SEPAK TERJANG SOKSI (SENTRAL ORGANISASI KARYAWAN SWADIRI INDONESIA) DI DALAM SEKBER GOLKAR (SEKRETARIAT
BERSAMA GOLONGAN KARYA) TAHUN 1960-1965
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Departemen Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia
Oleh: Irpa Harsaksila
1002000
DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
Irpa Harsaksila, 2015
SEPAK TERJANG SOKSI (SENTRAL ORGANISASI KARYAWAN SWADIRI INDONESIA) DI DALAM SEKBER GOLKAR (SEKRETARIAT
BERSAMA GOLONGAN KARYA) TAHUN 1960-1965
Oleh
IRPA HARSAKSILA
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan padaDepartemenPendidikanSejarah
Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Irfa Harsaksila 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung 2015
Hak Cipta dlindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Halaman Pengesahan Skripsi
IRPA HARSAKSILA
SEPAK TERJANG SOKSI (SENTRAL ORGANISASI KARYAWAN SWADIRI INDONESIA) DIDALAM SEKBER GOLKAR (SEKRETARIAT
BERSAMA GOLONGAN KARYA) TAHUN 1960-1965
Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I
H. Didin Saripudin Ph.D NIP. 197000506 199702 1001
Pembimbing II
Moch. Eryk Kamsori S.Pd NIP. 19690430 199802 1001
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI
SEPAK TERJANG SOKSI (SENTRAL ORGANISASI KARYAWAN SWADIRI INDONESIA) DI DALAM SEKBER GOLKAR (SEKRETARIAT BERSAMA
GOLONGAN KARYA) TAHUN 1960-1965
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Sepak Terjang SOKSI (Sentral Organisasi Krayawan Swadiri Indonesia) didalam Sekber Golkar (Sekretariat Bersama Golongan Karya) tahun 1960-1965”. Latar belakang penelitian mengenai kajian ini adalah bertolak pada kondisi stabilitas sosial politik yang terjadi pada awal tahun 1960an, maka lahirlah organisasi masa yang dibentuk oleh Soehardiman untuk membangun dan menghimpun organisasi yang potensial melalui penguatan semangat kekaryaan yang didukung oleh kalangan ABRI. Masalah utama yang dikaji dalam skripsi ini adalah” Bagaimana Dinamika Peran SOKSI (Sentral Organisasi Krayawan Swadiri Indonesia) didalam Sekber Golkar (Sekretariat Bersama Golonga Karya) tahun 1960-1965”. Masalah utama tersebut kemudian dibagi menjadi empat pertanyaan penelitian, yaitu: 1) Bagaimana latar belakang berdirinya SOKSI tahun 1960? 2) Bagaimana perkembangan SOKSI dibawah kepemimpinan Soehardiman? 3) Bagaiamana peran SOKSI didalam Sekber Golkar tahun 1960-1965? 4) Bagaimana posisi SOKSI dalam Sekber Golkar tahun 1960-1965?. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode historis yang terdiri atas empat langkah penelitian, yaitu heuristik sebagai upaya pencarian sumber , kritik atau analisis terhadap sumber, interpretasi atau penafsiran terhadap sumber yang di kritik, dan historiografi atau penulisan sejarah. Teknik yang digunakan penulis adalah studi literatur, studi dokumentasi dan studi wawancara. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Faktor pembentukan SOKSI dilatar belakangi oleh kondisi stabilitas sosial politik yang terjadi pada awal tahun 1960an, maka lahirlah SOKSI yang mampu mewadahi dan menghimpun organisasi kemasyarakatan dibawah kepemimpinan Soehardiman, sejak kemunculan dari awal berdirinya organisasi masyarakat SOKSI mengalami perkembangan dari segi sejumlah anggota di berbagai wilayah Indonesia, kemudian membentuk strategi pengkaderan melalui program P2KB, komposisi organisasi yang terstruktur, dan diselenggarakannya Mukernas I,II,III, AD/ART yang sesuai dengan Undang Undang 1945. Sehingga Soksi sebagai salah satu cikal bakal kelahiran Sekber Golkar yang berperan memberikan dukungan politik terhadap Sekber Golkar dan memiliki hubungan yang sangat historis dan di fungsionaliskan dalam bentuk simbiosis mutualisme sehingga posisi SOKSI di dalam Sekber Golkar sangat diperhitungkan keberadaannya.
Kata Kunci: Organisasi Masyarakat, SOKSI, Sekber Golkar
Irpa Harsaksila, 2015
LUNGE SOKSI (CENTRAL ORGANIZATION OF EMPLOYEES SWADIRI INDONESIA) IN SEKBER GOLKAR (SECRETARIAT OF THE JOINT GROUP
WORKS) YEAR 1960-1965
ABSTRACT
This thesis entitled "Football lunge Soksi (Central Organization Swadiri Krayawan Indonesia) in Sekber Golkar (Joint Secretariat of Functional Group) the year 1960-1965". Background research on this assessment is contrary to the conditions of social and political stability that occurred in the early 1960s, it gives birth to mass organization formed by Soehardiman to build and collect organizational potential through strengthening the spirit of workmanship that is supported by the Armed Forces. The main problem studied in this thesis is "How Soksi Role Dynamics (Central Organization Swadiri Krayawan Indonesia) in Sekber Golkar (Joint Secretariat golonga work) 1960-1965 years". The main problem is then divided into four research questions, namely: 1) What is the background Soksi establishment in 1960? 2) How Soksi development under the leadership of Soehardiman? 3) How is the role of Soksi in Sekber Golkar years 1960-1965? 4) How Soksi position in Sekber Golkar years 1960-1965 ?. The method I use in this study is the historical method consists of four steps of research, namely as a heuristic search for the source, criticism or analysis of sources, interpretation or interpretation of those sources in the criticism, and historiography, or the writing of history. The technique used is the author of the study of literature, study the documentation and study of the interview. Results from this study are as follows: Factor Soksi formation triggered by the conditions of social and political stability that occurred in the early 1960s, it gives birth to Soksi were able to accommodate and gather community organizations under the leadership of Soehardiman, since the beginning of the emergence of community organizations Soksi experienced growth of In terms of number of members in various parts of Indonesia, then formed a cadre strategy through P2KB program, the composition of a structured organization, and convening Mukernas I, II, III, AD / ART in accordance with the Law of 1945. Thus Soksi as one of the forerunner of the birth of Golkar Sekber the role to give political support to the Joint Secretariat Golkar and has a great relationship historically and in fungsionaliskan in the form of symbiotic mutualism so Soksi position within Golkar Sekber very strong presence.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPANTERIMAKASIH ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTARISI ... vii
DAFTAR BAGAN DAN TABEL ... ix
DAFTARGAMBAR ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Metode dan Teknik Penelitian ... 6
1.6 Struktur Organisasi Skripsi ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sumber Sumber yang Berkaitan dengan Organisasi Kemasyarakatan ... 10
2.1.1 Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) ... 10
2.2 Sumber Sumber yang Berkaitan dengan SOKSI ... 16
2.3 Sumber Sumber yang Berkaitan dengan Sekber Golkar ... 19
2.4 Penelitian Terdahulu ... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Metodedan Teknik Penelitian ... 25
3.1.1 Metode Penelitian ... 25
3.1.2 Teknik Penelitian ... 27
Irpa Harsaksila, 2015
3.2.1 Penentuan Tema Penelitian ... 30
3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ... 31
3.2.3 Mengurus Perizinan ... 32
3.2.4 Mempersiapkan Perlengkapan Penelitian ... 33
3.2.5 Proses Bimbingan ... 33
3.3 Pelaksanaan Penelitian ... 34
3.3.1 Pengumpulan Sumber Heuristik ... 34
3.3.1.1 Pengumpulan Sumber Tertulis... 35
3.3.1.2 Pengumpulan Sumber Lisan ... 37
3.4 Kritik Sumber ... 38
3.4.1 Kritik Ekternal ... 39
3.4.2 Kritik internal ... 41
3.5 Interpretasi ... 43
3.6 Historiografi ... 44
3.7 Laporan Penelitian ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Latar Belakang Pembentukan SOKSI ... 47
4.2 Perkembangan SOKSI di Bawah Kepemimpinan Soehardiman ... 50
4.2.1 Profil Singkat Soehardiman ... 50
4.2.2 Strategi Pengkaderan SOKSI ... 53
4.2.3 Komposisi Personalia SOKSI ... 58
4.2.4 Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) SOKSI ... 60
4.2.5 Musyawarah Kerja Nasional (Mukeras) I, II dan III ... 65
4.2.6 Konsolidasi Trikarya Antara SOKSI, MKGR, Kosgoro ... 69
4.3 Peran Soksi di Dalam Sekber Golkar ... 75
4.4 Posisi Soksi di Dalam Sekber Golkar ... 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR BAGAN DAN TABEL
Bagan 2.1 Proses Pembentukan Organisasi ... 11
Irpa Harsaksila, 2015
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Soehardiman ... 50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini merupakan uraian mengenai metode dan teknik penelitian yang
digunakan oleh peneliti untuk mengkaji permasalahan dengan skripsi yang
berjudul “Sepak Terjang Soksi (Sentral Organisasi Karyawan Swadiri
Indonesia) di Dalam Sekber Golkar (Sekretariat Bersama Golongan Karya)
tahun 1960-1965”. Peneliti mencoba memaparkan berbagai langkah maupun
prosedur yang digunakan dalam mencari, mengolah, menganalisis sumber dan
proses penyusunannya menjadi sebuah skripsi. Adapun pada skripsi ini,
peneliti menggunakan metode historis atau metode sejarah dengan
menggunakan studi literatur, studi dokumentasi, dan wawancara sebagai
teknik penelitiannya.
Peneliti mencoba menguraikan langkah-langkah penelitian dengan
menggunakan metode sejarah meliputi proses heuristik, kritik eksternal dan
internal, interpretasi, serta historiografi. Metode sejarah digunakan untuk
menemukan fakta-fakta sejarah yang kemudian diinterpretasi untuk disusun
kedalam sebuah historiografi sejarah. Proses penelitian ini dilakukan untuk
menyusun sebuah skripsi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
dan relevan dengan bidang studi peneliti yaitu pendidikan sejarah. Peneliti
menguraikan proses tersebut dalam bab ini yang terdiri dari tiga sub-bab
utama yaitu metode dan teknik penelitian, persiapan penelitian, dan
pelaksanaan penelitian.
3.1.Metode dan Teknik Penelitian 3.1.1Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah,
yaitu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan
masa lampau. Metode historis adalah suatu prosedur, proses, atau teknik yang
sistematis dalam penyelidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan
(bahan-bahan) yang diteliti. Sjamsuddin menguraikan pula bahwa metode dan
metodologi merupakan dua fase kegiatan yang berbeda untuk tugas yang
26
Irpa Harsaksila, 2015
“bagaimana mengetahui sejarah” sedangkan metodologi adalah “mengetahui bagaimana mengetahui sejarah” (Sjamsuddin, 2007: 13-14).
Metode penelitian sejarah adalah seperangkat aturan-aturan dan prinsip
yang sistematis untuk mengumpulkan sumber secara efektif, menilainya
secara kritis dan menguji sintesis dari hasil-hasil yang dipakai dalam bentuk
tertulis. Definisi metode sejarah tersebut diuraikan oleh Gottschalk (1985)
dalam bukunya yang berjudul “Mengerti Sejarah” sebagai berikut :
”Metode historis adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau dan menuliskan hasilnya
berdasarkan fakta yang telah diperoleh yang disebut historiografi”
(Gottschalk, 1985: 32).
Studi historis (Historical Studies) meneliti peristiwa
peristiwa-peristiwa yang telah lalu. Peristiwa-peristiwa-peristiwa sejarah direka ulang dengan
menggunakan sumber data primer berupa kesaksian dari pelaku sejarah yang
masih ada, kesaksian tidak sengaja yang tidak dimaksudkan untuk disimpan,
sebagai catatan atau rekaman, seperti peninggalan-peninggalan sejarah, dan
kesaksian sengaja berupa catatan dan dokumen-dokumen (Sukmadinata,2005:
63).
Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan di atas dapat
diperoleh gambaran bahwa yang dimaksud dengan metode historis atau
sejarah adalah suatu prosedur atau langkah kerja yang digunakan untuk
melakukan penelitian terhadap sumber atau peninggalan masa lampau yang
dianalisis secara kritis dan sistematis. Metode historis ini sangat sesuai dengan
kajian yang dilakukan oleh peneliti, peneliti berusaha mencari data dan fakta
sejarah yang berhubungan dengan permasalahan mengenai judul penelitian.
Metode sejarah memiliki beberapa tahapan proses penelitian, meski
terdapat beberapa perbedaan penamaan yang dijelaskan dalam berbagai
sumber rujukan namun tetap mengacu pada tahapan yang sama. Gottschalk
(1985) menguraikan terdapat empat langkah kegiatan dalam sebuah prosedur
penelitian sejarah yang saling berkaitan satu sama lainnya. Keempat langkah
tersebut yaitu Heuristik (pencarian atau penemuan sumber), kritik sumber,
interpretasi (penafsiran), serta tahapan terakhir adalah penyajian dalam bentuk
27
Terdapat enam tahap yang harus ditempuh dalam penelitian sejarah
(Woodgray, 1956: 9 dalam Sjamsuddin, 2007: 89) sebagai berikut :
1. Memilih topik yang sesuai.
2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik.
3. Membuat catatan tentang evidensi apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung. 4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik
sumber).
5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang benar dan berarti yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya.
6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin.
Berdasarkan beberapa pendapat mengenai tahapan dalam penelitian
sejarah, peneliti memperoleh gambaran bahwa pada dasarnya terdapat
kesamaan pendapat dalam menguraikan tahapan penelitian sejarah.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian sejarah pada umumnya terdiri dari
pengumpulan sumber, analisis sumber, interpretasi fakta, dan menyusunnya
kedalam sebuah historiografi. Peneliti melakukan tahapan tersebut dalam
sebuah proses yang berurutan dan saling berkaitan sehingga dihasilkan sebuah
penelitian ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian melakukan
heuristik (pengumpulan sumber) berkaitan dengan organisasi SOKSI dan
Sekber Golkar beserta peranannya, kritik sumber yang relevan dan reliabel,
interpretasi terhadap sumber sejarah yang ditemukan disertai dengan analisis
yang didasarkan pada sumber literatur dan teori yang digunakan, serta
menyusunnya kedalam sebuah karya ilmiah dengan proses historiografi.
3.1.2. Teknik Penelitian
Teknik penelitian merupakan cara-cara yang di gunakan dalam upaya
mengumpulkan data dan informasi mengenai penulisan skripsi ini. Dalam
penelitian mengenai gerakan organisasi SOKSI dan Sekber Golkar, peneliti
menggunakan beberapa teknik penelitian yaitu studi kepustakaan (studi
28
Irpa Harsaksila, 2015
penelitian yang digunakan oleh peneliti secara lebih lengkapnya dipaparkan
dalam uraian berikut ini:
1). Studi Kepustakaan (Studi Literatur)
Di dalam studi kepustakaan akan diperoleh data yang bersifat primer
dan sekunder. Penulis melakukan studi kepustakaan dengan mengumpulkan
sumber dari buku-buku, arsip tertulis, surat kabar, serta sumber-sumber
internet khususnya yang peneliti temukan dari situs resmi Www. Soksi.or.id.
Sumber-sumber yang digunakan tersebut tentunya dapat dipercaya
kebenarannya setelah melalui tahap seleksi.
Dalam upaya mengumpulkan sumber literatur ini, peneliti mengadakan
kunjungan di beberapa perpustakaan, lembaga, dan beberapa tempat terkait
untuk mendapatkan informasi dan sumber literatur dibutuhkan. Setelah
sumber tersebut didapatkan kemudian penulis mempelajari, mengkaji dan
mengidentifikasikan serta memilih sumber yang relevan dan dapat digunakan
sebagai sumber dalam penulisan skripsi ini melalui tahapan kritik. Adapun
beberapa tempat yang dikunjungi adalah :
1. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
2. Kantor pusat Graha SOKSI di Jalan Kalibata Jakarta Selatan.
3. Rumah kediaman Soehardiman di Jalan Cipete Raya Jakarta Selatan.
4. Kantor Pusat Pimpinan Kesatuan Organisasi Serba Guna Gotong
Royong (Kosgoro) di Jakarta Pusat, dan Wisma Kosgoro.
5. Kantor Pusat Pimpinan Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong
(MKGR) di Jakarta Selatan.
2. Teknik Wawancara
29
Wawancara merupakan teknik penelitian yang paling sosiologis dalam
penelitian-penelitian sosial, bentuknya berasal dari komunikasi verbal antara
peneliti dan responden. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik
wawancara sebagai penggerak dan pemanfaatan informasi secara ilmiah,
artinya informasi yang diperoleh penulis benar-benar valid dengan
menafsirkan isyarat nonverbal yang diberikan responden (Champion, 2009:
308). Dalam penelitian ini wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi
mengenai permasalahan yang dikaji mengenai gerakan organisasi SOKSI.
Penulis berusaha mencari narasumber yang dianggap kompeten untuk
memberikan informasi yang diperlukan. Narasumber terdiri dari tokoh pendiri
organisasi SOKSI yaitu Soehardiman , Kosgoro yaitu Abdullah Kusrin,
dengan harapan agar nantinya informasi yang diperoleh bisa relevan.
Teknik wawancara dibagi menjadi dua jenis yaitu wawancara
terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur atau berencana yang
terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun
sebelumnya. Sementara wawancara tidak berstruktur atau tidak berencana
adalah wawancara yang tidak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari
suatu daftar pertanyaan dengan suasana kata-kata dan tata urut yang harus
dipatuhi peneliti (Koentjaraningrat, 1993:138-139). Adapun dalam
pelaksanaan wawancara ini peneliti menggunakan teknik wawancara struktur
dan terencana,yang terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah
direncanakan dan disusun sebelumnya.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik penelitian yang dilakukan
terhadap sumber-sumber yang terdokumentasikan berupa rekaman baik
gambar, maupun tulisan. Sartono Kartodirdjo (1993: 65) mengemukakan
bahwa bahan dokumen sangat berguna dalam membantu penelitian ilmiah
untuk memperoleh pengetahuan yang dekat dengan gejala yang dipelajari,
dengan memberikan pengertian menyusun persoalan yang tepat, mempertajam
perasaan untuk meneliti, membuat analisa yang lebih subur, pendeknya
30
Irpa Harsaksila, 2015
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan studi dokumentasi dengan
mencari berbagai rekaman mengenai organisasi SOKSI, berupa foto foto
kegiatan Mukernas SOKSI I, II, III, sidang Paripurna Depinas SOKSI dan
yang lainnya yang berhasil di dokumentasikan. Dokumentasi yang di dapatkan
memiliki arti penting dalam penelitian ini, dengan adanya dokumentasi dan
bukti fisik mengenai organisasi SOKSI ini menjadikan penulis merasa yakin
dalam melakukan penelitian.
3.2.Persiapan Penelitian
Tahap persiapan penelitian ini merupakan langkah awal yang
menentukan bagi keberhasilan peneliti pada tahap selanjutnya.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu penentuan tema penelitian,
menyusun rancangan penelitian dan melaksanakan ujian proposal skripsi,
mengurus perizinan, menyiapkan perlengkapan penelitian, dan proses
bimbingan.
3.2.1. Penentuan Tema Penelitian
Pada tahap ini, langkah awal yang di lakukan adalah menentukan tema
penelitian. Sebagaimana Kuntowijoyo (2003:91) berpendapat bahwa
“Pemilihan topik sebaiknya dipilih berdasarkan kedekatan emosional dan kedekatan intelektual”. Hal ini mengungkapkan bahwa suatu topik dipilih berdasarkan dua aspek yaitu karena adanya kegemaran dan keterkaitan peneliti
dengan disiplin ilmu tertentu. Sebagai seorang mahasiswa sejarah maka
peneliti sangat tertarik untuk memilih topik berkaitan dengan disiplin ilmu
sejarah yang terkait dengan unsur manusia, ruang, dan waktu tertentu.
Pada awalnya peneliti tertarik untuk mengkaji Partai Politik Golkar,
namun setelah melakukan penelitian lebih lanjut lagi, ternyata fokus kajian
Golkar ini sudah ada yang menulis dalam bentuk skripsi, dan akhirnya penulis
berfikir bahwa menurut literatur yang dibaca, ternyata yang melahirkan Golkar
ini adalah SOKSI, Golkar ini lahir dari sebuah organisasi massa yaitu SOKSI,
tentunya dengan segala dinamika permasalahan yang ketika itu lahir di zaman
Orde Lama, lalu kemudian berkembang pesat di Orde Baru. Sehingga
pertanyaan awal tentang SOKSI yang muncul di benak penulis ketika itu
31
sehingga dapat sedemikian berhasil di dirikan pada tahun1960-an, apakah
tidak ada hambatan dalam pelaksanaannya. Dari ide awal tersebut kemudian
penulis mencari dan membaca berbagai sumber literatur lainya mengenai topik
tersebut.
Peneliti meyakinkan kembali tema tersebut dengan
mengkonsultasikannya kepada beberapa dosen dan tim TPPS Sejarah, dari
hasil konsultasi tersebut beberapa kali penulis mendapatkan berbagai saran
serta masukan agar penulis menjadi lebih baik lagi. Penulis akhirnya
mendaftar untuk seminar proposal skripsi dengan mengajukan judul awal yaitu
“Peranan Soksi di dalam Sekber Golkar Tahun 1960-1964”. Namun karena
judul tersebut kurang menarik, maka di ubah menjadi “Sepak Terjang Soksi di
dalam Sekber Golkar Tahun 1960-1965”. Tema penelitian yang telah di
peroleh kemudian diajukan kepada dosen TPPS (Tim Pertimbangan Penulisan
Skripsi) Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung. Langkah
selanjutnya setelah judul tersebut disetujui oleh TPPS, peneliti mulai
menyusun suatu rancangan penelitian yang dituangkan ke dalam bentuk
proposal skripsi. Pengajuan judul skripsi tersebut di lakukan pada bulan
Februari 2014, yang kemudian ditindak lanjuti dengan penyusunan proposal
penelitian.
3.2.2. Penyusunan Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian merupakan langkah awal yang harus dilakukan
sebelum melakukan penelitian. Rancangan penelitian ini dapat di jadikan
sebuah acuan dalam penyusunan skripsi. Rancangan ini berupa proposal
skripsi yang diajukan kepada TPPS untuk di presentasikan dalam seminar
proposal skripsi. Penulis akhirnya dapat melaksanakan seminar proposal
skripsi pada tanggal 5 Februari 2014 di Laboratorium Departemen Pendidikan
Sejarah Lantai IV Gedung FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Pada dasarnya proposal tersebut memuat sebagai berikut:
1. Judul Penelitian
2. Latar Belakang Masalah, yang merupakan pemaparan mengenai
deskripsi masalah yang akan dibahas
3. Rumusan dan pembatasan masalah
32
Irpa Harsaksila, 2015
5. Manfaat Penelitian
6. Metode dan Teknik Penelitian
7. Tinjauan Pustaka
8. Struktur Organisasi Skripsi
9. Daftar pustaka
Pada tahap ini peneliti terlebih dahulu melakukan studi literatur, yakni
meneliti dan mempelajari buku, arsip serta dokumen-dokumen yang relevan
dengan judul penelitian. Pada tahap ini peneliti mencari bahan pustaka sebagai
sumber data awal, di karenakan bahwa sumber tertulis merupakan sesuatu
yang umum digunakan sebagai bahan kajian sejarah, seperti buku, arsip,
artikel, surat kabar, dan majalah. Setelah melakukan studi literatur kemudian
menyusun sebuah rancangan atau usulan penelitian kedalam sebuah bentuk
proposal skripsi. Proposal tersebut disetujui dan dipertimbangkan dalam
seminar pra-rancangan penelitian/penulisan skripsi/karya ilmiah melalui surat
keputusan yang dikeluarkan TPPS dengan No 04/TPPS/JPS/SEM/2014. Serta
penunjukan calon pembimbing I yaitu H. Didin Saripudin Ph.D dan
pembimbing II yaitu Moch. Eryk Kamsori S.Pd.
3.2.3 Mengurus Perizinan
Pada tahap ini, peneliti mulai memilih lembaga/instansi yang dapat
memberikan data dan fakta terhadap penelitian yang dilakukan. Pengurusan
surat perizinan di lakukan di Departemen Pendidikan Sejarah yang kemudian
di serahkan kepada bagian akademik FPIPS untuk memperoleh ijin dari dekan
FPIPS. Tujuan dari tahapan ini yaitu pertama, untuk mempermudah dan
memperlancar penelitian yang akan di lakukan. Kedua, untuk mendapatkan
sumber-sumber yang di perlukan dalam penyusunan skripsi ini. Adapun
surat-surat perijinan penelitian tersebut ditujukan kepada instansi-instansi atau
lembaga-lembaga sebagai berikut:
1. Perpustakaan Daerah Kota Bandung
2. Kantor pengurus SOKSI di Jalan Raya Pasar Minggu no 36 Kalibata
Jakarta Selatan
3. Kantor Pengurus Kosgoro Jakarta Selatan
4. Kantor Pengurus MKGR Jakarta Pusat
33
Untuk tahap ini peneliti melakukan proses mencari, menemukan, dan
mengumpulkan data-data dan mengumpulkan beberapa referensi yang
berhubungan dengan fokus kajian. Selain proses tersebut, peneliti juga
mencari sumber-sumber primer, dengan cara melakukan wawancara dengan
beberapa tokoh yang terkait.
3.2.4. Mempersiapkan Perlengkapan Penelitian
Sebelum melaksanakan kegiatan penelitian langsung ke lapangan,
peneliti mempersiapkan beberapa hal yang diperlukan dalam menyediakan
perlengkapan yang akan dibutuhkan dalam penelitian. Hal pertama yang
dilakukan adalah membuat surat perijinan penelitian guna memperlancar
penelitian yang akan dilakukan. Selain itu juga mempersiapkan perlengkapan
yang di butuhkan dalam penelitian diantaranya sebagai berikut:
1. Surat izin penelitian dari dekan FPIPS
2. Instrumen wawancara
3. Proposal Penelitian
4. Alat Rekam
5. Alat Tulis
6. Kamera foto
Perlengkapan tersebut di gunakan untuk menunjang kelancaran
pelaksanaan penelitian. Peneliti tidak menemukan kesulitan cukup berarti
dalam mempersiapkan perlengkapan penelitian karena sarana yang ada cukup
menunjang.
3.2.5. Proses Bimbingan
Konsultasi atau proses bimbingan dalam penulisan skripsi di
laksanakan dengan dua orang pembimbing yang memiliki kompetensi sesuai
dengan tema permasalahan yang penulis kaji. Berdasarkan surat penunjukan
pembimbing skripsi yang telah di keluarkan oleh Tim Pertimbangan Penulisan
34
Irpa Harsaksila, 2015
H. Didin Saripudin M.Si, Ph. D sebagai pembimbing I, dan pembimbing II
yaitu Moch Eryk Kamsori S.Pd.
Proses bimbingan merupakan kegiatan yang harus selalu di lakukan
oleh peneliti selama penyusunan skripsi. Proses bimbingan ini dapat
membantu dalam menentukan langkah yang tepat dari setiap kegiatan
penelitian yang di lakukan. Proses bimbingan juga merupakan kegiatan yang
berguna untuk berkonsultasi dan berdiskusi mengenai berbagai masalah yang
dihadapi dalam penyusunan skripsi. Selama proses penyusunan skripsi peneliti
melakukan proses bimbingan dengan pembimbing I dan pembimbing II sesuai
dengan waktu dan teknik bimbingan yang telah disepakati bersama sehingga
bimbingan dapat berjalan lancar dan di harapkan penyusunan skripsi dapat
memberikan hasil sesuai dengan ketentuan.
3.3 Pelaksanaan Penelitian
Setelah persiapan penelitian selesai, maka tahapan di lanjutkan pada
pelaksanaan penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian terdapat beberapa
kegiatan yaitu heuristik, kritik, dan interpretasi. Kegiatan-kegiatan ini
memiliki peranan penting yang menentukan terhadap hasil penyajian
penulisan dalam bentuk sebuah penulisan, adapun kegiatan yang di lakukan
dalam tahap-tahap tersebut akan di uraikan di bawah ini.
3.3.1. Pengumpulan Sumber Heuristik
Heuristik merupakan tahap awal dalam penelitian sejarah, yaitu proses penelusuran, pencarian, dan pengumpulan sumber-sumber sejarah yang relevan dengan permasalahan penelitian. Menurut Sjamsuddin (2007:95) yang dimaksud dengan sumber sejarah adalah segala sesuatu yang langsung atau tidak langsung menceritakan kepada kita tentang sesuatu kenyataan atau kegiatan manusia pada masa lalu. Sumber-sumber sejarah merupakan bahan-bahan mentah sejarah yang mencakup segala macam evidensi (bukti) yang telah ditinggalkan oleh manusia yang menunjukkan segala aktivitas mereka di masa lalu yang berupa kata-kata yang tertulis atau kata-kata yang diucapkan secara lisan.
Heuristik merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menemukan serta
mengumpulkan jejak-jejak dari peristiwa sejarah. Pada tahap ini peneliti
35
sumber tertulis maupun sumber lisan. Sumber tertulis di perlukan dalam
penelitiansebagai rujukan, sedangkan sumber lisan di gunakan apabila sumber
tertulis mengenai permasalahan yang di kaji dirasa masih kurang. Selanjutnya
mencari beberapa narasumber terkait dan sejaman dengan judul penelitian
untuk di wawancarai sebagai sumber lisan. Peneliti memfokuskan pada
pencarian sumber tertulis dan sumber lisan untuk di gunakan dalam menjawab
permasalahan yang dibahas.
Pada tahap heuristik ini peneliti mencari literatur-literatur kepustakaan
yaitu buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang di teliti.
Sumber-sumber yang di peroleh dengan riset kepustakaan sebagai pembanding,
pelengkap, dan penganalisa guna memperdalam permasalahan yang di bahas.
Pada tahap ini peneliti melakukan proses mencari, menemukan, dan
mengumpulkan data-data mengenai tentang Sepak Terjang Soksi di dalam
Sekber Golkar tahun 1960-1965. Selain proses tersebut, peneliti juga mencari
sumber-sumber primer, dengan cara melakukan wawancara dengan beberapa
pihak terkait.
3.3.1.1 Pengumpulan Sumber Tertulis
Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah mencari dan
mengumpulkan berbagai macam sumber tertulis berhubungan dengan tema
yang di kaji berupa sumber primer, sekunder, dan tersier. Jenis-jenis sumber
sejarah yang digunakan peneliti antara lain seperti buku, arsip dan
dokumen-dokumen. Proses pencarian sumber sumber tertulis tersebut ialah dengan
mengunjungi tempat tempat berikut:
1. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia, di perpustakaan ini
penulis menemukan banyak buku, diantaranya adalah yang berkaitan
dengan konsep organisasi, dan organisasi masyarakat, yaitu buku Ormas
dan Politik (1970), karangan Arbit Sanit, Dasar Hukum dan Pembubaran
Ormas, karangan Nia Kania Winanyanti, buku Dasar Dasar Ilmu
Organisasi (2003) karangan Wursanto, kumpulan Undang Undang Dasar
1945, buku yang berjudul Hukum dan Masyarakat karangan Rahardjo,
36
Irpa Harsaksila, 2015
skripsi yang berjudul Perkembangan Organisasi Golongan Karya, Suatu
Kajian Historis tahun 1964-1997, yang ditulis oleh Rohulloh Ali
Khamaeni, skripsi berjudul Seragam Hitam dan Beringin: Keterlibatan
Jawara dalam Politik Golkar di Banten tahun 1971-1997 yang ditulis
oleh Nunung Nurjannah, kemudian judul skripsi tentang Dinamika
Partai Politik Golongan Karya tahun 1998-2004 yang di tulis oleh Andri,
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Toko buku, peneliti kemudian melengkapi sumber sumber tersebut
dengan mencari literatur tambahan di toko buku seperti Gramedia, Toga
mas, dan Palasari yang berada di daerah Kota Bandung. Peneliti
menemukan buku buku yang relevan dari toko toko tersebut diantaranya
adalah buku Kupersembahkan Kepada Pengadilan Sejarah Otobiografi
Soehardiman (1993) karangan Ade Komarudin, Golkar Sejarah yang
Hilang Akar Pemikiran dan Dinamika (2013) karangan David Reev,
Sistem Politik Indonesia (2012) karangan Arbit Sanit, Golkar dan
Militer Studi tentang Budaya Politik dan Pembangunan (1992) karangan
Suryadinata, buku Birokrasi Pemerintahan Orde Baru Perspektif
Kultural dan Struktural karangan Santoso, Buku Peran Historis Kosgoro
karangan Ramadhan KH, Buku Sejarah Lahirnya Sekber Golkar
karangan Imam Pratignyo, buku Golkar Baru dalam Fakta dan Opini
karangan Patmono SK.
3. Peneliti berkunjung dan bersilaturahmi ke rumah kediaman Ade
Komarudin di daerah Kecamatan Campaka Kabupaten Purwakarta,
penulis mendapat sumber beberapa referensi diantaranya adalah Soksi
National Building Revitalization Bunga Rampai Materi P2KB, Materi
Materi Rapat Kerja Nasional I SOKSI, Petunjuk Pelaksanaan dan
Peraturan Organisasi SOKSI, Hasil Keputusan Rapat Pimpinan Nasional
I SOKSI, Hasil Musyawarah Nasional IX SOKSI.
Selain dari yang dikunjungi di beberapa tempat, penulis juga
meminjam buku dari beberapa teman, penulis juga mempunyai beberapa
koleksi buku pribadi. Sumber tertulis yang telah terkumpul kemudian dibaca,
37
penelitian. Peneliti melakukan pencatatan terhadap berbagai temuan sumber
baik daftar pustaka, tema-tema penting, maupun konsep-konsep yang terdapat
dalam sumber tersebut. Hal itu dilakukan oleh peneliti agar lebih mudah dalam
proses penulisan sejarah, peneliti menggunakan sumber-sumber tersebut
sebagai bahan rujukan dan sumber informasi utama dalam menulis fakta-fakta
sejarah. Dengan demikian penulisan karya ilmiah ini dapat di lakukan sesuai
dengan prosedur penulisan yang layak.
3.3.1.2.Pengumpulan Sumber Lisan
Selain mendapatkan sumber-sumber tertulis, selanjutnya mencari
informasi langsung kepada tokoh-tokoh terkait yang berhubungan dengan
judul penelitian untuk di wawancarai sebagai sumber lisan. Peneliti
mengumpulkan data berupa sumber lisan yang di dapat melalui teknik
wawancara, melalui penggunaan teknik wawancara tersebut peneliti
mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan untuk penulisan skripsi
narasumber. Narasumber di pilih dengan pertimbangan bahwa mereka
benar-benar mengalami dan mengetahui terjadinya permasalahan pada masa lampau
sesuai dengan kajian peneliti.
Teknik wawancara ini berkaitan erat dengan penggunaan sejarah lisan
(Oral History), seperti yang di ungkapkan oleh Widja (1989: 3) bahwa
“Sejarah lisan (Oral History) dalam penyusunan ceritera sejarahnya terutama bertumpu pada sumber-sumber lisan (informasi lisan)”. Sejarah lisan
merupakan kesaksian yang diberikan oleh “aktor sejarah” atau mungkin juga
saksi yang mempunyai firsthand knowledge tentang peristiwa yang
dikisahkannya. Kuntowijoyo (2003: 28-30) mengemukakan bahwa:
38
Irpa Harsaksila, 2015
Peneliti mewawancarai tokoh pengurus besar organisasi SOKSI, dan
KOSGORO, yang kompeten dan mengalami langsung sebagai pelaku sejarah.
Namun dalam hal ini peneliti tidak berhasil menemui dan mewawancarai dari
pihak MKGR karena tidak adanya pelaku/tokoh di tahun 1960-an. Berikut
daftar nama dan biodata singkat responden yang diwawancara oleh peneliti
adalah sebagai berikut:
1. Soehardiman sebagai pendiri dari SOKSI
2. Pengurus Kosgoro tahun 1964, Abdullah Kursin
Teknik pengumpulan data di lakukan dengan wawancara. Menurut
Kuntowijoyo (2003:74) teknik wawancara merupakan suatu cara untuk
mendapatkan informasi secara lisan dari narasumber. Kuntowijoyo juga
membagi teknik wawancara ini menjadi dua bagian (2003:138) yaitu
wawancara berencana yang terdiri atas suatu daftar pertanyaan yang telah
direncanakan dan di susun sebelumnya. Sedangkan wawancara tak berencana
adalah wawancara yang tidak memiliki persiapan seperti daftar pertanyaan
yang harus di patuhi oleh pewawancara.
Dalam melakukan wawancara, penulis menggabungkan kedua tipe
tersebut, dengan tujuan agar wawancara dapat di lakukan secara fokus, namun
juga narasumber diharapkan dapat secara bebas untuk mengungkapkan segala
sesuatu yang di ketahuinya. Oleh karena itu sebelum melakukan wawancara
penulis tetap menyiapkan daftar pertanyaan wawancara yang akan diajukan
kepada narasumber supaya wawancara dapat terlaksana dan terarah. Akan
tetapi penulis juga mencoba untuk tidak bertanya dengan gaya bahasa yang
terlalu formal kepada daftar pertanyaan agar wawancara tidak berlangsung
secara kaku dan narasumber pun tidak merasa canggung untuk menyampaikan
informasi yang diketahui.
3.4 Kritik Sumber
Setelah peneliti memperoleh sumber-sumber baik sumber lisan
maupun tulisan, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah kritik terhadap
sumber-sumber tersebut. Kritik sumber merupakan suatu tahapan dimana data
39
keobjektifannya secara eksternal maupun internal. Kejelasan dan keamanan
sumber-sumber tersebut dapat di peroleh melalui lima pertanyaan. Adapun
lima pertanyaan tersebut antara lain:
a. Siapa yang mengatakan itu?
b. Apakah dengan satu atau cara lain kesaksian itu telah diubah? c. Apakah sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan
kesaksiannya?
d. Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata yang kompeten, apakah ia mengetahui fakta itu?
e. Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya dan memberikan kepada kita fakta yang diketahui itu? (Sjamsuddin, 2007:104-105).
Peneliti melakukan kritik sumber dengan cara memilih dan menyaring
dari sumber yang telah diperoleh. Hal ini di lakukan karena tidak semua
sumber terkumpul merupakan data dan fakta sesuai kebutuhan penulisan
skripsi. Kritik sumber merupakan suatu proses penting dalam penulisan
sejarah agar menjadi sebuah karya ilmiah sehingga dapat dipertanggung
jawabkan. Apalagi karya ilmiah penulisan sejarah karena peristiwa terjadi
pada masa lampau.
Kritik sumber bagi sejarawan erat kaitannya dengan tujuan sejarawan
itu dalam rangka mencari kebenaran (Sjamsuddin, 2007:118). Kritik sumber
terbagi dalam dua bagian yaitu kritik eksternal dan internal. Tahapan kritik
sangat penting dilakukan karena menyangkut verifikasi sumber, untuk diuji
tentang kebenaran dan ketepatan sumber-sumber yang akan digunakan.
Dengan demikian dapat di bedakan yang benar dan tidak benar, serta yang
mungkin dan yang meragukan. Hal ini juga di dasarkan atas penemuan dan
penyelidikan bahwa arti sebenarnya kesaksian itu harus dipahami, sehingga
sumber yang di peroleh memiliki kredibilitas yang tinggi. Adapun kritik yang
di lakukan dalam penyusunan skripsi ini untuk lebih jelasnya sebagai berikut:
3.4.1. Kritik Ekternal
Kritik eksternal ialah suatu penelitian atas asal-usul dari sumber, suatu
40
Irpa Harsaksila, 2015
semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu
waktu sejak asal mulanya sumber itu telah di ubah oleh orang-orang tertentu
atau tidak (Sjamsuddin, 2007:105). Sumber kritik eksternal harus
menerangkan fakta dan kesaksian bahwa, Kesaksian itu benar-benar di berikan
oleh orang itu atau pada waktu itu (authenticity atau otensitas). Kesaksian
yang telah di berikan itu telah bertahan tanpa ada perubahan, atau penambahan
dan penghilangan fakta-fakta yang substansial.
Kritik eksternal di lakukan guna menilai kelayakan sumber tersebut
sebelum mengkaji isi sumber. Peneliti melakukan kritik eksternal dengan cara
melakukan penelusuran dan pengumpulan informasi mengenai penulis sumber
sebagai salah satu cara untuk melihat karya-karya atau tulisan lain yang
dihasilkannya. Hal tersebut di lakukan, sebagaimana di katakan Sjamsuddin
(1996:106) bahwa “mengidentifikasi penulis adalah langkah pertama dalam menegakkan otensitas”. Untuk meminimalisir subjektivitas dari keterangan
narasumber maka kritik sumber sangat di butuhkan sehingga fakta-fakta
historis akan tampak lebih jelas baik dari sumber tertulis dan sumber lisan
Dalam kritik eksternal penulis melakukan perlakuan yang berbeda
terhadap jenis sumber yang penulis temukan. Penulis menggunakan beberapa
sumber dalam penelitian ini, yaitu berupa buku otobiografi mengenai
kehidupan dan peran Soehardiman sebagai pendiri SOKSI yang di tulis oleh
Ade Komarudin. Selain itu penulis juga menggunakan buku catatan petunjuk
atau laporan pelaksanaan dan peraturan organisasi SOKSI. Catatan ini
disiapkan untuk memuat segala sesuatu yang telah direncanakan maupun di
laksanakan selama Soehardiman mendirikan SOKSI yang pada akhirnya
melahirkan Sekber Golkar, dan bagaimana SOKSI ini berjalan dibawah
kepemimpinan Soehardiman. Buku lain yang memiliki pembahasan yang bisa
membantu penulis adalah buku peran Historis Kosgoro, karena Kosgoro ini
adalah selain dari MKGR salah satu cikal bakal dari kelahiran Sekber Golkar.
Penulis juga memakai buku buku lainya yang berkaitan dengan Sekber Golkar
Selain dari buku, penulis juga menggunakan arsip berupa foto foto kegiatan
SOKSI misalnya tentang hasil Musyawarah nasional (Munas) yang memiliki
41
Terlepas dari itu, peneliti juga melakukan pemilihan buku buku yang
di anggap relevan dengan permasalahan yang akan di kaji, buku buku yang di
gunakan memuat nama penulis buku, penerbit, tahun penerbit, jenis kertas
yang di gunakan, dan tempat di terbitkannya buku tersebut. Kritik eksternal
yang di lakukan oleh peneliti yaitu dengan melihat kredibilitas pengarang
tersebut, atau orang yang benar benar menguasai bidang yang ditulisnya. Salah
satu contoh kritik eksternal yang dilakukan penulis adalah terhadap buku
yang berjudul Kupersembahkan Kepada Pengadilan Sejarah. Untuk
mengkritik buku tersebut penulis melihat pengarang buku tersebut dan
memperhatikan aspek akademis serta latar belakang dari buku pengarang
tersebut. Setelah mencari tahu, ternyata pengarang buku tersebut yaitu Ade
Komarudin merupakan seorang penulis yang handal, ternyata Ade Komarudin
ini sudah menulis beberapa buku dan juga aktif menulis artikel tentang politik,
sosial, ekonomi, hukum, keagamaan, diberbagai media masa nasional.
Kemudian penulisan buku ini pun berdasarkan hasil dari interaksi dan
kerjasamanya dengan Ade Komarudin.Soehardiman yang memberikan izin
agar otobiografinya ditulis oleh Ade Komarudin. Oleh karena itu penulis
menyimpulkan bahwa sumber ini sangat relevan dan dapat di gunakan dalam
penelitian.
Selain terhadap sumber tertulis, kritik ekternal juga di lakukan
terhadap sumber lisan. Kritik yang di lakukan penulis terhadap sumber lisan
adalah dengan melihat dan memperhitungkan usia narasumber, terkait dengan
faktor kesehatan dan daya ingat, posisi dalam organisasi. Kritik ekternal yang
penulis lakukan terhadap sumber lisan di antaranya adalah Soehardiman. Di
lihat dari usianya yang sudah tua, yaitu 90 tahun serta pengabdiannya terhadap
organisasi SOKSI hingga saat ini. Ingatannyapun masih cukup kuat karena
sampai pada saat ini beliau masih cukup aktif di organisasi SOKSI sebagai
Dewan Pembina SOKSI.
Untuk menghindari subjektivitas, maka peneliti melakukan wawancara
tidak hanya dengan pendiri tokoh SOKSI yaitu Soehardiman, tetapi juga
dengan tokoh Kosgoro adalah Abdullah Kursin sebagai pengurus tahun 1964.
42
Irpa Harsaksila, 2015
tertulis maupun lisan keberadaannya tidak sama. Keduanya diharapkan dapat
saling melengkapi dan menguatkan satu sama lain sehingga penulisan karya
ilmiah ini dapat dibuat dengan seobjektif mungkin.
3.4.2. Kritik Internal
Kritik internal dilakukan terhadap aspek “dalam” yaitu isi dari sumber
atau kesaksian sejarah. Setelah fakta kesaksian ditegakkan melaui kritik
eksternal, selanjutnya di adakan evaluasi terhadap kesaksian tersebut. Melalui
kritik internal sejarawan memutuskan tentang reliabilitas kesaksian tersebut,
yakni apakah kesaksian itu dapat diandalkan atau tidak. Arti sebenarnya dari
kesaksian itu harus di pahami, karena bahasa tidak statis dan selalu berubah,
serta kata-kata mempunyai dua pengertian (arti harfiah dan arti sesungguhnya)
selain itu kredibilitas saksi juga harus di tegakkan.
Kritik internal untuk sumber tertulis di laksanakan peneliti dengan
melakukan konfirmasi dan membandingkan berbagai informasi dalam suatu
sumber dengan sumber yang lain yang membahas masalah yang serupa. Untuk
sumber lisan, peneliti melakukan perbandingan antar hasil wawancara
narasumber satu dengan narasumber yang lain (cross checking) dengan tujuan
untuk mendapatkan kecocokan dari fakta-fakta yang ada guna meminimalisasi
subjektivitas narasumber. Selain itu peneliti juga melakukan proses
perbandingan antara sumber tertulis dengan sumber lisan yang didapat oleh
peneliti.
Penulis melakukan kritik internal dengan tujuan untuk mencari nilai
pembuktian yang sebenarnya dari isi sumber sejarah. Kritik intern di lakukan
terutama untuk menentukan apakah sumber itu dapat memberikan informasi
yang dapat dipercaya atau tidak. Kritik intern ini di lakukan setelah penulis
selesai membuat kritik ekstern, setelah di ketahui otentisitas sumber, maka di
lakukan kritik intern untuk melakukan pembuktian apakah sumber-sumber
tersebut benar-benar merupakan fakta historis.
Kritik dalam ini berusaha menjawab pertanyaan bagaimana nilai
pembuktian yang sebenarnya dari sumber itu berhubungan dengan hasil yang
di peroleh. Penilaian Intrinsik sumber yaitu proses yang dimulai dengan
43
dengan kajian penelitian atau tidak agar peneliti tidak terjebak dalam
pemakaian sumber yang asal-asalan.
Selanjutnya membandingkan kesaksian-kesaksian berbagai sumber
yaitu di mana proses ini di lakukan dengan cara menjelaskan kesaksian dari
sumber yang ada sehingga mirip, mana yang sesuai dengan kajian penulis.
Kritik internal dapat di lakukan dengan membandingkan antara data yang satu
dengan data yang lainnya, yang merupakan hasil studi kepustakaan.Tujuan
dari kritik intern ini adalah untuk menetapkan kebenaran dan dapat dipercaya
isi dari sumber tersebut. Tahap ini merupakan tahap kedua dalam penulisan
sejarah yang bertujuan melakukan kritik terhadap sumber yang telah di
peroleh.Tujuan yang hendak di capai dalam tahap ini adalah untuk memilih
sumber yang relevan dengan masalah yang dikaji dan membandingkan
data-data yang di peroleh dari sumber-sumber primer maupun sekunder dan di
sesuaikan dengan tema atau judul penulisan skripsi ini.
Salah satu contohnya adalah pemilihan isi sumber yang ditemukan
peneliti dalam dokumen sambutan menteri Panglima Angkatan Darat pada
pembukaan Musyawarah Nasional SOKSI ke II di Lembang tanggal 25 Mei
1965. Untuk menetapkan kebenaran dan kreadibilitas dari isi sumber yang di
gunakan maka penulis melakukan pengkajian dengan membandingkan data
data yang ditemukan.
3.5. Interpretasi
Setelah mengumpulkan sumber dan melakukan kritik terhadap
sumber-sumber tersebut, langkah selanjutnya yang di lakukan adalah interpretasi atau
penafsiran sumber. Interpretasi merupakan penafsiran terhadap berbagai
informasi yang ditemukan memberikan suatu keberartian (signifikasi)
kemudian di tuangkan dalam penulisan utuh. Interpretasi juga merupakan
tahapan untuk menafsirkan fakta-fakta yang terkumpul dengan mengolah fakta
setelah di kritisi dengan merujuk beberapa referensi pendukung peristiwa yang
menjadi kajian peneliti.
Pada tahapan ini peneliti berusaha memilah dan menafsirkan setiap
fakta yang di anggap sesuai dengan bahasan dalam penelitian. Setiap
44
Irpa Harsaksila, 2015
dan di hubungkan dengan fakta lain yang diperoleh baik dari sumber tulisan
maupun sumber lisan. Hal ini di lakukan untuk mengantisipasi sebagian data
yang di peroleh tidak mengalami penyimpangan. Setelah fakta-fakta tersebut
dapat di terima dan dihubungkan dengan fakta lainnya maka rangkaian fakta
tersebut di harapkan dapat menjadi sebuah rekonstruksi yang menggambarkan
tentang organisasi SOKSI dan peranannya di dalam Sekber Golkar tahun
1960-1965.
Interpretasi di lakukan oleh peneliti sebagai usaha untuk mewujudkan
rangkaian fakta yang bersesuaian satu dengan yang lain dan menetapkan
artinya. Atau usaha untuk menetapkan makna yang saling berhubungan dari
fakta yang satu dengan fakta yang lain. Proses menyusun, merangkaikan
antara satu fakta sejarah dengan fakta sejarah yang lain, sehingga menjadi satu
kesatuan yang dapat di mengerti dan bermakna. Tujuannya agar data yang ada
mampu untuk mengungkap permasalahan yang ada sehingga di peroleh
pemecahannya.
Dalam interpretasi juga peneliti menggunakan pendekatan
interdisipliner, yaitu sebuah pendekatan dalam penelitian sejarah yang
menggunakan bantuan disiplin ilmu lain (ilmu sosial) untuk mempertajam
analisis kajian (Sjamsuddin, 2007: 189). Beberapa disiplin ilmu yang di
gunakan sebagai ilmu bantu dalam pembahasan diantaranya sosiologi dan
ilmu politik. Dari kedua ilmu tersebut, peneliti menggunakan konsep yaitu
organisasi masa.
3.6. Historiografi
Langkah terakhir dalam metode sejarah adalah historiografi, menurut
Abdurahman (2007:76) historiografi merupakan cara penulisan, pamaparan
atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah di lakukan. Dengan kata lain
historiografi merupakan penulisan hasil penelitian yang di lakukan setelah
sumber sumber sejarah selesai di analisis dan di interpretasikan.
45
pada akhirnya dapat menghasilkan suatu sintesis dalam sebuah karya tulis yang utuh dan dapat dipertanggungjawabkan (Sjamsudin,2007:156).
Historiografi merupakan langkah terakhir dari metode sejarah yang
penulis lakukan. Tahap ini merupakan langkah penulisan sejarah yang disusun
secara logis, menurut urutan kronologis dan tema yang jelas serta mudah
dimengerti yang di lengkapi dengan pengaturan bab atau bagian-bagian yang
dapat membangun urutan kronologis dan tematis. Penelitian ini berdasarkan
fakta-fakta yang semula merupakan pikiran fakta-fakta yang terpisah-pisah
antara satu dengan yang lain menjadi satu rangkaian cerita yang masuk akal
dan mendekati kebenaran. Artinya dalam suatu kegiatan penelitian yang di
mulai dengan proses heuristik, kritik, dan interpretasi tidak akan terungkap
tanpa dibuat suatu kesimpulan dalam bentuk cerita yang siap di sajikan.
Karya tersebut haruslah mengikuti syarat syarat keilmuan sehingga
dapat di katakan sebagai karya tulis yang ilmiah. Selain itu juga harus
memperhatikan penggunaan kata tata bahasa yang baku dan sesuai dengan
kaidah pedoman penulisan karya tulis ilmiah.
3.7. Laporan Penelitian
Langkah ini merupakan tahap akhir dari prosedur penelitian yang
penulis lakukan. Setelah melakukan penyusunan hasil penelitian ini dan
mendapatkan satu kesatuan tulisan sejarah yang utuh, kemudian di tuangkan
dalam suatu laporan hasil penelitian yang di susun berdasarkan sistematika
yang berlaku di Departemen Pendidikan Sejarah UPI, yaitu berbentuk skripsi.
Laporan hasil penelitian ini disusun untuk memenuhi syarat penyelesaian studi
yang harus di tempuh mahasiswa untuk mendapatkan gelar sarjana.
Sistematika laporan ini di bagi ke dalam lima bab sebagai berikut:
Bab I, Pendahuluan, dalam bab ini peneliti mengungkapkan latar
belakang masalah, mengapa memilih tema ini. Selain itu, memuat rumusan
masalah yang akan dibahas, batasan masalah yang ditulis pada bagian
selanjutnya bertujuan agar pembahasan dalam skripsi ini tidak meluas dari
yang di tetapkan. Bab ini juga memuat tujuan penulisan yang menjelaskan
tentang hal-hal yang akan di sampaikan untuk menjawab permasalahan yang
46
Irpa Harsaksila, 2015
Bab II, Tinjauan Pustaka pada bab ini berisikan tentang penjabaran
mengenai literatur dan konsep yang di gunakan dan mendukung terhadap
permasalahan yang dikaji mengenai judul penelitian.
Bab III, Metodologi Penelitian Pada bab ini di jelaskan mengenai
langkah-langkah serta teknik yang di lakukan dalam penulisan skripsi ini.
Adapun langkah-langkah tersebut adalah pertama, persiapan penelitian yang
terdiri dari pengajuan tema penelitian, penyusunan rancangan penelitian,
kemudian konsultasi dan mengurus perizinan. Kedua adalah pelaksanaan
penelitian serta melakukan kritik sumber baik internal maupun eksternal.
Ketiga yaitu penafsiran atau interpretasi dari fakta-fakta yang telah di
kumpulkan dan terakhir adalah melaporkan hasil penelitian dalam bentuk
tulisan atau yang disebut historiografi dan laporan penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini merupakan
pemaparan hasil penelitian dan pembahasan mengenai organisasi sepak terjang
SOKSI di dalam Sekber Golkar (Sekretariat Besama Golongan Karya).
Bab V Kesimpulan dan saran, dalam bab ini di kemukakan beberapa
kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan yang di ajukan serta sebagai inti
dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan menguraikan hasil-hasil
temuan penulis tentang permasalahan yang di kaji pada penulisan skripsi dan
80
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berikut ini merupakan beberapa pokok kesimpulan yang penulis rumuskan
adalah sebagai berikut:
Petama faktor pembentukan SOKSI (Sentral Organisasi Karyawan Swadiri
Indonesia) yang di latar belakangi oleh kondisi perpolitikan pada awal tahun
1960-an b1960-anyak didominasi oleh PKI (Partai Komunis Indonesia) terutama s1960-angat tidak
menguntungkan bagi struktur sosial, budaya, ekonomi, bangsa Indonesia secara
keseluruhan, sehingga melihat dari hal itu lahirlah sebuah organisasi yang mampu
mewadahi dan menghimpun melalui penguatan semangat karya dan kekaryaan
yaitu organisasi masyarakat Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia
(SOKSI). SOKSI ini pun mendapat dukungan territorial dari TNI - AD terutama
para tokoh militer melalui penempatan para perwira tinggi melalui kekaryaan.
Ketika pengembangan Soksi mendapatkan rekasi kerasdari PKI (Partai Komunis
Indonesia) yang pada akhirnya melancarkan propaganda untuk menentang segala
bentuk kegiatan yang dilakukan oleh SOKSI. Namun dalam hal ini SOKSI lebih
memilih bertahan setelah mendapatkan restu dan amanah dari Presiden Soekarno.
PKI (Partai Komunis Indonesia) berusaha menghancurkan SOKSI dengan
melakukan tuduhan terhadap sistem organisasi dengan cara mengahapus SOKSI
secara administratif dengan menyalah gunakan Penpres No 13/1964 tentang
organisasi buruh, dan untuk mengatasi masalah itu maka SOKSI mengambil
langkah konkrit dengan cara membentuk konsentrasi golongan karya buruh maka
81
Irpa Harsaksila, 2015
penandatangan piagam pernyataan dasar karyawan pada tanggal 20 Oktober 1964.
Perjuangan yang sangat tidak mudah untuk menggagas ide dasar SOKSI dari mulai
proses kelahiran dengan tidak tanpa gangguan.
Kedua di bawah kepemimpinan Soehardiman terjadi perkembangan
diantaranya adalah komposisi dan personalia yang terstruktur, serta jumlah
pengkaderan yang terjadi di tingkat desa hingga sampai ketingkat nasional,
sehingga menghasilkan kader yang professional. Hal ini dikarenakan dengan
adanya strategi pengkaderan SOKSI melalui upaya suatu pelatihan dan
pengkaderannya itu kegiatan berupa Pendidikan Politik Kader Bangsa (P2KB).
Dengan maksud tujuan untuk meningkatkan usaha pendidikan yang terarah,
terprogram, dan terstruktur dan untuk menggerakan program program organisasi di
segala bidang. Dengan pelaksanaan Pendidikan ini lah kader SOKSI ini mampu
tercapainya target kuantitatif yang dapat lebih memperkuat organisasi SOKSI dan
mampu memberikan dukungan secara maksimal kepada Sekber Golkar, dan ormas
SOKSI ini pun menunjukan bahwa pembentukan SOKSI dilakukan secara legal dan
sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia dengan adanya Anggaran Dasar
Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) sehingga asas organisasi masyarakat tidak
bertentangan dengan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945.
Ketiga proses kelahiran Sekber Golkar, tidak terlepas dari kader-kader
Trikarya (SOKSI, MKGR, dan Kosgoro) merupakan tanda kelengkapan dari
kelahirannya yang mengantarkan tumbuhnya keluarga besar Golkar mempunyai
peranan yang sangat penting, terutama ketiga organisasi masa ini didukung oleh
militer, karena dianggap mempunyai peranan yang sentral karena berkepentingan
82
Organisasi Sekber Golkar ini tumbuh kembang dengan pesat karena visi dan misi
yang dibawakan oleh Seker Golkar merupakan visi misi untuk meunju perubahan
masyarakat yang lebih maju, demikian juga dengan sistem kerja dari Sekber Golkar
ini adalah sistem gotong royong.
Keempat peran SOKSI di dalam Sekber Golkar memiliki bentuk hubungan
yang sangat historis, selain menjadi organisasi masa yang mampu melahirkan cikal
bakal Sekber Golkar di tengah tengah masyarakat Indonesia, selain itu juga di
fungsionalisasikan dalam bentuk saling mengakui saling menghargai, saling
membutukan dan saling memberikan manfaat untuk kepentingan bersama
(simbiosis mutualisme).
Kelima posisi Soksi di dalam Sekber Golkar memberikan dukungan politik,
dengan membimbing dan mengarahkan Sekber Golkar ini untuk mengepakan
sayapnya dengan memberikan perimbangan pola kegiatan yang lebih menyentuh
berbagai tuntutan perkembangan masyarakat, seluruh gerak langkah dan jaringan
organisasi masyarakat Soksi ini terhadap Sekber Golkar perlu di awasi dan di kelola
dengan baik secara professional.
5.2 Saran
Sehubungan dengan kesimpulan yang penulis paparkan diatas, maka penulis
ingin memberikan saran atau rekomendasi diantaranya adalah :
Pertama rekomendasi bagi tenaga pendidik hendaknya dapat di jadikan
sebagai sumber acuan pembelajaran bagi pengembangan materi terutama pada mata
pelajaran sejarah yang memuat dan merekonstruksikan perjuangan bangsa
83
Irpa Harsaksila, 2015
pada tahun 1960an, salah satu caranya adalah dengan mengangkat topik/tema
tentang organisasi masyarakat yang lahir pada waktu tahun 1960an.
Kedua bagi para peniliti yang ingin berniat untuk melakukan penelitian yang
lebih lanjut terhadap kajian ini, penulis menyarankan agar dapat menggunakan
penelitian yang lebih luas lagi sehingga penelitian yang didapatkan lebih lengkap
dan mendalam. Penulis dalam melakukan penelitian ini merasa masih memiliki
keterbatasan dalam hal sumber lisan yang di wawancarai. Hal ini dikarenakan
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Abdurrahman, D. (1999). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos.
Al Khatab, Ibnu U.(2009). Dari Beringin Ke Beringin:Sejarah, Kemelut, Resistensi, dan
Daya Tahan Partai Golkar. Ombak:Yogyakarta
Bahaosan, A. (1991), Analisis Kekuatan Politik Indonesia. Jakarta: LP3ES
Black, J.A dan Champion, D.J. (2009). Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: PT.
Refika Aditama.
Budiardjo, M. (2008). Dasar Dasar Ilmu Politik. Jakarta .
Effendi,B. et al (2012). Beringin Membangun Sejarah Politik Golkar. Jakarta:Grafindo.
________. (2011). Materi Rapat Kerja Nasional I SOKSI.
________. (2011).Petunjuk Pelaksanaan Dan Peraturan Organisasi SOKSI.
________. (2011). Keputusan RapatPimpinan Nasional I SOKSI.
________. (2010). Hasil Musyawarah Nasional IX SOKSI.
________.(2010). Undang Undang Dasar 1945 No 8 tahun 1985. Penerbit Rona Publishing
Gottschalk, L. (1975). Mengerti Sejarah (Terjemahan: Nugroho Notosusanto).Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Kania, N.W. (2010). Pendirian dan Pembubaran Organisasi Kemasyarakatan. Jakarta :
Penerbit Yutisia.
Kartodirdjo, S. (1992). Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Komarudin, A. (1993). Kupersembahkan Kepada Pengadilan Sejarah: Otobiografi
Soehardiman. Yayasan Bina Produktivitas
Komarudin, A. (2010). Soksi dan Nation Building Revitalization: Bunga Rampai Materi
Irpa Harsaksila, 2015
Koentjaraningrat.(1993). Metode-Metode Penelitian Masyarakat Edisi Ke-3.Jakarta:
Gramedia.
Patmono, SK. (2001). Golkar Baru dalam Fakta dan Opini-Buku I” Lembaga Studi
Demokrasi.
Pratignyo, I.(1984).Ungkapan Sejarah Lahirnya Golkar. Yayasan Bhakti.
Rahardjo, S. (1980).Hukum dan Masyarakat. Bandung: Angkasa
Ramadhan K.H. (2000). Peran Historis Kosgoro. Pustaka Sinar Harapan.
Ramadhani. (1998). “Fungsi dan Peranan Politik Soksi Tahun 1960-1983”. Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik. UI
Reev, D. (2013). Golkar, Sejarah yang Hilang Akar Pemikiran dan Dinamika. Jakarta
Komunitas Bambu.
Santoso, BP. (1993). Birokrasi Pemerintahan Orde Baru Perspektif Kultural dan Struktural.
Penerbit Raja Grafindo Persada.
Sanit, A. (2012). Sistem Politik Indonesia : Kestabilan Peta Politik, dan Pembangunan.
Jakarta: Rajawali Pers.
Suryadinata, L. (1992). Golkar dan Militer: Studi Tentang Budaya Politik. Jakarta : LP3ES
Syafi’i, I.K. (2012). Teori dan Analisis Politik. Bandung: Pustaka Reka Cipta.
Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak
Toha, M. (2005). Birokrasi Politik di Indonesia. Raja Grafindo Persada.
UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI. Bandung: UPI.
Widja, I Gede. (1991). Sejarah Lokal Suatu Perspektif dalam Pengajaran Sejarah. Bandung:
Angkasa
Penelitian Terdahulu:
Ali, K.R. (2013). Perkembangan Organisasi Golkar, Suatu Kajian Historis Tahun
1964-1997. Skripsi Sarjana UPI.
Andri, B. (2013). Dinamika Partai Politik Golongan Karya Tahun 1998-2004.Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Nurjannah, N (2010). Seragam Hitam dan Beringin: Keterlibatan Jawara dalam Politik
Golkar Tahun 1971-1997. Sarjana UPI.
Sumber Internet :
Ma’ruf, M. (2006). Golkar Menggebrak lewat soksi. Tersedia ttp://www. tokohindonesia.
com/biografi/article/285-ensiklopedi/366-soksi-pencetak-kader-bangsa.[02 Oktober
2014].
Kantor berita politik, (2012). Tersedia:
www.rmol.co/read/Suhardiman,-Man-of-Vision-and-Action- .[02 Oktober 2014].
Bangun, Yunia Salsalina. Tersedia:
http://digilib.unimed.ac.id/jurusan-ppkn-peran-soksi-
sebagai-kelompok-kepentingan-dalam-melaksanakan-sosialisasi-politik-studi-kasus-di-kantor-depidar-ii-soksi-medan-30973.htm.[ 02 Februari 2015.]
Tumakaka, (1996) “Membangun Sistem Masyarakat Pancasila, Mengamati Kisah Kelahiran
Golkar”. Jakarta: Yayasan Piranti Ilmu. Tersedia: http ://www. kompas.
com/9611/03SENI/Men.htm. Kompas Online edisi Minggu, 3 November 1996. [28
Irpa Harsaksila, 2015
________.(Wawancara Soehardiman)” Tidak Ada Rekayasa Bung Karno di Angkat Menjadi
Presiden Seumur Hidup”. Kompas Online Edisi 18/02-2/Juli/1997 [01 Desember
2014].
Sumber lisan:
No Nama Responden Usia Tanggal
wawancara
Status / jabatan Alamat
1 Soehardiman 90 Tahun 20 September
2014.
Dewan Pembina
SOKSI/Pendiri
Kalibata
Jakarta
2
3.
Ade Komarudin
Abdulah Kursin
49 Tahun 20 Agustus
2014.
15 Januari
2015
Ketua umum Dewan
Pimpinan
Nasional/(Depinas
)SOKSI
Anggota Pengurus
Kosgoro 1964
Kecamatan
Campaka
Purwakarta