PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI DENGAN
MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX
DI P T. SENTRATEK ADIPRESTASI SURABAYA
SKRIPSI
Oleh :
DWI W INDA OKTAVIA
0832010084
J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI DENGAN
MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX
DI P T. SENTRATEK ADIPRESTASI SURABAYA
SKRIPSI
Oleh :
DWI W INDA OKTAVIA
NPM : 0832010084
J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI DENGAN
MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX
DI P T. SENTRATEK ADIPRESTASI SURABAYA
Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Per syar a tan
Untuk Memperoleh Gelar Sar jana Teknik
J ur usan Tek nik Industr i
Oleh :
DWI W INDA OKTAVIA
NPM : 0832010084
J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI DENGAN
MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX
DI P T. SENTRATEK ADIPRESTASI SURABAYA
SKRIPSI
Disusun oleh :
DWI W INDA OKTAVIA
NPM : 0832010084
Telah Diper tahankan Dihadapan dan Diter ima oleh Dosen Penguji Pada Tanggal 13 Apr il 2012
Dosen Penguji : Dosen Pembimbing :
1. 1.
Ir. Endang Pudji W., MMT Dr . Ir. Minto Waluyo, MM
NIP. 19591228 198803 2 001 NIP. 19611130 199003 1 001
2. 2.
Ir. Tri Susilo, MM Ir. Rusindiyanto, MT
NIP. 19550708 198903 1 001 NIP. 19650225 199203 1 001
3.
Dr . Ir . Minto Waluyo, MM NIP. 19611130 199003 1 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Tek nologi Industr i
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J atim Surabaya
Ir . Sutiyono, MT
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah berkenan memberikan rahmat, taufik serta hidayahNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul :
PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI DENGAN MENGGUNAKAN
METODE SAVINGS MATRIX DI PT. SENTRATEK ADIPRESTASI
SURABAYA
Penyusunan tugas akhir ini guna memenuhi persyaratan dalam memperoleh
gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri pada Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa selama melakukan penelitian dan penyusunan
skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan.
Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN
“Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM, selaku Ketua Jurusan Tenik Industri UPN
“Veteran” Jawa Timur dan selaku Dosen Pembimbing I.
3. Bapak Ir. Rusindiyanto, MT, selaku Dosen Pembimbing II.
4. Bapak Ir. Handoyo, MT dan Ibu Ir. Nisa Masruroh, MT, selaku Dosen Penguji
Seminar I.
5. Ibu Ir. Rr. Rochmoeljati, MMT dan Bapak Didi Samanhudi, MMT, selaku
Dosen Penguji Seminar II.
6. Ibu Ir. Endang Pudji W., MMT dan Bapak Ir. Tri Susilo, MM, selaku Dosen
Penguji Lisan Skripsi.
8. Bapak Jeffrey, selaku Pembimbing Lapangan di PT. Sentratek Adiprestasi
(SAP).
9. Segenap Staff dan Karyawan PT. Sentratek Adiprestasi (SAP) yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala bantuannya selama penulis
melaksanakan penelitian.
10.Kedua orang tua tercinta dan saudara yang selalu memberikan doa, semangat
serta bantuan baik moril maupun materiil kepada penulis selama
menyelesaikan skripsi.
11.Steven Dedy Kurniawan yang selalu memberi semangat dan sabar menemani
penulis dalam menyelesaikan skripsi.
12.Sahabat-sahabat tersayang (Lefah, Ria, Nia, E_Q, Jaja, Nuel), teman-teman
kost, dan anak-anak TI angkatan 2008 atas dukungan dan semangat yang telah
diberikan kapada penulis.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas amal perbuatan
dan segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Akhir kata penulis
berharap semoga hasil penelitian yang tertuang dalam skripsi ini banyak
bermanfaat bagi setiap pembaca pada umumnya.
Surabaya, Mei 2012
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...i
DAFTAR ISI……….. ..iii
DAFTAR TABEL……….. ..vii
DAFTAR GAMBAR………...…..ix
DAFTAR LAM PIRAN………..x
ABSTRAKSI...xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...………...…1
1.2 Perumusan Masalah ………...2
1.3 Batasan Masalah ..………2
1.4 Asumsi...……….3
1.5 Tujuan... ………..3
1.6 Manfaat Penelitian ……….……….…4
1.7 Sistematika Penulisan ……….…4
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Manajamen Logistik...……….6
2.1.1 Ruang Lingkup Logistik...7
2.1.2 Konsep Logistik Terpadu...7
2.2 Manajemen Transportasi..……….11
2.2.1.1Tujuan Perencanaan Transportasi...12
2.2.1.2Tahap Perencanaan Transportasi...12
2.2.2 Transportasi Dan Distribusi Fisik...………...14
2.2.2.1Kegiatan Dalam Distribusi Fisik...17
2.2.2.2Metode Transportasi...19
2.3 Manajemen Transportasi Dan Distribusi...……….20
2.3.1 Fungsi-fungsi Dasar Manajemen Distribusi Dan Transportasi...22
2.3.2 Mode Transportasi Serta Keunggulan Dan Kelemahannya...24
2.3.3 Penentuan Rute Dan Jadwal Pengiriman...27
2.4 Metode Savings Matrix………...29
2.4.1 Pengertian Metode Savings Matrix………...29
2.4.2 Langkah-langkah Metode Savings Matrix………....29
2.5 Metode General Assigment...………35
2.6 Peramalan Permintaan..……….37
2.6.1 Peramalan Dalam Horison Waktu.……….37
2.6.2 Beberapa Sifat Hasil Peramalan……….38
2.6.3 Prosedur Peramalan…………...……….39
2.7 Verifikasi Dan Pengendalian Peramalan………...….44
2.7.1 Peta Moving Range………..…….45
2.8 Peneliti Terdahulu……….46
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian………...49
3.3 Metode Pengumpulan Data………...51
3.4 Metode Pengolahan Data………...…………...51
3.5 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah………54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data………..64
4.1.1 Data Permintaan Customer……….64
4.1.2 Data Kapasitas Alat Angkut………65
4.1.3 Data Rute Awal………...66
4.1.4 Data Biaya Transportasi …….………67
4.2 Pengolahan Data………..69
4.2.1 Menghitung Jarak Koordinat Lokasi Customer ………...……...69
4.2.2 Mengidentifikasi Matrix jarak……….72
4.2.1.1 Penentuan Alokasi customer Pada Rute Awal berdasarkan Permintaan Tahun 2011...72
4.2.3 Biaya Transportasi Pada Rute Awal tahun 2011...74
4.3 Mengalokasikan Permintaan Customer Tahun 2009 Pada Rute Baru ( penerapan Metode savings Matrix)...76
4.3.1 Mengidentifikasi Matrix Penghematan...76
4.3.2 Pengalokasian customer pada kendaraan dan rute Baru Tahun 2011...77
4.3.3 Mengurutkan Customer dalam rute baru...82
4.4 Peramalan (forecasting) Permintaan...89
4.4.1 Ploting Data Permintaan Tahun 2011 ...89
4.4.2 Penetapan Metode Peramalan ...90
4.4.3 Perhitungan Nilai MSE ...91
4.4.4 Pemilihan Nilai MSE Terkecil...91
4.4.5 Melakukan Uji MRC dari Metode Peramalan yang Digunakan ...92
4.4.6 Peramalan Permintaan Untuk Tahun 2012...93
4.4.7 Rute Baru (Penerapan Metode Saving Matrix) Berdasarkan Permintaan Tahun 2012...94
4.4.8 Perhitungan Biaya Transportasi Rute Baru Untuk Tahun 2012...94
4.4.9 Rekomendasi Jalur Distribusi Untuk Tahun 2012...96
4.5 Pembahasan ...97
4.5.1 Perbandingan Rute Atau Jalur Distribusi sebelum dan sesudah penerapan Metode savings matrix ...………97
4.5.1.1Layout Rute Awal...99
4.5.1.2Layout Rute Sesudah Metode Savings Matrix...101
4.5.2 Perbandingan Biaya Transportasi sebelum dan sesudah penerapan Metode savings Matrix.………...………103
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……….105
5.2 Saran………..………106
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAKSI
Distribusi merupakan salah satu faktor penting bagi perusahaan untuk dapat melakukan pengiriman produk secara tepat kepada pelanggan. Ketepatan pengiriman produk kepada pelanggan harus memiliki dasar penjadwalan dan penentuan rute secara tepat, sehingga customer yang akan dikunjungi menerima produk dalam kondisi baik dan sesuai dengan batas waktu permintaan.
PT. Sentratek Adiprestasi (SAP) Surabaya merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi suku cadang mesin produksi yaitu power transmition dan material handling. Sasaran distribusi PT. Sentratek Adiprestasi (SAP) Surabaya adalah dapat melakukan waktu pengiriman produk secara tepat, biaya yang efisien, dan pelayanan yang baik. Sedangkan dalam pemenuhan sasaran tersebut masih ada permasalahan dari perusahaan dimana dalam pengiriman produk ke beberapa daerah pemasaran belum adanya perencanaan pengiriman dan pendistribusian barang yang tepat. Berdasarkan permasalahan perusahaan tersebut, maka perusahaan membutuhkan suatu penjadwalan dan penentuan jalur distribusi secara tepat untuk mengurangi pemborosan dalam segi waktu, jarak, dan tenaga serta mendapatkan biaya transportasi yang lebih murah.
Penelitian ini dilakukan di PT. Sentratek Adiprestasi (SAP) dengan menggunakan metode Savings Matrix. Adapun tujuan penelitian ini adalah menentukan penjadwalan jalur distribusi pengiriman produk yang optimal dan menghasilkan biaya distribusi yang minimum.
Dengan metode Savings Matrix diperoleh jalur atau rute distribusi untuk melayani permintaan produk berdasarkan kapasitas alat angkut, yaitu Rute A: urutan kunjungan dari G–C1–C5–C3–C7–C4–C8–C10–C9–G, total jarak perjalanan 601,66 km. Rute B: urutan kunjungan dari G–C6–G, total jarak perjalanan 167,7 km. Rute C: urutan kunjungan dari G–C2–G, total jarak perjalanan 36,12 km. Biaya Transportasi dengan metode awal sebesar Rp 5.569.748,- dengan 8 rute pengiriman produk dan biaya transportasi dengan metode savings matrix sebesar Rp. 4.354.170,- dengan 3 rute pengiriman produk. Dengan menggunakan metode savings matrix bisa menghasilkan penghematan biaya transportasi sebesar Rp. 1.215.578,- atau dengan penghematan biaya transportasi sebesar 21,82 %.
ABSTRACT
Distribution is one of the important factors for companies to be able to do the right product delivery to customers. The accuracy of shipping the product to the customer should have the basic scheduling and determining the exact route, so the customer will be visited to receive the product in good condition and in accordance with the request deadline.
PT. Sentratek Adiprestasi (SAP) Surabaya is a company engaged in the distribution of the production of machine parts and material handling power transmition. Target distribution of PT. Sentratek Adiprestasi (SAP) Surabaya is able to do exactly the product delivery time, cost efficient, and good service. While the fulfillment of these goals there are still problems of companies in which the product delivery to some areas the lack of marketing planning and delivery of the proper distribution of goods. Based on the aforementioned companies, the company requires a scheduling and determining the appropriate distribution channels to reduce waste in terms of time, distance, and energy and transportation costs are getting cheaper.
The research was conducted at PT. Sentratek Adiprestasi (SAP) using the Savings Matrix. The purpose of this study is to determine the scheduling of distribution channels and delivery of optimal product yield distribution of the minimum cost.
Savings Matrix obtained by the method or route of distribution channels to serve the demand for products based on the capacity of transport equipment, which is Route A: sequence of the visit of the G-C1-C5-C3-C4-C7-C8-C9-C10-G, the total travel distance of 601,66 km. Route B: sequence of the visit of the G-C6-G, the total travel distance of 167,7 km. Route C: sequence of the visit of the G-C2-G, the total travel distance of 36,12 km. Transportation costs to the initial method of Rp 5.569.748, - with 8 product delivery routes and transportation cost savings to the matrix method of Rp. 4.354.170,- with 3 product delivery route. By using the matrix method can yield savings of transportation cost savings amounting to Rp. 1.215.578,- or the transportation cost savings of 21,82%.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belaka ng Masalah
Semakin tingginya tingkat persaingan dalam dunia industri, menuntut
perusahaan untuk dapat menghadapi persaingan secara baik dan siap dengan
segala resiko yang akan dihadapi. Salah satu jaminan yang harus dipenuhi
perusahaan kepada pelanggan adalah pengiriman produk sesuai dengan
permintaan pelanggan secara tepat waktu dan efisien. Sehingga proses distribusi
yang dilaksanakan tidak mengakibatkan pemborosan segi waktu, jarak, dan
tenaga.
Distribusi merupakan salah satu faktor penting bagi perusahaan untuk
dapat melakukan pengiriman produk secara tepat kepada pelanggan. Ketepatan
pengiriman produk kepada pelanggan harus memiliki dasar penjadwalan dan
penentuan rute secara tepat, sehingga customer yang akan dikunjungi menerima
produk dalam kondisi baik dan sesuai dengan batas waktu permintaan.
PT. Sentratek Adiprestasi (SAP) Surabaya merupakan perusahaan yang
bergerak dibidang distribusi suku cadang mesin produksi yaitu power transmition
dan material handling. Sasaran distribusi PT. Sentratek Adiprestasi (SAP)
Surabaya adalah dapat melakukan waktu pengiriman produk secara tepat, biaya
yang efisien, dan pelayanan yang baik. PT. Sentratek Adiprestasi (SAP) Surabaya
dituntut untuk dapat merancang kinerja pengiriman yang reliabel. Sedangkan
dalam pemenuhan sasaran tersebut masih ada permasalahan dari perusahaan
perencanaan pengiriman dan pendistribusian barang yang tepat yaitu dalam
menentukan jalur distribusi ke customer yang mengakibatkan jalur pengiriman
yang ditempuh semakin panjang tanpa melihat terlebih dahulu kapasitas dari
kendaraan dan jarak yang akan ditempuh sehingga mengakibatkan biaya
transportasi menjadi mahal.
Berdasarkan permasalahan perusahaan tersebut, maka perusahaan
membutuhkan suatu penjadwalan dan penentuan jalur distribusi secara tepat untuk
mengurangi pemborosan dalam segi waktu, jarak, dan tenaga serta mendapatkan
biaya transportasi yang lebih murah. Dengan adanya permasalahan tersebut maka
dilakukan penelitian dengan metode savings matrix dengan harapan dapat di
tentukan jalur pengiriman yang lebih cepat sehingga dihasilkan biaya transportasi
yang lebih murah.
1.2 Per umusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang ada di perusahaan berkaitan dengan
pengiriman produk, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :
“Bagaimana menentukan perencanaan rute distribusi optimal di PT.
Sentratek Adiprestasi (SAP) Surabaya sehingga dapat meminimumkan biaya
distribusi?”
1.3 Batasan Masalah
1. Rute distribusi produk dari kota asal Surabaya ke kota sidoarjo, Gresik,
Mojokerto, Jombang, Lamongan, Tuban, Pasuruan, Malang, Kediri,
Probolinggo.
2. Penelitian dilakukan pada produk power transmition dan material handling
dengan jenis produk coupling.
3. Biaya Transportasi meliputi biaya bahan bakar, biaya sewa armada dan biaya
retribusi (Tol dan lain-lain) tahun 2011.
4. Data permintaan produk yang diambil mulai Januari – Desember 2011.
1.4 Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Kondisi kendaraan dalam kondisi normal.
2. Biaya retribusi, biaya sewa armada dan biaya bahan bakar tetap selama
penelitian dilakukan.
3. Rute atau jalur distribusi yang dilalui pada saat pengiriman produk dari kantor
ke lokasi customer sama dengan rute kembali dari lokasi customer ke kantor.
4. Perawatan coupling di customer dilakukan pada akhir minggu ke-4, sehingga
pengiriman dilakukan pada minggu ke-4.
1.5 Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah menentukan penjadwalan jalur
distribusi pengiriman produk dengan rute yang optimal dan menghasilkan biaya
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian tugas akhir ini adalah :
1. Mendapatkan jalur distribusi produk yang akan dilayani berdasarkan kapasitas
alat angkut.
2. Mendapatkan saving jarak dan efisiensi biaya distribusi dengan metode
savings matrix.
3. Memberikan alternatif rute distribusi kepada perusahaan secara tepat waktu
dan efisien dalam meminimalkan biaya distribusi.
4. Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan secara langsung dalam bidang
distribusi.
5. Menjalin hubungan yang erat antara perguruan tinggi yakni Universitas
Pembangunan Nasional Jawa Timur dengan perusahaan yang bergerak dalam
bidang industri khususnya PT. Sentratek Adiprestasi (SAP) Surabaya.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini
adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat, asumsi, dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi tentang landasan teori-teori yang digunakan
dan menganalisa data-data yang diperoleh secara langsung maupun
tidak langsung yaitu teori tentang distribusi, penjadwalan dan
penentuan jalur dalam transportasi dan Savings Matrix.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang langkah-langkah dalam melakukan
penelitian, mulai dari lokasi pencarian data, metode pengambilan
data, identifikasi variabel, dan metode pengolahan data, yang
dilakukan untuk mencapai tujuan dari penelitian selama
pelaksanaan penelitian.
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang data-data yang telah terkumpul,
kemudian diolah dengan menggunakan metode yang digunakan
untuk menyelesaikan masalah yang ada.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini merupakan penutup tulisan yang berisi kesimpulan
dan saran mengenai analisa yang telah dilakukan sehingga dapat
memberikan suatu rekomendasi sebagai masukan ataupun
perbaikan bagi pihak perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Logistik
Logistik adalah istilah yang semula digunakan oleh kalangan militer yang
kemudian digunakan oleh kalangan non militer. Dalam kalangan militer, logistik
berasal dari kata logista, yaitu istilah yang digunakan oleh tentara romawi jaman
Byzantium yang menunjuk pada segala kegiatan di luar kegiatan perang, seperti
evakuasi, pembelian, penyimpanan, pengiriman peralatan perang serta keperluan
tentara dan sebagainya. Jadi kegiatan pembelian termasuk dalam kegiatan logistik.
Logistik sering kali digunakan dalam arti yang lebih sempit yaitu penyimpanan
dan pengangkutan barang saja (Indrajit dan Permono, 2005).
Menurut Donald J. Bowersox (2002) logistik didefenisikan sebagai proses
pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku
cadang dan barang jadi dari para suplaier, diantara fasilitas-fasilitas perusahaan
dan kepada para pelanggan. Logistik dapat pula didefenisikan sebagai proses
perencanaan, implementasi, dan pengendalian secara efisien, aliran biaya yang
efektif dan penyimpanan barang mentah, inventori barang dalam proses, barang
jadi dan informasi terkait dari titik asal ke titik konsumsi untuk tujuan memenuhi
kebutuhan konsumen. Ada 5 komponenen yang bergabung untuk membentuk
sistem logistik, yaitu : struktur lokasi fasilitas, transportasi, persediaan
2.1.1 Ruang Lingkup Logistik
Kegiatan logistik mencakup kegiatan seperti :
1. Pemilihan lokasi, penempatan bahan baku, suku cadang, barang jadi.
2. Penggunaan fasilitas yang tersedia dari organisasi yang bersangkutan.
3. Penyiapan transportasi serta alat pengangkutan barang-barangnya.
4. Masalah pembukuan dan pencatatan.
5. Pelaksanaan komunikasi yang persuasif sebagai penyampaian ide, konsep,
gagasan, informasi dari individu satu atau bagian-bagian lain dalam
organisasi perusahaan.
6. Kegiatan pengurusan sebagai kegiatan untuk mengelola bahan balm, suku
cadang, barang jadi yang disesuaikan dengan jenis dan spesifikasinya. Jenis
dan spesifikasi barang yang berbeda akan memerlukan pengelolaan yang
berbeda.
7. Kegiatan penyimpanan sebagai kegiatan untuk menahan bahan baku, suku
cadang, serta barang jadi sampai pada batas waktu tertentu tanpa harus
mengurangi kualitas barang yang bersangkutan.
2.1.2 Konsep Logistik Ter padu
Konsep manajemen logistik terpadu dapat dimengerti sebagai arus barang
dan informasi antar berbagai sumber dan pengguna, yang dikoordinasikan dan
dikendalikan sebagai suatu sistem terpadu. Logika dari konsep terpadu adalah
merangkaikan setiap langkah dari proses dimana barang dan produk bergerak
layanan pelanggan dan sekaligus meminimalkan biaya serta mengurangi aset yang
terkunci dalam saluran pipa logistik (Indrajit dan Djokopranoto, 2002).
Konsep logistik terpadu hadir sebagai perkembangan manajemen logistik
setelah beberapa periode. Dimulai dari dasawarsa kristalisasi pada tahun
1956-1965 yang mempertimbangkan perkembangan analisa biaya, pendekatan sistem,
peningkatan perhatian terhadap rekanan kerja dan pengaturan saluran distribusi
sampai periode 1970-1978 yang mulai merumuskan rencana terhadap
penyimpanan atau pergudangan, pengangkutan, manufacturing atau pengolahan
dan bukan hanya merencanakan operasi untuk bereaksi terhadap permintaan pasar
saja.
Kejadian dalam beberapa periode ini meningkatkan kesadaran bahwa
masalah logistik seringkali mempunyai dasar organisasi dan institusional serta
bukan hanya dasar teknis saja. Sesudah tahun 1978 perkembangan logistik mulai
mengarah pada pengelolaan manajemen logistik terpadu. Hal ini ditandai oleh
beberapa penyempurnaan, yaitu (Bowersox, 2002):
1. Dengan semakin besarnya ketergantungan antara pengelolaan manajemen
material seperti bahan baku, suku cadang, barang jadi yang dikaitkan dengan
distribusi fisik.
2. Semakin terkoordinasi antara pengelola manajemen material dengan
distribusi sehingga kemungkinan timbulnya gangguan kelancaran operasional
dapat dihindarkan.
3. Integrasi aktivitas manajemen material dengan distribusi fisik merupakan
kebutuhan pengawasan. Pengawasan dalam setiap jenis operasional harus
4. Integrasi operasi logistik akan meningkatkan kesadaran timbal balik antara
ekonomi manufaktur dengan kebutuhan pemasaran yang diintegrasikan oleh
sistem logistik yang didesain dengan baik. Pola dominan manufaktur adalah
pembuatan produk yang berkualitas, ukuran yang tepat, warna yang menarik,
kuantitas yang sesuai, kepemimpinan biaya dan harga yang cukup bersaing.
Sedangkan sistem logistik akan mengintegrasikan hal tersebut diatas dengan
kegiatan penyimpanan, pengangkutan, pemeliharaan, pembungkusan dan
pendistribusiannya kepada konsumen.
5. Faktor yang cukup penting bagi logistik terpadu adalah bahwa kebutuhan
misi logistik sekarang dan masa yang akan datang tidak cukup dapat dipenuhi
oleh penyebaran teknologi perangkat keras, melainkan pengembangan cara
baru guna memenuhi kebutuhan manajemen logistik yang baik dan benar.
Sedangkan misi dari logistik adalah untuk mendistribusikan barang atau
jasa yang bagus ke tempat yang tepat, waktu yang tepat, dan pada kondisi yang
diinginkan, serta memberikan kontribusi yang terbesar pada perusahaan. Konsep
logistik terpadu terdiri dari dua usaha yang berkaitan yaitu : operasi logistik dan
koordinasi logistik.
Aspek operasional logistik adalah mengenai manajemen pemindahan
(movement) dan penyimpanan material dan produk jadi perusahaan. Jadi, operasi
logistik dapat dipandang sebagai berawal dari pengangkutan pertama material atau
komponen komponen dari sumber perolehannya dan berakhir pada penyerahan
produk yang dibuat atau diolah itu kepada langganan atau konsumen. Operasi
logistik dapat dibagi ke dalam 3 kategori (Bowersox, 2002):
b. Manajemen material
c. Transfer persediaan barang di dalam perusahaan
Proses manajemen distribusi fisik menyangkut pengangkutan produk
kepada pelanggan. Dalam distribusi fisik, pelanggan dipandang sebagai
pemberhentian terakhir dalam saluran pemasaran. Jadi, distribusi fisik
menghubungkan bersama para manufaktur, para grosir, para pengecer ke dalam
saluran pemasaran yang menjamin tersedianya produk sebagai suatu aspek yang
ontegral dari prosese pemasaran keseluruhannya.
Manajemen material yang kadang-kadang disebut sebagai suplai fisik
menyangkut perolehan (procurement) dan pengangkutan material, suku cadang,
dan atau persediaan barang jadi dari tempat pembelian ke tempat pembuatan atau
perakitan (assembly), gudang atau toko pengecer.
Proses pemindahan inventaris internal (internal inventory transfer) adalah
mengenai pengawasan terhadap komponen-komponen setengah jadi pada waktu ia
mengalir diantara tahap-tahap manufacturing, dan pengangkutan awal dari produk
jadi ke gudang atau ke saluran-saluran pengecer. Pamindahan inventaris ini
mempunyai satu perbedaan penting jika dibandingkan dengan distribusi fisik atau
manajemen material. Sementara distribusi fisik dan manajemen material
berhadapan dengan ketidaktentuan kekuatan pasar, maka operasi pemindahan
inventaris hanya terbatas pada gerakan di dalam perusahaan yang dapat dikatakan
2.2 Manajemen Transportasi
2.2.1 Per encanaan Tr anspor tasi
Fidel Miro (2005), untuk memberikan pemahaman tentang perencanaan,
harus dibedakan antara perencanaan dan rencana. Rencana lebih berasosiasi pada
kata benda karena merupakan objek yang ingin dicapai. Sedangkan perencanaan
bisa disebut sebagai kata kerja karena untuk meraih objek (benda) yang
diinginkan, terdapat tahapan-tahapan pekerjaan yang mesti dilalui terlebih dahulu.
1. Rencana dapat dikatakan sebagai :
a) Ide-ide atau gagasan
b) Cita-cita atau keinginan (Target)
c) Tujuan yang diharapkan (Goals)
d) Sasaran yang hendak dituju (Object)
e) Produk atau hasil dari kerja, tahap dan proses dari perencanaan yang
kesemuanya ini berada pada masa yang akan datang
2. Sedangkan perencanaan dapat diartikan sebagai :
a) Proses
b) Tahapan
c) Langkah-langkah yang harus dilalui dan dilakukan untuk mencapai :
a. Produk atau hasil
b. Sasaran (Object)
c. Tujuan (Goals)
d. Cita-cita atau keinginan (Target)
e. Serta mewujudkan dan merealisasikan ide-ide atau gagasan yang
2.2.1.1Tujuan Perenca naan Tr anspor tasi
Tujuan dari perencanaan transportasi dapat diformulasikan sebagai
berikut (Fidel Miro, 2005) :
1. Mencegah masalah yang tidak diinginkan yang diduga akan terjadi pada masa
yang akan datang.
2. Mencari jalan keluar untuk berbagai masalah yang ada (problem solving).
3. Melayani kebutuhan transportasi (demand of transport) seoptimum dan
seseimbang mungkin.
4. Mempersiapkan tindakan/kebijakan untuk tanggap pada keadaan di masa
depan.
5. Mengoptimalkan penggunaan daya dukung (sumber daya) yang ada, yang
juga mencakup penggunaan dana yang terbatas seoptimal mungkin demi
mencapai tujuan atau rencana yang maksimal (daya guna dan hasil guna yang
tinggi).
2.2.1.2 Tahap Per encanaan Transpor tasi (J angka Waktu)
Perencanaan transportasi memiliki pentahapan dan batasan waktu sesuai
dengan karakteristik dari rencana (bagaimana sifatnya dan apa yang direncanakan)
serta faktor-faktor pendukungnya. Batasan waktu perencanaan beserta apa yang
direncanakan, termasuk faktor pendukungnya meliputi (Fidel Miro, 2005) :
a. Jangka Pendek (Short Term Planning)
1. Batasan waktunya antara 0 sampai 4 tahun.
3. Sumber-sumber pendukungnya entah berupa dana, keahlian, materi,
maupun data yang diperlukan dan kebijakan tidak diperlukan dalam
jumlah banyak.
4. Dalam transportasi biasanya berupa program-program penambahan
armada angkutan, pengaturan jadwal,pengaturan arus, proyek-proyek
pengadaan dan pemeliharaan fasilitas prasarana.
5. Secara prosedur berupa kegiatan pelaksanaan (implementasi) di
lapangan.
6. Secara hirarki berupa program pemakaian anggaran.
b. Jangka Menengah (Medium Term Planning)
1. Batasan waktunya antara 5 sampai 20 tahun.
2. Rencana ini berbentuk kajian atau studi terhadap kebijakan yang sudah
digariskan.
3. Kegiatan ini secara batasan waktu dapat berupa penyiapan
dokumen-dokumen teknis, fisik, dan finansial.
4. Dalam formatnya, rencana ini merupakan kegiatan penyiapan rencana
umum, detail teknis, studi kelayakan seperti RUTR, RDTR, Rencana
Umum Transportasi, studi kelayakan proyek, dokumen rancangan induk
jaringan transportasi.
5. Secara prosedur berupa kegiatan-kegiatan seperti: pengumpulan data dan
informasi analisis data, perumusan beberapa rencana, dan pengevaluasian
6. Secara hirarki, dapat berupa pembiayaan dan dapat pula berupa kegiatan
yang dilakukan oleh perencana (planner) yang tergabung dalam
lembaga-lembaga riset dan pengembangan.
7. Tahapan ini bersifat semi-fleksibel terhadap situasi yang terjadi selama
jangka waktu rencana.
c. Jangka Panjang (Long term Planning)
1. Batasan waktunya di atas 20 tahun.
2. Disebut sebagai:
a) Strategi
b) Perspektif
c) Cakrawala
d) Horizon Plan
3. Dalam formatnya, rencana ini berupa kebijakan-kebijakan jangka
panjang yang telah menetapkan sasaran 25 tahun ke depan dan
ditentukan oleh badan legislatif.
4. Secara prosedur, rencana ini berupa ide-ide dengan sasaran yang dituju
berada pada masa di atas 25 tahun.
5. Secara hirarki, rencana ini adalah tujuan yang ingin dicapai oleh
masyarakat (social objective) dan mutlak fleksibel dengan perubahan
situasi yang terjadi selama jangka wakturencana.
2.2.2 Transpor tasi Dan Distr ibusi Fisik
Transportasi mempunyai pengaruh besar terhadap perorangan, masyarakat
Pengertian distribusi (distribution) termasuk terminologi dalam ilmu
ekonomi dan dalam kalangan perindustrian.
Menurut Frank H. Woodward dalam bukunya yang berjudul “Managing the
Transport Service Function” dijelaskan “In Industry, distribution has been
accepted as: The Performance of all business activities involved in moving the
goods from the point of processing or manufacture to the point sale to the
customer and would include”:
a. Warehousing
b. Inventory control of finished goods
c. Materials handling and packaging
d. Documentation and dispatch
e. Traffic and Transportation
f. After sales service to customers
Bila dilihat pengertian tersebut di atas kegiatan transportasi merupakan bagian
dari pengertian distribusi (Salim, 2002). Namun, transportasi mempunyai peranan
penting bagi industri karena produsen mempunyai kepentingan agar barangnya
diangkut sampai kepada konsumen tepat waktu, tepat pada tempat yang
ditentukan, dan barang dalam kondisi baik.
Dalam sistem distribusi menunjukkan adanya kaitan antar kegiatan di
mana kegiatan transportasi berperan sebagai mata rantainya. Dengan demikian,
transportasi berfungsi sebagai “jembatan” yang menghubungkan produsen dengan
konsumen, meniadakan jarak di antara keduanya. Jarak tersebut dapat dinyatakan
sebagai jarak waktu maupun jarak geografi. Jarak waktu timbul karena barang
depan, atau tahun depan. Jarak atau keseimbangan ini dijembatani melalui
pergudangan dengan teknik tertentu untuk mencegah kerusakan barang yang
bersangkutan.
Transportasi erat sekali kaitanya dengan pergudangan atau penyimpanan
karena keduanya meningkatkan manfaat barang. Angkutan menyebabkan barang
dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain sehingga bisa dipergunakan di
tempat barang itu tidak didapatkan dan dengan demikian menciptakan manfaat
tempat (place utility). Penyimpanan atau pergudangan juga memungkinkan barang
disimpan sampai dengan waktu dibutuhkan, dan ini berarti memberikan manfaat
waktu (time utility).
Distribusi fisik merupakan sambungan kunci (key link) antara produksi dan
pemasaran yang akan meningkatkan profitabilitas bagi perusahaan. Secara lebih
jelas, distribusi fisik adalah istilah yang umumnya dipakai untuk menjelaskan
rangkaian kegiatan fungsional yang saling berkaitan agar jumlah barang jkadi
yang dihasilkan disalurkan melalui saluran distribusi.
Dalam awal pengembangan konsep, distribusi fisik dianggap sebagai
pemasaran fisik. Namun, kemudian pengertian distribusi fisik ini menduduki yang
lebih netral antara produksi / manufakturdan pemasaran. Distribusi fisik umumnya
dianggap sebagai suatu sistem kegiatan fungsional yang saling berkaitan
2.2.2.1 Kegiatan Dalam Distr ibusi Fisik
Kegiatan-kegiatan dalam distribusi fisik meliputi (Nasution, 2004) :
1. Perencanaan dan administrasi distribusi
Perencanaan dan administrasi distribusi melibatkan sebagai berikut :
a. Pelaksanaan jangka pendek (bulanan atau mingguan) untuk perencanaan
operasional bagi pemindahan barang secara efisien melalui sistem.
b. Perencanaan jangka yang lebih panjang untuk merumuskan sistem
distribusi optimal. Melalui rencana jangka panjang ini bisa diadakan
perubahan jangka pendek.
c. Administrasi distribusi untuk mengetahui biaya aktual dibandingkan
rencana semula.
2. Pengolahan order / pesanan
Pengolahan pesanan menyajikan masukan dasar pada sistem distribusi dalam
bentuk pesanan langganan. Penerimaan pesanan dapat dikatakanmerupakan tahap
yang paling kritis dalam pengolahan pesanan, karena pada titik ini terjadi
keterikatan sistem distribusi untuk mengirimkan bahan yang dipesan tepat waktu.
Kegiatan pengolahan mencakup transmisipesanan pada pusat pengolahan yang
menyiapkan surat muatan (bill of loading) dan dokumen lainnya yang
berhubungan dengan distribusi. Lazimnya kegiatan ini tidak mencakup pembuatan
surat tagihan.
3. Manajemen persediaan
Manajemen persediaan merupakan kegiatan kunci dalam sistem, karena
distribusi fisik hanya mengurusi masalah logistik dari bisnis. Banyak perusahaan
fisik. Namun, ketentuan ini tidaklah merupakan suatu yang mutlak karena
tergantung pada operasi bisnis itu sendiri.
4. Penerimaan
Penerimaan merupakan pengurusan awal dari bahan baku pada saat masuknya
bahan baku tersebut di perusahaan untuk diproduksi.
5. Pengangkutan ke dalam
Pengangkutan ke dalam (in bound) merupakan pengangkutan yang diperlukan
untuk semua bahan baku, suplai yang dibeli dari luar.
6. Pengemasan
Pengemasan melibatkan pengemasan volume besar (bulk packing), mempalet,
kontainerisasi (containerization) dan segala macam pengemasan untuk distribusi
yang aman dan ekonomis. Jenis pengemasan tergantung pada penggunaan alat
transportasi.
7. Pergudangan dalam pabrik
Pergudangan dalam pabrik (in-plant warehousing) tergantung pada sifat
sistem distribusi yang digunakan. Pergudangan tidak selalu ada dalam distribusi
fisik, apalagi kalau barang jadinya langsung dikirim ke pusat distribusi di pasar
melalui saluran distribusi.
8. Pengiriman
Pengiriman merupakan pengurusan tahap akhir atas barang / produk sebelum
produk itu meninggalkan pabrik.
9. Pengangkutan ke luar (outbound transportation)
Pengankutan ke luar melibatkan pemindahan barang jadi dari pabrik atau
10. Pergudangan
Di lapangan, pergudangan dipergunakan untuk memberi kemudahan bagi :
a. Penggabungan produk-produk (unitisasi) untuk keperluan pelanggan,
b. Penyimpanan persediaan harus di lokasi yang strategis, karena apabila
pesanan atau perintah pengiriman atas pesanan mendadak dapat segera
terpenuhi.
11.Pelayanan pelanggan
Pelayanan pelanggan merupakan fungsi yang bertanggung jawab dalam
menangani kontak dengan pelanggan. Tugasnya adalah melayani pelanggan dalam
menjawab pertanyaan atau perubahan pesanan. Tanggung jawabnya mencakup
monitoring tingka pelayanan pada pelanggan dalam distribusi fisik pada
pelanggan.
2.2.2.2 Metode Transpor tasi
Metode transportasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk
mengatur distribusi dari sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama, ke
tempat-tempat yang membutuhkan secara optimal. Alokasi produk ini harus diatur
sedemikian rupa, karena terdapat perbedaan biaya-biaya alokasi dari satu sumber
ke tempat-tempat tujuan berbeda-beda, dan beberapa sumber ke suatu tempat
tujuan juga berbeda-beda. Di samping itu, metode transportasi juga dapat
digunakan unytuk memecahkan masalah-masalah dunia usaha (bisnis) lainnya,
seperti masalah-masalah yang meliputi pengiklanan, pembelanjaan modal (capital
financing) dan alokasi dana untuk investasi, analisis lokasi, keseimbangan lini
metode transportasi, yang semuanya terarah pada penyelesaian optimal dari
masalah-masalah transportasi yang terjadi. F.L. Hitchcock (1941), T.C.
Koopmans (1949), dan G.B. Dantziq (1951) adalah orang-orang pertama sebagai
kontributor yang mengembangkan teknik-teknik transportasi (Nasution, 2004).
Terdapat beberapa metode transportasi, yaitu :
1. Metode North-West Corner
Metode Nort-West Corner merupakan metode yang paling sederhana diantara
tiga metode yang telah disebutkan untuk mencari solusi awal (Siswanto,
2007).
2. Metode Least Cost
Metode Least Cost merupakan metodee transportasi yang berusaha mencapai
tujuan untuk minimasi biaya dengan alokasi sistematik kepada kotak-kotak
sesuai dengan besarnya biaya transportasi per unit (Siswanto, 2007).
3. Metode Aproksimasi Vogel (VAM)
Metode Aproksimasi Vogel (VAM) selalu memberikan suatu solusi awal yang
lebih baik dibanding metode Nort West Corner dan sering kali lebih baik dari
pada metode Least Cost. VAM melakukan alokasi dalam suatu cara yang
akan meminimumkan penalty (Oportunity cost) dalam memilih kotak yang
salah untuk suatu lokasi (Siswanto, 2007).
2.3 Manajemen Transportasi dan Distr ibusi
Sistem distribusi merupakan kegiatan perusahaan yang berusaha
memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen ke
Masalah yang dihadapi perusahaan dalam sistem pendistribusian terbagi
menjadi dua bagian, yaitu : ke arah hulu atau yang berkaitan langsung dengan
manufaktur dan ke arah hilir yang berkaitan langsung dengan retail dan end user.
Pada arah hilir terdapat permasalahan dimana permintaan produk yang susah
untuk diprediksi dan tidak stabil, serta jumlah permintaan yang sering kali tidak
mencerminkan kebutuhan konsumen saat ini. Sedangkan arah hulu, permintaan
penyediaan barang yang tidak selalu dapat dipenuhi sesuai waktu yang
dibutuhkan. Dalam hal ini perusahaan memiliki prinsip untuk dapat memenuhi
tingkat permintaan pelanggan, sehingga tingkat pelayanan tinggi. Tetapi
kebijaksanaan ini terbentur oleh permasalahan hilir dan hulu sehingga sistem
pendistribusian ini, sehingga perusahaan harus konsekuensi skala prioritas.
Tingkat pelayanan tinggi yang diterapkan perusahaan dalam sistem
distribusi ini mengakibatkan kebijaksanaan perusahaan dalam bentuk skala
prioritas. Batasan perusahaan dalam memilih prioritas berdasarkan profit yang
tinggi. Hal ini harus dilakukan jika tidak ingin kehilangan pelanggan, karena biaya
yang diperlukan untuk pengembalian kesetiaan konsumen terhadap produknya
jauh lebih mahal. Oleh karena itu, maka penyelesaiannya adalah membuat peta
sistem logistik dan distribuinya, yang kemudian diformulasikan. Kemudian hasil
perhitungan dan pengamatan langsung pada sistem nyata di dalam perusahaan
tersebut. Langkah selanjutnya adalah menganalisis untuk menemukan
permasalahan utama yang ada di dalamnya, lalu berdasarkan hal tersebut dibuat
2.3.1 Fungsi-fungsi Dasar Manajemen Distr ibusi dan Tr anspor tasi
Pada dasarnya fungsi distribusi dan transportasi adalah menghantarkan
produk dari lokasi dimana produk tersebut diproduksi sampai dimana mereka
akan digunakan Kegiatan transportasi dan distribusi bisa dilakukan oleh
perusahaan manufaktur dengan membentuk bagian distribusi/transportasi
tersendiri atau diserahkan ke pihak ketiga. I Nyoman Pujawan (2005) dalam
upayanya dalam memenuhi tujuan distribusi dan transportasi, siapapun yang
melaksanakan (internal perusahaan atau mitra pihak ketiga), manajemen distribusi
dan transportasi pada umumnya melakukan sejumlah fungsi dasar yang terdiri
dari:
1. Melakukan segmentasi dan menentukan target service level. Segmentasi
pelanggan perlu dilakukan karena kontribusi mereka pada revenue
perusahaan bisa sangat bervariasi dan karakteristik tiap pelanggan bisa sangat
berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan memahami perbedaan
karakteristik dan kontribusi tiap pelanggan atau area distribusi, perusahaan
bisa mengoptimalkan alokasi persediaan maupun kecepatan pelayanan.
2. Menentukan mode transportasi yang akan digunakan.
Tiap mode transportasi memiliki karakteristik yang berbeda dan mempunyai
keunggulan serta kelemahan yang berbeda juga. Manajemen transportasi
harus bisa menentukan mode apa yang akan digunakan dalam
mengirimkan/mendistribusikan produk-produk mereka ke pelanggan.
Kombinasi dua atau lebih mode transportasi tentu bisa atau bahkan harus
3. Melakukan konsolidasi informasi dan pengiriman.
Konsolidasi merupakan kata kunci yang sangat penting dewasa ini. Tekanan
untuk melakukan pengiriman cepat namun murah menjadi pendorong utama
perlunya melakukan konsolidasi informasi maupun pengiriman. Salah satu
contoh konsolidasi informasi adalah konsolidasi data permintaan dari
berbagai regional distribution center oleh central warehouse untuk keperluan
pembuatan jadwal pengiriman. Sedangkan konsolidasi pengiriman dilakukan
misalnya dengan menyatukan permintaan beberapa toko atau retail yang
berbeda dalam sebuah truk. Dengan cara ini, truk bisa berjalan lebih sering
tanpa harus membebankan biaya lebih pada pelanggan/klien yang
mengirimkan produk tersebut.
4. Melakukan penjadwalan dan penentuan rute pengiriman.
Salah satu kegiatan operasioanl yang dilakukan oleh gudang atau distributor
adalah menentukan kapan sebuah truk harus berangkat dan rute mana yang
harus dilalui untuk memenuhi permintaan dari sejumlah pelanggan. Apabila
jumlah pelanggan sedikit, keputusan ini bisa diambil dengan relatif gampang.
Namun perusahaan yang memiliki ribuan atau puluhan ribu toko atau tempat
penjualan yang harus dikunjungi, penjadwalan dan penentuan rute pengiriman
adalah pekerjaan yang sangat sulit dan kekurangantepatan dalam mengambil
dua keputusan tersebutbisa berimplikasi pada biaya pengiriman dan
penyimpanan yang tinggi.
5. Memberikan pelayanan nilai tambah.
Disamping mengirimkan produk ke pelanggan, jaringan distribusi semakin
nilai tambah tersebut tadinya dilakukan oleh pabrik/manufacturer. Beberapa
proses nilai tambah yang bisa dikerjakan oleh distributor adalah pengepakan
(packing), pelabelan harga, pemberian barcode, dan sebagainya.
6. Menyimpan persediaan.
Jaringan distribusi selalu melibatkan proses penyimpanan produk baik di
suatu gudang pusat atau gudang regional, maupun di toko di mana produk
tersebut dipajang untuk dijual. Oleh karena itu, manajemen distribusi tidak
bisa dilepaskan dari manajemen pergudangan.
7. Menangani pengembalian (return).
Manajemen distribusi juga punya tanggung jawab untuk melaksanakan
kegiatan pengembalian produk dari hilir ke hulu dalam supply chain.
Pengembalian ini bisa karena produk rusak atau tidak terjual sampai batas
waktu penjualnnya habis. Proses pengembalian produk atau kemasan ini biasa
disebut dengan reverse logistics.
2.3.2 Mode Transpor tasi serta Keunggulan dan Kelemahannya
I Nyoman Pujawan (2005), dalam manajemen transportasi biasanya
membedakan antara pihak yang memiliki barang dan pihak yang melakukan
pengiriman. Pemilik barang yang berkepentingan barangnya untuk dikirim
biasanya disebut shipper, sedangkan pihak yang bertugas melakukan pengiriman
dinamakan carrier. Mode transportasi mana yang paling baik digunakan bisa
berbeda apabila ditinjau dari sudut yang berbeda. Beberapa hal yang biasanya
1. Dilihat dari sudut pengiriman atau carrier, hal-hal yang perlu
dipertimbangkan adalah :
a. Biaya alat transportasi sendiri, seperti biaya beli atau biaya sewa alat
transportasi
b. Biaya operasional tetap, seperti biaya terminal atau biaya bandara yang
besarnya tidak tergantung pada volume barang yang dikirim.
c. Biaya operasional variabel, seperti biaya bahan bakar, dimana besarnya
biaya tergantung pada volume angkut atau jarak yang ditempuh dalam
pengiriman.
d. Biaya lain-lain, seperti biaya overhead juga harus menjadi pertimbangan.
e. Beberapa aspek yang tidak langsung terkait dengan biaya, seperti
kecepatan, volume yang bisa diangkut,maupun fleksibilitas dalam
melakukan pengiriman.
2. Dilihat dari sisi shipper, hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah :
a. Biaya transportasi.
b. Biaya persediaan.
c. Biaya loading-unloading.
d. Biaya fasilitas, seperti gudang.
e. Konsekuensi lain, seperti tingkat sevice level yang diperoleh
danketidakpastian waktu pengiriman penting untuk dipertimbangkan oleh
shipper.
Salah satu hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam mengelola
kegiatan pengiriman adalah tradeoff antara biaya dengan kecepatan respon dari
kalau perusahaan sangat mementingkan kecepatan respon. Misalnya, apabila
semua order harus dikirim dalam jangka waktu satu hari sejak ada permintaan
order diterima, maka sering kali pengiriman dilakukan dengan volume kecil dan
tidak mencapai skala ekonomi yang memadai. Perusahaan sering melakukan
penggabungan pesanan dalam beberapa periode yang berbeda sehingga
pengiriman tidak dilakukan setiap hari misalnya, tetapi dua hari atau tiga hari.
Praktek melakukan agregasi waktu dalam proses pengiriman ini biasanya
dinamakan dengan istilah temporal aggregation.
Tabel 2.1 Evaluasi Umum Berbagai Mode Transportasi
Mode Transportasi Truk Kereta Kapal Pesawat Paket
Volume yang bisa dikirim Sedang
Sangat banyak Sangat banyak Banyak Sangat sedikit Fleksibilitas waktu kirim Tinggi Rendah Rendah Rendah Tinggi
Fleksibilitas rute pengiriman Tinggi
Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat tinggi
Kecepatan Sedang Sedang Rendah
Sangat tinggi
Tinggi
Biaya pengiriman Sedang Rendah Rendah Tinggi
Sangat tinggi
Inventory (in transit) Sedikit Banyak
Sangat banyak
rendah
Sangat rendah
Ballou (2004) menyebutkan prinsip-prinsip yang digunakan dalam
1. Mengisi muatan kendaraan pengirim sesuai dengan kebutuhan untuk node
perhentian yang saling berdekatan dan tidak melebihi kapasitas jumlah
muatan kendaraan.
2. Setiap rute dan jadwal yang dikembangkan seharusnya menghindari
terjadinya overlap, maka node perhentian yang dikunjungi pada hari yang
berbeda harus ditempatkan pada kelompok yang berbeda pula.
3. Pembentukan rute sebaiknya dimulai dari node yang lokasinya terjauh dari
depot dan kemudian baru dilanjutkan pada node yang lokasinya makin
mendekati depot.
4. Urutan perhentian node pada rute yang dilewati kendaraan tidak terjadi
persilangan rute antar satu tujuan dengan tujuan lainnya.
5. Rute yang paling efisien dibentuk dengan menggunakan kendaraan yang
berkapasitas muatan paling besar.
6. Pengambilan barang dan pengiriman barang di perhentian nodes sebaiknya
dilakukan dalam waktu yang bersamaan.
7. Node yang letaknya jauh dari rute yang lain dan permintaan yang rendah
diprioritaskan menjadi rute tersendiri dan dilayani dengan menggunakan
kendaraan dengan kapasitas yang kecil.
8. Batasan waktu perhentian yang sempit harus dihindari dalam pembentukan
rute dan jadwal yang baru.
2.3.3 Penentua n Rute dan J adwal Pengir iman
Salah satu keputusan operasional yang sangat penting dalam manajemen
beberapa lokasi tujuan. Keputusan ini sangat penting bagi mereka yang harus
mengirimkan barang dari satu lokasi ke berbagai toko yang tersebar di sebuah
kota. Secara umum permasalahan penjadwalan dan penentuan rute pengiriman
bisa memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai seperti tujuan untuk
meminimumkan biaya pengiriman, meminimumkan waktu, atau meminimumkan
jarak tempuh I Nyoman Pujawan (2005). Dalam bahasa program matematis, salah
satu dari tujuan tersebut bisa menjadi fungsi tujuan (objective function) dan yang
lainnya menjadi kendala (constraint). Misalnya, fungsi tujuannya adalah
meminimumkan biaya pengiriman, namun ada kendala time window dan kendala
maksimum jarak tempuh tiap kendaraan, disamping kendala lain seperti kapasitas
kendaraan atau kendala lainnya.
Dalam penentuan jadwal serta rute pengiriman terdapat 2 metode dalam supply
chain, yaitu (Pujawan, 2005) :
a. Metode Savings Matrix
b. Metode General Assignment
Metode savings matrix mendasarkan penyelesaian permasalahan
transportasi dengan melakukan penjadwalan dan penentuan rute pengiriman
produk dari pabrik ke customer, dengan tujuan dapat meminimumkan jarak atau
waktu atau ongkos dengan mempertimbangkan kendala-kendala yang ada.
Kendala yang terjadi adalah satu kali pengiriman produk dilakukan dalam satu
rute untuk satu customer. Dengan adanya permasalahan tersebut maka metode
savings matrix dapat memberikan solusi yang tepat untuk menyelesaikan
2.4 Metode Savings Matrix
2.4.1 Penger tian Metode Savings Matrix
Savings Matrix merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk
menjadwalkan sejumlah terbatas kendaraan dari suatu fasilitas dan jumlah
kendaraan dalam armada ini dibatasi dan mempunyai kapasitas maksimum yang
berlainan. Tujuan metode ini adalah untuk memilih penugasan kendaraan dan
routing sebaik mungkin. (Bowersox, 2006)
Metode Savings Matrix adalah metode untuk meminimumkan jarak atau
waktu atau ongkos dengan mempertimbangkan kendala-kendala yang ada
(Pujawan, 2005).
2.4.2 Langkah-Langkah Metode Savings Matr ix
Sebelum melakukan perhitungan Savings Matrix, terlebih dahulu
menentukan titik koordinat jarak dari pabrik / gudang ke tiap-tiap customer
(Pujawan, 2005)
Tabel 2.2 Lokasi Tujuan dan Ukuran Order
Customer Tujuan Koordinat x Koordinat y Ukuran Order
Customer 1
1
χ y1 A Unit
Customer 2
2
χ
y2 B UnitCustomer 3
3
χ
y3 C UnitCustomer 4
4
χ y4 D Unit
Kemudian melakukan perhitungan dalam meminimumkan jarak yang
ditempuh menggunakan Metode Savings Matrix, terdapat beberapa
langkah-langkah dalam meminimumkan jarak yang ditempuh, yaitu :
1. Mengidentifikasi Matrix Jarak
Pada langkah ini perlu jarak antara pabrik ke masing-masing customer.
sehingga mengunakan lintasan terpendek sebagai jarak antar lokasi. Jadi
dengan mengetahui koordinat masing-masing lokasi maka jarak antar dua
lokasi bisa dihitung dengan menggunakan rumus jarak standar.
Tabel 2.3 Matrik Jarak dari Pabrik ke Customer dan antar Customer
Pabrik/G udang
Customer
1
Customer
2
Customer
3
Customer
4
…Customer n
Customer
1
Customer
2
Customer
3
Customer
4 . . .
Customer
n
Misalkan dua lokasi masing-masing dengan koordinat
(
χ
1, y1)
dan(
χ
2, y2)
J
( ) (
1,2 =χ
1−χ
2) (
2+ y1−y2)
2Hasil perhitungan jarak ini digunakan untuk menentukan matrik penghematan
(Savings Matrix) yang akan dikerjakan pada langkah berikutnya.
2. Mengidentifikasi Matrik Penghematan (Savings Matrix)
Savings matrix mempresentasikan penghematan yang dapat direalisasikan
dengan menggabungkan dua pelanggan ke dalam satu rute. Misalkan
menggabungkan Customer 1 dan Customer 2 ke dalam satu rute maka jarak
yang akan dikunjungi adalah dari gudang ke Customer 1 kemudian ke
Customer 2 dan dar Customer 2 balik ke gudang.
Gambar 2.1 Perubahan yang terjadi dengan menggabungkan Customer 1 dan
Customer 2 ke dalam satu rute.
Dari gambar diatas terjadi perubahan jarak adalah sebesar jarak kiri
dikurangi total jarak kanan yang besarnya adalah (Pujawan, 2005):
( )
G J( )
G[
J( ) ( ) ( )
G J J G]
J ,1 2 ,2 ,1 1,2 2,2 + − + +
( ) ( ) ( )
G,1 J G,2 J1,2J + −
=
dengan jarak
( ) ( )
x,y = y,x( ) ( ) ( ) ( )
x y J G x J G y J x yS , = , + , − ,
dimana :
Gudang
Customer 1 Customer 2
Gudang
Customer 2 Customer
( )
x y =S , Penghematan jarak (Savings) yang diperoleh dengan
menggabungkan rute x dan y menjadi satu
( )
G x =J , Jarak dari gudang ke customer x
( )
G y =J , Jarak dari gudang ke customer y
( )
x y =J , Jarak dari customer x ke customer y
kemudian dibuat tabel matrik penghematan jarak dengan menggabungkan dua
rute yang berbeda.
Tabel 2.4 matrik penghematan jarak dengan menggabungkan dua rute yang
berbeda
Customer 1 Customer 2 Customer 3 Customer 4 ….Customer n
Customer 1
Customer 2
Customer 3
Customer 4
.
.
.
Tabel 2.5 Langkah awal semua customer memiliki rute terpisah
3. Mengalokasikan customer ke kendaraan atau rute
Pada langkah ini melakukan alokasi customer ke kendaraan atau rute.
dalam penggabungan rute customer, digabungkan sampai pada batas
kapasitas truk atau armada yang ada, dengan melihat nilai penghematan
terbesar pada tabel matrix penghematan jarak.Misalkan didapat matrik
penghematan jarak sebagai berikut :
Tabel 2.6 semua customer memiliki rute terpisah
Pabrik/Gudang Customer 1 Customer 2 Customer 3 Customer 4
Customer 1 Rute a 0.0
Customer 2 Rute b 14.8 0.0
Customer 3 Rute c 12.5 8.2 0.0
Customer 4 Rute d 24.9 12.9 12.6 0.0
Order 320 85 300 150
Pabrik/Gudang Customer
1
Customer
2
Customer
3
Customer
4
…Customer n
Customer 1 Rute a
Customer 2 Rute b
Customer 3 Rute c
Customer 4 Rute d .
. .
Customer n Rute z
dari tabel diatas didapat penghematan terbesar pada customer 1 dan 4
sebesar 24.9. Sehinga customer 4 bergabung ke rute a (diasumsikan
kapasitas truk memadai)
Tabel 2.7 Customer 4 masuk ke Rute a dan Customer 3 masuk ke Rute c
Pabrik/Gudang Customer 1 Customer 2 Customer 3 Customer 4
Customer 1 Rute a 0.0
Customer 2 Rute b 14.8 0.0
Customer 3 Rute c 12.5 12.9(2) 0.0
Customer 4 Rute a 24.9(1) 8.2 12.6 0.0
Order 320 85 300 150
selanjutnya dicari penghematan terbesar kedua didapatkan 12.9 (Customer 2
dan 4) masuk ke rute b, dan begitu seterusnya hingga customer ke-n. Jika
terdapat customer yang sudah teralokasikan , tidak terjadi penggabungan.
kemudian didapatkan jumlah rute sesuai dengan kapasitas armada yang ada
dan penghemtan jarak alokasi dari pabrik ke customer (Pujawan, 2005).
4. Mengurutkan Customer (Tujuan) dalam rute yang sudah terdefinisi
Ada banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan urutan
kunjungan, namun pada penelitian ini menggunakan metode Nearest
Neighbor. Metode Nearest Neighbor merupakan metode pengurutan
kunjungan yang menambahkan customer yang jaraknya paling dekat dengan
customer yang akan dikunjungi terakhir. Misalnya diketahui 3 customer
dalam rute a, customer 1 memiliki jarak terdekat dengan gudang / pabrik
dengan jarak 6.4, kemudian cari jarak customer terdekat dengan customer 1
customer 2 kemudian kembali ke gudang.
(Gudang-Customer1-Customer3-Customer2-Gudang). Jika kebetulan menghasilkan rute dengan jarak yang
sama maka dipilih total jarak yang minimum (Pujawan, 2005).
Dengan dilakukan penyelesaian permasalahan tersebut menggunakan
metode savings matrix, maka dapat dihasilkan jalur disribusi yang optimal
dengan biaya transportasi yang lebih efisien.
2.5 Metode General Assigment
General assignment atau sering disebut dengan Assignment problem adalah
salah satu permasalahan yang optimasi kombinatorial pada cabang optimasi.
Metode General assignment sering digunakan untuk mencari solusi optimum
dalam suatu permasalahan. metode General assignment menggunakan algoritma
branch and bound dalam menyelesaikan masalahnya
Metode General assignment hampir sama dengan metode Savings matrix,
namun perbedaan metode General assignment menggunakan solusi percabangan,
dimana pada setiap percabangan terdapat agent yang memiliki task atau secara
general problem state dari permasalahan ini adalah ada sejumlah agent dan task
dan setiap agent dibebani cost, kemudian mengatur pemberikan setiap task kepada
tepat satu agent sehingga semua task dapat dijalankan dengan cost seminimum
mungkin, sedangkan pada metode Savings matrix solusi yang diberikan tanpa
memberikan sejumlah agent dalam menyelesaikan permasalahan distribusinya,
tetapi persamaannya dari kedua metode ini aspek waktu,jarak dan biaya juga
Prosedur dalam metode General assignment terdapat beberapa tahap-tahap :
1. Diberikan sejumlah agent dan task dalam penyelesaian masalahnya
2. Setiap agent tertentu memiliki cost untuk task tertentu
3. Menempatkan sebuah agent untuk tiap-tiap rute
a. Dimana agent pada tiap-tiap rute mempunyai armada dan beban
pengalokasian produk untuk tiap agent disesuaikan dengan kapasitas
armada.
b. Rute pengiriman dari satu agent untuk beberapa customer dikirim
dengan rute sesuai arah jarum jam.
c. Pemilihan setiap agent berada ditengah diantara beberapa customer atau
dengan jarak yang sama jika dilihat dari jarak gudang.
4. Mengevaluasi besarnya biaya dalam orbit penempatan untuk tiap customer
Untuk tiap penempatan (Sk), Customer i , dan biaya penempatan (cik).
Untuk menghitung Perjalanan customer dari gudang ke penempatan dan
kembali. Dengan rumus sebagai berikut :
) , ( )
, ( )
,
(DC i Dist i Sk Dist DC Sk Dist
cik = + −
5. Keputusan penempatan customer untu rute
Keputusan penempatan customer pada tiap agent, dengan melihat dari total
biaya penempatan terkecil.
6. Rangkaian customer dalam rute
Setelah dilakukan penempatan customer pada tiap agent berdasarkan
besarnya jarak dan biaya penempatan, maka diperoleh beberapa rangkaian
2.6 Per amalan Permintaan
Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan dimasa
datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran, kuantitas, kualitas, waktu dan
lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa.
(Nasution, 2003)
Sedangkan peramalan permintaan merupakan tingkat permintan
produk-produk yang diharapkan akan terealisir untuk jangka waktu tertentu pada masa
yang akan datang. Peramalan permintaan ini digunakan untuk meramalkan
permintaan dari produk yang bersifat bebas (tidak tergantung), seperti peramalan
produk jadi. (Nasution, 2003)
Metode peramalan dibagi dua, yaitu :metode peramalan Time Series dan
metode peramalan non time series. dalam penelitian ini mengunakan metode
peramalan time series, yang merupakan metode peramalan secara kuantitatif
dengan menggunakan waktu sebagai dasar peramalan.
2.6.1 Per amalan dalam Hor izon Waktu
Dalam hubungannya dengan horizon waktu peramalan maka kita dapat
mengklasifikasikan peramalan tersebut dalam 3 kelompok (Nasution, 2003) :
1. Peramalan jangka panjang, umumnya 2 sampai 10 tahun. Peramalan ini
digunakan untuk perencanaan produk dan perencanaan sumber daya.
2. Peramalan jangka menengah, umumnya 1 sampai 24 bulan. Peramalan ini
lebih mengkhususkan dinandingkan peramalan jangka panjang, biasanya
digunakan untuk menentukan aliran khas, perencanaan produksi, dan
3. Peramalan jangka pendek, umumnya 1 sampai 5 minggu. Peramalan ini
digunakan untuk mengambil keputusan dalam hal perlu tidaknya lembur,
penjadwalan kerja dan lai-lain keputusan kontrol jangka pendek.
Dalam penelitian ini menggunakan peramalan jangka menengah yang
umumnya dilakukan 1 atau 2 tahun yang digunakan untuk menentukan jalur
distribusi paling optimal berdasarkan data permintaan sebelumnya.
2.6.2 Beber apa Sifat Hasil Per amalan
Dalam membuat peramalan atau menerapkan hasil suatu peramalan maka
ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu (Nasution, 2003) :
1. Peramalan pasti mengandung kesalahan, artinya peramal hanya bisa
mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi, tetapi tidak akan menghilangkan
ketidakpastian tersebut.
2. Peramalan seharusnya memberikan informasi tentang berapa ukuran
kesalahan, artinya karena peramalan pasti mengandung kasalahan maka
penting bagi peramal untuk menginformasikan seberapa besar kesalahan yang
mungkin terjadi.
3. Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan peramalan jangka
panjang. Hal ini disebabkan karena pada peramalan jangka pendek,
fakto-faktor yang mempengaruhi permintaan relatif masih konstan, sedangkan
semakin panjang periode peramalan, maka semakin besar pula kemungkinan
2.6.3 Pr osedur Per amalan
Dalam melakukan peramalan terdapat beberapa prosedur, yaitu :
1. Tentukan pola data permintaan
dilakukan dengan cara memplotkan data secara grafis dan menyimpulkan
apakah data berpola trend, musiman, siklikal atau siklus, eratik / random.
Trend / kecenderungan (T) adalah sifat dari permintaan dimasa lalu
terhadap waktu terjadinya, apakah permintaan tersebut cenderung naik,
turun atau konstan. Siklus (C) merupakan pola permintaan suatu produk
yang berulang secara periodik biasanya lebih dari satu tahun, sehingga
tidak perlu dimasukkan dalam peramalan jangka pendek. Musiman (S)
adalah pola permintaan suatu produk yang naik atau turun disekitar garis
trend dan biasanya berulang setiap tahun. disebabkan factor cuaca, musim
libur panjang, dan lain-lain. Random (R) merupakan pola permintaan suatu
produk yang mengikuti pola bervariasi secara acak karena factor bencana
alam, bangkrutnya perusahaan, dan lain-lain. pola ini dibutuhkan dalam
menen