• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Dirawat Inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Dirawat Inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK YANG DIRAWAT INAP DI RSU. Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh : MADDAL UMRI

NIM. 071000155

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK YANG DIRAWAT INAP DI RSU. Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh : MADDAL UMRI

NIM. 071000155

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul:

KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK YANG DIRAWAT INAP DI RSU. Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2010

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh: MADDAL UMRI

NIM. 071000155

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 8 juni 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Drs. Jemadi, M.Kes drh. Rasmaliah, M.Kes NIP. 19640404 199203 1 005 NIP. 19590818 198503 2 002

Penguji II Penguji III

Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH drh. Hiswani, M.Kes NIP. 19490417 197902 1 001 NIP. 19650112 199402 2 001

Medan, Juni 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible sehingga menyebabkan uremia. Data di RSU. Dr. Pirngadi Medan terdapat 265 orang penderita GGK pada tahun 2010.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik penderita GGK yang dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010, dilakukan penelitian bersifat deskriptif dengan desain case series. Data dianalisis menggunakan Chi-square dan Anova dengan jumlah populasi 265 orang dan jumlah sampel 159 orang.

Proporsi penderita GGK tertinggi pada kelompok umur 50-57 tahun (25,8%), jenis kelamin laki-laki (54,7%), suku Batak (42,1%, agama Islam (67,9%), pendidikan SLTA (57,6%) pekerjaan Wirasawasta (34%), daerah asal kota Medan (57,9%), gejala utama gejala berat (40,9%), riwayat penyakit sebelumnya Hipertensi (34,0%), stadium GGK tertinggi stadium 3 (66,0%), penatalaksanaan medik Hemodialisa (62,2%), sumber biaya Jamkesmas (58,5%). Lama rawatan rata-rata 8,79 hari (9 hari) dengan Pulang Berobat Jalan (59,1%). Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan bermakna proporsi umur berdasarkan stadium GGK (p = 0,000), tidak ada perbedaan bermakna proporsi jenis kelamin berdasarkan stadium GGK (p = 0,535), ada perbedaan bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p = 0,000), dan ada perbedaan bermakna proporsi stadium GGK berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p = 0,000).

Diharapkan kepada penderita Hipertensi dan Diabetes Mellitus untuk menjaga dan mengontrol secara rutin tekanan darah maupun gula darah sebagai usaha preventif terhadap GGK. Penderita GGK stadium awal diharapkan untuk mengontrol penyakinya agar tidak berlanjut ke stadium akhir, mengingat tingginya CFR penderita stadium 3 yaitu 39%

(5)

ABSTRACT

Chronic Renal Failure (CRF) is a progressive renal dysfunction and irreversible causing uremia. Data in RSU. Dr. Pirngadi Medan there are 265 patients with CRF in 2010

. The purpose of this study was to characterize patients with CRF who are hospitalized in RSU. Dr. Pirngadi Medan in 2010, descriptive study was done by using case series design. Data were analyzed using Chi-square and Anova with 265 patiens of population and 159 patients of sample.

The highest proportion of the patients with CRF is in the age 50-57 years old (25.8%), male (54.7%), Batak (42.1%, Moslem (67.9%), senior high school (57.6%) Entrepreneur (34%), come from Medan (57.9%), severe symptoms (40.9%), disease history of Hypertension (34.0%), stage 3 (66.0%), medical management of hemodialysis (62.2%), Jamkesmas (58.5%). Average length of stay 8.79 days ,clinical recovery out patient (59, 1%). Statistical analysis showed there was significant difference age proportion based stage of CRF (p = 0.000),there wasn’t significant difference gender proportion based stage of CRF (p = 0.535), there was significant difference between average length of stay based on condition when go home (p = 0.000), and there was significant difference stage of CRF based on condition when go home (p = 0.000).

Patient with Hypertensi and Diabetic should intensively control their health as a preventive to CRF. Patiens with early-stage of CRF is expected to control their disease so as not to advance to the final stage, given the high CFR patients with stage 3 at 39%.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Maddal Umri

Tempat/Tanggal Lahir : Gunung Tua / 23 April 1989

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah anggota keluarga : 8 (delapan) bersaudara Nama Ayah : Alm. H. Waskarni

Nama Ibu : Saunur

Alamat rumah : Ranah Batahan, Pasaman Barat, Sumatera Barat. Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 11 Ranah Batahan (1995 – 2001)

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Dirawat Inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ayahanda Alm. H. Waskarni dan Ibunda Saunur yang telah membesarkan, membimbing, dan mendidik penulis dengan kasih sayang serta memberikan dukungan dan do’a kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

Terima kasih kepada Dosen Pembimbing I Bapak Drs. Jemadi, M.kes dan Dosen Pembimbing II Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes serta Dosen Pembanding I Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH serta Dosen Pembanding II Ibu drh Hiswani, M.kes yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberi saran, kritikan dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(8)

4. Bapak Direktur Utama, Kepala Instalasi Litbang dan Staff, dan Kepala Instalasi Rekam Medik beserta Staff serta seluruh pihak terkait dalam penelitian ini di RSU. Dr. Pirngadi Medan.

5. Seluruh Dosen dan Pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Ratna yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Seluruh keluarga yang penulis sayangi: Ayahanda Alm. H. Waskarni dan Ibunda

Saunur, abanganda Miftah Sururi SH, Kakanda Rosnani Spd, Masyuni , Darwatni SS, Nursanti S.Sos dan Adinda Jusniati dan Wahlul Fajri Nasution yang sudah begitu bijak memahami penulis apa adanya dan senantiasa memberi dukungan kepada penulis.

8. Sahabat-sahabatku (Mustajudin, Ari Fakhri, Bustanil Rasyid, dan Laurita Sinurat) terima kasih atas semangat, saran, masukan, doa, dan canda tawa selama ini. 9. Para alumni yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 10.Teman-teman peminatan Epidemiologi FKM-USU

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Semoga Alllah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Amin.

Medan, Mei 2011

(9)

DAFTAR ISI

2.4. Epidemiologi Gagal Ginjal Kronik (GGK) ... 10

2.4.1. Distribusi Frekuensi Gagal Ginjal Kronik (GGK) ... 10

2.4.2. Determinan Gagal Ginjal Kronik (GGK) ... 11

2.5. Riwayat Alamiah Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) ... 15

2.6. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronik (GGK) ... 17

2.7. Pencegahan Gagal Ginjal Kronik (GGK) ... 22

2.7.1. Pencegahan Primordial ... 22

(10)

4.3.2 Sampel ... 39

4.4. Teknik Pengambilan Sampel... 39

4.5. Metode Pengumpulan Data ... 40

5.4. Riwayat Penyakit Sebelumnya Penderita GGK ... 47

5.5. Stadium Penderita GGK ... 48

5.6. Penatalaksanaan Medik Penderita GGK ... 48

5.7. Sumber Biaya Penderita GGK ... 49

5.8. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita GGK ... 50

5.9. Keadaan Sewaktu Pulang Penderita GGK ... 51

5.10. Analisa Statistik ... 55

5.10.4. Gejala Utama Berdasarkan Stadium GGK ... 61

BAB 6 PEMBAHASAN ... 62

6.1. Distribusi Proporsi Penderita GGK Berdasarkan Sosiodemografi ... 62

6.2. Distribusi Proporsi Penderita GGK Berdasarkan Gejala Utama ... 69

6.3. Distribusi Proporsi Penderita GGK Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya ... 71

6.4. Distribusi Proporsi Penderita GGK Berdasarkan Stadium GGK ... 72

(11)

6.6. Distribusi Proporsi Penderita GGK Berdasarkan

Sumber Biaya ... 75

6.7. Distribusi Penderita GG Berdasarkan Lama Rawatan Rata-Rata ... 76

6.8. Distribusi Proporsi Penderita GGK Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 77

6.9. Analisa Statistik ... 79

6.9.1. Umur Berdasarkan Stadium GGK ... 79

6.9.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Stadium GGK ... 80

6.9.3. Penatalaksanaan Medik Berdasarkan Stadium GGK ... 81

6.9.4. Sumber Biaya Berdasarkan Stadium GGK ... 83

6.9.5. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 84

6.9.6. Stadium GGK Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 86

6.9.7. Gejala Utama Berdasarkan Stadium GGK ... 87

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

7.1. Kesimpulan ... 89

7.2. Saran ... 90 DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 .... 44 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan

Sosiodemografi di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 45 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan

Gejala Utama di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 46 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan

Riwayat Penyakit Sebelumnya di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 47 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan

Stadium GGK di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 48 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan

Penatalaksanaan Medik yang Diberikan di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 48 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan

Sumber Biaya di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 49 Tabel 5.8. Lama Rawatan Rata-rata Penderita GGK yang Dirawat Inap di

RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010... 50 Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 51 Tabel 5.10. Distribusi Penderita GGK yang Meninggal Berdasarkan

Karakteristik Penderita di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 ... 52 Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Stadium GGK yang

Dirawat Inap di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 55 Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Stadium GGK

yang Dirawat Inap di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 56 Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medik Berdasarkan Stadium

GGK yang Dirawat Inap di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 .... 57 Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Stadium GGK yang

(13)

Tabel 5.15. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita GGK yang Dirawat Inap di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010... 59 Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Stadium GGK Berdasarkan Keadaan Sewaktu

Pulang yang Dirawat Inap di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 60 Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Gejala Utama Berdasarkan Stadium GGK

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Anatomi Ginjal ...8 Gambar 6.1. Diagram Bar Proporsi Umur Penderita GGK Rawat Inap

Berdasarkan Jenis Kelamin di RSU. Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2010 ...62 Gambar 6.2. Diagram Pie Proporsi Penderita GGK Rawat Inap

Berdasarkan Suku di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ...64 Gambar 6.3. Diagram Pie Proporsi Penderita GGK Rawat Inap

Berdasarkan Agama di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun

2010...65 Gambar 6.4. Diagram Pie Proporsi Penderita GGK Rawat Inap

Berdasarkan Pendidikan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun

2010...66 Gambar 6.5. Diagram Pie Proporsi Penderita GGK Rawat Inap

Berdasarkan Pekerjaan di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun

2010...67 Gambar 6.6. Diagram Pie Proporsi Penderita GGK Rawat Inap

Berdasarkan Daerah Asal di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun

2010...68 Gambar 6.7. Diagram Pie Proporsi Penderita GGK Rawat Inap

Berdasarkan Gejala Utama di RSU. Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2010 ... 69 Gambar 6.8. Diagram Bar Proporsi Penderita GGK Rawat Inap

Berdasarkan Riwayat Penyakit sebelumnya di RSU. Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2010 ...71 Gambar 6.9. Diagram Pie Proporsi Penderita GGK Rawat Inap

Berdasarkan Stadium GGK di RSU. Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2010 ...73 Gambar 6.10. Diagram Pie Proporsi Penderita GGK Rawat Inap

Berdasarkan Penatalaksanaan Medik di RSU. Dr. Pirngadi

(15)

Gambar 6.11. Diagram Pie Proporsi Penderita GGK Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSU. Dr. Pirngadi Medan

Tahun 2010 ...75 Gambar 6.12. Diagram Pie Proporsi Penderita GGK Rawat Inap

Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU. Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2010 ...77 Gambar 6.13. Diagram Bar Proporsi Umur Berdasarkan Stadium GGK

pada Penderita GGK Rawat Inap di RSU. Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2010 ...79 Gambar 6.14. Diagram Bar Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Stadium

GGK pada Penderita GGK Rawat Inap di RSU. Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2010 ... 80 Gambar 6.15. Diagram Bar Proporsi Penatalaksanaan Medik Berdasarkan

Stadium GGK pada Penderita GGK Rawat Inap di RSU. Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2010 ...81 Gambar 6.16. Diagram Bar Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Stadium

GGK pada Penderita GGK Rawat Inap di RSU. Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2010 ... .83 Gambar 6.17. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang pada Penderita GGK Rawat Inap di RSU.

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... .84 Gambar 6.18. Diagram Bar Proporsi Stadium GGK Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang pada Penderita GGK Rawat Inap di RSU.

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... .86 Gambar 6.19. Diagram Bar Proporsi Gejala Utama Berdasarkan Stadium

GGK pada Penderita GGK Rawat Inap di RSU. Dr. Pirngadi

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Master Data

Lampiran 2. Output Master Data

Lampiran 3. Surat Penelitian dari FKM USU

(17)

ABSTRAK

Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible sehingga menyebabkan uremia. Data di RSU. Dr. Pirngadi Medan terdapat 265 orang penderita GGK pada tahun 2010.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik penderita GGK yang dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010, dilakukan penelitian bersifat deskriptif dengan desain case series. Data dianalisis menggunakan Chi-square dan Anova dengan jumlah populasi 265 orang dan jumlah sampel 159 orang.

Proporsi penderita GGK tertinggi pada kelompok umur 50-57 tahun (25,8%), jenis kelamin laki-laki (54,7%), suku Batak (42,1%, agama Islam (67,9%), pendidikan SLTA (57,6%) pekerjaan Wirasawasta (34%), daerah asal kota Medan (57,9%), gejala utama gejala berat (40,9%), riwayat penyakit sebelumnya Hipertensi (34,0%), stadium GGK tertinggi stadium 3 (66,0%), penatalaksanaan medik Hemodialisa (62,2%), sumber biaya Jamkesmas (58,5%). Lama rawatan rata-rata 8,79 hari (9 hari) dengan Pulang Berobat Jalan (59,1%). Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan bermakna proporsi umur berdasarkan stadium GGK (p = 0,000), tidak ada perbedaan bermakna proporsi jenis kelamin berdasarkan stadium GGK (p = 0,535), ada perbedaan bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p = 0,000), dan ada perbedaan bermakna proporsi stadium GGK berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p = 0,000).

Diharapkan kepada penderita Hipertensi dan Diabetes Mellitus untuk menjaga dan mengontrol secara rutin tekanan darah maupun gula darah sebagai usaha preventif terhadap GGK. Penderita GGK stadium awal diharapkan untuk mengontrol penyakinya agar tidak berlanjut ke stadium akhir, mengingat tingginya CFR penderita stadium 3 yaitu 39%

(18)

ABSTRACT

Chronic Renal Failure (CRF) is a progressive renal dysfunction and irreversible causing uremia. Data in RSU. Dr. Pirngadi Medan there are 265 patients with CRF in 2010

. The purpose of this study was to characterize patients with CRF who are hospitalized in RSU. Dr. Pirngadi Medan in 2010, descriptive study was done by using case series design. Data were analyzed using Chi-square and Anova with 265 patiens of population and 159 patients of sample.

The highest proportion of the patients with CRF is in the age 50-57 years old (25.8%), male (54.7%), Batak (42.1%, Moslem (67.9%), senior high school (57.6%) Entrepreneur (34%), come from Medan (57.9%), severe symptoms (40.9%), disease history of Hypertension (34.0%), stage 3 (66.0%), medical management of hemodialysis (62.2%), Jamkesmas (58.5%). Average length of stay 8.79 days ,clinical recovery out patient (59, 1%). Statistical analysis showed there was significant difference age proportion based stage of CRF (p = 0.000),there wasn’t significant difference gender proportion based stage of CRF (p = 0.535), there was significant difference between average length of stay based on condition when go home (p = 0.000), and there was significant difference stage of CRF based on condition when go home (p = 0.000).

Patient with Hypertensi and Diabetic should intensively control their health as a preventive to CRF. Patiens with early-stage of CRF is expected to control their disease so as not to advance to the final stage, given the high CFR patients with stage 3 at 39%.

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat.1

Perkembangan teknologi dan industri serta perbaikan sosioekonomi telah membawa perubahan perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungan seperti pola konsumsi makanan yang tidak seimbang, kurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya polusi lingkungan. Perubahan tersebut telah memberi pengaruh terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan meningkatnya kasus – kasus penyakit tidak menular.2

Salah satu jenis penyakit tidak menular yang cenderung meningkat adalah Gagal Ginjal Kronik (GGK). GGK adalah gangguan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut yang akhirnya akan mencapai gagal ginjal terminal atau End-Stage Renal Disease (ESRD).3 Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai penyakit

(20)

Pada akhir tahun 2004, di seluruh dunia sekitar 1.783.000 orang telah menjalani pengobatan ESRD. Yaitu 1.371.000 orang (77%) diantaranya menjalani dialisis dan 412.000 orang ( 23%) menjalani transplantasi ginjal.5

Laporan USRDS (The United States Renal Data System) tahun 2008 menunjukkan adanya peningkatan populasi penderita ESRD di Amerika Serikat yaitu 1.589/1.000.000 penduduk tahun 2005 menjadi 1.641/1.000.000 penduduk tahun 2006. 6 Angka kematian ekstrapolasi tahun 2001 di Amerika Serikat untuk penyakit ESRD adalah 76.583 per tahun, 6.381 per bulan, 1.472 per minggu, 209 per hari, 8 per jam.7

Menurut Laporan USRDS tahun 2008 , prevalensi penderita ESRD di Australia tahun 2006 adalah 778/1.000.000 penduduk dengan insidensi 115/1.000.000 penduduk.6

Laporan USRD tahun 2008, terjadi peningkatan prevalensi penderita ESRD di Malaysia dari 560/1.000.000 penduduk tahun 2005 menjadi 615/1.000.000 penduduk tahun 2006. Demikian juga untuk insidensinya terjadi peningkatan dari 103/1.000.000 penduduk tahun 2005 menjadi 119/1.000.000 penduduk tahun 2006.6

Insidens ESRD pasien yang dirawat dengan dialisis di Singapura meningkat dari 142/1.000.000 penduduk tahun 1998 menjadi 157/1.000.000 di tahun 2000. Prevalensi ESRD pada pasien dialisis meningkat 7% selama periode yang sama dari 789/1.000.000 tahun 1998 menjadi 848/1.000.000 tahun 2000.8

(21)

negara yang merubah pola konsumsi masyarakatnya. Pengobatan dan perawatan sakit ginjal di Indonesia terhambat oleh tiga faktor utama, yaitu terbatasnya dokter ahli ginjal, terbatasnya fasilitas dialisis dan pusat-pusat perawatan ginjal, dan sulit mendapatkan donor ginjal untuk melakukan cangkok ginjal.9

Di Indonesia prevalens rate penderita ESRD yang menjalani dialisis adalah 10,2/1.000.000 penduduk tahun 2002. 11,7/1.000.000 penduduk tahun 2003. 13,8/1.000.000 pendududk tahun 2004. 18,4/1.000.000 penduduk tahun 2005. Dan 23,4/1.000.000 tahun 2006.10

Tahun 2007, di Indonesia terdapat 70 ribu Penderita gagal ginjal yang perlu mendapat perawatan berupa dialisis rutin maupun cangkok ginjal.. Karena terbatasnya fasilitas dan mahalnya proses, hanya sekitar 10 ribu penderita yang dapat ditolong, sisanya meninggal dunia.9

Berdasarkan hasil penelitian Romauli (2009) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2007 – 2008 terdapat 148 penderita GGK yaitu 80 penderita pada tahun 2007, dan 68 penderita GGK pada tahun 2008.11

Hasil penelitian Handayani (2006) di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP. Nusantara II Medan terdapat 126 penderita GGK yang dirawat inap di rumah sakit tersebut selama priode 2002 – 2004, dengan perincian jumlah menurut tahun adalah sebagai berikut: tahun 2002 sebanyak 32 orang (25,40%) tahun 2003 sebanyak 36 orang (28,57%) dan tahun 2004 sebanyak 58 orang (46,03%).12

(22)

2004 sebanyak 116 orang (12,5%) tahun 2005 sebanyak 189 orang (20,2%) tahun 2006 sebanyak 275 orang (29,4%) dan tahun 2007 sebanyak 354 orang (37,9%).13

Survei pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, terdapat 265 orang penderita GGK pada tahun 2010. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita GGK yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahui karateristik penderita GGK yang dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita GGK yang dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita GGK berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, dan daerah asal).

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita GGK berdasarkan gejala utama pada saat masuk rumah sakit.

(23)

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita GGK berdasarkan stadium GGK.

e. Untuk mengetahui distribusi penderita GGK berdasarkan penatalaksanaan medik yang diberikan.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita GGK berdasarkan sumber biaya.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita GGK berdasarkan lama rawatan rata-rata.

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita GGK berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

i. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur berdasarkan stadium GGK.

j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan stadium GGK.

k. Untuk mengetahui perbedaan proporsi penatalaksanaan medik yang diberikan berdasarkan stadium GGK.

l. Untuk mengetahui perbedaan proporsi sumber biaya berdasarkan stadium GGK.

m. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata penderita GGK berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

n. Untuk mengetahui perbedaan proporsi stadium GGK berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

(24)

1.4. Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan bagi pihak RSU. Dr. Pirngadi dalam usaha peningkatan pelayanan kesehatan sehubungan dengan upaya perawatan dan pengobatan terhadap penderita GGK.

b. Sebagai sarana penambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang GGK dan sebagai salah satu prasyarat untuk menyelesaikan studi di FKM USU Medan.

(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya dieliminasi di urin menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa.4

Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).4

2.2. Anatomi Ginjal

Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, berwarna merah tua terletak dikedua sisi kolumna vertebralis. Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12 sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan beratnya antara 120 – 150 gram. Sembilan puluh lima persen (95%) orang dewasa memiliki jarak antar kutub ginjal antara 11 – 15 cm.4

Ginjal terletak di belakang peritoneum pada bagian belakang rongga abdomen, mulai dari vertebrata torakalis kedua belas (T12) sampai vertebrata

lumbalis ketiga (L3). Ginjal kanan lebih rendah daripada ginjal kiri karena adanya

(26)

pembungkus yang halus. Di dalamnya terdapat struktur ginjal berwarna ungu tua yang terdiri atas korteks di sebelah luar dan medulla di sebelah dalam. Bagian

medulla tersusun atas 15 – 16 massa piramid yang disebut piramid ginjal. Puncaknya

mengarah ke hilum dan berakhir di kalises (kaliks). Kalises menghubungkannya dengan pelvis ginjal.15

Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan fungsional ginjal, jumlahnya sekitar 1.000.000 pada setiap ginjal. Setiap nefron dimulai sebagai berkas kapiler (badan malphigi atau glomerulus) yang tertanam dalam ujung atas yang lebar pada urinefrus atau nefron.15

Anatomi ginjal dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

(27)

2.3. Fungsi Ginjal

Fungsi primer ginjal adalah mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstrasel dalam batas – batas normal.4 Ginjal menyaring dan membuang zat-zat yang tidak berguna dan berbahaya dalam tubuh, serta menyerap kembali zat-zat yang berguna. Dalam waktu 24 jam tidak kurang dari 200 liter cairan urin primer diperas dari darah yang berasal dari jantung, lalu dimurnikan dalam ginjal.17

Fungsi utama ginjal terdiri atas 4 : 2.3.1. Fungsi Ekskresi

a. Mempertahankan osmolalitas plasma sekitar 285 mili osmol.

b. Mempertahankan kadar masing – masing elektrolit plasma dalam rentang normal.

c. Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4.

d. Mengekskresikan urea, asam urat dan kreatinin. 2.3.2. Fungsi nonekskresi

a. Menghasilkan renin, penting untuk pengaturan tekanan darah.

b. Menghasilkan eritropoeitin, faktor dalam stimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum tulang.

c. Metabolisme vitamin D menjadi bentuk aktifnya. d. Degradasi insulin.

(28)

2.4. Epidemiologi Gagal Ginjal Kronik (GGK)

2.4.1 Distribusi Frekuensi Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Distribusi Frekuensi Gagal Ginjal Kronik (GGK) dibagi berdasarkan: a. Distribusi Frekuensi Gagal Ginjal Kronik (GGK) Berdasarkan Orang

Pertambahan usia akan mengubah bentuk anatomi tubuh manusia dan juga disertai penurunan fungsi tubuh. Ginjal mengalami perubahan anatomis dan fisiologis akibat proses penuaan, hal ini yang mengakibatkan pada usia lanjut dapat terjadi glomerulonefritis kronik gagal ginjal terminal (GGT).18

Menurut Hasil Penelitian Romauli (2009) di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi, penderita GGK terbanyak pada kelompok umur 53-61 tahun (30,4%).11 Menurut penelitian Hafidz (2010) di RSUP H. Adam Malik Medan, penderita GGK terbanyak pada kelompok umur 46-55 tahun (39 %).19

Secara keseluruhan prevalensi ESRD lebih besar pada laki-laki (56,3%) dari pada perempuan (43,7%) walaupun penyakit sitemik tertentu yang menyebabkan ESRD (seperti diabetes mellitus tipe 2) lebih sering pada wanita.20

Menurut hasil penelitian Doloksaribu (2008) menunjukkan bahwa penderita GGK yang menjalani hemodialisa reguler di Klinik Hemodialisa Rasyida Medan terbanyak pada laki-laki (65,9%).21 Menurut Hanifa (2010) di RSUP Adam Malik Medan penderita GGK terbanyak pada laki-laki (61,4%). 22

(29)

mendekati 50%. Penduduk Amerika asli dan Afro-Amerika sangat berisiko mengalami gagal ginjal diabetik.20

b. Distribusi Frekuensi Gagal Ginjal Kronik (GGK) Berdasarkan Waktu dan Tempat

Jepang dan Taiwan adalah negara dengan prevalensi ESRD tertinggi. Pada tahun 2003, prevalensi ESRD di Jepang 1800/1.000.000 penduduk dan di Taiwan 1600/1.000.000.23

Menurut laroran USRDS, di Amerika Serikat tahun 2005, lebih dari 350.000 penderita ESDR hidup di daerah urban dan lebih dari 112.000 penderita ESRD hidup di dearah rural.24

Prevalensi ESRD di Brasil pada Januari 2007 sekitar 540/1.000.000 penduduk, lebih rendah dari negara Amerika Latin lainnya, seperti Chile prevalensi ESRD 750/1.000.000 penduduk dan Uruguay 800/1.000.000 penduduk.23

Survei persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) pada tahun 1990-1992 menunjukkan bahwa 13% dari sekitar 50.000 pasien rawat inap di rumah sakit di seluruh Indonesia menderita gagal ginjal dan hipertensi yang menempati urutan keempat setelah tifoid, tuberculosis paru, dan enteritis. 26

2.4.2 Determinan Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu kerusakan, kekurangan fungsi ginjal yang hampir selalu tidak reversibel dengan sebab yang bermacam – macam.

1. Host

(30)

di dalam ginjal. Setiap dekade pertambahan umur, fungsi ginjal menurun sekitar 10 ml/menit/1,73 m2. Pada usia dekade keempat dapat terjadi kerusakan ringan dengan nilai Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) 60-89 ml/menit/1,73 m2. Dengan perhitungan standar LFG normal sekitar 100 ml/menit/1,73, penurunan tersebut adalah sama dengan 10% dari kemampuan normal fungsi ginjal.17

2. Faktor resiko GGK

Faktor resiko GGK yang sering ditemukan antara lain : a. Glomerulonefritis

Glomerulonrfritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa.25

Glomerulonefritis terbagi atas 2, yaitu:27 i. Glomerulonefritis Akut

(31)

ii. Glomerulonefritis Kronik

Biasanya, Glomerulonefritis kronik (GNK) menyusul glomerulonefritis akut, tetapi ada kasus GNK pada pasien yang tidak pernah mengalami glomerulonefritis akut sebelumnya. Jalan penyakit GNK dapat berubah – ubah. Ada pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal minimal dan merasa sehat. Perkembangan penyakitnya juga perlahan. Walaupun perkembangan penyakit GNK perlahan atau cepat, keduanya akan berakhir pada penyakit ginjal tahap akhir.

GNK dicirikan dengan kerusakan (karena menjadi sklerotik) glomeruli dan hilangnya fungsi ginjal secara perlahan. Glomeruli mengalami pengerasan (sklerotik). Ginjal mengecil, tubula mengalami atrofi, ada inflamasi interstisial yang kronik, dan arteriosklerosis.

Sekitar 20 – 35% pasien yang memerlukan terapi pengganti ginjal (dialisis) memilikii riwayat penyakit glomerulus.28

b. Pielonefritis Kronik

Pielonefritis kronik adalah cedera ginjal progresif yang menunjukkan kelainan parenkimal yang disebabkan oleh infeksi berulang atau infeksi yang menetap pada ginjal. Pielonefritis kronik terjadi pada pasien dengan infeksi saluran kemih yang juga mempunyai kelainan anatomi utama pada saluran kemihnya.20

Menurut hasil penelitian Hafidz (2010) terhadap penderita GGK yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan, ditemukan bahwa 30% penderita GGK

(32)

Penyakit ginjal polisiklik merupakan kelainan ginjal turunan yang paling sering terjadi. Prevalensinya sekitar 1 dari 1000 dan lebih sering terjadi pada populasi kulit putih dibandingkan kulit hitam. Penyakit ini mencakup 4 – 10% pasien dengan gagal ginjal yang membutuhkan transplantasi atau dialisis. Hampir semua kasus akibat mutasi pada gen PKD1 atau PKD2. Mutasi PKD1 mencakup 85% kasus dan menyebabkan gagal ginjal yang lebih dini dibandingkan mutasi PKD2. Gambaran klinis utamanya adalah kista multipel di ginjal, namun kista dapat juga timbul di hati, limpa, dan pankreas. Aneurisma intracranial dan kelainan katup jantung juga dapat terjadi.14

d. Nefrosklerosis Hipertensif

Nefrosklerosis (pengerasan ginjal) menunjukkan adanya perubahan patologis pada pembuluh darah ginjal sebagai akibat hipertensi.19 Hipertensi merupakan penyebab kedua terjadinya penyakit ginjal tahap akhir. Sekitar 10% individu pengidap hipertensi esensial akan mengalami penyakit ginjal tahap akhir.22

Menurut hasil penelitian Hanifa (2010) terhadap penderita GGK yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan, ditemukan bahwa 60,4% penderita GGK mempunyai riwayat hipertensi.22

e. Nefropati Diabetik

(33)

merupakan penyebab tunggal tersering dari penyakit ginjal stadium akhir dan meliputi 30-40% kasus.14

Penelitian Ginting (2008) terhadap penderita GGK yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan, ditemukan bahwa 16% penderita GGK mempunyai riwayat diabetes mellitus.13 Menurut hasil penelitian Hanifa (2010) terhadap penderita GGK yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan, ditemukan bahwa 19,8% penderita GGK mempunyai riwayat Diabetes Mellitus.22

f. Nefropati Analgesik

Penyalahgunaan analgesik secara kronik menyebabkan cedera ginjal. Gagal Ginjal Kronik (GGK) yang disebabkan oleh kelebihan pemakaian analgesik merupakan masalah yang cukup sering dijumpai dan merupakan suatu bentuk penyakit ginjal yang paling mudah dicegah. Bahan yang dapat menyebabkan timbulnya nefropati adalah kombinasi aspirin dan fenasetin, karena insufisiensi ginjal jarang terjadi pada penderita yang hanya menelan aspirin, fanasetin atau asetominofen (metabolit utama dari fenasetin) saja. Biasanya diperlukan 2 sampai 3 kg aspirin dan fenasetin untuk menimbulkan penyakit ginjal secara klinis.20

2.5 Riwayat Alamiah Penyakit GGK

(34)

Riwayat alamiah gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi 3 stadium yaitu:20 2.5.1 Stadium I

Stadium pertama ini dinamakan penurunan cadangan ginjal. Pada stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal (10-20 mg per 1000 ml), dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat diketahui dengan memberi beban kerja yang berat pada ginjal tersebut, seperti tes pemekatan urine yang lama atau dengan mengadakan tes LFG yang teliti.

2.5.2 Stadium II

Stadium kedua perkembangan ini disebut insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (LFG besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini kadar BUN baru mulai meningkat di atas batas normal dan kadar kreatinin serum juga mulai meningkat melebihi kadar normal. Pada stadium ini pula gejala-gejala nokturia dan poliuria mulai timbul. Gejala-gejala ini timbul sebagai respon terhadap stress dan perubahan makanan atau minuman yang tiba-tiba.

2.5.3 Stadium III

(35)

biasanya menjadi oligurik (pengeluaran kemih kurang dari 500 ml/hari) karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula-mula menyerang tubulus ginjal. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan meninggal kecuali kalau ia mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis.

2.6 Manifestasi Klinis Gagal Ginjal kronik (GGK)

Penyakit GGK akan menimbulkan gangguan pada berbagai sistem atau organ tubuh, antara lain:

2.6.1 Gangguan Biokimiawi a. Asidosis metabolik

Gagal ginjal ditandai dengan berbagai jenis gangguan biokimia. Salah satu kelainan konstan yang selalu tampak pada penderita uremia adalah asidosis metabolik. Pada diet normal, ginjal harus mengeluarkan 40 sampai 60 mEq ion hidrogen (H+) setiap harinya untuk mencegah asidosis. Pada gagal ginjal, gangguan kemampuan ginjal untuk mengekskresikan H+ mengakibatkan asidosis sistemik disertai penurunan kadar bikarbonat (HCO3 -) dan pH

plasma. Kadar HCO3– menurun karena digunakan untuk mendapat H+.20

b. Ketidakseimbangan Kalium

(36)

Sekitar 90% asupan normal yaitu sebesar 50 – 150 mEq/hari diekskresikan dalam urine.20

c. Ketidakseimbangan natrium

Ekskresi garam dapat berkisar dari hampir nol sampai lebih dari 20 gr/hari. Pasien gagal ginjal kronik kehilangan kemampuan ginjal yang sangat fleksibel itu, sehingga dapat dikatakan kemampuan ginjalnya untuk mengekskresikan natrium yang bervariasi itu seperti “telur di ujung tanduk”. Pada insufiensi ginjal dini (bila terjadi poliuria), terjadi kehilangan natrium karena peningkatan beban zat terlarut pada nefron yang utuh.20

d. Hipermagnesemia

Seperti halnya kalium, magnesium terutama merupakan kation intrasel dan terutama diekresi oleh ginjal. Penderita uremia akan mengalami penurunan kemampuan untuk mengekskresikan magnesium.20

e. Azotemia

Beberapa zat yang ditemukan dalam darah pasien uremia yang mungkin bertindak sebagai racun adalah guanidin, fenol, amin, urat, kreatinin, dan asam hidroksi aromatik, dan indikan. Beberapa senyawa ini bertindak sebagai penghambat enzim yang kuat.20

f. Hiperurisemia

(37)

Peningkatan kadar asam urat serum di atas normal dapat atau tidak disertai gejala-gejala. Namun, penderita uremia tidak jarang pula mengalami serangan atritis gout akibat endapan garam urat pada sendi dan jaringan lunak.20

2.6.2 Gangguan Kemih – kelamin

Poliuria akibat diuresi osmotik lambat laun akan menjurus pada oliguria, Bahkan juga anuria karena kerusakan massa nefron yang berlangsung bertahap. Perempuan muda yang menderita uremia mungkin berhenti menstruasi sedangkan laki-laki umumnya menjadi impoten dan steril bila LFG turun hingga 5 ml/menit. Baik perempuan maupun laki-laki akan kehilangan libido bila uremia semakin berat.20

2.6.3 Kelainan Kardiovaskular

Sindrom uremik sering disertai hipertensi dan gagal jantung kongestif. Sekitar 90% hipertensi bergantung pada volume dan berkaitan dengan retensi air dan natrium, sementara kurang dari 10% yang bergantung pada renin. Kombinasi hipertensi, anemia dan kelebihan beban sirkulasi yang disebabkan oleh retensi natrium dan air semuanya berperan dalam meningginya kecenderungan kasus gagal jantung kongestif.20

2.6.4 Perubahan Pernapasan

(38)

kurang ahli. Komplikasi lain pada pernapasan akibat gagal ginjal adalah “paru uremik” dan pneumonitis.20

2.6.5 Kelainan Hematologi/ Anemia

Anemia normositer, merupakan komplikasi GGK yang biasa ditemukan dan berhubungan dengan derajat GGK. Penyebab utama anemia pada GGK adalah berkurangnya produksi eritropoietin, suatu hormon glikoprotein yang diproduksi ginjal (90%) dan sisanya diproduksi di luar ginjal (hati dan sebagainya).25

2.6.6 Perubahan Kulit

Penimbunan pigmen urine (terutama urokrom) bersama anemia pada insufisiensi ginjal lanjut akan menyebabkan kulit pasien menjadi putih seakan-akan berlilin dan kekuning-kuningan. Pada orang berkulit coklat, kulit akan berwarna coklat kekuningan, sedangkan pada orang kulit hitam akan berwarna abu-abu bersemu kuning, terutama di daerah telapak tangan dan kaki. Kulit mungkin menjadi kering dan bersisik, sedangkan rambut menjadi rapuh dan berubah warna. Kuku menjadi tipis dan rapuh, bergerigi dan memperlihatkan garis-garis terang dan kemerahan berselang-seling.20

2.6.7 Kelainan Metabolisme Intermedia a. Protein

(39)

b. Karbohidrat dan Lemak

Gangguan metabolisme karbohidrat seringkali disebabkan oleh uremia. Kadar gula darah puasa meningkat pada lebih dari 50% pasien uremia, tetapi biasanya tidak melebihi 200 mg/100 ml.

Metabolisme lemak abnormal ditandai dengan kadar trigliserida serum yang tinggi pada penderita uremia, bahkan pada pasien-pasien yang telah menjalani dialisis teratur. Kelainan metabolisme karbohidrat dan lemak jelas ikut berperan dalam proses peningkatan aterosklerosis pada pasien-pasien yang menjalani dialisis kronik.20

2.6.8 Kelainan Neuromuskular a. Sistem Saraf Pusat

Derajat gangguan serebral secara kasar paralel dengan derajat azotemia yang dialami. Gejala-gejala dini antara lain adalah penurunan ketajaman serta kemampuan mental untuk berpikir, apatis, dan kelelahan.

Sindroma disekuilibrium dialisis merupakan suatu kondisi yang ditandai

dengan gejala-gejala neurologik yang tidak terlokalisasi, seperti nyeri kepala, mual dan muntah, kedutan, hipertensi, dan penglihatan kabur. Kondisi ini dapat berlanjut menjadi konfusi atau kejang.20

b. Neuropati Perifer

(40)

hemodialisis (transplantasi) harus mulai dilakukan sebelum timbulnya gejala-gejala atau tanda klinis.20

2.6.9 Gangguan Kalsium dan Rangka (Osteodistrofi Ginjal)

Bila penderita gagal ginjal kronik dapat bertahan cukup lama, maka ketidakseimbangan kalsium dan fosfat yang disertai gangguan rangka tak mungkin terelakkan. Gangguan rangka disebut osteodistrofi ginjal yang terdiri dari tiga lesi.20

a. Osteomalasia (gangguan mineralisasi tulang).

b. Osteitis fibrosa (resorpsi osteoklastik tulang serta penggantian oleh jaringan fibrosa).

c. Osteosklerosis (selang-seling antara pengurangan dan peningkatan densitas tulang).

2.7 Pencegahan Gagal Ginjal Kronik 2.7.1 Pencegahan Primordial

Pencegahan primordial untuk penyakit GGK dimaksudkan memberikan keadaan pada masyarakat umum yang memungkinkan faktor predisposisi terhadap GGK dapat dicegah dan tidak mendapat dukungan dasar dari kebiasaan, gaya hidup, faktor resiko lainnya.29

Menciptakan prakondisi sehingga masyarakat merasa bahwa minum 8 gelas sehari untuk menjaga kesehatan ginjal merupakan hal penting, dan berolahraga teratur.25

(41)

2.7.2 Pencegahan Primer

Usaha pencegahan kerusakan ginjal pada pasien dengan resiko tinggi seperti diabetes, hipertensi, pasien dengan proteinuria. Hal ini penting oleh karena semakin meningkatnya pasien dengan penyakit ginjal kronik yang progresif, dengan mortalitas dan morbiditas kardiovaskular yang tinggi, serta besarnya biaya pengobatan pengganti.30

Pencegahan primer terhadap penyakit GGK dapat berupa:31 a. Pengaturan diet protein.

b. Menghindari obat netrotoksik.

c. Menghindari kontak radiologik yang tidak amat perlu. d. Mencegah kehamilan pada penderita yang berisiko tinggi.

e. Konsumsi garam sedikit, makin tinggi konsumsi garam, makin tinggi pula kemungkinan ekskresi kalsium dalam air kemih yang dapat mempermudah terbentuknya kristalisasi ikatan kalsium urat oleh sodium.32

2.7.3 Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder berupa penatalaksanaan konservatif yang terdiri atas pengobatan penyakit-penyakit co morbid (penyakit penyerta) untuk menghambat progresifitas dan persiapan pengobatan pengganti yang terdiri dari dialisis dan transplantasi ginjal.30

a. Pengobatan Konservatif

(42)

progresivitas gagal ginjal.25 Pengobatan konservatif penyakit gagal ginjal kronik (GGK) antara lain:

i. Pengaturan diet kalium, natrium dan cairan (i). Diet rendah kalium

Hiperkalemia biasanya merupakan masalah pada gagal ginjal lanjut. Asupan kalium dikurangi, diet yang dianjurkan adalah 40-80 mEq/hari. Penggunaan makanan dan obat-obatan yang tinggi kadar kaliumnya dapat menyebabkan hiperkalemia.4

(ii). Diet rendah natrium

Diet Na yang dianjurkan adalah 40-90 mEq/hari (1-2 gr Na). Asupan natrium yang terlalu longgar dapat mengakibatkan retensi cairan, edema perifer, edema paru, hipertensi gagal jantung kongestif.4

(iii). Pengaturan cairan

(43)

ii. Pencegahan dan pengobatan komplikasi (i). Hipertensi

Fungsi ginjal akan lebih cepat mengalami kemunduran jika terjadi hipertensi berat. Biasanya hipertensi dapat dikontrol secara efektif dengan pembatasan natrium dan cairan, serta melalui ultrafiltrasi bila penderita sedang menjalani hemodialisis. Pada beberapa kasus dapat diberikan obat antihipertensi (dengan ataupun tanpa diuretik) agar tekanan darah dapat terkontrol. Perawatan yang cermat perlu dilakukan untuk menurunkan tekanan darah secara bertahap sehingga penderita tidak mengalami hipotensi yang akan mengakibatkan penurunan LFG dan semakin buruknya fungsi ginjal. 20

(ii). Hiperkalemia

Salah satu komplikasi yang paling serius pada penderita uremia adalah hiperkalemia. Bila K+ serum mencapai kadar sekitar 7 mEq/L, dapat terjadi disritmia yang serius dan juga henti jantung. Selain itu, hiperkalemia makin diperberat lagi oleh hipokalsemia, hiponetremia, dan asidosis. Karena alasan ini, jantung penderita harus dipantau terus untuk mendeteksi efek hiperkalemia.20

(44)

(iii). Anemia

Anemia merupakan temuan yang hampir selalu ditemukan pada pasien penyakit ginjal lanjut. Penyebab anemia adalah multifaktorial, termasuk defisiensi produksi eritropoietin.20

Pengobatan anemia dilakukan sesuai dengan penyebabnya. Bila ditemukan defisiensi zat besi (kadar feritin dan zat besi serum < dari normal) diberikan pengobatan zat besi per oral dengan dosis 2-3 mg besi elemental/kgbb/kali diberikan 3 kali sehari selama 3 bulan. Bila terjadi defisiensi asam folat, diberi pengobatan asam folat dengan dosis 1-5 mg/hari selama 3-4 minggu. Anemia pada pasien GGK juga dapat diobati dengan androgen karena dapat meningkatkan produksi eritropoietin oleh hepatosit. faktor pemberat, dan bila mungkin memperlambat progresivitas gagal ginjal.25

(iv). Asidosis

Asidosis ginjal biasanya tidak diobati kecuali HCO3- plasma turun di

bawah angka 15 mEq/L. Bila asidosis berat akan dikoreksi dengan pemberian Na HCO3- (Natrium Bikarbonat) parenteral.4

(v). Osteodistrofi ginjal

(45)

tulang. Apabila terjadi keterlibatan rangka yang parah akibat kurangnya terapi preventif dengan agen pengikat fosfat, maka diindikasikan terapi vitamin D atau paratiroidektomi. Bila lesi yang dominan adalah osteomalasia, ahli nefrologi harus memulai terapi vitamin D dengan pengawasan ketat.20

(vi). Hiperurisemia

Obat pilihan untuk hiperurisemia pada penyakit ginjal lanjut biasanya adalah alopurinol. Obat ini mengurangi kadar asam urat dengan menghambat biosintesis sebagian asam urat total yang dihasilkan oleh tubuh.20

(vii). Neuropati Perifer

Biasanya neuropati perifer simtomatik tidak timbul sampai gagal ginjal mencapai tahap yang sangat lanjut. Tidak ada pengobatan yang diketahui untuk mengatasi perubahan tersebut kecuali dengan dialisis yang dapat menghentikan perkembangannya.20

(viii). Pengobatan segera pada infeksi

(46)

b. Dialisis

Dialisis adalah suatu proses difusi zat terlarut dan air secara pasif melalui suatu membran berpori dari satu kompartemen cair menuju kompartemen cair lainnya. Hemodialisis dan dialisis peritoneal merupakan dua teknik utama yang digunakan dalam dialisis, dan prinsip dasar kedua teknik itu sama, difusi zat terlarut dan air dari plasma ke larutan dialisis sebagai respons terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu.20

i. Dialisis Peritoneal

Dialisis peritoneal pada mulanya hanya dianjurkan untuk gagal ginjal akut yang tidak hiperkatabolik. Sikap tersebut timbul karena dialisis peritoneal tidak seefektif hemodialisis, sehingga memerlukan waktu dialisis yang panjang. Di samping itu, teknik untuk berkali-kali menusuk dinding abdomen atau menempatkan kateter permanen belum dikuasai. Tetapi kemudian kesulitan ini diatasi dengan diperkenalkannya berbagai kateter, yang dapat bertahan lama.31

(47)

melalui perbedaan tekanan osmotik dan bukan dari perbedaan tekanan hidrostatik seperti pada hemodialisis.20

Dialisis peritoneal memerlukan waktu 36 hingga 48 jam untuk menyelesaikan proses pencucian darah. Dialisis peritoneal dapat dilakukan secara intermiten (beberapa kali dalam seminggu, dengan waktu 36 sampai 48 jam untuk setiap dialisis) atau kontinyu. Tujuan terapi ini adalah untuk mengeluarkan zat-zat toksik serta limbah metabolik, mengembalikan keseimbangan cairan yang normal dengan mengeluarkan cairan yang berlebihan, dan memulihkan keseimbangan elektrolit. 4

ii. Hemodialisis

Hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir atau End Stage Renal Disease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka panjang atau permanen. Tujuan hemodialisis adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebihan.4

(48)

lebih rendah. Kelebihan cairan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradient tekanan (perbedaan tekanan hidrostatik), dimana air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat). Gradien ini dapat ditingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal sebagai ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negatif diterapkan pada alat ini sebagai kekuatan penghisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air.4

2.7.4 Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier yaitu upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat atau kematian, tidak hanya ditujukan kepada rehabilitasi medik tetapi juga menyangkut rehabilitasi jiwa.29 Upaya ini dilakukan pada pasien GGK yang telah atau sedang menjalani tindakan pengobatan atau terapi pengganti. Pencegahan tersier bagi penderita GGK dapat berupa:33

a. Mengurangi stress, menguatkan sistem pendukung sosial atau keluarga untuk mengurangi pengaruh tekanan psikis pada penyakit GGK.

b. Meningkatkan aktivitas sesuai toleransi, hindari imobilisasi karena hal tersebut dapat meningkatkan demineralisasi tulang.

c. Meningkatkan kepatuhan terhadap program terapeutik.

(49)

e. Transplantasi Ginjal

Transplantasi ginjal yang berhasil merupakan cara pengobatan yang lebih disukai oleh pasien-pasien yang mengalami gagal ginjal stadium akhir. Transplantasi ginjal adalah suatu prosedur yang menempatkan ginjal yang sehat yang berasal dari organ orang lain ke dalam tubuh pasien gagal ginjal. Ginjal yang baru mengambil alih fungsi kedua ginjal yang telah mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsi. Teknik pembedahan yang dilakukan pada transplantasi ginjal relatif sederhana dan umumnya dilakukan oleh ahli bedah dengan latar belakang urologi, vaskuler, atau bedah umum. Seorang ahli bedah menempatkan ginjal yang baru (donor) pada sisi abdomen bawah dan menghubungkan arteri dan vena renalis dengan ginjal yang baru. Darah mengalir melalui ginjal yang baru yang akan membuat urin seperti ginjal kita saat masih sehat atau berfungsi.4

(50)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Model Kerangka Konsep

Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) 1.Sosiodemografi

- Umur

- Jenis kelamin - Suku

- Agama - Pendidikan - Pekerjaan - Daerah asal 2. Gejala utama 3 Riwayat sebelumya 4 Stadium GGK

5 Penatalaksanaan medik 6 Sumber biaya

(51)

3.2. Definisi Operasional

3.2.1.Penderita GGK adalah orang/pasien yang dinyatakan menderita GGK

berdasarkan hasil diagnosa dokter sesuai dengan yang tercatat di kartu status. 3.2.2.Sosiodemografi

a. Umur adalah lamanya hidup penderita GGK yang dihitung berdasarkan tahun sejak penderita itu lahir sesuai dengan yang tercatat di kartu status, yang dikelompokkan berdasarkan rumus Sturges.

Kemudian untuk analisa statistik, umur dikelompokkan atas : 1. < 45 tahun

2. ≥ 45 tahun

b. Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki penderita GGK sesuai dengan yang tercatat di kartu status, yang dikategorikan atas :

1. Laki-laki 2. Perempuan

c. Suku adalah ras yang melekat pada diri penderita GGK sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, yang dikategorikan atas :

1. Batak 2. Jawa 3. Melayu 4. Minang 5. Aceh

(52)

d. Agama adalah salah satu kepercayaan yang diakui oleh pemerintah Republik Indonesia yang diyakini oleh penderita GGK sesuai dengan yang tercatat di kartu status, yang dikategorikan atas :

1. Islam

2. Kristen (Kristen Katholik dan Protestan) 3. Budha

4. Hindu

e. Pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi dari penderita GGK sesuai dengan yang tercatat di kartu status, yang dikategorikan atas :

1. SD 2. SLTP 3. SLTA 4. Akademi/PT 5.Tidak tercatat

f. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan oleh penderita GGK sesuai dengan yang tercatat di kartu status, yang dikategorikan atas :

1. Pegawai Negeri

g. Daerah asal adalah tempat dimana penderita GGK tinggal menetap sesuai dengan yang tertulis di kartu status, yang dikategorikan atas :

(53)

3.2.3. Gejala utama adalah keadaan yang dialami oleh penderita yang menyebabkannya datang berobat dan dirawat inap sesuai dengan yang tertulis di kartu status yang dikategorikan atas :

1. Gejala ringan

3.2.4. Riwayat penyakit sebelumnya adalah penyakit yang pernah di derita oleh penderita sebelum dia menderita GGK sesuai dengan yang tertulis di kartu status yang di kategorikan atas :

1. Ada riwayat, terdiri atas: a. Hipertensi

b. Diabetes Melitus (DM) c. Batu ginjal

d. Penyakit Ginjal Obstruksi Infeksi (PGOI) e. Infeksi Saluran Kemih (ISK)

f. Lebih dari satu RPS (misalnya: DM+Hipertensi, Hipertensi +Batu Ginjal, Batu Ginjal+ Infeksi Saluran Kemih (ISK), Diabetes Melitus (DM)+ Glomerulonefritis Kronik + Infeksi Saluran Kemih (ISK).

(54)

3.2.5 Stadium GGK adalah tingkat keparahan penyakit GGK berdasarkan kecepatan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yang tercatat di kartu status:

1. Stadium 1 (LFG > 25 ml/menit/1,73 m2 ) 2. Stadium 2 (LFG 10 – 25 ml/menit/1,73 m2 ) 3. Stadium 3 (LFG < 10 ml/menit/1,73 m2 )

3.2.6. Sumber biaya adalah besarnya biaya perawatan yang akan ditanggung oleh keluarga atau pihak lain yang bersangkutan sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status penderita, dikategorikan atas:

1. Umum/Biaya sendiri 2. Askes

3. Jamkesmas 4. Medan Sehat

Kemudian untuk analisa statistik, sumber biaya dikelompokkan atas : 1. Biaya sendiri

2. Bukan biaya sendiri (Askes, Jamkesmas dan Medan Sehat)

3.2.7. Penatalaksanaan Medik adalah penanganan yang dilakukan tim medis kepada penderita GGK dalam upaya penyembuhan sesuai dengan yang tertulis di kartu status penderita, yang di kategorikan atas:

1. Tidak Hemodialisa (obat + diet) 2. Hemodialisa

3. Operasi

(55)

3.2.9. Keadaan sewaktu pulang adalah keadaan penderita GGK waktu keluar atau pulang setelah menjalani rawat inap di rumah sakit sesuai yang tertulis di kartu status, yang dikategorikan atas :

1. Pulang Berobat Jalan (PBJ)

(56)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan menggunakan desain case series dan dilanjutkan dengan analisa statistik. 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSU. Dr. Pirngadi Medan dengan pertimbangan bahwa tersedianya data pederita GGK yang di rawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 dan di RSU. Dr. Pirngadi Medan memiliki fasilitas penegakan diagnose dan pengobatan GGK.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2011. Kegiatan penelitian yaitu survei awal, pencarian literatur, penulisan proposal, bimbingan proposal, seminar proposal, penelitian, penulisan skripsi, bimbingan skripsi, dan sidang skripsi.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

(57)

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah sebagian dari data penderita GGK yang dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010. Besar sampel diperoleh berdasarkan rumus:34

n =

Dimana: n = Besar sampel N = Besar populasi

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0.05)

n =

= 159,39 ≈ 159

4.4 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dari daftar populasi yang telah dipersiapkan (diurutkan berdasarkan bulan yang tertulis di kartu status) dilakukan dengan cara Simple

Random Sampling dengan menggunakan tabel angka acak. Cara ini dilakukan dengan

melakukan pengundian dimana angka pertama yang diambil sebagai baris dan angka yang kedua diambil sebagai kolom. Pertemuan antara baris dan kolom tersebut merupakan sampel pertama kemudian sampel berikutnya ditentukan dengan bergerak sejajar dari atas ke bawah.

N 1+N(d)2

(58)

4.5. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari kartu status penderita GGK yang dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010, kemudian dilakukan pencatatan sesuai variabel yang diteliti. 4.6.Teknik Analisa Data

(59)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Profil RSU Dr. Pirngadi Medan

5.1.1. Sejarah Berdirinya RSU Dr. Pirngadi Medan

RSU Dr. Pirngadi Medan didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda dengan nama Gemente Zieken Huis. Rumah sakit ini diresmikan pada tahun 1930, sebagai pimpinan pertamanya adalah Dr. W. Bays, pada tahun 1939 rumah sakit ini disaerahkan kepada Dr. A. A. Messing.

Pada tahun 1942, rumah sakit ini berganti nama menjadi Syuritsu Bisono Ince dan pimpinananya Dr. Raden Pirngadi Gonggo Putro. Pada tahun 1947 nama rumah sakit ini diganti menjadi Rumah Sakit Kota Medan dan pemimpinnya dijabat oleh Dr. Ahmad Sofyan. Semasa kepemimpinannya rumah sakit ini berubah menjadi Rumah Sakit Umum Medan yaitu pada tahun 1952. Tahun 1955 pimpinan rumah sakit diserahkanterimakan kepada Dr. H. A. Darwis Dt. Batu Besar. Tahun 1958 nama rumah sakit ini diganti menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Medan , pimpinannya dijabat oleh Paruhum Daulay. Tahun 1969 pimpinan rumah sakit dipimpin oleh Dr. Zainal Rasyid Siregar, SKM dan semasa kepemimpinannya Nama Rumah Sakit Umum Pusat Medan berubah nama lagi menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Propinsi Medan (Provincial Top Referal Hospital).

(60)

5.1.2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi

Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Medan mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasilguna dengan mengutamakan upaya penyembuhan pemulihan yang dilaksanankan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Medan mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan pelayanan medis.

b. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non medis c. Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan.

d. Menyelenggarakan pelayanan rujukan. e. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan. g. Mengelola administrasi dan keuangan.

h. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya. i. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Daerah.

5.1.3. Visi, Misi, Motto, dan Norma a. Visi

(61)

b. Misi

b.1. Meningkatkan upaya pelayanan medis, non medis, dan perawatan secara professional.

b.2. Meningkatkan peran rumah sakit sebagai tempat pendidikan, penelitian dan pengembangan IPTEK.

b.3. Mewujudkan rumah sakit sebagai pusat rujukan sesumatera utara.

b.4. Meningkatkan pelaksanaan administrasi dan manajemen rumah sakit yang berkualitas, transparan, dan akuntabel.

c. Motto

Kepentingan penderita adalah yang utama (Aekroti Salus Lex Suprema). d. Norma

(62)

5.2 Sosiodemografi Penderita GGK

Proporsi penderita GGK berdasarkan sosiodemografi yang dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.1 dan 5.2 di bawah ini.

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

Umur (tahun)

Jenis Kelamin

Total Laki-laki Perempuan

f % f % f %

18-25 5 3,1 4 2,5 9 5,6

26-33 7 4,4 2 1,3 9 5,7

34-41 9 5,7 12 7,5 21 13,2

42-49 16 10,1 15 9,4 31 19,5

50-57 24 15,1 17 10,7 41 25,8

58-65 23 14,5 15 9,4 38 23,9

66-73 3 1,9 6 3,8 9 5,7

> 73 0 0 1 0,6 1 0,6

Total 87 54,7 72 45,3 159 100

(63)

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

(64)

Pada tabel 5.2. dapat dilihat karakteristik penderita GGK yang dirawat inap di RSU.

Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 berdasarkan suku, penderita GGK tertinggi adalah suku Batak yaitu 42,1% dan yang terendah suku Melayu, Minang dan Aceh masing-masing 5,7% dan terdapat 15% suku yang tidak tercatat. Berdasarkan agama, ;penderita GGK tertinggi adalah agama Islam yaitu 67,9% dan yang terendah adalah agama Hindu yaitu 0,6%.

Berdasarkan pendidikan, penderita GGK tertinggi adalah berpendidikan SLTA yaitu 52,2% dan yang terendah berpendidikan Akademi/PT yaitu 8,8% dan terdapat 9,4% pendidikan yang tidak tercatat. Berdasarkan pekerjaan, mayoritas penderita GGK seorang wiraswasta yaitu 34% dan yang terendah mahasiswa/pelajar yaitu 0,6% dan terdapat 5,7 % pekerjaan yang tidak tercatat. Daerah asal penderita GGK tertinggi adalah dari Kota Medan yaitu 57,9% sedangkan dari luar Kota Medan yaitu 42,1%.

5.3. Gejala Utama Penderita GGK

Proporsi penderita GGK berdasarkan keluhan utama pada pasien rawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.3 di bawah ini.

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Gejala Utama di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

Gejala Utama f %

Gejala Ringan 41 25,8

Gejala Sedang 53 33,3

Gejala Berat 65 40,9

(65)

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa keluhan utama penderita GGK yang di rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 adalah gejala berat yaitu 40,9% , kemudian gejala sedang yaitu 33,3% dan gejala ringan yaitu 25,8%.

5.4. Riwayat Penyakit Sebelumnya Penderita GGK

Proporsi penderita GGK berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya yang dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.4 di bawah ini.

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

Riwayat Penyakit Sebelumnya f %

Hipertensi 54 34,0

Diabetes Mellitus (DM) 33 20,7

Batu Ginjal 7 4,4

Penyakit Ginjal Obstruksi Ginjal Infeksi (PGOI)

(66)

5.5. Stadium Penderita GGK

Proporsi penderita GGK berdasarkan Stadium GGK yang dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.5 di bawah ini.

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Stadium GGK di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

Berdasarkan tabel 5.5. dapat dilihat stadium penderita GGK yang dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 yang paling banyak adalah Stadium 3 sebanyak 105 orang (66,0%), kemudian Stadium 2 sebanyak 44 orang (27,7%), dan yang paling sedikit Stadium 1 sebanyak 10 orang (6,3%).

5.6. Penatalaksanaan Medik Penderita GGK

Proporsi penderita GGK berdasarkan penatalaksaaan medik yang dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.6. dibawah ini. Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap

Berdasarkan Penatalaksanaan Medik yang Diberikan di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

No Penatalaksanaan Medik f %

1. Tidak Hemodialisa (obat + diet) 51 32,1

2. Hemodialisa 99 62,2

3. Operasi 9 5,7

(67)

Berdasarkan tabel 5.6. dapat dilihat penatalaksanaan medik penderita GGK yang dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 yang paling banyak Hemodialisa 99 orang (62,2%), kemudian Tidak Hemodialisa (obat+diet) 73 orang (32,1%), dan paling sedikit Operasi 9 orang (5,7%).

5.7. Sumber Biaya Penderita GGK

Proporsi penderita GGK berdasarkan sumber biaya yang dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.7. dibawah ini.

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

No Sumber Biaya f %

1. Umum/ Biaya Sendiri 13 8,2

2. Askes 50 31,4

3. Jamkesmas 93 58,5

4 Medan Sehat 3 1,9

Total 159 100

(68)

5.8. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita GGK

Distribusi penderita GGK berdasarkan lama rawatan rata-rata yang dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.8. di bawah ini.

Tabel 5.8. Lama Rawatan Rata-rata Penderita GGK yang Dirawat Inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

Lama Rawatan Rata-rata (hari)

Mean 8,79

Median 7,00

Standar Deviasi (SD) 8,14

95% CI 7,52-10,07

Minimum 1 hari

Maksimum 44 hari

(69)

5.9. Keadaan Sewaktu Pulang Penderita GGK

Proporsi penderita GGK berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang dirawat inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.9. dibawah ini.

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

No Keadaan Sewaktu Pulang f %

1. Pulang Berobat Jalan (PBJ) 94 59,1

2. Pulang Atas Permintaan Sendiri

(PAPS) 19 11,9

3. Meninggal 46 29,0

Total 159 100

(70)

Distribusi penderita GGK yang meninggal berdasarkan karakteristik penderita (sosiodemografi, gejala utama, riwayat penyakit sebelumnya, stadium, penatalaksanaan medik, dan sumber biaya) di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.10. di bawah ini.

Tabel 5.10. Distribusi Penderita GGK yang Meninggal Berdasarkan Karakteristik Penderita di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010

No Sosiodemografi f

(71)

SD

9. Riwayat Penyakit Sebelumnya Hipertensi

Diabetes Mellitus Batu Ginjal PGOI

Gambar

Tabel 5.2. Distribusi Berdasarkan Sosiodemografi di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun
Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Penatalaksanaan Medik yang Diberikan di RSU Dr
Tabel 5.7. Distribusi Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun
Tabel 5.9. Distribusi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Dr. Pirngadi Medan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proporsi penderita PPOK berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya yang tercatat yang dirawat inap di RS Martha Friska Medan Tahun 2010-2011 dapat dilihat pada gambar berikut

Diagram Bar Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Dr. diatas dapat dilihat bahwa dari 72

Diperlukan peningkatan pelayanan kesehatan bagi penderita PJK terutama pada penderita dengan kadar kolesterol tinggi, riwayat penyakit terdahulu hiperkoleterolemia, umur ≥

Proporsi penderita gagal jantung yang dirawat inap di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010 berdasarkan Keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada gambar 6.9. Gambar 6.9 Diagram Pie

Gambar 6.11 Proporsi Penderita Penyakit Jantung Koroner Berdasarkan Tekanan Darah di RSU Dr.Pirngadi Medan Tahun 2003-2006 Berdasarkan gambar 6.11 diatas dapat diketahui

Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Kejang Demam pada Balita Berdasarkan Status Riwayat Kejang Demam Sebelumnya Tercatat Rawat Inap di RSUD Dr. dapat

Diagram Bar Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap Berdasarkan Sumber Pembiayaan di RSU Dr. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata

Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya Yang Tercatat di RS Martha Friska Medan Tahun 2010-2011 ... Diagram Pie Distribusi