• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Perceraian Dan Akibatnya Terhadap Pendidikan Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Perceraian Dan Akibatnya Terhadap Pendidikan Anak"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama

kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan bertujuan untuk

mengumumkan dan memberikan status baru pada pasangan suami istri tersebut kepada orang

lain sehingga pasangan ini diterima dan diakui statusnya sebagai pasangan yang sah menurut

hukum, baik agama, negara maupun adat dengan sederetan hak dan kewajiban untuk

dijalankan oleh keduanya, sehingga pria itu bertindak sebagai suami sedangkan wanita

bertindak sebagai istri.

Perkawinan adalah gabungan antara dua manusia yang awalnya mungkin mempunyai

tujuan dan mimpi yang sama, atau yang merasa dapat menjalankan walau dengan perbedaan

yang ada dan pemahaman yang tidak sama dan untuk keberhasilan perkawinan itu

diperlukan keinginan, tekad dan usaha dari keduanya. (http://id.wikipedia.org/wiki/Perceraian

, tanggal 10 Agustus 2012, 11:18 WIB)

Perkawinan bukanlah sekedar ritus untuk mengabsahkan hubungan seksual antara dua

jenis manusia, tetapi hubungan yang masing-masing mempunyai peranan penting untuk

menjaga keutuhan lembaga tersebut. Setiap perkawinan mempunyai tujuan untuk membentuk

keluarga yang bahagia dan kekal selama-lamanya. Perayaan dan upacara agama perkawinan

adalah salah satu cara untuk mengumumkan status baru tersebut. Adanya perkawinan tersebut

maka bukan hanya suami istri saja yang terlibat dalam perkawinan tetapi melibatkan

hubungan antara keluarga istri dan keluarga suami serta orang lain yang ikut melibatkan diri

di dalamnya. Perkawinan itu tidak hanya semata-mata menjadi urusan kedua mempelai saja,

tetapi perkawinan merupakan sesuatu yang diberkati tuhan sebagai suatu ikatan lahir dan

(2)

Dari hasil perkawinan maka akan terbentuk keluarga. Keluarga adalah unit terkecil

dalam hubungan masyarakat, karena itu perlu adanya peran dan fungsi masing-masing

anggota keluarga, terutama peran dan fungsi suami dan isteri dan juga anggota keluarga

lainnya. Keluarga terdiri dari beberapa orang individu dan akan terjadi interaksi. Interaksi

dalam keluarga juga akan menentukan dan berpengaruh terhadap keharmonisan hubungan

atau sebaliknya tidak bahagia (disharmonis) yang disebut dengan keluarga adalah hubungan yang didasarkan pada pertalian perkawinan atau kehidupan suami isteri yang disebut dengan

keluarga inti ( conjugal Family ).

Kondisi keluarga yang bahagia merupakan keluarga ideal yang dicita-citakan dan

didambakan oleh setiap pasangan suami isteri. Gunarsa (2004) mengatakan keluarga yang

bahagia atau keluarga yang ideal adalah keluarga yang seluruh anggotanya merasa bahagia

yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan, kekacauan dan merasa puas terhadap seluruh

keadaan dan keberadaan dirinya ( eksistensi dan aktualisasi diri) yang meliputi aspek fisik,

mental, emosi, dan sosial.

Sistem keluarga ideal menurut Sanderson (1995:481), yaitu menyangkut hubungan

suami dan isteri, orang tua dan anak-anaknya, serta keluatga dan semua kerabat, dan

hubungan ini telah banyak mengalami perubahan saat ini, karena pada awalnya hubungan

tersebut lebih diwarnai oleh kepentingan ekonomis belaka ( walau tidak semua). Keluarga

ideal juga tidak terlepas dari sejauh mana ia mampu menjalankan fungsi keluarga dengan

baik di dalam keluarga, karena fungsi keluarga tidak dapat dipisahkan dari keluarga ideal.

Adapun fungsi keluarga itu adalh fungsi pengaturan seksual, fungsi reproduksi, fungsi

sosialisasi, fungsi afeksi, fungsi penentuan status, fungsi perlindungan dan fungsi ekonomi.

Di dalam sistem Patriarkhat yang dianut sebagian keluarga Indonesia seorang ayah masa kini tetap menjadi pusat otoritas dalam keluarga. Mekanisme dalam pengambilan

(3)

laki-laki. Ayah adalah satu-satunya yang berhak memutuskan atas anak perempuannya, demikian

pula seorang suami atas isterinya.

Kekacauan Keluarga ditafsirkan sebagai pecahnya suatu unit keluarga, terputusnya atau

retaknya struktur peran sosial jika satu atau beberapa anggota gagal menjalankan kewajiban

peran mereka. Perceraian menunjukkan adanya derajat pertentangan yang tinggi antara suami

isteri dan memutuskan ikatan perkawinan. Tentu saja sebagai akibat dari perceraian ini akan

mempunyai pengaruh terhadap janda bekas isteri dan terhadap anak-anak yang mungkin telah

dilahirkan dalam perkawinan itu. Banyak tekanan pada keluarga yang dapat melemahkan ,

dan di beberapa kejadian meruntuhkan kehidupan keluarga. Akan tetapi dalam suatu keluarga

terutama suami dan isteri sebagai orang tua tidak selamanya mampu menjalankan peran

fungsi-fungsi keluarga.

Suku Batak merupakan salah satu dari ratusan suku yang ada di Indonesia. Suku

Batak berasal dari Pulau Sumatera. Suku Batak itu sendiri terbagi dalam enam suku yaitu

suku Batak Karo, Pakpak, Simalungun, Toba, Angkola, dan Suku Batak Mandailing.

Pengertian Batak menurut J. Warneck, Batak berarti ‘penunggang kuda yang lincah’ akan

tetapi menurut H.N. Van der Tuuk, Batak berarti ‘kafir’, sehingga sampai detik ini pengertian

Batak sampai sekarang belum dapat dijelaskan secara pasti dan memuaskan. Suku Batak

memiliki adat istiadat, Bahasa, nyanyian dan Filsafat. Ada satu kutipan yang bertuliskan,

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati Pahlawannya, Suku yang besar adalah

suku yang menghargai adat dan budayanya ( Togar Nainggolan, 2006).

Dalam suku Batak toba agama yang dianut adalah pada umumnya Kristen. Agama

dan budaya itu dalam Batak Toba hampir tidak dapat dipisahkan. Sepertinya halnya dengan

adat perkawinan, setelah adanya pemberkatan dari Gereja ada lagi acara yang meriah berupa

pesta adat. Dalam perkawinan ini semua ikatan keluarga baik dari pihak laki-laki, permpuan,

(4)

yang rukun dan keluarga yang “gabe” lahir anak laki-laki dan anak perempuan. Dalam adat

Batak toba perceraian itu jarang terjadi, dimana dalam adat Batak Toba ada istilah “apapun

akan dilakukan agar perceraian itu tidak terjadi” ikatan budaya itu masih kuat. Banyak

ditemukan sekarang ini keluarga Batak toba sudah melakukan cerai secra hokum di

pengadilan. Tiap tahun semakin bertambah orang Batak toba yang melakukan perceraian di

pengadilan.

Tabel 1.1 data Tingkat Perceraian di pengadilan Negeri Medan

Tahun Jumlah Orang yang bercerai Jumlah Orang yang bercerai

(Etnis Batak toba)

2010 230 120

2011 276 65

Dari jumlah perceraian tahun 2010 bahwa untuk Batak Toba yang melakukan

perceraian adalah sebanyak 120 orang. Dan pada tahun 2011 perceraian itu semakin

meningkat hingga 65 orang Batak toba yang melakukan perceraian di pengadilan negeri

Medan. ( sumber data Pengadilan Negeri Medan, 2009).

Dengan adanya adat yang mengikat atau mengendalikan kehidupan masyarakat akan

mempersempit kesempatan orang untuk bercerai. Adat dalam Batak toba itu sangat di junjung

tinggi sehingga perceraian itu sangat rendah. Dalam adat batak toba, terdapat upacara adat

yang dilakasanakan setelah upacara perkawinan. Upacara adat yang sebagaimana kebiasaan

pada masyarakat Batak Toba yang tujuannya untuk mensyahkan perkawinan itu secara

hokum adat. Dengan dilaksanakannya adat tersebut, maka perkawinan tersebut telah sah dan

kedua mempelai telah mempunyai kedudukan dalam masyarakat adat. Dalam upacara

tersebut dilakukan untuk “manggarar utang (membayar utang)” kepada kerabat yang

(5)

Dalam hal ini peran dari Dalihan Na Tolu sangat dibutuhkan. Perkawinan orang Batak haruslah diresmikan secara adat berdasarkan adat Dalihan Na Tolu yaitu Somba Marhula-hula/semba/hormat kepada keluarga pihak Istri, Elek Marboru (sikap membujuk/mengayomi wanita), Manat Mardongan Tubu (bersikap hati-hati kepada teman semarga, dan upacara agama serta catatan sipil. Artinya segala perkawinan yang telah

dilaksanakan, selanjutnya dilakukan pencatatan di kantor sipil untuk mendapat kelengkapan

Administrasi Negara.

Masyarakat Batak Toba menganut sistem kekerabatan patrilineal atau garis kebapakan atau mempertahankan garis keturunan laki-laki yang melakukan perkawinan

dalam bentuk perkawinan jujur (sinamot), dimana isteri setelah kawin masuk dalam

kekerabatan suami dan termasuk anak-anak berada di bawah kekuasaan suami/bapak. Setiap

perkawinan yang dilaksanakan seperti yang telah dijelaskan diatas, mengharapkan hubungan

perkawinan itu kekal sampai selama-lamanya. Akan tetapi tidak lah mudah untuk

menjalaninya. Diperlukan usaha dan kerja sama yang baik antara pihak suami dan pihak

isteri. Setiap orang pasti menginginkan keluarganya tetap harmmonis sampai beranak cucu,

tidak jarang dalam kehidupan nyata banyak keluarga yang gagal di tengah jalan. Dengan

berbagai alas an yang diyakini bisa menjadi syarat untuk melakukan perceraian.

Dalam hal putusnya perkawinan atau perceraian, suami dan isteri tidak leluasa penuh

untuk menentukan sendiri syarat-syarat untuk memutuskan hubungan perkawinan tersebut,

melainkan terikat juga pada peraturan hukum dan adat yang berlaku. Menurut pasal 38

Undang-Undang No.1 Tahun 1974, dikatakan bahwa “perkawinan putus karena kematian,

perceraian dan atas keputudsan pengadilan” pasal 39 mengatakan bahwa “ perceraian hanya

dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha

dan tidak berhasil mendamaikan” untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa

(6)

Dalam masyarakat Batak Toba terjadinya perceraian sama halnya dengan perkawinan.

Dimana dalam upacara perkawinan agar kedua mempelai tersebut sah menjadi keluarga dan

kekerabatan dalam adat Batak Toba maka disyahkan dengan cara adat yang berlaku dalam

Batak Toba, apabila terjadi perceraian, maka akan diselesaikan terlebih dahulu secara adat.

Maka terlebih dahulu dikumpulkan pengetua-pengetua adat dan juga kekerabatan dari

Dalihan Na tolu untuk membicarakan hal-hal yang terjadi diantara kedua belah pihak. Disini

Dalihan Na Tolu menanyakan kedua belah pihak yang berperkara dan berusaha untuk mendamaikannya, akan tetapi apabila tidak dapat lagi didamaikan dan kedua belah pihak

berkeras untuk bercerai. Perceraian secara hokum adat tetap dianggap sah sepanjang hukum

adat tersebut masih berlaku pada masyarakat setempat. Namun jika terjadi konflik dalam

Keluarga atau terjadi perceraian maka akan berdampak bagi pendidikan anak, baik

pendidikan formal maupun pendidikan informal bagi anak dalam keluarga itu. Hal yang

sangat berpengaruh bagi anak anak setelah perceraian orang tua ialah pendidikan informal

yang diterima anak di dalam keluarga, dimana setelah perceraian anak sudah sedikit

mendapat pendidikan ini bahkan tidak sama sekali. Hal ini disebabkan karena keadaan

keluarga yang sudah tidak harmonis lagi dan juga kelompok yang sudah tidak terintegrasi

lagi. Anak tidak lagi mendapatkan pendidikan dari kedua orang tuanya secara utuh karena

terjadinya perceraian itu.

Bagi masyarakat etnis Batak toba sangat menanamkan nilai pendidikan bagi anak-anak

mereka, bahkan setiap orang tua berjuang keras mencari nafkah guna membiayai pendidikan

anak-anaknya. Pendidikan bagi etnis batak sangat lah penting, karena dengan pendidikan

yang tinggi dapat menaikkan harkat dan martabat bagi orang batak toba. Dalam adat batak,

Dalihan Natolu ditentukan dengan adanya tiga kedudukan fungsional sebagai suatu konstruksi sosial yang terdiri dari tiga hal yang menjadi dasar bersama. Ketiga tungku

(7)

Istri, Elek Marboru (sikap membujuk/mengayomi wanita), Manat Mardongan Tubu (bersikap

hati-hati kepada teman semarga). Hagabeon, Hamoraon dohot Hasangapon dapat diartikan :

Hagabeon (Ada keturunan laki-laki dan Perempuan), Hasangapon (terpadang dalam masyarakat), Hamoraon (Harta kekayaan).

Ketiga Filsafat Batak Toba " Hagabeon, Hamoraon dohot Hasangapon" bila digabungkan dengan Dalihan natolu memiliki arti sebagai berikut: Bila ingin "hasangapon" maka kita

harus "Manat Mardongan Tubu". Sebelum kita ingin terpadang di masyarakat, hal pertama

yang harus kita lakukan adalah Manat Mardongan Tubu (bersikap hati-hati kepada teman

semarga), Bila kita ingin "Hagabeon" maka kita harus Somba/hormat marhulahula, Bila ingin

"Hamoraon" maka kita harus Elek Marboru.

Salah satu usaha untuk mencapai tujuan pembangunan nasional adalah dengan cara

memperluas dan meningkatkan kualitas penduduk bagi seluruh warga Negara, seperti apa

yang dikemukakan oleh Semiawan (2002:4) bahwa “kondisi masyarakat yang dipersyaratkan

dalam lingkungan persaingan global dalam kaitannya dengan kemampuan individual yang di

persyaratkan, maka individu tersebut harus ditempa oleh pendidikan formal (sekolah) dan

informal (keluarga).

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sistematis dan terprogram yang

memberikan bimbingan dan pendidikan bagi siswa-siswi melalui pelajaran-pelajaran,

rangsangan, juga ilmu pengetahuan hasil generasi ke generasi. Sedemikian luasnya tugas

sekolah sehingga tak dapat mencakup seluruh isi pengetahuan dalam waktu relative singkat.

Mengingat tugas sekolah yang terlalu berat maka Gunarsa (2003:71) juga berpendapat bahwa

“Keluargalah yang harus memegang peran aktif, khususnya dalam mengarahkan anak,

mengarahkan anak dalam arti memanfaatkan segala kemampuan, kesanggupan, sifat, minat

(8)

Proses pendidikan dapat berlangsung dalam keluarga, di sekolah dan di masyarakat,

sehingga pendidikan harus menjadi tanggung jawab bersama, antara keluarga dan masyarakat

dan Negara. Manusia yang tumbuh kembang dalam keluarga unit terkecil dalam kehidupan

masyarakat merupakan sumber daya manusia yang paling essensial bagi pembangunan

bangsa. Bahkan pembangunan bangsa itu bersumber dari dalam keluarga. Salah satu lembaga

yang terpenting dan berpengaruh dengan pendidikaan dan perkembangan anak adalah

lingkungan keluarga.

Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama dan utama di dalam menjalankan

peranannya dalam dunia pendidikan juga dalam menentukan perkembangan belajar anak.

Tentu saja faktor tersebut menjadi utama dalam mengembangkan minat belajar anak. Hal

tersebut diperkuat oleh Gunarsa (2001:27) yang menyatakan bahwa “Keluarga adalah tempat

yang penting bagi anak untuk memperoleh dasar dalam membentuk agar kelak menjadi orang

berhasil di masyarakat”. Keluarga mempunyai fungsi yang tidak terbatas selaku penurunan

saja akan tetapi keluarga merupakan sumber pendidikan utama, karena segala pengetahuan

dan kecerdasan intelektual manusia pertama dari orang tua dan anggota keluarga lainnya.

Pendidikan sangat dibutuhkan anak dalam keluarga, karena proses pendidikan yang

didapatkan seorang anak pertama kali ialah di dalam keluarganya, dimana hasil pendidikan

yang di dapat di dalam keluarga itu yang akan dibawa atau dipraktekkan di luar rumahnya

untuk berinteraksi dengan anggota masyarakat lainnya. Untuk itu baik buruknya cara seorang

anak berinteraksi dengan anggota masyarakat lainnya di luar rumah tercermin dari

pendidikan yang ia dapat dari keluarganya.

Di dalam pendidikan terdapat peranan penting dari keluarga yang merupakan lembaga

pertama dalam kehidupan seorang anak, tempat belajar segala sesuatu dan menyatakan diri

sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya, anak ada dalam hubungan interaksi yang

(9)

remaja ( Kartono, 1995:25). Orangtua adalah lingkungan pertama dan utama dalam

kehidupan seorang remaja. Dimana hal ini akan menjadi dasar perkembangan remaja

berikutnya. Sosialisasi juga cara yang pertama dilakukan orangtua dalam mendidik remaja

untuk menghasilkan karakter, kepribadian dan akhlak yang menggunakan cara sosialisasi

yang baik. Karena sosialisasi merupakan proses belajar kebudayaan didalam suatu sistem

sosial tertentu. Sistem sosial berisikan berbagai kedudukan dan peranan yang terkait dengan

suatu masyarakat dengan kebudayaannya. Dalam tingkat sistem sosial sosialisasi merupakan

proses belajar mengenai nilai dan aturan untuk bertindak dan berinteraksi seorang individu

dengan berbagai individu disekitarnya dari masa kanak-kanak hingga masa tuanya.

Sosialisasi dilihat juga sebagai proses pewarisan pengetahuan kebudayaan yang berisi

nilai-nilai, norma-norma dan aturan untuk berinteraksi antar satu individu dengan individu lain,

antara satu individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok. Peran

orangtua terhadap anak yaitu mencurahkan perhatiannya untuk mendidik anak, supaya anak

tersebut memperoleh dasar-dasar pola pergaulan hidup yang benar dan baik, melalui

penanaman disiplin dan kebebasan serta penyerasiannya.

Sebagai contoh hubungan antara perceraian orang tua dan pendidikan anak yaitu

banayak kasus dimana setelah perceraian orang tua, anak-anak mereka mengalami kenakalan

remaja, kenakalan remaja tersebut disebabkan karena sudah berkurangnya perhatian dan

bimbingan dari orang tua yang sudah berpisah,dimana awal mula kenakalan remaja tersebut

di sebakan pendidikan anak yang mulai tidak dikoordinir oleh orang tua yang sudah berpisah,

baik dikoordinir dari segi perhatian pada pendidikan anak tersebut maupun biaya dalam

pendidikan tersebut. Hal ini lah yang membuat peneliti tertarik untuk membahasnya,

(10)

1.2. Perumusan Masalah

Dalam suatu penelitian, yang sangat signifikan untuk dapat memulai penelitian adalah

adanya masalah yang akan diteliti. Menurut Arikunto, agar dapat dilaksanakan penelitian

dengan sebaik-baiknya maka peneliti harus merumuskan masalah dengan jelas, sehingga

akan jelas darimana harus dimulai, ke mana harus pergi dan dengan apa (Arikunto, 1996:19).

Berdasarkan uraian tersebut dan berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Perceraian orang tua dan bagaimana akibatnya terhadap pendidikan anak.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas yang menjadi tujuan yang diharapkan dan

dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui perceraian orang tua dan

bagaimana akibatnya terhadap pendidikan anak pada etnis Batak Toba di Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

Setelah mengadakan penelitian ini, diharapkan manfaat penelitian ini berupa:

a. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan maupun wawasan

ilmiah kepada penulis dan juga pembaca mengenai fungsi dan disfungsi perceraian orang tua

(11)

pengembangan teori ilmu-ilmu sosial khususnya sosiologi. Selain itu diharapkan juga dapat

memberikan kontribusi kepada pihak yang memerlukannya.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti berupa

fakta-fakta temuan di lapangan dalam meningkatkan daya, kritis dan analisis penelitian sehingga

memperoleh pengetahuan tambahan dari penelitian tersebut. Dan khususnya penelitian ini

dapat menjadi referensi penunjang yang diharapkan dapat berguna bagi peneliti berikutnya.

1.6. Definisi konsep

Konsep adalah istilah yang terdiri dari satu kata atau lebih yang menggambarkan

suatu gejala atau menyatakan suatu ide maupun gagasan (Hasan, 2002:17). Untuk

menjelaskan maksud dan pengertian konsep-konsep yang terdapat di dalam penelitian ini,

maka akan dibuat batasan-batasan konsep yang dipakai adalah sebagai berikut.

1. Perkawinan

Perkawinan adalah gabungan antara dua manusia yang awalnya mungkin mempunyai

tujuan dan mimpi yang sama, atau yang merasa dapat menjalankan walau dengan perbedaan

yang ada dan pemahaman yang tidak sama dan untuk keberhasilan perkawinan itu

diperlukan keinginan, tekad dan usaha dari keduanya

2. Perceraian Orang tua

Perceraian adalah cerai hidup antara pasangan suami istri sebagai akibat dari

kegagalan mereka menjalankan obligasi peran masing-masing. Dalam hal ini perceraian

dilihat sebagai akhir dari suatu ketidakstabilan perkawinan dimana pasangan suami istri

kemudian hidup terpisah dan secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku. Perceraian juga

(12)

saling meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan kewajibannya sebagai suami istri.

(http://www.dishidros.go.id/buletin/221.html).

Perceraian Orang tua yang sangat berdampak bagi anak-anaknya dan juga

berpengaruh pada pendidikan anak terutama pendidikan informal anak baik di dalam rumah

maupun di luar rumah. Perceraian bagi anak adalah “tanda kematian” keutuhan keluarganya,

rasanya separuh “diri” anak telah hilang, hidup tak akan sama lagi setelah orang tua mereka

bercerai dan mereka harus menerima kesedihan dan perasaan kehilangan yang mendalam.

Contohnya, anak harus memendam rasa rindu yang mendalam terhadap ayah/ibunya yang

tiba-tiba tidak tinggal bersamanya lagi.

3. Pendidikan

Pendidikan adalah semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan

pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya dan keterampilannya agar dapat memenuhi

fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Pendidikan juga memberikan suatu

nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam menerima hal yang baru dan juga bagaimana cara

berpikir secara ilmiah. Pendidikan juga dapat memberikan efek kepada seseorang untuk dapat

menerima faktor pendorong akibat perubahan yang ditimbulkannya.

4. Pendidikan formal

Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, bertingkat/berjenjang, dimulai

dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya; termasuk

kedalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program

spesialisasi, dan latihan professional, yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus.

(13)

Pendidikan Informal adalah proses yang berlangsung sepanjang usia sehingga

sehingga setiap orang memperoleh nilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang

bersumber dari pengalaman hidup sehari-hari, pengaruh lingkungan termasuk di dalamnya

adalah pengaruh kehidupan keluarga, hubungan dengan tetangga, lingkungan pekerjaan dan

permainan, pasar, perpustakaan, dan media massa.

6. Anak

Anak yang melakukan pola interaksi masih secara terbatas di dalamnya harus

mendapatkan peran orang-orang terdekat dengannya, karena warna kepribadian anak akan

sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan

Gambar

Tabel 1.1 data Tingkat Perceraian di pengadilan Negeri Medan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian waktu diambil dalam 60 siklus, langkah -langkah dalam menentukan waktu standar adalah memilih dan mengambil karyawan secara acak untuk diteliti dan

Berdasarkan regulasi yang terkait dan dengan memperhatikan tuntutan masyarakat atas mutu pendidikan tinggi, dokumen SPMI Universitas Pekalongan memuat 3 Standar

lain di darat telah mengalami kejenuhan. Apabila sektor perikanan tangkap Indonesia berhasil dengan baik, maka akan dapat memberikan kontribusi yang sangat besar bagi

y Bila setiap saluran pada berkas keluar dapat dicapai oleh setiap saluran pada berkas masuk, maka berkas tersebut disebut berkas sempurna. y Bila hanya sebagian dari berkas

Selain dapat memberikan dukungan untuk melakukan analisis prestasi kerja yang dicapai dengan standar prestasi kinerja yang direncanakan, konsep dan penerapan cara

Masih adanya perbedaan pendapat mengenai berhasil tidaknya alat crib untuk mengoreksi ATTS memerlukan penelitian lebih lanjut sampai seberapa jauh efektivitas TC

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan berkah, rahmat, taufik, hidayah dan juga inayah-Nya sehingga penulis mampu

dalam transaksi jual-beli secara online dilakukan dengan cara dikirim, menggunakan.. perusahaan jasa pengiriman barang seperti JNE, TIKI, M as-Kargo, atau Pos Indonesia. Hal