• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Dirawat Inap di RS Martha Friska Medan Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Dirawat Inap di RS Martha Friska Medan Tahun 2011"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK YANG DIRAWAT INAP DI RS MARTHA FRISKA MEDAN

TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 081000080 HERDIANI SIALLAGAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK YANG DIRAWAT INAP DI RS MARTHA FRISKA MEDAN

TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

NIM. 081000080 HERDIANI SIALLAGAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul:

KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK YANG DIRAWAT INAP DI RS MARTHA FRISKA MEDAN

TAHUN 2011

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

NIM. 081000080 HERDIANI SIALLAGAN

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 28 Agustus 2012 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Drh. Rasmaliah, M. Kes

NIP. 195908181985032002 NIP. 196404041992031005 Drs. Jemadi, M.Kes

Penguji II Penguji III

Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH

NIP. 194904171979021001 NIP. 195711171987021002 dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS

Medan, Oktober 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan.

(4)

ABSTRAK

Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hasil survei Perhimpunan Nefrologi Indonesia tahun 2009 prevalensi GGK di Indonesia sekitar 12,5%.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain case series. Tujuan penelitian untuk mengetahui karakteristik penderita GGK yang dirawat inap di RS Martha Friska Medan tahun 2011. Populasi dan sampel berjumlah 201 orang. Data diperoleh dari rekam medis.

Proporsi penderita GGK tertinggi pada kelompok umur 49-55 tahun (24,8%), jenis kelamin laki-laki (53,7%), suku Batak (61,2%), agama Islam (48,7%), pendidikan Akademik/PT (50,7%), pekerjaan Pegawai Negeri Sipil (PNS)/pensiunan (58,2%), tempat tinggal Kota Medan (62,2%), riwayat penyakit sebelumnya Hipertensi (30,2%), kadar ureum darah > 100 mg/100 mL (68,9%), kadar kreatinin darah > 4 mg/100 mL (77,0%), penatalaksanaan medis Obat + Diet + Hemodialisis (55,2 %), sumber biaya Askes (73,6%). Lamarawatan rata-rata 12,2 hari (12 hari) dengan Pulang Berobat Jalan (55,7 %).

Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna penatalaksanaan medis berdasarkan kadar ureum darah penderita (p=0,170), tidak ada perbedaan yang bermakna lamarawatan rata-rata berdasarkan umur penderita (p=0,259), ada perbedaan antara lama rawatan rata-rata berdasarkan penatalaksanaan medis (p=0,002), ada perbedaan antara lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,001), ada perbedaan proporsi yang bermakna antara penatalaksanaan medis berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,001).

Pihak rumah sakit diharapkan melengkapi pencatatan data pada kartu status penderita seperti,riwayat penyakit sebelumnya, kadar kreatinin darah dan kadar ureum darah serta memberikan pemahaman kepada penderita tentang penatalaksanaan GGK.

(5)

ABSTRACT

Chronic Renal Failure (CRF) is a condition caused reduction in renal function that is chronically, progressive and quite advanced. Result of the survey Association of Nephrology Indonesia in 2009 prevalence of GGK in Indonesia around 12,5%.

The research was done as descriptive study by using case series design. The purpose of research was done to know the characteristic of CRF patients who are hospitalized in RS Martha Friska Medan in 2011. Population and sample are the same 201 CRF patients. Data obtained from medical records.

The highest proportion of the patients with CRF is in the age 49-55 years old (24,8%), Male (53,7%), Bataknesse (61,2%), Moslem (48,7%), Academic/ Universities (50,7%), Civil Servants (PNS)/retired (58,2%), come from Medan (62,2%), diseases history of Hipertension (30,2%), Levels of Bood Urea > 100 mg/100 mL (68,9%), Levels of Blood Creatinine > 4 mg/100 mL (77,0%), medical treatment of Medicine + Diet + Hemodialysis (55,2%), Askes (73,6%), Average length of stay 12,2 days (12 days) with clinical recovery out patient 55,7%).

There was no significant difference in proportion between medical treatment based on Levels of Bood Urea (p = 0,170), There was no difference between average length of stay based on age patients (p =0,259), There was difference between average length of stay based on medical treatment (p = 0,002), There was difference between average length of stay based on condition when go home (p = 0,001), There was difference in proportion between medical treatment based on when go home (p = 0,001).

The hospital is expected to completing data patients in card status especially diseases history, Levels of Bood Urea and Levels of Bood Creatinine also give information to patient about CRF medical treatment.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Herdiani Siallagan

Tempat/Tanggal Lahir : Emplasmen Bah Butong/ 12 Mei 1990

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak ke : 2 dari 4 bersaudara

Alamat Rumah : Emplasmen Bah Butong Kec. Sidamanik Kab. Simalungun

Riwayat Pendidikan

1. 1996-2002 : SD Negeri 091420 Bah Butong

2. 2002-2005 : SLTP Negeri 1 Sidamanik

3. 2005-2008 : SMA Negeri 4 Pematangsiantar

4. 2008-2012 : Fakultas Kesehatan Masyarakat

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kasih dan

anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Dirawat Inap di RS Martha Friska Medan Tahun 2011”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dari

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen

Pembimbing Skripsi I yang telah memberi bimbingan dan mengarahkan

penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Ir. Kalsum, M.Kes selaku dosen Penasehat Akademik.

4. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah

memberi bimbingan dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Dosen Penguji Skripsi I

(8)

6. Bapak dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS selaku Dosen Penguji II yang telah

banyak memberi kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Direktur RS Martha Friska Medan dan Kepala bagian Rekam Medik beserta

staf yang telah memberikan izin penelitian dan telah membantu penulis

selama penelitian.

8. Seluruh dosen dan staf/pegawai yang banyak membantu penulis dalam proses

perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Terkhusus penghargaan dan terima kasih kepada kedua orang tua saya

ayahanda alm. M. Siallagan dan ibunda N. Tampubolon yang telah

membesarkan dan mendidik penulis serta memberikan dukungan moril

maupun materil.

10.Kakak (Vebrina Siallagan) dan adik-adikku (Novitafrianty Siallagan dan

Alexander Siallagan) atas semua doa dan dukungannya.

11.Preddi Tua Marbun yang selalu memberikan dukungan, doa dan semangat

kepada penulis.

12.Sahabat – sahabat penulis yang terkasih (Tari, Tika, Eka, Octa, Erzian dan

Ervina) dan teman-teman satu kos (Bora, Novi, Dina, dan Kak Fida) atas

semua doa, bantuan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

13.Seluruh rekan-rekan mahasiswa Kesehatan Masyarakat USU khususnya

angkatan 2008, teman-teman di peminatan Epidemiologi ( Stella, Ervanny,

Linda, Tari, Christivani, Nelly, Stiphany, Rohani, Sartika, Desy, Mery, Helfi,

(9)

tidak disebutkan satu persatu) atas kebersamaannya selama mengikuti

pendidikan di FKM USU, KTB-ku (Kak Eka, Vony, Riama, Imelda, Tika, dan

Happy), dan teman-teman perpulungan FKM 08 atas dukungan selama

mengerjakan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan skripsi ini. Untuk itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Juli 2012

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

2.4. Epidemiologi Gagal Ginjal Kronik (GGK) ……….. 10

2.4.1. Distribusi Frekuensi Gagal Ginjal Kronik (GGK) ………. 10

2.4.2. Determinan Gagal Ginjal Kronik (GGK) ………... 12

2.5. Perjalanan Klinis Gagal Ginjal Kronik (GGK) ………. 17

2.5.1. Stadium I ………. 17

2.5.2. Stadium II ………... 17

2.5.3. Stadium III ………. 17

2.6. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis (GGK) ……… 18

2.6.1. Gangguan pada Sistem Gastrointestinal ………. 18

2.6.2. Gangguan pada Kulit ……….. 18

2.6.3. Gangguan pada Sistem Hematologik ……….. 19

2.6.4. Gangguan pada Sistem Saraf dan Otot ………... 19

2.6.5. Gangguan pada Sestem Kardiovaskular ……….. 20

2.6.6. Gangguan pada Sistem Endokrin ……… 20

2.6.7. Gangguan Cairan dan Natrium ……… 20

2.7. Pencegahan Gagal Ginjal Kronik (GGK) ……….. 21

2.7.1. Pencegahan Primordial ……… 21

2.7.2. Pencegahan Primer ………... 21

(11)

2.7.4. Pencegahan Tersier ……….. 27

5.1.1. Visi, Misi, Tujuan dan Nilai-nilai Dasar RS Martha Friska…... 36

5.2. Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) ………... 38

5.2.1. Sosiodemografi ……….. 38

5.2.2. Riwayat Penyakit Sebelumnya ……….. 40

5.2.3. Kadar Ureum Darah ………... 41

5.2.4. Kadar Kreatinin Darah ………... 41

5.2.5. Penatalaksanaan Medis ………... 42

5.2.6. Sumber Biaya ……….. 42

5.2.7. Lama Rawatan Rata-Rata ………... 43

5.2.8. Keadaan Sewaktu Pulang ………... 44

5.3. Analisis Statistik ………...……… 47

5.3.1. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Kadar Ureum Darah …… 47

5.3.2. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Kadar Kreatinin Darah…. 48 5.3.3. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur ………. 49

5.3.4. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Penatalaksanaan Medis.. 50

5.3.5. Lama Rawaatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang51 5.3.6. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang.. 52

BAB 6. PEMBAHASAN ………... 53

6.1. Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) ………. 53

6.1.1. Sosiodemografi ……… 53

6.1.2. Riwayat Penyakit Sebelumnya ……… 60

6.1.3. Kadar Ureum Darah ……… 62

6.1.4. Kadar Kreatinin Darah ……… 63

6.1.5. Penatalaksanaan Medis ……… 64

(12)

6.1.7. Lama Rawatan Rata-rata ……….. 66 6.1.8. Keadaan Sewaktu Pulang ………. 66 6.2. Analisis Statistik ……….. 68 6.2.1. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Kadar Ureum Darah …….. 68 6.2.2. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Kadar Kreatinin Darah ….. 69 6.2.3. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur ………... 70 6.2.4. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Penatalaksanaan Medis ... 71 6.2.5. Lama Rawaatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang72 6.2.6. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ...73

BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN ………. 75

7.1. Kesimpulan ……….. 75 7.2. Saran ……… 76

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Lampiran 1. Master Data

Lampiran 2. Hasil Pengolahan Data

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat inap Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RS Martha Friska Medan Tahun

2011………... 38

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat inap Berdasarkan Suku, Agama, Pendidikan, Pekerjaan dan Tempat Tinggal di RS

Martha Friska Medan Tahun 2011……….. 39

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya di RS Martha Friska Medan Tahun

2011……….. 40

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan

Kadar Ureum Darah di RS Martha Friska Medan Tahun 2011…. 41

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan

Kadar Kreatinin Darah di RS Martha Friska Medan Tahun 2011.. 41

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan

Penatalaksanaan Medis di RS Martha Friska Medan Tahun 2011… 42

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan

Sumber Biaya di RS Martha Friska Medan Tahun 2011………… 42

Tabel 5.8. Lama Rawatan Rata-rata Penderita GGK yang Dirawat Inap di RS

Martha Friska Medan Tahun 2011……… 43

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan

Sumber Biaya di RS Martha Friska Medan Tahun 2011………… 44

Tabel 5.10. Karakteristik Penderita GGK rawat inap yang meninggal di RS

Martha Friska Medan Tahun 2011……… 44

Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Kadar Ureum Darah Penderita GGK yang Dirawat Inap di RS Martha

Friska Medan Tahun 2011……… 47

Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Kadar Kreatinin Darah Penderita GGK yang Dirawat Inap di RS Martha

(14)

Tabel 5.13. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur Penderita GGK yang

Dirawat Inap di RS Martha Friska Medan Tahun 2011………….. 49

Tabel 5.14. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Penatalaksanaan Medis Penderita GGK yang Dirawat Inap di RS Martha Friska Medan

Tahun 2011……….. 50

Tabel 5.15. Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita GGK yang Dirawat Inap di RS Martha Friska Medan

Tahun 2011……… 51

Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita GGK yang Dirawat Inap di RS Martha

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita GGK Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin yang Dirawat Inap di RS Martha

Friska Medan Tahun 2011……… 53

Gambar 6.2. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita GGK Berdasarkan Suku yang Dirawat Inap di RS Martha Friska Medan Tahun

2011………... 55

Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita GGK Berdasarkan Agama yang Dirawat Inap di RS Martha Friska Medan Tahun

2011………... 56

Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita GGK Berdasarkan Pendidikan yang Dirawat Inap di RS Martha Friska Medan

Tahun 2011……… 57

Gambar 6.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita GGK Berdasarkan Pekerjaan yang Dirawat Inap di RS Martha Friska Medan Tahun

2011………... 58

Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita GGK Berdasarkan Tempat Tinggal yang Dirawat Inap di RS Martha Friska Medan

Tahun 2011……… 59

Gambar 6.7. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita GGK Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya yang Dirawat Inap di RS Martha

Friska Medan Tahun 2011……… 60

Gambar 6.8. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita GGK Berdasarkan Kadar Ureum Darah yang Dirawat Inap di RS Martha Friska

Medan Tahun 2011……… 62

Gambar 6.9. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita GGK Berdasarkan Kadar Kreatinin Darah yang Dirawat Inap di RS Martha Friska

Medan Tahun 2011……… 63

Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita GGK Berdasarkan Penatalaksanaan Medis yang Dirawat Inap di RS Martha Friska

Medan Tahun 2011……… 64

Gambar 6.11. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita GGK Berdasarkan Sumber Biaya yang Dirawat Inap di RS Martha Friska Medan

(16)

Gambar 6.12. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita GGK Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang yang Dirawat Inap di RS Martha

Friska Medan Tahun 2011……… 66

Gambar 6.13. Diagram Bar Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Kadar Ureum Darah Penderita GGK yang Dirawat Inap di RS

Martha Friska Medan Tahun 2011……… 68

Gambar 6.14. Diagram Bar Proporsi Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Kadar Kreatinin Darah Penderita GGK yang Dirawat Inap di RS

Martha Friska Medan Tahun 2011……… 69

Gambar 6.15. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur Penderita GGK yang Dirawat Inap di RS Martha Friska Medan

Tahun 2011……… 70

Gambar 6.16. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Penatalaksanaan Medis Penderita GGK yang Dirawat Inap di

RS Martha Friska Medan Tahun 2011………. 71

Gambar 6.17. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita GGK yang Dirawat Inap di RS

Martha Friska Medan Tahun 2011……….. 72

(17)

ABSTRAK

Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan suatu keadaan yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hasil survei Perhimpunan Nefrologi Indonesia tahun 2009 prevalensi GGK di Indonesia sekitar 12,5%.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain case series. Tujuan penelitian untuk mengetahui karakteristik penderita GGK yang dirawat inap di RS Martha Friska Medan tahun 2011. Populasi dan sampel berjumlah 201 orang. Data diperoleh dari rekam medis.

Proporsi penderita GGK tertinggi pada kelompok umur 49-55 tahun (24,8%), jenis kelamin laki-laki (53,7%), suku Batak (61,2%), agama Islam (48,7%), pendidikan Akademik/PT (50,7%), pekerjaan Pegawai Negeri Sipil (PNS)/pensiunan (58,2%), tempat tinggal Kota Medan (62,2%), riwayat penyakit sebelumnya Hipertensi (30,2%), kadar ureum darah > 100 mg/100 mL (68,9%), kadar kreatinin darah > 4 mg/100 mL (77,0%), penatalaksanaan medis Obat + Diet + Hemodialisis (55,2 %), sumber biaya Askes (73,6%). Lamarawatan rata-rata 12,2 hari (12 hari) dengan Pulang Berobat Jalan (55,7 %).

Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna penatalaksanaan medis berdasarkan kadar ureum darah penderita (p=0,170), tidak ada perbedaan yang bermakna lamarawatan rata-rata berdasarkan umur penderita (p=0,259), ada perbedaan antara lama rawatan rata-rata berdasarkan penatalaksanaan medis (p=0,002), ada perbedaan antara lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,001), ada perbedaan proporsi yang bermakna antara penatalaksanaan medis berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,001).

Pihak rumah sakit diharapkan melengkapi pencatatan data pada kartu status penderita seperti,riwayat penyakit sebelumnya, kadar kreatinin darah dan kadar ureum darah serta memberikan pemahaman kepada penderita tentang penatalaksanaan GGK.

(18)

ABSTRACT

Chronic Renal Failure (CRF) is a condition caused reduction in renal function that is chronically, progressive and quite advanced. Result of the survey Association of Nephrology Indonesia in 2009 prevalence of GGK in Indonesia around 12,5%.

The research was done as descriptive study by using case series design. The purpose of research was done to know the characteristic of CRF patients who are hospitalized in RS Martha Friska Medan in 2011. Population and sample are the same 201 CRF patients. Data obtained from medical records.

The highest proportion of the patients with CRF is in the age 49-55 years old (24,8%), Male (53,7%), Bataknesse (61,2%), Moslem (48,7%), Academic/ Universities (50,7%), Civil Servants (PNS)/retired (58,2%), come from Medan (62,2%), diseases history of Hipertension (30,2%), Levels of Bood Urea > 100 mg/100 mL (68,9%), Levels of Blood Creatinine > 4 mg/100 mL (77,0%), medical treatment of Medicine + Diet + Hemodialysis (55,2%), Askes (73,6%), Average length of stay 12,2 days (12 days) with clinical recovery out patient 55,7%).

There was no significant difference in proportion between medical treatment based on Levels of Bood Urea (p = 0,170), There was no difference between average length of stay based on age patients (p =0,259), There was difference between average length of stay based on medical treatment (p = 0,002), There was difference between average length of stay based on condition when go home (p = 0,001), There was difference in proportion between medical treatment based on when go home (p = 0,001).

The hospital is expected to completing data patients in card status especially diseases history, Levels of Bood Urea and Levels of Bood Creatinine also give information to patient about CRF medical treatment.

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat dicapai melalui

penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi

bangsa.1 Secara umum upaya kesehatan terdiri dari dua unsur utama yaitu upaya

kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Salah satu upaya kesehatan

masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular.2

Berbagai jenis penyakit menular tertentu telah dapat diatasi, akan tetapi di lain

pihak timbul pula masalah baru yaitu meningkatnya penyakit tidak menular.3

Perhatian terhadap penyakit tidak menular makin hari makin meningkat karena

semakin tinggi frekuensi kejadiannya pada masyarakat, keadaan ini terjadi di negara

maju maupun negara ekonomi rendah-menengah.4

Menurut WHO (World Health Organization ), pada tahun 2008 terdapat 57

juta kematian di dunia, dimana Proportional Mortality Rate (PMR) penyakit tidak

menular di dunia adalah sebesar 36 juta (63%).5 Balitbangkes (2008) melaporkan

bahwa PMR penyakit tidak menular di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 59,5%.6

Gagal ginjal kronis merupakan salah satu contoh penyakit tidak menular.

Gagal ginjal kronis (GGK, penyakit ginjal tahap akhir, ESRD (End-Stage Renal

Disease)) merupakan kerusakan fungsi ginjal yang progresif, yang berakhir fatal

pada uremia (kelebihan urea dan sampah nitrogen lain di dalam darah) dan

(20)

Di dunia, sekitar 2.622.000 orang telah menjalani pengobatan End-Stage

Renal Disease pada akhir tahun 2010. Dimana 2.029.000 orang (77%) diantaranya

menjalani pengobatan dialisis dan 593.000 orang (23%) menjalani transplantasi

ginjal.8

Laporan USRDS (The United States Renal Data System) tahun 2011

menunjukkan prevalens rate penderita End-Stage Renal Disease pada tahun 2009 di

Amerika Serikat sebesar 1.811/1.000.000 penduduk, di Taiwan sebesar

2.447/1.000.000 penduduk dan di Jepang sebesar 2.205/1.000.000 penduduk.

Sedangkan insidens rate penderita End-Stage Renal Disease pada tahun 2009 di

Amerika Serikat sebesar 371/1.000.000 penduduk, di Taiwan sebesar 347/1.000.000

penduduk, sedangkan di Jepang sebesar 287/1.000.000 penduduk.9

Gagal ginjal kronik merupkaan penyakit yang saat ini jumlahnya sangat

meningkat, dari survei yang dilakukan oleh Pernefri (Perhimpunan Nefrologi

Indonesia) pada tahun 2009, Prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesia sekitar

12,5%, yang berarti terdapat 18 juta orang dewasa di Indonesia menderita penyakit

ginjal kronik.10

Dialisis sebagai pengobatan pengganti untuk gagal ginjal kronik dibagi atas

dua yaitu dialisis peritoneal dan hemodialisis.11 Di Indonesia, prevalens rate penderita

End-Stage Renal Disease yang menjalani hemodialisis pada tahun 2006 sebesar

23,4/1.000.000 penduduk.12

Penyakit gagal ginjal kronik dapat terjadi pada semua golongan umur

termasuk anak-anak. Pada penelitian di 7 rumah sakit Pendidikan Dokter Spesialis

(21)

dirawat dengan penyakit ginjal ada 2% yang menderita GGK. Di RSCM Jakarta

antara tahun 1991-1995, dari 668 anak penderita penyakit ginjal yang dirawat inap

terdapat 4.9% yang menderita GGK dan dari 865 penderita penyakit ginjal yang

berobat jalan terdapat 2,6% yang menderita GGK.13

Hasil penelitian F. L. Ginting (2008), menunjukkan bahwa penderita GGK

yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun

2004-2007 berjumlah 934 orang, dimana pada tahun 2004 terdapat 116 orang

(12,5%), tahun 2005 terdapat 189 orang (20,2%), tahun 2006 terdapat 275 orang

(29,4%) dan tahun 2007 terdapat 354 orang (37,9%).14 Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Romauli (2009), menunjukkan bahwa penderita GGK yang dirawat

inap di RSUD. Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2007-2008 berjumlah

148 orang, dimana pada tahun 2007 terdapat 80 orang (54,1%) dan tahun 2008

terdapat 68 orang (45,9%).15

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan diketahui bahwa penderita

GGK yang dirawat inap di RS Martha Friska Medan pada tahun 2011 berjumlah 201

orang, dari uraian latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang

karakteristik penderita GGK yang dirawat inap di RS Martha Friska Medan tahun

2011.

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita gagal ginjal kronik yang dirawat inap

di Rumah Sakit Martha Friska Medan tahun 2011.

(22)

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita gagal ginjal kronik yang dirawat

inap di Rumah Sakit Martha Friska Medan tahun 2011.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita GGK berdasarkan

sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan dan

tempat tinggal).

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita GGK berdasarkan riwayat

penyakit sebelumnya.

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita GGK berdasarkan kadar

ureum darah.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita GGK berdasarkan kadar

kreatinin darah.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita GGK berdasarkan

penatalaksanaan medis.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita GGK berdasarkan sumber

biaya.

g. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita GGK.

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita GGK berdasarkan keadaan

sewaktu pulang.

i. Untuk mengetahui proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan kadar ureum

(23)

j. Untuk mengetahui proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan kadar

kreatinin darah.

k. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan umur.

l. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan penatalaksanaan medis.

m. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu

pulang.

n. Untuk mengetahui proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan keadaan

sewaktu pulang.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Martha Friska Medan tentang

karakteristik penderita gagal ginjal kronik yang dirawat inap di rumah sakit

tersebut sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan sehubungan

dengan upaya penanggulangan terhadap penderita gagal ginjal kronik.

1.4.2. Menambah pengalaman dan pengetahuan bagi penulis dan merupakan

kesempatan bagi penulis untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di FKM

USU.

1.4.3. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pihak lain yang ingin melakukan

(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Gagal ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Gagal ginjal dapat terjadi secara

akut dan kronik.16 Gagal ginjal akut adalah sindroma yang ditandai oleh penurunan

laju filtrasi glomerulus secara mendadak dan cepat (hitungan jam-minggu) yang

mengakibatkan terjadinya retensi produk sisa nitrogen, seperti ureum dan kreatinin.17

Gagal ginjal akut dapat pulih kembali.18

Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan

gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal

untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).19

GGK terjadi apabila kedua ginjal sudah tidak mampu mempertahankan

lingkungan dalam yang cocok untuk kelangsungan hidup.16 Laju penyaringan

glomerulus (Glumerular Filtration Rate) normal adalah 100-120 ml/menit/1,73 m2.20

GGK ditandai dengan terjadinya penurunan laju penyaringan glomerulus (GFR).

Dengan menurunnya kecepatan penyaringan ini, kadar urea darah meningkat dan

(25)

2.2. Anatomi dan Fungsi Ginjal 2.2.1. Anatomi Ginjal

Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga

retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya

menghadap medial. Ukuran ginjal rata-rata adalah 11,5 cm (panjang), 6 cm (lebar),

3,5 cm (tebal). Beratnya bervariasi sekitar 120-170 gram. Ginjal dibungkus oleh

jaringan fibrous tipis dan berkilau yang disebut true capsule (kapsul fibrosa) ginjal

dan di luar kapsul ini terdapat jaringan lemak perirenal.17

Ginjal terdiri atas tiga area yaitu korteks, medula dan pelvis.22

a. Korteks, merupakan bagian paling luar ginjal, di bawah kapsula fibrosa sampai

dengan lapisan medulla, tersusun atas nefron-nefron yang jumlahnya lebih dari 1

juta. Semua glomerulus berada di korteks.

b. Medula, terdiri dari saluran-saluran atau duktus kolekting yang disebut pyramid

ginjal yang tersusun atas 8-18 buah.

c. Pelvis, merupakan area yang terdiri dari kalik minor yang kemudian bergabung

menjadi kalik mayor. Empat sampai lima kalik minor bergabung menjadi kalik

mayor dan dua sampai tiga kalik mayor bergabung menjadi pelvis ginjal yang

(26)

Gambar 2.1. Anatomi Ginjal23 2.2.2. Fungsi Ginjal

Fungsi utama ginjal adalah menjaga keseimbangan internal (melieu interieur)

dengan jalan menjaga komposisi cairan ekstraseluler. Untuk melaksanakan hal itu,

sejumlah besar cairan difiltrasi di glomerulus dan kemudian direabsorpsi dan

disekresi di sepanjang nefron sehingga zat-zat yang berguna diserap kembali dan

sisa-sisa metabolisme dikeluarkan sebagai urin. Sedangkan air ditahan sesuai dengan

kebutuhan tubuh kita. 24

Fungsi ginjal secara keseluruhan dibagi dalam 2 golongan yaitu:

a. Fungsi ekskresi

a.1. Ekskresi sisa metabolisme protein

Sisa metabolisme protein yaitu ureum, kalium, fosfat, sulfat anorganik dan

(27)

a.2. Regulasi volume cairan tubuh

Bila tubuh kelebihan cairan maka terdapat rangsangan melalui arteri karotis

interna ke osmoreseptor di hipotalamus anterior kemudian diteruskan ke

kelenjar hipofisis posterior sehingga produksi hormon anti-diuretik (ADH)

dikurangi dan akibatnya produksi urin menjadi banyak, demikian juga

sebaliknya.24

a.3. Menjaga keseimbangan asam basa

Agar sel dapat berfungsi normal, perlu dipertahankan pH plasma 7,35 untuk

darah vena dan pH 7,45 untuk darah arteri. Keseimbangan asam dan basa

diatur oleh paru dan ginjal.16

b. Fungsi endokrin

b.1. Partisipasi dalam eritopioesis

Ginjal menghasilkan enzim yang disebut faktor eritropoietin yang

mengaktifkan eritropoietin. Eritropoietin berfungsi menstimulasi sumsum

tulang untuk memproduksi sel darah merah.16

b.2. Pengaturan tekanan darah

Modifikasi tonus vaskular oleh ginjal dapat mengatur tekanan darah. Hal ini

dilakukan oleh sistem renin-angiotensin aldosteron yang dikeluarkan dari

nefron. 16

b.3. Keseimbangan kalsium dan fosfor

Ginjal memiliki peran untuk mengatur proses metabolisme vitamin D menjadi

(28)

aktif bersama hormon paratiroid dapat meningkatkan absorpsi kalsium dan

fosfor dalam usus.16

2.3. Gejala Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Pada tahap awal gagal ginjal kronik, tidak ditemukan gejala klinis karena

ginjal masih bisa beradaptasi dalam menjalankan fungsinya. Pada tahap lanjut, gagal

ginjal kronik dapat menyebabkan anemia dengan gejala lemas, letih, lesu dan sesak

napas. Terjadi penumpukan cairan tubuh yang lebih banyak lagi sehingga

menyebabkan pembengkakan seluruh bagian tubuh. Beberapa pasien memberikan

gajala yang disebabkan keadaan uremik (kadar urea dalam darah yang meningkat)

yakni mual, muntah dan perubahan status mental (ensefalopati), disertai

ketidakseimbangan elektrolit.25

2.4. Epidemiologi Gagal Ginjal Kronik (GGK)

2.4.1. Distribusi Frekuensi Gagal Ginjal Kronik (GGK) a. Orang

Semakin meningkatnya umur dan ditambah dengan penyakit kronis seperti

tekanan darah tinggi (hipertensi) atau diabetes, maka ginjal cenderung akan menjadi

rusak dan tidak dapat dipulihkan kembali.26 Berdasarkan penelitian Hanifa (2010) di

RSUP. Adam Malik Medan, penderita GGK terbanyak pada kelompok umur 31-50

tahun (50,5%).27

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan

(29)

Renal Disease lebih besar pada laki-laki (56,3%) daripada perempuan (43,7%)

walaupun penyakit sistemik tertentu yang menyebabkan End-Stage Renal Disease

lebih sering terjadi pada permpuan. End-Stage Renal Diseaseyang disebabkan oleh

nefropati hipertensif 6,2 kali lebih sering terjadi pada orang Afrika-Amerika daripada

orang kaukasia.18

Agama budha mengajarkan umatnya untuk berpuasa. Salah satu jenis puasa

yang dilakukan agama budha disebut vegetaris. Vegetaris berarti tidak makan

makanan bernyawa (daging) dan hanya memakan sayur-sayuran. Kebiasaan

masyarakat yang menganut agama budha tersebut dapat mencegah terkena penyakit

hipertensi yang merupakan salah satu faktor risiko untuk menimbulkan kejadian

gagal ginjal kronik.28

b. Tempat

Kejadian End-Stage Renal Disease di setiap negara berbeda-beda. Pada tahun

2003, prevalens rate kejadian End-Stage Renal Disease di Amerika Serikat sebesar

1.500/1.000.000 penduduk, di Jepang sebesar 1.800/1.000.000 penduduk, di Taiwan

sebesar 1.600/1.000.000 penduduk, dan di Spanyol sebesar 1.000/1.000.000

penduduk.29

Di Indonesia, kejadian gagal ginjal kronik sangat berpengaruh bagi hidup

penderita dan keluarganya, baik dibidang kesehatan, sosial dan ekonomi. Prevalens

rate penderita End-Stage Renal Disease yang menjalani hemodialisis di Indonesia

pada tahun 2003 adalah 1.656/1.000.000 penduduk.12

Lingkungan dan agent toksik dapat mempengaruhi gagal ginjal kronik yang

(30)

merkuri dapat berubah bentuk menjadi senyawa metil merkuri melalui

mikroorganisme air dan mempunyai efek toksik tinggi. Dalam bentuk metal merkuri

senyawa ini dapat masuk ke dalam rantai makanan manusia. Berdasarkan penelitian

yang dilakukan di tingkat global, Indonesia merupakan salah satu negara yang

memiliki kadar merkuri dalam ikan tuna yang melebihi batas yang diizinkan yaitu

1.223 ppm.30

c. Waktu

Prevalens rate End-Stage Renal Disease di Amerika Serikat mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Laporan USRDS (The United States Renal Data

System) pada tahun 2000 menunjukkan bahwa prevalens rate End-Stage Renal

Disease pada tahun 1998 mencapai 1.160/1.000.000 penduduk.31 Tahun 2005,

prevalens rate End-Stage Renal Disease sebesar 1.569/1.000.000 penduduk.32

Prevalens Rate kasus ini meningkat lagi pada tahun 2009 yaitu sebesar

1.811/1.000.000 penduduk.9

2.4.2. Determinan Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif

dan ireversibel yang berasal dari berbagai penyebab.18

a. Host

Usia merupakan faktor yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal, dengan

bertambahnya usia akan diikuti oleh penurunan fungsi ginjal. Hal ini terjadi terutama

karena pada saat usia lebih dari 40 tahun akan terjadi proses hilangnya beberapa

(31)

sekitar 10 ml/menit/1,73 m2

.

Setelah mencapai usia dekade keempat, dapat

diperkirakan telah terjadi kerusakan ringan pada ginjal yaitu dengan GFR 60-89

ml/menit/1,73 m2 (penurunan fungsi ginjal 10% dari normal).17

Gagal ginjal kronik merupakan masalah yang tidak jarang ditemukan pada

anak-anak. GGK yang terjadi pada anak-anak pada umumnya disebabkan oleh dua

penyebab utama yaitu kelainan kongenital dan glomerulonefritis kronik.24

b. Faktor risiko GGK

Faktor risiko GGK yang sering ditemukan adalah:

b.1. Glomerulonefritis

Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral.

Peradangan dimulai dalam glomerulus dan bermanifestasi sebagai proteinuria dan/

atau hematuria. Meskipun lesi terutama ditemukan pada glomerulus, tetapi seluruh

nefron pada akhirnya akan mengalami kerusakan, sehingga terjadi gagal ginjal

kronik. 18 Glomerulonefritis dibedakan atas dua yaitu:

b.1.1. Glomerulonefritis Akut

Kasus klasik glomerulonefritis akut terjadi setelah infeksi streptokokus pada

tenggorokan atau kadang-kadang pada kulit sesudah masa laten 1 sampai 2 minggu.

Organisme penyebabnya yang lazim adalah streptokokus beta hemolitikus grup A

tipe 12 atau 4 dan 1. Sterptokokus tidak menyebabkan kerusakan pada ginjal,

melainkan terdapat suatu antibodi yang ditujukan terhadap antigen khusus yang

merupakan unsur membran plasma sterptokokal-spesifik. Terbentuk kompleks

(32)

membran dasar yang menebal. Komplemen akan terfiksasi mengakibatkan lesi dan

peradangan yang menarik leukosit polimerfonuklear (PMN) dan trombosit menuju

tempat lesi. Fagositosis dan pelepasan enzim lisosom juga merusak endotel dan

membran basalis glomerulus.18

b.1.2. Glomerulonefritis Kronik

Glomerulonefritis kronik ditandai dengan kerusakan glomerulus secara

progesif lambat akibat glomerulonefritis yang sudah berlangsung lama. Pada

glomerulonefritis kronik lanjut maka ginjal tampak mengkerut, kadang-kadang

beratnya hanya tinggal 50 gram dan permukaannya bergranula. Perubahan ini terjadi

akibat berkurangnya jumlah nefron karena iskemia dan hilangnya nefron. 18

Jalan penyakit glomerulonefritis kronik dapat berubah-ubah. Ada pasien yang

mengalami gangguan fungsi ginjal minimal dan merasa sehat. Perkembangan

penyakitnya juga perlahan. Walaupun perkembangan penyakit glomerulonefritis

kronik perlahan atau cepat, keduanya akan berakhir pada penyakit ginjal tahap akhir

(gagal ginjal kronik).16

b.2. Pielonefritis Kronik

Pielonefritis adalah inflamasi infeksius yang mengenai parenkim dan pelvis

ginjal. Infeksi ini bermula dari infeksi saluran kemih (ISK) bawah, kemudian naik

sampai ginjal. Escherichia coli adalah organisme yang paling lazim menyebabkan

pielonefritis. Pielonefritis kronik dapat merusak jaringan ginjal secara permanen

karena inflamasi yang berulang dan terbentuknya jaringan parut yang meluas. Proses

berkembangnya gagal ginjal kronik dari infeksi ginjal yang berulang berlangsung

(33)

adalah bakteriuria sampai pada saat ketika jaringan ginjal sudah mengalami

pemarutan (skar) yang berat dan atrofi sehingga pasien mengalami insufisiensi ginjal

yang ditandai dengan hipertensi, BUN (Blood Urea Nitrogen) meningkat dan klirens

kreatinin menurun.16

b.3. Nefrosklerosis Hipertensif

Hipertensi dapat menyebabkan nefrosklerosis atau kerusakan pada arteri

ginjal, arteriola dan glomeruli.16 Nefrosklerosis (pengerasan ginjal) menunjukkan

adanya perubahan patologis pada pembuluh darah ginjal akibat hipertensi. Keadaan

ini merupakan salah satu penyebab utama gagal ginjal kronik.18

b.4. Penyakit Ginjal Polikistik

Penyakit ginjal polikistik ditandai dengan kista-kista multipel, bilateral dan

berekspansi yang lambat laun mengganggu dan menghancurkan parenkim ginjal

normal akibat penekanan. Ginjal dapat membesar dan terisi oleh kelompok kista-kista

yang menyerupai anggur. Waktu perjalanan gagal ginjal kronik bervariasi, walaupun

banyak anak yang dapat mempertahankan fungsi ginjal yang adekuat selama

bertahun-tahun. Pada anak-anak yang dapat bertahan selama bulan pertama

kehidupan,78% akan bertahan hingga melebihi 15 tahun.18

b.5. Nefropati diabetika

Nefropati diabetika merupakan salah satu penyebab kematian terpenting pada

diabetes melitus yang lama. Sekitar 35% hingga 40% penderita diabetes tipe 1 akan

berkembang menjadi gagal ginjal kronik dalam waktu 15-25 tahun setelah awitan

diabetes. Penderita diabetes tipe 2 lebih sedikit yang berkembang menjadi gagal

(34)

bentuk. Nefropati diabetika adalah istilah yang mencakup semua lesi yang terjadi di

ginjal pada diabetes melitus. 18

b.6. Nefropati Analgetik

Penyalahgunaan analgetik dalam waktu lama dapat menyebabkan cedera

ginjal. Obat yang pertama kali diduga menyebabkan nefropati adalah fenasetin

(pereda nyeri). Namun bukti-bukti terakhir menunjukkan bahwa yang menyebabkan

kerusakan ginjal adalah kombinasi dari aspirin dan fenasetin. The National Kidney

Foundation telah merekomendasikan pada keputusannya yang baru bahwa campuran

analgetik hanya boleh diberikan melalui resep. Menurut Murray (1978) dalam Sylvia,

biasanya diperlukan 2 sampai 3 kg aspirin dan fanasetin untuk menimbulkan penyakit

ginjal secara klinis. 18

2.5. Perjalanan Klinis Gagal Ginjal Kronik (GGK)33

Perjalanan umum Gagal ginjal kronik (GGK) dapat dibagi menjadi 3 (tiga)

stadium, yaitu:

2.5.1. Stadium I

Stadium pertama dinamakan penurunan cadangan ginjal. Selama stadium ini

kreatinin serum dan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) normal (10-20 mg/100 ml)

dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat diketahui dengan tes

pemekatan kemih dan tes GFR yang teliti.

2.5.2. Stadium II

Stadium kedua dinamakan insufisiensi ginjal.

(35)

b. GFR besarnya 25% dari normal.

c. Kadar BUN dan kreatinin serum mulai meningkat dari normal.

d. Gejala-gejala nokturia atau sering berkemih dimalam hari sampai 700 ml dan

poliuria (akibat dari kegagalan pemekatan) mulai timbul.

2.5.3. Stadium III

Stadium ketiga dinamakan gagal ginjal stadium akhir atau uremia.

a. Sekitar 90% dari massa nefron telah hancur atau rusak, atau hanya sekitar 200.000

nefron saja yang masih utuh.

b. Nilai GFR hanya 10% dari keadaan normal.

c. Kreatinin serum dan BUN akan meningkat dengan mencolok.

d. Gejala-gejala yang timbul karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan

homeostatis cairan dan elektrolit dalam tubuh, yaitu: oliguri karena kegagalan

glomerulus, sindrom uremik.

2.6. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronik (GGK)

Penyakit gagal ginjal kronik (GGK) akan menimbulkan gangguan pada

berbagai sistem atau organ tubuh, antara lain :

2.6.1. Gangguan pada Sistem Gastrointestinal

Gangguan yang dialami dapat berupa:

a. Anoreksia, nausea dan vomitus yang berhubungan dengan gangguan metabolisme

protein di dalam usus. Gangguan ini juga terjadi karena terbentuknya zat-zat toksik

akibat metabolisme bakteri usus seperti ammonia dan metal guanidine, serta

(36)

b. Foetor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur diubah oleh

bakteri di mulut menjadi ammonia sehingga nafas berbau ammonia. Akibat yang

lain adalah timbulnya stomatitis dan parotitis.

c. Cegukan (hiccup), sebabnya yang pasti belum diketahui, dan lain-lain.34

2.6.2. Gangguan pada Kulit

Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat

penimbunan urokrom serta gatal-gatal dengan ekskoriasi akibat toksin uremik dan

pengendapan kalsium di pori-pori kulit. Selain itu juga timbul gangguan seperti

ekimosis akibat gangguan hematoligik dan timbul bekas-bekas garutan pada kulit

akibat garukan karena gatal.34

2.6.3. Gangguan pada Sistem Hematologik34

a. Anemia normokrom, normositer

Dapat disebabkan oleh karena berkurangnya produksi eritropoetin sehingga

rangsangan pada sumsum tulang menurun, hemolisis, defisiensi besi dan asam folat,

perdarahan pada saluran pencernaan dan kulit, serta fibrosis sumsum tulang akibat

hiperparatiroidisme sekunder.

b. Gangguan fungsi trombosit dan trombositopenia.

Hal ini disebabkan perdarahan akibat agregasi dan adhesi trombosit yang

berkurang serta menurunnya faktor trombosit III dan ADP (adenosine difosfat).

(37)

c. Gangguan fungsi leukosit.

Gangguan ini dapat berupa hipersegmentasi leukosit, fagositosis dan

kemotaksis berkurang. Terjadi penurunan fungsi limfosit sehingga tingkat imunitas

menurun.

2.6.4. Gangguan pada Sistem Saraf dan Otot

a. Restless leg syndrome. Penderita merasa pegal di tungkai bawah dan selalu

menggerakkan kakinya.

b. Burning feat syndrome. Rasa semutan dan seperti terbakar, terutama di telapak

kaki.

c. Ensefalopati metabolik. Badan lemas, tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi,

tremor dan kejang-kejang.

d. Miopati. Kelemahan dan hipotropi otot-otot.34

2.6.5. Gangguan pada Sistem Kardiovaskular

Gangguan yang timbul berupa hipertensi, nyeri dada serta sesak nafas.

Gangguan irama jantung juga terjadi akibat aterisklerosis dini serta edema akibat

penimbunan cairan.34

2.6.6. Gangguan pada Sistem Endokrin

Gangguan pada sistem ini berupa gangguan seksual seperti libido, fertilitas

dan ereksi menurun pada laki-laki akibat produksi testosterone dan spermatogenesis

yang menurun, sedangkan pada wanita timbul gangguan menstruasi dan gangguan

ovulasi. Gangguan lain dapat berupa gangguan toleransi glukosa, metabolisme lemak

(38)

2.6.7. Gangguan Cairan dan Natrium

Kekurangan air (dehidrasi) dan kekurangan garam (penurunan volume cairan

ekstraseluler) adalah dua kelainan utama dan sering terjadi pada GGK. Kelainan ini

bersifat reversible dan apabila koreksi tidak segera dilaksanakan akan merupakan

tahap pertama dari rangkaian kelainan yang akan menurunkan faal ginjal. Hidrasi

dapat dipertahankan dengan pemberian 3 liter air, sehingga urin yang terbentuk

sekitar 2 - 2,5 liter. Natrium perlu dibatasi, karena natrium dipertahankan dalam

tubuh walaupun faal ginjal sudah menurun.34

2.7. Pencegahan Gagal Ginjal Kronik (GGK) 2.7.1. Pencegahan Primordial

Upaya ini dilakukan dengan cara menciptakan kondisi pada masyarakat yang

memungkinkan penyakit GGK tidak mendapat dukungan dari kebiasaan, gaya hidup

dan faktor risiko lainnya. Pada prinsipnya upaya pencegahan primordial yang dapat

dilakukan adalah melakukan penyesuaian terhadap risiko yang ada dalam masyarakat

dengan caramembentuk pola fikir masyarakat agar mengatur pola makan yang sehat

dan minum air yang banyak (Jumlah yang dianjurkan adalah 2 liter per hari) agar

terjaga kesehatan ginjal.4

2.7.2. Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan upaya yang dilakukan pada orang yang

mempunyai risiko agar tidak terjadi gagal ginjal kronik.35 Orang yang berisiko tinggi

untuk mengalami kerusakan ginjal adalah penderita diabetes, hipertensi, pasien

(39)

Pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah:37

1. Mengatur pola konsumsi protein.

2. Sedikit mengkonsumsi garam. Pola konsumsi garam yang tinggi akan

meningkatkan ekskresi kalsium dalam air kemih yang dapat menumpuk dan

membentuk kristal.

3. Mengurangi makanan yang mengandung kolesterol tinggi.

2.7.3. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah

orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit dan

menghindarkan komplikasi. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara

mendeteksi penyakit secara dini dan pengobatan secara cepat dan tepat.35

a. Diagnosa GGK

a.1. Anamnesis

Anamnesis dilakukan untuk mencari beberapa tolak ukur (parameter) yang

menunjukkan adanya kemungkinan GGK dengan mengumpulkan data gejala klinis

GGK, yang meliputi berbagai organ dan sistem dalam tubuh. Untuk memastikan

GGK, diperlukan data tentang riwayat penyakit pasien. Bila ada data yang

menunjukkan penurunan faal ginjal yang bertahap (laju filtrasi glomerulus (LFG)

yang progresif menurun) diagnosis tidaklah sulit.11

a.2. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menetapkan adanya GGK, ada

tidaknya kegawatan, derajat GGK, gangguan sistem dan membantu menetapkan

(40)

perlu diuji. Untuk keperluan praktis yang paling lazim diuji adalah laju filtrasi

glomerulus.11

Pemeriksaan laboratorium yang mendekati laju filtrasi glomerulus adalah

pemeriksaan tes klirens kreatinin.34 Dialisis dilakukan apabila kadar kretinin serum

biasanya diatas 6 mg/100 ml pada laki-laki dan diatas 4 mg/100 ml pada wanita.33

Indikasi dialisis dapat juga dilakukan apabila kadar BUN (Blood Urea Nitrogen)

>100 mg per 100 ml.38

a.3. Pemeriksaan EKG

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kemungkinan hipertrofi ventrikel

kiri, tanda-tanda perikarditis dan gangguan elektrolit.11

a.4. Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk menilai besar dan bentuk ginjal,

tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi sistem pelviokalises, ureter

proksimal, kandung kemih serta prostat. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari

adanya faktor yang reversibel dan menilai apakah proses sudah lanjut.11

a.5. Foto Polos Abdomen

Foto polos abdomen dilakukan untuk menilai bentuk dan besar ginjal serta

apakah ada batu atau obstruksi lain. Sebaiknya dilakukan tanpa puasa karena

dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal.11

a.6. Renogram

Pemeriksaan renogram dilakukan untuk menilai fungsi ginjal kiri dan kanan,

(41)

b. Pengobatan Konservatif

Pengobatan konservatif terdiri dari tiga strategi. Pertama adalah usaha-usaha

untuk memperlambat laju penurunan fungsi ginjal. Kedua adalah mencegah

kerusakan ginjal lebih lanjut. Ketiga adalah pengelolaan berbagai masalah yang

terdapat pada pasien dengan GGK dan komplikasinya. Pengobatan konservatif GGK

lebih bermanfaat bila penurunan faal ginjal masih ringan.11

Pengobatan konservatif terdiri atas:

b.1. Pengaturan diet protein, kalium, natrium dan cairan

b.1.1. Pembatasan protein

Pembatasan protein tidak hanya mengurangi kadar BUN (kadar nitrogen

urea), tetapi juga mengurangi asupan kalium dan fosfat, serta mengurangi produksi

ion hidrogen yang berasal dari protein. 33

b.1.2. Diet rendah kalium

Penggunaan makanan dan obat-obatan yang tinggi kadar kaliumnya dapat

menyebabkan hiperkalemia. Hiperkalemia merupakan masalah pada gagal ginjal

lanjut sehingga asupan kalium harus dikurangi. Diet yang dianjurkan adalah 40-80

mEq/hari. 33

b.1.3. Diet rendah natrium

Asupan natrium yang terlalu longgar dapat mengakibatkan retensi cairan,

edema perifer, edema paru, hipertensi dan gagal jantung kongestif. Diet natrium yang

(42)

b.1.4. Pengaturan cairan

Cairan yang diminum penderita gagal ginjal tahap lanjut harus diawasi dengan

seksama. Asupan yang bebas dapat menyebabkan beban sirkulasi menjadi berlebihan

dan edema. Sedangkan asupan yang terlalu rendah mengakibatkan dehidrasi,

hipotensi dan lainya. 33

b.2. Pencegahan dan pengobatan komplikasi

b.2.1. Hipertensi

Langkah pertama untuk mengendalikan hipertensi adalah dengan tindakan

non-farmakologi, yaitu diet rendah garam, menurunkan berat badan dan berolahraga.

Bila dengan cara ini tidak berhasil, dapat dilakukan tindakan farmakologi (pemberian

obat antihipertensi).24

b.2.2. Hiperkalemia

Apabila kalium serum mencapai sekitar 7 mEq/L dapat mengakibatkan

aritmia dan juga henti jantung. Hiperkalemia dapat diobati dengan pemberian

glukosa dan insulin intravena yang akan memasukkan kalium ke dalam sel atau

dengan pemberian Kalsium Glukonat 10%. 33

b.2.3. Anemia

Anemia terjadi akibat produksi eritropoietin yang tidak memadai,

memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk

mengalami perdarahan akibat status uremik pasien.39 Pengobatannya adalah

pemberian hormon eritopoeitin yaitu rekombinan eritopoeitin. Terapi sebaiknya lebih

(43)

b.2.4. Asidosis metabolik

Penurunan kemampuan ekskresi beban asam pada gagal ginjal kronik

menyebakan terjadinya asidosis metabolik. Umumnya manifestasi timbul apabila

LFG <25 ml/menit. Diet rendah protein 0,3 gram/hari mengurangi kejadian

asidosis.11

b.2.5. Pengobatan hiperurisemia

Obat pilihan untuk mengobati hiperurisemia adalah dengan pemberian

alopurinol. Obat ini mengurangi kadar asam urat dengan menghambat biosintesis

sebagian asam urat total yang dihasilkan oleh tubuh.33

c. Pengobatan Pengganti

Pengobatan pengganti diberikan apabila faal ginjal yang masih tersisa sudah

minimal sehingga pengobatan konservatif tidak memberi pertolongan yang

diharapkan lagi, keadaan ini terjadi pada gagal ginjal terminal.11

c.1. Dialisis

c.1.1. Hemodialisis

Hemodialisis adalah pengalihan darah pasien dari tubuhnya melalui dialiser

(tabung ginjal buatan) yang terjadi secara difusi dan ultrafiltrasi, kemudian darah

kembali lagi kedalam tubuh pasien.16 Dialiser terdiri dari dua kompartemen yang

terpisah yaitu kompartemen darah dan kompartemen dialisat yang dibatasi oleh

selaput semipermiabel buatan. 11

c.1.2. Dialisis peritoneal

Dialisis peritoneal adalah salah satu bentuk dialisis yang menggunakan

(44)

dapat difiltrasi.11 Sekitar 2 L dialisat steril dihangatkan sesuai suhu tubuh kemudian

disambungkan dengan kateter peritoneal melalui slang dan dibiarkan mengalir

secepat mungkin ke dalam rongga peritoneum. Klem slang ditutup dan terjadi

osmosis cairan yang maksimal selama 20-30 menit. Kemudian klem slang dibuka dan

cairan dibiarkan mengalir karena gravitasi dari rongga peritoneum ke luar. Setelah

cairan selesai keluar, siklus berikutnya dapat berjalan kembali.16

c.2. Transplantasi ginjal

Transplantasi ginjal merupakan pilihan ideal untuk pengobatan gagal ginjal

tahap akhir (end-stage renal failure). Indikasi transplantasi ginjal adalah pasien gagal

ginjal tahap akhir dengan gagal tumbuh berat atau mengalami kemunduran klinis

setelah mendapat pengobatan yang optimal. Organ ginjal yang akan ditransplantasi

dapat berasal dari cadaver (jenazah) atau donor hidup-keluarga.24

2.7.4. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier yang dilakukan pada penderita GGK adalah untuk

mencegah kecacatan/kematian, mencegah proses penyakit lanjut dan rehabilitasi.

Rehabilitasi yang dapat dilakukan dapat berupa rehabilitasi fisik, sosial dan

psikologi.41 Pencegahan tersier terus diupayakan selama penderita GGK belum

(45)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan kajian teoritis yang telah dikemukakan, maka disusun kerangka

konsep penelitian seperti gambar di bawah ini :

Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik

1. Sosiodemografi : Umur

Jenis kelamin Suku

Agama Pendidikan Pekerjaan Tempat tinggal

2. Riwayat penyakit sebelumnya 3. Kadar ureum darah

4. Kadar kreatinin darah 5. Penatalaksanaan medis 6. Sumber biaya

7. Lama rawatan rata-rata 8. Keadaan sewaktu pulang

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Penderita gagal ginjal kronik adalah seseorang yang dinyatakan menderita

gagal ginjal kronik berdasarkan diagnosa dokter dan tercatat pada kartu

(46)

3.2.2. Sosiodemografi

a. Umur adalah lamanya hidup penderita gagal ginjal kronik yang dihitung

berdasarkan tahun sejak penderita itu lahir sesuai dengan yang tercatat

pada kartu status yang kemudian dikategorikan dengan menggunakan

rumus sturges.

Untuk analisa statistik, umur dikelompokkan atas:17

1. ≤ 40 tahun 2. > 40 tahun

b. Jenis kelamin adalah jenis kelamin penderita gagal ginjal kronik sesuai

dengan yang tercatat pada kartu status, yang digolongkan atas:

1. Laki-laki 2. Perempuan

c. Suku/etnik adalah ras atau ciri yang melekat pada penderita gagal ginjal

kronik sesuai yang tercatat pada kartu status, yang digolongkan atas:

1. Batak 2. Jawa 3. Aceh 4. Padang 5. Minang 6. Melayu 7. Tiong Hoa

d. Agama adalah kepercayaan yang dianut penderita gagal ginjal kronik

sesuai yang tercatat pada kartu status, yang digolongkan atas:

1. Islam

2. Kristen Protestan 3. Kristen Katolik 4. Budha

(47)

e. Pendidikan adalah keterangan mengenai pendidikan formal tertinggi yang

ditamatkan oleh penderita gagal ginjal kronik sesuai yang tercatat pada

kartu status, yang digolongkan atas:

1. Tidak sekolah/Tidak tamat SD 2. SD

3. SLTP 4. SLTA

5. Akademik/PT

f. Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan penderita gagal ginjal

kronik sehari-hari sesuai yang tercatat pada kartu status, yang digolongkan

atas:

1. Pegawai Negeri Sipil (PNS)/Pensiunan 2. Pegawai swasta/Pensiunan

3. Wiraswasta

4. IRT/Tidak bekerja

g. Tempat tinggal adalah daerah dimana penderita gagal ginjal kronik tinggal

menetap sesuai yang tercatat pada kartu status, yang digolongkan atas:

1. Kota Medan 2. Luar Kota Medan

3.2.3. Riwayat penyakit sebelumnya adalah keterangan mengenai ada atau tidaknya

penyakit yang diderita oleh penderita sebelum dia menderita gagal ginjal

kronik sesuai yang tercatat pada kartu status, yang digolongkan atas:

1. Hipertensi

2. Diabetes Melitus (DM) 3. Batu Ginjal

4. Penyakit Ginjal Polikistik 5. Infeksi Saluran Kemih (ISK)

6. Lebih dari satu riwayat penyakit sebelumnya

(48)

3.2.4. Kadar ureum darah adalah konsrentrasi nitrogen urea darah (BUN) setelah

dilakukan pemeriksaan laboratorium pada penderita gagal ginjal kronik

sesuai yang tercatat pada kartu status, yang digolongkan atas:38

1. ≤ 100 mg/100 mL

2. >100 mg/100 mL

3.2.5. Kadar kreatinin darah adalah konsentrasi kreatinin dalam darah setelah

dilakukan pemeriksaan laboratorium pada penderita gagal ginjal kronik

sesuai yang tercatat pada kartu status, yang digolongkan atas:33

1. < 2 mg/100 mL 2. 2-4 mg/100 mL 3. > 4 mg/100 mL

3.2.6. Penatalaksanaan medis adalah tindakan pengobatan yang dilakukan pada

penderita gagal ginjal kronik dalam upaya penyembuhan sesuai yang tercatat

pada kartu status, yang digolongkan atas:

1. Obat + Diet

2. Obat + Diet + Hemodialisis

3.2.7. Sumber biaya adalah besarnya biaya perawatan yang akan ditanggung oleh

keluarga atau pihak lain yang bersangkutan sesuai yang tercatat pada kartu

status, yang digolongkan atas:

1. Umum/Biaya sendiri 2. Askes

3. Jamkesmas 4. Perusahaan

3.2.8. Lama rawatan rata-rata adalah rata-rata lama hari rawatan penderita gagal

ginjal kronis rawat inap di rumah sakit terhitung mulai hari pertama masuk

(49)

3.2.9. Keadaan sewaktu pulang adalah keadaan penderita gagal ginjal kronik sewaktu

keluar dari rumah sakit sesuai yang tercatat pada kartu status, digolongkan

atas:

1. Pulang Berobat Jalan (PBJ)

(50)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi deskriptif dengan desain case

series.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RS Martha Friska Medan. Pemilihan lokasi ini atas

dasar adanya kasus gagal ginjal kronik, tersedianya data rekam medis penderita gagal

ginjal kronik di rumah sakit tersebut tahun 2011 serta belum pernah dilakukan

penelitian tentang karakteristik penderita gagal ginjal kronik di rumah sakit tersebut.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai Agustus 2012.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah data semua penderita gagal ginjal kronik

(51)

4.3.2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah data semua penderita gagal ginjal kronik yang

dirawat inap di RS Martha Friska Medan tahun 2011, dengan besar sampel adalah sama

dengan populasi.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data sekunder penderita gagal

ginjal kronik yang diperoleh dari kartu status bagian rekam medis RS Martha Friska

Medan tahun 2011, kemudian dilakukan pencatatan sesuai dengan variabel yang

diteliti.

4.5. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan, kemudian diolah dengan komputer. Data

dianalisa dengan menggunakan uji Chi-Square, Mann-Whitney, dan Kruskal Walis.

Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi,

(52)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum RS Martha Friska

Rumah Sakit Martha Friska berdiri sejak tanggal 2 Maret 1981 yang

dikategorikkan sebagai Rumah Sakit Umum Swasta Utama setara dengan kelas B non

pendidikan, yang berada di Jln. KL Yos Sudarso No.91 Brayan Kota, Kelurahan

Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli, Kotamadya Medan, Propinsi Sumatera

Utara.

Rumah Sakit Martha Friska merupakan rumah sakit swasta yang melayani

masyarakat umum dan karyawan-karyawan perusahaan serta keluarganya di daerah

Sumatera Utara bahkan sebagian dari Propinsi Nanggroe Aceh Darusalam.

Perusahaan yang dilayani dari berbagai industri di sekitar Kawasan Industri Medan

(KIM) serta BUMN antara lain: PTPN, PLN, TELKOM, Pertamina, Bank Mandiri,

Pelindo I, Pelni, Jasa Marga, Soc Findo, Inalum, Pupuk Iskandar Muda, First Mujur

Plantation, Ukindo, Coca Cola dan lain-lain. Selain itu RS Martha Friska juga

melayani peserta Askes Sosial, Askes Komersial/ Asuransi Inhealth, Jamsostek,

Jamkesmas dan asuransi-asuransi swasta lainnya.

Rumah Sakit Martha Friska dibangun secara bertahap, dimana bangunan

awalnya berupa bangunan permanen berlantai satu dengan luas bangunan 628,2 m2.

Bangunan ini bertahan sejak didirikan sampai kemudian pada tahun 1994-1995

dengan perkembangan rumah sakit yang pesat dirasakan tidak memadai lagi. Pada

(53)

menempati lahan seluas 750 m2 bertingkat lima dan dipakai sejak tanggal 17 Agustus

1996. Pada tahun 2000 dilakukan penambahan bangunan tahap ketiga disebut

Gedung B, yaitu luas 180,2 m2 berlantai lima melekat pada bagian belakang

bangunan Gedung A. Pada tahun 2003 sehubungan keterbatasan ruangan akibat

perkembangan jumlah pasien, maka dibangun gedung C seluas 498,96 m2 bertingkat

enam dibagian paling belakang bangunan rumah sakit. Gedung C berhubungan

dengan gedung B. Gedung A dan B yang semula berlantai lima ditingkatkan menjadi

berlantai enam, sehingga total luas bangunan RS Martha Friska menjadi 11.715 m2,

dengan luas lahan 3.640 m2.

5.1.1. Visi, Misi, Tujuan dan Nilai-nilai Dasar RS Martha Friska a. Visi

Visi Rumah Sakit Martha Friska adalah: Menjadi Rumah Sakit Terdepan di

Sumatera, Khususnya di Pelayanan Jantung dan Urologi, dengan Jaminan Pelayanan

Bermutu, Profesional dan Modern Sewindu Mendatang (Tahun 2012).

b. Misi

Misi Rumah Sakit Martha Friska adalah:

b.1. Memberikan jasa pelayanan kesehatan bermutu dan terbaik kepada seluruh

lapisan masyarakat dan mendukung program pemerintah dalam bidang

kesehatan.

b.2. Pengelolaan rumah sakit secara professional dan modern sehingga secara bisnis

(54)

c. Tujuan

Rumah Sakit Martha Friska mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut:

c.1. Memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna kepada segala lapisan

masyarakat tanpa membedakan suku, bangsa, agama, ras dan golongan.

c.2. Ikut serta berperan membantu pemerintah didalam meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat di sektor swasta.

c.3. Mengembangkan kerjasama dengan berbagai perusahaan dan instansi dalam

meningkatkan derajat kesehatan pekerja dan pegawainya.

c.4. Secara terus menerus dan konsekuen meningkatkan mutu pelayanan yang

diberikan kepada masyarakat sesuai standar kesehatan sehingga mampu

memberikan keuntungan bagi pelanggan maupun rumah sakit.

c.5. Meningkatkan serta mengembangkan kualitas sumberdaya manusia di rumah

sakit sehingga mampu melayani setiap pelanggan dengan penuh komitmen dan

manusiawi.

d. Nilai-nilai Dasar

Nilai-nilai dasar yang digali dari budaya organisasi RS Martha Friska adalah:

Kebersamaan, Keadilan, Kejujuran, Integritas, Tanggung Jawab, Rajin, Melayani dan

(55)

5.2. Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik (GGK) 5.2.1. Sosiodemografi

Proporsi penderita GGK yang dirawat inap di RS Martha Friska Medan tahun

2011 berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.1 dan 5.2 di

bawah ini.

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RS Martha Friska Medan Tahun 2011 Umur

Berdasarkan tabel 5.1. dapat dilihat bahwa proporsi penderita GGK tertinggi

pada kelompok umur 49-55 tahun yaitu 24,8%, dengan proporsi laki-laki 12,4% dan

perempuan 12,4%. Proporsi penderita GGK terendah pada kelompok umur 14-20

tahun dan 21-27 tahun yaitu 1,0%, dengan proporsi masing-masing laki-laki 1,0 dan

(56)

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Suku, Agama, Pendidikan, Pekerjaan dan Tempat Tinggal di RS Martha Friska Medan Tahun 2011

No. Sosiodemografi f %

Pegawai Negeri Sipil (PNS)/Pensiunan Pegawai swasta/Pensiunan

Wiraswasta

Berdasarkan tabel 5.2. dapat dilihat bahwa proporsi suku tertinggi adalah suku

Batak 61,2% dan terendah Minang 1,0%. Proporsi agama tertinggi adalah Islam

(57)

Akademik/PT 50,7% dan terendah tidak sekolah/tidak tamat SD yaitu tidak ada.

Proporsi pekerjaan tertinggi adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS)/Pensiunan 58,2% dan

terendah wiraswasta 9,0%. Proporsi tempat tinggal tertinggi adalah di Kota Medan

62,2%.

5.2.2. Riwayat Penyakit Sebelumnya

Proporsi penderita GGK berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya yang

dirawat inap di RS Martha Friska Medan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya di RS Martha Friska Medan Tahun 2011

Riwayat Penyakit Sebelumnya f %

Keterangan Riwayat Penyakit Sebelumnya Tercatat

Penyakit Ginjal Polikistik Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Berdasarkan tabel 5.3. dapat dilihat bahwa proporsi riwayat penyakit

sebelumnya tercatat 69,2%. Proporsi riwayat penyakit sebelumnya penderita GGK

tertinggi adalah Hipertensi 30,2%, kemudian Diabetes Melitus 23,8%, Lebih dari satu

RPS 23,8%, Tidak ada riwayat 15,1%, Batu Ginjal 5,0%, Infeksi Saluran Kemih

Gambar

Tabel 5.2.  Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan
Tabel 5.3.  Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya di RS Martha Friska Medan Tahun 2011
Tabel 5.5.  Distribusi Proporsi Penderita GGK yang Dirawat Inap Berdasarkan Kadar Kreatinin Darah di RS Martha Friska Medan Tahun 2011
Tabel 5.8. Lama Rawatan Rata-rata Penderita GGK yang Dirawat Inap di RS   Martha Friska Medan Tahun 2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kesepakatan tersebut di atas, tidak terdapat keuntungan atau kerugian dan piutang atau kewajiban yang harus dicatat oleh Perusahaan dalam laporan

pengembalian periodik yang konstan atas investasi bersih Perusahaan dan Anak perusahaan sebagai lessor dalam sewa pembiayaan. Lease payment receivable is treated as

Paket pekerjaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan jasa konsultasi piranti lunak dengan kualifikasi kecil/menengah yang masih berlaku, dengan

Hasil dijitasi petakan lahan sawah dari citra Ikonos perlu diverifikasi di lapang. Verifikasi ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian hasil interpretasi dengan kondisi

Berdasarkan tahapan dan jadwal lelang yang telah ditetapkan serta memperhatikan hasil evaluasi kualifikasi terhadap peserta yang lulus evaluasi dokumen penawaran, dengan

Clustering K-Means terhadap dosen berdasarkan publikasi jurnal nasional dan internasional di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Akibat pendidikan yang masih kurang ini, mereka menjadi tidak mempunyai kemampuan untuk ikut berkompetisi di dalam memperebutkan posisi pekerjaan yang ditawarkan oleh hotel

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama ada pengaruh yang sangat signifikan antara Nilai Tukar Dollar, Tingkat Suku Bunga SBI dan Tingkat Inflasi terhadap Indeks