• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Yang Rawat Inap Di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Yang Rawat Inap Di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI

MEDAN TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

NIM. 071000246

NELLY HARTATY NASUTION

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI

MEDAN TAHUN 2010

Oleh:

NIM. 071000246

NELLY HARTATY NASUTION

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 21 Februari 2012

dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji Ketua Penguji

NIP. 19450817 197302 2 001 Prof. Dr. Nerseri Barus, MPH

Penguji I

NIP. 19640404 199203 1 005 Drs. Jemadi, M.Kes

Penguji II

NIP. 19490417 197902 1 001 Prof. Dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH

Penguji III

NIP. 1950818 198503 2 002 Drh. Rasmaliah, M.Kes

Medan, 26 April 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(3)

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DR. PIRNGADI

MEDAN TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

NIM. 071000246

NELLY HARTATY NASUTION

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

ABSTRAK

Penyakit Jantung Koroner penyebab utama kematian. World Health Organization melaporkan pada tahun 2000 Proportional Mortality Ratio akibat penyakit jantung koroner adalah 25,4% yang terdiri atas 12,2% kematian pria dan 13,2% kematian wanita. Selain itu WHO juga mencatat lebih dari 7 juta orang meninggal akibat PJK di seluruh dunia pada tahun 2002.

Untuk mengetahui karakteristik penderita PJK yang dirawat di RSU Dr Pirngadi Medan tahun 2010. Telah dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series dilanjutkan dengan analisa statistik. Populasi adalah penderita PJK yang di rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 sejumlah 153 orang dan seluruhnya dijadkan sampel penelitian. Analisis data menggunakan uji Anova, uji t, dan uji chi-square.

Proporsi penderita PJk tertinggi ≥ 56-60 tahun 19,9%, umur termuda 31 tahun dan tertua 70 tahun, jenis kelamin perempuan 61,4%, agama Islam 53,6%, suku Batak 41,2%, status perkawinan menikah 89.5%, tingkat pendidikan SLTA 38,6%, pekerjaan ibu rumah tangga 37,3%, tempat tinggal di Kota Medan 81,75%, sumber biaya bukan sendiri 61,4%, keluhan utama sesak napas 36,60%, riwahat hiperkolesterolemia 44,44%, tekanan darah hipertensi ringan 51%, kadar gula darah tinggi 55,6%, kadar kolestrol laki-laki sedang 40,7%, perempuan sedang 48,9%, lama hari rawatan rata-rata 3,57 hari dan pulang berobat jalan 60,1%. Dan CFR 16,3%. Hasil uji chi-square dipreleh ada perbedaan yang bermakna antara umur dan jenis kelamin (p-0,025). Hasil uji T-test dipreoleh tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama hari rawatan berdasarkan umur (p = 0,280), lama rawatan berdasarkan sumber biaya (p = 0,000). Hasil uji Anova diperoleh tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan berdasarkan keadaan sewaktu pulang ( p = 0,108).

Diperlukan peningkatan pelayanan kesehatan bagi penderita PJK terutama pada penderita dengan kadar kolesterol tinggi, riwayat penyakit terdahulu hiperkoleterolemia, umur ≥ 56-60 tahun, sumber biaya bukan sendiri, dan hari lama rawatan di atas 4 hari serta peningkatan pelayanan kesehatan bagi penderita PJK di wilayah kerjanya, dengan melakukan pemeriksaan berkala dan terjangkau untuk mencegah agar penderita PJK tidak mendapatkan komplikasi penyakit PJK.

(5)

ABSTRACT

Coronary Heart Disease has become one of the leading causes of death. World Health Organization reported in 2000 Proportional Mortality Ratio from coronary heart disease was 25.4%, consisting of 12.2% male deaths and 13.2% of deaths of women. In addition WHO has also recorded more than 7 million people died from CHD in the entire world in 2002.

To know the character of the patiens which are hospital at RSUP Dr. Pirngadi Medan for period of 2010, desciptive study has been done bay using case series design and continued with the statistical analysis. Population is including those of CHD patients being hospitalized for period 2010 as many 153 people and made the whole study sample. Data analysis was performed with a descriptive analysis and cross tabulation.

The proportion of CHD patients at Hospital Dr. highest Pirngadi Medan in 2010 at age ≥ 56-60 years of age 70 years, female gender 61,4%, religion 53,6%, ethnic Batak 41,2%, married marital status 89,5%, level of school education 38,6%, occupation housewife 37,5%, residence in the city of Medan 81,75%, the source rather than its own cost 61,4%, chest pain 36,60%, hypercholesterolemia 44,44%, hypertension 51%, mild blood pressure 55,6%, high blood sugar levels 40,7%, cholesterol levels are 48,9%, bad heart 3,57%, long day care 4 days and ambulatory home. Chi-square test shows that there is significant difference between age and sex (t = 0,025). T-test shows that there is significant difference between average of stay and age (p = 0,280), average length of stay and cost (p = 0,000), anova shows that there is no significant difference between average length of stay and treatment (p = 0,108). There was a significant difference in proportion between the ages of CHD patients who are hospitalized on the basis of sex in the RSU Dr. Pirngadi Medan. There are significant differences in proportions between long day care CHD patients who are hospitalized based on sources of cost.

Needed to increase health services for people with CHD, especially in patients with high cholesterol levels, history of previous illness hiperkoleterolemia, age ≥ 56-60 years, the source of cost rather than its own, and maintainability in the long days on 4 days and increased health services for people with CHD in the working area, with conduct periodic checks and affordable to prevent CHD patients are not getting CHD disease complications.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nelly Hartaty Nasution

Tempat / Tgl. Lahir : Sayur Mahincat, 05 Desember 1983

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Jumlah Saudara : 5 orang

Status Perkawinan : Kawin

Alamat Rumah : JL. Medan – Batang Kuis KM. 14,5 Dusun VII Sei Rotan

Riwayat Pendidikan :

1990 – 1996 : SD Negeri Centar No. 142960 Pasar Ujung Batu

1996 – 1999 : MTsN Sibuhuan

1999 – 2002 : MAN Sibuhuan

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala Puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Koroner Yang Rawat Inap Di RSU

Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010”. Sakripsi ini merupakan slah satu syarat yang

ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada ayahanda Muslim Nasution dan Ibunda Sri Gunawan Lubis, Suami tercinta M. Ansari, S.Kep dan putriku tersayang Marwah salsabilah yang selalu memberikan semangat, doa, bantuan maupun dukungan kepada penulis selama menyelesaikan pendidikan.

Pada kesempatan ini penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. dr. Nerseri Barus, MPH dan Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes, selaku Ketua Departemen Epidemiologi sekaligus selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan masukan dan kritikan demi kesempurnaan panulisan skripsi ini.

3. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MAP, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan sumbangan pikiran dan masukan demi kesempurnaan skripsi

ini.

(8)

5. Ibu dr. Rusalawaty selaku Dosen Penasehat Akademik Penulis di Fakultas Kesehatan Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh keluarga yang penulis sayangi : Abanganda Zulhaimi, Adik Wildan Sany,

AMK, Mira Handayani, yang senantiasa member bantuan dan dukungan kepada penulis

7. Pada alumni yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

8. Rekan – rekan mahasiswa FKM USU khususnya mahasiswa peminatan

Epidemiologi stambuk 07 ekstensi (Novel, Nurliana dan Dwi) terima kasih buat kebersamaan dan dukungannya dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini maupun dalam menjalankan pendidikan di FKM USU.

9. Terima Kasih buat K. Rina, Udur, Ridha dan rekan – rekan peminatan

Epidemiologi lainnya atas do’a, bantuan dan semangat dan kebersamaannya dalam meraih gelas Sarjana Kesehatan Masyarakat serta semua pihak yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan dan semangat dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna, maka saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua dan

semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Medan, ... Januari 2012 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

2.3.2. Sistem Peredaran Darah Tubuh Manusia ... 9

2.4. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner ... 11

2.4.1. Angina pectoris ... 11

2.4.2. Infark Miokard... 12

2.4.3. Payah Jantung ... 13

2.4.4. Mati Mendadak (Sudden Cardiac Death ) ... 13

2.5. Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner ... 14

2.5.1. Distribusi dan Frekuensi Penyakit Jantung Koroner ... 14

2.5.2. Detarminan Penyakit Jantung Koroner ... 16

2.6. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner ... 24

2.6.1. Pencegahan Primordial ... 24

(10)

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 35

5.2 Sosiodemografi Penderita PJK ... 41

5.3 Sumber Biaya ... 44

5.9.3 Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan Sumber Biaya . 53 5.9.4 Lama Rawatan Rata – Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 54

BAB 6 Pembahasan ... 56

6.1 Karakteristik Penderita PJK Rawat Inap ... 56

6.1.1 Agama Penderita PJK Rawat Inap ... 57

6.1.2 Suku Penderita PJK Rawat Inap ... 58

6.1.3 Satus Perkawinan Penderita PJK Rawat Inap ... 60

6.1.4 Pendidikan Penderita PJK Rawat Inap ... 61

6.1.5 Pekerjaan Penderita PJK Rawat Inap ... 62

6.1.6 Tempat Tinggal Penderita PJK Rawat Inap ... 62

6.2 Sumber Biaya ... 63

6.4.4 Kadar kolesterol Trigliserida ... 71

6.4.5 Riwayat Penyakit Terdahulu ... 72

6.5 Lama Hari Rawat ... 73

6.6 Keadaan Sewaktu Pulang ... 73

(11)

6.7.1 Umur Berdasarkan Jenis Kelamin ... 75

6.7.2 Lama Hari Rawatan Berdasarkan Umur ... 76

6.7.3 Lama Hari Rawatan Berdasarkan Sumber Biaya ... 77

6.7.4 Lama Hari Rawatan Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 78

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

7.1 Kesimpulan ... 80

7.2 Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Master Data

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi ... 17 Tabel 5.1 Distribusi Proporsi Penderita PJK Yang Dirawat Inap Berdasarkan

Sosiodemografi di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 42 Tabel 5.2 Distribusi Proporsi Penderita PJK Yang Dirawat Inap Berdasarkan

Sumber Biaya di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 44 Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Penderita PJK Yang Dirawat Inap Berdasarkan

Keluhan Utama di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 45 Tabel 5.4 Distribusi Proporsi Penderita PJK Yang Dirawat Inap Berdasarkan

Keadaan Medis di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 46 Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Penderita PJK Yang Dirawat Inap Berdasarkan

Riwayat Penyakit Terdahulu di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 47 Tabel 5.6 Lama Rawatan Rata – Rata (Hari) Penderita PJK Yang Dirawat Inap

Berdasarkan Lama Hari Rawat di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 48 Tabel 5.7 Distribusi Proporsi Penderita PJK Yang Dirawat Inap Berdasarkan

Keadaan SEwaktu Pulang di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 49 Tabel 5.8 Distribusi Proporsi Penderita PJK Yang Meninggal Berdasarkan

Karakteristik Penderita di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 50 Tabel 5.9 Perbedaan Proporsi Umur Penderita PJK Berdasarkan Jenis Kelamin

di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 52 Tabel 5.10 Proporsi Lama Hari Rawatan Penderita PJK Berdasarkan Umur

Penderita di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 53 Tabel 5.11 Perbedaan Lama Hari Rawatan Penderita PJK Berdasarkan Sumber

Biaya di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 54 Tabel 5.12 Perbedaan Lama Hari Rawatan Penderita PJK Berdasarkan Keadaan

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Anatomi Jantung ... 8

Gambar 6.3 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan

Umur Penderita PJK Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 56

Gambar 6.3 Diagram Pie Distribusi Proporsi Agama Penderita PJK Yang

Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 57

Gambar 6.4 Diagram Pie Distribusi Proporsi Suku Penderita PJK Yang

Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 59 Gambar 6.5 Diagram Pie Distribusi Proporsi Status Perkawinan Penderita PJK

Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 60 Gambar 6.6 Diagram Pie Distribusi Proporsi Pendidikan Penderita PJK Yang

Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 61 Gambar 6.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Pekerjaan Penderita PJK Yang

Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 62 Gambar 6.8 Diagram Pie Distribusi Proporsi Tempat Tinggal Penderita PJK

Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 63 Gambar 6.9 Diagram Pie Distribusi Proporsi Sumber Biaya Penderita PJK

Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 64 Gambar 6.10 Diagram Bar Distribusi Proporsi Keluhan Utama Penderita PJK

Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 65 Gambar 6.11 Diagram Pie Distribusi Proporsi Tekanan Darah Sistolik

Penderita PJK Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 66 Gambar 6.12 Diagram Pie Distribusi Proporsi KGD Penderita PJK Yang

Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 67 Gambar 6.13 Diagram Pie Distribusi Proporsi Kadar Kolesterol Penderita PJK

(14)

Gambar 6.14 Diagram Pie Distribusi Proporsi Kadar Kolesterol Penderita PJK Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 70 Gambar 6.15 Diagram Pie Distribusi Proporsi Kadar Kolesterol Trigliserida

Penderita PJK Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 71 Gambar 6.16 Diagram Bar Distribusi Proporsi Riwayat Penyakit Terdahulu

Penderita PJK Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 72 Gambar 6.19 Diagram Pie Distribusi Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang

Penderita PJK Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 74 Gambar 6.20 Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita PJK

Berdasarkan Jenis Kelamin Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 75 Gambar 6.21 Diagram Bar Distribusi Proporsi Lama Hari Rawatan Penderita

PJK Berdasarkan Umur Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 76 Gambar 6.22 Diagram Bar Distribusi Proporsi Lama Hari Rawatan Penderita

PJK Berdasarkan Sumber Biaya Di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 ... 77 Gambar 6.22 Diagram Bar Distribusi Proporsi Lama Hari Rawatan Penderita

(15)

ABSTRAK

Penyakit Jantung Koroner penyebab utama kematian. World Health Organization melaporkan pada tahun 2000 Proportional Mortality Ratio akibat penyakit jantung koroner adalah 25,4% yang terdiri atas 12,2% kematian pria dan 13,2% kematian wanita. Selain itu WHO juga mencatat lebih dari 7 juta orang meninggal akibat PJK di seluruh dunia pada tahun 2002.

Untuk mengetahui karakteristik penderita PJK yang dirawat di RSU Dr Pirngadi Medan tahun 2010. Telah dilakukan penelitian deskriptif dengan desain case series dilanjutkan dengan analisa statistik. Populasi adalah penderita PJK yang di rawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010 sejumlah 153 orang dan seluruhnya dijadkan sampel penelitian. Analisis data menggunakan uji Anova, uji t, dan uji chi-square.

Proporsi penderita PJk tertinggi ≥ 56-60 tahun 19,9%, umur termuda 31 tahun dan tertua 70 tahun, jenis kelamin perempuan 61,4%, agama Islam 53,6%, suku Batak 41,2%, status perkawinan menikah 89.5%, tingkat pendidikan SLTA 38,6%, pekerjaan ibu rumah tangga 37,3%, tempat tinggal di Kota Medan 81,75%, sumber biaya bukan sendiri 61,4%, keluhan utama sesak napas 36,60%, riwahat hiperkolesterolemia 44,44%, tekanan darah hipertensi ringan 51%, kadar gula darah tinggi 55,6%, kadar kolestrol laki-laki sedang 40,7%, perempuan sedang 48,9%, lama hari rawatan rata-rata 3,57 hari dan pulang berobat jalan 60,1%. Dan CFR 16,3%. Hasil uji chi-square dipreleh ada perbedaan yang bermakna antara umur dan jenis kelamin (p-0,025). Hasil uji T-test dipreoleh tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama hari rawatan berdasarkan umur (p = 0,280), lama rawatan berdasarkan sumber biaya (p = 0,000). Hasil uji Anova diperoleh tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan berdasarkan keadaan sewaktu pulang ( p = 0,108).

Diperlukan peningkatan pelayanan kesehatan bagi penderita PJK terutama pada penderita dengan kadar kolesterol tinggi, riwayat penyakit terdahulu hiperkoleterolemia, umur ≥ 56-60 tahun, sumber biaya bukan sendiri, dan hari lama rawatan di atas 4 hari serta peningkatan pelayanan kesehatan bagi penderita PJK di wilayah kerjanya, dengan melakukan pemeriksaan berkala dan terjangkau untuk mencegah agar penderita PJK tidak mendapatkan komplikasi penyakit PJK.

(16)

ABSTRACT

Coronary Heart Disease has become one of the leading causes of death. World Health Organization reported in 2000 Proportional Mortality Ratio from coronary heart disease was 25.4%, consisting of 12.2% male deaths and 13.2% of deaths of women. In addition WHO has also recorded more than 7 million people died from CHD in the entire world in 2002.

To know the character of the patiens which are hospital at RSUP Dr. Pirngadi Medan for period of 2010, desciptive study has been done bay using case series design and continued with the statistical analysis. Population is including those of CHD patients being hospitalized for period 2010 as many 153 people and made the whole study sample. Data analysis was performed with a descriptive analysis and cross tabulation.

The proportion of CHD patients at Hospital Dr. highest Pirngadi Medan in 2010 at age ≥ 56-60 years of age 70 years, female gender 61,4%, religion 53,6%, ethnic Batak 41,2%, married marital status 89,5%, level of school education 38,6%, occupation housewife 37,5%, residence in the city of Medan 81,75%, the source rather than its own cost 61,4%, chest pain 36,60%, hypercholesterolemia 44,44%, hypertension 51%, mild blood pressure 55,6%, high blood sugar levels 40,7%, cholesterol levels are 48,9%, bad heart 3,57%, long day care 4 days and ambulatory home. Chi-square test shows that there is significant difference between age and sex (t = 0,025). T-test shows that there is significant difference between average of stay and age (p = 0,280), average length of stay and cost (p = 0,000), anova shows that there is no significant difference between average length of stay and treatment (p = 0,108). There was a significant difference in proportion between the ages of CHD patients who are hospitalized on the basis of sex in the RSU Dr. Pirngadi Medan. There are significant differences in proportions between long day care CHD patients who are hospitalized based on sources of cost.

Needed to increase health services for people with CHD, especially in patients with high cholesterol levels, history of previous illness hiperkoleterolemia, age ≥ 56-60 years, the source of cost rather than its own, and maintainability in the long days on 4 days and increased health services for people with CHD in the working area, with conduct periodic checks and affordable to prevent CHD patients are not getting CHD disease complications.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan suatu negara dari negara agraris menjadi negara industri akan

membawa konsekuensi terhadap perubahan gaya hidup, kondisi lingkungan, dan

perilaku masyarakat. Faktor ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi derajat

kesehatan.

Pergeseran pola kependudukan menyebabkan perubahan pola penyakit

di masyarakat, yaitu dari penyakit infeksi, baik infeksi saluran nafas maupun

gastrointestinal kepada penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kanker,

penyakit jantung dan pembuluh darah atau penyakit kardiovaskuler yang terus

mengalami peningkatan sejak tahun 1986.

1

Penyakit Jantung Koroner (PJK) telah menjadi salah satu penyebab utama

kematian. World Health Organization (WHO) melaporkan pada tahun 2000

Proportional Mortality Ratio (PMR) akibat penyakit jantung koroner adalah 25,4%

yang terdiri atas 12,2% kematian pria dan 13,2% kematian wanita. Selain itu WHO

juga mencatat lebih dari 7 juta orang meninggal akibat PJK di seluruh dunia pada

tahun 2002.

2

Menurut WHO (2004), dari 10 penyakit utama penyebab kematian di dunia,

PJK menempati urutan pertama. PJK mengakibatkan 7,2 juta kematian (

4

PMR sebesar

(18)

30% dari seluruh kematian didunia (PMR 30%), dari kematian ini 7,6 juta karena

PJK (PMR 43,4%), 5,7 juta karena stroke (PMR 32,6%) dan 4,2 juta karena penyakit

jantung lainnya (PMR 24%).

Penyakit Jantung Koroner di Amerika adalah 1,5 juta pertahun. Perempuan

Amerika dan Afrika memiliki faktor resiko 60% terkena jantung koroner

dibandingkan perempuan kaukasia, karena banyak perempuan Amerika dan Afrika

mengidap diabetes dan tekanan darah tinggi yang diketahui dapat menyebabkan

penyakit jantung.

3

Di Indonesia, penyakit jantung dan pembuluh darah yang banyak adalah

penyakit jantung koroner, penyakit jantung reumatik, dan penyakit darah tinggi

(hipertensi). Penyakit kardiovaskuler yang di dalamnya termasuk PJK menempati

urutan pertama penyebab seluruh kematian dengan PMR 16% .

4

Di Provinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan rumah sakit dan puskesmas

tahun 2005, kasus tertinggi PJK di Kota Semarang 19,54%, kasus tertinggi kedua di

Kabupaten Sragen 16,53% dan kasus paling sedikit dijumpai di Kabupaten Pemalang

yaitu 0,11%.

5

Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, penyebab utama

kematian berdasarkan urutannya adalah penyakit sistem sirkulasi yang mencakup

penyakit jantung dan pembuluh darah (PMR 26,3%), penyakit infeksi (PMR 22,9%),

pernafasan (PMR 12,7%), pencernaan (PMR 7%), neoplasma (PMR 7,0%),

kecelakaan dan penyakit lain (PMR 5,7%).

6

(19)

Data dari Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2004 yang

mengutip hasil SKRT 1992, SKRT 1995, dan SURKESNAS 2001 diketahui bahwa

dari 10 penyakit utama penyebab kematian, penyakit kardiovaskuler berada pada

peringkat pertama dengan proporsi pada tahun 1992 sebesar 16 %, tahun 1995

sebesar 18,9% dan tahun 2001 menjadi 26,4%.

Menurut hasil penelitian Irma Romauli di Rumah Sakit Haji Medan tahun

2000-2004 tercatat 290 orang penderita Penyakit Jantung Koroner dengan rincian

pada tahun 2000 ditemukan proporsi penderita PJK yang dirawat inap sebesar

51,68%, tahun 2001 sebesar 48,2 %, tahun 2002 sebesar 30 %, tahun 2003 sebesar

54,6% dan pada tahun 2004 sebesar 56,16% dari seluruh penderita penyakit Jantung

Koroner yang dirawat inap.

8

Hasil penelitian Ahmat Irfan di Rumah Sakit Martha Friska Medan terdapat

148 penderita PJK rawat inap selama tahun 2004.

10

Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan pada survei

pendahuluan tercatat penderita PJK yang dirawat inap pada tahun 2006 sebanyak 273

orang, tahun 2007 sebanyak 356 orang, tahun 2008 sebanyak 250 orang, tahun 2009

sebanyak 248 orang, tahun 2010 sebanyak 153 orang,

9

1.2 Perumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita penyakit jantung koroner di RSU Dr.

(20)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita PJK yang di rawat inap di RSU Dr

Pirngadi Medan tahun 2010.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita PJK berdasarkan faktor

sosiodemografi (umur, jenis kelamin, agama, suku, status perkawinan,

tingkat pendidikan, pekerjaan, dan tempat tinggal) di RSU Dr Pirngadi

Medan tahun 2010.

2. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita PJK berdasarkan sumber

biaya di RSU Dr Pirngadi Medan tahun 2010.

3. Untuk mengetahui keluhan utama penderita PJK di RSU Dr Pirngadi

Medan tahun 2010.

4. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita PJK berdasarkan riwayat

penyakit terdahulu di RSU Dr Pirngadi Medan tahun 2010.

5. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita PJK berdasarkan keadaan

medis (tekanan darah, kadar gula darah, dan kadar kolestrol) di RSU Dr.

Pirngadi Medan tahun 2010..

6. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita PJK di RSU Dr

Pirngadi Medan tahun 2010.

7. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita PJK berdasarkan keadaan

(21)

8. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur penderita PJK berdasarkan

jenis kelamin di RSU Dr Pirngadi Medan tahun 2010.

9. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata penderita PJK

berdasarkan umur di RSU Dr Pirngadi Medan tahun 2010.

10.Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata penderita PJK

berdasarkan sumber biaya di RSU Dr Pirngadi Medan tahun 2010.

11.Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata penderita PJK

berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSU Dr Pirngadi Medan tahun

2010

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Peneliti

Sebagai suatu pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti dan pihak

pendidikan pada saat menjalani studi penyusunan skripsi.

1.4.2. Bagi RSU Dr. Pirngadi Medan

Sebagai bahan informasi untuk membantu tenaga kesehatan dalam

melakukan tindakan pencegahan penyakit jantung koroner, khususnya di RSU

(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Penyakit Jantung Koroner

Menurut WHO, penyakit jantung koroner (Coronary Heart Disease) adalah

ketidaksanggupan jantung akut maupun kronik, yang timbul karena kekurangan

suplai darah pada miokardium sehubungan dengan proses penyakit pada sistem nadi

koroner.

Dalam Internasional Classification Disease (1993) disebutkan bentuk-bentuk

umum PJK adalah Angina Pectoris, Ischemic Heart Disease, Acute Miocard

Infarction, dan Sudden Death.

11

12

2.2. Anatomi Jantung

Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berongga dengan basis

di atas dan puncak di bawah, puncaknya (Apex) miring ke sebelah kiri. Berat jantung

kira-kira 300 gram, dengan ukuran kira-kira se kepalan tangan dewasa.9 Jantung

terletak di dalam rongga mediastinum dari rongga dada (thorak), diantara paru-paru.

Jantung terbagi oleh sebuah sekat (septum) menjadi dua belah, yaitu kiri dan

kanan. Setiap belahan kemudian dibagi lagi dalam dua ruang, yang atas disebut

atrium (serambi) dan yang bawah ventrikel (bilik). Disetiap sisi ada hubungan antara

atrium dengan ventrikel melalui lubang atrio ventrikuler dan pada setiap lubang itu

teerdapat katup. Yang kanan bernama katup trikuspidalis dan yang kiri katup mitral

(23)

atau katup bikuspidalis. Katup atrio ventrikuler menyebabkan darah hanya mengalir

ke satu jurusan, yaitu dari atrium ke ventrikel dan menghindarkan darah mengalir

kembali dari ventrikel ke atrium.

Jantung terbungkus oleh sebuah membran yang disebut perikardium.

Membran ini terdiri atas dua lapisan yaitu perikardium visceral yang merupakan

membranserus yang lekat sekali pada jantung dan perikardium parietal yang

merupakan lapisan fibrous yang terlipat keluar dari basis jantung dan membungkus

jantung sebagai kantong longgar. Diantara kedua lapisan tersebut terdapat cairan

serus yang bersifat meminyaki sehingga jantung dapat bergerak bebas. Di sebelah

dalam jantung dilapisi oleh endokardium.

14

Dinding otot jantung tidak sama tebalnya. Dinding ventrikel paling tebal dan

dinding ventrikel sebelah kiri lebih tebal dari dinding ventrikel sebelah kanan. Hal

disebabkan kekuatan kontraksi dari ventrikel kiri jauh lebih besar dari yang kanan.

Dinding atrium tersusun atas otot-otot yang lebih tipis. Pembuluh darah yang

tersambung ke jantung antara lain adalah vena cava superior, vena cava inferior,

arteri pulmonalis, vena pulmonalis, dan aorta.

14

(24)

Gambar 2.2. Anatomi Jantung

2.3 Fisiologi Jantung.

2.3.1 Proses Memompa Darah 15

Proses pemompaan darah sehingga darah dapat bersirkulasi ke tubuh dan

paru-paru mengikuti urutan sebagai berikut :

a. Pada saat jantung sedang relaks (diastol), darah kurang oksigen dari vena tubuh

mengalir ke serambi kanan. Pada saat yang sama, serambi kiri terisi dengan darah

yang kaya oksigen dari paru-paru.

b. Pusat listrik (SA Node) yang ada diserambi kanan menembakkan impuls listrik

yang menyebabkan kedua serambi mengkerut secara serempak. Pada saat yang

sama, katup-katup diantara serambi dan bilik terbuka, memungkinkan darah

(25)

c. Tahap berikutnya adalah pemompaan dari bilik. Pada tahap ini sinyal listrik dari

node yang lain menyebabkan kedua bilik berkerut secara serempak. Ini

mendorong darah yang kurang oksigen dari bilik kanan ke dalam paru-paru.

Darah yang kaya oksigen dari bilik kiri didesak kedalam arteri utama yang

disebut, aorta dan dari sini darah disebarkan keseluruh bagian tubuh. Klep-Klep

tertutup untuk menjamin agar tidak ada aliran balik kedalam serambi.

d. Setelah pengerutan bilik, jantung mengendor, dan memungkinkan serambi terisi

darah, sehingga proses sirkulasi dimulai kembali.

Urutan kejadian ini berlangsung kira-kira 60-70 kali per menit bila tubuh

sedang istirahat.

2.3.2 Sistem Peredaran Darah Tubuh Manusia

Sistem pembuluh dan peredaran darah tubuh manusia merupakan suatu

jaringan pembuluh nadi (arteri) serta pembuluh balik (vena), yang secara garis besar

terdiri dari tiga sistem aliran darah, yaitu :

15

a. Sistem Peredaran Darah Kecil

Dari ventrikel jantung kanan, darah mengalir ke paru-paru melalui katup

pulmonal untuk mengambil oksigen dan melepaskan karbon dioksida kemudian

masuk keatrium kiri. Sistem peredaran darah kecil ini berfungsi membersihkan

darah yang beredar ke seluruh tubuh memasuki atrium jantung kanan dengan

kadar oksigen yang rendah antara 60-70% serta kadar karbon dioksida yang tinggi

antara 30-40%. Setelah beredar melalui kedua paru-paru, kadar zat oksigen

(26)

dalam jaringan paru-paru berlangsung khususnya dalam gelembung-gelembung

paru-paru yang halus dan berdinding sangat tipis dimana gas oksigen dari udara

disadap oleh komponen sel darah merah. Adapun gas CO2

b. Sistem Peredaran Darah Besar

dikeluarkan melalui

udara pernafasan. Dengan demikian darah yang memasuki serambi kanan

dikatakan darah kotor, karena kurang oksigen, sedangkan darah yang memasuki

serambi kiri disebut sebagai darah bersih yang kaya oksigen.

Darah kaya oksigen dari serambi kiri memasuki bilik kiri melalui katup mitral,

untuk kemudian dipompakan keseluruh tubuh dan membawa zat oksigen serta

bahan makanan yang diperlukan oleh segenap sel-sel dari alat-alat tubuh kita.

Darah ini dipompakan keluar dari bilik kiri melewati katup aorta serta memasuki

pembuluh nadi utama, dan selanjutnya melalui cabang-cabang pembuluh ini

disalurkan ke segenap bagian tubuh.

c. Sistem Peredaran Darah Koroner

Pembuluh koroner dibagi menjadi Right Coronary Artery (RCA), Left Coronary

Artery (LCA), Left Arterior Descending Artery dan Circum Flex Artery, sistem

sirkulasi darah koroner terpisah dari sistem aliran darah kecil maupun sistem

aliran darah besar. Artinya khusus untuk menyuplai darah ke otot jantung, yaitu

melalui pembuluh koroner dan kembali melalui pembuluh balik dan kemudian

menyatu serta bermuara langsung ke dalam bilik kanan melalui sistem peredaran

darah koroner ini, jantung mendapatkan oksigen, zat makanan, serta zat-zat lain

(27)

2.4 Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner

Otot Jantung diberi oksigen dan nutrisi yang diangkut oleh darah melalui

arteri-arteri koroner utama yang bercabang menjadi sebuah jaringan pembuluh lebih

kecil yang efisien.

16

14

Timbulnya PJK walaupun tampak mendadak, sebenarnya melalui

perangsangan lama (kronik). Terjadinya PJK berkaitan dengan suatu gangguan yang

mengenai pembuluh darah yang disebut arteriosklerosis. Hal ini berarti terjadi

kekakuan dan penyempitan lubang pembuluh darah yang akan menyebabkan

gangguan atau kekurangan suplai darah untuk otot jantung. Keadaan ini akan

menimbulkan apa yang disebut iskemia miokard.

Gangguan pada arteri menyebabkan terjadinya penyakit jantung

koroner. Penyakit ini berkaitan dengan gangguan duplai darah otot jantung sehingga

jantung mengalami kekurangan darah dengan segala manifestasinya.

Gambaran klinik adanya PJK dapat berupa angina pektoris, miokard infark,

payah jantung ataupun mati mendadak. Pada umumnya gangguan suplai darah arteri

coronaria dianggap berbahaya bila terjadinya penyempitan 10%, atau lebih pada

pangkal atau cabang utama coronaria. Penyempitan yang kurang dari 50%

kemungkinan belum menandakan gangguan yang berarti. Keadaan ini tergantung

pada beratnya arterioskleorosis dan luasnya gangguan jantung dan apakah serangan

tersebut masih lama atau baru.

2.4.1 Angina pektoris

Angina pektoris adalah “jeritan“ otot jantung yang merupakan sakit dada oleh

karena kekurangan oksigen. Ini adalah akibat tidak adanya keseimbangan antara

(28)

kebutuhan oksigen miokard dan kemampuan pembuluh darah koroner menyedikan

oksigen secukupnya untuk kontraksi miokard.

Adanya angina pektoris dapat dikenal secara :

a. Kualitas nyeri dada yang khas yaitu perasaan dada yang tertekan, merasa

terbakar atau susah bernafas.

b. Lokasi nyeri yang menjalar ke sentral dada yang menjalar ke leher, rahang

dan turun ke lengan kiri.

c. Faktor pencetus seperti terjadinya emosi, bekerja, sesudah makan, atau

dalam udara dingin.

d. Perasaan nyeri hilang segera setelah istirahat ataupun dengan memakai

nitrogleserin sublingual.

2.4.2 Miokard Infark

Infark miokard adalah suatu keadaan yang berat disebabkan oleh oklusi

(penutupan mendadak pembuluh koroner) atau cabangnya yang mengalami sklerosis

(pergeseran ). Biasanya cara penutupan disebabkan adanya trombus dan pendarahan

dalam intima. Terjadinya trombus disebabkan oleh ruptur plak yang kemudian diikuti

oleh pembentukan trombus oleh trombosit. Lokasi dan luasnya miokard infark

tergantung pada arteri yang oklusi.

17

Faktor pencetus disebabkan oleh dua keadaan :

a. Berkurangnya aliran darah koroner

b. Kerja jantung yang meningkat oleh karena kerja fisik yang berlebihan dan

(29)

Gejala klinik infark miokard antara lain :

a. Nyeri yang hebat terutama di tengah-tengah dada, yang menjalar ke

punggung, bahu, leher dan lengan kiri.

b. Gelisah, takut mati

c. Pusing dan keringat dingin

d. Gangguan Gastrointestinal (mual, muntah, diare)

e. Lemah dan Lemas

2.4.3 Payah Jantung

Perasaan sakit akan bertahan hingga berjam-jam dan dengan nitrogliserin

tidak akan berkurang, penderita gelisah, takut mati, pusing (pening), dan keringat

dingin, gangguan gastrointestinal (mual, muntah, diare), syok dimana tekanan darah

rendah, nadi cepat dan kecil pada auskultasi suara jantung yang lemah dan kadang

terdengar suara gallop, sebagai tanda telah terjadi gagal jantung kiri.

18

2.4.4 Mati Mendadak (Sudden Cardiac Death )

Sudden Cardiac Death (SCD) adalah kematian mendadak pada penderita PJK

dimana 50% diantaranya tidak disertai keluhan. Sedangkan yang mengalami keluhan

akan mati 6 jam setelah keluhan. Proses ini dimulai dengan trombosis pembuluh

darah yang disusul dengan nekrosis yang disertai aritmia ventrikel.

(30)

2.5 Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner

2.5.1 Distribusi dan Frekuensi Penyakit Jantung Koroner

a. Menurut Orang

WHO melaporkan bahwa pada tahun 2000 proporsi beban penyakit di dunia

akibat PJK adalah 3,8% terdiri atas 4,2% pria dan 3,4% wanita dengan

proposi kematian akibat PJK adalah 12,4% terdiri atas 12,2% kematian pria

dan 12,6% kematian wanita.

Berdasarkan penelitian Nerrida Sarumpaet di RSUP H. Adam Malik Medan

tahun 2005-2007 penderita penyakit jantung koroner paling banyak ditemukan

pada jenis kelamin pria yaitu 178 orang (66,7%) dan perempuan 89 orang

(33,3%)

19

b. Menurut tempat

20

Penyakit jantung koroner lebih banyak terjadi pada negara maju di

bandingkan negara sedang berkembang dan lebih banyak ditemukan di daerah

perkotaan di bandingkan dengan daerah pedesaan.

Menurut laporan WHO 2004, pada tahun 2002 jumlah penderita PJK

mencapai 56,8 juta yaitu 3,9% dari seluruh beban penyakit di dunia. Jumlah

penderita PJK di Afrika sebanyak 3,3 juta (5,6%), di Amerika 6,2 juta

(10,6%), di Asia Tenggara 20,7 juta (35,3%), di Eropa 15,7 juta (26,7%), di

Timur Tengah 5,3 juta (9%), dan di Asia Pasifik 7,4 juta (12,8%). PJK

menyebabkan 7,1 juta kematian yaitu 12,6% dari seluruh kematian di dunia.

Jumlah kematian di Afrika 400 ribu (5,6%), di Amerika 900 ribu (12,5%), di

(31)

Asia Tenggara 2 juta (27,8%), di Eropa 2,4 juta (33,3%), di Timur Tengah

500 ribu (6,9%) dan di Asia Pasifik 1 juta (13,9%).

c. Berdasarkan waktu

21

Epidemi PJK dimulai pada abad 17 di Amerika Utara, Eropa, dan Australia.

Angka kematian tertinggi di temukan di Finlandia, Skotlandia, dan Irlandia.

Pada tahun 1998 di Inggris penyakit Kardiovaskuler menyebabkan 250 ribu

kematian, dimana 22,2% diantaranya karena PJK yang terdiri atas 25%

kematian pria dan 20% kematian wanita.

Di Negara berkembang termasuk Indonesia pada mulanya PJK menyerang

masyarakat golongan social ekonomi tinggi, namun saat ini telah merambat

kepada golongan social ekonomi menengah ke bawah.

22

Di negara maju, penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan pembunuh

nomor satu, terutama di Eropa. Di Wales, satu dari empat orang Wales

mengalami serangan penyakit jantung koroner (prevalens rate) sebelum ulang

tahunnya yang ke 75. Kondisi ini dikaitkan dengan pola hidup sehari-hari

yang tidak sehat.

12

Di Inggris, satu dari empat laki-laki dari lima perempuan meninggal

pertahunnya akibat penyakit jantung koroner (Sex Spesific Death Rate), yang

mempresentasikan sekitar setengah kematian akibat penyakit kardiovaskuler.

Di Inggris, terdapat perbedaan regional sosio ekonomi dan etnik yang

bermakna dalam prevalensi penyakit jantung koroner. Prevalensi tertinggi

terdapat di utara Inggris dan Skotlandia. The Hearth Survey For England

(32)

(2005) mengatakan bahwa 3% penduduk dewasa menderita angina dan 0,5%

penduduk dewasa telah mengalami infark miocard (prevalen rate).

2.5.2 Determinan Penyakit Jantung Koroner

24

Secara garis besar faktor resiko PJK dapat dibagi dua. Yang pertama adalah

faktor resiko yang dapat diubah (modifiable) yaitu : hipertensi, hiperkolesterolemia,

merokok, obsitas, diabetes mellitus, ketidakaktifan fisik, stress. Dan yang kedua

adalah faktor resiko yang tidak dapat diubah (non-modifiable) yaitu : umur, jenis

kelamin, dan genetik.

16

A. Faktor Resiko Yang Dapat Diubah (modifiable)

a. Hipertensi

Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah, yang merupakan

suatu masalah kesehatan masyarakat, yaitu kenaikan tekanan darah sistolik

melebihi 140 mmHg dan diastolik melebihi 90 mmHg.

Meningkatnya tekanan darah dapat mengakibatkan penyakit jantung koroner.

Menurut Joint Nasional Comite on Detectin Evaluation and Ttreatment of High

Blood Pressure JNC VII tahun 2003, hipertensi dapat diklasifikasikan

berdasarkan tekanan darah penderita, batasan hipertensi sebagai berkut :

(33)

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi

No TDS/TDD Derajat Tekanan Darah

1 <120/8 Normal

2 120-129/ 80-84

Prehipertensi

3 130-139/ 85-89

4 ≥140-159/90-99 Hipertensi derajat 1

5 160179/100109

Hipertensi derajat 2 6 ≤180/110

Sumber : Nasional Comition Detection Evaluation and Treatmrnt of High Blood Pressure (JNC) VII tahun 2003.

b. Hiperkolesterolemia

Terdapat hubungan langsung antara resiko PJK dan kadar kolestrol darah.

Kolestrol yang berada dalam zat makanan yang dimakan meningkatkan kadar

kolestrol dalam darah. Kolestrol dalam darah dapat digolongkan dalam beberapa

jenis yaitu LDL (Low Densiy Lipoprotein), VLDL (Very Low Density

Lipoprotein), dan HDL (High Density Lipoprotein).

15

Beberapa parameter yang dipakai untuk mengatahui adanya resiko PJK dan

(34)

1) Kadar kolesterol total

Kadar kolesterol total dalam darah dikategorikan atas :

Normal : < 200 mg/dl

Sedang : 200-240 mg/dl

Tinggi : ≥ 240 mg/dl g

Makin meningkatnya kadar kolesterol total dalam darah maka resiko

terjadinya PJK semangkin meningkat.

2) Low density lipoprotein (LDL) kolesterol

LDL kolesterol merupakan kolesterol yang bersifat buruk atau merugikan

(bad cholesterol) karena kadar LDL yang meninggi akan menyebabkan

penebalan dinding pembuluh darah. Kadar LDL kolesterol lebih tepat sebagai

penunjuk untuk mengatahui resiko PJK dari pada kolesterol total. Kadar

kolesterol LDL dalam darah dikategorikan atas :

Normal : < 130 mg/dl

Sedang : 130-159 mg/dl

Tinggi : ≥ 160 mg/dl

Makin tinggi kadar kolesterol LDL dalam darah maka resiko untuk terjadinya

PJK akan semangkin meningkat.

3) High density lipoprotein (HDL) kolesterol

HDL kolesterol merupakan jenis kolesterol yang bersifat baik atau

menguntungkan (good cholesterol) karena mengangkut kolesterol dari

(35)

dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya proses arterosklerosis.

Kadar kolesterol HDL dalam darah dapat dikategorikan atas :

Normal : > 45 mg/dl

Sedang : 35-45 mg/dl

Tinggi : < 35 mg/dl

Makin rendah kolesterol HDL dalam darah maka resiko terjadinya PJK akan

semangkin meningkat. Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan

mengurangi berat badan, menambah exercise dan berhenti merokok.

4) Rasio Kolestrol

Rasio Kolestrol adalah rasio antara kadar kolesterol total denga kadar

kolesterol HDL. Rasio kolestrol dalam darah sebaiknya < 4,5 pada laki-laki

dan < 4,0 pada perempuan. Makin tinggi Rasio kolestrol total dalam darah

maka resiko terjadinya PJK akan semangkin meningkat.

5) Kadar Trigliserida

Trigliserida dalam tubuh terdiri dari 3 jenis lemak yaitu lemak jenuh, lemak

tak jenih, dan lemak tidak jenuh ganda. Kadar trigliserida dalam darah

dikategorikan atas :

Normal : < 150 mg/dl

Sedang : 150-249 mg/dl

Tinggi : 250-500 mg/dl

(36)

Makin tinggi kadar trigliserida dalam darah maka resiko terjadi PJK aka semakin

meningkat.

c. Merokok

Di USA, merokok berhubungan erat bagi sekitar 325.000 kematian

premature/dini setiap tahunnya. Dari jumlah kematian tersebut terdapat kematian

akibat PJK dan lebih dari satu dalam kematian PJK itu karena merokok. Merokok

sigaret tinggi nikotin menyebabkan peningkatan frekuensi denyut jantung istirahat

serta meningkat tekanan darah sistolik dan diastolik sehingga meningkatan

kebutuhan oksigen myokardium. 25

Penelitian Framingham mendapat kematian mendadak akibat PJK pada laki-laki

perokok, perokok 10 kali lebih besar dari pada bukan perokok, pada perempuan

perokok 4,5 kali lebih besar dari pada bukan perokok.m

Apabila behenti merokok penurun resiko PJK akan berkurang 50% pada akhir

tahun pertama setelah berhenti merokok dan kembali seperti seperti yang tidak

merokok setelah berhenti merokok 10 tahun.

d. Obesitas

21

Orang dengan berat badan berlebihan mempunyai kemungkinan terkena penyakit

jantung dan stroke lebih tinggi. Gemuk tidak sehat karena kelebihan berat badan

meningkatkan beban jantung. Ini berhubungan dengan penyakit jantumg koroner

terutama karena pengaruhnya pada tekanan darah, kadar kolesterol darah juga

diabetes melitus. Seseorang yang mengalami kegemukan kemungkinan menjadi

penderita PJK 2 kali lipat dari pada seseorang yang memiliki berat badan normal.

(37)

e. Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan factor risiko terhadap PJK yaitu bila kadar glukosa

darah naik terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama, Gula darah

(glukosa) tersebut dapat menjadi pekat, hal ini mendorong terjadinya

pengendapan aterosklerosis pada arteri koroner. Pasien dengan diabetes mellitus

cenderung mengalami gangguan jantung pada usia yang masih muda. Diabetes

melitus yang tidak terkontrol dengan kadar glukosa yang tinggi dalam darah

cenderung menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida. Kadar gula darah waktu

puasa normal tidak melebihi 120 mg/dl dan kadar gula darah 2 jam setelah makan

kurang dari 200 mg/dl.

26

Resiko terjadinya PJK pada pasien diabetes melitus dua hingga empat kali lebih

tinggi. Diabetes mellitus juga berkaitan dengan abnormalitas metabolisme lipid,

obesitas, hipertensi sistemik, dan peningkatan trombogenesis (peningkatan tingkat

adhesi platelet dan peningkatan kadar fibrinogen). Pasien diabetic memilliki

peningkatan mortalitas dini serta resiko stenosis berulang pasca angioplasty

koroner.

26

f. Ketidakaktifan fisik

22

Sejumlah penelitian epidemiologi mendukung hipotesis bahwa aktifitas fisik yang

giat menurunkan resiko PJK. Aktifitas fisik (exercise) dapat meningkatan kadar

HDL kolestrol, memperbaikai kolesterol koroner sehingga resiko PJK dapat

(38)

menurunkan berat badan, menurunkan kolesterol, trigliserida, dan KGD pada

pendrita DM, menurunkan tekanan darah.

Hasil penelitian di harvard selama 10 tahun (1962 - 1972 ) terhadap 16.936

alumni universitas Harvard USA, menyimpulkan orang dengan exercise fisik

yang adekuat kemungkingan menderita PJK lebih kecil dibandingkan dengan

yang kurang melakukan aktifitas.

25

g. Stres

27

Stres, baik fisik maupun mental merupakan faktor resiko untuk terjadinya PJK.

Pada masa sekarang, lingkkungan kerja telah menjadi penyebab utama stres, dan

terdapat hubungan yang saling berkaitan antara stres dan abnormalis metabolisme

lipid.

Perilaku yang rentan terhadap penyakit koroner ( kepribadian tipe A ) antara lain

sifat agresif, kompetitif, kasar, sinis, keinginan untuk dipandang, keinginan untuk

mencapai sesuatu.. Kepribadian tipe B antara lain orang yang lebih mudah

merasa beruntung, tidak terlalu ambius, dan mudah puas memiliki resiko yang

lebih kecil untuk menderita PJK dibandingkan mereka yang berkepribadian tipe

A.

15

Stres dapat memicu pengeluaran hormon adrenalin dan katekolamin yang tinggi

yang dapat berakibat mempercepat kekejangan (spasm) arteri koroner, sehingga

suplai darah ke otot jantung terganggu.

24

(39)

2. Faktor resiko yang tidak dapat dirubah (non modifiable)

a. Umur

Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dengan kematian akibat PJK.

Penderita PJK sering ditemui pada usia 60 ke atas, tetapi pada usia di bawah 40

tahun sudah ditemukan. Pada laki-laki, kasus kematian PJK mulai dijumpai pada

usia 35 tahun, dan terus meningkat dengan bertambahnya usia.

27

Di AS gelar kadar kolesterol pada laki-laki maupun perempuan mulai meningkat

pada usia 20 tahun. Pada laki-laki kadar kolesterol akan meningkat sampai usia 50

tahun dan akhirnya akan turun sedikit setelah 50 tahun. Kadar kolesterol

perempuan biasanya meningkatkan menjadi lebih tinggi dari pada laki-laki.

Dari penelitian Cooper pada 2000 laki-laki yang sehat didapatkan peningkatan

kalesterol total dengan bertambahnya usia. Akan tetapi kadar HDL kolesterol

akan tetap konstan, sedangkan kadar kolesterol LDL cenderung meningkat.

a. Jenis Kelamin

Di AS gejala PJK sebelum berumur 60 tahun di dapatkan pada 1 dari 5 laki-laki

dan 1 dari 17 perempuan, ini berarti bahwa laki-laki mempunyai resiko PJK 2-3

kali lebih besar daripada perempuan. Pada beberapa perempuan pemakaian oral

kontrasepsi (esterogen) dan selama kehamilan akan meningkatkan kadar

kolesterol. Pada wanita hamil, besar kolesterol akan kembali normal 20 minggu

setelah melahirkan.

27

Esterogen dapat meningkatkan mekanisme PJK antara lain: peningkatan

(40)

intoleransi glukosa yang dapat menyebabkan DM yang merupakan faktor resiko

PJK, kecenderungan trombositosis, peningkatan TD, peningkatan tonus otot polos

arteri koronaria.

Angka kematian usia muda pada laki-laki didapatkan lebih tinggi dari pada

perempuan, akan tetapi setelah monopause hampir tidak didaptkan perbedaan

dengan laki-laki.

b. Genetik

Gillium (1978) menyatakan bahwa PJK cenderung lebih banyak pada subjek

orangtuanya telah menderita PJK dini. Bila kedua orang tua penderita PJK

menderita PJK pada usia muda, maka anaknya mempunyai resiko yang lebih

tinggi bagi perkembangan PJK dari pada hanya seseorang atau tidak ada orang

tuanya menderita PJK.25

2.6. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner

Untuk pencegahan terhadap penyakit jantung koroner dapat meliputi 4 tingkat

upaya :

2.6.1. Pencegahan Primordial

Yaitu upaya untuk mencegah munculnya faktor predisposisi terhadap PJK

dalam suatu wilayah dimana belum tampak adanya factor yang menjadi resiko PJK.

Tujuannya adalah untuk menghindari terbentuknya pola hidup sosial ekonomi dan

(41)

Upaya primordial penyakit jantung koroner dapat berupa Kebijaksanaan

Nasional Nutrisi dalam sektor agrokultural, industri makanan,impor dan ekspor

makanan, penanganan konprehensif rokok, pencegahan hipertensi dan promosi

aktivitas fisik/olah raga.

2.6.2. Pencegahan Primer 28

Yaitu upaya awal untuk mencegah PJK sebelum seseorang menderita PJK.

Dilakukan dengan pendekatan komunitas berupa penyuluhan faktor-faktor risiko

PJK terutama pada kelompok resiko tinggi, pencegahan ditujukan kepada pencegahan

terhadap berkembang proses aterosklerosis.

Upaya-upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada pencegahan ini antara

lain :

16

a. Mengontrol kolesterol darah. Yaitu dengan cara mengidentifikasi jenis makanan

15

b. Mengontrol tekanan darah. Banyak kasus tekanan darah tinggi tidak dapat

disembuhkan. Keadaan ini berasal dari suatu kecenderungan genetik yang

bercampur dengan faktor resiko seperti stres, kegemukan, terlalu banyak

konsumsi garam dan kurang gerak badan. Upaya pengendalian yang dapat

dilakukan adalah mengatur diet, menjaga berat badan, menurunkan stres dan

melakukan olah raga.

yang kaya akan kolesteror kemudian mengurangi konsumsinya serta

(42)

c. Berhenti merokok. Program-program umum dan kampanye anti merokok perlu

dilaksanakan secara intensif, seperti di pesawat terbang, di rumah sakit, dan di

tempat umum lainnya.

d. Aktifitas fisik. Manfaat dari melakukan aktifitas fisik dan olah raga bagi penyakit

jantung koroner antara lain adalah perbaikan fungsi dan efisiensi kardiovaskuler,

pengurangan faktor resiko lain yang menggaggu pembuluh darah koroner,

perbaikan terhadap toleransi stres.

2.6.3. Pencegahan Sekunder

Yaitu untuk mencegah keadaan PJK yang sudah pernah terjadi untuk berulang

untuk menjadi lebih berat. Disini diperlukan perubahan pola hidup dan kepatuhan

berobat bagi mereka yang sudah pernah menderita PJK. Pencegahan sekunder ini

ditujukan untuk mempertahankan nilai prognostik yang lebih baik dan menurunkan

mortalitas.

Pedoman untuk mencegah serangan jantung dan kematian pada penderita

PJK hampir sama dengan pencegahan primer. Selain itu juga dilakukan intervensi

dengan obat-obatan.

16

a. Intervensi dengan obat-obatan

(i) Aspirin

Obat yang paling banyak diberikan, tujuannya adalah mengencerkan darah

(43)

(ii) Beta – Blocker

Obat yang menghambat kerja adrenalin agar tidak meresap ke dalam jantung

dan pembuluh darah, untuk mengurangi risiko terulangnya serangan jantung

sehingga mampu menurunkan angka kematian.

(iii) Penghambat ACE

ACE (Angiotensin Converting Enzyme) adalah suatu enzim yang

meningkatkan jumlah angiotensin dalam darah. Angiotensin membuat

pembuluh darah berkerut hingga tubuh dapat menahan garam dan air lebih

banyak daripada yang normal. Dengan menurunkan tingkat angiotensin,

penghambat ACE berasil menurunkan tingkat angiotensin, penghambat ACE

berhasil menurunkan jumlah penderita serangan jantung dan kegagalan

jantung.

(iv) Statin

Obat yang berfungsi untuk menurunkan jumlah kolesterol yang dibuat dalam

tubuh khususnya di hati, dan membantu agar pembuluh nadi tidak menyempit

kembali.

(v) GTN

Obat ini digunakan bila penderita merasa nyeri di dada, bentuk obat ada yang

berupa spray untuk disemprot atau bentuk tablet. Obat ini sering diberikan

(44)

b. Pembedahan (operasi)

(i) Angioplasti

Angioplasty dilakukan dengan memasukkan balon tipis dan panjang melewati

pembuluh darah yang menyempit dengan bantuan kawat yang sangat halus,

kemudian balon dipompa pada tekanan tinggi hingga melebarkan pembuluh

nadi dan sering memisahkan timbunan lemak pada dinding pembuluh darah

sehingga pembuluh membuka.

(ii) Bypass

Pembedahan bypass yaitu melakukan bypass terhadap penyumbatan di arteri

koronaria dan menggantikannya dengan pembuluh darah yang diambil dari

dinding dada atau kaki dengan menghentikan kerja jantung dan

menggantikannya dengan mesin jantung paru saat operasi jantung dilakukan.

2.6.4. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier merupakan terjadinya komplikasi yang lebih berat atau

kematian. Pencegahan dalam tingkatan ini berupa rehabilitasi jantung program

rehabilitasi jantung ditujukan kepada penderita PJK, atau pernah mengalami serangan

(45)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Untuk membantu penulis dalam penelitian, maka dibuat kerangka konsep

penelitian yang mencakup semua variabel penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada gambar di bawah ini :

Karateristik Penderita Penyakit Jantung Koroner :

1. Sosiodemografi : Umur

Jenis Kelamin Agama

Suku

Status Perkawinan Tingkat Pendidikan Pekerjaan

Tempat Tinggal 2. Sumber biaya

3. Keluhan –keluhan utama PJK 4. Riwayat penyakit terdahulu

5. Keadaan medis 6. Lama rawatan

(46)

3.2 Defenisi Operasional

3.2.1 Penderita penyakit jantung koroner (PJK) adalah penderita yang dinyatakan

menderita PJK berdasarkan diagnosa dokter RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun

2009 yang dicatat di kartu status.

3.2.2 Faktor sosiodemografi PJK yang dibedakan atas :

a. Umur adalah lamanya hidup penderita PJK yang dihitung berdasarkan

tahun sejak dilahirkan menjadi pasien di rumah sakit seperti yang tertera

dalam status, untuk analisa statistik digunakan menurut Azwar27

1. < 35 tahun : umur beresiko rendah terkena PJK

, yaitu :

2. ≥ 35 tahun : umur beresiko PJK

b. Jenis kelamin adalah ciri organ reproduksi yang dimiliki penderita seperti

yang tertera pada kartu status, dikategorikan menjadi :

1. Laki-laki 2. Perempuan

c. Agama adalah kepercayaan yang dianut penderita seperti yang tertera

pada kartu status, dikategorikan menjadi :

1. Islam

2. Kristen Protestan 3. Kristen Katolik

4. Budha

5. Hindu

d. Suku adalah ras atau etnik penderita seperti yang tertera pada kartu

status, dikategorikan menjadi :

(47)

4. Aceh 5. Minang 6. Dan lain-lain

e. Status perkawinan adalah keterangan yang menunjukan riwayat

pernikahan penderita seperti yang tertera pada kartu status, dikategorikan

menjadi :

1. Kawin

2. Belum kawin

f. Tingkat pendidikan adalah pendidikan terakhir penderita PJK rawat inap

di RSU Dr. Pirngadi Medan sesuai dengan yang tertera pada kartu status,

dikategorikan :

1. Tidak Sekolah

2. SD

3. SLTP

4. SLTA

5. Akademik/Perguruan Tinggi

g. Pekerjaan adalah kegiatan rutin penderita untuk memperoleh penghasilan

guna memenuhi kebutuhan hidup seperti yang tertera pada kartu status,

dikategorikan menjadi:

1. PNS

2. Wiraswasta 3. Petani 4. Pensiunan

(48)

h. Tempat tinggal adalah keberadaan penderita seperti yang tertera pada

kartu status. dikategorikan menjadi :

1. Medan

2. Luar Medan

3.2.3 Sumber Biaya

Sumber biaya adalah sumber dana untuk biaya perawatan selama penderita

PJK dirawat sesuai dengan yang tercatat pada kartu status penderita, dikategorikan

atas :

1. Biaya sendiri 2. Bukan biaya sendiri

a. Askes b. Askeskin c. Perusahaan

3.2.4 Keluhan utama PJK adalah jenis keluhan atau gangguan fisik yang sering

dirasakan oleh penderita PJK berdasarkan anamnese dokter yang tertera pada

kartu status. dikategorikan menjadi :

1. Sesak nafas 2. Nyeri dada

3. Jantung berdebar-debar 4. Sakit kepala

5. Keringat dingin

6. Lemas

7. Gelisah

3.2.5 Riwayat penyakit terdahulu adalah penyakit yang pernah diderita yang tercatat

pada kartu status penderita, dikategorikan atas :

1. Hipertensi

(49)

3.2.6 Keadaan medis penderita yang dibedakan atas :

1. Tekanan darah adalah Tekanan darah sistolik (TDS)/Tekanan Darah

Diastolik (TDD) penderita yang tertera pada kartu status yang

dikategorikan menjadi :

a. Normal : TDS <140 mmHg/TDD 90 mmHg

b. Hipertensi Ringan : TDS 140-159 mmHg /TDD 90-99 mmHg

c. Hipertensi Berat : TDS ≥160 mmHg /TDD 100 mmHg

2. Kadar Gula Darah adalah kadar gula penderita berdasarkan kadar gula

darah puasa seperti yang tertera pada kartu status yang dikategorikan

menjadi :

a. Normal : KGD <126 mg/dl

b. Tinggi : KGD ≥126 mg/dl

3. Kadar kolesterol adalah kadar kolesterol penderita PJK berdasarkan ratio

HDL/LDL yang tertera pada kartu status yang dikategorikan menjadi :

Pada Laki-laki :

a. Risiko rendah : Ratio HDL/LDL < 4,5 mg /dl b. Risiko sedang : Ratio HDL/LDL 4,5-6,0 mg/dl c. Risiko tinggi : Ratio HDL/LDL > 6,0 mg/dl

Pada Perempuan :

a. Risiko rendah : Ratio HDL/LDL < 3,5 mg/dl

b. Risiko sedang : Ratio HDL/LDL 3,5-4,0mg/dl

(50)

3.2.7 Lama rawatan adalah lama hari rawatan penderita penyakit jantung koroner,

dihitung dari tanggal mulai masuk sampai dengan keluar sesuai dengan yang

tertulis di rekam medis.

3.2.8 Keadaan sewaktu pulang adalah kaedaan dan kondisi penderita waktu keluar

dari rumah sakit, dikategorikan atas :

1. Pulang Berobat Jalan (PBJ )

(51)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dengan menggunakan desain

case series.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RSU Dr. Pirngadi Medan. Pemilihan lokasi penelitian

ini dengan pertimbangan bahwa RSU Dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit

pendidikan dan penelitian, tersedianya data yang dibutuhkan, yaitu data penyakit

jantung koroner yang rawat inap tahun 2010 di rumah sakit tersebut.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2010 sampai Januari 2012, dimulai

dari survei pendahuluan, seminar proposal, pengumpulan dan pengolahan data serta

ujian skripsi.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi adalah semua data penderita PJK yang di rawat inap di RSU Dr.

(52)

4.3.2 Sampel adalah semua data penderita PJK yang dirawat inap di RS. Dr

Pirngadi Medan tahun 2010, dimana besar sampel sama dengan jumlah

populasi.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari kartu status

penderita PJK rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010.

4.5 Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan bantuan

komputerisasi melalui program SPSS, lalu dianalisa secara deskriptif dan tabulasi

silang (Cross tabulating). Kemudian hasil disajikan dalam bentuk narasi, tabel

(53)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum RSU Dr. Pirngadi Medan 5.1.1 Sejarah RSU Dr. Pirngadi Medan

Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan atau sering disingkat RSUPM

beralamat di Jl. Prof. HM Yamin SH No. 47 Medan yang merupakan salah satu unit

pelayanan kesehatan di kota Medan yang berstatus milik pemerintah Kota Medan.

RSU Dr. Pirngadi Kota Medan didirikan oleh pemerintah colonial Belanda dengan

nama Gemente Zieken Huis pada tanggal 11 Agustus Anno 1928. Peletakan batu

pertamanya dilakukan seorang bocah berumur 10 tahun bernama Maria Constantia

Macky, dimana sebagai pimpinan yang pertama dipegang oleh Dr. W. Bays.

Setelah masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942, rumah sakit ini

diambil alih oleh Bangsa Jepang dan berganti nama menjadi Syuritsu Byusono Ince

dan pimpinannya dipercayakan kepada seorang putra Indonesia yaitu Dr. Raden

Pirngadi Gonggo Putro. Setelah bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945

menyatakan kemerdekaannya, pada tahun 1947 rumah sakit ini diambil alih oleh

pemerintah Negara bagian Sumatera Timur Republik Indonesia Sementara (RIS)

dengan nama “Rumah Sakit Kota Medan”. Dengan berdirinya Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI) pada tanggal 17 Agustus 1950 maka Negara bagian

(RIS) dihapuskan, rumah sakit kota Medan diambil alih oleh pemerintah

(54)

Kemudian pada tahun 1971, rumah sakit ini diserahkan dari pusat ke Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara dan berganti nama menjadi Rumah Sakit Umum Pusat

Provinsi Medan. Pada tahun 1979, Rumah Sakit Umum Pusat Provinsi Medan

ditabalkan menjadi “Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan”.

Sejalan pelaksanaan otonomi daerah, Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi pada

tanggal 27 Desember 2001 diserahkan kepemilikannya dari Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara kepada Pemerintah Kota Medan dan berganti nama menjadi “Rumah

Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan”. Pada tanggal 6 September 2002, status

kelembagaan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi ditetapkan menjadi Badan dan

berganti nama menjadi “Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Kota

Medan”. Sebagai direktur, pada saat itu dipercayakan kepada Dr. H. Sjahrial R. Anas,

MHA.

Pada tahun 2004, Walikota Medan yang menjabat pada saat itu Drs. H.

Abdillah, Ak., MBA mencanangkan pengembangan rumah sakit Dr. Pirngadi menjadi

delapan tingkat yang peletakan batu pertamanya tepatnya dilaksanakan pada tanggal

4 Maret 2004. Kemudian pada tahun 2005, pemakaian gedung rumah sakit umum Dr.

Pirngadi dengan delapan tingkat diresmikan oleh beliau. Dengan adanya peresmian

tersebut, maka gedung baru dengan delapan tingkat siap untuk digunakan. Masa

jabatan direktur yang dipegang oleh Dr. H. Sjahrial R. Anas, MHA telah berakhir.

Beliau telah menjabat sebagai direktur selama tujuh tahun. Tepat pada tanggal 8 April

(55)

resmi dipindahtangankan kepada Dr. dr. Umar Zein, DTM&H, SpPD-KPTI (Mantan

Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan).

5.1.2 Jaringan Usaha

Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan

adalah unsur penunjang Pemerintah Daerah dan merupakan rumah sakit rujukan di

wilayah Kota Medan, dengan komposisi pasien: penduduk yang berasal dari Kota

Medan sebanyak 62%, serta penduduk yang berasal dari luar kota Medan sebesar

38% (Kabupaten/ Kota di Sumut 36%; luar provinsi Sumut 2%). RSU Dr. Pirngadi

Medan bertugas melakukan upaya kesehatan kepada masyarakat yang ingin berobat

dengan memberikan pelayanan kesehatan secara merata, bermutu serta terjangkau.

RSU Dr. Pirngadi Medan juga terus meningkatkan kualitas pelayanan melalui

penambahan sarana dan prasarana penunjang kesehatan serta demi tercapainya

“Program Indonesia Sehat 2010” seperti yang dicanangkan oleh Pemerintah bersama

Departemen Kesehatan. RSU Dr. Pirngadi Medan bekerja sama dengan PT. ASKES

(PERSERO) yang tersebar di seluruh wilayah Kota Medan untuk pelayanan

JAMKESMAS, serta PT. Bank Sumut untuk pelaksanaan pembayaran gaji pegawai.

Saat ini, dana anggaran JAMKESMAS yang dialokasikan Departemen Kesehatan

melalui Kas Negara sebesar Rp. 8,74 milyar telah diterima oleh pihak RSU Dr.

Pirngadi Medan untuk dikelola sendiri. Selama ini, RSU Dr. Pirngadi Medan masih

melakukan sistem Askeskin, yang mana anggarannya dikelola oleh PT ASKES

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 5.1.
Tabel 5.2.
Tabel 5.3.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diagram Bar Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Penderita Infark Miokard Akut Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Dr. diatas dapat dilihat bahwa dari 72

Distribusi Proporsi Penderita Kanker Payudara yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Dr.Pirngadi Medan Tahun 2005-2011 .... Distribusi Proporsi Umur

Karakteristik kadar kolesterol total pada subjek penelitian ini menunjukan bahwa kadar kolesterol total pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan penyakit jantung koroner

Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Kejang Demam pada Balita Berdasarkan Status Riwayat Kejang Demam Sebelumnya Tercatat Rawat Inap di RSUD Dr. dapat

Hasil penelitian dapat digunakan untuk memperoleh data hubungan asupan serat dengan kadar kolesterol pasien PJK rawat jalan di RSUD Dr Moewardi Surakarta.

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui trend kunjungan penderita kanker paru rawat inap berdasarkan data tahun 2005-2009 dan distribusi proporsi penderita

Distribusi proporsi penderita PJK yang dirawat inap di RSUD Tanjung Pura Tahun 2011-2012 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini1. Distribusi

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi proporsi penderita berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan,