SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Administr asi Bisnis Pada FISIP UPN “Veteran” J awa Timur
OLEH :
ARIE WIJ AYANTI
NPM 1042010011
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS
SURABAYA
OLEH :
ARIE WIJ AYANTI 1042010011
Telah Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui.
PEMBIMBING UTAMA
Dr. Eddy Poernomo, SE, MM NIP. 195408251984031001
Menyetujui.
DEKAN
ARIE WIJ AYANTI 1042010011
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi J urusan Ilmu Administr asi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univer sitas Pembangunan
Nasional “Veteran” J awa Timur Pada tanggal 23 J uni 2014
Menyetujui,
PEMBIMBING TIM PENGUJ I:
1. Ketua
Dr. Eddy Poernomo, SE, MM Dra. Ec. Hj. Supar wati, M.Si
NIP. 195408251984031001 NIP. 195507181983022001
2. Sekr etaris
Dr. Eddy Poernomo, SE, MM NIP. 195408251984031001
3. Anggota
Dra. Siti Ning Farida, M.Si
NIP. 196407291990032001
Mengetahui,
DEKAN
Disusun Oleh :
ADILLA CINDY APRILIA 1042010024
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi J urusan Ilmu Administr asi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univer sitas Pembangunan
Nasional “Veteran” J awa Timur Pada tanggal 23 J uni 2014
Menyetujui,
PEMBIMBING TIM PENGUJ I:
1. Ketua
Dr. Eddy Poernomo, SE, MM Dra. Ec. Hj. Supar wati, M.Si
NIP. 195408251984031001 NIP. 195507181983022001
2. Sekr etaris
Dr. Eddy Poernomo, SE, MM NIP. 195408251984031001
3. Anggota
Dra. Siti Ning Farida, M.Si
NIP. 196407291990032001
Mengetahui,
DEKAN
berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Analisis Pengaruh Rasio Pr ofitabilitas Ter hadap Harga Saham
Pada Perusahaan Otomotif yang Listing di Bur sa Efek Indonesia (BEI)
Periode tahun 2009-2012”. Penulisan proposal ini merupakan salah satu
kewajiban bagi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur, khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dalam rangka memenuhi
tugas akademik guna melengkapi sebagian syarat untuk menempuh ujian skripsi.
Hasil penulisan skripsi ini bukanlah kemampuan dari penulis semata,
namun terwujud karena bantuan dan bimbingan dari Bapak Dr. Eddy Poernomo,
S.E, M.M. sebagai dosen pembimbing. Selain itu, penulis juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini :
1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Dra. Lia Nirawati, M.Si selaku ketua Program Studi Ilmu Administrasi
Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu Dra. Siti Ning Farida, M.Si selaku sekretaris Program Studi Ilmu
Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Administrasi Bisnis maupun staf karyawan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur, yang telah memberikan Ilmu Pengetahuan dan
dukungan kepada penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak. Segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
demi kebaikan laporan ini.
Surabaya, 30 Juni 2014
LEMBAR PENGESAHAAN ... iii
2.2.2.3 Keuntungan dan Risiko Kepemilikan Saham ... 19
2.2.3 Harga Saham ... 21
2.2.5.1 Rasio Likuiditas ... 30
2.2.5.2 Rasio Leverage ... 32
2.2.5.3 Rasio Aktivitas ... 33
2.2.5.4 Rasio Profitabilitas ... 35
2.2.6 Pengaruh GPM, ROA, ROI, ROE dan EPS Terhadap Harga Saham ... 38
2.2.6.1 Pengaruh Gross Profit Margin Terhadap Harga Saham ... 38
4.1.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 65
4.1.4 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 109
4.1.5 Pengujian Hipotesis ... 111
4.1.5.1 Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinan ... 121
4.2 Pembahasan ... 123
4.2.1 Pengaruh Antara Gross Profit Margin dan Harga Saham (Stock Price) ... 123
4.2.2 Pengaruh Antara Return On Asset dan Harga Saham (Stock Price) ... 123
4.2.3 Pengaruh Antara Return On Investment dan Harga Saham (Stock Price) ... 124
4.2.4 Pengaruh Antara Return On Equity dan Harga Saham (Stock Price) ... 125
4.2.5 Pengaruh Antara Earning Per Share dan Harga Saham (Stock Price) ... 125
4.2.6 Kontribusi Gross Profit Margin, Return On Asset, Return On Investment, Return On Equity, dan Earning Per Share Harga Saham(Stock Price) ... 126
Tabel 1.2 Harga Saham Penutupan Rata-Rata Tahunan Perusahaan Otomotif ... 5
Tabel 3.1 Perusahaan Otomotif yang Menjadi Populasi Penelitian ... 52
Tabel 3.2 Perusahaan Otomotif yang Menjadi Sampel Penelitian ... 53
Tabel 3.3 Penentuan Nilai Durbin Watson ... 59
Tabel 4.1 Harga Saham Penutupan Rata-Rata Tahunan Perusahaan Otomotif ... 81
Tabel 4.2 Gross Profit Margin (GPM) Rata-Rata Tahunan Perusahaan Otomotif ... 85
Tabel 4.3 Return On Asset (ROA) Rata-Rata Tahunan Perusahaan Otomotif ... 88
Tabel 4.4 Return On Investment (ROI) Rata-Rata Tahunan Perusahaan Otomotif ... 92
Tabel 4.5 Return On Equity (ROE) Rata-Rata Tahunan Perusahaan Otomotif ... 95
Tabel 4.6 Earning Per Share (EPS) Rata-Rata Tahunan Perusahaan Otomotif ... 99
Tabel 4.7 Uji Normalitas ... 103
Tabel 4.8 Nilai Variance Inflation Factor Variabel Bebas ... 105
Tabel 4.9 Uji Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman ... 107
Tabel 4.10 Nilai Durbin Waston ... 108
Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 109
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Uji F ... 112
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Uji t ... 114
Tabel 4.14 Hasil Analisis Uji t ... 121
Per Share) Terhadap Harga Saham ... 45
Gambar 3.1 Kurva uji F ... 62
Gambar 3.2 Kurva uji t ... 64
Gambar 4.1 Normal P-P Plot of Regression Standartdized Residual ... 104
Gambar 4.2 Scatter Plot Residual vs Fits ... 106
Gambar 4.3 Kurva daerah penerimaan dan penolakan H0 uji F ... 113
Gambar 4.4 Kurva daerah penerimaan dan penolakan H0 uji t variabel X1 ... 115
Gambar 4.5 Kurva daerah penerimaan dan penolakan H0 uji t variabel X2 ... 116
Gambar 4.6 Kurva daerah penerimaan dan penolakan H0 uji t variabel X3 ... 118
Gambar 4.7 Kurva daerah penerimaan dan penolakan H0 uji t variabel X4 ... 119
2012
Kebutuhan info mengenai harga saham bagi investor semakin meningkat, hal ini disebabkan investor ingin mengurangi kerugian, penelitian ini akan menggunakan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui variabel Gross Profit Margin, Return On Asset, Return On Investment, Return On Equity dan
Earning Per Share berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap harga saham. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2009-2012. Sedangkan penentuan jumlah sample digunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini digunakan teknik dokumentasi. Data internal perusahaan otomotif untuk variabel Gross Profit Margin, Return On Asset, Return On Investment, Return On Equity, Earning Per Share dan harga saham diperoleh melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2009-2012.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dan uji hipotesis dapat diketahui bahwa secara simultan Gross Profit Margin, Return On Asset, Return On Investment, Return On Equity dan Earning Per Share berpengaruh terhadap harga saham. Pada pengujian secara parsial diperoleh hasil, variabel simultan
Gross Profit Margin, Return On Asset, Return On Investment, Return On Equity
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Sedangkan Earning Per Share berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
2012
The need info on the stock price for investors is increasing, it is because investors want to reduce losses , this study will use multiple linear regression analysis to determine the variable Gross Profit Margin, Return On Asset, Return On Investment, Return On Equity, Earning Per Share and partial simultaneous effect on stock prices .
The population in this study is a state-owned company that is listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) year period 2009-2012. While the determination of the number of samples used purposive sampling technique . The data collection techniques used in this study documentation . Internal data state-owned company to a variable Gross Profit Margin, Return On Asset, Return On Investment, Return On Equity, Earning Per Share and stock prices obtained through the Indonesia Stock Exchange ( IDX ) year period 2009-2012.
Based on the results of multiple regression analysis and hypothesis testing can be seen that simultaneous Gross Profit Margin, Return On Asset, Return On Investment, Return On Equity on stock prices . In the partial test results obtained , the variable Gross Profit Margin, Return On Asset, Return On Investment, Return On Equity significantly sercara no effect on stock prices . While the Earning Per Share significantly influence stock prices .
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan jaman telah mengubah dunia usaha menjadi lebih baik
dan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perekonomian suatu negara
telah berubah dari yang sebelumnya agraris berubah menjadi negara industri.
Hal ini ditunjukkan dengan munculnya berbagai macam industri yang
menghasilkan produk sejenis maupun produk yang tidak sejenis.
Bagi perusahaan yang Go Publik laporan keuangan bersifat terbuka yang
berarti laporan keuangan perusahaan perusahaan tersebut telah dipublikasikan
sehingga dapat dilihat dan dibaca oleh masyarakat umum dan juga para
pemakai laporan keuangan baik intern maupun ekstern. Laporan keuangan
akan menggambarkan kondisi dan perkembangan keuangan perusahaan,
sehingga pihak internal maupun eksternal dapat memanfaatkan laporan
perkembangan keuangan untuk kepentingan masing-masing. Bagi pihak
internal informasi keuangan diperlukan untuk mengetahui keadaan perusahaan
dan membantu dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan aktivitas
operasi perusahaan, sedangkan bagi pihak eksternal informasi keuangan
digunakan untuk menentukan posisi kedudukan perusahaan, pemberian kredit
dan melakukan investasi. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber
informasi penting bagi para pemakai laporan keuangan dalam rangka
laporan keuangan juga mempunyai beberapa sifat dan keterbatasan, seperti
misalnya bersifat historis. Tanpa mempermasalahkan bagaimana cermatnya
suatu laporan keuangan disusun, semua laporan keuangan pada dasarnya
merupakan dokumen historis.
Seorang investor dalam menentukan saham yang akan dibeli atau dijual
akan mempertimbangkan informasi yang tersedia. Informasi ini berguna
sebagai pertimbangan untuk menentukan tingkat keuntungan beserta resiko
saham yang dibeli atau dijual. Harga saham suatu perusahaan menunjukkan
nilai penyertaan dalam perusahaan. Tinggi rendahnya harga saham suatu
perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kinerja perusahaan, resiko,
deviden, tingkat suku bunga, penawaran, permintaan, laju inflasi,
kebijaksanaan pemerintah dan kondisi perekonomian. Karena perubahan
faktor-faktor di atas harga saham akan mengalami perubahan naik atau turun.
Harga saham mencerminkan nilai perusahaan dimata masyarakat. Apabila
harga saham suatu perusahaan tinggi, maka nilai perusahaan dimata
masyarakat juga baik dan sebaliknya jika harga saham perusahaan rendah, nilai
perusahaan di masyarakat menjadi kurang baik, maka harga saham merupakan
hal yang penting bagi perusahaan.
Analisis rasio keuangan merupakan suatu bentuk atau cara yang umum
digunakan dalam menganalisis laporan finansial suatu perusahaan. Dengan
menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau
apakah investor akan mempertimbangkan faktor fundamental beberapa
perusahaan, seperti kinerja perusahaan yang diproyeksikan dengan rasio
keuangan untuk memperkirakan harga yang akan diterima dimasa yang akan
datang. Rasio keuangan yang digunakan adalah Rasio profitabilitas yang
meliputi Gross Profit Margin (GPM), Return On Asset (ROA), Return On Investment (ROI), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS). Untuk mengetahui nilai dari salah satu variabel yaitu Gross Profit Margin
(GPM) pada perusahaan otomotif tahun 2009 sampai 2012 dapat dilihat pada
table 1.1 di bawah ini.
Tabel 1.1
Gross Profit Margin Rata-Rata Tahunan Perusahaan Otomotif Periode Tahun 2009-2012
Astra Internasional Tbk 23.11% 20.67% 19.71% 19.25%
Astra Otoparts Tbk 18.01% 18.43% 16.81% 16.39%
Indo Kordsa Tbk 16.04% 17.05% 14.95% 9.51%
Goodyears Indonesia Tbk 14.90% 9.94% 6.76% 11.15%
Gajah Tunggal Tbk 22.95% 19.67% 14.10% 17.965
Indomobil Sukses Internasional Tbk 13.12% 12.85% 12.61% 12.01%
Indospring Tbk 13.03% 20.23% 22.01% 21.16%
Multistrada Arah Sarana Tbk 21.91% 21.71% 18.62% 18.24%
Nipress Tbk 13.58% 15.45% 15.54% 14.84%
Prima Alloy Steel Universal Tbk 10.20% 13.21% 13.71% 13.29%
Selamat Sempurna Tbk 23.01% 23.61% 25.48% 23.84%
Rata- Rata (Rp) 18.78% 19.56% 18.69% 18.19%
Sumber : Laporan Keuangan di BEI tahun 2014.
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa Gross Profit Margin
(GPM) tahun 2009 mengalami penurunan sebesar Rp. 18.78. Sedangkan pada
tahun 2010 dan 2011 cenderung mengalami kenaikan masing-masing sebesar Rp.
19.56 dan Rp. 18.69 serta pada tahun 2012 mengalami penurunan kembali
sebesar Rp. 18.19. Dengan demikian dalam kurun waktu setahun terdapat
penurunan dan kenaikan Gross Profit Margin (GPM) otomotif yang tidak menentu.
Perusahaan otomotif tidak terlepas akan persaingan yang semakin ketat
khususnya dalam industri otomotif karena banyaknya perusahaan yang
menghasilkan produk sejenis. Otomotif adalah ilmu yang mempelajari tentang
alat-alat transportasi darat yang menggunakan mesin terutama mobil. Otomotif
mulai berkembang sebagai cabang ilmu seiring diciptakannya mesin mobil
yang semakin tahun semakin bertambah.
Analisis terhadap harga saham dan faktor – faktor yang dianggap capable
atau mampu mempengaruhi harga saham dapat investor lakukan diperusahaan
suatu negara di bidang otomotif dan dapat bersaing dengan negara lain. Harga
saham pada Perusahaan Otomotif juga dapat mengalami fluktuasi dan
perubahan yang tidak menentu yang dapat disebabkan oleh faktor
fundamental maupun teknikal. Sehingga, investor yang berencana untuk
menanamkan dananya pada saham perusahaan otomotif harus melakukan
analisis terlebih dahulu, tidak hanya melihat laba tetapi juga analisis
laporan keuangan perusahaan dan perkembangan sahamnya. Untuk
perkembangan harga saham perusahaan otomotif tahun 2009 sampai 2012 dapat
dilihat pada table 1.2 di bawah ini.
Tabel 1.2
Harga Saham Penutupan Rata – Rata Tahunan Pada Perusahaan
Otomotif Periode Tahun 2009 – 2012
Perusahaan
Astra Internasional Tbk Rp. 34,700 Rp. 54.550 Rp. 74.000 Rp. 7.600
Multi Prima Sejahtera Tbk Rp. 1.100 Rp. 3.125 Rp. 2.200 Rp. 7.650
Multistrada Arah Sarana Tbk Rp. 205 Rp. 330 Rp. 500 Rp. 450
Nipress Tbk Rp. 1.450 Rp. 3.975 Rp. 4.000 Rp. 4.100
Prima Alloy Steel Universal Tbk Rp.119 Rp. 93 Rp. 132 Rp. 255
Selamat Sempurna Tbk Rp. 750 Rp. 1.070 Rp. 1.360 Rp. 2.525
Rata – Rata (Rp) Rp. 4,804.92 Rp. 9,366.08 Rp. 9,716.00 Rp. 4,442.08
Sumber : Laporan Keuangan di BEI tahun 2014.
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa harga saham penutupan
pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar Rp. 4,804.92. Sedangkan tahun
2010 dan 2011 cenderung mengalami kenaikan masing-masing sebesar Rp.
9,366.08 dan Rp. 9,716. serta pada tahun 2012 mengalami penurunan kembali
sebesar Rp. 4,442.08. Dengan demikian dalam kurun waktu setahun terdapat
penurunan dan kenaikan harga saham perusahaan otomotif yang tidak menentu.
dapat meningkatkan nilai saham dalam perusahaan otomotif, serta
menunjukkan pula bahwa harga saham yang penulis teliti memiliki penurunan
dan kenaikan yang tidak stabil atau tidak wajar dikarenakan harga saham yang
kurang stabil adanya penurunan investor baru. Dengan demikian dalan kurun
waktu setahun terdapat penurunan harga saham perusahaan otomotif.
Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini akan menganalisis
lebih lanjut mengenai “Analisis Pengaruh Rasio Pr ofitabilitas Ter hadap
Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif yang listing di Bur sa Efek
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan,
perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah Gross Profit Margin (GPM), Return on Assets (ROA), Return On Investment (ROI), Return in Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh secara simultan terhadap harga saham pada kelompok
perusahaan otomotif yang listing di BEI ?
2. Apakah Gross Profit Margin (GPM), Return on Assets (ROA), Return On Investment (ROI), Return in Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) berpengaruh secara parsial terhadap harga saham pada kelompok
perusahaan otomotif yang listing di BEI ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah yang telah dikemukan, maka
tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Gross Profit Margin
(GPM), Return on Assets (ROA), Return On Investment (ROI), Return in Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) secara simultan terhadap harga saham pada kelompok perusahaan otomotif.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Gross Profit Margin
Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) secara parsial terhadap harga saham pada kelompok perusahaan otomotif.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai referensi bagi investor yang ingin melakukan investasi saham di
BEI.
2. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Ter dahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh Canggih Dwi Reza Putra (2010), yang
berjudul “Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham pada
Perusahaan Makanan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Di
dalam penelitian ini variabel yang digunakan NPM (Net Profit Margin), ROI (Return on Insvestment), ROE (Return on Equity), EPS (Earning Per Share) dan harga saham perusahaan makanan. Dengan menggunakan teknik regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
secara parsial maupun simultan dari ketiga variabel net profit margin, return on investment, return on equity, Earning Per Share memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Aditya Tri Yulianto (2011), yang berjudul
“Analisis Pengaruh Rasio Solvabilitas dan Rasio Profitabilitas terhadap
Harga Saham di Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Di dalam penelitian ini variabel yang
digunakan ROA (Return on Asset), ROE (Return on Equity), DAR (Debt to Asset Ratio), DER (Debt to Equity Ratio) dan harga saham perusahaan makanan. Dengan menggunakan teknik regresi linier berganda. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial maupun simultan dari
Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Laporan Keuangan
2.2.1.1 Pengertian Lapor an Keuangan
Laporan keuangan adalah suatu laporan tertulis yang merupakan bentuk
pandangan secara wajar mengenai posisi keuangan, kinerja dan arus kas
perusahaan yang bermafaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan
dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan
pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka (IAI,2002).
Menurut Myer dalam bukunya “Financial Statement Analysis” yang diterjemahkan oleh Munawir (2000:5), laporan keuangan adalah dua daftar
yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua
daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar rugi laba.
Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan
untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar laba yang tak dibagikan (laba
yang ditahan).
Melalui laporan keuangan itu, secara periodik dilaporkan informasi
1. Informasi mengenai sumber-sumber ekonomi, kewajiban dan modal
perusahaan.
2. Informasi mengenai perubahan-perubahan dalam sumber-sumber
ekonomi netto atau kekayaan bersih (modal = aktiva dikurangi
kewajiban), yang timbul dari aktivitas usaha perusahaan dalam rangga
memperoleh laba.
3. Informasi mengenai, hasil usaha perusahaan yang dapat dipakai sebagai
dasar untuk menilai dan membuat estimasi tentang kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba.
4. Informasi mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi dan
kewajiban, yang disebabkan oleh aktivitas pembelanjaan dan investasi.
5. Informasi penting lainnya yang berhubungan dengan laporan keuangan,
seperti kebijaksanaan akutansi yang dianut oleh perusahaan.
2.2.1.2 Tujuan dan Pemakaian Laporan Keuangan
Ikatan Akutansi Indonesia dalam PSAK (Prosedur Standar Akutansi
Keuangan) paragraf 12 mengemukakan tujuan dari laporan keuangan adalah
sebagai berikut : menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja sebagai serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi (Sandy Teguh Ariansyah, 2006:10).
Tujuan dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakaian dalam
pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 2002).
Bab 4 APB (Accounting Principle Board) statement No. 4
mengklarifikasi tujuan laporan keuangan sebagai berikut : Tujuan umum, yaitu
menyajikan laporan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akutansi yang
diterima umum.
1. Tujuan khusus, yaitu memberikan informasi tentang kekayaan, kewajiban,
kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban serta
informasi lainnya yang relevan.
2. Tujuan kualitatif, sebagai berikut :
a. Relevance : Memilih informasi yang benar-benar dapat membantu pemakaian laporan dalam pengambilan keputusan.
b. Understandbility : Informasi yang disajikan bukan saja informasi yang penting tetapi mudah untuk dimengerti oleh pemakaiannya.
c. Variability : Hasil akutansi itu harus dapat diperiksa oleh pihak lain. d. Timeliness : Laporan keuangan hanya bermanfaat untuk pengambilan
keputusan apabila diserahkan pada saat yang tepat.
e. Comparability : Informasi akutansi harus dapat dibandingkan, artinya akutansi harus memiliki prinsip yang sama untuk semua perusahaan.
2.2.1.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik kuantitatif laporan keuangan merupakan ciri khas yang
membuat informasi dalam laporan keuangan tersebut berguna bagi pemakaian
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Terdapat empat karakter pokok
kualitatif laporan keuangan menurut IAI (2002. P.6-10).
1. Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan
adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh para pemakai.
Dalam hal ini, para pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang
memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, serta kemauan untuk
mempelajari informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam
laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan
bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh
pemakaian tertentu.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan
pemakai dalam proses pengambilan keputusan, informasi memiliki
kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pemakaian dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu,
masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau, mengoreksi, hasil
3. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable), informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan,
kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai
penyajian yang tulus dan jujur (faith full representative) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
4. Dapat Dibandingkan
Pemakaian harus dapat mempertimbangkan laporan keuangan
perusahaan anatar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan
(trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakaian juga harus dapat
memprbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk
mengevaluasi posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu pengukuran
dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang
serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan yang berbeda.
2.2.1.4 Sifat dan Keterbatasan Laporan keuangan
Laporan keuangan adalah laporan yang elemen-elemennya dinyatakan
dengan uang. Penilian ini akan memberikan suatu anggapan bahwa fakta yang
dinyatakan dengan angka dan satuan uang tersebut merupakan cerminan dari
nilai perusahaan secara keseluruhan dengan pasti, benar dan tepat sesuai
dengan ekonomi per tanggal laporan. Laporan keuangan yang
1. Laporan yang bersifat historis, yaitu penyajian data kejadian-kejadian
yang telah lalu sehingga belum mencerminkan kondisi keuangan saat
sekarang.
2. Laporan keuangan bersifat umu, sehingga calon pemakaian tidak tahu
secara rinci posisi keuangan perusahaan.
3. Penyusunan laporan keuangan masih mengandung bisa dalam
penaksiran-penaksiran dan pertimbangan-pertimbangannya.
4. Akutansi hanya dapat memberikan laporan kasar dan belum terperinci
mengenai elemen-elemen pembanding.
5. Laporan keuangan bersifat konservatif, yaitu tidak mengikuti dan
mengantisipasi kebutuhan perusahaan.
6. Laporan keuangan tidak mempertimbangkan aspek-aspek lainnya diluar
aspek ekonomi dalam memperhitungkan peristiwa yang sebenarnnya
terjadi.
7. Adanya penggunaan istilah-istilah teknis dalam laporan keuangan yang
tidak komunikatif bagi masyarakat awam atau pemakai.
8. Adanya penggunaan berbagai macam metode akutansi, akan
menyebabkan terjadinya perbedaan baik dalam pengukuran
sumber-sumber ekonomis maupun dalam pengukuran tingkat keberhasilan
perusahaan.
9. Adanya pengabaian informasi yang bersifat kualitatif, padahal aspek ini
2.2.1.5 Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan
Laporan keuangan suatu perusahaan biasanya terdiri atas empat jenis
laporan, antara lain :
1. Neraca adalah daftar yang sistematis dari aktiva, utang dan modal pada
tangga tertentu, yang biasanya dibuat pada akhir tahun. Disebutkan
sebagai daftar yang sistematis, karena neraca disusun berdasarkan urutan
tertentu. Dalam neraca dapat diketahui berapa jumlah kekayaan
perusahaan, kemampuan perusahaan membayar kewajiban serta
kemampuan perusahaan memperoleh tambahan pinjaman dari pihak luar.
Selain itu juga dapat diperoleh informasi tentang jumlah utang
perusahaan kepada kreditur dan jumlah investasi pemilik yang ada
didalam perusahaan tersebut.
2. Laporan laba rugi, adalah ikhtisar mengenai pendapatan dan beban suatu
perusahaan untuk periode tertentu, sehingga dapat diketahui laba yang
diperoleh dan rugi yang dialami.
3. Laporan perubahan modal, adalah laporan yang menunjukan perubahan
modal untuk periode tertentu, mungkin satu bulan atau satu tahun.
Melalui laporan perubahan modal dapat diketahui sebab-sebab perubahan
modal selama periode tertentu.
4. Laporan arus kas, dengan adanya laporan ini pemakai laporan keuangan
dapat mengevaluasi perubahan aktiva bersih perusahaan, struktur
2.2.2 Saham
2.2.2.1 Pengertian Saham
Saham merupakan suatu bukti kepemilikan atas suatu perusahaan.
Perusahaan mengeluarkan dan menjual saham di pasar modal dengan
tujuan untuk menghimpun dana yang lebih banyak dari luar
perusahaan guna membiayai berbagai aktivitas perusahaan. Jumlah saham
yang dimiliki oleh investor pada suatu perusahaan adalah sesuai
dengan jumlah dana yang ditanamkan di perusahaan tersebut.
Menurut Kasmir (2010:205) pengertian saham adalah: “Tanda
kepemilikan perusahaan atas nama saham yang dibelinya. Saham dapat
diperjualbelikan (dipindahtangankan) kepada pihak lain.”
Sedangkan, menurut Irham Fahmi (2012: 81) pengertian saham adalah :
“Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal / dana pada suatu perusahaan,
yaitu merupakan kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama
perusahaan dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada
setiap pemegangnya.”
Berdasarkan pernyataan di atas saham merupakan suatu tanda
kepemilikan perusahaan atas nama saham yang dibelinya dan merupakan
bukti penyertaan kepemilikan modal ada suatu perusahaan. Jadi, jika seorang
investor telah menanamkan dananya di suatu perusahaan maka ia akan
2.2.2.2 J enis Saham
Menurut Subramanyam dan Wild (2012: 227) jenis saham secara umum
adalah sebagai berikut:
1. Saham Preferen
Saham preferen (preferred stock) adalah kelompok khusus saham yang memiliki fitur yang tidak dimiliki oleh saham biasa. Ciri – ciri umum
saham preferen meliputi :
a. Prioritas atas distribusi dividen, termasuk hak partisipasi dan
dividen kumulatif.
b. Proritas atas likuidasi, terutama penting karena selisih antara nilai
nominal dengan nilai likuidasi saham preferen bisa besar.
c. Dapat dikonversi (ditarik) menjadi saham biasa. Security Exchange Comission (SEC) mensyaratkan penyajian kedua jenis saham tersebut secara terpisah bila saham preferen memiliki karakteristik utang.
d. Tidak memiliki hak suara yang dapat berubah karena perubahan hal –
hal seperti dividen yang tidak dibayarkan.
e. Harga pembelian kembali biasanya untuk melindungi pemegang
saham preferen dari pembelian kembali yang terlalu awal (harga
pembelian kembali premium sering kali menurun). Walaupun
pemegang saham preferen memiliki prioritas terdahulu dibandingkan
dengan pemegang saham biasa, hak pemegang saham preferen atas
harus dibayarkan sebelum dividen dibagikan kepada pemegang saham
biasa.
2. Saham Biasa
Saham biasa (common stock) merupakan kelompok saham yang
mencerminkan hak kepemilikan serta memiliki resiko tinggi dan
pengembalian tinggi atas kinerja perusahaan. Saham biasa mencerminkan
bunga sisa (residual interest)––tidak diprioritaskan, namun mendapatkan
laba bersih sisa dan menyerap rugi bersih. Saham biasa dapat
memiliki nilai nominal, jika tidak, biasanya memiliki nilai yang
ditetapkan (stated value). Nilai nominal saham biasa merupakan
masalah legal dan bersifat historis––biasanya tidak penting bagi
analisis laporan keuangan modern.
2.2.2.3 Keuntungan dan Risiko Kepemilikan Saham
Investasi dalam saham memiliki keuntungan dan juga risiko. Investor
haruslah berhati – hati dalam memilih dan menganalisis saham.
Investor sebaiknya tidak hanya melihat keuntungan yang ditawarkan, tetapi
juga harus pandai dalam menganalisis risiko yang mungkin terjadi.
Menurut Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2010) ada dua
keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli dan memiliki saham,
yaitu:
1. Dividen
penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai
(cash dividend) atau dapat pula berupa dividen saham (stock dividend).
2. Capital Gain
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual.
Capital Gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Investor dapat menikmati capital gain jika harga jual melebihi harga beli saham tersebut.
Selain menawarkan keuntungan, sebagai instrumen investasi, saham
juga memiliki resiko. Menurut Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin
(2010:13) risiko investor yang memiliki saham adalah sebagai berikut:
1. Tidak mendapatkan dividen
Perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya menghasilkan
keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat membagikan
dividen jika mengalami kerugian.
2. Capital Loss
Investor akan mengalami capital loss ketika harga beli saham lebih besar dari harga jual.
3. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi
Jika sebuah perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak
secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari
bursa. Dalam kondisi perusahaan dilikudasi, maka pemegang
saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditor atau
pemegang obligasi
4. Saham dikeluarkan dari bursa (delisting)
Saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya dikarenakan kinerja yang buruk. Saham yang telah di-delist tentu saja tidak lagi diperdagangkan di bursa.
Berdasarkan pernyataan di atas, investasi dalam saham memiliki
keuntungan dan risiko. Keuntungan memiliki saham adalah investor
dapat memperoleh dividen dan capital gain, sedangkan risikonya adalah tidak mendapat dividen, capital loss, perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, dan saham dikeluarkan dari bursa (delisting). Dengan adanya keuntungan dan risiko dari kepemilikan saham, investor harus pandai
dalam melakukan analisis sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada
saham supaya dapat meminimalisir risiko dari kepemilikan saham tersebut.
2.2.3 Harga Saham
2.2.3.1 Pengertian Harga Saham
Harga saham merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan
kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut.
Harga saham terbentuk dari interaksi penjual dan pembeli saham di
terhadap keuntungan perusahaan.
Menurut Agus Sartono (2010:70) : “Harga pasar saham terbentuk
melalui mekanisme permintaan dan penawaran di pasar modal. Dalam
pasar modal yang efisien, semua sekuritas diperjualbelikan pada harga
pasarnya.
Menurut Abdul Halim (2010:16): “Nilai buku saham sangat
menentukan harga pasar saham yang bersangkutan. Oleh karena itu,
sebelum investor memutuskan untuk membeli atau menjual saham, mereka
harus memperhatikan nilai buku saham yang bersangkutan dan
membandingkan dengan harga yang ditawarkan. Nilai buku saham
mencerminkan nilai perusahaan, dan nilai perusahaan tercermin pada nilai
kekayaan bersih ekonomis yang dimilikinya. Nilai buku saham bersifat
dinamis tergantung pada perubahan nilai kekayaan bersih ekonomis pada
suatu saat.”
Harga saham ada beberapa macam. Menurut Sawidji Widoatmojo
(2010:91) harga saham dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Harga Nominal.
Harga nominal adalah harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang
ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang
dikeluarkan.
2. Harga Perdana.
saham tersebut dicatat di bursa efek.
3. Harga Pasar.
Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan
investor yang lain. Jika pasar sudah tutup maka harga pasar adalah harga
penutupannya (closing price).
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa harga saham
adalah harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan
oleh pelaku pasar dan terbentuk melalui mekanisme permintaan dan
penawaran di pasar modal. Dalam pasar modal yang efisien, semua sekuritas
diperjualbelikan pada harga pasarnya dan jika pasar sudah tutup maka harga
pasar adalah harga penutupannya (closing price).
2.2.3.2 Analisis Saham
Untuk menganalisis pergerakan harga saham menggunakan dua analisis
yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal sebagai berikut :
1. Analisis Fundamental
Seorang investor haruslah berhati – hati dalam berinvestasi, agar
dana yang ditanamkannya menghasilkan keuntungan yang sesuai. Selain
itu, investasi dalam saham juga memiliki risiko sehingga investor
harus pandai dalam melakukan analisis sebelum berinvestasi supaya
risiko dapat diminimalisir.
Salah satu teknik analisis investasi yang digunakan dalam
berinvestasi adalah teknik analisis fundamental. Analisis fundamental
ekonomi suatu perusahaan. Teknik ini menitikberatkan pada rasio
keuangan dan kejadian - kejadian yang secara langsung maupun tidak
langsung memengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
Menurut Suad Husnan (2010:303) :“Secara tradisional analisis
fundamental telah memperoleh perhatian yang cukup besar dari
para analis sekuritas, dan perkembangan penelitian tentang
konsep pasar yang efisien telah mempengaruhi analisis saham.
Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa
yang akan datang dengan: (i) mengestimasi nilai faktor – faktor
fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan
datang, dan (ii) menerapkan hubungan variabel – variabel tersebut
sehingga diperoleh taksiran harga saham. Model ini sering disebut
share price forecasting, dan sering dipergunakan dalam berbagai pelatihan analisis sekuritas.
Kemudian, Suad Husnan (2010:305) menjelaskan ketiga
tahapan tersebut, yaitu sebagai berikut.
a. Analisis Ekonomi/Pasar
Analisis ini menyangkut penilaian umum perekonomian dan
pengaruh potensialnya terhadap hasil sekuritas. Foster (1986) dalam
menunjukkan bahwa faktor ekonomi mampu menjelaskan sekitar
b. Analisis Industri
Analisis industri akan memberikan pemahaman tentang sifat dan
operasi dari suatu industry yang dapat digunakan untuk
memperkirakan prospek pertumbuhan industry perusahaan –
perusahaan di dalamnya serta prestasi saham – sahamnya. Industri
dianalisis lewat penelaahan berbagai data yang menyangkut tentang
penjualan, laba, dividen, struktur modal, jenis produk yang
dihasilkan, regulasi, inovasi dan sebagainya. Analisis tersebut
memerlukan pengalaman yang cukup banyak dan biasanya
dilakukan oleh analis industri yang bekerja di perusahaan –
perusahaan sekuritas dan pemodal – pemodal institusional.
c. Analisis Perusahaan
Analisis ini menyangkut penilaian keadaan keuangan perusahaan.
Analisis laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat untuk
melakukan analisis perusahaan. Analis mungkin saja melakukan
analisis langsung terhadap faktor – faktor yang dipandang akan
mempengaruhi harga saham. Cara semacam ini pada dasarnya
merupakan penerapan teknik analisis fundamental. Contoh variable –
variabel yang dipandang akan mempengaruhi harga saham,
diantaranya pertumbuhan penjualan, nilai penjualan, penghasilan di
perusahaan. Tahapan yang dilakukan pada analisis fundamental
ini diantaranya, analisis ekonomi/pasar, analisis industri, dan
analisis perusahaan
2. Analisis Teknikal
Selain teknik analisis fundamental, investor juga dapat menggunakan
analisis teknikal dalam memilih suatu saham. Analisis teknikal
merupakan analisis saham berdasarkan pola – pola pergerakan saham
dari waktu ke waktu. Inti pemikiran dari analisis teknikal adalah
bahwa nilai dari sebuah saham merupakan hasil dari adanya penawaran
dan permintaan yang terjadi. Menurut Suad Husnan (2010:337) :
“Analisis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham
(kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut
(kondisi pasar) di waktu yang lalu. Berlainan dengan pendekatan
fundamental, analisis teknikal tidak memperhatikan faktor – faktor
fundamental (seperti kebijaksanaan pemerintah, pertumbuhan ekonomi,
pertumbuhan penjualan perusahaan, pertumbuhan laba, pertumbuhan
tingkat bunga, dan sebagainya), yang mungkin mempengaruhi harga
saham (kondisi pasar).”
2.2.3.3 Faktor – Faktor yang Mempengar uhi Harga Saham
Faktor – faktor yang mempengaruhi harga saham dapat berasal dari
internal maupun eksternal. Menurut Ali Arifin (2010:116) faktor – faktor
1. Kondisi Fundamental Emiten
Faktor fundamental merupakan faktor yang erat kaitannya dengan
kondisi perusahaan yaitu kondisi manajemen organisasi sumber
perusahaan, mereka akan melakukan transaksi jual beli. Transaksi –
transaksi inilah yang akan mempengaruhi fluktuasi harga saham.
3. Tingkat Suku Bunga
Dengan adanya perubahan suku bunga, tingkat pengembalian hasil
berbagai sarana investasi akan mengalami perubahan. Bunga yang
tinggi akan berdampak pada alokasi dana investasi pada investor.
Investor produk bank seperti atau tabungan jelas lebih kecil
risikonya jika dibandingkan dengan investasi dalam bentuk saham.
Oleh karena itu investor akan menjual saham dan dananya
ditempatkan di bank. Penjualan saham secara serentak akan
berdampak pada penurunan harga saham secara signifikan.
4. Valuta Asing
Mata uang Amerika (dollar) merupakan mata uang terkuat diantara
menjual sahamnya dan ditempatkan di bank dalam bentuk valuta
asing (valas) sehingga akan mengakibatkan implikasi yang negatif
terhadap harga saham di pasar.
merangsang kemampuan emiten untuk mencetak laba. Sebaliknya jika
investasi asing berkurang, ada pertimbagan bahwa mereka sedang
ragu atas negeri ini, baik atas keadaan sosial, politik maupun
keamanannya. Jadi besar kecilnya investasi dana asing di bursa akan
berpengaruh pada kenaikan atau penurunan harga saham.
6. Indeks Harga Saham
Kenaikan indeks harga saham gabungan sepanjang waktu tentunya
menandakan kondisi investasi dan perekonomian negara dalam
keadaan baik. Sebaliknya jika turun, berarti iklim investasi sedang
memprediksi seberapa kondusif keamanan negeri ini sehingga kegiatan
investasi dapat di laksanakan. Ini akan berdampak pada pergerakan
harga saham di bursa.
2.2.4 Analisis Rasio Keuangan
Sudana (2011 : 22), analisis laporan keuangan penting dilakukan untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan. Informasi ini
diperlukan untuk mengevaluasi kinerja yang dicapai manajemen perusahaan
dimasa lalu, dan juga sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun rencana
perusahaan kedepan. Salah satu cara untuk memperoleh informasi yang
bermanfaat dari laporan keuangan perusahaan adalah dengan melakukan
analisis rasio keuangan. Rasio keuangan didesain untuk memperlihatkan
hubungan antara item-item pada laporan keuangan (neraca dan laporan laba
rugi).
Raharjaputra (2009 : 196), pengertian analisis rasio keuangan secara
simpel adalah membandingkan satu angka dengan angka lainnya yang
memberikan suatu makna. Suatu keuntungan dengan menggunakan analisis
rasio keuangan adalah meringkas suatu data historis perusahaan sebagai data
2.2.5 J enis-jenis Rasio Keuangan
2.2.5.1 Rasio Likuiditas
Raharjaputra (2009 : 199), rasio likuiditas adalah rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang
telah jatuh tempo. Rasio ini peling banyak mendapat perhatian baik bagi para
analis maupun para investor.
Rasio ini bisa digunakan untuk mengukur tingkat keamanan kreditor
jangka pendek, serta mengukur apakah operasi perusahaan tidak akan
terganggu bila kewajiban jangka pendek ini segera ditagih.
Raharjaputra (2009 : 200) terdapat dua macam rasio likuiditas yang
sudah umum dikenal. Macam-macam rasio likuiditas adalah berikut ini:
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio ini dihitung dengan membagi aset lancar (current ratio) dengan hutang lancar (current liabilities). Aset lancar secara umum terdiri dari: kas dan setara kas, surat berharga, piutang dagang, persediaan, biaya
dibayar dimuka, dan aset lancar lainnya. Sedangkan hutang lancar terdiri
atas: hutang dagang, hutang bank, hutang pajak, uang muka pelanggan,
dan lainnya. Rasio ini digunakan sebagai alat ukur atas kemampuan
Aktiva Lancar
Rasio Lancar =
Hutang Lancar
(Raharjaputra, 2009 : 200)
2. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewaibannya dengan mengurangkan persediaan yang dianggap kurang
likuid karena prosesnya cukup panjang, yaitu melalui penjualan dan
kemudian piutang dagang atau tunai. Dalam praktiknya ada beberapa pos
neraca yang harus dikeluarkan, antara lain: uang muka dan jaminan,
biaya dibayar dimuka, pajak dibayar dimuka, dan lainnya, karena pos-pos
tersebut kenyataannya tidak lebih likuid dari persediaan, bahkan bisa
sulit ditagih.
Quick ratio memberikan ukuran yang lebih akurat dibandingkan dengan current ratio tentang kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Aktiva Lancar- Per sediaan Rasio Cepat =
Hutang Lancar
2.2.5.2 Rasio Leverage
Raharjaputra (2009 : 201), rasio leverage mengukur sejauh mana
perusahaan mendanai usahanya dengan membandingkan antara dana sendiri
(shareholders equity) yang telah disetorkan dengan jumlah pinjaman dari para kreditor (creditors).
Perusahaan dengan rasio leverage yang rendah, memiliki risiko kecil
apabila kondisi perekonomian menurun. Tetapi sebaliknya, apabila kondisi
perekonomian sedang naik (boom) perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan (return) yang relatif besar. Keputusan tentang penggunaan leverage harus dipertimbangkan dengan seksama antara
kemungkinan risiko (risk) dengan tingkat keuntungan (expected return) yang akan diperoleh. Rasio leverage yang umumnya digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Debt Ratio
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah persentase dari
jumlah dana yang diberikan oleh kreditur berupa utang terhadap jumlah
aset perusahaan. Utang (debt) tersebut termasuk utang lancar, utang bank, obligasi, dan kewaiban jangka panjang lainnya. Para kreditur lebih
menyukai debt ratio yang moderat, karena risiko yang terjadi terhadap perusahaan dapat dengan mudah dikendalikan, apabila terjadi secara
ekstrem likuidasi atau pembubaran perusahaan. Sebaliknya apabila
mendapatkan keuntungan atas bunga atau transaksi usaha dengan pihak
perusahaan akan diperoleh.
Total Kewajiban
Debt Ratio = x 100%
Total Aktiva
(Kasmir, 2010 : 122)
2. Debt To Equity Ratio
Rasio ini mengukur jumlah utang atau dana dari luar perusahaan terhadap
modal sendiri (shareholders equity). Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibandingkan dengan hutangnya.
Total Hutang
Debt to Equity Ratio = x 100%
Ekuitas
(Kasmir, 2010 : 123)
2.2.5.3 Rasio Aktivitas
Sutrisno (2003 : 251), rasio aktivitas ini mengukur seberapa besar
efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Rasio aktivitas
dinyatakan sebagai perbandingan penjualan dengan berbagai elemen aktiva.
1. Perputaran Persediaan
Persediaan merupakan komponen utama dari barang yang dijual, oleh
karena itu semakin tinggi persediaan berputar (inventory turnover), maka
semakin tinggi persediaan.
Harga Pokok Penjualan
Perputaran Per sediaan =
Rata-rata Per sediaan
(Sutrisno, 2003 : 251)
2. Perputaran Piutang
` Perputaran piutang (receivable turnover) merupakan ukuran efektifitas pengelolaan piutang. Semakin cepat perputaran piutang, maka semakin
efektif perusahaan dalam mengelola piutangnya. Piutang berkaitan
dengan penjualan secara kredit.
Penjualan Kredit
Perputaran Piutang =
Rata-rata Piutang
(Sutrisno, 2003 : 252)
3. Perputaran Aktiva Tetap
Rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas penggunaan aktiva tetap
dalam mendapatkan penghasilan.
Penjualan Perputaran Aktiva Tetap =
Aktiva Tetap
(Sutrisno, 2003 : 253)
4. Perputaran Aktiva
Perputaran aktiva (asset turnover) merupakan ukuran efektifitas pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Semakin besar
perputaran aktiva, maka semakin efektif perusahaan mengelola
aktivanya.
Penjualan
Perputaran Aktiva =
Total Aktiva
(Sutrisno, 2003 : 253)
2.2.5.4 Rasio Pr ofitabilitas
Sutrisno (2003 : 253),rasio keuntungan merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh oleh
perusahaan.Semakin besar tingkat keuntungan menunjukkan semakin baik
manajemen dalam mengelola perusahaan. Rasio keuntungan atau profitabilitas
1. Gross Profit Margin
Profit margin merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai.
Rumus yang bisa digunakan adalah sebagai berikut:
Laba Kotor
Gross Profit Margin = x 100%
Penjualan
(Sutrisno, 2003 : 254)
2. Return On Assets
Return on assets juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis yang merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.
EBIT
Return on Asset = x 100%
Total Aktiva
(Sutrisno, 2003 : 254 )
3. Return On Investment
Return on investment merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi
EAT
Return in Investment = x 100%
Investasi
(Sutrisno, 2003 : 255)
4. Return On Equity
Return on equity merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki.
EAT
Return on Equity = x 100%
Modal sendir i
(Sutrisno, 2003 : 255)
5. Earning Per Share
Earning per share atau laba per lembar saham merupakan ukuran
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar
saham pemilik.
EAT
Earning Per Share = x 100%
J umlah Lembar Saham
2.2.6 Pengaruh GPM, ROA, ROI, ROE dan EPS Ter hadap Harga Saham
2.2.6.1 Pengaruh Gross Profit Margin Ter hadap Harga Saham
Gross Profit Margin merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan
tertentu.
Menurut Raharjaputra (2009 : 207), gross profit margin diperoleh dengan membagi laba kotor dengan penjualan.
Menurut Sartono (2010 : 123), semakin tinggi profitabilitasnya
berarti semakin baik. Gross profit margin sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat maka gross profit margin akan menurun, begitu pula sebaliknya. Besarnya gross profit margin menunjukkan besarnya laba kotor dari setiap Rp 1,- penjualan.
Nilai gross profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada tingkat penjualan tertentu. Dengan
demikian, semakin tinggi gross profit margin maka semakin tinggi pula laba atau keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan, hal ini dapat
meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan, pada akhirnya
akan menaikkan harga saham dan begitu pula sebaliknya. demikian maka
2.2.6.2 Pengaruh Return On Assets Ter hadap Harga Saham
ROA atau sering juga disebut dengan “Return On Assets” merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan
laba dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan.
Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik keadaan suatu perusahaan,
(Syamsudin, 1998:70). Return On Assets merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur hubungan antara laba yang diperoleh dan investasi yang
diinginkan untuk menghasilkan laba tersebut. Rasio ini mengukur tingkat
pengembalian investasi yang telah dilakukan oleh perushaan dengan
menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya.
ROA merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilakn
keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan
laba. Yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah
pajak atau EAT (Sutrisno, 2003:255).
Jadi, semakin tinggi ROA semakin tinggi pula tingkat pengambilan
investasi maka kepercayaan investor terhadap perusahaan juga tinggi sehingga
permintaan atas saham perusahaan akan tinggi pula yang pada akhirnya
menaikkan harga saham dan begitu pula sebaliknya.
2.2.6.3 Pengaruh Return On Investment Terhadap Har ga Saham
Return On Investment merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur hubungan antara laba yang diperoleh dan investasi yang diinginkan untuk
investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh
dana ( aktiva ) yang dimilikinya.
Menurut Syahrul dan Nizar (2000 : 733), Return On Investment (ROI) adalah sarana yang baik untuk membandingkan perusahaan atau devisi
perseroan, dalam hal efisiensi manajemen dan kelayakan hidup lini-lini produk.
Jadi ROI merupakan pengukuran efektifitas operasional manajemen
dalam mendayagunakan sumber dayanya untuk menghasilkan keuntungan.
Keuntungan tersebut merupakan hasil kegiatan operasional atas penggunaan
modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva bagi investor. Rasio ini
merupakan ukuran keberhasilan manajemen dalam mengelola aktivanya secara
operasional untuk menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi atas aktiva yang
dipergunakan.
Menurut Sudana (2009 : 26), rasio ini penting bagi pihak manajemen
untuk mengevaluasi efektifitas dan efisiensi manajemen perusahaan dalam
mengelola seluruh aktiva perusahaan. Semakin besar ROI, berarti semakin
efisien penggunaan aktiva perusahaan atau dengan kata lain dengan jumlah
aktiva yang sama bisa dihasilkan laba yang lebih besar, atau sebaliknya.
Menurut Tandellin (2001 : 227), jika Return On Investment tinggi maka akan diminati oleh pemegang saham, sehingga laba yang diperoleh perusahaan
dapat ditahan dalam perusahaan untuk pengembangan dan investasi baru yang
lebih besar dibandingkan apabila dibagikan kepada para pemegang saham yang
rendah. Keadaan tersebut dapat mendorong harga saham meningkat di pasar
modal. Dengan demikian, semakin tinggi Return On Investment maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian atas investasi, hal ini dapat meningkatkan
kepercayaan investor terhadap perusahaan, pada akhirnya akan menaikkan
harga saham dan begitu pula sebaliknya. Dengan demikian maka besarnya
Return On Investment dapat mempengaruhi harga saham dan keberadaannya tidak dapat di abaikan.
2.2.6.4 Pengaruh Return On Equity Terhadap Harga Saham
Menurut Hanafi (2003:85) Return On Equity adalah salah satu rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dengan berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran
profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.
Dengan demikian investor ini lebih memperhatikan seberapa besar
kemampuan perusahaan dalam mengelola modal sendirinya untuk
menghasilkan laba bersih. Semakin besar pengambilan atas modal sendiri
(ROE) maka semakin efisien dan efektif manajemen perusahaan. Hal ini
tingkat penggunaan hutang perusahaan dalam menjalankan produksinya
terhadap total jumlah aset yang dimiliki perusahaan tersebut.
Dengan demikian investor dapat melihat seberapa banyak hutang yang
dimiliki suatu perusahaandan seberapa kuat kekuatan perusahaan untuk
mengembalikan jumlah hutang tersebut jika pengembalian dilihat dari total
2.2.6.5 Pengaruh Earning Per Share Terhadap Harga Saham
Menurut Tandellin (2001 : 241), Earning Per Share suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua
pemegang saham perusahaan.
Menurut Sutrisno (2003 : 256), Earning per share atau laba per lembar saham merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan per lembar saham pemilik.
Menurut Kasmir (2010 : 115), rasio ini memperlihatkan tingkat
keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham.
Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan
pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, maka kesejahteraan
pemegang saham meningkat.
Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2001 : 139), semakin tinggi nilai EPS
maka semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham, begitu juga
sebaliknya. Jika nilai EPS tinggi maka pemegang saham akan tertarik untuk
membeli saham perusahaan sehingga dapat meningkatkan harga saham.
2.2.7 Kerangka Berpikir
Dalam kerangka berfikir ini terdapat lima faktor fundamental yang
GPM (Gross Profit Margin) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan
tertentu. Semakin tinggi gross profit margin maka semakin tinggi pula laba atau keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan, hal ini dapat meningkatkan
kepercayaan investor terhadap perusahaan, pada akhirnya akan menaikkan
harga saham dan begitu pula sebaliknya.
ROA (Return on Assets) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih melalui pengguna modal berupa
aktiva baik aktiva lancar maupun aktiva tetap. Semakin tinggi yang akan
dihasilkan, semakin efisien dan efektif manajemen suatu perusahaan, yang
nantinya berpengaruh terhadap keputusan investor.
ROI (Return On Investment) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas operasional perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
atas aktiva yang digunakan. Dengan kata lain, semakin tinggi ROI maka
semakin rendah resiko yang harus dihadapi oleh para investor dalam
menanamkan modalnya. Dengan demikian perusahaan tersebut akan diminati
oleh investor, hal ini dapat mengakibatkan kenaikan permintaan saham
sehingga ikut menaikkan harga saham, begitu pula sebaliknya.
ROE (Return on Equity) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih melalui pengguna modal sendiri.
perusahaan, yang nantinya akan dapat mempengaruhi investor dalam
menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
EPS (Earning per share) atau laba per lembar saham merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham
pemilik. Semakin tinggi EPS maka semakin rendah resiko yang harus dihadapi
oleh para investor dalam menanamkan modalnya sehingga akan berdampak
pada naiknya harga saham di pasar modal, begitu pula sebaliknya. Semakin
rendah EPS maka semakin tinggi resiko yang harus dihadapi oleh para investor
dalam menanamkan modalnya sehingga akan berdampak pada turunnya harga
saham dipasar modal
Dari uraian tersebut dapat disusun kerangka berpikir dalam penilitian ini
Gambar 2.1 :
Pengaruh GPM (Gross Profit Margin), ROA (Return on Assets), ROI (Return On Investment ), ROE (Return on Equity), dan EPS (Earning Per
Share) Terhadap Harga Saham.
2.2.8 Hipotesis
Berdasarkan permasalahan dari teori yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
Harga Saham
(Y)
Gross Profit Margin
(X1)
Return on Assets
(X2)
Return On Investment
(X3)
Return on Equity
(X4)
Earning Per Share
1. Ada pengaruh GPM (Gross Profit Margin), ROA (Return On Asset), ROI (Return On Investment ), ROE (Return On Equity), EPS (Earning Per Share) berpengaruh secara simultan terhadap harga saham pada kelompok perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Dalam melakukan penelitian perlu adanya suatu metode, cara atau taktik
sebagai langkah – langkah yang harus ditempuh oleh peneliti dalam
memecahkan suatu permasalahan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut
Sugiyono (2012:2): “Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”
Dengan metode penelitian, penulis bermaksud mengumpulkan data
historis dan mengamati secara seksama mengenai aspek-aspek tertentu yang
berkaitan erat dengan masalah yang diteliti sehingga akan diperoleh data-data
yang menunjang penyusunan laporan penelitian. Data-data yang diperoleh
tersebut kemudian diproses, dianalisis lebih lanjut dengan dasar-dasar teori
yang telah dipelajari sehingga memperoleh gambaran mengenai objek tersebut
dan dapat ditarik kesimpulan mengenai masalah yang diteliti.
Pengukuran variabel adalah mengukur masing-masing variabel penelitian
yang menggunakan skala pengukuran maupun teknik pengukurannya.
a. Variabel Independen (X)
Variabel independen yaitu variabel bebas (tak terikat) yang memiliki sifat
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan variabel dependen.
Didalam penelitian ini terdapat tiga variabel independen (X), yang