• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX DI PT. SENTRATEK ADIPRESTASI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX DI PT. SENTRATEK ADIPRESTASI SURABAYA."

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI DENGAN

MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX

DI P T. SENTRATEK ADIPRESTASI SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

DWI W INDA OKTAVIA

0832010084

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI DENGAN

MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX

DI P T. SENTRATEK ADIPRESTASI SURABAYA

SKRIPSI

Oleh :

DWI W INDA OKTAVIA

NPM : 0832010084

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

J AWA TIMUR

(3)

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI DENGAN

MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX

DI P T. SENTRATEK ADIPRESTASI SURABAYA

Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Per syar a tan

Untuk Memperoleh Gelar Sar jana Teknik

J ur usan Tek nik Industr i

Oleh :

DWI W INDA OKTAVIA

NPM : 0832010084

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

J AWA TIMUR

(4)

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI DENGAN

MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX

DI P T. SENTRATEK ADIPRESTASI SURABAYA

SKRIPSI

Disusun oleh :

DWI W INDA OKTAVIA

NPM : 0832010084

Telah Diper tahankan Dihadapan dan Diter ima oleh Dosen Penguji Pada Tanggal 13 Apr il 2012

Dosen Penguji : Dosen Pembimbing :

1. 1.

Ir. Endang Pudji W., MMT Dr . Ir. Minto Waluyo, MM

NIP. 19591228 198803 2 001 NIP. 19611130 199003 1 001

2. 2.

Ir. Tri Susilo, MM Ir. Rusindiyanto, MT

NIP. 19550708 198903 1 001 NIP. 19650225 199203 1 001

3.

Dr . Ir . Minto Waluyo, MM NIP. 19611130 199003 1 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Tek nologi Industr i

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J atim Surabaya

Ir . Sutiyono, MT

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena telah berkenan memberikan rahmat, taufik serta hidayahNya sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul :

PERENCANAAN RUTE DISTRIBUSI DENGAN MENGGUNAKAN

METODE SAVINGS MATRIX DI PT. SENTRATEK ADIPRESTASI

SURABAYA

Penyusunan tugas akhir ini guna memenuhi persyaratan dalam memperoleh

gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Industri pada Fakultas Teknologi Industri

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulis menyadari bahwa selama melakukan penelitian dan penyusunan

skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis

sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca

sangat penulis harapkan demi kesempurnaan.

Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN

“Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM, selaku Ketua Jurusan Tenik Industri UPN

“Veteran” Jawa Timur dan selaku Dosen Pembimbing I.

3. Bapak Ir. Rusindiyanto, MT, selaku Dosen Pembimbing II.

4. Bapak Ir. Handoyo, MT dan Ibu Ir. Nisa Masruroh, MT, selaku Dosen Penguji

Seminar I.

5. Ibu Ir. Rr. Rochmoeljati, MMT dan Bapak Didi Samanhudi, MMT, selaku

Dosen Penguji Seminar II.

6. Ibu Ir. Endang Pudji W., MMT dan Bapak Ir. Tri Susilo, MM, selaku Dosen

Penguji Lisan Skripsi.

(6)

8. Bapak Jeffrey, selaku Pembimbing Lapangan di PT. Sentratek Adiprestasi

(SAP).

9. Segenap Staff dan Karyawan PT. Sentratek Adiprestasi (SAP) yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala bantuannya selama penulis

melaksanakan penelitian.

10.Kedua orang tua tercinta dan saudara yang selalu memberikan doa, semangat

serta bantuan baik moril maupun materiil kepada penulis selama

menyelesaikan skripsi.

11.Steven Dedy Kurniawan yang selalu memberi semangat dan sabar menemani

penulis dalam menyelesaikan skripsi.

12.Sahabat-sahabat tersayang (Lefah, Ria, Nia, E_Q, Jaja, Nuel), teman-teman

kost, dan anak-anak TI angkatan 2008 atas dukungan dan semangat yang telah

diberikan kapada penulis.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan atas amal perbuatan

dan segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Akhir kata penulis

berharap semoga hasil penelitian yang tertuang dalam skripsi ini banyak

bermanfaat bagi setiap pembaca pada umumnya.

Surabaya, Mei 2012

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI……….. ..iii

DAFTAR TABEL……….. ..vii

DAFTAR GAMBAR………...…..ix

DAFTAR LAM PIRAN………..x

ABSTRAKSI...xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...………...…1

1.2 Perumusan Masalah ………...2

1.3 Batasan Masalah ..………2

1.4 Asumsi...……….3

1.5 Tujuan... ………..3

1.6 Manfaat Penelitian ……….……….…4

1.7 Sistematika Penulisan ……….…4

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Manajamen Logistik...……….6

2.1.1 Ruang Lingkup Logistik...7

2.1.2 Konsep Logistik Terpadu...7

2.2 Manajemen Transportasi..……….11

(8)

2.2.1.1Tujuan Perencanaan Transportasi...12

2.2.1.2Tahap Perencanaan Transportasi...12

2.2.2 Transportasi Dan Distribusi Fisik...………...14

2.2.2.1Kegiatan Dalam Distribusi Fisik...17

2.2.2.2Metode Transportasi...19

2.3 Manajemen Transportasi Dan Distribusi...……….20

2.3.1 Fungsi-fungsi Dasar Manajemen Distribusi Dan Transportasi...22

2.3.2 Mode Transportasi Serta Keunggulan Dan Kelemahannya...24

2.3.3 Penentuan Rute Dan Jadwal Pengiriman...27

2.4 Metode Savings Matrix………...29

2.4.1 Pengertian Metode Savings Matrix………...29

2.4.2 Langkah-langkah Metode Savings Matrix………....29

2.5 Metode General Assigment...………35

2.6 Peramalan Permintaan..……….37

2.6.1 Peramalan Dalam Horison Waktu.……….37

2.6.2 Beberapa Sifat Hasil Peramalan……….38

2.6.3 Prosedur Peramalan…………...……….39

2.7 Verifikasi Dan Pengendalian Peramalan………...….44

2.7.1 Peta Moving Range………..…….45

2.8 Peneliti Terdahulu……….46

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian………...49

(9)

3.3 Metode Pengumpulan Data………...51

3.4 Metode Pengolahan Data………...…………...51

3.5 Langkah-Langkah Pemecahan Masalah………54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data………..64

4.1.1 Data Permintaan Customer……….64

4.1.2 Data Kapasitas Alat Angkut………65

4.1.3 Data Rute Awal………...66

4.1.4 Data Biaya Transportasi …….………67

4.2 Pengolahan Data………..69

4.2.1 Menghitung Jarak Koordinat Lokasi Customer ………...……...69

4.2.2 Mengidentifikasi Matrix jarak……….72

4.2.1.1 Penentuan Alokasi customer Pada Rute Awal berdasarkan Permintaan Tahun 2011...72

4.2.3 Biaya Transportasi Pada Rute Awal tahun 2011...74

4.3 Mengalokasikan Permintaan Customer Tahun 2009 Pada Rute Baru ( penerapan Metode savings Matrix)...76

4.3.1 Mengidentifikasi Matrix Penghematan...76

4.3.2 Pengalokasian customer pada kendaraan dan rute Baru Tahun 2011...77

4.3.3 Mengurutkan Customer dalam rute baru...82

(10)

4.4 Peramalan (forecasting) Permintaan...89

4.4.1 Ploting Data Permintaan Tahun 2011 ...89

4.4.2 Penetapan Metode Peramalan ...90

4.4.3 Perhitungan Nilai MSE ...91

4.4.4 Pemilihan Nilai MSE Terkecil...91

4.4.5 Melakukan Uji MRC dari Metode Peramalan yang Digunakan ...92

4.4.6 Peramalan Permintaan Untuk Tahun 2012...93

4.4.7 Rute Baru (Penerapan Metode Saving Matrix) Berdasarkan Permintaan Tahun 2012...94

4.4.8 Perhitungan Biaya Transportasi Rute Baru Untuk Tahun 2012...94

4.4.9 Rekomendasi Jalur Distribusi Untuk Tahun 2012...96

4.5 Pembahasan ...97

4.5.1 Perbandingan Rute Atau Jalur Distribusi sebelum dan sesudah penerapan Metode savings matrix ...………97

4.5.1.1Layout Rute Awal...99

4.5.1.2Layout Rute Sesudah Metode Savings Matrix...101

4.5.2 Perbandingan Biaya Transportasi sebelum dan sesudah penerapan Metode savings Matrix.………...………103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……….105

5.2 Saran………..………106

DAFTAR PUSTAKA

(11)

ABSTRAKSI

Distribusi merupakan salah satu faktor penting bagi perusahaan untuk dapat melakukan pengiriman produk secara tepat kepada pelanggan. Ketepatan pengiriman produk kepada pelanggan harus memiliki dasar penjadwalan dan penentuan rute secara tepat, sehingga customer yang akan dikunjungi menerima produk dalam kondisi baik dan sesuai dengan batas waktu permintaan.

PT. Sentratek Adiprestasi (SAP) Surabaya merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi suku cadang mesin produksi yaitu power transmition dan material handling. Sasaran distribusi PT. Sentratek Adiprestasi (SAP) Surabaya adalah dapat melakukan waktu pengiriman produk secara tepat, biaya yang efisien, dan pelayanan yang baik. Sedangkan dalam pemenuhan sasaran tersebut masih ada permasalahan dari perusahaan dimana dalam pengiriman produk ke beberapa daerah pemasaran belum adanya perencanaan pengiriman dan pendistribusian barang yang tepat. Berdasarkan permasalahan perusahaan tersebut, maka perusahaan membutuhkan suatu penjadwalan dan penentuan jalur distribusi secara tepat untuk mengurangi pemborosan dalam segi waktu, jarak, dan tenaga serta mendapatkan biaya transportasi yang lebih murah.

Penelitian ini dilakukan di PT. Sentratek Adiprestasi (SAP) dengan menggunakan metode Savings Matrix. Adapun tujuan penelitian ini adalah menentukan penjadwalan jalur distribusi pengiriman produk yang optimal dan menghasilkan biaya distribusi yang minimum.

Dengan metode Savings Matrix diperoleh jalur atau rute distribusi untuk melayani permintaan produk berdasarkan kapasitas alat angkut, yaitu Rute A: urutan kunjungan dari G–C1–C5–C3–C7–C4–C8–C10–C9–G, total jarak perjalanan 601,66 km. Rute B: urutan kunjungan dari G–C6–G, total jarak perjalanan 167,7 km. Rute C: urutan kunjungan dari G–C2–G, total jarak perjalanan 36,12 km. Biaya Transportasi dengan metode awal sebesar Rp 5.569.748,- dengan 8 rute pengiriman produk dan biaya transportasi dengan metode savings matrix sebesar Rp. 4.354.170,- dengan 3 rute pengiriman produk. Dengan menggunakan metode savings matrix bisa menghasilkan penghematan biaya transportasi sebesar Rp. 1.215.578,- atau dengan penghematan biaya transportasi sebesar 21,82 %.

(12)

ABSTRACT

Distribution is one of the important factors for companies to be able to do the right product delivery to customers. The accuracy of shipping the product to the customer should have the basic scheduling and determining the exact route, so the customer will be visited to receive the product in good condition and in accordance with the request deadline.

PT. Sentratek Adiprestasi (SAP) Surabaya is a company engaged in the distribution of the production of machine parts and material handling power transmition. Target distribution of PT. Sentratek Adiprestasi (SAP) Surabaya is able to do exactly the product delivery time, cost efficient, and good service. While the fulfillment of these goals there are still problems of companies in which the product delivery to some areas the lack of marketing planning and delivery of the proper distribution of goods. Based on the aforementioned companies, the company requires a scheduling and determining the appropriate distribution channels to reduce waste in terms of time, distance, and energy and transportation costs are getting cheaper.

The research was conducted at PT. Sentratek Adiprestasi (SAP) using the Savings Matrix. The purpose of this study is to determine the scheduling of distribution channels and delivery of optimal product yield distribution of the minimum cost.

Savings Matrix obtained by the method or route of distribution channels to serve the demand for products based on the capacity of transport equipment, which is Route A: sequence of the visit of the G-C1-C5-C3-C4-C7-C8-C9-C10-G, the total travel distance of 601,66 km. Route B: sequence of the visit of the G-C6-G, the total travel distance of 167,7 km. Route C: sequence of the visit of the G-C2-G, the total travel distance of 36,12 km. Transportation costs to the initial method of Rp 5.569.748, - with 8 product delivery routes and transportation cost savings to the matrix method of Rp. 4.354.170,- with 3 product delivery route. By using the matrix method can yield savings of transportation cost savings amounting to Rp. 1.215.578,- or the transportation cost savings of 21,82%.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belaka ng Masalah

Semakin tingginya tingkat persaingan dalam dunia industri, menuntut

perusahaan untuk dapat menghadapi persaingan secara baik dan siap dengan

segala resiko yang akan dihadapi. Salah satu jaminan yang harus dipenuhi

perusahaan kepada pelanggan adalah pengiriman produk sesuai dengan

permintaan pelanggan secara tepat waktu dan efisien. Sehingga proses distribusi

yang dilaksanakan tidak mengakibatkan pemborosan segi waktu, jarak, dan

tenaga.

Distribusi merupakan salah satu faktor penting bagi perusahaan untuk

dapat melakukan pengiriman produk secara tepat kepada pelanggan. Ketepatan

pengiriman produk kepada pelanggan harus memiliki dasar penjadwalan dan

penentuan rute secara tepat, sehingga customer yang akan dikunjungi menerima

produk dalam kondisi baik dan sesuai dengan batas waktu permintaan.

PT. Sentratek Adiprestasi (SAP) Surabaya merupakan perusahaan yang

bergerak dibidang distribusi suku cadang mesin produksi yaitu power transmition

dan material handling. Sasaran distribusi PT. Sentratek Adiprestasi (SAP)

Surabaya adalah dapat melakukan waktu pengiriman produk secara tepat, biaya

yang efisien, dan pelayanan yang baik. PT. Sentratek Adiprestasi (SAP) Surabaya

dituntut untuk dapat merancang kinerja pengiriman yang reliabel. Sedangkan

dalam pemenuhan sasaran tersebut masih ada permasalahan dari perusahaan

(14)

perencanaan pengiriman dan pendistribusian barang yang tepat yaitu dalam

menentukan jalur distribusi ke customer yang mengakibatkan jalur pengiriman

yang ditempuh semakin panjang tanpa melihat terlebih dahulu kapasitas dari

kendaraan dan jarak yang akan ditempuh sehingga mengakibatkan biaya

transportasi menjadi mahal.

Berdasarkan permasalahan perusahaan tersebut, maka perusahaan

membutuhkan suatu penjadwalan dan penentuan jalur distribusi secara tepat untuk

mengurangi pemborosan dalam segi waktu, jarak, dan tenaga serta mendapatkan

biaya transportasi yang lebih murah. Dengan adanya permasalahan tersebut maka

dilakukan penelitian dengan metode savings matrix dengan harapan dapat di

tentukan jalur pengiriman yang lebih cepat sehingga dihasilkan biaya transportasi

yang lebih murah.

1.2 Per umusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ada di perusahaan berkaitan dengan

pengiriman produk, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

“Bagaimana menentukan perencanaan rute distribusi optimal di PT.

Sentratek Adiprestasi (SAP) Surabaya sehingga dapat meminimumkan biaya

distribusi?”

1.3 Batasan Masalah

(15)

1. Rute distribusi produk dari kota asal Surabaya ke kota sidoarjo, Gresik,

Mojokerto, Jombang, Lamongan, Tuban, Pasuruan, Malang, Kediri,

Probolinggo.

2. Penelitian dilakukan pada produk power transmition dan material handling

dengan jenis produk coupling.

3. Biaya Transportasi meliputi biaya bahan bakar, biaya sewa armada dan biaya

retribusi (Tol dan lain-lain) tahun 2011.

4. Data permintaan produk yang diambil mulai Januari – Desember 2011.

1.4 Asumsi

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Kondisi kendaraan dalam kondisi normal.

2. Biaya retribusi, biaya sewa armada dan biaya bahan bakar tetap selama

penelitian dilakukan.

3. Rute atau jalur distribusi yang dilalui pada saat pengiriman produk dari kantor

ke lokasi customer sama dengan rute kembali dari lokasi customer ke kantor.

4. Perawatan coupling di customer dilakukan pada akhir minggu ke-4, sehingga

pengiriman dilakukan pada minggu ke-4.

1.5 Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini adalah menentukan penjadwalan jalur

distribusi pengiriman produk dengan rute yang optimal dan menghasilkan biaya

(16)

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian tugas akhir ini adalah :

1. Mendapatkan jalur distribusi produk yang akan dilayani berdasarkan kapasitas

alat angkut.

2. Mendapatkan saving jarak dan efisiensi biaya distribusi dengan metode

savings matrix.

3. Memberikan alternatif rute distribusi kepada perusahaan secara tepat waktu

dan efisien dalam meminimalkan biaya distribusi.

4. Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan secara langsung dalam bidang

distribusi.

5. Menjalin hubungan yang erat antara perguruan tinggi yakni Universitas

Pembangunan Nasional Jawa Timur dengan perusahaan yang bergerak dalam

bidang industri khususnya PT. Sentratek Adiprestasi (SAP) Surabaya.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini

adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat, asumsi, dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang landasan teori-teori yang digunakan

(17)

dan menganalisa data-data yang diperoleh secara langsung maupun

tidak langsung yaitu teori tentang distribusi, penjadwalan dan

penentuan jalur dalam transportasi dan Savings Matrix.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang langkah-langkah dalam melakukan

penelitian, mulai dari lokasi pencarian data, metode pengambilan

data, identifikasi variabel, dan metode pengolahan data, yang

dilakukan untuk mencapai tujuan dari penelitian selama

pelaksanaan penelitian.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang data-data yang telah terkumpul,

kemudian diolah dengan menggunakan metode yang digunakan

untuk menyelesaikan masalah yang ada.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini merupakan penutup tulisan yang berisi kesimpulan

dan saran mengenai analisa yang telah dilakukan sehingga dapat

memberikan suatu rekomendasi sebagai masukan ataupun

perbaikan bagi pihak perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

(18)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Logistik

Logistik adalah istilah yang semula digunakan oleh kalangan militer yang

kemudian digunakan oleh kalangan non militer. Dalam kalangan militer, logistik

berasal dari kata logista, yaitu istilah yang digunakan oleh tentara romawi jaman

Byzantium yang menunjuk pada segala kegiatan di luar kegiatan perang, seperti

evakuasi, pembelian, penyimpanan, pengiriman peralatan perang serta keperluan

tentara dan sebagainya. Jadi kegiatan pembelian termasuk dalam kegiatan logistik.

Logistik sering kali digunakan dalam arti yang lebih sempit yaitu penyimpanan

dan pengangkutan barang saja (Indrajit dan Permono, 2005).

Menurut Donald J. Bowersox (2002) logistik didefenisikan sebagai proses

pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku

cadang dan barang jadi dari para suplaier, diantara fasilitas-fasilitas perusahaan

dan kepada para pelanggan. Logistik dapat pula didefenisikan sebagai proses

perencanaan, implementasi, dan pengendalian secara efisien, aliran biaya yang

efektif dan penyimpanan barang mentah, inventori barang dalam proses, barang

jadi dan informasi terkait dari titik asal ke titik konsumsi untuk tujuan memenuhi

kebutuhan konsumen. Ada 5 komponenen yang bergabung untuk membentuk

sistem logistik, yaitu : struktur lokasi fasilitas, transportasi, persediaan

(19)

2.1.1 Ruang Lingkup Logistik

Kegiatan logistik mencakup kegiatan seperti :

1. Pemilihan lokasi, penempatan bahan baku, suku cadang, barang jadi.

2. Penggunaan fasilitas yang tersedia dari organisasi yang bersangkutan.

3. Penyiapan transportasi serta alat pengangkutan barang-barangnya.

4. Masalah pembukuan dan pencatatan.

5. Pelaksanaan komunikasi yang persuasif sebagai penyampaian ide, konsep,

gagasan, informasi dari individu satu atau bagian-bagian lain dalam

organisasi perusahaan.

6. Kegiatan pengurusan sebagai kegiatan untuk mengelola bahan balm, suku

cadang, barang jadi yang disesuaikan dengan jenis dan spesifikasinya. Jenis

dan spesifikasi barang yang berbeda akan memerlukan pengelolaan yang

berbeda.

7. Kegiatan penyimpanan sebagai kegiatan untuk menahan bahan baku, suku

cadang, serta barang jadi sampai pada batas waktu tertentu tanpa harus

mengurangi kualitas barang yang bersangkutan.

2.1.2 Konsep Logistik Ter padu

Konsep manajemen logistik terpadu dapat dimengerti sebagai arus barang

dan informasi antar berbagai sumber dan pengguna, yang dikoordinasikan dan

dikendalikan sebagai suatu sistem terpadu. Logika dari konsep terpadu adalah

merangkaikan setiap langkah dari proses dimana barang dan produk bergerak

(20)

layanan pelanggan dan sekaligus meminimalkan biaya serta mengurangi aset yang

terkunci dalam saluran pipa logistik (Indrajit dan Djokopranoto, 2002).

Konsep logistik terpadu hadir sebagai perkembangan manajemen logistik

setelah beberapa periode. Dimulai dari dasawarsa kristalisasi pada tahun

1956-1965 yang mempertimbangkan perkembangan analisa biaya, pendekatan sistem,

peningkatan perhatian terhadap rekanan kerja dan pengaturan saluran distribusi

sampai periode 1970-1978 yang mulai merumuskan rencana terhadap

penyimpanan atau pergudangan, pengangkutan, manufacturing atau pengolahan

dan bukan hanya merencanakan operasi untuk bereaksi terhadap permintaan pasar

saja.

Kejadian dalam beberapa periode ini meningkatkan kesadaran bahwa

masalah logistik seringkali mempunyai dasar organisasi dan institusional serta

bukan hanya dasar teknis saja. Sesudah tahun 1978 perkembangan logistik mulai

mengarah pada pengelolaan manajemen logistik terpadu. Hal ini ditandai oleh

beberapa penyempurnaan, yaitu (Bowersox, 2002):

1. Dengan semakin besarnya ketergantungan antara pengelolaan manajemen

material seperti bahan baku, suku cadang, barang jadi yang dikaitkan dengan

distribusi fisik.

2. Semakin terkoordinasi antara pengelola manajemen material dengan

distribusi sehingga kemungkinan timbulnya gangguan kelancaran operasional

dapat dihindarkan.

3. Integrasi aktivitas manajemen material dengan distribusi fisik merupakan

kebutuhan pengawasan. Pengawasan dalam setiap jenis operasional harus

(21)

4. Integrasi operasi logistik akan meningkatkan kesadaran timbal balik antara

ekonomi manufaktur dengan kebutuhan pemasaran yang diintegrasikan oleh

sistem logistik yang didesain dengan baik. Pola dominan manufaktur adalah

pembuatan produk yang berkualitas, ukuran yang tepat, warna yang menarik,

kuantitas yang sesuai, kepemimpinan biaya dan harga yang cukup bersaing.

Sedangkan sistem logistik akan mengintegrasikan hal tersebut diatas dengan

kegiatan penyimpanan, pengangkutan, pemeliharaan, pembungkusan dan

pendistribusiannya kepada konsumen.

5. Faktor yang cukup penting bagi logistik terpadu adalah bahwa kebutuhan

misi logistik sekarang dan masa yang akan datang tidak cukup dapat dipenuhi

oleh penyebaran teknologi perangkat keras, melainkan pengembangan cara

baru guna memenuhi kebutuhan manajemen logistik yang baik dan benar.

Sedangkan misi dari logistik adalah untuk mendistribusikan barang atau

jasa yang bagus ke tempat yang tepat, waktu yang tepat, dan pada kondisi yang

diinginkan, serta memberikan kontribusi yang terbesar pada perusahaan. Konsep

logistik terpadu terdiri dari dua usaha yang berkaitan yaitu : operasi logistik dan

koordinasi logistik.

Aspek operasional logistik adalah mengenai manajemen pemindahan

(movement) dan penyimpanan material dan produk jadi perusahaan. Jadi, operasi

logistik dapat dipandang sebagai berawal dari pengangkutan pertama material atau

komponen komponen dari sumber perolehannya dan berakhir pada penyerahan

produk yang dibuat atau diolah itu kepada langganan atau konsumen. Operasi

logistik dapat dibagi ke dalam 3 kategori (Bowersox, 2002):

(22)

b. Manajemen material

c. Transfer persediaan barang di dalam perusahaan

Proses manajemen distribusi fisik menyangkut pengangkutan produk

kepada pelanggan. Dalam distribusi fisik, pelanggan dipandang sebagai

pemberhentian terakhir dalam saluran pemasaran. Jadi, distribusi fisik

menghubungkan bersama para manufaktur, para grosir, para pengecer ke dalam

saluran pemasaran yang menjamin tersedianya produk sebagai suatu aspek yang

ontegral dari prosese pemasaran keseluruhannya.

Manajemen material yang kadang-kadang disebut sebagai suplai fisik

menyangkut perolehan (procurement) dan pengangkutan material, suku cadang,

dan atau persediaan barang jadi dari tempat pembelian ke tempat pembuatan atau

perakitan (assembly), gudang atau toko pengecer.

Proses pemindahan inventaris internal (internal inventory transfer) adalah

mengenai pengawasan terhadap komponen-komponen setengah jadi pada waktu ia

mengalir diantara tahap-tahap manufacturing, dan pengangkutan awal dari produk

jadi ke gudang atau ke saluran-saluran pengecer. Pamindahan inventaris ini

mempunyai satu perbedaan penting jika dibandingkan dengan distribusi fisik atau

manajemen material. Sementara distribusi fisik dan manajemen material

berhadapan dengan ketidaktentuan kekuatan pasar, maka operasi pemindahan

inventaris hanya terbatas pada gerakan di dalam perusahaan yang dapat dikatakan

(23)

2.2 Manajemen Transportasi

2.2.1 Per encanaan Tr anspor tasi

Fidel Miro (2005), untuk memberikan pemahaman tentang perencanaan,

harus dibedakan antara perencanaan dan rencana. Rencana lebih berasosiasi pada

kata benda karena merupakan objek yang ingin dicapai. Sedangkan perencanaan

bisa disebut sebagai kata kerja karena untuk meraih objek (benda) yang

diinginkan, terdapat tahapan-tahapan pekerjaan yang mesti dilalui terlebih dahulu.

1. Rencana dapat dikatakan sebagai :

a) Ide-ide atau gagasan

b) Cita-cita atau keinginan (Target)

c) Tujuan yang diharapkan (Goals)

d) Sasaran yang hendak dituju (Object)

e) Produk atau hasil dari kerja, tahap dan proses dari perencanaan yang

kesemuanya ini berada pada masa yang akan datang

2. Sedangkan perencanaan dapat diartikan sebagai :

a) Proses

b) Tahapan

c) Langkah-langkah yang harus dilalui dan dilakukan untuk mencapai :

a. Produk atau hasil

b. Sasaran (Object)

c. Tujuan (Goals)

d. Cita-cita atau keinginan (Target)

e. Serta mewujudkan dan merealisasikan ide-ide atau gagasan yang

(24)

2.2.1.1Tujuan Perenca naan Tr anspor tasi

Tujuan dari perencanaan transportasi dapat diformulasikan sebagai

berikut (Fidel Miro, 2005) :

1. Mencegah masalah yang tidak diinginkan yang diduga akan terjadi pada masa

yang akan datang.

2. Mencari jalan keluar untuk berbagai masalah yang ada (problem solving).

3. Melayani kebutuhan transportasi (demand of transport) seoptimum dan

seseimbang mungkin.

4. Mempersiapkan tindakan/kebijakan untuk tanggap pada keadaan di masa

depan.

5. Mengoptimalkan penggunaan daya dukung (sumber daya) yang ada, yang

juga mencakup penggunaan dana yang terbatas seoptimal mungkin demi

mencapai tujuan atau rencana yang maksimal (daya guna dan hasil guna yang

tinggi).

2.2.1.2 Tahap Per encanaan Transpor tasi (J angka Waktu)

Perencanaan transportasi memiliki pentahapan dan batasan waktu sesuai

dengan karakteristik dari rencana (bagaimana sifatnya dan apa yang direncanakan)

serta faktor-faktor pendukungnya. Batasan waktu perencanaan beserta apa yang

direncanakan, termasuk faktor pendukungnya meliputi (Fidel Miro, 2005) :

a. Jangka Pendek (Short Term Planning)

1. Batasan waktunya antara 0 sampai 4 tahun.

(25)

3. Sumber-sumber pendukungnya entah berupa dana, keahlian, materi,

maupun data yang diperlukan dan kebijakan tidak diperlukan dalam

jumlah banyak.

4. Dalam transportasi biasanya berupa program-program penambahan

armada angkutan, pengaturan jadwal,pengaturan arus, proyek-proyek

pengadaan dan pemeliharaan fasilitas prasarana.

5. Secara prosedur berupa kegiatan pelaksanaan (implementasi) di

lapangan.

6. Secara hirarki berupa program pemakaian anggaran.

b. Jangka Menengah (Medium Term Planning)

1. Batasan waktunya antara 5 sampai 20 tahun.

2. Rencana ini berbentuk kajian atau studi terhadap kebijakan yang sudah

digariskan.

3. Kegiatan ini secara batasan waktu dapat berupa penyiapan

dokumen-dokumen teknis, fisik, dan finansial.

4. Dalam formatnya, rencana ini merupakan kegiatan penyiapan rencana

umum, detail teknis, studi kelayakan seperti RUTR, RDTR, Rencana

Umum Transportasi, studi kelayakan proyek, dokumen rancangan induk

jaringan transportasi.

5. Secara prosedur berupa kegiatan-kegiatan seperti: pengumpulan data dan

informasi analisis data, perumusan beberapa rencana, dan pengevaluasian

(26)

6. Secara hirarki, dapat berupa pembiayaan dan dapat pula berupa kegiatan

yang dilakukan oleh perencana (planner) yang tergabung dalam

lembaga-lembaga riset dan pengembangan.

7. Tahapan ini bersifat semi-fleksibel terhadap situasi yang terjadi selama

jangka waktu rencana.

c. Jangka Panjang (Long term Planning)

1. Batasan waktunya di atas 20 tahun.

2. Disebut sebagai:

a) Strategi

b) Perspektif

c) Cakrawala

d) Horizon Plan

3. Dalam formatnya, rencana ini berupa kebijakan-kebijakan jangka

panjang yang telah menetapkan sasaran 25 tahun ke depan dan

ditentukan oleh badan legislatif.

4. Secara prosedur, rencana ini berupa ide-ide dengan sasaran yang dituju

berada pada masa di atas 25 tahun.

5. Secara hirarki, rencana ini adalah tujuan yang ingin dicapai oleh

masyarakat (social objective) dan mutlak fleksibel dengan perubahan

situasi yang terjadi selama jangka wakturencana.

2.2.2 Transpor tasi Dan Distr ibusi Fisik

Transportasi mempunyai pengaruh besar terhadap perorangan, masyarakat

(27)

Pengertian distribusi (distribution) termasuk terminologi dalam ilmu

ekonomi dan dalam kalangan perindustrian.

Menurut Frank H. Woodward dalam bukunya yang berjudul “Managing the

Transport Service Function” dijelaskan “In Industry, distribution has been

accepted as: The Performance of all business activities involved in moving the

goods from the point of processing or manufacture to the point sale to the

customer and would include”:

a. Warehousing

b. Inventory control of finished goods

c. Materials handling and packaging

d. Documentation and dispatch

e. Traffic and Transportation

f. After sales service to customers

Bila dilihat pengertian tersebut di atas kegiatan transportasi merupakan bagian

dari pengertian distribusi (Salim, 2002). Namun, transportasi mempunyai peranan

penting bagi industri karena produsen mempunyai kepentingan agar barangnya

diangkut sampai kepada konsumen tepat waktu, tepat pada tempat yang

ditentukan, dan barang dalam kondisi baik.

Dalam sistem distribusi menunjukkan adanya kaitan antar kegiatan di

mana kegiatan transportasi berperan sebagai mata rantainya. Dengan demikian,

transportasi berfungsi sebagai “jembatan” yang menghubungkan produsen dengan

konsumen, meniadakan jarak di antara keduanya. Jarak tersebut dapat dinyatakan

sebagai jarak waktu maupun jarak geografi. Jarak waktu timbul karena barang

(28)

depan, atau tahun depan. Jarak atau keseimbangan ini dijembatani melalui

pergudangan dengan teknik tertentu untuk mencegah kerusakan barang yang

bersangkutan.

Transportasi erat sekali kaitanya dengan pergudangan atau penyimpanan

karena keduanya meningkatkan manfaat barang. Angkutan menyebabkan barang

dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain sehingga bisa dipergunakan di

tempat barang itu tidak didapatkan dan dengan demikian menciptakan manfaat

tempat (place utility). Penyimpanan atau pergudangan juga memungkinkan barang

disimpan sampai dengan waktu dibutuhkan, dan ini berarti memberikan manfaat

waktu (time utility).

Distribusi fisik merupakan sambungan kunci (key link) antara produksi dan

pemasaran yang akan meningkatkan profitabilitas bagi perusahaan. Secara lebih

jelas, distribusi fisik adalah istilah yang umumnya dipakai untuk menjelaskan

rangkaian kegiatan fungsional yang saling berkaitan agar jumlah barang jkadi

yang dihasilkan disalurkan melalui saluran distribusi.

Dalam awal pengembangan konsep, distribusi fisik dianggap sebagai

pemasaran fisik. Namun, kemudian pengertian distribusi fisik ini menduduki yang

lebih netral antara produksi / manufakturdan pemasaran. Distribusi fisik umumnya

dianggap sebagai suatu sistem kegiatan fungsional yang saling berkaitan

(29)

2.2.2.1 Kegiatan Dalam Distr ibusi Fisik

Kegiatan-kegiatan dalam distribusi fisik meliputi (Nasution, 2004) :

1. Perencanaan dan administrasi distribusi

Perencanaan dan administrasi distribusi melibatkan sebagai berikut :

a. Pelaksanaan jangka pendek (bulanan atau mingguan) untuk perencanaan

operasional bagi pemindahan barang secara efisien melalui sistem.

b. Perencanaan jangka yang lebih panjang untuk merumuskan sistem

distribusi optimal. Melalui rencana jangka panjang ini bisa diadakan

perubahan jangka pendek.

c. Administrasi distribusi untuk mengetahui biaya aktual dibandingkan

rencana semula.

2. Pengolahan order / pesanan

Pengolahan pesanan menyajikan masukan dasar pada sistem distribusi dalam

bentuk pesanan langganan. Penerimaan pesanan dapat dikatakanmerupakan tahap

yang paling kritis dalam pengolahan pesanan, karena pada titik ini terjadi

keterikatan sistem distribusi untuk mengirimkan bahan yang dipesan tepat waktu.

Kegiatan pengolahan mencakup transmisipesanan pada pusat pengolahan yang

menyiapkan surat muatan (bill of loading) dan dokumen lainnya yang

berhubungan dengan distribusi. Lazimnya kegiatan ini tidak mencakup pembuatan

surat tagihan.

3. Manajemen persediaan

Manajemen persediaan merupakan kegiatan kunci dalam sistem, karena

distribusi fisik hanya mengurusi masalah logistik dari bisnis. Banyak perusahaan

(30)

fisik. Namun, ketentuan ini tidaklah merupakan suatu yang mutlak karena

tergantung pada operasi bisnis itu sendiri.

4. Penerimaan

Penerimaan merupakan pengurusan awal dari bahan baku pada saat masuknya

bahan baku tersebut di perusahaan untuk diproduksi.

5. Pengangkutan ke dalam

Pengangkutan ke dalam (in bound) merupakan pengangkutan yang diperlukan

untuk semua bahan baku, suplai yang dibeli dari luar.

6. Pengemasan

Pengemasan melibatkan pengemasan volume besar (bulk packing), mempalet,

kontainerisasi (containerization) dan segala macam pengemasan untuk distribusi

yang aman dan ekonomis. Jenis pengemasan tergantung pada penggunaan alat

transportasi.

7. Pergudangan dalam pabrik

Pergudangan dalam pabrik (in-plant warehousing) tergantung pada sifat

sistem distribusi yang digunakan. Pergudangan tidak selalu ada dalam distribusi

fisik, apalagi kalau barang jadinya langsung dikirim ke pusat distribusi di pasar

melalui saluran distribusi.

8. Pengiriman

Pengiriman merupakan pengurusan tahap akhir atas barang / produk sebelum

produk itu meninggalkan pabrik.

9. Pengangkutan ke luar (outbound transportation)

Pengankutan ke luar melibatkan pemindahan barang jadi dari pabrik atau

(31)

10. Pergudangan

Di lapangan, pergudangan dipergunakan untuk memberi kemudahan bagi :

a. Penggabungan produk-produk (unitisasi) untuk keperluan pelanggan,

b. Penyimpanan persediaan harus di lokasi yang strategis, karena apabila

pesanan atau perintah pengiriman atas pesanan mendadak dapat segera

terpenuhi.

11.Pelayanan pelanggan

Pelayanan pelanggan merupakan fungsi yang bertanggung jawab dalam

menangani kontak dengan pelanggan. Tugasnya adalah melayani pelanggan dalam

menjawab pertanyaan atau perubahan pesanan. Tanggung jawabnya mencakup

monitoring tingka pelayanan pada pelanggan dalam distribusi fisik pada

pelanggan.

2.2.2.2 Metode Transpor tasi

Metode transportasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk

mengatur distribusi dari sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama, ke

tempat-tempat yang membutuhkan secara optimal. Alokasi produk ini harus diatur

sedemikian rupa, karena terdapat perbedaan biaya-biaya alokasi dari satu sumber

ke tempat-tempat tujuan berbeda-beda, dan beberapa sumber ke suatu tempat

tujuan juga berbeda-beda. Di samping itu, metode transportasi juga dapat

digunakan unytuk memecahkan masalah-masalah dunia usaha (bisnis) lainnya,

seperti masalah-masalah yang meliputi pengiklanan, pembelanjaan modal (capital

financing) dan alokasi dana untuk investasi, analisis lokasi, keseimbangan lini

(32)

metode transportasi, yang semuanya terarah pada penyelesaian optimal dari

masalah-masalah transportasi yang terjadi. F.L. Hitchcock (1941), T.C.

Koopmans (1949), dan G.B. Dantziq (1951) adalah orang-orang pertama sebagai

kontributor yang mengembangkan teknik-teknik transportasi (Nasution, 2004).

Terdapat beberapa metode transportasi, yaitu :

1. Metode North-West Corner

Metode Nort-West Corner merupakan metode yang paling sederhana diantara

tiga metode yang telah disebutkan untuk mencari solusi awal (Siswanto,

2007).

2. Metode Least Cost

Metode Least Cost merupakan metodee transportasi yang berusaha mencapai

tujuan untuk minimasi biaya dengan alokasi sistematik kepada kotak-kotak

sesuai dengan besarnya biaya transportasi per unit (Siswanto, 2007).

3. Metode Aproksimasi Vogel (VAM)

Metode Aproksimasi Vogel (VAM) selalu memberikan suatu solusi awal yang

lebih baik dibanding metode Nort West Corner dan sering kali lebih baik dari

pada metode Least Cost. VAM melakukan alokasi dalam suatu cara yang

akan meminimumkan penalty (Oportunity cost) dalam memilih kotak yang

salah untuk suatu lokasi (Siswanto, 2007).

2.3 Manajemen Transportasi dan Distr ibusi

Sistem distribusi merupakan kegiatan perusahaan yang berusaha

memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen ke

(33)

Masalah yang dihadapi perusahaan dalam sistem pendistribusian terbagi

menjadi dua bagian, yaitu : ke arah hulu atau yang berkaitan langsung dengan

manufaktur dan ke arah hilir yang berkaitan langsung dengan retail dan end user.

Pada arah hilir terdapat permasalahan dimana permintaan produk yang susah

untuk diprediksi dan tidak stabil, serta jumlah permintaan yang sering kali tidak

mencerminkan kebutuhan konsumen saat ini. Sedangkan arah hulu, permintaan

penyediaan barang yang tidak selalu dapat dipenuhi sesuai waktu yang

dibutuhkan. Dalam hal ini perusahaan memiliki prinsip untuk dapat memenuhi

tingkat permintaan pelanggan, sehingga tingkat pelayanan tinggi. Tetapi

kebijaksanaan ini terbentur oleh permasalahan hilir dan hulu sehingga sistem

pendistribusian ini, sehingga perusahaan harus konsekuensi skala prioritas.

Tingkat pelayanan tinggi yang diterapkan perusahaan dalam sistem

distribusi ini mengakibatkan kebijaksanaan perusahaan dalam bentuk skala

prioritas. Batasan perusahaan dalam memilih prioritas berdasarkan profit yang

tinggi. Hal ini harus dilakukan jika tidak ingin kehilangan pelanggan, karena biaya

yang diperlukan untuk pengembalian kesetiaan konsumen terhadap produknya

jauh lebih mahal. Oleh karena itu, maka penyelesaiannya adalah membuat peta

sistem logistik dan distribuinya, yang kemudian diformulasikan. Kemudian hasil

perhitungan dan pengamatan langsung pada sistem nyata di dalam perusahaan

tersebut. Langkah selanjutnya adalah menganalisis untuk menemukan

permasalahan utama yang ada di dalamnya, lalu berdasarkan hal tersebut dibuat

(34)

2.3.1 Fungsi-fungsi Dasar Manajemen Distr ibusi dan Tr anspor tasi

Pada dasarnya fungsi distribusi dan transportasi adalah menghantarkan

produk dari lokasi dimana produk tersebut diproduksi sampai dimana mereka

akan digunakan Kegiatan transportasi dan distribusi bisa dilakukan oleh

perusahaan manufaktur dengan membentuk bagian distribusi/transportasi

tersendiri atau diserahkan ke pihak ketiga. I Nyoman Pujawan (2005) dalam

upayanya dalam memenuhi tujuan distribusi dan transportasi, siapapun yang

melaksanakan (internal perusahaan atau mitra pihak ketiga), manajemen distribusi

dan transportasi pada umumnya melakukan sejumlah fungsi dasar yang terdiri

dari:

1. Melakukan segmentasi dan menentukan target service level. Segmentasi

pelanggan perlu dilakukan karena kontribusi mereka pada revenue

perusahaan bisa sangat bervariasi dan karakteristik tiap pelanggan bisa sangat

berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan memahami perbedaan

karakteristik dan kontribusi tiap pelanggan atau area distribusi, perusahaan

bisa mengoptimalkan alokasi persediaan maupun kecepatan pelayanan.

2. Menentukan mode transportasi yang akan digunakan.

Tiap mode transportasi memiliki karakteristik yang berbeda dan mempunyai

keunggulan serta kelemahan yang berbeda juga. Manajemen transportasi

harus bisa menentukan mode apa yang akan digunakan dalam

mengirimkan/mendistribusikan produk-produk mereka ke pelanggan.

Kombinasi dua atau lebih mode transportasi tentu bisa atau bahkan harus

(35)

3. Melakukan konsolidasi informasi dan pengiriman.

Konsolidasi merupakan kata kunci yang sangat penting dewasa ini. Tekanan

untuk melakukan pengiriman cepat namun murah menjadi pendorong utama

perlunya melakukan konsolidasi informasi maupun pengiriman. Salah satu

contoh konsolidasi informasi adalah konsolidasi data permintaan dari

berbagai regional distribution center oleh central warehouse untuk keperluan

pembuatan jadwal pengiriman. Sedangkan konsolidasi pengiriman dilakukan

misalnya dengan menyatukan permintaan beberapa toko atau retail yang

berbeda dalam sebuah truk. Dengan cara ini, truk bisa berjalan lebih sering

tanpa harus membebankan biaya lebih pada pelanggan/klien yang

mengirimkan produk tersebut.

4. Melakukan penjadwalan dan penentuan rute pengiriman.

Salah satu kegiatan operasioanl yang dilakukan oleh gudang atau distributor

adalah menentukan kapan sebuah truk harus berangkat dan rute mana yang

harus dilalui untuk memenuhi permintaan dari sejumlah pelanggan. Apabila

jumlah pelanggan sedikit, keputusan ini bisa diambil dengan relatif gampang.

Namun perusahaan yang memiliki ribuan atau puluhan ribu toko atau tempat

penjualan yang harus dikunjungi, penjadwalan dan penentuan rute pengiriman

adalah pekerjaan yang sangat sulit dan kekurangantepatan dalam mengambil

dua keputusan tersebutbisa berimplikasi pada biaya pengiriman dan

penyimpanan yang tinggi.

5. Memberikan pelayanan nilai tambah.

Disamping mengirimkan produk ke pelanggan, jaringan distribusi semakin

(36)

nilai tambah tersebut tadinya dilakukan oleh pabrik/manufacturer. Beberapa

proses nilai tambah yang bisa dikerjakan oleh distributor adalah pengepakan

(packing), pelabelan harga, pemberian barcode, dan sebagainya.

6. Menyimpan persediaan.

Jaringan distribusi selalu melibatkan proses penyimpanan produk baik di

suatu gudang pusat atau gudang regional, maupun di toko di mana produk

tersebut dipajang untuk dijual. Oleh karena itu, manajemen distribusi tidak

bisa dilepaskan dari manajemen pergudangan.

7. Menangani pengembalian (return).

Manajemen distribusi juga punya tanggung jawab untuk melaksanakan

kegiatan pengembalian produk dari hilir ke hulu dalam supply chain.

Pengembalian ini bisa karena produk rusak atau tidak terjual sampai batas

waktu penjualnnya habis. Proses pengembalian produk atau kemasan ini biasa

disebut dengan reverse logistics.

2.3.2 Mode Transpor tasi serta Keunggulan dan Kelemahannya

I Nyoman Pujawan (2005), dalam manajemen transportasi biasanya

membedakan antara pihak yang memiliki barang dan pihak yang melakukan

pengiriman. Pemilik barang yang berkepentingan barangnya untuk dikirim

biasanya disebut shipper, sedangkan pihak yang bertugas melakukan pengiriman

dinamakan carrier. Mode transportasi mana yang paling baik digunakan bisa

berbeda apabila ditinjau dari sudut yang berbeda. Beberapa hal yang biasanya

(37)

1. Dilihat dari sudut pengiriman atau carrier, hal-hal yang perlu

dipertimbangkan adalah :

a. Biaya alat transportasi sendiri, seperti biaya beli atau biaya sewa alat

transportasi

b. Biaya operasional tetap, seperti biaya terminal atau biaya bandara yang

besarnya tidak tergantung pada volume barang yang dikirim.

c. Biaya operasional variabel, seperti biaya bahan bakar, dimana besarnya

biaya tergantung pada volume angkut atau jarak yang ditempuh dalam

pengiriman.

d. Biaya lain-lain, seperti biaya overhead juga harus menjadi pertimbangan.

e. Beberapa aspek yang tidak langsung terkait dengan biaya, seperti

kecepatan, volume yang bisa diangkut,maupun fleksibilitas dalam

melakukan pengiriman.

2. Dilihat dari sisi shipper, hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah :

a. Biaya transportasi.

b. Biaya persediaan.

c. Biaya loading-unloading.

d. Biaya fasilitas, seperti gudang.

e. Konsekuensi lain, seperti tingkat sevice level yang diperoleh

danketidakpastian waktu pengiriman penting untuk dipertimbangkan oleh

shipper.

Salah satu hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam mengelola

kegiatan pengiriman adalah tradeoff antara biaya dengan kecepatan respon dari

(38)

kalau perusahaan sangat mementingkan kecepatan respon. Misalnya, apabila

semua order harus dikirim dalam jangka waktu satu hari sejak ada permintaan

order diterima, maka sering kali pengiriman dilakukan dengan volume kecil dan

tidak mencapai skala ekonomi yang memadai. Perusahaan sering melakukan

penggabungan pesanan dalam beberapa periode yang berbeda sehingga

pengiriman tidak dilakukan setiap hari misalnya, tetapi dua hari atau tiga hari.

Praktek melakukan agregasi waktu dalam proses pengiriman ini biasanya

dinamakan dengan istilah temporal aggregation.

Tabel 2.1 Evaluasi Umum Berbagai Mode Transportasi

Mode Transportasi Truk Kereta Kapal Pesawat Paket

Volume yang bisa dikirim Sedang

Sangat banyak Sangat banyak Banyak Sangat sedikit Fleksibilitas waktu kirim Tinggi Rendah Rendah Rendah Tinggi

Fleksibilitas rute pengiriman Tinggi

Sangat rendah Sangat rendah Sangat rendah Sangat tinggi

Kecepatan Sedang Sedang Rendah

Sangat tinggi

Tinggi

Biaya pengiriman Sedang Rendah Rendah Tinggi

Sangat tinggi

Inventory (in transit) Sedikit Banyak

Sangat banyak

rendah

Sangat rendah

Ballou (2004) menyebutkan prinsip-prinsip yang digunakan dalam

(39)

1. Mengisi muatan kendaraan pengirim sesuai dengan kebutuhan untuk node

perhentian yang saling berdekatan dan tidak melebihi kapasitas jumlah

muatan kendaraan.

2. Setiap rute dan jadwal yang dikembangkan seharusnya menghindari

terjadinya overlap, maka node perhentian yang dikunjungi pada hari yang

berbeda harus ditempatkan pada kelompok yang berbeda pula.

3. Pembentukan rute sebaiknya dimulai dari node yang lokasinya terjauh dari

depot dan kemudian baru dilanjutkan pada node yang lokasinya makin

mendekati depot.

4. Urutan perhentian node pada rute yang dilewati kendaraan tidak terjadi

persilangan rute antar satu tujuan dengan tujuan lainnya.

5. Rute yang paling efisien dibentuk dengan menggunakan kendaraan yang

berkapasitas muatan paling besar.

6. Pengambilan barang dan pengiriman barang di perhentian nodes sebaiknya

dilakukan dalam waktu yang bersamaan.

7. Node yang letaknya jauh dari rute yang lain dan permintaan yang rendah

diprioritaskan menjadi rute tersendiri dan dilayani dengan menggunakan

kendaraan dengan kapasitas yang kecil.

8. Batasan waktu perhentian yang sempit harus dihindari dalam pembentukan

rute dan jadwal yang baru.

2.3.3 Penentua n Rute dan J adwal Pengir iman

Salah satu keputusan operasional yang sangat penting dalam manajemen

(40)

beberapa lokasi tujuan. Keputusan ini sangat penting bagi mereka yang harus

mengirimkan barang dari satu lokasi ke berbagai toko yang tersebar di sebuah

kota. Secara umum permasalahan penjadwalan dan penentuan rute pengiriman

bisa memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai seperti tujuan untuk

meminimumkan biaya pengiriman, meminimumkan waktu, atau meminimumkan

jarak tempuh I Nyoman Pujawan (2005). Dalam bahasa program matematis, salah

satu dari tujuan tersebut bisa menjadi fungsi tujuan (objective function) dan yang

lainnya menjadi kendala (constraint). Misalnya, fungsi tujuannya adalah

meminimumkan biaya pengiriman, namun ada kendala time window dan kendala

maksimum jarak tempuh tiap kendaraan, disamping kendala lain seperti kapasitas

kendaraan atau kendala lainnya.

Dalam penentuan jadwal serta rute pengiriman terdapat 2 metode dalam supply

chain, yaitu (Pujawan, 2005) :

a. Metode Savings Matrix

b. Metode General Assignment

Metode savings matrix mendasarkan penyelesaian permasalahan

transportasi dengan melakukan penjadwalan dan penentuan rute pengiriman

produk dari pabrik ke customer, dengan tujuan dapat meminimumkan jarak atau

waktu atau ongkos dengan mempertimbangkan kendala-kendala yang ada.

Kendala yang terjadi adalah satu kali pengiriman produk dilakukan dalam satu

rute untuk satu customer. Dengan adanya permasalahan tersebut maka metode

savings matrix dapat memberikan solusi yang tepat untuk menyelesaikan

(41)

2.4 Metode Savings Matrix

2.4.1 Penger tian Metode Savings Matrix

Savings Matrix merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk

menjadwalkan sejumlah terbatas kendaraan dari suatu fasilitas dan jumlah

kendaraan dalam armada ini dibatasi dan mempunyai kapasitas maksimum yang

berlainan. Tujuan metode ini adalah untuk memilih penugasan kendaraan dan

routing sebaik mungkin. (Bowersox, 2006)

Metode Savings Matrix adalah metode untuk meminimumkan jarak atau

waktu atau ongkos dengan mempertimbangkan kendala-kendala yang ada

(Pujawan, 2005).

2.4.2 Langkah-Langkah Metode Savings Matr ix

Sebelum melakukan perhitungan Savings Matrix, terlebih dahulu

menentukan titik koordinat jarak dari pabrik / gudang ke tiap-tiap customer

(Pujawan, 2005)

Tabel 2.2 Lokasi Tujuan dan Ukuran Order

Customer Tujuan Koordinat x Koordinat y Ukuran Order

Customer 1

1

χ y1 A Unit

Customer 2

2

χ

y2 B Unit

Customer 3

3

χ

y3 C Unit

Customer 4

4

χ y4 D Unit

(42)

Kemudian melakukan perhitungan dalam meminimumkan jarak yang

ditempuh menggunakan Metode Savings Matrix, terdapat beberapa

langkah-langkah dalam meminimumkan jarak yang ditempuh, yaitu :

1. Mengidentifikasi Matrix Jarak

Pada langkah ini perlu jarak antara pabrik ke masing-masing customer.

sehingga mengunakan lintasan terpendek sebagai jarak antar lokasi. Jadi

dengan mengetahui koordinat masing-masing lokasi maka jarak antar dua

lokasi bisa dihitung dengan menggunakan rumus jarak standar.

Tabel 2.3 Matrik Jarak dari Pabrik ke Customer dan antar Customer

Pabrik/G udang

Customer

1

Customer

2

Customer

3

Customer

4

…Customer n

Customer

1

Customer

2

Customer

3

Customer

4 . . .

Customer

n

Misalkan dua lokasi masing-masing dengan koordinat

(

χ

1, y1

)

dan

(

χ

2, y2

)

(43)

J

( ) (

1,2 =

χ

1

χ

2

) (

2+ y1y2

)

2

Hasil perhitungan jarak ini digunakan untuk menentukan matrik penghematan

(Savings Matrix) yang akan dikerjakan pada langkah berikutnya.

2. Mengidentifikasi Matrik Penghematan (Savings Matrix)

Savings matrix mempresentasikan penghematan yang dapat direalisasikan

dengan menggabungkan dua pelanggan ke dalam satu rute. Misalkan

menggabungkan Customer 1 dan Customer 2 ke dalam satu rute maka jarak

yang akan dikunjungi adalah dari gudang ke Customer 1 kemudian ke

Customer 2 dan dar Customer 2 balik ke gudang.

Gambar 2.1 Perubahan yang terjadi dengan menggabungkan Customer 1 dan

Customer 2 ke dalam satu rute.

Dari gambar diatas terjadi perubahan jarak adalah sebesar jarak kiri

dikurangi total jarak kanan yang besarnya adalah (Pujawan, 2005):

( )

G J

( )

G

[

J

( ) ( ) ( )

G J J G

]

J ,1 2 ,2 ,1 1,2 2,

2 + − + +

( ) ( ) ( )

G,1 J G,2 J1,2

J + −

=

dengan jarak

( ) ( )

x,y = y,x

( ) ( ) ( ) ( )

x y J G x J G y J x y

S , = , + , − ,

dimana :

Gudang

Customer 1 Customer 2

Gudang

Customer 2 Customer

(44)

( )

x y =

S , Penghematan jarak (Savings) yang diperoleh dengan

menggabungkan rute x dan y menjadi satu

( )

G x =

J , Jarak dari gudang ke customer x

( )

G y =

J , Jarak dari gudang ke customer y

( )

x y =

J , Jarak dari customer x ke customer y

kemudian dibuat tabel matrik penghematan jarak dengan menggabungkan dua

rute yang berbeda.

Tabel 2.4 matrik penghematan jarak dengan menggabungkan dua rute yang

berbeda

Customer 1 Customer 2 Customer 3 Customer 4 ….Customer n

Customer 1

Customer 2

Customer 3

Customer 4

.

.

.

(45)

Tabel 2.5 Langkah awal semua customer memiliki rute terpisah

3. Mengalokasikan customer ke kendaraan atau rute

Pada langkah ini melakukan alokasi customer ke kendaraan atau rute.

dalam penggabungan rute customer, digabungkan sampai pada batas

kapasitas truk atau armada yang ada, dengan melihat nilai penghematan

terbesar pada tabel matrix penghematan jarak.Misalkan didapat matrik

penghematan jarak sebagai berikut :

Tabel 2.6 semua customer memiliki rute terpisah

Pabrik/Gudang Customer 1 Customer 2 Customer 3 Customer 4

Customer 1 Rute a 0.0

Customer 2 Rute b 14.8 0.0

Customer 3 Rute c 12.5 8.2 0.0

Customer 4 Rute d 24.9 12.9 12.6 0.0

Order 320 85 300 150

Pabrik/Gudang Customer

1

Customer

2

Customer

3

Customer

4

…Customer n

Customer 1 Rute a

Customer 2 Rute b

Customer 3 Rute c

Customer 4 Rute d .

. .

Customer n Rute z

(46)

dari tabel diatas didapat penghematan terbesar pada customer 1 dan 4

sebesar 24.9. Sehinga customer 4 bergabung ke rute a (diasumsikan

kapasitas truk memadai)

Tabel 2.7 Customer 4 masuk ke Rute a dan Customer 3 masuk ke Rute c

Pabrik/Gudang Customer 1 Customer 2 Customer 3 Customer 4

Customer 1 Rute a 0.0

Customer 2 Rute b 14.8 0.0

Customer 3 Rute c 12.5 12.9(2) 0.0

Customer 4 Rute a 24.9(1) 8.2 12.6 0.0

Order 320 85 300 150

selanjutnya dicari penghematan terbesar kedua didapatkan 12.9 (Customer 2

dan 4) masuk ke rute b, dan begitu seterusnya hingga customer ke-n. Jika

terdapat customer yang sudah teralokasikan , tidak terjadi penggabungan.

kemudian didapatkan jumlah rute sesuai dengan kapasitas armada yang ada

dan penghemtan jarak alokasi dari pabrik ke customer (Pujawan, 2005).

4. Mengurutkan Customer (Tujuan) dalam rute yang sudah terdefinisi

Ada banyak metode yang dapat digunakan untuk menentukan urutan

kunjungan, namun pada penelitian ini menggunakan metode Nearest

Neighbor. Metode Nearest Neighbor merupakan metode pengurutan

kunjungan yang menambahkan customer yang jaraknya paling dekat dengan

customer yang akan dikunjungi terakhir. Misalnya diketahui 3 customer

dalam rute a, customer 1 memiliki jarak terdekat dengan gudang / pabrik

dengan jarak 6.4, kemudian cari jarak customer terdekat dengan customer 1

(47)

customer 2 kemudian kembali ke gudang.

(Gudang-Customer1-Customer3-Customer2-Gudang). Jika kebetulan menghasilkan rute dengan jarak yang

sama maka dipilih total jarak yang minimum (Pujawan, 2005).

Dengan dilakukan penyelesaian permasalahan tersebut menggunakan

metode savings matrix, maka dapat dihasilkan jalur disribusi yang optimal

dengan biaya transportasi yang lebih efisien.

2.5 Metode General Assigment

General assignment atau sering disebut dengan Assignment problem adalah

salah satu permasalahan yang optimasi kombinatorial pada cabang optimasi.

Metode General assignment sering digunakan untuk mencari solusi optimum

dalam suatu permasalahan. metode General assignment menggunakan algoritma

branch and bound dalam menyelesaikan masalahnya

Metode General assignment hampir sama dengan metode Savings matrix,

namun perbedaan metode General assignment menggunakan solusi percabangan,

dimana pada setiap percabangan terdapat agent yang memiliki task atau secara

general problem state dari permasalahan ini adalah ada sejumlah agent dan task

dan setiap agent dibebani cost, kemudian mengatur pemberikan setiap task kepada

tepat satu agent sehingga semua task dapat dijalankan dengan cost seminimum

mungkin, sedangkan pada metode Savings matrix solusi yang diberikan tanpa

memberikan sejumlah agent dalam menyelesaikan permasalahan distribusinya,

tetapi persamaannya dari kedua metode ini aspek waktu,jarak dan biaya juga

(48)

Prosedur dalam metode General assignment terdapat beberapa tahap-tahap :

1. Diberikan sejumlah agent dan task dalam penyelesaian masalahnya

2. Setiap agent tertentu memiliki cost untuk task tertentu

3. Menempatkan sebuah agent untuk tiap-tiap rute

a. Dimana agent pada tiap-tiap rute mempunyai armada dan beban

pengalokasian produk untuk tiap agent disesuaikan dengan kapasitas

armada.

b. Rute pengiriman dari satu agent untuk beberapa customer dikirim

dengan rute sesuai arah jarum jam.

c. Pemilihan setiap agent berada ditengah diantara beberapa customer atau

dengan jarak yang sama jika dilihat dari jarak gudang.

4. Mengevaluasi besarnya biaya dalam orbit penempatan untuk tiap customer

Untuk tiap penempatan (Sk), Customer i , dan biaya penempatan (cik).

Untuk menghitung Perjalanan customer dari gudang ke penempatan dan

kembali. Dengan rumus sebagai berikut :

) , ( )

, ( )

,

(DC i Dist i Sk Dist DC Sk Dist

cik = + −

5. Keputusan penempatan customer untu rute

Keputusan penempatan customer pada tiap agent, dengan melihat dari total

biaya penempatan terkecil.

6. Rangkaian customer dalam rute

Setelah dilakukan penempatan customer pada tiap agent berdasarkan

besarnya jarak dan biaya penempatan, maka diperoleh beberapa rangkaian

(49)

2.6 Per amalan Permintaan

Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan dimasa

datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran, kuantitas, kualitas, waktu dan

lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa.

(Nasution, 2003)

Sedangkan peramalan permintaan merupakan tingkat permintan

produk-produk yang diharapkan akan terealisir untuk jangka waktu tertentu pada masa

yang akan datang. Peramalan permintaan ini digunakan untuk meramalkan

permintaan dari produk yang bersifat bebas (tidak tergantung), seperti peramalan

produk jadi. (Nasution, 2003)

Metode peramalan dibagi dua, yaitu :metode peramalan Time Series dan

metode peramalan non time series. dalam penelitian ini mengunakan metode

peramalan time series, yang merupakan metode peramalan secara kuantitatif

dengan menggunakan waktu sebagai dasar peramalan.

2.6.1 Per amalan dalam Hor izon Waktu

Dalam hubungannya dengan horizon waktu peramalan maka kita dapat

mengklasifikasikan peramalan tersebut dalam 3 kelompok (Nasution, 2003) :

1. Peramalan jangka panjang, umumnya 2 sampai 10 tahun. Peramalan ini

digunakan untuk perencanaan produk dan perencanaan sumber daya.

2. Peramalan jangka menengah, umumnya 1 sampai 24 bulan. Peramalan ini

lebih mengkhususkan dinandingkan peramalan jangka panjang, biasanya

digunakan untuk menentukan aliran khas, perencanaan produksi, dan

(50)

3. Peramalan jangka pendek, umumnya 1 sampai 5 minggu. Peramalan ini

digunakan untuk mengambil keputusan dalam hal perlu tidaknya lembur,

penjadwalan kerja dan lai-lain keputusan kontrol jangka pendek.

Dalam penelitian ini menggunakan peramalan jangka menengah yang

umumnya dilakukan 1 atau 2 tahun yang digunakan untuk menentukan jalur

distribusi paling optimal berdasarkan data permintaan sebelumnya.

2.6.2 Beber apa Sifat Hasil Per amalan

Dalam membuat peramalan atau menerapkan hasil suatu peramalan maka

ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu (Nasution, 2003) :

1. Peramalan pasti mengandung kesalahan, artinya peramal hanya bisa

mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi, tetapi tidak akan menghilangkan

ketidakpastian tersebut.

2. Peramalan seharusnya memberikan informasi tentang berapa ukuran

kesalahan, artinya karena peramalan pasti mengandung kasalahan maka

penting bagi peramal untuk menginformasikan seberapa besar kesalahan yang

mungkin terjadi.

3. Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan peramalan jangka

panjang. Hal ini disebabkan karena pada peramalan jangka pendek,

fakto-faktor yang mempengaruhi permintaan relatif masih konstan, sedangkan

semakin panjang periode peramalan, maka semakin besar pula kemungkinan

(51)

2.6.3 Pr osedur Per amalan

Dalam melakukan peramalan terdapat beberapa prosedur, yaitu :

1. Tentukan pola data permintaan

dilakukan dengan cara memplotkan data secara grafis dan menyimpulkan

apakah data berpola trend, musiman, siklikal atau siklus, eratik / random.

Trend / kecenderungan (T) adalah sifat dari permintaan dimasa lalu

terhadap waktu terjadinya, apakah permintaan tersebut cenderung naik,

turun atau konstan. Siklus (C) merupakan pola permintaan suatu produk

yang berulang secara periodik biasanya lebih dari satu tahun, sehingga

tidak perlu dimasukkan dalam peramalan jangka pendek. Musiman (S)

adalah pola permintaan suatu produk yang naik atau turun disekitar garis

trend dan biasanya berulang setiap tahun. disebabkan factor cuaca, musim

libur panjang, dan lain-lain. Random (R) merupakan pola permintaan suatu

produk yang mengikuti pola bervariasi secara acak karena factor bencana

alam, bangkrutnya perusahaan, dan lain-lain. pola ini dibutuhkan dalam

menen

Gambar

Tabel 2.1 Evaluasi Umum Berbagai Mode Transportasi
Tabel 2.2 Lokasi Tujuan dan Ukuran Order
Gambar 2.1 Perubahan yang terjadi dengan menggabungkan Customer 1 dan
Tabel 2.4 matrik penghematan jarak dengan menggabungkan dua rute yang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data pokok dosen merujuk dan diambil dari PD-DIKTI ( http://forlap.dikti.go.id/ ), oleh karena itu jika ada data yang belum di update di PD-DIKTI silakan perbaiki terlebih dahulu

[r]

Prosedur dibuat agar jika terjadi kegiatan yang menyimpang dapat terditeksi dan dapat diperbaiki, diharapkan dengan adanya sebuah sistem yang baik dalam

Dalam hukum Islam, suami boleh melakukan poligami apabila istri tidak. dapat memberikan keturunan, sakit (jasmani maupun rohani) sehingga

Model yang digunakan untuk mengkaji pengaruh variabel struktur modal, variabel struktur kepemilikan saharn, variabel ukuran perusahaan dan variabel risiko return saham

Gambar 6. 8 Pertumbuhan bayi di dalam kandungan ibu... Perilaku menyimpang yang juga rentan menimpa anak tunanetra adalah kecenderungan perilaku pedofil dan homoseksual,

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mengkaji pengaruh baik secara simultan maupun parsial dari kepemimpinan transformasional, kompetensi, kompensasi, dan

Empat puisi pilihan karya Nirwan Dewanto yang telah dipilih pada kumpulan puisi Buli-Buli Lima Kaki lebih menonjolkan segi metaforanya daripada puisi-puisi lainnya yang