Flu Burung dan
Influenza Like Ilness( ILI)
Dr Irvan Medison SpP
Influenza Like Ilness( ILI)
Avian Inflenza (H5N1)
Swine Influenza
(H1N1)
Avian Infuenza ( H7N9)
SARS - cov
MERS -cov
Virus Infuenza
Sejarah
1977
Sejarah Perkembangan Virls Infllenza A
dari tahln 1889-1977
HA NA 1889 H2N2 ? HA NA 1900 H3N8 ? PB2 PB1 PA HA NA NP M NS PB2 PB1 PA HA NA NP M NS H1N1 1918 H1N1 1950 5 *Spanish Flu* 8? PB2 PB1 PA HA NA NP M NS PB2 PB1 PA HA NA NP M NS 1957 H2N2 H2N2
*Asiatic Flu*
3 6 PB2 PB1 PA HA NA NP M NS H1N1
*Russian* *Up date*
H1N1 H3N2 Emerging virus (new) Reassortant (Ag Shift) PB2 PB1 PA HA NA NP M NS PB2 PB1 PA HA NA NP M NS 1968 H3N2 H3N?
*HONG KONG*
Lessons Learned form
Past Pandemics
Pertama wabah Maret 1918 di Eropa, Amerika Serikat.
Sangat menular, tetapi tidak mematikan
Penyebaran virus melalui perjalanan antara Eropa / Amerika Serikat pada penumpang kapal
melalui darat, laut perjalanan ke Afrika, Asia
Sinyal Peringatan -- missed
Aglstls, 1918 wabah ledakan simlltan di Perancis, Sierra Leone, USA.
Tingkat kematian meningkat 10-kali lipat
Tertinggi tingkat kematian pd usia 15-35 tahun
terjadi badai Sitokin ?
Kematian akibat pneumonia virus (primer), pneumonia bakteri sekunder
Kematian dalam waktu 48 jam penyakit
Bertepatan parah penyakit pada babi
20-40 jlta tewas dalam waktl klrang dari 1 tahln.
( Perang Dunia I 8.300. 000
kematian militer selama 4 tahun )
Virus influenza
HA (Haemagglltinin)
– Alat perekat ke membran sel yang diinfeksi
– Cleaveability
– Receptor specifcity
– Antigen ltama
– Dipecah oleh protease
Enzym nelraminidase (NA)
– Memecah residl asam sialic dari receptor sel inang lntlk virls,
– Membebaskan partikel virls dan memlngkinkan virls menyebar ke sellrlh tlblh.
– HA dan NA memplnyai kemamplan kellar dari host hlmoral response
PB1 dan NP memberi kemamplan kellar dari host celullar response.
Point mutation protein PB2 (slatl polymerase) memiliki kaitan dengan virllensi
Protein NS1 merlpakan antagonis interferon
Antigenic instability : antigenic drift dan
shift, reassortment dan recombination ? Robert G. Webster, Science's Compass: Enhanced Perspectives
A Molecular Whodunit
(Science 7 September 2001:
Credit: L. Stammard, 1995 • RNA, enveloped
• Viral family: Orthomyxoviridae
• Size:
80-200nm or .08 – 0.12 μm (micron) in diameter
• Three types
• A, B, C
• Surface antigens
• H (haemaglutinin)
• N (neuraminidase)
TYPE A ++++ yes yes yes shift, drift yes sensitive sensitive 2
• Epidemic – terdapat kasus cluster
• Pandemic – epidemi di seluruh dunia
• Antigenic drift :
perubahan susunan asam amino terjadi pada waktu gen
perubahan susunan asam amino terjadi pada waktu gen
melakukan enconding antigen permukaan setiap kali virus
melakukan enconding antigen permukaan setiap kali virus
bereplikasi
bereplikasi ..
– Perubahan protein dengan mutasi genetik & seleksi menghasilkan galur menghasilkan galur baru
baru
– Perubahan terjadi berkelanjutan dan dasar untuk perubahan dalam pembuatan vaksin setiap tahun
• Antigenic shift :
terjadi apabila 2 virus yang berbeda dari 2 penjamu berbeda
terjadi apabila 2 virus yang berbeda dari 2 penjamu berbeda
menginfeksi penjamu lain
menginfeksi penjamu lain menghasilkan virus baru menghasilkan virus baru
kemungkinan mampu untuk meginfeksi penjamu lain termasuk
kemungkinan mampu untuk meginfeksi penjamu lain termasuk
manusia.
manusia.
ContohContoh : : babi yg terinfeksi virus fu burung & virus fu human babi yg terinfeksi virus fu burung & virus fu human
– Perubahan protein melalui reassortment genetik
Antigenic drift
minor changes in HA or NA
• Affects Influenza A and B viruses
• Occurs every year or every few years within an influenza subtype
• Mutations affecting RNA amino acids • Does not result in new subtype
• Can result in significant epidemics
A/H3N2
A/H3N2
Viral population
Viral population
RNA point mutations
RNA point mutations
Infected host cell
RNA segment
RNA segment
one or more
one or more
amino acids amino acids change change DRIFT DRIFT A/H3N2 A/H3N2
Historical antigenic drifts
for H3N2 and H1N1 subtypes
Assaad F, Bektirimov T, Ljungars-Esteves K. influenza- world experience. In: Stuart-Harris C, Potter CW eds. The molecular virology
andepidemiology of influenza London, New York and Orlando, Academic
Press 1984- 5-15
?
?
Antigenic shift
emergence of a "new" virus
worldwide
• Affects only Influenza A virus
• Major and sudden genetic variations in HA and/or NA • No immunity in population
• Results in pandemics every 10 to 40 years
RNA recombination
RNA recombination
Infected
Infected
host cell
host cell "New" virus"New" virus
Genetic
Genetic reassortmentreassortment hybrid strain RNA
hybrid strain RNA
Result in new subtypes: "new" HA and/or "new" NA
Result in new subtypes: "new" HA and/or "new" NA
human strain
human strain
RNA
RNA
avian strain
avian strain
RNA
H1 N1
H2 N2
H3 N3
H4 N4
H5 N5
H6 N6
H7 N7
H8 N8
H9 N9
H10 H11 H12 H13 H14 H15
Natural hosts of influenza viruses
HA slbtypes
Man Swine Horse Seal Turkey Duck + + + + + + + + H1 H1 + + + + H2 H2 + + + + + + + + H3 H3 + + + + + + H4 H4 + + + + + + H5 H5 + + + + H6 H6 + + + + + + + + H7 H7+ + H8 H8 + + + + H9 H9 + + + + H10 H10+ + H11 H11+ + H12 H12NA slbtypes
+ + + + + + + + N1 N1 + + + + + + + + N2 N2 + + N3 N3 + + + + N4 N4 + + + + N5 N5+ + N6 N6 + + + + + + + + N7 N7 + + + + + + N8 N8+ + N9 N9 H1N1, H2N2, H3N2 and H5N1, H1N2 subtypes have been isolated in humans Today, H1N1 and H3N2 and H1N2 (less) subtypes of infuenza A co-circulate No slbtypes exist for B or C virlses
Host distribution of influenza A
Host distribution of influenza A
subtypes
α2-3
α2-6
Sebaran reseptor
Sebaran reseptor αα2-3 atal 2-3 atal αα2-6 2-6 sialic acidssialic acids pada sallran pada sallran pernafasan manlsia (mengglnakan
pernafasan manlsia (mengglnakan lectins specifclectins specifc lntlk lntlk molekll tsb.)
molekll tsb.)
Shinya et al : Inflenza virls Receptors in Hlman air way,
Nature vol. 440, 23 March 2006
f. Bronchiole g. Alveolus
c. Pharynx
e. Bronchus
d. Trachea
b. Paranasal sinus
a b
c
d
e
Timeline of Emergence
Influenza A Viruses in Humans
1918 1957 1968 1977 1997
1998/9 2003 H1 H 1 H3 H2 H7 H5 H5 H9 Spanish Infuenza H1N1 Asian Infuenza H2N2 Russian Infuenza Avian Infuenza Hong Kong Infuenza H3N2 2009 H1 Reassorted Infuenza virus (Swine Flu)
1976 Swine Flu Outbreak,
Wabah Avian Influenza
•
1997,
avian influenza A (H5N1), Hongkong,
menyerang ayam dan manusia
•
1999
– Hongkong: avian flu A (H9N2), 2 kasus anak,
hidup
– Cina: H9N2
•
2003
– Hongkong: avian flu A (H5N1), 2 kasus, 1 meninggal, riwayat perjalanan ke Cina
– Netherland: avian flu A (H7N7), 83 kasus pekerja peternakan, 1 meninggal
Avian influenza(H5N1)
Pertanyaan yang
Pertanyaan yang
timbll
timbll
Seberapa besar bahayanya
Seberapa besar bahayanya
( epidemiologi)
( epidemiologi)
?
?
Bagaimana penyebaran dan
Bagaimana penyebaran dan
penularannya ?
penularannya ?
Apakah bisa ditularkan antar manusia?
Apakah bisa ditularkan antar manusia?
Bagaimana mencegah penularan?
Bagaimana mencegah penularan?
Kapan kita curiga adanya fu burung?
Kapan kita curiga adanya fu burung?
Bagaimana mendeteksi & menangani
Bagaimana mendeteksi & menangani
kasus
kasus
Avian Infuenzae ?
Avian Infuenzae ?
Virus avian influenza (H5N1) berasal dari burung
liar (
wild birds
) menyerang unggas (burung,
ayam), babi, kuda
Menyebar cepat diantara populasi unggas
dengan kematian tinggi
Dapat menyebar antar peternakan
Penularan melalui udara, air tercemar, berasal
dari tinja unggas sakit
Dapat menyerang manusia (penyakit zoonosis)
Avian influenza
Secara epidemiologi virus influenza dibagi :
– Low pathogenic avian influenza (LPAI)
– Highly pathogenic avian influenza (HPAI)
Perbedaan pada susunan genetik virus
HPAI
Sangat virulen menyebabkan kematian ternak ayam 90-100%
LPAI
Situasi Virus Influenza H5N1 di Asia
6 Februari 2004
Penyebab wabah flu di Hongkong,
Vietnam, Thailand, dan Jepang
Dilaporkan 20 kasus pada manusia
Vietnam 15 Thailand 5
( Kematian 16 kasus
Vietnam 11 Thailand 5
Situasi Virus Influenza H5N1 di Asia
21 Juli 2005
• Kasus avian influenza A (H5N1) pada
manusia 109 orang
– Vietnam 87
– Thailand 17
– Kamboja 4
– Indonesia 2 (WHO), 1 belum ada hasil
– Kematian 55 orang (50,45%)
Situasi di Indonesia 2004
Virus menyerang ternak ayam sejak bulan
Okt 2003 s/d Feb 2004
4,7 juta ayam mati
Belum ada laporan menyerang manusia
Sero survai virus influenza A(H5N1)
terhadap peternak semua negatif, dari 2
daerah
• Bali 102 sera, 28 kontrol, 8 swab hidung
Daerah tertular
Avian Flu
pada ternak di Indonesia
September 2003-Desember 2004
17 provinsi, 108 kabupaten/kota
– P Sumatera: 5 prop, 17 kab/kota
– P Jawa: 6 prop, 71 kab/kota
– P Kalimantan: 3 prop, 5 kab/kota
– Nusa Tenggara: 2 prop, 7 kab/kota
Slmber:
Analisis Epidemiologi
Outbreak of highly pathogenic avian influenza A (H5N1)
– Tahun 2003-2004 wabah di 8 negara Asia : pada ternak
• Kamboja, Cina, Indonesia, Jepang, Laos, Korea Selatan, Thailand, Vietnam
• 100 juta burung mati/ dimusnahkan
– Des 2003-Maret 2004: pada manusia
• 12 confirmed human avian influenza A di Thailand, • 23 Vietnam, kematian 23 orang
Analisis Epidemiologi
Akhir Juni 2004: epizootic outbreak of new lethal
avian influenza (H5N1) pada ayam di Kamboja, Cina, Indonesia, Malaysia, Thailand, & Vietnam
Agustus – Oktober 2004: kasus pada manusia secara sporadis di Vietnam, Thailand
Sept 2004: probable limited human to human transmission (Thailand)
Des 2004: ayam & manusia (Vietnam)
Feb 2005: infeksi pada manusia (Kamboja)
Juli 2005 : infeksi pada manusia (Indonesia)
Model Penyebaran
Model Penyebaran
1) Bird-bird:
1) Bird-bird:
-Harmful : from wild bird to domesticated bird
-Harmful : from wild bird to domesticated bird
-Flu virus shed in birds’ saliva, nasal secretions, feces-Flu virus shed in birds’ saliva, nasal secretions, feces -Birds become infected when they contact contaminated
-Birds become infected when they contact contaminated
excretions or surfaces
excretions or surfaces
2) Bird-human:
2) Bird-human:
-Do not usually occur
-Do not usually occur
-Possible from poultry (domesticated chicken, ducks)
-Possible from poultry (domesticated chicken, ducks)
3) Human-human:
3) Human-human:
-Rare
-Rare
-Has not continued beyond one person
-Has not continued beyond one person
-Influenza virus has the potential to change and humans have
-Influenza virus has the potential to change and humans have
little protection against them; can result in
little protection against them; can result in an influenza an influenza pandemic
MEKANISME PENULARAN DARI
MEKANISME PENULARAN DARI
UNGGAS KE MANUSIA
MEKANISME PENULARAN DARI
MEKANISME PENULARAN DARI
MANUSIA KE MANUSIA
H2N2 human virus
H3N2 non-human subtype
H3N2 human influenza type A virus
PENULARAN
PENULARAN
1. Bahan infeksius ;
• tinja, urine, air mata,
• sekret saluran napas 2. Penularan melalui;
• udara (air borne)
• kontak langsung
3. Penularan dari unggas ke unggas dan unggas yg
terinfeksi menular pada 2 minggu pertama dari ludah, sekret hidung dan tinja
Cara penularan
•
Melalui Percikan (droplet) transmission)
merupakan cara penularan utama.
Percikrespirastori yang berukuran besar
(> 5 mikrometer) yang keluar saat
pasien batuk atau bersin
•
Melalui Kontak ( conttact transmission)
dapat langsung / tidak langsung
•
Melalui udara ( airborne transmission)
percik respiratori berukuran (< 5
Masa inkubasi dan masa
infeksius
•
Masa inkubasi rata rata adalah 3 hari ( 1-7
hari)
•
Masa infeksius pada manusia adalah 1 hari
sebelum sampai 3-5 hari setelah gejala
timbul dan pada anak dapat sampai 21 hari.
•
Masa infeksius pada usia lebih dari 12 tahun
dapat berlangsung sampai 7 hari bebas
Faktor risiko
• Kelompok berisiko tinggi adalah– Kontak erat ( dalam jarak 1 meter), seperti merawat,
melakukan tindakan invasif, berbicara atau bersentuhandengan pasien suspek, probabel atau kaus H5N1 yang sudah konfrmasi
– Kontak langsung (misalnya memegang , menyembelih,
mencabuti bulu, memotong, mempersiapkan untuk konsumsi) dengan ternak ayam, unggas liar, bangkai unggas.
– Kontak tidak langsung yaitu berada dalam lingkungan yang
tercemas oleh sekret atau kotoran unggas ( pasar , peternakan, tempat pemotongan unggas ) di wilayah yang terjangkit
H5N1dalam satu bulan terakhir.
– Mengkonsumsi produk unggasa mentah atau tidak dimasak
sempurna di wilayah yang dicurigai / dipastikan ada kasus H5N1 dalam 1 bulan terakhir
– Kontak erat dengan binatang lain yang sudah konformasi
terinfeksi H5N1 ( kucing , babi)
– Memegang / menagani sampel hewan atau manusia yang
KELOMPOK RESIKO TINGGI
Pekerja peternakan/pemprosesan
unggas (termasuk dokter hewan, dll)
Pekerja lab yang memproses sampel
pasien/hewan terjangkit
Pengunjung peternakan/pemprosesan
unggas dalam 1 minggu terakhir
Patogenesis dan patofsiologi
Pneumonia virus
• Dari hasil pemeriksaan patologi postmortem
pasien H5N1, menunjukan terjadi kerusakan jaringan paru yang berat dengan gambaran
histopatologi berupa kerusakan alvioli yang luas
• Pemeriksaan mikroskopis ditemukan :
– Pneumonitis intersisital
– Sebukan leukosit mononuklear
• Terjadi gangguan pungsi paru dan organ tubuh
lain yang berat
• Proses patologis yang terjadi pada berbagai
organ dapat berlanjut mengakibatkan ARDS dan berlanjut menjadi gagal multi organ yang
Pada otopsi pasien fu burung yang
meninggal Hasilnya menunjukkan bahwa
penyebab
– Penyebab kematian utama antara lain ARDS
(Adult Respiratory Distress Syndrome )
• Patogenesis dan respon imun
– Pada penderita fu burung ditemukan
• kerusakkan alveolus luas ( difuse alveolar damage) dan vaskular
• infltrasi beberapa limfosit di daerah intertitial serta fbroblast.
• eksudat ,fbrin mengisi ruang alveolar yang disekekeliling nya tampak perdarahan.
Keadaan ini dipicu oleh kadar cytokine yang sangat tinggi dalam serum
SIFAT-SIFAT VIRUS
• Virus dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 220 C dan lebih 30 hari pada suhu 00 C
• Virus AI dalam daging ayam akan mati pada suhu
800 C selama 1 menit atau 600 C selama 30 menit
• Virus pada telur ayam akan mati pada pemanasan
suhu 640 C selama 5 menit
• Virus AI dapat bertahan untuk waktu lama dalam
kotoran ayam dan air selama 32 hari
• Sifat virus sangat labil, mudah berubah bentuk dan
tidak ganas menjadi ganas dan sebaliknya
• Virus AI akan mati dengan sediaan alkohol 70%
ammonium kuatener, chlorin, formalin 2-5%,
Masalah yang akan timbul
Epizootic outbreak merupakan ancaman
kesehatan masyarakat
Imunitas alami infeksi H5N1 pada manusia rendah
Mengakibatkan pandemi avian influenza (H5N1) pada manusia
Penularan dari manusia ke manusia terbukti
(jaringan autopsi, nasofarings, usapan tenggorok dg RT-PCR) pada 3 kasus dalam 1 keluarga di
Thailand
Kasus Vietnam & Thailand resistans terhadap
antivirus amantadine & rimantadine (sensitif thd antivirus lain oseltamivir & zanamivir)
A I pada satu cluster
Masalah diagnosis & tatalaksana
Kasus terbatas
Gambaran klinis sangat bervariasi, biasanya gejala
saluran respiratorik, tapi ada kasus tanpa gejala respiratorik
Perjalanan klinik yang sangat cepat walaupun
Spektrum
klinis
asimtomatik
asimtomatik
ILI
ILI
berat
berat
Mild-Modr ILI
Mild-Modr ILI
ARDS
ARDS
Pnelmonia
Pnelmonia
Demam
Demam
Sesak napas
Sesak napas
dll
GEJALA KLINIK
•
Biasanya mirip fu biasa;
–
Demam ≥ 38
0C
–
Batuk
–
Nyeri tenggorokan
–
sesak nafas
–
Gejala lain ;
• Pilek
• Sakit kepala • Nyeri otot
•
Pemeriksaan jasmani didapatkan
tanda-tanda kelainan saluran napas bawah
seperti
• ronkhi, pernapasan yang cepat • tanda distres pernapasan.
•
Faktor resiko membutuhkan perawatan
intensif dan batuan ventilasi adalah :
– umur lanjut,
– periode gejala yang panjang sebelum masuk
rumah sakit,
– pneumonia,
– leukopenia,
– limfopenia,
– ARDS terjadi dalam waktu singkat setelah
timbul gejala ( median 6 hari ) dan
Pemeriksaan Penunjang
•
Pemeriksaan Lab non spesifk
– Pemeriksaan hematologi ( Hb, Leukosit, trombosit, hitung jenis laukosit, limfosit total)
– Pemeriksaan kimian darah
• Albumin , globulin SGOT SOPT, Urium Kreatinin analisa gas darah
•
Pemeriksan lab spesifk
– Spesemen aspirasi nasofaring, serum, apus hidung, tenggorokan atau cariran tubuh lain seperti cairan pleura , digunakan untuk konfrmasi diagnostik;
• Uji RT-PCR
• Pemeriksaan titer antibodi netralisasi untuk H5N1
•
Pemeriksaan RT-PCR dan deteksi
antigen dapat dilakukan pada minggu
pertama setelah inkubasi dan titer
antibodi pada umumnya mulai
Pemeriksaan Radiologi
•
Pemeriksaan radiologi
– Pemeriksaan PA dan Lateral
– CT Scan toraks
•
Pemeriksaan foto toraks PA lateral dilakukan
pada setiap pasien tersangka fu burung
– Pemeriksaan foto toraks dilakukan :
• Diruang gawat darurat saat masuk
• Diruang isolasi setiap hari , pada kasus probable dan
konfemasi dilakukan 2 kali sehari ( pagi dan sore)
• Pada kondisi tertentu; setelah pasan ETT, CVC(Central
Venous catheter, WSD)
• Sebelum pasien dipulangkan
Radiologis torak
•
Kelainan radiologis terjadi pada hari ke 7
setelah timbul demam (rentang 3-17 hari) .
•
gambaran radiologis pada penderita
pneumonia fu burung berbagai macam
pola ( pattern). Umumnya
– infltrat bilateral yang luas.
– Dapat terjadi kolaps lobar, – konsolidasi fokal,
– air bronkogram, – infltrat intertitial, – bercak inhomogen
•
Pada umumnya terjadi perburukan
radiologis dalam waktu singkat yang
dramatis.
•
Di Indonesia dijumpai beberapa kasus
Foto toraks
•
infiltrat bilateral ekstensif
•
infiltrat difus, multifokal, atau
patchy
infiltrates
•
kolaps lobar
•
konsolidasi fokal
•
air bronchogram
kelainan radiologis nyata
kelainan radiologis nyata
Foto toraks Penderita AI
Derajat penyakit
Pasien yang telah dikonfrmasi sebagai kasus H5N1 dapat di kategorikan sebagai :
•Derajat 1 : pasien tanpa pneumonia
•Derajat 2 : pasen dengan pneumonia tanpa gagal napas
•Derajat 3 : pasien pneumonia dengan gagal nafas
DIAGNOSIS
Sesuai kriteria WHO thn 2007
Dalam mendiagnosis kaus fu burung
ada 4 kriteria:
1.Seseorang dalam investigasi
2.Kasus suspek
1.Sesorang dalam investigasi
diputuskan oleh petugas kes. Setempat yg berkemungkinan
infeksi fu burung Infuenza Like Illness (ILI). Dasar memutuskan investigasi : kontak erat kurang dari 7 hari pada kasus H5N1.
2.Kasus suspect H5N1
dibagi 2:
a.ILI + demam ≥ 38°C disertai :
Kontak erat (jarak± 1 M) kasus suspect / probabel / konfrm H5N1
Terpajan unggas / lingkungan tercemar dlm wilayah terjangkit
Konsumsi produk mentah di wilayah dicurigai / terjangkit H5N1
Kontak erat dengan hewan lain yg telah terkonfrmasi terjangkit virus H5N1.
b. ILI + demam ≥ 38°C dengan leukopenia dan gambaran pneumonia pada foto toraks disertai riwayat pajanan (+) dlm < 7 hari dan foto toraks serial memperlihatkan gambaran perburukan.
3.Kasus Probabel
Kasus suspek ditambah :
- Kenaikan titer Ab thd H5 min. 4X dgn uji ELISA / uji HI
- Hasil Lab terbatas untuk infuenza H5 uji
netralisasi
ATAU
• Seseorang meninggal karena ISPA yg tidak dapat
4.Kasus H5N1 terkonfrmasi
Kasus suspek / probabel, disertai :Salah satu hasil
berikut + yg dilaksanakan dlm lab. Infuenza yg
hasil pem H5N1 nya:
PRC H5 (+)
Peningkatan ≥ 4 X titer Ab netralisasi H5N1
spesimen konvalesen dibanding spesimen akut
(≤ 7 hari dr awitan)
dan titer Ab netralisasi konvalesen harus ≥ 1/80.
Isolasi virus H5N1
Titer Ab mikronetralisasi H5N1 ≥ 1/80 pada hr ≥
ALUR DETEKSI
PASIEN AVIAN INFLUENZA (FLU BURUNG)
Gejala ILI (Inflenza like illness) :
Demam >38O C, DISERTAI
Gejala respiratorik : batuk, pilek, nyeri tenggorokan, sesak napas
Gejala sistemik infeksi virus : sefalgia, mialgia
Risiko Tinggi (Risti) : riwayat kontak dalam 7 hari dengan:
Risiko Tinggi (Risti) : riwayat kontak dalam 7 hari dengan:
Unggas yang sakit atau mati karena sakitUnggas yang sakit atau mati karena sakit
Unggas ternak atau kebun binatang yang terkena fu burungUnggas ternak atau kebun binatang yang terkena fu burung Pasien confrmed suspect Flu burungPasien confrmed suspect Flu burung
Pasien pneumonia suspect fu burungPasien pneumonia suspect fu burung
Spesimen lab fu burung (petugas lab, pengantar)Spesimen lab fu burung (petugas lab, pengantar)
Gejala ILI (+)
Sesak (-) & Risti (+) Sesak (+) &/ Risti (+)
Lab : Hb, Tr, L, HJ 1. Foto Rö toraks
2. Lab : Hb, Tr, L, HJ
Rö : Pneumonia (+) Rö : Pneumonia (-) Lab (-) Lab (+)
Lab (-) Lab (+) Lab (+) Lab (-) Rawat R “Isolasi
Ruang R. Isolasi
Rujuk ke RS Rujukan AI
Rawat
“Isolasi” Sesak (+)
Rawat jalan
Sesak (-) 7 hr Sesak (+)
Lab Slgestif (+) :
• lekopeni (<3000)
• Limfopeni
• Trombopeni Bila ada :
•Flu A rapid test (?)
Periksa darah
rutin harian Kriteria (+) Sesak (+),
Foto toraks
KIE :
• Etiket batuk
Demam berdarah
Pnelmonia sebab lain
TB Parl
Leptospirosis HIV dg Infeksi
RENCANA PENATALAKSANAAN
•
Kontrol infeksi
–
APD
–
Airborne/droplet/contact precaltions
–
Rlang isolasi /ventilasi tekanan
negatif
•
Terapi :
–
Spesifk Oseltamivir
–
Critical respiratory care
–
Ventilator mekanik
•
Kontak kasls /propilaksis
•
Kontrol infeksi
–
APD
–
Airborne/droplet/contact precaltions
–
Rlang isolasi /ventilasi tekanan
negatif
•
Terapi :
–
Spesifk Oseltamivir
–
Critical respiratory care
–
Ventilator mekanik
•
Penatalaksanaan di puskesmas
–
Penatalaksanaan suspek
–
Mencegah penularan
•
Penatalaksanaan rujukan
–
Transportasi / Ambulance
•
Penatalaksanaan di RS rujukan
Penatalaksanaan di fasiliti
kesehatan non rujukan fu burung
•
Suspek fu burung :
–
dewasa; oseltamivir 2 X 75 mg,
–
anak sesuai BB, kmd rujuk ke RS
rujukan
•
Kriteria suspek berdasarkan kriteria
Penatalaksanaan di rumah
sakit rujukan
Pasien suspek, probabel dan konfrmasi
•
Petugas triase memakai APD
•
Anamnesis, pemeriksaan fsik
•
Pemeriksaan lab hematologi & kimia
diulang tiap hari
•
Foto toraks diulang sesuai indikasi
•
Uji HI hari 1 diulang pada hari ke-5 &
waktu pasien pulang, PCR hari 1,2,3
Pasien suspek, probabel dan konfrmasi
•
Petugas triase memakai APD
•
Anamnesis, pemeriksaan fsik
•
Pemeriksaan lab hematologi & kimia
diulang tiap hari
•
Foto toraks diulang sesuai indikasi
•
Uji HI hari 1 diulang pada hari ke-5 &
Manajemen Kasus Flu Burung
Pemantauan :
Penderita yang dicurigai menderita fu burung
dirawat di ruang isolasi paling sedikit selama 7 hari (masa penularan)
– Keadaan umum
– Kesadaran
– Tanda vital ( TD, Nadi, Nafas, suhu) – Saturasi oksigen ( pulse oksimetry) – Foto toraks
A. Suportif
Oksigenasi diberikan, untuk
mempertahankan saturasi O2 > 90 %. Hidrasi, yaitu pemberian cairan parenteral
(infus), atau minum yang banyak Makanan bergizi
Simptomatis vitamin
Imunomodulator
A. Suportif
Oksigenasi diberikan, untuk
mempertahankan saturasi O2 > 90 %. Hidrasi, yaitu pemberian cairan parenteral
(infus), atau minum yang banyak Makanan bergizi
Simptomatis vitamin
B. Anti biotika
Antibiotika spektrum luas:
•
Pemberian antibiotika tergantung berat
ringannya penyakit.
– Pada pneumonia yang berat, perlu diberikan
antibiotika yang biasa pada pneumonia
comunitas yang belum diketahui penyebabnya yang mencakup semua jenis kuman penyebab termasuk kuman atipik
– Dapat diberikan dalam kombinasi antara
golongan beta laktam, penghambat
betalaktamase, kuinolon respiratori dan makrolide untuk kuman atipik
B. Anti biotika
Antibiotika spektrum luas:
•
Pemberian antibiotika tergantung berat
ringannya penyakit.
– Pada pneumonia yang berat, perlu diberikan
antibiotika yang biasa pada pneumonia
comunitas yang belum diketahui penyebabnya yang mencakup semua jenis kuman penyebab termasuk kuman atipik
– Dapat diberikan dalam kombinasi antara
golongan beta laktam, penghambat
C. Obat anti virus
–
Dua golongan anti virus yang memiliki
aktivitas terhadap virus infuenza adalah:
• golongan Neuraminidase inhibitor
– Oseltamivir ( Tamifu) – zanamivir
• golongan M2 inhibitor --- Kebanyakan telah
terjadi resisten
– Amantadine
– Rimantadine hidroklorida
• Neuraminidase inhibitor diberikan pada
awal infeksi (48 jam pertama) -- selama 3-5 hari.
C. Obat anti virus
–
Dua golongan anti virus yang memiliki
aktivitas terhadap virus infuenza adalah:
• golongan Neuraminidase inhibitor
– Oseltamivir ( Tamifu) – zanamivir
• golongan M2 inhibitor --- Kebanyakan telah
terjadi resisten
– Amantadine
– Rimantadine hidroklorida
• Neuraminidase inhibitor diberikan pada
OSELTALMIVIR
•
Walaupun telah terlambat > 2hari tetap
diberikan oseltamivir karena replikasi virus
terjadi lebih lama dari human infuenza
•
Pemberian dosis 2 X dan waktu lebih lama
Zanamivir
•
inhalasi belum di teliti pada H5N1
•
zanamivir peramivir IV
•
dapat diberikan pada wanita hamil
•
kombinasi osetalmivir dengan
amantadin atau rimantadin jika sensitif
•
inhalasi belum di teliti pada H5N1
•
zanamivir peramivir IV
•
dapat diberikan pada wanita hamil
•
kombinasi osetalmivir dengan
•
Dosis
Amantadine / Rimantadine
Dosis 5 mg / kgbb / hari di bagi dalam 2 dosis
Berat badan > 45 kg 2 x 100 mg / hari
Oseltamivir
Berat badan < 15 kg 2 x 30 mg / hari Berat badan 15 – 23 kg 2 x 45 mg
• Data penelitian klinis efkasi dan keamanan
oseltamivir pada fu manusia menunjukan:
– oseltamivir mengurangi lama sakit dan beratnya penyakit – mengurangi kejadian komplikasi sekunder bila diberikan
dalam 36 jam pertama sejak timbul gejala.
• Suatu metaanalisis dari 17 randomized clinical trial”
menyimpulkan bahwa
– oseltamivir maupun zanamivir cukup efektif secara klinis untuk pengobatan dan dan pencegahan Flu ( Cooper NJ dkk BMJ 2003)
• Pada Infuenza H5N1 efektiftas klinis obat anti
virus terhadap penderita belum banyak diketahui.
• Pengalaman di vietnam ( Ztran Tinh Hein, De Jong
MD) bahwa kegagalan terapi dengan oseltamivir; karena
– pemberiannya terlambat.
Rapid control of H5N1 viral load
may be associated with benefcial
oltcome
(and resistance development with poor
oltcome..) R2X on Day ill 6
7 6 4 8 7 6
Progression of llng disease
despite rapid control of H5N1 viral load...
0 1 2 3 4 5 6 7
0 2 4 6 8 10 12 14 16
lo
g
c
D
N
A
c
o
p
ie
s
/m
l
Gambar 5 Mekanisme refikasi virus dan target obat antivirus
•
Komplikasi
Pneumonia
Antibiotika spektrum luas:
•
Pemberian antibiotika tergantung
berat ringannya pneumonia.
–
Pada pneumonia yang berat, perlu
diberikan antibiotika yang biasa pada
pneumonia comunitas yang belum
diketahui penyebabnya yang mencakup
semua jenis kuman penyebab termasuk
kuman atipik ( Empiris )
–
Dapat diberikan dalam kombinasi antara
golongan beta laktam, penghambat
Kriteria pneumonia berat
• Freukuensi napas > 30 menit
• Pa02/Fi02 < 300
• Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral
• Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus
• Tekanan sistolik < 90 mmHg
• Tekanan diastolik < 60 mmHG
• Membutuhkan ventilasi mekanik
• Infltrat bertambah > 50%
• Membutuhkan vasopressor > 4 jam
ANTIBIOTIK
•
Tidak boleh diberikan sebagai
propilaksis
•
empirik terapi CAP
•
Local etiologik
sesuai hasil
resistensi
•
Jika hasil kutur tak ditemukan
Petunjuk terapi empiris (CAP)
menurut PDPI
Rawat inap
Tanpa faktor modifkasi :
– Gol. laktam + anti laktamase iv atau – Sefalosporin G2, G3 iv atau
– Fluorokuinolon respirasi iv
Dengan faktor modifkasi :
- Sefalosporin G2, G3 iv atau
- Fluorokuinolon respirasi iv (levofoksasin, moksifoksasin, gatifoksasin)
Bila dicurigai pneumonia atipik :
Ruang rawat intensif (ICU) :
Tidak ada faktor risiko infeksi pseudomonas :
- Sefalosporin G3 non pseudomonas iv + makrolid baru atau fuorokuinolon
respirasi iv
ada faktor risiko infeksi pseudomonas :
- Sefalosporin antipseudomonas iv atau karbapenem iv + Fluorokuinolon anti
. Steroid
•
Penggunaan steroid
–
masih kontroversial.
–
Sebagaian penulis memberikan steroid pada
kasus berat dan ” life saving ” karena steroid
akan menekan imunitas sehingga Virus makin
tidak tertahan.
–
Sebaliknya beberapa pakar justru
menganjurkan pemberian steroid
pada
tahap awal
penyakit untuk mencegah reaksi
imunitas yang berlebihan ( cytokine strom)
yang justru akan merusak jaringan paru
(difuse alveolar demage).
–
Pengetahuan yang lebih jelas tentang
Metilprednisolon
:
–
Dosis 1-2 mg / kg BB iv pada:
• Pneumonia berat
• ARDS
IMMUNOMODULATOR
•
Kortikosteroid sistemik
- tidak diberikan rutin
- diberikan pada septik shok dengan
kemukinan insufensi ginjal dan tidak
respon pada vasopresor ( hidrokortison
dosis rendah 200-300mg dosis terbagi )
- steroid jangka lama dan dosis tinggi
•
Immunomodulator lainnya
- Pada H5N1 patogenesis : cytokine dan
chemokines meningkat berlebihan
- patogenesis sepsis ; cytokine
- pada sepsis sudah terbukti bahwa tak
berguna pemberian immunomodulatoor
- sampai saat ini belum ada data yang
menyokong pada model hewan atau
manusia
untuk terapi H5N1
- tidak boleh diberikan salisilat pada pasien
Pemberian sitotoksik terapi untuk fu
burung yang berat
•
Pada pasien H5N1 terjadi haemophagocytosis
•
Terjadi pula pada pasien dgn
haemophagocytosis lymphohistiocytosia (HLH)
•
Persaman klinik antara H5N1 dengan HLH,
misal massive hipersitokinemia,
haemophagocytosis, sitopenia, gangguan fungsi
hati , koagulapati dan ensefalitis akut
•
Specifc HLH therapy : sitotoksik dan obat
pro-apoptotic misal : etoposide,
meningkatkan
survival
Penaganan secara
comprehensive
•
Penyuluhan
•
Makanan
•
Kebersihan
•
Suport phisiologik dll
KRITERIA RAWAT ICU
•
Gagal napas
- PaCo2 > 60 torr
- Ratio Pa O2/FiO2 : < 200 : ARDS
< 300 : ALI
- RR > 30 menit
•
Syok
Kriteria pindah rawat Isolasi
keruang biasa
•
Terbukti bukan kasus AI
•
Untuk kasus PCR positif
dipindahkan setelah PCR negatif
•
Setelah tidak demam 7 hari
KRITERIA PULANG
•
Tidak panas 7 hari, lab dan
radiologi menunjukkan perbaikan
•
Pada anak 12 tahun dgn PCR +,
21 hari setelah awitan
Propilaksis oseltamivir
•
Petugas yg terpajan tanpa APD
•
Jika terpapar terjadi > 7 hari tidak
dianjurkan
•
Kel Riski;
- Petugas kesehatan yg kontak erat atau
petugas Lab tanpa APD yg memadai
- Anggota kel yg kontak erat dgn pasien
konfrmasi
•
Dosis 1X75 mg/hari selama 7 - 10 hari
FOLLOW UP
•
Pasien kontrol dipoli paru/PD/anak
terdekat
•
Kontrol 7 hari setelah pulang; foto
toraks dan uji lain jika pulang
masih abnormal
•
Gejala AI timbul kembali segera ke
Mengapa angka kematian
H5N1 tinggi ?
•
Strain H5N1 di Indonesia virllensinya
tinggi
•
Keterlambatan deteksi
•
Keterlambatan diagnosis
•
Keterlambatan pemberian antiviral
•
Sebagian besar pasien H5N1 maslk
RS rljlkan stadilm 3 atal 4
•
Penatalaksanaan yang tidak benar
Pengendalian Infeksi
•
Pengendalian Infeksi
–
Higiene tangan
–
Etiket /sopan santun
batuk
–
Menggunakan
masker
–
Pembersihan dan
Cuci tangan
1 2 3
Pencegahan
Rekomendasi WHO Vaksinasi Influenza
Vaksinasi influenza untuk kelompok risiko tinggi (populasi yang berhubungan dengan peternakan ayam)
Ayam perlu dilindungi terhadap virus influenza manusia
Tidak melindungi virus influenza A (H5N1)
Mengurangi kesempatan terjadinya viral shift
(subtipe baru yang dapat menyebab kan pandemi)
Apa yang saat ini kita ketahui
Tentang Virus Avian influenza H5N1 di Indonesia. Membentuk galur tersendiri yang termasuk virls H5N1 genotipe Z.
Berkembang melalui introduksi tunggal
Berlanjutnya aktivitas virus lebih banyak disebabkan oleh
pergerakan unggas melalui perdagangan daripada oleh burung migran
Masih mempertahankan motif polybasic amino acid pada HA cleavage sites sesuai ciri Highly Pathogenic Avian Infuenza
Saat ini masih merupakan virus unggas : yang cenderung mengikat dirinya dengan reseptor “α-2,3-NeuAcGal”
Sebagaimana diramalkan, terjadi point mutations yang mengarah pada terjadinya perubahan antigenik HA . Misalnya amantadine
resistance mutation. Meskipun demikian hingga kini belum ada
bukti yang menunjukkan adanya reassortment.
Epidemik Virus H5N1pada unggas berlanjut dan ber-ko-sirkulasi dengan virus lainnya
Strain H5 dan H9 disebut sebagai strain Avian Infuenza
yang paling mungkin menimbulkan Pandemi (Horimoto dan Kawaoka, Clinical Microbiology Review, 2001)
Yamada dkk (Nature,444:378-372, 16 November 2006) juga
mengemukakan bahwa telah ditemukan 2 spot di receptor binding site virus avian fu strain Indonesia dan Vietnam yang memiliki potensi mutasi dan berisiko memunculkan virus pandemi
Terdapat kecenderungan eskalasi penemuan kasus di
Pemunculan mendadak suatu virus Influenza A
yang benar-benar memiliki HA (dan kadangkala NA)
yang baru = antigenic shift
Terjadi setiap 10 - 40 tahun
Tidak adanya imunitas protektif menyebabkan
penyebaran global , angka kematian tinggi = pandemi
HA dan NA diperoleh dari virus avian
HA yang baru harus mengalami mutasi
sehingga dengan mudah mengikat secara
efektif reseptor manusia (H5N1 saat ini belum
mengarah ke perubahan itu)
Pada pemunculan pertama virus mungkin akan
Periode Pandemi
Fase Interpandemi Fase Interpandemi ““KLB AI"KLB AI"
Risiko rendah pd manusia
Risiko rendah pd manusia 11
Risiko tinggi pd manusia
Risiko tinggi pd manusia 22
Waspada Pandemi
Waspada Pandemi
“
“ Sub-type baru influenza pada Sub-type baru influenza pada manusia "
manusia "
Tidak ada atau penularan antar
Tidak ada atau penularan antar
manusia / sangat terbatas
manusia / sangat terbatas 33
Bukti penularan antar manusia
Bukti penularan antar manusia
( kelompok kecil)
( kelompok kecil)
4
4
Peningkatan penularan
Peningkatan penularan “human “human to human”
to human” semakin meluas semakin meluas 55
Pandemi
Pandemi Penularan Penularan “human to human”“human to human”
efisien
Persiapan RS dalam menghadapi
Pandemi :
Adanya pedoman dalam menghadapi
Pandemi Influenza
Dukungan Management
Kesiapan SDM
44 RS Rljlkan Fll Blrlng
44 RS Rljlkan Fll Blrlng
1. RSU Dr. Zainoel Abidin 2. RSU H. Adam Malik 3. RSU Dr. M. Djamil 4. RSU Tj. Balai Karimun 5. RSU Dumai
6. RSU Tembilahan 7. RSU Tj. Pinang 8. RSU Pekan Baru 9. RSU Otorita Batam
10. RSU Raden Mattaher, Jambi 11. RSU M. Yunus
12. RSU Tj. Pandan 13. RSU Dr. M. Hoesin 14. RSU Dr. Abdul Muluk
15. RSPI Prof Sulianti Saroso 16. RSU Persahabatan
17. RSU Hasan Sadikin 18. RSU Garut
19. RSU Kab. Serang 20. RSU Dr Kariadi
21. RSU H. Suwondo Kendal 22. RSU Dr. Moewardi
23. RSU Banyumas 24. RSU Dr. Soetomo
25. RSU Dr Subandi Jember 26. RSU Dr. Saiful Anwar 27. RSU Dr. Sardjito
28. RSU Sanglah 29. RSU Mataram
30. RSU Dr. WZ. Johannes 31. RSU Dr. Soedarso
32. RSU Tarakan
33. RSU Dr Kardjati Wibowo 34. RSU Doris S, Palangkaraya 35. RSU Ulin Banjarmasin
36. RSU Prof. RD Kandou 37. RSU H. Aloe Saboe 38. RSU Undata
39. RSU Dr. Wahidin SH 40. RSU Andi Makkasau 41. RSU Kendari
42. RSU M. Haulussy Ambon 43. RSU Ternate
56 RS Rljlkan Fll Blrlng (Tambahan)
56 RS Rljlkan Fll Blrlng (Tambahan)
1. RSU Cut Meutia Lhokseumawe 2. RSU Kabanjahe
3. RSU Pematang Siantar 4. RSU Tarutung
5. RSU Padang Sidempuan 6. RSU Dr. Achmad Mochtar 7. RSU Lubuk Linggau
8. RSU Kayu Agung 9. RSD Kab. Lahat
10. RSU Pangkal Pinang 11. RSU Arga Makmur 12. RSU Manna
13. RSU Kalianda
14. RSU Mayjend HM Ryacudu 15. RSU Ahmad Yani
16. RSPAD Gatot Sobroto 17. RSU Gunung Jati Cirebon
18. RSTP Dr. H.A. Rotinsulu Bandung 19. RSU R.Syamsudin, SH Sukabumi 20. RSU Indramayu
21. RSU Subang 22. RSU Tangerang 23. RSU Kudus
24. RSU Dr. H RM Soeselo W 25. RSU Pekalongan
26. RSU Tidar
27. RSU Prof. Dr. Margono Soekarjo 28. RSU Dr Suraji Tirtonegoro
29. RSU Panembahan Senopati Bantul 30. RS Dr R Koesma Tuban
31. RS Dr S Djatikoesoemo 32. RS Pare
33. RS Blambangan 34. RS Dr Soedono 35. RSU Tabanan
36. RSU Sanjiwani Gianyar 37. RSU Raba
38. RSU Dr R Sudjono 39. RSU Praya
40. RSU Dr TC Hillers Maumere 41. RSU Dr Abdul Aziz
42. RSU Sintang
43. RSU Dr Murjani Sampit 44. RSU H Boejasin Pelaihari 45. RSU H A Wahab Sjahranie 46. RSU Kota Bontang
47. RSU Panglima Sebaya 48. RSU Tanjung Selor 49. RSU Dr Sam Ratulangi 50. RSU Luwuk
51. RS MokopidoToli-Toli 52. RSU Kolonedale
53. RSU Lakipadada Tana Toraja 54. RS Islam Faisal
Kriteria adanya penularan
human to human
• Kesakitan/ kematian 1 atau lebih petugas
kesehatan karena pneumonia, kontak dengan pasien yang secara Laboratorium positif
• Kesakitan/kematian pneumonia 5-10 orang dg
bukti transmisi human to human dan 2 atau lebih
dengan konfrmasi H5N1 positif
• Bukti terjadi penyebaran man to man > 1 kali
penularan (sustainable transmission)
• Mutasi virus
Kepltlsan terkait hal tsb. di atas diblat
Tanda akan datangnya Pandemi:
Apa yang harus diperhatikan
•
Tanda terjadinya
Reassortment
– Peningkatan mendadak jumlah kasus manusia
– Virus H5 dengan human gene segments
•
Evolusi ke arah patogenisitas manusia
– Peningkatan kemampuan menular setahap demi setahap
– Kluster keluarga bertambah banyak
– Angka kematian menurun
– Perubahan Virus H5 cleavage atau receptor binding sites
Kemungkinan Penyebab Pandemi
Influenza
• Pandemi Infuenza terjadi jika strain virus infuenza baru menimbulkan epidemi yang luas dan menyerang sebagian besar penduduk yang belum memiliki
kekebalan terhadap strain virus baru tersebut
• Virus Infuenza memiliki genome tersegmentasi terdiri atas 8 gene, yang memungkinkan pengambilan
material genetik, jika inang terinfeksi oleh 2 jenis virus pada saat yang sama
• Jika virus hibrida tersebut mengandung campuran gene yang tepat, yang mudah menular dari manusia ke manusia secara berkesinambungan , keadaan itu akan memicu munculnya pandemi
• Menurut Kawaoka (Clinical Microbiology Review, 2001)
Swine Influenza A (H1N1)
Pertama kali dilaportkan terjadi di Mexico
Kasus flu A (H1N1) di Indonesia pertama
diumumkan pada 24 Juni (2 kasus) kemudian
bertambah enam kasus pada 29 Juni, 1 kasus pada 4 Juli, delapan kasus pada 7 Juli, 24 kasus pada 9 Juli, 12 kasus pada 12 Juli, 22 kasus pada 13 Juli, 26 kasus pada 14 Juli dan 30 kasus pada 15 Juli.
Penyakit influenza A (H1N1) yang semula hanya dilaporkan di DKI Jakarta dan Bali, selanjutnya juga meluas ke daerah yang lain yakni Bandung, Banten, Medan, Surabaya, Yogyakarta, Balikpapan
Sebelumnya pasien dinyatakan terinfeksi di luar negeri karena sebagian besar memiliki riwayat bepergian ke negara terdapat infuenza A (H1N1) seperti : ( Australia, Singapura, Malaysia dan
China)
Namun selanjutnya penularan fu A (H1N1) juga
dilaporkan terjadi pada orang-orang yang tidak punya riwayat perjalanan ke luar negeri atau melakukan kontak dengan orang yang punya riwayat perjalanan ke luar negeri.
Di seluruh dunia pun kasus penyakit infuenza
baru yang pertama kali merebah di Meksiko ini terus bertambah dan sudah sulit dihentikan
penyebarannya.
Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
menyebutkan, virus fu A (H1N1) sudah
Swine Influenza A(H1N1) May 25, 2009
Status Update
• MEXICO: March 01-June 09, a total of
– 6,241 Laboratory confirmed cases
– 108 deaths reported
– All 32 States
• UNITED STATES: March 28-June 09, a total of
– 13,217 Laboratory confirmed cases,
– 27 deaths
– All Sates plus District of Columbia and Puerto Rico
– Vast majority of cases mild
• CANADA: As of June 10, a total of
– 2,978 Laboratory confirmed cases,
– 4 deaths
– 12 of 13 States
– 533 new Laboratory confirmed cases June 8
– Vast majority of cases mild
Swine Influenza A(H1N1) May 25, 2009
Status Update
• EUROPEAN UNION & EFTA COUNTRIES: April 27- May 25, a total of
– 1,565 Laboratory confirmed cases
– no deaths
– 26 countries
– 126 confirmed cases reported on June 09
– 567 in-country transmissions
– Vast majority of cases reported between 20-49 years of age
• GLOBALLY: March 1-May 25, a total of
– 27,737 Laboratory confirmed cases, from 74 countries
– 144 Deaths among laboratory confirmed cases from 7 countries
• Mexico: 108 deaths
• US: 27 deaths
• Canada: 04 death
• Chile: 02 deaths
• Costa Rica: 01 death
• Columbia: 01 death
• Dominican Rep.: 01 death
Swine Influenza A(H1N1)
Mexico Epidemic Curve Confirmed, by Day
4 59 61 75 128 127 148 126 112 90 168 224 217 214 201 176 199 221 270 290 400 385 309 262 15 3 10 76 31 22 14 10 14 4 1 3 8 4 2 7 6 5 0 0 001 121 11 122 4 32 2 3 3
1 7 3 8
122 186 77 158 92 6965 85 71 76 59 5052 41 3637312933
2025 816 0 50 100 150 200 250 300 350 400 11 /0 3/ 20 09 12 /0 3/ 20 09 13 /0 3/ 20 09 14 /0 3/ 20 09 15 /0 3/ 20 09 16 /0 3/ 20 09 17 /0 3/ 20 09 18 /0 3/ 20 09 19 /0 3/ 20 09 20 /0 3/ 20 09 21 /0 3/ 20 09 22 /0 3/ 20 09 23 /0 3/ 20 09 24 /0 3/ 20 09 25 /0 3/ 20 09 26 /0 3/ 20 09 27 /0 3/ 20 09 28 /0 3/ 20 09 29 /0 3/ 20 09 30 /0 3/ 20 09 31 /0 3/ 20 09 01 /0 4/ 20 09 02 /0 4/ 20 09 03 /0 4/ 20 09 04 /0 4/ 20 09 05 /0 4/ 20 09 06 /0 4/ 20 09 07 /0 4/ 20 09 08 /0 4/ 20 09 09 /0 4/ 20 09 10 /0 4/ 20 09 11 /0 4/ 20 09 12 /0 4/ 20 09 13 /0 4/ 20 09 14 /0 4/ 20 09 15 /0 4/ 20 09 16 /0 4/ 20 09 17 /0 4/ 20 09 18 /0 4/ 20 09 19 /0 4/ 20 09 20 /0 4/ 20 09 21 /0 4/ 20 09 22 /0 4/ 20 09 23 /0 4/ 20 09 24 /0 4/ 20 09 25 /0 4/ 20 09 26 /0 4/ 20 09 27 /0 4/ 20 09 28 /0 4/ 20 09 29 /0 4/ 20 09 30 /0 4/ 20 09 01 /0 5/ 20 09 02 /0 5/ 20 09 03 /0 5/ 20 09 04 /0 5/ 20 09 05 /0 5/ 20 09 06 /0 5/ 20 09 07 /0 5/ 20 09 08 /0 5/ 20 09 09 /0 5/ 20 09 10 /0 5/ 20 09 11 /0 5/ 20 09 12 /0 5/ 20 09 13 /0 5/ 20 09 14 /0 5/ 20 09 15 /0 5/ 20 09 16 /0 5/ 20 09 17 /0 5/ 20 09 18 /0 5/ 20 09 19 /0 5/ 20 09 20 /0 5/ 20 09 21 /0 5/ 20 09 22 /0 5/ 20 09 23 /0 5/ 20 09 24 /0 5/ 20 09 25 /0 5/ 20 09 26 /0 5/ 20 09 27 /0 5/ 20 09 28 /0 5/ 20 09 29 /0 5/ 20 09 30 /0 5/ 20 09 31 /0 5/ 20 09 01 /0 6/ 20 09 02 /0 6/ 20 09 03 /0 6/ 20 09 04 /0 6/ 20 09 05 /0 6/ 20 09 06 /0 6/ 20 09 07 /0 6/ 20 09 08 /0 6/ 20 09 09 /0 6/ 20 09 10 /0 6/ 20 09 Day N o . o f C o n fi rm ed C as es
Source: Secretaria de Salud, Mexico
Total Number of Confrmed Cases = 6,241*
As of June 09, 2009
*NOTE: 54 confrmed cases not included
Epidemiological Alert
School Closure
Suspension of Non-essential Activities
1776 1720 1191 638 476 273 127 40 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000
0-9 10-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60+ NA
Age Group N o . C o n fi rm e d C a s e s
Swine Influenza A(H1N1)
Mexico Confirmed Case Distribution, by Age
Total Number of Confrmed Cases = 6,241*
As of June 09, 2009
Source: Secretaria de Salud, Mexico
Swine Influenza A(H1N1)
Mexico Confirmed Cases & Death, by Age Groups
1,9 0,9 1,9 5,6 8,3 8,3 7,4 13,9 9,3 12 12 0,9 3,7 6,5 3,7 2,8 0 2 4 6 8 10 12 14 16 <
1 1-4 5-9 10
-1 4 1 5 -1 9 2 0 -2 4 2 5 -2 9 3 0 -3 4 3 5 -3 9 4 0 -4 4 4 5 -4 9 5 0 -5 4 5 5 -5 9 6 0 -6 4 6 5 -6 9 7 0 -7 4 > 7 5 Age Group N o . o f D e a th s 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 C a s e -F a ta li ty ( % ) Deaths %
Total Number of Confrmed Cases = 6,241* Deaths = 108
As of June 09, 2009
Source: Secretaria de Salud, Mexico
Male: 48.1% Female:
51.9%
*NOTE: 43 confrmed cases not included
Global Distribution of Reported Cumulative Laboratory
Confrmed Cases of Swine Infuenza A(H1N1) by Countries, June 11, 2009 (14:00 GMT)
EPIDEMIOLOGI DAN SURVEILANS
• Persiapan Menghadapi Gelombang Kedla
– WHO memberitahukan kepada negara-negara
belahan utarauntuk bersiap-siap menghadapi kemungkinan terjadinya gelombang kedua pandemi.
– Pandemi biasanya dating dalam bentuk
gelombang (ada peningkatan kasus sampai puncak kemudian menurun) yang umumnya
berlangsung antara 6-8 minggu. Yang dim