• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MOTIVASI KERJA, KOMPETENSI DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT JIWASRAYA PERSERO DI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MOTIVASI KERJA, KOMPETENSI DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT JIWASRAYA PERSERO DI SURABAYA."

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MOTIVASI, KOMPETENSI DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN

PT. ASURANSI JIWA SRAYA, Tbk DI SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan Oleh : DWI PRASETYO 0612010103/ FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

(2)

DAFTAR ISI

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian terdahulu... 10

(3)

2.2.4. Komitmen Organisasi... 29

2.2.8. Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Karyawan 40

2.3. kerangka konseptual... 42

2.4. Hipotesis... 42

(4)
(5)

DAFTAR GAMBAR

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data Evaluasi Produksi Premi... 6

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 41

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja... 70

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 71

Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 71

Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Motivasi Kerja (X1)... 72

Tabel 4.6. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Kompetensi (X2)... 74

Tabel 4.7. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Komitmen Organisasi (X3)... 76

Tabel 4.8. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Kinerja (Y)... 78

Tabel 4.9. Hasil Pengujian Normalitas... 80

Tabel 4.10. Hasil Pengujian Outllier Multivariate... 81

Tabel 4.11. Faktor Loading dan Konstrux dengan confirmatory Factor Analysis... 83

Tabel 4.12. Pengujian Reliability Consistency Internal... 84

Tabel 4.13 Construct Reliability & Variance External... 85

(7)

Tabel 4.15. Hasil Pengujian Hipotesis... 88 DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Rekapitulasi Jawaban Responden Lampiran 3. Data Uji Reliabilitas

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi dengan judul “PENGARUH MOTIVASI KERJA, KOMPETENSI DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. ASURANSI JIWASRAYA, PERSERO DI SURABAYA” dapat terselesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dimaksidkan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Manajemen pada Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Drs. Ec. Supriyono. Se. MM selaku Dosen Pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril. Spiritual maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs, Dhani Ichsanudin Nur, SE, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Muhadjir Anwar Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(9)

4. Keluarga penulis (Alm) Bapak, Ibu serta adik terima kasih atas dan dukungan, bantuan dan doanya.

5. Seseorang yang penulis sayangi, yang selalu memberikan semangat, bantuan dan masukan-masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Semua teman-temanku angkatan 2006 dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

7. Buat sahabat-sahabatku terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

Semoga Allah Swt melimpahkan rahmat serta karuniaNya atas jasa-jasa yang telah diberikan kepada penulis baik secara moril maupun materiil.

Penulis menyadari bahwa di dalam skripsi ini akan ditemukan banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis pada khususnya.

(10)

PENGARUH MOTIVASI KERJA, KOMPETENSI DAN KOMITMEN

ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT JIWASRAYA PERSERO

DI SURABAYA

Dwy Prasetyo

Sumber daya manusia dalam perusahaan memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting bagi tercapainya tujuan perusahaan. Sumber daya manusia di sini mencakup keseluruhan manusia yang ada dalam organisasi yaitu mereka yang terlibat dalam kegiatan operasional perusahaan mulai dari level yang paling bawah sampai level yang paling atas (top management), meskipun berbeda level, seluruh elemen sumber daya manusia tersebut memiliki peran yang sama terhadap tercapai tidaknya tujuan perusahaan, pengabaian terhadap salah satu bagian berakibat terhambatnya pencapaian tujuan perusahaan. Sebagaimana halnya organisasi untuk dapat bersaing dan bertahan menghadapi pesaing harus memiliki keunggulan bersaing (competitive advantage) yang bernilai (valuable) atau sekedar ada saja,dan juga harus langka (rare), serta tidak mudah ditiru (inimitable). Begitu pula dengan kompetensi sumber daya manusia harus memiliki ketiga faktor bernilai (valuable), langka (rare) dan sulit ditiru (inimitable) karena kompetensi individu sangat berkaitan dengan kompetensi organisasi dan merupakan turunan dari nilai dan care competencies organisasi. PT Jiwasraya saat ini menghadapi masalah dengan sumber daya manusia yaitu dengan menurunnya pendapatan premi pertahunnya. Hal in diduga di sebabkan oleh kurangnya faktor motivasi, kompetensi dan komitmen organisasi untuk melakukan pekerjaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh motivasi, kompetensi dan komitemn organisasi terhadap kinerja karyawan PT. JiwaSraya Di Surabaya.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer dalam bentuk kuisioner, adapun respondennya adalah sample karyawan PT JiwaSraya Persero sebanyak 120 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode Sample Random Sampling ( Random Sample Sederhana). Teknik analisis yang digunakan adalah Structural Equation Modelling (SEM).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa faktor motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja, sedangkan faktor Kompetensi berpengaruh positif terhadap kinerja. Dan faktor Komitmen Organisasi juga berpengaruh positif terhadap kinerja.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

(12)

Keadaan ini menjadikan sumber daya manusia menjadi aset yang harus ditingkatkan efisiensi dan produktifitasnya. Untuk mencapai hal tersebut, maka perusahaan harus mampu menciptakan kondisi yang dapat mendorong dan memungkinkan karyawan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan serta ketrampilan yang dimiliki secara optimal. Salah satu upaya yang dapat ditempuh oleh perusahaan untuk menciptakan kondisi tersebut adalah dengan memberikan motivasi kepada karyawannya.

Dalam menjalankan suatu perusahaan atau instansi merupakan pekerjaan kelompok (team) dan bukan merupakan pekerjaan yang dikerjakan secara individu, maka dibutuhkan adanya komitmen organisasi yang dapat menimbulkan perilaku yang positif bagi karyawan. Komitmen organisasi merupakan kekuatan yang bersifat relative dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya kedalam bagian organisasi, dengan kata lain komitmen organisasi mengisyaratkan hubungan pegawai dengan perusahaan atau instansi.

(13)

(2000) menilai kinerja karyawan berkenaan dengan hasil pekerjaan yang dicapai karyawan dalam kurun waktu tertentu yang diukur berdasarkan kuantitas maupun kualitas hasil kerja.

(14)

Oleh karena itu, manusia merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam suatu organisasi karena manusia memberikan kontribusi terbesar dibandingkan dengan faktor-faktor yang lain. Untuk mendapatkan tenaga kerja atau tenaga penjual yang cakap, maka bagian SDM dalam suatu perusahaan harus mengadakan penarikan tenaga kerja atau tenaga penjual secara selektif agar sesuai dengan job description dan job specification. Pimpinan perusahaan juga harus dapat membina, mengkoordinasikan dan mengarahkan tenaga penjual sesuai dengan tujuan perusahaan.

(15)

pelanggan menuntut perilaku tenaga penjual yang sopan dan efektif. Tuntutan ini membawa konsekuensi pada pembentukan pola perilaku yang kemudian menjadi kebiasaan. Kebiasaan yang harus dikembangkan antara lain : tepat waktu, tepat janji, tidak mengumbar janji, senantiasa berbuat lebih baik, memberi pilihan, memperlakukan pelanggan dengan baik, kontak langsugn secara ramah (O`Hara et.al, 1991:61).

Perilaku yang berorientsi pelanggan menunjukkan derajat penyedia jasa mempraktikan konsep pemasaran melalui upaya membantu pelanggan mengambil keputusan pembelian yang akan memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Makin tinggi orientsi pelanggan, penyedia jasa biasanya bekerja dalam perilaku menghantarkan pada kepuasan jangka panjang (Saxe dan Weitz dalam Howe 1994:497 dalam Sutopo, 2004). Tenaga penjual yang memiliki nilai-nilai moral akan mendorong indifidu tersebut berperilaku etis, sehingga aktivitas penjualan yang dilakukan tetap memperhatikan dan menghormati hubungannya dengan pelanggan.

(16)

Motivasi kerja merupakan kekuatan atau dorongan yang ada pada diri karyawan untuk bertindak atau berperilaku dalam cara-cara tertentu. Kekuatan tersebut berupa kesediaan individu melakukan sesuatu atau sesuai dengan kemampuan individu masing-masing ( Gibson et al., 1997; Robbins, 1998; Armstrong, 1998).

Hasil penelitian juga dijumpai dengan adanya permasalahan pada perealisasian penerimaan premi pada periode Januari sampai Desember 2008 - 2010. Dengan data sebagai berikut

Evaluasi Produksi Premi Periode Januari S/d Desember 2010

No Branch Office Target REALISASI RASIO THN 201O 1 SBY UTARA 33.671.000 40. 729.933 120,96 2 SBY SELATAN 32.405.000 45.708.004 141,05 3 SBY TIMUR 32.124.000 71.599.387 222,88 4 KTR CABANG 179.795.000 113.824.684 63,31 No Branch Office Target Realisasi Rasio

(17)

Dari data tersebut menunjukan bahwa perusahaan mengalami permasalahan yang harus segera di cari solusinya. Persoalan yang ada saat ini adalah bagaimana menciptakan sumber daya manusia yang dapat menghasilkan kinerja yang optimal sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Produktivitas suatu badan usaha dapat memberikan kontribusi bagi pemerintah daerah maupun pusat.artinya dari produktivitas regional maupun nasional dapat menunjang perekonomian baik secara makro maupun mikro.

Menurunnya kinerja karyawan tersebut perlu mendapatkan perhatian khusus dari pihak perusahaan. Berdasarkan fenomena dan permasalahan di atas perlu dilakukan penelitian yang mendalam dengan mengambil pokok masalah “ PENGARUH MOTIVASI KERJA, KOMPETENSI DAN KOMITMENT ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT JIWASRAYA, PERSERO DI SURABAYA”

1.2 Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dan dijabarkan tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai :

a. Untuk mengetahui pengaruh Motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada PT ASURANSI JIWASARAYA. Persero di Surabaya.

b. Untuk mengetahui pengaruh Komitmen Organisasi terhadap kinerja karyawan pada PT ASURANSI JIWASRAYA. Persero di Surabaya.

(18)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusann masalah yang telah di uraikan diatas, maka tujuan penelitian ini antara lain :

1. Untuk membuktikan pengaruh Motivasi Kerja terhadap kinerja karyawan PT ASURANSI JIWASRAYA. Persero Di Surabaya.

2. Untuk membuktikan pengaruh Kompetensi terhadap kinerja karyawan PT JIWASRAYA. Persero Di Surabaya.

3. Untuk membuktikan pengaruh Komitmen Organisasi terhadap kinerja karyawan PT ASURANSI JIWASRAYA. Persero Di Surabaya

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah di uraikan di atas, maka manfaat yang di harapkan diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi pihak perusahaan adalah dapat dipergunakan sebagai masukan atau sumbangan pemikiran dalam memanfaatkan analisis tentang Manajemen Sumber Daya Manusia, khususnya yang berkaitan dengan Motivasi Kerja, Kompetensi dan Komitment Organisasi terhadap Kinerja Karyawan.

(19)
(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu yang dijadikan acuan dan pedoman dalam

penulisan skripsi ini adalah :

a. Beatrix Adonia (2007) dalam jurnal eksekutif, volume 4 nomor 2 dengan

judul “ Motivasi dan Komitmen Karyawan terhadap prestasi kerja”.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

motivasi dan komitmen karyawan berpengaruh signifikan dan positif

terhadap prestasi kerja karyawan, tingginya motivasi disertai komitmen

organisasi karyawan akan menyebabkan peningkatan prestasi kerja.

b. Mamik (2010) dalam Majalah Ekonomi tahun XX. No 1 dengan judul “

Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi dan komitmen organisasi

terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan

dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan, motivasi kerja dan

komitmen organisasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

kinerja karyawan karyawan pada industri kertas di Jawa Timur., serta

komitmen organisasi merupakan variabel yang dominan berpengaruh

terhadap kinerja karyawan pada industri kertas di Jawa Timur.

H. Teman Koesmoro dalam jurnal Manajemen dan bisnis volume 5,

Nomor 1 dengan judul” Pengaruh Motivasi dan Kepemimpinan serta

pengembangan karir terhadap OCB melalui Komitmen Organisasi dan

Kepuasan kerja pada manajer perusahaan swasta di surabaya. Dari hasil

(21)

peran untuk meningkatkan komitmen organisasi dan OCB. Hal ini wajar

sekali karena kepemimpinan seseorang yang smart tentunya akan

berdampak kepada bawahan semakin loyal.motivasi dan pengembangan

karir berpengaruh secara positif terhadap komitmen organisasi dan OCB.

Penelitian ini menemukan pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen

organisasi secara positif. Serta komitemn organisasi berpengaruh positif

terhadap OCB secara positif.

2.2 landasan Teori

2.2.1. Pengertian Sumber Daya Manusia

Menurut Flippo dalam Hani Handoko (1989: 3) manajement

personalia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian

kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pelepasan sumber daya

manusia agar tercapai tujuan individu,organisasi dan masyarakat.

Sedangkan menurut french dalam Hani Handoko (1989: 3) mendefinisikan

manajement personalia sebagai penarikan, seleksi, pengembangan,

penggunaan dan pemeliharaan sumber daya manusia oleh organisasi.

Dari dua definisi tersebut, Handoko (1989: 4) mendefinisikan

manajemen sumber daya manusia adalah penarikan seleksi,

pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manusia

(22)

Konsep-konsep dasar manajemen personalia atau sumber daya

manusia telah dikemukakan. Berbagai pendekatan dalam manajemen

personalia tersebut penting, agar penelaan manajemen personalia dan

sumber daya manusia dilakukan dalam prespektif yang benar. Menurut

Handoko (1989: 10), pendekatan-pendekatan itu mencakup :

1. Pendekatan sumber Daya Manusia

Manajemen personalia adalah pengelolaan dan pendayagunaan

sumber daya manusia. Martabat dan kepentingan hidup manusia

hendaknya tidak diabaikan agar kehidupan mereka layak dan

sejahtera.

2. Pendekatan Manajerial

Manajemen adalah tanggung jawab setiap manajer. Departemen

personalia menyediakan dan memeberikan jasa atau pelayanan bagi

departemen lain.

3. Pendekatan Sistem

Manajemen Personalia adalah suatu subsistem dari sistem yang

lebih besar yaitu organisasi. Manajemen personalia harus

dievaluasi dengan kriteria besarnya kontribusi yang dibuat untuk

organisasi.

4. Pendekatan Proaktif

Manajemen personalia meningkatkan kontribusinya kepada para

karyawan,manajer dan organisasi melalui antisipasi terhadap

(23)

Sedarmayanti (2001:6-8) mengemukakan bahwa tujuan utama

manajemen sumber daya manusia adalah untuk meningkatkan kontribusi

pegawai terhadap organisasi dalam rangka mencapai produktivitas

organisasi yang bersangkutan. Hal ini dapat dipahami karena semua

kegiatan organisasi dalam mencapai tujuan, tergantung pada manusia yang

mengelola organisasi yang bersangkutan.

Tujuan tersebut dapat dijabarkan kedalam empat tujuan yang lebih

operasioan, antara lain:

1. Tujuan masyarakat

Adalah untuk bertanggung jawab secara sosial,dalam hal

kebutuhan dan tantangan yang timbul dari masyarakat.

2. Tujuan organisasi

Adalah untuk melihat manajemen sumber daya manusia itu ada

(exist), maka perlu adannya kontribusi terhadap pendayagunaan

organisasi secara keseluruhan.

3. Tujuan fungsi

Adalah untuk memelihara kontribusi bagian lair agar mereka

(sumber daya manusia dalam setiap bagian) melaksanakan

tugasnya secara optimal.

4. Tujuan personal

Adalah untuk membantu pegawai mencapai tujuan pribadinya,

(24)

Hal essensial dari manajemen sumber daya manusia adalah

pendayagunaan penuh sumber daya manusia perusahaan sehingga

para karyawan bekerja secara efektif dalam mencapai tujuan

perusahaan.

Ada empat hal yang berkenaan manajemen sumber daya

manusia, menurut Simamora (2004: 5)

1. Penekanan yang lebih dari biasanya terhadap pengitegrasian

berbagai kebijakan SDM dengan perencanaan bisnis. Hal ini

menari manajemen sumber daya dianggap bahwa manajemen

sumber daya manusia bukan hanya aktivitas strategi belaka,

merupakan suatu sentral dalam tujuan pencapaian tujuan bisnis.

2. Tanggung jawab pengolahan SDM tidak lagi terletak hanya pada

manajer khusus, tetapi sekarang hanya terletak pada manajemen

lini senior. Hal ini menegaskan perlunya SDM menyerahkan

tanggung jawab pengolahan aktiva manusia kepada manjemen lini

senior.

3. Perubahan fokus dari hubungan serikat pekerja-manajemen

menjadi hubungan manajemen-karyawan, dari kolektivisme

menjadi individualisme. Hal ini memperlihatkan adanya

pengeseran dari “ Hubungan Industri” menjadi “ Hubungan

Karyawan”

4. Terdapat aksentusi pada komitmen dan melatih inisiatif dimana

(25)

menyiratkan bahwa pembentukan dan pengelolaan kultur

organisasi sama pentingnya seperti kerja orang itu sendiri, dimana

individu diberikan peluang untuk merealisasikan seluruh potensi

mereka.

2.2.2 Motivasi

2.2.2.1 Pengertian Motivasi

Menurut Robbin (2002:92) mengartikan bahwa kesediaan

melakukan usaha tingkat tinggi guna mencapai sasaran organisasi, yang

dikondisikan kemampuan usaha tersebut memuaskan kebutuhan individu.

Sedangkan Gitosudarmao dan Sudita (2000:28) mendefinisikan motivasi

sebagai faktor-faktor yang ada dalam diri seseorang yang menggerakkan

dan mengarahkan perilakunya untuk tujuan tertentu.

Motivasi seharusnya dapat dimengerti bahwa ada kaitannya dengan

pengaruh lingkungan sehingga orang tersebut bereaksi. Dengan demikian,

menurut Sastrohadiwiryo (2002:267) motivasi dapat diartikan sebagai

keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi,

mendorong kegiatan atau menggerakkan dan mengarah atau menyalurkan

perilaku ke arah mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan atau

mengurangi keseimbangan.

Sementara itu Reksohadiprojo dan Handoko (1986:56) motivasi

adalah keadaan dalam diri pribadi seseorang yang mendorong keinginan

(26)

tujuan. Motivasi yang ada pada diri seseorang akan mewujudkan suatu

perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran kepuasan, jadi

motivasi bukanlah suatu yang dapat diamati tetapi merupakan hal yang

dapat disimpulkan karena adanya sesuatu perilaku yang nampak.

2.2.2.2 Teori Motivasi

Beberapa ahli mengemukakan mengenai teori motivasi, seperti

Richard L. Daft (2006: 367) mengklasifikasikan motivasi menjadi dua

jenis yaitu :

1. Teori Kepuasan (Content Theoris)

Teori ini berkaitan dengan faktor-faktor yang membangkitkan atau

memulai perilaku yang ada dalam diri seseorang yang memotivasinya.

Teori kepuasan terdiri dari beberapa macam teori, antara lain :

 Teori hirarki kebutuhan

Teori hirarki kebutuhan Maslow yang mengemukakan bahwa orang-orang

termotivasi oleh lima kategori kebutuhan yaitu :

a. Kebutuhan Fisiologis (physiologics needs). Ini merupakan kebutuhan fisik manusia yang paling dasar, termasuk makanan, air,

dan oksigen.

b. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs). Ini merupakan kebutuhan akan lingkungan fisik dan emosional yang aman dan

(27)

c. Kebutuhan akan kepemilikan (belongingness needs). Kebutuhan ini mencerminkan keinginan untuk diterima oleh teman-teman,

menjalin persahabatan, menjadi bagian dari suatu kelompok dan

dicintai

d. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs). Kebutuhan ini berkenaan dengan keinginan akan kesan diri yang positif dan untuk

menerima perhatian, pengakuan dan apresiasi diri orang lain.

e. Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs). Ini merepresentasikan kebutuhan pemenuhan diri, yang merupakan

kategori kebutuhan tertinggi. Kebutuhan tersebut berkenaan

dengan mengembangkan potensi maksimal seseorang,

meningkatkan kompetensi seseorang dan menjadikan seseorang

menjadi lebih baik.

Teori ERG

Clayton Alderfer juga menganggap bahwa teori kebutuhan manusia

tersusun dalam suatu hirarki. Teori ERG menganggap bahwa kebutuhan

manusia memiliki tiga hirarki kebutuhan yang meliputi :

1. Kebutuhan kehidupan (existence needs). Yaitu berupa semua kebutuhan yang termasuk dalam kebutuhan fisiologi, material dan

kebutuhan rasa aman seperti kebutuhan akan makanan,minuman,

pakaian, perumahan dan keamanan. Jika dalam kebutuhan

organisasi, kebutuhan ini termasuk upah, kondisi kerja dan jaminan

(28)

2. Kebutuhan keterhubungan (relatedness needs). Yaitu meliputi semua bentuk kebutuhan yang berkaitan dengan kebutuhan

kepuasan hubungan antar pribadi ditempat kerja.

3. Kebutuhan pertumbuhan (growth needs). Yaitu meliputi semua kebutuhan yang berkaitan dengan pengembangan potensi seseorang

termasuk kebutuhan aktualisasi diri dan penghargaan.

Teori Dua Faktor

Teori ini dikemukakan oleh Frederick Herzbreg yang menyimpulkan

bahwa teori ini terdiri dari dua faktor, yaitu :

a. Faktor higienis (hygience factors). Adalah faktor-faktor yang melibatkan atau ketidakhadiran faktor-faktor yang membuat

pekerjaan menjadi tidak memuaskan, termasuk kondisi kerja,

bayaran, kebijaksanaan perusahaan dan hubungan antar personal.

b. Motivator (motivator). Adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pekerjaan berdasarkan padapemenuhan kebutuhan tingkat

tinggi seperti pencapaian, tanggung jawab dan peluang pertumbuhan.

Teori kebutuhan

Teori ini dikembangkan oleh David McClelland mengemukakan

bahwa tipe-tipe kebutuhan tertentu didapat selama masa hidup individu

tersebut. Dengan kata lain, orang tidak akan lahir dengan

(29)

a. Kebutuhan akan pencapaian (needs for achievement) yaitu keinginan untuk mencapai sesuatu yang sulit, mencapai standar-standar

kesuksesan yang tinggi,menguasai tugas-tugas yang kompleks dan

mengungguli orang lain.

b. Kebutuhan akan pertalian (needs for affilition) yaitu keinginan untuk membentuk hubungan pribadi yang akrab, menghindar konflik dan

menjalin persahabatan yang hangat.

c. Kebutuhan akan kekuasaan (needs for powre) yaitu keinginan untuk mempengaruhi atau mngendalikan orang lain, bertanggung jawab

atas orang lain dan memiliki otoritas atas orang lain.

2. Teori Proses (process theory)

Menjelaskan bahwa bagaimana para pekerja memilih tindakan

perilaku untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka dan menentukan

apakah pilihan mereka berhasil. Ada dua teori proses yang mendasar yaitu

:

 Teori keadilan

Teori keadilan (equity theory) berfokus pada persepsi individu tentang seberapa adil mereka diperlakukan dibandingkan dengan orang

lain. Dikembangkan J. Stacy,teori keadilan mengemukakanbahwa

orang-orang termotivasi untuk mencari keadilan sosial dalam penghargaan yang

mereka harapkan atas kinerja mereka. Menurut teori keadilan, jika

(30)

atas kontribusi-kontribusi yang serupa, maka akan percaya bahwa

perlakuan mereka baik dan adil.

 Teori penguatan (reinforcement theory) menurut Skinner pendekatan

penguatan merupakan konsep dari belajar. Teori penguatan

mengemukakan bahwa perilaku fungsi dari akibat yang berhubungan

dengan perilaku tersebut. Orang cenderung melakukan sesuatu yang

mengarah kepada konsekuensi yang tidak menyenangkan. Teori penguatan

meliputi empat konsep dasar yaitu perilaku dapat diukur, kontingensi dari

penguatan, skedul penguatan dan nilai dari penguatan. Ada empat tipe

penguatan yang dapat dipergunakan manajer untuk memodifikasi motivasi

karyawan, yaitu :

 Penguatan positif

 Pembelajaran Penghindaran

 Hukuman

 Kepunahan

2.2.2.3Indikator – Indikator Motivasi

Motivasi kerja merupakan faktor yang ada dalam diri seseorang yang

mengerakan dan mengarahkan perilakunya untuk mencapai tujuan.

Indikatot dari motivasi meliputi :

1. Kebutuhan Kehidupan (eexsitence needs)

Yaitu merupakan kebutuhan yang termasuk dalam kebutuhan fisiologi dan

material dan kebutuhan rasa aman seperti kebutuhan akan makanan,

(31)

2. Kebutuhan Keterhubungan (relatednees needs)

Yaitu meliputi semua bentuk kebutuhan yang berkaitan dengan kebutuhan

kepuasan hubungan antarpribadi ditempat kerja.

3. Kebutuhan Pertumbuhan (growth needs)

Yaitu meliputi semua kebutuhan yang berkaitan dengan pengembangan

potensi seseorang termasuk kebutuhan aktualisasi diri dan penghargaan.

2.2.3 Kompetensi

2.2.3.1 Pengertian Kompetensi

Dikutip dari Buku Usmara (2003: 109) Mitarni dan Spencer,

mendefinisikan kompetensi sebagai karakteristik yang mendasari

seseorang dan berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam

pekerjaannya (anunderlying referenced effective an or superior performance in a job or situtation).

(Usmara, 2003: 109) berdasarkan definisi tersebut bahwa kata

underlying characteristics” mengandung makna kompetensi adalah bagian kepribadian yang mendalam dan melekat kepada seseorang serta

perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan.

casually related” berarti kompetensi adalah sesuatu yang menyebabkan atau memprediksi perilaku dan kinerja sedangkan kata “ criterion referenced” mengandung makna bahwa kompetensi sebenarnya memprediksi siapa yang bekerja baik dan kurang baik, diukur dari kriteria

(32)

agar dapat mengetahui tingkat kinerja yang diharapkan untuk kategori baik

atau rata-rata, penentuan ambang kompetennsi yang dibutuhkan tentunya

akan dapat dijadikan dasar bagi proses seleksi, suksesi perencanaan,

evaluasi kinerja, dan pengembangan SDM. Selain itu Mathis dan Jackson

(2001:238) mengartikan kompetensi adalah sebagai karakteristik dasar

yang dapat dihubungkan dengan peningkatan kinerja individu atau tim.

2.2.3.2 jenis – jenis Sistem Kompetensi

Spencer & Spencer dalam buku Achmad S. Ruky (2003: 106)

enjelaskan bahwa kompetensi dalam kaitannya dengan unjukkerja dapat

digolongkan dalam dua jenis :

a. Kompetensi Ambang (Threshold Competence), yaitu kriteria minimal dan essensial yang dibutuhkan atau dituntut dari sebuah jabatan dan harus bisa

dipenuhi oleh setiap pemegang jabatan tersebut untuk dapat bekerja

menjalankan pekerjaan tersebut secara efektif.

b. Kompetensi Pembeda (Differentiating Competence), yaitu kriteria yang dapat membedakan antara orang yang selalu mencapai unjuk kerja

superior dan orang yang unjuk kerjanya rata-rata.

2.2.3.3Karakteristik Kompetensi

Seperti yang dikemukakan Mitarni dan Spencer dalam Usmara

(33)

a. Motives adalah sesuatu dimana seseorang secara konsisten berpikir sehingga ia melakukan tindakan. Misalnya orang memiliki motivasi

berprestasi secara konsisten mengembangkan tujuan-ujuan yang memberi

tantangan pada dirinya dan bertanggung jawab penuh untuk mencapai

tujuan tersebut serta mengharapkan feedback untuk memperbaiki dirinya. b. Traits (watak/sifat) adalah watak yang membuat orang untuk berperilaku

atau bagaimana seseorang merespon sesuatu dengan cara tertentu.

Misalnya percaya diri (self confidence), kontrol diri (self control), daya tahan (hardiness).

c. Self Concept (konsep diri) adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang. Sikap dan nilai diukur melalui test kepada responden untuk

mengetahui bagaimana value (nilai) yang dimiliki seseorang, apa yang dimiliki seseorang untuk melakukan sesuatu. Seseorang yang dinilai

menjadi “leader” seyogyanya memiliki perilaku kepemimpinan sehingga perlu adanya test tentang leadership ability.

d. Knowledge adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang tertentu. Pengetahuan (knowledge) merupakan kompetensi yang kompleks. Skor atas test pengetahuan sering gagal memprediksi kinerja SDM karena

skor tersebut tidak berhasil mengukur pengetahuan dan keahlian seperti

apa yang harus dilakukan dalam pekerjaaan. Test pengetahuan mengukur

pengetahuan peserta test untuk memilih jawaban yang paling benar, tetapi

tidak bisa melihat apakah seseorang dapat melakukan pekerjaan

(34)

e. Skills adalah kemampuan untuk melaksanakan sesuatu tugas tertentu baik secara fisik maupun mental. Misalnya, seorang dokter gigi secara fisik

mempunyai keahlian untuk mencabut dan menambal gigi tanpa harus

merusak saraf. Selain itu kemampuan seseorang programer computer

untuk mengorganisasikan 50.000 kode dalam logika yang sekuensial.

Kompetensi pengetahuan dan ketrampilan relatif mudah untuk

dikembangkan sehingga program pelatihan merupakan cara yang terbaik

untuk menjamin tingkat kemampuan SDM. Sedangkan motif kompetensi

dan traits berada pada personality icebeg sehingga cukup sulit untuk dinilai dan dikembangkan sehingga salah satu cara yang efektif adalah

memilih karakteristik tersebut dalamproses seleksi. Adapun konsep diri

terletak diantara keduanya. Dapat dirubah sekalipun memerlukan waktu

yang lebih lama dan sulit.

2.2.3.4Keuntungan dari Sistem Kompetensi

Sistem kompetensi mempunyai beberapa keuntungan bagi organisasi

yang bergerak sebagai paradigma baru. Suatu paradigma bisnis tidak

hanya melihat hanya pada hasil atau yang melihat sumber daya manusia

sekedar alat produksi alat produksi semata. Usmara (2005:155)

menjelaskan beberapa keuntungan tersebut antara lain :

1. Prediktor Kesuksesan kerja

Model kompetensi yang akurat akan dapat menentukan dengan tepat

(35)

dalam suatu pekerjaan. Apabila seseorang pemegang posisi mampu

memiliki kompetensi yang dipersyaratkan pada posisinya, maka

diprediksikan ia akan sukses.

2. Merekrut Karyawan

Apabila telah berhasil ditentukan kompetensi-kompetensi apa saja yang

diperlukan bagi suatu posisi tertentu, maka dengan itulah dapat dijadikan

sebagai kriteria dasar dalam rekrutmen karyawan baru. Dengan demikian,

baik interview, psikotest dan test teknik untukmenjaring calon karyawan

baru dapat didasarkan pada model kompetensi untuk suatu posisi yang

telah ditentukan.

3. Dasar penilaian dan pengembangan karyawan

Identifikasi kompetensi pekerjaan yang akurat juga dapat dipakai sebagai

tolak ukur kepribadian seseorang. Dengan demikian, berdasarkan sistem

kompetensi ini, dapat diketahui apakah seseorang telah memiliki

kompetensi tertentu yang telah dipersyaratkan.

4. Dasar penentuan pelatihan

Kompetensi sangat bermanfaat untuk training needs analisis. Sejalan

dengen perkembangan kebutuhan efisiensi dan efektifitas di dunia bisnis,

sistem training tidaklah cukup tanpa dimulai dari adanya identifikasi

kompetensi yang jelas, sebab seringkali orang dikirim training tanpa alasan

yang jelas.

(36)

Kompetensi juga dapat dikaitkan dengan sistem kompensasi. Dengan

adanya model kompetensi yang telah dibuat untuk setiap posisi, dapat

dikukr sebagai besar kemampuan seseorang dalam memenuhi persyaratan

kompetensi yang telah ditentukan baginya. Diakhir tahun, kompetensi

model yang telah dibuat ini dapat dijadikan sebagai patokan untuk menilai

proses kerja seseorang disamping output yang berhasil.

2.2.3.5. Metodelogi Analisis Kompetensi

Tidak seperti pendekatan tradisional untuk menganalisis pekerjaan,

yang mengidentifikasikan tugas, pengetahuan dan keterampilan yang

berhubungan dengan suatu pekerjaan, pendekatan kompetensi,

mempertimbangkan bagaimana pengetahuan dan keterampilan tersebut

digunakan. Pendekatan kompetensi juga mencoba mengidentifikasi faktot

tersembunyi yang sering kali sangat penting untuk pekerja superior.

Menurut Malthis dan Jackson (2001:239) menjelaskan ada beberapa

metodelogi yang digunakan untuk menentukan kompetensi, pada

umumnya dengan” behavional event interview”. Proses ini terdiri dari proses antara lain :

1. Suatu tim senior manager mengidentifikasikan bidang-bidang hasil kinerja masa depan yang penting untuk rencana strategis dan bisnis dari

organisasi. Konsep ini dapat lebih luas daripada yang digunakan di masa

(37)

2. Grup panel dibentuk, terdiri dari orang-orang yang berpengetahuan tentang

pekerjaan di perusahaan tersebut. Grup ini dapat beranggotakan baik

pegawai berkinerja rendah maupun tinggi, supervisor, manajer, trainer, dan

lainnya.

3. Seorang fasilitator dari sumber daya manusia atau seorang konsultan luar

mewawancarai anggota panel tersebut untuk mendapatkan contoh-contoh

spesifik dari kelakuan pekerjaan dan kejadian sebenarnya dalam pekerjaan.

4. Menggunakan kejadian-kejadian tersebut, sang fasilitator membuat uraian

rinci dari setiap kompetensi. Fase diskriptif ini harus jelas dan spesifik

sehingga pegawai, supervasior, manajer dan lainnya dalam organisasi

mempunyai pengertian yang lebih jelas mengenai kompetensi yang

berhubungan dengan pekerjaan.

5. Kompetensi-kompetensi tersebut diurutkan dan level yang dibutuhkan

untuk mencapainya diidentifikasikan kemudian kompetensi dirincikan

untuk setiap pekerjaan.

6. Akhirnya, standart bekerja diidentifikasikan dan dihubungkan dengan

pekerjaan. Proses seleksi, pelatihan,dan kompensasi yang sesuai terfokus

pada kompetensi harus dibuat dan diimplementasikan.

Pendekatan kompetensi menggunakan beberapa metodelogi untuk

memantau supervisor untuk mengidentifikasikan contoh-contoh dari apa

yang mereka maksudkan dengan sikap dan bagaimana faktor-faktor

(38)

2.2.3.6. Indikator – Indikator Dalam Membuat Sistem Kompetensi

Kompetensi merupakan karakteristik dasar yang dapat

dihubungkan dengan peningkatan kerja atau tim dalam suatu organisasi

bisnis. Menurut Mathis dan Jackson (2001:238) pengelompokan model

konseptual akan kompetensi terdiri dari :

1. Pengetahuan.

Pengetahuan merupakan kompetensi yang kompleks karena mencakup

informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang tugas tertentu. Dengan

pengetahuan karyawan yang tinggi akan bidang tugasnya maka kinerja

karyawan akan mudah dicapai.

2. Ketrampilan.

Ketrampilan seorang karyawan merupakan kemampuan dalam

melaksanakan tugasnya, baik secara fisik maupunmental. Karyawan dapat

dikatakan telah layak menempati posisi atau jabatannya apabila memiliki

ketrampilan yang sesuai.

3. Kecakapan.

Kecakapan merupakan kompetensi yang tersembunyi yang memungkinkan

lebih berharga karena dapat meningkatkan kinerja. Contoh, kompetensi

untuk membuat hubungan strategis untuk mengatasi konflik interpersonal,

lebih sulit untuk diidentifikasi dan dinilai.

2.2.4. Komitmen Organisasi

(39)

Pada dasarnya komitmen organisasi merupakan hal yang bersifat

individual. Setiap individu memiliki tingkatan komitmen yang

berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai-nilai yang berlaku pada dirinya, hal ini

disebabkan karena adanya perbedaan masing-masing individu.

Menurut Mathis (2000:99) komitmen organisasi adalah tingkatan

kepercayaan dan penerimaan tenaga kerja terhadap tujuan organisasi dan

mempunyai keinginan untuk tetap ada di dalam organisasi.

Sedangkan menurut Porter dalam Panggabean (2002:135)

komitmen organisasi adalah kuatnya pengenalan dan keterlibatan

seseorang dalam suatu organisasi tertentu. Menurut Becker (1960) dalam

Panggabean (2002:135) komitmen organisasi sebagai kecenderungan

untuk terikat dalam garis kegiatan yang konsisten karena menanggapi

adanya biaya pelaksanaan kegiatan yang lain (berhenti bekerja).

2.2.4.2. Dimensi Komitmen Organisasi

Menurut Allen dan Mayer (1990) dalam Panggabean (2002: 135)

mendefinisikan komitmen organisasi memiliki tiga konsep yaitu:

1. Affective Commitment.

Tingkat seberapa jauh karyawan secara emosi terikat, mengenal dan

terlibat dalam organisasi.

(40)

Suatu penilain terhadap biaya yang terkait dengan meninggalkan

organisasi.

3. Normative Commitment.

Tingkat seberapa jauh seseorang secara psikologikal terikat untuk menjadi

karyawan dari sebuah organisasi yang didasarkan pada perasaan seperti

kesetiaan, afeksi, kehangatan, pemilikan, kebanggan, kesenggangan,dan

kebahagiaan.

2.2.4.3. Indikator Dalam Membentuk Komitmen Organisasi

Indikator yang dipergunakan dalam membentuk variabel komitmen

organisasi merupakan sikap loyalitas pekerja terhadap organisasinya dan

juga merupakan proses pengekspresian dan partisipasi terhadap organisasi,

menurut Luthans (1995:130), antara lain sebagai berikut :

1. Keinginan.

Suatu keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi

tertentu.

2. Kesediaan.

Merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan diri atas nama

organisasi.

3. Keyakinan.

Merupakan kepercayaan dan penerimaan nilai-nilai dari tujuan organisasi.

(41)

2.2.5.1. Pengertian Kinerja

Kinerja SDM merupakan istilah yang berasal dari kata Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang). Definisi kinerja karyawan yang

dikemukakan Bambang Kusriyanto (1991:3) adalah “perbandingan hasil

yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu”.

Faustino Cardosa Gomes (1995:195) mengemukakan definisi

kinerja karyawan sebagai “Ungkapan seperti output, efisiensi serta

efektivitas sering dihubungkan dengan produktivitas”. Selanjutnya,

definisi kinerja karyawan menurut A.A. Anwar Prabu Mangkunegara

(2005:67) bahwa “kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya”.

Sementara itu menurut Rivai dan Basri (2005:14) mendefinisikan

kinerja sebagai hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara

keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas

dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja,

target, atau sasaran dan kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan

telah disepakati bersama.

Kinerja pada dasarnya ditentukan oleh tiga hal, yaitu : kemampuan,

keinginan, dan lingkungan.oleh karena itu, agar mempunyai kinerja yang

(42)

mengerjakan serta mengetahui pekerjaannya. Tanpa mengetahui ketiga

faktor ini kinerja yang baik tidak akan tercapai. Dengan demikian, kinerja

individu dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara pekerjaan dan

kemampuan (Rivai dan Basri, 2005:16).

2.2.5.2 Arti Evaluasi Penilaian Kinerja

Evaluasi kinerja atau penilaian prestasi karyawan yang

dikemukakan Leon C. Mengginson (1981:310) dalam A.A Anwar Prabu

Mangkunegara (2006: 69) adalah penilaian prestasi kinerja (performance appraisal) adalah suatu proses yang digunakan pimpinan untuk menentukan apakah seseorang melakukan pekerjaan sesuai tugas dan

tanggung jawabnya. Berdasarkan pendapat diatas, penilaian prestasi

pegawai adalah suatu proses penilaian prestasi kerja pegawai yang

dilakukan pimpinan perusahaan secara sistematik berdasarkan pekerjaan

yang ditugaskan kepadanya (Mangkunegara 2005: 69).

Rivai dan Basri (2005:18) mengemukakan bahwa penilaian kinerja

merupakan kajian sistematis mengenai kondoso kinerja karyawan yang

dilaksanakan secara formal yang dikaitkan dengan standart kerja yang

telah ditentukan perusahaan. Selain itu, kinerja sebagai suatu sistem

pengukuran, dan evaluasi, mempengaruhi atribut-atribut yang

berhubungan dengan pekerjaan karyawan, perilaku dan keluaran, dan

(43)

Menurut Agus Dharma (2005:350) untuk dapat menilai kinerja

secara objeltif dan akurat, kita harus dapat ” mengukur” tingkat kinerja

mereka. Jika kita terjemahkan kedalam standar kerja, pengukuran seperti

itu dapat memebrikan kesempatan bagi karyawan untuk mengetahui

tingkat kinerja mereka. Dengan demikian, tujuan penilaian kinerja pada

dasarnya antara lain :

1. Pertanggungjawaban, Apabila standar dan sasaran digunakan sebagai alat

pengukur pertanggung jawaban, maka dasar untuk pengambilan

keputusan, kenaikan gaji, promosi dan sebagainya adalah kualitas hasil

kerja karyawan kerja yang bersangkutan.

2. Pengembangan, jika standar dan sasaran digunakan sebagai alat ukur

untuk keperluan pengembangan, hal ini mengacu pada dukungan yang

diperlukan karyawan dalam melaksanakan pekerjaan mereka. Dukungan

itu dapat berupa pelatihan, bimbingan, atau bantuan lainnya.

2.2.5.3 Langkah – langkah Peningkatan Kinerja

Menurut Mangkunegara (2005:22) menjelaskan bahwa dalam

rangka meningkatkan kinerja, paling tidak ada tujuh langkah yang dapat

dilakukan sebagai berikut :

1. Mengetahui adanya kekurangan dalam kerja.

Dapat dilakukan melalui tiga cara :

a. Mengidentifikasi masalah melalui data dan informasi yang

(44)

b. Mengidentifikasi masalah melalui karyawan.

c. Memperhatikan masalah yang ada.

2. Mengenai kekurangan dan tingkat keseriusan.

a. Mengidentifikasi masalah secepat mungkin.

b. Menentukan tingkat keseriusan masalah.

3. Mengidentifikasi hal-hal yang mungkin menjadi penyebab kekurangan,

baik yang berhubungan dengan sistem maupun dengan pegawai itu sendiri.

4. Mengembangkan rencana tindakan untuk menanggulangi penyebab

masalah tersebut.

5. Melakukan rencana tindakan tersebut.

6. Melakukan evaluasi apakah masalah tersebut sudah teratasi atau belum.

7. Mulai dari awal, apabila perlu.

2.2.5.4 Pihak Yang Melakukan Penilaian

Penilaian kinerja dapat dilaksanakan oleh siapa saja yang paham

benar tentang penilaian karyawan secara individual. Menurut Mathis dan

Jackson (2002: 87), antara lain :

1. Para atasan yang menilai karyawan.

2. Karyawan yang menilai atasannya.

3. Anggota kelompok yang menilai satu sama lain.

4. Sumber-sumber dari lain.

5. Penilaian karyawan sendiri.

(45)

Metode pertama adalah yang paling umum. Atasan langsung

memiliki tanggung jawab penuh terhadap penilaian di dalam organisasi,

meskipun merupakan suatu hal yang umum dilakukan untuk meninjau dan

mendapatkan persetujuan dari atasan langsung. Sistem manapun harus

termasuk langsung di dalamnya diskusi tatap muka langsung antara penilai

dan pihak yang di nilai. Oleh karena itu, penggunaan yang semakin

bertambah terhadap kelompok dan adanya perhatian terhadap input dari

pihak konsumen, dua sumber informasi penilaian yang semakin meningkat

pemanfaatannya adalah anggotakelompok dan sumber dari luar.

2.2.5.5 Kegunaan Penilaian Kinerja

Penilaian prestasi kerja (performance appraisal) adalah proses melalui nama organisasi-organisasi mengevaluasi prestasi kerja karyawan.

Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan personalia dan memberikan

umpan balik kepada karyawan tentang pelaksanaan kerja. Kegunaan

penilaian kerja menurut Handoko (1989: 135) dapat dirinci sebagai berikut

:

1. Perbaikan prestasi kerja.

Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan, manajer dan

departemen personalia dan membetulkan kegiatan-kegiatan mereka.

(46)

Evaluasi prestasi kerjamembantu para pengambil keputusan dalam

menentukan kenaikan, upah, pemberian bonus, dan bentuk kompensasi

lainnya.

3. Keputusan-keputusan penempatan

Promosi, transfer dan emosi biasanya didasarkan pada prestasi kerja

masalalu atau antisipasinya. Promosi sering merupakan bentuk

penghargaan terhadap prestasi kerja.

4. Kebutuhan latihan dan pengembangan

Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukan kebutuhan latihan.

Demikian juga, prestasi yang baik mungkin mencerminkan potensi yang

harus dikembangkan.

5. Perencanaan dan pengembangan karier

Umpan balik prestasi mengarahkan keputusan-keputusan karier, yaitu

tentang jalur karier tertentu yang harus diteliti.

6. Penyimpangan-penyimpangan proses staffing

Prestasi kerja yang baik atau jelek mencerminkan kekuatan atau

kelemahan prosedur staffing departemen personalia.

7. Ketidak-akuratan informasi

Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukan kesalahan dalam informasi

analisis jabatan, rencana-rencana sumber daya manusia, atau komponen

lain sistem informasi manajemen personalia.

(47)

Prestasi kerja yang jelek merupakan suatu tanda kesalahan dalam desain

pekerjaan. Penilaian prestasi kerjamembantu diagnosa kesalahan tersebut.

9. Kesempatan kerja yang adil

Penilaian kerja secara akurat akan menjamin keputusan-keputusan

penempatan internal diambil tanpa diskriminasi.

10. Tantangan –tantangan eksternal

Terkadang prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar lingkungan

kerja, seperti keluarga, kesehatan, kondisi financial atau masalah pribadi

lainnya.

2.2.5.6 Indikator-indikator Dalam Kinerja

Tugas selanjutnya adalah menetapkan cara untuk mengukur

pelaksanaan kegiatan. Banyak cara pengukuran yang dapat digunakan,

seperti penghematan, kesalahan. Namun, menurut Dharma (2003:355)

hampir semua cara pengukuran mempertimbangkan hal-hal, sebagai

berikut

1. Kuantitas

Yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Pengukuran kuantitatif

melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan kegiatan.

(48)

2. Kualitas

Yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran kualitatif

keluaran mencerminkan pengukuran “tingkat kepuasan”, yaitu seberapa

baik penyelesainnya.ini berkaitan dengan bentuk keluaran.

3. Ketepatan waktu

Yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan. Pengukuran

ketepatan waktu merupakan jenis pengukuran kuantitatif yang menentukan

ketetapan waktu penyelesaian suatu kegiatan.

2.2.6. Pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan

Rivai dan Basri (2005:15) mengemukakan bahwwa kinerja sebagai

fungsi interaksi antara kemampuan, motivasi dan kesempatan. Dengan

demikian, kinerja ditentukan oleh faktor-faktor kemampuan, motivasi dan

kesempatan.

Sementara itu Mangkunegara (2005:67) mengartikan pencapaian

kinerja dipengaruhi oleh faktor kemampuan dan motivasi. Motivasi

terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam menghadapi situasi. Motivasi

merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk

mencapai tujuan organisasi, sedangkan menurut As’ad dalam Iswahyu

Hartati (2005) menjelaskan batasan motif, sehingga bisa diartikan bahwa

motivasi adalah pemberian atau penimbul motif sehingga motivasi kerja

adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja.

Menurut Porter dan Miles dalam Harif Amali dan Pramusinto

(49)

dalam diri seseorang karyawan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan

yang menjadi tanggungjawabnya.

Sedangkan menurut Speen dalam Harif Amali dan Pramusinto

(2005) bahwa meskipun lingkungan kerja kondusif bagi peningkatan dan

kinerja, namun jika karyawan tidak memiliki motivasi diri yang kuat tidak

akan memberikan dampak terhadap peningkatan kinerja.

Berdasarkan uraian diatas dapat di ambil sebuah Kesimpulan

Motivasi terhadap Kinerja

kinerja ditentukan oleh faktor-faktor kemampuan, motivasi dan kesempatan.

Selain itu Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang

terarah untuk mencapai tujuan organisasi yang menjadi tanggung jawabnya,

sehingga memiliki motivasi yang kuat akan memberikan dampak terhadap

peningkatan kinerja.

2.2.7 Pengaruh kompetensi terhadap kinerja karyawan

Usmara (2003:110) menjelaskan bahwa penentuan tingkat

kompetensi dibutuhkan agar dapat mengetahui tingkat kinerja yang

diharapkan untuk kategori baik atau rata-rata. Begitu juga Mathis dan

Jackson (2001: 238) yang menganggap kompetensi sebagai karakteristik

dasar yang dapat dihubungkan dengan peningkatan kinerja individu atau

tim.

Menurut Ruky (2003:109) menjelaskan bahwa penggunaan

kompetensi akan menguntungkan dalam bidang penilaian kinerja.

(50)

dijadikan dasar bagi proses seleksi, suksesi, perencanaan, evaluasi,

evaluasi kinerja dan pengembangan SDM.

Sementara itu Rivai dan Basri (2005:97) mengemukakan bahwa

kompetensi mempengaruhi aspek proses dari kinerja.

Alwi dalam Harif Amali dan Pramusinto (2005) aspek lain yang

menentukan kinerja adalah tingkat adalah tingkat kompetensi karyawan

terhadap pekerjaan yang diberikan.kompetensi tersebut harus ada dalam

tatanan kesatuan strategi, yaitu bahwa kompetensi harus mendukung

sistem kinerja berdasarkan team work.

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil sebuah Kesimpulan

Kompetensi terhadap kinerja.

Penentuan tingkat kompetensi dibutuhkan agar dapat mengetahui kinerja yang

diharapkan untuk kategori baik atau rata-rata. Penggunaan kompetensi akan

menguntungkan dalam bidang kinerja sebagai dasar bagi proses seleksi,

perencanaan, evaluas kinerja dan pengembangan SDM karena kompetensi

mempengaruhi aspek proses dari kinerja.

2.2.8 Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Karyawan

Wright dalam Harif Amali Rivai dan Pramusinto (2005) maka

akan semakin tinggi kinerja yang akan dihasilkan, yang menuju pada

tingkat penilaian yang semakin tinggi, teori ini memfokuskan pada dua

(51)

kemungkinan kinerja pada tingkat tersebut akan berhubungan dengan

outcome tertentu.

Mayer dan Schourman dalam Harif Amali Rivai dan Pramusinto

(2005) mendefinisikan komitmen organisasi yang terdiri dari affective commitment, normative commitment, continuance commitment. Berkaitan dengan ketiga segi komitmen tersebut, Mayer dan Schourman menemukan

affective commitment (emosional terhadap identifikasi dan keterlibatannya dalam organisasi) mampu memprediksi kinerja melalui supervisor rating.

Wentzel dalam Harif Amali Rifai Pramusinto (2005) memberikan

dukungan empiris bahwa persepsi rasa adil (fairness perception) dan komitmen mempengaruhi kinerja manajer terhadap proses budgeting.

Peningkatan komitmen manajer terhadap budgetary goal memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kinerja budgeting process.

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil sebuah Kesimpulan Komitmen

organisasi terhadap kinerja.

Komitmen organisasi merupakan rasa emosional terhadap identifikasi dan

keterlibatannya dalam organisasi sehingga mampu memprediksi kinerja melalui

supervisor rating. Peningkatan komitmen orgaisasi memberikan pengaruh positif

(52)

2.3 Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini diajukan suatu

hipotesis :

1. bahwa diduga motivasi kerja, berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT.

Asuransi JIWASRAYA Tbk Surabaya.

2. Bahwa diduga kompetensi berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Asuransi

JIWASRAYA Tbk Surabaya

3. Bahwa diduga komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT.

Asuransi JIWASRAYA Tbk Surabaya. Motivasi

(X 1)

Kompetensi (X2)

Kinerja (Y)

Komitmen Organisasi

(53)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran variabel 3.1.1. Definisi Operasinal

Agar suatu variabel yang akan digunakan dapat diukur serta

menghilangkan dan menghindari adanya kesalahan dalam penaksiran

makna, perlu adanya definisi sebagai berikut :

1. Motivasi kerja (X1)

Motivasi kerja merupakan faktor yang ada dalam diri

seseorang yang menggerakkan atau mengarahkan perilakunya

untukmencapai tujuan. Apabila motivasi karyawan tinggi maka

akan menghasilkan kinerja yang tinggi dari karyawan tersebut.

Hal ini dikarenakanmotivasimerupakan faktor yang

mempengaruhi pencapaian kinerja. Menurut Clayton Alderfer

indikator motivasi kerja meliputi :

 Kebutuhan Kehidupan (X1.1)

 Kebutuhan Keterikatan (X1.2)

 Kebutuhan Pertumbuhan (X1.3)

2. Kompetensi (X2)

Kompetensi merupakan karakteristik dasar yang dapat

(54)

organisasi bisnis. Menurut Mathis dan Jackson (2001: 238)

pengelompokan model konseptual akan kompetensi terdiri dari :

 Pengetahuan (X2.1)

 Keterampilan (X2.2)

 Kecakapan (X2.3)

3. Komitmen organisasi (X3)

Komitmen organisasi merupakan sikap mengenai loyalitas

karyawan terhadap organisasi dan merupakan proses yang

berkelanjutan dari anggota organisasi untuk mengungkap

perhatiannya pada organisasi dalam hal tersebut berlanjut pada

kesuksesan dan kesejahteraan.

 Keinginan (X3.1)

 Kesediaan (X3.2)

 Keyakinan (X3.3)

4. Kinerja (Y1)

Kinerja merupakan seperangkat hasilyang dicapai dan merujuk

pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan suatu pekerjaan

yang diminta. Tinggi rendahnya kinerja seorang dapat dilihat dari

hasil kerja yang dicapai karyawan tersebut. Indikator kinerja

menurut Dharma (2003: 355) meliputi :

 Kuantitas (Y1)

 Kualitas (Y2)

(55)

3.1.2. Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan untuk penelitian ini adalah skala

interval yaitu skala yang menunjukkan antara jarak antara satu dengan data

yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Sedangkan teknik

pengukurannya mengunakan semantic differensial yaitu metode pengukuran sikap dengan menggunakan skala penilaian 7 (tujuh) butir

yang menyatakan secara verbal 2 (dua) kutub (bipolar) / penilaian yang ekstrim. Indriantoro dan Supono 2002:105).

1 7

Tidak baik Sangat baik

Tanggapan atau pendapat tersebut dinyatakan dengan memberi skor

yang berada dalam rentang nilai 1 samapi 7 pada masing – masing skala,

dimana nilai 1 menunjukkan nilai negatif dan nilai 7 positif.

3.2. Teknik Penentuan Sampling a. Populasi

Merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

(56)

menurut (Sugiyono 2001: 57). Populasi yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah karyawan PT ASURANSI JIWASRAYA, Di

Surabaya yang berjumlah 150 orang.

b. Sample

Merupakan sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut, menurut Sugiyono (2001:57). Teknik pengambilan

sample yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling (random sampling sederhana), dimana semua populasi akan mempunyai kesempatan yang sama besarnya untuk dijadikan sample

dalam penelitian ini.

Jumlah yang diambil didasarkan pada pendapat dari Ferdinand

(2002:48) : 100 – 200 sample taknik maksimum likelihood estimation.

1. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi, pedomannya

adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi

2. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh

variabel latent. Jumlah sample adalah jumlah indikator dikali 5 – 10 bila terdapat 20 indikator besarnya sample adalah 100 – 200

3. Bila samplenya sangat besar, maka peneliti dapat memilih teknik

estimasi ADF (Asymptoticaly Distribution Free Estimation) dapat digunakan.

Jumlah sample atau responden yang diambil sebanyak 120

karyawan dengan penyebaran kuisioner sebanyak 120 karena sesuai

(57)

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis data

a. Data primer

Data ini diperoleh dari jawaban responden terhadap kuisioner yang

telah disebarkan pada lokasi penelitian.

b. Data Sekunder

Data yang diambil dari PT JIWASRAYA, Di Surabaya

3.3.2. Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini diperoleh dari :

a. Data primer diperoleh dari :

Jawaban responden melalui kuisioner yang merupakan jawaban atas

permasalahan yang diteliti.

b. Data sekunder diperoleh dari :

PT ASURANSI JIWASRAYA, Di Surabaya bagian operasional

3.3.3. Metode pengumpulan data 1. Interview

Yaitu teknik pengumpulan data dalam metode survei yang

menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subjek peneliti guna

melengkapi data dalam penelitian ini ( Indriantoro dan Supomo,

(58)

2. Kuisioner

Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pembagian lembar

pertanyaan yang harus diisi oleh responden guna melengkapi data

dalam penelitian (Indriantoro dan Supomo, 1999:154)

3. Observasi

Yaitu proses pencatatan pola perilaku subjek, objek atau kejadian yang

sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan

individu-individu yang diteliti (Indriantoro dan Supomo, 1999:157)

3.4. Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Structural Equation Modelling (SEM) yang merupakan sekumpulan teknik statistik yang memungkinkan pengujian suatu hubungan yang rumit yaitu

hubungan antara satu atau lebih variabel independent dengan satu atau lebih variabel dependent yang diestimasi secara simultan. Metode ini ditujukan bukan untuk menghasilkan teori melainkan untuk menguji teori.

Persamaan dari SEM terbagi menjadi dua persamaan struktural

(59)

3.4.2. Uji Reliabilitas

Pendekatan yang dianjurkan dalam menilai sebuah model

pengukuran (measurement model) adalah menilai besaran Composite Reliability serta Variance Extracted dari masing – masing konstruk.

Reabilitas adalah ukuran konsistensi internal dari indikator –

indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana

masing – masing indikator mampu mengidentifikasi sebauh konstruk atau

faktor variabel laten. Konsep reliabilitas dapat dipahami melalui dasar, ide,

konsep tersebut, yaitu konsistensi konsep reliabilitas dapat dilakukan

dengan menggunakan konsistnsiinternal metode cronbach’s coefficinet alpha. Tingkat reliabilitas yang dapat diterima adalah 0,7 walaupun angka itu bukanlah sebuah ukuran yang “ mati” artinya bila penelitian bersifat

exploratori maka nilai dibawah 0,7 masih dapat diterima, sepanjang

disertai alasan – alasan yang empirik yang terlihat dalam proses explortori.

( Ferdinand, 2002:63).

Ukuran reliabilitas yang kedua adalah Variance Extracted, yang menunjukkan jumlah variance yang dari indikator – indikator yang

diekstraksi oleh konstruk laten yang dikembangkan. Nilai Variance Extracted yang tinggi menunjukkan bahwa indikator – indikator itu telah mewakili secara baik konstruk laten yang telah dikembangkan. Nilai

variance extracted ini direkomendasikan pada tingkat paling sedikit 0,50. Composite Reliability serta Variance Extracted diperoleh melelui

(60)

 Construct-Reliability =

 Variance – Extracted = =

Dimana :

 Std.loading diperoleh langsung dari standarized loading untuk

tiap-tiap indikator ( diambil dari perhitungan komputer, misal AMOS)

 € adalah measurement error dari tiap-tiap indikator.

3.4.3. Uji Validitas

Validitas instrumen kuesioner adalah suatu derajat ketepatan alat

ukur penelitian tentang isi yang sebenarnya diukur. Uji validitas item

untuk menguji apakah tiap butir pertanyaan benar – benar sahih atan valid.

Sebagai alat ukur yang digunakan, analisis ini melakukan dengan cara

mengkorelasi masing – masing skor item dengan skor totalnya. Dalam hal

ini koefisien korelasi yang dinilai tingkat signifikan ≤ 0,05. Validitas data

penelitian ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat, oleh karena itu

jika sinonim reliabilitas adalah konsistensi maka esensi dari validitas

adalah akurasi

3.4.4. Outliers

Outliers merupakan observasi atau data yang memiliki karakteristik

(61)

muncul dalam bentuk nilai ekstrim, baik untuk variabel tunggal atau

variabel kombinasi ( Hair, et.al: 1995). Adapun outliers dapat di evaluasi

dengan cara, yaitu outliers univariate dan outliers multivariate. Sedangkan

menurut Ferdinand (2002: 52) outliers adalah observasi yang muncul

dengan nilai – nilai ekstrim baik secara univariat maupun multivariate yatiu yang muncul karena kombinasi karakteristik unik yang dimilikinya

dan terlihat sangan jauh daro observasi – onservasi lainnya.

3.4.4.1. Outliers Univariate

Deteksi terhadap outliers univariate (masing – masing variable)

dapat dilakukan dengan menentukan nilai ambang batas yang akan

dikategorikan sebagai outliers dengan cara mengkonversi nilai data

penelitian ke dalam standart devisi sebesar satu, maka perbandingan antara

besaran nilai dengan mudah dapat dilakukan. Untuk sample besar (diatas

80 observasu),pedoman evaluasi adalah bahwa nilai ambang batas dari

Zskore itu berada pada rentang 3 sampai 4 ( Hair dkk; 1995). Oleh karena

itu kasus – kasus atau observasi yang mempunyai ≥ 3,0 akan dikategorikan

sebagai outliers.

3.4.4.2.Outliers multivariate

Evaluasi terhadap outliers multivariate (antar variable) perlu dilakukan sebab walaupun data yang dianalisis menunjukkan tidak ada

(62)

bila sudah dikombinasikan. Jarak mahalanobis ( the mahalonis distance) untuk tiap – tiap observasi dari rata – rata semua variabel dalam suatu

ruang multidimensional (Hair dkk: 1995 ; Norusis, 1994; abacnick dan

fidell, 1996). Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan

menggunakan kriteria jarak mahalanobis pada tingkat p> 0,001. Jarak

mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan X pada derajat bebas

sebesar jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

3.4.5. Uji Normalitas Univariate dan Multivariate

Sebaran data harus dianalisis untuk mengetahui apakah asumsi

normalitas terpenuhi, sehingga data dapat diolah lebih lanjut pada Path

diagram. Uji normalitas perlu dilakukan baik univariat dan multivariat.

Untuk menguji normalitas distribusi data yang digunakan dalam analisis

dengan menggunakan uji – uji statistic. Bila nilai Z lebih besar dari nilai

krisis,maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal dengan

asumsi normalitas pada tingkat sigifikan ≥ 0,05.

3.4.6. Analisis Path Dengan Menggunakan Permodelan SEM

Sebuah permodelan SEM yang lengkap pada dasarnya terdiri dari

Measurement Model dan Structural Model. Measurement model atau model pengukuran ditujukan untuk mengkonfirmasikan sebuah dimensi

(63)

atau model mengenai structural yang membentuk atau menjelaskan

kausalitas. (Ferdinand, 2002: 34)

Untuk membuat permodelan yang lengkap beberapa langkah berikut

ini yang diperlukan :

a. Pengembangan model berbasis teori

Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencarian atau

pengembangan sebuah model yang mempunyai justifikasi teoritis yang

kuat. Setelah itu, model tersebut divalidasi secara empirik melalui program

SEM.

b. Pengembangan diagram alur untuk menunjukkan hubungan kausalitas

Pada langkah kedua,model teoritis yang telah dibangun pada langkah

pertama akan digambarkan dalam sebuah path diagram. Path diagram

tersebut akan memudahkan peneliti melihat hubungan-hubungan kausalitas

yang ingin diujinya.

c. Konversi diagram alur kedalam persamaan

Setelah teori atau model dikembangkan dan digambarkan dalam sebuah

diagram alur, spesifikasi model dikonversikan kedalam rangkaian

persamaan.

d. Memilih matriks input dan estimasi model

Perbedaan SEM dengan teknik multivariat lainnya adalah input data yang

akan digunakan dalam permodelan dan estimasinya. SEM hanya

menggunakan matriks Varians/ Kovarians atau matriks korelasi sebagai

(64)

e. Menilai problem identifikasi

Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai

ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan

estimasi yang unik.

Problem identifikasi ini dapat muncul melalui gejala – gejala beikut ini:

1. Standart error untuk satu atau beberapa koefisien sangat besar

2. Program tidak mampu menghasilkan matrik informasi yang seharusnya

disajikan.

3. Muncul angka – angka yang aneh seperti adanya varians error yang

negatif.

4. Muncul korelasi yang sangat tinggi antar korelasi estimasi yang didapat

(misalnya lebih dari 0,9)

f. Evaluasi model

Pada langkah ini kesesuaian model dievaluasi melalui berbagai kriteria

goodness – of – fit. Kriteria – kriteria tersebut adalah :

1. Ukuran sampel yang digunakan adalah minimal berjumlah 100 dan

perbandingan 5 observasi untuk tiap parameter.

2. Normalitas dan Linieritas

3. Outliers

(65)

3.4.7. Uji kausalitas

Kausalitas merupakan permodelan tersusun secara structural yang

menggambarkan adanya hubungan yang dihipotesiskan antar konstruk

yang menjelaskan kausalitas termasuk didalamnya kausalitas berjenjang.

Hubungan kausalitas yang dihipotesiskan berdasarkan teori yang

telah teruji dan sistematis. Deteksi kausalitas dapat diamati dari batas

tingkat probabilitas yang lebih kecil (≤ 0,05). Dalam sebuah model

kausalitas, kebenaran adanya suatu hubungan sebab akibat antara dua atau

lebih variabel bukannya karena menggunakan SEM, tetapi harus didasari

oleh teori-teori yang mapan. Jadi SEM bukan digunakan untuk

menghasilakan kausalitas tetapi digunakan untuk mengkonfirmasikan

kausalitas.

3.4.8. Evaluasi Model

Hair et al, 1998 menjelaskan bahwa pola “ confirmatory”

menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas

hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara model teoritis dan data

empiris. Jika model teoritis menggambarkan ‘good fit’ dengan data, maka

model dianggap sebagai yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teritis

tidak diperkuat jika teori tersebut mempunyai suatu ‘ poor fit’ dengan data.

AMOS dapat menguji apakah atau ‘ poor fit’. Jadi, “good fit” model yang

Gambar

Gambar Model Pengukuran Dan struktural............................................         87
Tabel 4.15. Hasil Pengujian Hipotesis........................................................
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasar Usia
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasar Lama Bekerja No
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran, saran dan ilmu pengetahuan, khususnya bidang Sumber Daya Manusia kaitannya dengan pengaruh stres kerja yang

Bagi Pihak Lain penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang akan memberikan penambahan wawasan mengenai sumber daya manusia khususnya yang

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan dalam rangka pengelolaan sumber daya manusia khususnya dalam

Sebagai sumbangan pemikiran atau bahan masukan yang positif bagi Kantor Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Karanganyar dalam mengelola

Bagi Peneliti Penulis akan mendapatkan wawasan dan keahlian dalam bidang manajemen sumber daya manusia sebagai hasil dari penelitian terkait dengan pengaruh iklim organisasi dan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam mengkaji penerapan manajemen sumber daya manusia, terutama memberikan gambaran-gambaran dan pemecahan

Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diterima dalam perkuliahan khususnya Manajemen Sumber Daya Manusia yang terkait

8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia MSDM menurut Marwansyah