• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Bronkitis - Karakteristik Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan Pada Kelompok Umur > 15 Tahun Di RSU Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Tahun 2010 - 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Bronkitis - Karakteristik Penderita Bronkitis Yang Dirawat Jalan Pada Kelompok Umur > 15 Tahun Di RSU Dr. Ferdinand Lumban Tobing Sibolga Tahun 2010 - 2012"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Bronkitis

Paru – paru merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia yang berfungsi pada sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat pertukaran oksigen yang dibutuhkan manusia dan mengeluarkan karbondiksida yang merupakan hasil sisa proses pernapasan yang harus dikeluarkan dari tubuh, sehingga kebutuhan tubuh akan oksigen terpenuhi. Udara sangat penting bagi manusia, tidak menghirup oksigen selama beberapa menit dapat menyebabkan kematian. Itulah peranan penting paru – paru. Cabang trakea yang berada dalam paru – paru dinamakan bronkus, yang terdiri dari 2 yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Organ yang terletak di bawah tulang rusuk ini memang mempunyai tugas yang berat, belum lagi semakin tercemarnya udara yang kita hirup serta berbagai bibit penyakit yang berkeliaran di udara. Ini semua dapat menimbulkan berbagai penyakit paru – paru. Salah satunya adalah penyakit yang terletak di bronkus yang dinamakan bronchitis.11 Bronkitis (Bronkitis inflamasi-Inflamation bronchi) digambarkan sebagai inflamasi dari pembuluh bronkus. Inflamasi menyebabkan bengkak pada permukaannya, mempersempit pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan inflamasi.12

(2)

bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar jarang terjadi. Hal ini dapat memblok aliran udara ke paru-paru dan dapat merusaknya.13

Gambar 2.1. Menunjukkan perbedaan bronkus normal dan bronkitis Sumber: http//www.medicastore.com/penyakit/14/bronkitis.html

2.2. Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan 2.2.1 Anatomi Sistem Pernapasan14

a. Saluran pernapasan bagian atas a.1. Hidung (Naso)

(3)

oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru.

a.2. Tekak (Faring)

Faring adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke laring. Faring dibagi menjadi tiga region : nasofaring, orofaring, dan lariofaring. Fungsi utamanya adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorium dan digestif.

a.3 Tenggorok (Laring)

Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakhea. Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. Laring juga merupakan saluran udara dan bertindak sebegai pembentuk suara. b. Saluran Pernapasan bagian bawah

b.1. Batang Tenggorok (Trakea)

Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 s/d 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk huruf C, sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia.

b.2 Cabang tenggorok (Bronkus)

(4)

b.3. Ranting-ranting tenggorok (Bronchiolus)

Merupakan cabang yang lebih kecil dari bronkus. Pada ujung bronhiolus terdapat gelembung atau alveoli.

b.4. Alveoli

Alveoli adalah kantung udara, didalam alveoli darah hampir langsung bersentuhan dengan udara dan didalam alveoli ada jaringan pembuluh darah kapiler, didalam alveoli inilah terjadi pertukaran gas. Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel – sel alveolar, sel alveolar tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel-sel yang aktif secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar tipe III adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagositosis yang besar memakan benda asing dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan penting.

b.5. Paru – paru

Paru-paru ada dua, yaitu paru kanan dan paru kiri. Paru kanan terdiri dari 3 lobus, dan paru kiri terdiri dari 2 lobus.

b.6. Pembuluh darah pada paru

Arteri pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen (O2) dari ventrikel kanan jantung ke paru-paru.

(5)

2.2.2. Fisiologi Pernapasan15

Pernapasan mencakup 2 proses, yaitu:

a. Pernapasan luar yaitu proses penyerapan oksigen (O2) dan penegluaran karbondiosida (CO2) secara keseluruhan.

b. Pernapasan dalam yaitu proses pertukaran gas anatar sel jaringan dengan cairan sekitarnya (penggunaan oksigen dalam sel). Proses fisiologi pernapasan dalam menjalankan fungsinya mencakup 3 proses, yaitu:

b.1. Ventilasi yaitu proses keluar masuknya udara dari atmosfir ke alveoli paru.

b.2 Difusi yaitu proses perpindahan/pertukaran gas dari alveoli ke dalam kapiler paru.

b.3. Transper yaitu proses perpindahan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh.

2.3. Etiologi

(6)

a. Bronkitis infeksiosa

Brokitis infeksiosa disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, terutama Mycoplasamapneumoniae dan Chlamydia. Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru dan saluran pernapasan menahun. Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari :

a.1. Sinusitis kronik a.2. Bronkiektasis a.3. Alergi

a.4. Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak b. Bronkitis iritatif

Bronkitis iritatif adalah bronkitis yang disebabkan alergi terhadap sesuatu yang dapat menyebabkan iritasi pada daerah bronkus. Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh berbagai jenis debu, asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida, dan bromine, polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida, tembakau dan rokok lainnya. Faktor etiologi utama adalah zat polutan.17

2.4. Patologi Bronkitis

(7)

dahak keatas, satu-satunya cara mengeluarkan dahak dari bronki adalah dengan batuk.18

2.5. Patofisiologi Bronkitis

Temuan utama pada bronkitis adalah hipertropi kelenjar mukosa bronkus dan peningkatan jumlah sel goblet dengan infiltasi sel-sel radang dan edema pada mukosa sel bronkus. Pembentukan mukosa yang terus menerus mengakibatkan melemahnya aktifitas silia dan faktor fagositosis dan melemahkan mekanisme pertahananya sendiri. Pada penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi akibat perubahan fibrotik yang terjadi dalam saluran napas.17

2.6. Gejala Klinis

Gejala umum bronkitis akut maupun bronkitis kronik adalah:

2.6.1. Batuk dan produksi sputum adalah gejala yang paling umum biasanya terjadi setiap hari. Intensitas batuk, jumlah dan frekuensi produksi sputum bervariasi dari pasien ke pasien. Dahak berwarna yang bening, putih atau hijau-kekuningan.

2.6.2. Dyspnea (sesak napas) secara bertahap meningkat dengan tingkat keparahan penyakit. Biasanya, orang dengan bronkitis kronik mendapatkan sesak napas dengan aktivitas dan mulai batuk.

2.6.3. Gejala kelelaha, sakit tenggorokan , nyeri otot, hidung tersumbat, dan sakit kepala dapat menyertai gejala utama.

(8)

Pada bronkitis akut, batuk terjadi selama beberapa minggu. Sesorang didiagnosis bronkitis kronik ketika mengalami batuk berdahak selama paling sedikit tiga bulan selama dua tahun berturut-turut. Pada bronkitis kronik mungkin saja seorang penderita mengalami bronkitis akut diantara episode kroniknya, dan batu mungkin saja hilang namun akan muncul kembali.20

2.7. Jenis Bronkitis 2.7.1. Bronkitis akut

Adalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang melibatkan jalan napas yang besar. Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan.21

2.7.2. Bronkitis kronik

(9)

2.8. Komplikasi Bronkitis

Komplikasi dari bronkitis tidak terlalu besar, yaitu antara lain:

2.8.1. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik. 2.8.2. Pada orang yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi

kurang dapat terjadi Othitis Media, Sinusitis dan Pneumonia. 2.8.3. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.

2.8.4. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasis atau Bronkietaksis.23 2.9. Epidemiologi Bronkitis

2.9.1. Distribusi dan Frekuensi a. Orang

Hasil penelitian mengenai penyakit bronkitis di India, data yang diperoleh

untuk usia penderita ( ≥ 60 tahun) sekitar 7,5%, untuk yang berusia (≥ 30-40 tahun)

sekitar 5,7% dan untuk yang berusia (≥ 15-20 tahun) sekitar 3,6%. Selain itu

penderita bronkitis ini juga cenderung kasusnya lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan pada perempuan, hal ini dipicu dengan keaktivitasan merokok yang lebih cenderung banyak dilakukan oleh kaum laki-laki.24

b. Tempat dan Waktu

Penduduk di kota sebagian besar sudah terpajan dengan berbagai zat-zat polutan di udara, seperti asap pabrik, asap kendaraan bermotor, asap pembakaran dan asap rokok, hal ini dapat memberikan dampak terhadap terjadinya bronchitis.25

(10)

2.9.2. Determinan a. Host

a.1. Umur

Suatu penelitian yang dilakukan di Brasil pada tahun 2010 diperoleh kemungkinan relatif bronkitis kronik terlihat pada laki-laki (OR= 2,17, 95% CI 1,50-3,13), pendapatan keluarga yang rendah (OR = 2,60, 95% CI 1,47-4,47 untuk kuartil terendah) rendah sekolah (OR=4,65, 95% CI 2,36-9,18 bagi merka dengan tidak sekolah).7

a.2. Merokok

Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronkitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume eksipirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamusepitel saluran pernapasan juga dapat menyebabkan bronkitis akut.27 Penelitian di Brazil pada tahun 2010 mendapatkan hasil peneltian dengan kebiasaan merokok (OR = 6,92, 95% CI 4,22-11,36 unruk perokok dari 20 atau lebih rokok per hari).7

a.3. Infeksi

(11)

a.4. Polusi

Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga menyebabkan bronkitis adalah zat-zat pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, dan ozon.28

a.5. Keturunan

Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa-1-antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.29

a.6. Faktor sosial ekonomi

Kematian pada bronkitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek29.

b. Agent

Bronkitis dapat disebabkan oleh virus (virus influenza, respiratory syncytical virus), bakteri dan organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan

Chlamydia).4

c. Environment

(12)

akan berdampak terhadap menurunnya kualitas lingkungan. Hal ini akan berpengaruh terhadap meningkatnya berbagai kasus penyakit, termasuk bronchitis.25

2.10. Pencegahan Bronkitis 2.10.1. Pencegahan Primer

Pencegahan tingkat pertama merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat agar tidak sakit.30 Menurut Soegito (2007), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah parah.

a. Membatasi aktifitas/kegiatan yang memerlukan tenaga yang banyak

b. Tidak tidur di kamar yang ber AC dan menggunakan baju hangat kalau bisa hingga sampe leher

c. Hindari makanan yang merangsang batuk seperti: gorengan, minuman dingin (es), dll.

d. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan memandikan anak dengan air hangat

e. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan f. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi

2.10.2. Pencegahan Sekunder

(13)

a. Diagnosis32

Diagnosis dari bronkitis dapat ditegakkan bila pada anamnesa pasien mempunyai gejala batuk yang timbul tiba-tiba dengan atau tanpa sputum dan tanpa adanya bukti pasien menderita pneumonia, common cold, asma akut dan eksaserbasi akut. Pada pemeriksaan fisik pada stadium awal biasanya tidak khas. Dapat ditemukan adanya demam, gejala rinitis sebagai manifestasi pengiring, atau faring hiperemis. Sejalan dengan perkembangan serta progresivitas batuk, pada auskultasi dapat terdengar ronki, wheezing, ekspirium diperpanjang atau tanda obstruksi lainnya. Bila lendir banyak dan tidak terlalu lengket akan terdengar ronki basah.

Dalam suatu penelitian terdapat metode untuk menyingkirkan kemungkinan pneumonia pada pasien dengan batuk disertai dengan produksi sputum yang dicurigai menderita bronkitis, yang antara lain bila tidak ditemukan keadaan sebagai berikut:

a.1. Denyut jantung > 100 kali per menit a.2. Frekuensi napas > 24 kali per menit a.3. Suhu badan > 380 C

a.4. Pada pemeriksaan fisik paru tidak terdapat focal konsolidasi dan peningkatan suara napas.

b. Pemeriksaan fisik33

b.1. Keadaan umum baik: tidak tampak sakit berat dan kemungkinan ada nasofaringitis.

(14)

c. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan dahak dan rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain. Bila penyebabnya bakteri, sputumnya akan seperti nanah.29 Untuk pasien anak yang diopname, dilakukan dengan tes C-reactive protein, kultur pernapasan, kultur darah, kultur sputum, dan tes serum aglutinin untuk membantu mengklasifikasikan penyebab infeksi apakah dari bakteri atau virus. Jumlah leukositnya berada > 17.500 dan pemeriksaan lainnya dilakukan dengan cara tes fungsi paru-paru dan gas darah arteri.32

d. Pengobatan34 d.1. Antibiotika d.1.1. Penisilin

Mekanisme kerja antibiotik golongan penisilin adalah dengan perlekatan pada protein pengikat penisilin yang spesifik (PBPs) yang berlaku sebagai reseptor pada bakteri, penghambat sintesis dinding sel dengan menghambat transpeptidasi dari peptidoglikan, dan pengaktifan enzim autolitik di dalam dinding sel, yang menghasilkan kerusakan sehingga akibatnya bakteri mati. Antibiotik golongan penisilin yang biasa digunakan adalah amoksisilin.

d.1.2. Quinolon

(15)

berikutnya yaitu generasi kedua terdiri dari pefloksasin, enoksasin, ciprofloksasin, sparfloksasin, lemofloksasin, fleroksasin dengan spektrum aktifitas yang lebih luas untuk terapi infeksi community-acquired maupun infeksi nosokomial. Lebih jauh lagi ciprofloksasin, ofloksasin, peflokasin tersedia sebagai preparatparenteral yang memungkinkan penggunaanya secara luas baik tunggal maupun kombinasi dengan agen lain.

d.2. Mukolitik dan Ekspektoran

Bronkitis dapat menyebabkan produksi mukus berlebih. Kondisi ini menyebabkan peningkatan penebalan mukus. Perubahan dan banyaknya mukus sukar dikeluarkan secara alamiah, sehingga diperlukan obat yang dapat memudahkan pengeluaran mukus.

Mukus mengandung glikoprotein, polisakarida, debris sel, dan cairan/eksudat infeksi. Mukolitik bekerja dengan cara memecah glikoprotein menjadi molekul-molekul yang lebih kecil sehingga menjadi encer. Mukus yang encer akan mendesak dikeluarkan pada saat batuk, contoh mukolitik adalah asetilsistein.

d.2.1. Ekspektoran

(16)

2.10.3. Pencegahan Tersier

Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan penderita bronkitis dengan terapi-terapi yang dapat membantu pernapasan.30 Pencegahan tersier untuk penderita bronkitis dapat ditolong dengan terapi farmakologi dan terapi non-farmakologi yaitu:

a. Terapi Farmakologi35 a.1. Bronkodilatori

Bronkodilator mempunyai aksi merelaksasi otot-otot polos pada saluran pernapasan. Ada tiga jenis bronkodilator yaitu : Simpatomimetika, metilsantin, dan antikolinergik.

a.1.1. Beta-2 agonis (Simpatomimetika)

Obat-obat simpatomimetika merupakan obat yang mempunyai aksi serupa dengan aktifitas simpatis. Sistem saraf simaptis memgang peranan penting dalam menentukan ukuran diameter bronkus. Ujung saraf simpatis yang menghasilkan norephinepherin, epinefrin dan isoproterenol disebut adrenergik (Dipiro, et al., 2008). Adrenergik memiliki dua reseptor yaitu alfa dan beta. Reseptor beta terdiri beta 1 dan beta 2. Beta 1 adrenergik terdapat pada jantung, beta 2 adrenergik terdapat pada kelenjar dan otot halus bronkus. Adrenergik menstimulasi reseptor beta 2 sehingga terjadi bronkodilatasi.35

a.1.2. Metilxantin

(17)

Obat golongan ini menghambat produksi fosfodiesterase. Dengan penghambatan ini penguraian cAMP menjadi AMP tidak terjadi sehingga kadat cAMP seluler meningkat. Peningkatan ini menyebabkan bronkodilatasi. Obat-obat metilsantin antara lain aminofilin dan teofilin.35

b. Terapi Non-farmakologi.35

Terapi non-farmakologi dapat dilakukan dengan cara : b.1. Pasien harus berhenti merokok

b.2. Kalau timbul kesulitan dalam pernapasan atau dadanya bagian tengah sangat sesak, biarlah dai menghirup uap air tiga kali sehari.

b.3. Taruhlah kompres uap di atas dada pasien dua kali sehari, dan taruhlah kompres lembab di atas dada sepanjang malam sambil menjaga tubuhnya jangan sampai kedinginan.

b.4. Rehabilitasi paru-paru secara komprehensif dengan olahraga dan latihan pernapasan sesuai yang diajarkan tenaga medis.

(18)

2.11. Kerangka Konsep

Karakteristik Penderita Bronkitis 1. Sosiodemografi

Umur

Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan

Gambar

Gambar 2.1. Menunjukkan perbedaan bronkus normal dan bronkitis Sumber: http//www.medicastore.com/penyakit/14/bronkitis.html

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Pengaruh Atribut Produk Dan

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai struktur komunitas Polychaeta pada kawasan mangrove muara sungai kali Lamong-pulau Galang,

tentang Perlindungan Konsumen menyatakan, konsumen berhak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi barang dan/ atau jasa. Merujuk pada Pasal 4 huruf c

Cara lain untuk mendapatkan input dari user adalah dengan menggunakan kelas JOptionPane Cara lain untuk mendapatkan input dari user adalah dengan menggunakan kelas JOptionPane yang

[r]

:l;l r,PT ileS HXilrn Ec nfinnmlx' 2t-Z. :}3

Panitia Pengadaan Belanja Modal Peralatan dan Mesin pada Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Tahun 2016 akan melaksanakan Pelelangan

Perjanjian jual-beli dapat terjadi cukup dengan kata sepakat antara para pihak yang menyelenggarakannya, tetapi agar mempunyai kekuatan hukum, harus dibuat akta jual –beli