)
a. Judul
Hubungan Antara Sistem Pengendalian Manajemen
Dengan Perilaku Dysfunctional: Budaya Nasional Sebagai
b. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara Sistem Pengendalian
Manajemen dengan Perilaku Dysfunctional: Budaya Nasional
Sebagai Variabel Moderating
c. Hasil Penelitian
Penelitian ini memberikan bukti secara empiris mengenai
hubungan tiga komponen system pengendalian manajemen (SPM),
yaitu kehadiran quality goal, penetapan quality feedback, dan quality
incentive terhadap kinerja kualitas ; hubungan antara kinerja kualitas
terhadap kepuasan pelanggan; hubungan antara kinerja kualitas
terhadap kinerja keuangan; dan hubungan antara kepuasan
pelanggan terhadap kinerja keuangan.
d. Implikasi
Aturan yang tidak terlalu rumit dan tidak terlalu sederhana
atau tidak terlalu mengikat menyebabkan kadang-kadang para
manajer melakukan tindakan dysfunctional dengan mempermainkan
ukuran kinerja manajer tersebut. Sedangkan dalam penelitian ini
standar prosedur pengoperasian tidak berhubungan dengan perilaku
dysfunctional manipulasi informasi. Agar budget yang dibuat dapat
terpercaya dapat dikatakan baik maka manajer secara tidak langsung
berpeluang melakukan perilaku dysfunctional manipulasi informasi
dengan sengaja memilih informasi-informasi yang paling baik dan
sesuai dengan keadaan yang paling menguntungkan bagi manajer
melakukan perilaku dysfunctional manipulasi informasi. Dan secara
tidak langsung berpeluang melakukan perilaku dysfunctional gaming
dengan sengaja mempermainkan ukuran kinerja dengan memilih
aktivitas yang lebih menguntungkan dalam pencapaian tujuan yang
dikehendaki. Dengan demikian terdapat hubungan antara budget
partisipasi dengan perilaku dysfunctional manipulasi informasi dan
perilaku dysfunctional gaming.
Ketergantungan pada pengukuran kinerja akuntansi
merupakan kinerja manajer dalam menjalankan aktivitas yang
dievaluasi oleh atasan apakah menunjukkan kinerja yang baik atau
sebaliknya. Karena kinerja manajer cukup baik maka perilaku
dysfunctional untuk melakukan manipulasi informasi sangat kecil.
Dengan demikian dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan
antara ketergantungan pada pengukuran kinerja akuntansi dengan
perilaku dysfunctional manipulasi informasi. Agar kinerja manajer
yang dievaluasi oleh atasan dikatakan baik maka manajer dapat
berpeluang melakukan tindakan dysfunctional dengan
mempermainkan ukuran kinerja sehingga kinerja manajer tersebut
dapat dinilai sangat baik. Dengan demikian terdapat hubungan yang
positif antara ketergantungan pada pengukuran kinerja akuntansi
dengan perilaku dysfunctional gaming. Dalam arti budaya nasional
berhubungan dengan dengan sistem pengendalian manajemen dan
perilaku dysfunctional tetapi budaya nasional bukan variabel yang
nasional merupakan salah satu diantara variabel yang timbul yang
dapat berhubungan langsung dengan sistem pengendalian
manajemen dan perilaku dysfunctional.
Berdasarkan penelitian terdahulu diatas terdapat perbedaan dan
persamaan penelitian yang akan dilakukan, perbedaannya terdapat pada
waktu, tempat penelitian, dan Variabel bebas penelitian yang digunakan.
Sedangkan persamaannya adalah sama-sama membahas mengenai Sistem
Pengendalian Manajemen. Jadi penelitian kali ini bukan merupakan duplikasi
dari penelitian sebelumnya, meskipun diakui penelitian terdahulu mampu
mendukung penelitian sekarang.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Kinerja
Kinerja adalah evaluasi terhadap pekerjaan yang dilakukan lewat
atasan langsung, teman, dirinya sendiri dan bawahan (Suartana dalam
Faisal dan Indra, 2002:167).
Masalah evaluasi manajerial mungkin tidak akan mendapat
perhatian besar apabila para manajer sama-sama berupaya menunjukkan
kemampuan terbaiknya. Biasanya pada perusahaan, mempekerjakan
manajer untuk menjalakan usahanya dan mendelegasikan wewenang pada
mereka.
Pengendalian perilaku memiliki peranan penting dalam
mempengaruhi kinerja pada tingkat organisasi maupun tingkat cabang.
menghasilkan suatu kinerja manajerial, karena berbeda dengan kinerja
karyawan yang pada umumnya bersifat kongkrit, sedangkan kinerja
manajerial adalah bersifat abstrak dan kompleks.
Menurut Mulyadi dan Setyawan (2001 : 353), dalam menuju ke
masa depan, perusahaan umumnya mendasarkan pada perencanaan tujuan
yang hendak dicapai dimasa depan dengan perilaku yang diharapkan dari
keseluruhan personal dalam mewujudkan tersebut. Untuk mewujudkan
tujuan perusahaan dengan perilaku yang diharapkan tersebut, perusahaan
memerlukan sistem pengendalian.
Sistem penghargaan berbasis kinerja merupakan salah satu alat
pengendalian penting yang digunakan oleh organisasi untuk
membangkitkan motivasi dalam diri personal dalam bertindak demi
kepentingan terbaik organisasi. Penghargaan atas kinerja personal dilandasi
oleh informasi yang dihasilkan dari kinerja personal.
Menurut Mulyadi dan Setyawan (2001 :353), tujuan utama penilaian
kinerja adalah untuk memotivasi personal dalam mencapai sasaran
organisasi dan dalam mematuhi standart perilaku yang telah ditetapkan
sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh
organisasi. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen rencana
formal yang dituangkan dalam rencana strategis, program dan anggaran
organisasi.
Penilaian kinerja digunakan untuk menekan perilaku yang tidak
semestinya dan untuk merangsang serta menegakkan perilaku yang
diinginkan melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta
2.2.2. Kualitas Sebagai Komponen Pengendalian
Arti kualitas dapat berbeda-beda tergantung konteks dan pihak yang
menggunakan. Dari berbagai definisi yang dikutif oleh Qomari (1996)
dalam Nurbiyati (2000) menunjukkan bahwa kualitas mempunyai arti yang
luas, tidak hanya dari sudut pandang pelanggan ataupun perusahaan tetapi
dapat ditinjau berdasarkan perbandingan produk, nilai dan tingkat
kepentingannya. Walaupun tidak ada definisi mengenai kualitas yang
diterima secara universal, dari definisi yang ada terdapat beberapa
persamaan, yaitu adanya unsur-unsur: (1) kualitas yang dimaksud untuk
memenuhi dan melebihi harapan pelanggan, (2) kualitas meliputi produk,
jasa, manusia, proses, dan lingkungan, (3) kualitas adalah suatu kondisi
dinamis yang selalu berubah. Kualitas harus diperbaiki setiap waktu karena
produk yang dianggap berkualitas pada saat ini mungkin akan dianggap
kurang berkualitas pada masa mendatang.
Untuk kegunaan penulisan ini, dipertimbangkan tiga komponen
pengendalian atau subsistem dari SPM yaitu: quality goal, quality feedback,
dan quality incentive yang diharapkan untuk meningkatkan kondisi yang
memotivasi para pekerja unit bisnis untuk mencapai hasil (outcomes) yang
diinginkan atau ditentukan. Pandangan ini sesuai dengan pandangan
Flamholtz (1996) dan Maiga dan Jacob (2005) yang menyatakan bahwa
sistem pengendalian akan mempengaruhi arah dan tingkat usaha yang
ditunjukkan oleh individual. Dimensi lainnya dari SPM yang secara
potensial mempengaruhi pekerja dan kinerja perusahaan tidak dimasukkan
Sebuah sasaran (quality goal) bisa dilihat sebagai tujuan atau tingkat
kinerja yang individu atau organisasi yang harus dicapai (Locke et al, 1981).
Feedback kinerja dipikirkan untuk memenuhi beberapa fungsi dan biasanya
menunjuk pada informasi mengenai sebuah tingkatan dari kinerja atau cara
dan efisiensi dimana proses kinerja dilakukan (Kluger dan DeNisi, 1996).
Insentif yang didasarkan pada kualitas (quality incentive) didefinisikan
sebagai sistem pengakuan dan sistem penghargaan untuk mengakui adanya
perbaikan kualitas dari kelompok dan individu (Spreitzer dan Mishra, 1999;
Ittner dan Larcker, 1995). Sistem pengukuran kualitas tradisional membagi
program yang dihubungkan dengan kualitas dalam empat kategori (Juran
dan Gyrna, 1988), yaitu: (1) program pencegahan seperti pemeliharaan
peralatan dan desain rancang-bangun untuk mencegah produksi dari produk
yang cacat; (2) menilai program penilaian meliputi pemeriksaan informal,
pengujian, audit kualitas, dengan mengarahkan pada tingkatan kualitas
pemeliharaan; (3) kegagalan internal seperti produk sisa dan yang muncul
dari deteksi masalah kualitas; (4) kegagalan eksternal seperti jaminan
keabsahan, penggantian, dan pelayanan pelanggan yang muncul dari
kualitas yang gagal di tangan pelanggan.
Kualitas produk melalui pengujian reliabilitas internal harus
dihubungkan dengan pengalaman para pelanggan yang menggunakan
produk (Ahire dan Dreyfus 2000). Kinerja dan reliability dari produk juga
harus berhubungan dengan kualitas eksternal yang merupakan indikator dari
kepuasan pelanggan (seperti komplain, jaminan, dan litigasi) sebagai
pemakaian aktual. Dalam penelitian ini, kualitas eksternal digunakan
sebagai proksi untuk kepuasan pelanggan sebab kegagalan eksternal yang
lebih rendah berhubungan dengan kepuasan pelanggan yang lebih tinggi.
2.2.3. Sistem Pengendalian Manajemen
2.2.3.1. Pengertian Sistem Pengendalian Manajemen
Definisi pengendalian pada awalnya adalah salinan dari suatu
daftar (rekening), yang kesejajaran mutu dan isi yang sama dengan
aslinya. Menurut Samuel Johnson (dalam Sawyer, 2003) definisi tersebut
disimpulkan sebagai “a register or account kept by another officer, that
each may be examined by the other” (yang terjemahannya adalah suatu
register atau rekening yang disimpan oleh petugas lain, sehingga
memungkinkan register atau akun tersebut diperiksa oleh orang lain
Pengertian pengendalian di atas adalah pengertian dalam arti yang
sempit yang sering disebut sebagai pengecekan internal (internal check).
Maksudnya adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh seseorang
diawasi oleh orang lain, sehingga tercipta suatu pengendalian. Istilah
pengendalian intern merupakan istilah yang dapat dipertukarkan dengan
pengendalian manajemen. Standards for Internal Control in the Federal
Government yang dikeluarkan oleh General Accounting Office (GAO)
November 1999 menyatakan bahwa: pengendalian intern yang disebut
pula pengendalian manajemen membantu manajer program pemerintah
mencapai tujuan yang ditetapkan melalui pengelolaan sumber daya publik
2.2.3.2. Jenis – Jenis Pengendalian Manajemen
Sistem pengendalian manajemen dapat diklasifikasikan ke dalam
5 (lima) jenis: (Pusdiklatwas BPKP, 2007:18)
1. Pengendalian pencegahan (preventive controls)
Pengendalian pencegahan dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya suatu kesalahan. Pengendalian ini dirancang untuk
mencegah hasil yang tidak diinginkan sebelum kejadian itu terjadi.
Pengendalian pencegahan berjalan efektif apabila fungsi atau
personel melaksanakan perannya. Contoh pengendalian pencegahan
meliputi: kejujuran, personel yang kompeten, pemisahan fungsi, reviu
pengawas dan pengendalian ganda. Sebagaimana pepatah
mengatakan: “lebih baik mencegah daripada mengobati” demikian
pula dengan pengendalian. Pengendalian pencegahan jauh lebih
murah biayanya dari pada pengendalian pendeteksian. Ketika
dirancang ke dalam sistem, pengendalian pencegahan memperkirakan
kesalahan yang mungkin terjadi sehingga mengurangi biaya
perbaikannya. Namun demikian, pengendalian pencegahan tidak
dapat menjamin tidak terjadinya kesalahan atau kecurangan sehingga
masih dibutuhkan pengendalian lain untuk melengkapinya. Untuk itu,
pengendalian pencegahan perlu dilengkapi dengan pengendalian
deteksi dan pengendalian koreksi.
2. Pengendalian deteksi (detective controls)
Sesuai dengan namanya pengendalian deteksi dimaksudkan
bank atas pencocokan saldo pada buku bank dengan saldo kas pada
buku organisasi merupakan contoh pengendalian deteksi atas saldo
kas. Pengendalian deteksi biasanya lebih mahal daripada
pengendalian pencegahan, namun tetap dibutuhkan dengan alasan
berikut. Pertama, pengendalian deteksi dapat mengukur efektivitas
pengendalian pencegahan. Kedua, beberapa kesalahan tidak dapat
secara efektif dikendalikan melalui sistem pengendalian pencegahan
sehingga harus ditangani dengan pengendalian deteksi ketika
kesalahan tersebut terjadi. Pengendalian deteksi meliputi reviu dan
pembandingan seperti: catatan kinerja dengan pengecekan
independen atas kinerja, rekonsiliasi bank, konfirmasi saldo bank, kas
opname, penghitungan fisik persediaan, konfirmasi atas piutang/utang
dan sebagainya.
3. Pengendalian koreksi (corrective controls)
Pengendalian koreksi melakukan koreksi masalah-masalah
yang teridentifikasi oleh pengendalian deteksi. Tujuannya adalah agar
supaya kesalahan yang telah terjadi tidak terulang kembali. Masalah
atau kesalahan dapat dideteksi oleh manajemen sendiri atau oleh
auditor. Apabila masalah atau kesalahan terdeteksi oleh auditor, maka
wujud pengendalian koreksinya adalah dalam bentuk pelaksanaan
tindak lanjut dari rekomendasi auditor. Contoh: dijumpai adanya
distribusi sembako kepada pihak-pihak yang tidak memenuhi kriteria
untuk dibantu oleh pejabat kelurahan. Atas dasar pengaduan Lurah
bantuan tersebut dan mendistribusikan kepada pihak-pihak yang
berhak dan memberikan sanksi kepada oknum pejabat yang telah
melakukan penyimpangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Pengendalian pengarahan/langsung (directive controls)
Pengendalian pengarahan adalah pengendalian yang dilakukan
pada saat kegiatan sedang berlangsung dengan tujuan agar kegiatan
dilaksanakan sesuai dengan kebijakan atau ketentuan yang berlaku.
Contoh atas pengendalian ini adalah kegiatan supervisi yang
dilakukan langsung oleh atasan kepada bawahan atau pengawasan
oleh mandor terhadap aktivitas pekerja.
5. Pengendalian pengganti (compensating controls).
Pengendalian kompensatif dimaksudkan untuk memperkuat
pengendalian karena terabaikannya suatu aktivitas pengendalian.
Pengawasan langsung pimpinan terhadap kegiatan pegawainya pada
suatu organisasi kecil karena ketidak-adanya pemisahan fungsi
merupakan contoh pengendalian pengganti.
2.2.4. Kinerja Kualitas
Kinerja kualitas dianggap sebagai kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan produk yang berkualitas yang disesuaikan dengan rancangan
kualitas pada biaya produksi yang ekonomis (Crosby (1996), dalam Maiga
dan Jacob, 2005). Kinerja kualitas (Dunk, 2002) didefinisikan sebagai
tingkatan kualitas yang hendak dicapai perusahaan. Dalam kinerja kualitas,
didalamnya merefleksikan biaya kualitas untuk menghasilkan kualitas dan
Adapun yang dimaksud dengan biaya kualitas adalah biaya yang
terjadi dan mungkin akan terjadi karena adanya kualitas yang buruk
(Tjiptono dan Diana, 2002). Biaya kualitas ini meliputi biaya yang
berhubungan dengan penciptaan, pengidentifikasian, perbaikan dan
pencegahan kerusakan. Sedangkan Henry (2002), mendefinisikan biaya
kualitas sebagai biaya yang secara khusus berhubungan dengan tercapainya
atau tidaknya kualitas suatu produk. Dengan kata lain, jumlah dari biaya
kualitas meliputi: (1) Biaya kualitas produk yang dikeluarkan, untuk
memastikan pengembangan yang berhasil dari suatu produk atau jasa; (2)
Biaya kualitas yang rendah, akan dikeluarkan untuk mengubah produk yang
salah menjadi produk yang dapat diterima oleh pelanggan.
Biaya kualitas dapat dikelompokkan menjadi empat golongan
(Tjiptono dan Diana, 2002), yaitu sebagai berikut :
1. Biaya pencegahan (prevention cost)
Yaitu biaya yang terjadi untuk mencegah kerusakan produk
yang dihasilkan. Biaya ini meliputi biaya yang berhubungan dengan
perancangan, pelaksanaan dan pemeliharaan sistem kualitas.
2. Biaya deteksi / penilaian (detection / appraisal cost)
Yaitu biaya yang terjadi untuk menentukan, apakah produk dan
jasa sesuai dengan persyaratan-persyaratan kualitas. Tujuan utama dari
fungsi ini adalah untuk menghindari terjadinya kesalahan dan
kerusakan sepanjang proses perusahaan, seperti mencegah pengiriman
barang-barang yang tidak sesuai dengan apa yang disyaratkan
3. Biaya kegagalan internal (internal failure cost)
Adalah biaya yang terjadi karena ketidaksesuian dengan
persyaratan dan terdeteksi sebelum barang atau jasa tersebut
dikirimkan ke pihak luar (pelanggan). Pengukuran biaya ini dilakukan
dengan menghitung kerusakan produk sebelum meninggalkan pabrik.
4. Biaya kegagalan eksternal (external failure cost)
Adalah biaya yang terjadi karena produk atau jasa gagal
memenuhi persyaratan-persyaratan yang diketahui setelah produk
tersebut dikirimkan kepada para pelanggan. Biaya ini merupakan biaya
yang paling membahayakan, karena dapat menyebabkan reputasi yang
buruk, kehilangan pelanggan dan penurunan pangsa pasar.
Dimensi kualitas yang dapat digunakan sebagai kerangka
perencanaan strategis pada perusahaan manufaktur, ada delapan dimensi
(Garvin, (1994) dalam Tjiptono, 2002). Dimensi-dimensi tersebut adalah:
(1) Kinerja (performance) karakteristik pokok dari produk inti; (2) Ciri-ciri
atau keistimewaan tambahan (features), sebagai karakteristik sekunder atau
pelengkap; (3) Keandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan
mengalami kerusakan atau gagal dipakai; (4) Kesesuaian dengan spesifikasi
(conformance to specifications), yaitu sejauhmana karakteristik desain dan
operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya; (5)
Daya tahan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut
dapat digunakan; (6) Service, yaitu meliputi kecepatan, kompetensi,
kenyamanan, mudah direparasi dan penanganan keluhan dari para
terhadap panca indera; (8) Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality),
yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadap
kualitas.
Terdapat dua pandangan mengenai kualitas, yaitu: pandangan
tradisional dan pandangan basis mutu (Henry, 2002). Pandangan tradisional
menganggap bahwa, senantiasa terdapat pengorbanan antara biaya
peningkatan mutu dan mempertahankan status quo. Menurut pandangan
tradisional, lebih murah untuk memproduksi barang dengan kualitas lebih
rendah dan mempunyai tingkat cacat yang minimal. Sedangkan, pandangan
basis mutu menganggap bahwa kualitas dapat dan harus selalu
ditingkatkan, daripada harus menunggu inspeksi produk jadi atau
mengerjakan ulang produk yang cacat. Pandangan basis mutu menyatakan
bahwa, mutu harus dibentuk dari awal proses dengan tujuan tidak ada
produk yang cacat (zero defects). Perspektif dari pandangan basis mutu ini
menyatakan bahwa, kualitas akan memberikan hasil untuk biaya yang
dikeluarkan. Lebih lanjut, pandangan basis mutu menekankan adanya
peningkatan yang berkesinambungan terhadap sistem dan proses
Kualitas diakui secara luas sebagai unsur kunci dalam kemampuan
perusahaan untuk menarik dan mempertahankan pelanggan. Peningkatan
kualitas merupakan salah faktor strategik penting yang mempengaruhi
perusahaan untuk dapat mencapai keunggulan bersaing. Dalam peningkatan
kualitas, diperlukan adanya upaya perbaikan kualitas yang
berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses dan lingkungan.
meningkatkan labanya melalui dua cara (Tjiptono dan Diana, 2002) yaitu :
(1) Rute pertama, berupa rute pasar. Melalui rute ini, perusahaan dapat
memperbaiki posisi persaingannya dengan memperluas pangsa pasar dan
harga jual yang lebih tinggi. Dengan memperluas pangsa pasar dan harga
jual yang tinggi, akan mengarah pada peningkatan penghasilan, sehingga
laba yang diperoleh juga semakin besar. (2) Rute kedua, perusahaan dapat
meningkatkan output yang bebas dari kerusakan melalui usaha perbaikan
kualitas. Pada rute kedua ini menyebabkan biaya operasi perusahaan
berkurang, sehingga laba perusahaan yang diperoleh akan meningkat.
2.2.5. Kinerja Keuangan
2.2.5.1. Pengertian Kinerja Keuangan
Perusahaan sebagai suatu organisasi yang mempunyai tujuan
tertentu yang menunjukkan apa yang ingin dilakukan untuk memenuhi
kepentingan anggotanya. Dalam menilai apakah tujuan yang telah
ditetapkan tersebut dapat dicapai tidaklah mudah dilakukan, karena hal ini
menyangkut semua aspek manajemen yang harus dipertimbangkan oleh
perusahaan. Salah satu cara untuk mengetahui apakah suatu perusahaan
dalam menjalankan operasinya telah sesuai dengan rencana dan tujuannya
adalah dengan melakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan.
Weston dan Copeland (1999 : 192) berpendapat bahwa kinerja
keuangan adalah prestasi yang dicapai oleh perusahaan dalam satu
perioda tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan
Dengan mengetahui kinerja keuangan perusahaan, maka dapat
memperoleh gambaran tentang perkembangan finansial dari perusahaan
tersebut, kemudian menganalisisnya, sehingga kita dapat menilai hal apa
yang dicapai oleh perusahaan diwaktu lalu dan diwaktu yang sedang
berjalan.
2.2.5.2. Penilaian Kinerja Keuangan
Setiap perusahaan memerlukan pengukuran kinerja yang selama
ini dicapai perusahaan. Pengukuran kinerja diperlukan untuk mengetahui
kondisi dan prestasi keuangan perusahaan sehingga dapat membantu
pihak-pihak yang berkepentingan dalam membuat keputusan.
Menurut Supriyono (1999: 420) pengukuruan kinerja adalah
proses untuk menentukan seberapa baik aktivitas-aktivitas bisnis
dilaksanakan untuk mencapai tujuan strategis, mengeliminasi
pemborosan-pemborosan, dan menyajikan informasi tepat waktu untuk
melaksanakan penyempurnaan secara berkesinambungan. Sebagai catatan
bahwa ketika melakukan penilaian terhadap kinerja, maka baik input
maupun outputnya perlu diukur.
2.2.5.3. Tujuan Penilaian Kinerja Keuangan
Menurut Mulyadi dan Setyawan (2001: 353) tujuan penilaian
kinerja adalah sebagai berikut:
1. Untuk memotivasi personel dalam mencapai sasaran organisasi dan
dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Untuk menekankan perilaku yang tidak semestinya dan untuk
2.2.5.4. Manfaat Penilaian Kinerja Keuangan
Menurut Mulyadi dan Setyawan (2001: 417) penilaian kinerja
dimanfaatkan oleh manajemen untuk:
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui
pemotivasian karyawan secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan
karyawan, seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan
dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program
pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana
atasan mereka menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
2.2.6. Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen Terhadap Pencapaian
Kinerja Kualitas
Sistem pengendalian dalam suatu organisasi mencakup
pengendalian manajemen maupun proses pengendalian dan perencanaan
lainnya. Dalam suatu organisasi, para manajer dan karyawan harus
dimotivasi dan diarahkan untuk melakukan apa yang diinginkan pimpinan
dan akan dikoreksi apabila terdapat penyimpangan terhadap tujuan
manajemen. Dalam sistem pengendalian manajemen, sedikitnya terdapat
empat komponen yaitu (1) Pelacak (detector) atau sensor, yaitu sebuah
perangkat yang mengukur apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses
yang sedang dikendalikan; (2) Penaksir (assessor), yaitu suatu perangkat
membandingkannya dengan beberapa standar atau ekspektasi dari apa yang
seharusnya terjadi; (3) Effector, yaitu suatu perangkat (yang sering disebut
dengan feedback) yang mengubah perilaku jika assesor mengindikasikan
kebutuhan yang perlu dipenuhi; (4) Jaringan komunikasi, yaitu merupakan
peringkat yang meneruskan informasi antar detector dan assesor dan antara
assesor dan effector. (Henry, 2002).
Kegiatan dari Sistem Pengendalian Manajemen (Anthony dan
Govindarajan, 1998) terdiri atas berbagai macam, yaitu: (1) merencanakan
apa yang seharusnya dilakukan oleh organisasi; (2) mengkoordinasikan
kegiatan dari beberapa bagian organisasi; (3) mengkomunikasikan
informasi; (4) mengevaluasi informasi; (5) memutuskan tindakan apa yang
seharusnya diambil jika perlu; (6) mempengaruhi orang-orang untuk
mengubah perilaku mereka. Kegiatan-kegiatan dalam Sistem Pengendalian
Manajemen ini akan dilaksanakan diseluruh tingkatan dalam organisasi,
Pengendalian manajemen lebih diarahkan kepada proses memotivasi dan
memberi semangat kepada para anggota organisasi untuk melaksanakan
kegiatan organisasi yang diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi.
Proses pengendalian tersebut, akan melibatkan komunikasi informal dan
interaksi antara manajer dengan karyawan. Pada perusahaan yang
berorientasi mencapai kinerja kualitas sebagai factor strategis untuk
mencapai keunggulan bersaing, komponen sistem pengendalian
manajemen, (seperti: sasaran kualitas (quality goals), umpan balik kualitas
(feedback quality) dan kualitas yang dihubungkan dengan intensif atau yang
disebut dengan quality intensive), diharapkan dapat menciptakan suatu
kondisi yang memotivasi karyawan pada bagian unit bisnis perusahaan
2.2.7. Pengaruh Kinerja Kualitas Terhadap Kinerja Keuangan
Dalam literatur pemasaran yang menguji dampak kinerja kualitas
(quality performance) atas keseluruhan kinerja bisnis pada hasil yang
dimodifikasi dalam Maiga dan Jacob, (2005) dinyatakan bahwa, prestasi
yang positif atas kinerja keuangan berdasarkan kualitas, mempunyai
hubungan yang kompleks antara organisasi dengan pasar.
Pada penelitian akuntansi akhir-akhir ini, telah menunjukkan adanya
dampak kinerja kualitas (quality performance) terhadap kinerja keuangan.
Nagar dan Rajan (2001) menguji hubungan antara penjualan masa
mendatang dengan nilai nonkeuangan (defect barang yang cacat dan
penyerahan tepat waktu) dan keuangan (biaya-biaya kegagalan internal dan
eksternal) sebagai ukuran kualitas pada perusahaan manufaktur. Mereka
menemukan bahwa ukuran nonkeuangan dan keuangan dapat meramalkan
penjualan yang akan datang, walaupun, ukuran nonkeuangan mendominasi
efek dari ukuran keuangan ketika kedua-duanya tercakup pada analisa
tersebut. Untuk penjualan masa mendatang, ukuran kedua-duanya bersifat
menjelaskan didalam regresi yang dikombinasikan, yang melengkapi satu
sama lain.
Meskipun didalam literatur mengenai hubungan antara kinerja
kualitas (quality performance) dengan kinerja keuangan tidak dapat
diputuskan, diduga perusahaan akan memulai meningkatkan kinerja
kualitas (quality performance), jika mereka mengharapkan kinerja kualitas
(quality performance) dapat meningkatkan pendapatan dibandingkan
2.2.8. Pengaruh Sistem Pengendalian Manajemen Melalui Kinerja Kualitas
Terhadap Kinerja Keuangan
Teori Bayes mengatakan dengan tindakan atau alternatif tindakan
yang ada maka kita dapat memperkirakan resiko yang akan muncul (untung
atau rugi) atau tiap tindakan dari tiap keadaan termasuk kinerja yang bakal
terjadi di masa depan Siagian (1987:44). Dimana teori tersebut didasarkan
pada prinsip kinerja kualitas yang baik ke depan akan dapat meningkatkan
kinerja keuangan. Studi terkini dalam akuntansi juga mengalamatkan
pengaruh dari kinerja kualitas atas kinerja keuangan.
Nagar dan Rajan (2001) menguji hubungan antara penjualan masa
datang dan ukuran current non-keuangan (produk cacat dan on-time
delivery) dan keuangan (internal dan external failure loss) dari kualitas
untuk suatu perusahaan manufaktur. Mereka menemukan bahwa baik
ukuran keuangan dan non-keuangan secara signifikan memprediksi
penjualan satu kuartal kedepan; bagaimanapun, ukuran non-keuangan
mendominasi pengaruh dari ukuran keuangan ketika keduanya dimasukkan
dalam analisis. Untuk penjualan empat kuartal kedepan, kedua ukuran
memiliki kekuatan penjelas dalam suatu kombinasi regresi, menyatakan
bahwa mereka melengkapi satu dengan lain. Walaupun literatur
memandang hubungan antara kinerja kualitas dan kinerja keuangan adalah
tidak conclusive, diperkirakan perusahaan lebih suka untuk berinisiatif
meningkatkan kinerja kualitas jika mereka mengharapkan kinerja kualitas
dapat meningkatkan revenues lebih dari beberapa perbaikan dalam kos
yang berhubungan, ini disebut proses capital-rationing yang rational. Oleh
karena itu, diharapkan suatu hubungan positif yang signifikan antara kinerja
2.3. Kerangka Pikir
Sesuai dengan landasan teori dan fakta-fakta pendukung yang telah
diuraikan sebelumnya maka dapat disusun sebuah diagram kerangka pikir
seperti ini ditunjukkan pada gambar 2.1, sebagai berikut :
Gambar. 2.1 Diagram Jalur Path Analisis
Kinerja Kualitas (X2)
Kinerja Keuangan (Y) Sistem Pengendalian
Manajemen (X1)
Uji Statistik ”Path Analisis”
2.4. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah
diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut
1. Sistem Pengendalian Manajemen berpengaruh langsung terhadap
Kinerja Keuangan.
2. Sistem Pengendalian Manajemen berpengaruh tidak langsung (dengan
melalui Kinerja Kualitas) terhadap Kinerja Keuangan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Teknik Pengukuran Variabel
3.1.1. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak variabel tersebut (Nazir, 2003 : 126)
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 2 (dua) variabel bebas (X) yaitu Sistem Pengendalian Manajemen (X1) dan Kinerja
Kualitas (X2), dan satu variabel terikat (Y) yaitu Kinerja Keuangan
Adapun definisi operasional dari masang – masing variabel tersebut, yaitu sebagai berikut :
1. Variabel bebas (X)
a. Sistem Pengendalian Manajemen (X1)
Pengendalian manajemen merupakan proses dimana para manajer mempengaruhi anggota organisasi lainnya untuk mengimplementasikan strategi organisasi.
b. Kinerja Kualitas (X2)
2. Variabel Terikat (Y)
Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan berhubungan dengan kepuasan pelanggan. yang diukur berdasarkan pada instrumen untuk mengukur perbandingan apakah kinerja perusahaan berada di bawah atau di atas industri.
3.1.2. Pengukuran Variabel
Adapun pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sistem Pengendalian Manajemen (X1)
Skala pengukuran untuk variabel ini yang digunakan adalah skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan
semantik differensial yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7
Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju dengan pernyataan mengenai Sistem Pengendalian Manajemen, nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju dengan pernyataan mengenai Sistem Pengendalian Manajemen.
Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang diadopsi dari Jumaili (2006) dengan 3 (tiga) item pernyataan.
2. Kinerja Kualitas (X2)
Skala pengukuran untuk variabel ini yang digunakan adalah skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan
semantik differensial yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7
Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju dengan pernyataan mengenai Kinerja Kualitas, nilai 4 merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju dengan pernyataan mengenai Kinerja Kualitas.
Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang diadopsi dari Jumaili (2006) dengan 4 (empat) item pernyataan.
Sangat tidak setuju Sangat setuju
3. Kinerja Keuangan (Y)
Skala pengukuran untuk variabel ini yang digunakan adalah skala interval, sedangkan teknik pengukurannya menggunakan
semantik differensial yang mempunyai skala 7 poin, dengan pola sebagai berikut:
1 2 3 4 5 6 7
Jawaban dengan nilai 1 sampai 3 berarti cenderung sangat tidak setuju dengan pernyataan mengenai Kinerja Keuangan, nilai 4
merupakan nilai tengah antara sangat tidak setuju dan sangat setuju dengan pernyataan yang diberikan, jawaban antara 5 sampai 7 berarti cenderung sangat setuju dengan pernyataan mengenai Kinerja Keuangan.
Variabel ini diukur dengan menggunakan instrumen yang merupakan pengembangan dan modifikasi dari instrumen yang diadopsi dari Jumaili (2006) dengan 3 (tiga) item pernyataan.
3.2. Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi merupakan kelompok obyek yang memiliki karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek/obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2002 : 44). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Manajer pada PT. Dipo Valasindo yang berjumlah 31 orang.
3.2.2. Sampel
besarnya kesalahan penarikan sampel (sampling error). Sedangkan metode yang digunakan adalah sampel random sampling yaitu setiap populasi mempunyai peluang yang sama untuk ditarik sebagai sampel (Sumarsono, 2002 : 46).
Untuk mengetahui jumlah responden yang akan dijadikan sampel digunakan rumus slovin, yaitu sebagai berikut :
n = 2
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan
pengambilan sample yang masih dapat ditolelir atau diinginkan (e = 5%).
Berdasarkan dari perhitungan di atas, maka jumlah anggota sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 29 Manajer pada PT. Dipo Valasindo Surabaya, yang terdiri dari :
7. Asisten manajer pemasaran 8. Asisten manajer perencanaan.
9. Accounting.
10. Staff Budgeting.
11. Controller
12. Sekrataris.
13. 6 Orang Staff pemasaran.
14. 6 Orang Staff administrasi pembelian. 15. 5 Orang Staff administrasi penjualan
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data primer yaitu merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli pihak pertama (Ikhsan dan Ishak, 2005 : 109). Sedangkan sumber data berasal dari jawaban kuisioner yang disebar pada 29 Manajer pada PT. Dipo Valasindo Surabaya
3.3.2. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian, ini yaitu meliputi :
1 Kuesioner
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pembagian lembar pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna melengkapi data (Nazir, 2003 : 203).
2 Observasi
3.4. Uji Kualitas Data
3.4.1. Uji Validitas Data
Menurut Riduwan (2004 : 109) menjelaskan bahwa validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2007 : 135)
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai rhitung > rtabel dan nilai
r positif, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah valid (Ghozali, 2007 : 135)
3.4.2. Uji Reliabilitas
Menurut Riduwan (2004 : 128) reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah jawaban yang diberikan responden dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2007 : 132).
Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai Cronbach Alpha > 0,60, maka butir atau item pertanyaan tersebut adalah reliabel (Ghozali, 2007 : 133)
3.4.3. Uji Normalitas
Dasar analisis yang digunakan apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak adalah :
1. Bila nilai signifikasi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5% maka distribusi adalah tidak normal.
2. Bila nilai signifikasi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5% maka distribusinya adalah normal. (Sumarsono, 2004 : 40-43).
3.5. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.5.1. Teknik Analisis
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung (dengan melalui Kinerja Kualitas) dari Sistem Pengendalian Manajemen terhadap Kinerja Keuangan, maka teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Pemetaan Jalur (Path Analysis).
Uji ini dimaksudkan untuk menerangkan pengaruh langsung dan tidak langsung seperangkat variabel, sebagai penyebab terhadap variabel akibat. (Sewal Wright seperti yang dikutip oleh Al-Rasyid, 2000 : 3)
Pengembangan kembali model dengan analisis pemetaan jalur dilakukan melalui serangkaian rutin regresi berganda standar bertingkat terhadap variabel dependen akhir yang menjadi pusat penelitian.
Pada saat melakukan Path Analysis hendaknya diperhatikan beberapa asumsi-asumsi berikut : (Solimun, 2002)
1. Hubungan antara variabel haruslah linear dan aditif.
3. Pola hubungan antar variabel adalah rekursif.
4. Tingkat pengukuran semua variabel sekurang-kurangnya interval. Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam analisis Path, adalah sebagai berikut :
1. Proposisi yang diajukan diterjemahkan kedalam sebuah paradigma dalam bentuk diagram jalur.
Gambar. 3.1 Diagram Jalur Path Analisis
= PyX1
= rx2x1 = PyX2
(X2) (Y)
(X1)
Keterangan :
Y : Kinerja Keuangan
X1 : Sistem Pengendalian Manajemen
X2 : Kinerja Kualitas
rx2x1 : Pengaruh X1 ke X2
PyX1 : Pengaruh X1 terhadap Y
PyX2 : Pengaruh X2 terhadap Y
(1,2) : Pengaruh dari variabel lain
2. Identifikasi sub struktur (persamaan)
Persamaan struktural untuk diagram jalur, adalah : X2 = rx2x1 . x1 +ε1 …………..………..(1)
Y = Pyx1 . x1 + Pyx2.x2 + ε ………….. . (2)
3. Menerjemahkan hipotesis penelitian ke dalam hipotesis statistik.
4. Menguji koefisien Path dengan menggunakan nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas < 0,05 maka signifikan dan apabila nilai probabilitas >0,05 maka tidak signifikan.
3.5.2. Uji Hipotesis
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat PT. Dipo Valasindo
Perusahaan yang didirikan pada bulan November 1983 dengan
nama PT. Dipo Star dan memulai kegiatannya pada bulan Mei 1984.
Dengan semakin berkembangnya bidang usaha, dimana tidak terfokus pada
kegiatan Leasing saja, tetapi juga dalam bidang usaha Consumer Finance
dan Factoring, maka pada bulan Juni 1989, PT. Dipo Star Leasing berubah
nama menjadi PT. Dipo Valasindo dan kemudian pada tahun 1992 join
dengan Mitsubishi Corporation-Jepang, berubah statusnya dari perusahaan
nasional menjadi perusahaan Joint Venture.
PT. DIPO Valasindo yang berlokasi di Jl. Diponegoro 54 E
Surabaya sekarang merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
Money Changeratau pertukaran Mata Uang Asing. Dengan didukung oleh
lebih dari 454 karyawan dari berbagai disiplin ilmu yang trampil serta
berpengalaman dan dengan jaringan Kantor cabang serta Perwakilan yang
tersebar di DKI Jakarta, Jawa, Sumatera dan Sulawesi, PT. Dipo Valasindo
terus berkembang secara berarti dan mendapatkan kepercayaan dari
masyarakat luas sejak awal berdirinya hingga saat ini.
4.1.2. Tujuan Perusahaan
Sebelum menganalisa data yang diperoleh khususnya masalah
perusahaan. Karena setiap perusahaan pasti mempunyai tujuan yang
merupakan sasaran utama yang akan dicapai. Dengan menentukan
tujuan yang hendak dicapai, demikian pula dengan PT. Dipo Valasindo
juga mempunyai tujuan dalam menjalankan operasinya yaitu :
1. Tujuan jangka pendek
a. Berusaha meningkatkan produktivitas kerja perusahaan
b. Dapat mempertahankan posisi perusahaan dalam persaingan
2. Tujuan jangka panjang
a. Mencapai laba optimal
b. Menjaga kontinuitas perusahaan
c. Membantu pelaksanaan program pemerintah dalam penyediaan
kesempatan kerja
4.1.3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah merupakan suatu bagan yang
menunjukkan tugas-tugas serta batas-batas dan juga hubungan-hubungan
antara bagian-bagian yang ada dalam suatu perusahaan. Dengan struktur
organisasi akan dapat dicapai suatu organisasi yang baik dan sekaligus
dapat untuk memudahkan kontrol intern bagi perusahaan.
Sistem Struktur Organisasi yang digunakan oleh PT. Dipo
Valasindo adalah garis atau lini, dimana pimpinan mempunyai wewenang
dan memberikan perintah langsung kepada bawahannya, dimana setiap
bawahan harus patuh dan bertanggung jawab kepada atasannya.
Untuk lebih jelasnya peneliti menyajikan bagan struktur organisasi
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
Sumber data yang digunakan berasal dari jawaban kuisioner yang
disebar pada 29 Manajer PT. Dipo Valasindo dan kuesioner tersebut terdiri
dari 10 pernyataan yang dibagi menjadi 3 bagian.
Untuk memperjelas uraian di atas, maka berikut ini adalah hasil dari
jawaban kuisioner untuk masing masing variabel, yaitu sebagai berikut:
1 Bagian I berkaitan dengan pernyataan mengenai “Sistem
Pengendalian Manajemen (X1)”
Pengendalian manajemen merupakan proses dimana para
manajer mempengaruhi anggota organisasi lainnya untuk
mengimplementasikan strategi organisasi.
Berdasarkan dari hasil jawaban kuesioner mengenai Sistem
Pengendalian Manajemen, dapat dsajikan pada tabel 4.1, sebagai berikut:
Tabel. 4.1. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai :
Sistem Pengendalian Manajemen (X1)
Sumber : Lampiran. 1
Berdasarkan dari tabel 4.1, dapat diketahui bahwa nilai rata – rata
(mean) tertinggi berada pada skor 1 atau jawaban samgat tidak setuju
yaitu sebesar 36,84%, hal ini berarti dari 29 Manajer PT. Dipo Valasindo
beranggapan bahwa tingkat Sistem Pengendalian Manajemen PT. Dipo
2 Bagian II berkaitan dengan pernyataan mengenai “Kinerja Kualitas
(X2)”
Kinerja Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang selalu
berubah. Kualitas harus diperbaiki setiap waktu karena produk yang
dianggap berkualitas pada saat ini mungkin akan dianggap kurang
berkualitas pada masa mendatang.
Berdasarkan dari hasil jawaban kuesioner mengenai Kinerja
kualitas, dapat dsajikan pada tabel 4.2, sebagai berikut:
Tabel. 4.2. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai :
Kinerja Kualitas (X2)
Sumber : Lampiran. 2
Berdasarkan dari tabel 4.2, dapat diketahui bahwa nilai rata – rata
(mean) tertinggi berada pada skor 1 atau jawaban samgat tidak setuju
yaitu sebesar 36,84%, hal ini berarti dari 29 Manajer PT. Dipo Valasindo
beranggapan bahwa tingkat Kinerja Kualitas PT. Dipo Valasindo adalah
sangat rendah.
3 Bagian III berkaitan dengan pernyataan mengenai “Kinerja
Keuangan (Y)”
Kinerja keuangan berhubungan dengan kinerja keuangan yang
keuangan diukur berdasarkan pada instrumen yang mengukur
perbandingan apakah kinerja perusahaan berada pada baik di bawah atau
di atas industri.
Berdasarkan dari hasil jawaban kuesioner mengenai Kinerja
keuangan, dapat dsajikan pada tabel 4.3, sebagai berikut:
Tabel. 4.3. Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai : Kinerja keuangan (X3)
Sumber : Lampiran. 3
Berdasarkan dari tabel 4.3, dapat diketahui bahwa nilai rata – rata
(mean) tertinggi berada pada skor 1 atau jawaban samgat tidak setuju
yaitu sebesar 36,84%, hal ini berarti dari 29 Manajer PT. Dipo Valasindo
beranggapan bahwa tingkat Kinerja keuangan PT. Dipo Valasindo
adalah sangat rendah.
4.3. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
4.3.1. Uji Analisis Data
4.3.1.1. Uji Validitas, Reliabilitas dan Normalitas
4.3.1.1.1.Uji Validitas
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner