• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air - Analisa Kadar Mangan (Mn) Pada Air Baku dan Air Reservoir di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air - Analisa Kadar Mangan (Mn) Pada Air Baku dan Air Reservoir di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Dalam menjalankan fungsi kehidupan sehari-hari manusia amat tergantung

pada air. Karena air dipergunakan untuk mencuci, membersihkan, mandi dan lain

sebagainya(Azwar,1996).

Air merupakan zat pelarut yang penting untuk makhluk hidup dan bagian

penting dalam proses metabolisme. Dari sudut pandang biologi, air memiliki

sifat-sifat yang penting untuk adanya kehidupan. Semua makhluk hidup memiliki

ketergantungan terhadap air. Masalahnya, saat ini kualitas air minum di kota-kota

besar di Indonesia masih memprihatinkan. Kepadatan penduduk, tata ruang yang

salah dan tingginya eksploitasi sumber daya air sangat berpengaruh pada kualitas

air.Selain itu, kelangkaan air bersih juga sudah terjadi di Indonesia. Maka

pengolahan air, mutlak diperlukan agar air yang kita gunakan dalam kehidupan

kita tidak menyebabkan penyakit serta tidak berdampak negatif bagi tubuh kita

(Kusmayadi, 2008).

Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Dengan demikian

semakin naik jumlah penduduk serta laju pertumbuhannya semakin naik pula laju

pemanfaatan sumber-sumber air. Pencemaran air juga bertambah cepat sesuai

dengan cepatnya pertumbuhan (Slamet,1994).

Bagi manusia, air minum adalah salah satu kebutuhan utama.Seperti telah

(2)

mandi, cuci, kakus, produksi pangan, papan dan sandang. Mengingat bahwa

berbagai penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia pada saat manusia

memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan air minum/bersih bagi

masyarakat adalah mencegah penyakit bawaan air (Slamet, 1994).

Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, berasa dan

berbau.Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman patogen yang

membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang mengubah

fungsi tubuh dan dapat merugikan secara ekonomis. Pada hakekatnya, tujuan ini

dibuat untuk mencegah terjadinya penyakit yang disebabkan oleh air. Atas dasar

pemikiran tersebut dibuat standar air minum yaitu suatu peraturan yang memberi

petunjuk tentang konsentrasi berbagai parameter yang sebaiknya diperbolehkan

ada di dalam air minum (Slamet, 1994).

2.1.1 Sumber Air

Secara umum air yang terdapat di alam, yang dapat dikonsumsi oleh

manusia bersumber dari:

1. Air Laut

Air laut memiliki rasa asin karena mengandung garam murni (NaCl). Kadar

garam NaCl dalam air laut 3% dari jumlah total keseluruhan air laut. Dengan

keadaan ini, maka air laut tidak dapat digunakan secara langsung (Alamsyah,

2007).

2. Air hujan (air atmosfir/air materiologik)

Ditinjau dari segi kesehatan, air hujan sudah dapat dipercaya, sudah memenuhi

(3)

rumah sehingga air tersebut terkumpul dalam bak, kemurniannya tidak terjamin

karena air tersebut telah terkontaminasi dengan debu-debu dan unsur-unsur

lainnya, sehingga 12 hari kemudian air tersebut sudah terdapat mikroorganisme.

Biasanya sebelum jatuh ke permukaan bumi akan mengalami pencemaran

sehingga tidak memenuhi syarat apabila langsung diminum.

3. Air permukaan (sungai dan rawa/danau)

Air permukaan adalah semua air yang terdapat di permukaan tanah, antara lain

sumur, sungai, rawa dan danau. Air permukaan berasal dari air hujan yang

meresap dan membentuk mata air di gunung atau hutan, kemudian mengalir di

permukaan bumi dan membentuk sungai atau mengumpal di tempat cekung yang

membentuk danau ataupun rawa. Pada umumnya, air permukaan tampak kotor

dan berwarna (tidak bening). Hal itu akibat kotoran, pasir dan lumpur yang ikut

terbawa (hanyut) oleh aliran air. Air permukaan banyak digunakan untuk berbagai

kepentingan, antara lain untuk diminum, kebutuhan rumah tangga, irigasi,

pembangkit listrik, industri dan sebagainya. Agar dapat diminum air permukaan

harus diolah terlebih dahulu, meliputi pengolahan fisika, kimia dan biologi

(Alamsyah, 2007).

4. Air tanah (air tanah dangkal, air tanah dalam dan mata air)

Air dalam tanah terdiri dari air sumur dangkal dan air sumur dalam. Air sumur

dangkal dianggap belum memenuhi syarat untuk diminum karena mudah tercemar.

Sedangkan untuk air sumur dalam, jauh lebih murni dan pada umumnya dapat

langsung di minum, namun memerlukan pemeriksaan laboratorium untuk

(4)

2.1.2 Air Sungai

Air sungai akan mengalir dari hulu (mata air) ke hilir (muara) karena

pengaruh kemiringan permukaan bumi. Secara fisik, air sungai terlihat berwarna

cokelatdengan tingkat kekeruhan yang tinggi karena bercampur dengan lumpur,

pelapukan kayu dan pencemarlainnya. Kualitas air sungaijuga dipengaruhi oleh

lingkungan disekitar aliran sungai. Secara umum, kualitas air sungai di daerah

hilir (muara) lebih rendah dibandingkan di daerah hulu (mata air). Hal ini terjadi

akibat limbah industri dan limbah rumah tangga yang dibuang langsung ke sungai

akan terkumpul di muara sungai. Akibatnya secara kualitas fisika, kimia, maupun

biologi, air di daerah muara sungai sangat rendah dan tidak layak di jadikan bahan

baku air minum (Sitepoe, 1997).

2.1.3 Penggolongan Air

Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut.

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara

langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.

2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.

3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan

peternakan.

4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha

di perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air.

Menurut definisi tersebut di atas bila suatu sumber air yang termasuk

dalam kategori golongan A, misalnya sebuah sumur penduduk kemudian

(5)

maka kategori sumur tadi bukan golongan A lagi, tapi sudah turun menjadi

golongan B karena air sudah tidak dapat digunakan langsung sebagai air minum

tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. Dengan demikian air sumur tersebut

menjadi kurang/tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya (Achmad,

2004).

2.1.4 Pengolahan Air di PDAM Tirtanadi Sunggal

Proses pengolahan air baku menjadi air bersih di IPA Sunggal memerlukan

unit-unit pengolahan. Unit-unit serta proses pengolahan air yang terdapat di IPA

Sunggal adalah sebagai berikut:

1. Bendungan

Sumber air baku adalah air permukaan dari sungai Belawan yang berhulu di

Kecamatan Pancur Batu dan melintasi Kecamatan Sunggal. Untuk menampung air

tersebut dibuatlah bendungan dengan panjang 25 m (sesuai dengan lebar sungai)

dan tinggi ± 4 m. Pada sisi kanan bendungan, dibuat sekat (channel) berupa

saluran penyadap yang lebarnya 2 m dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian

air masuk ke intake. Bendungan dibuat dengan sistem melintang.

2. Intake

Intake berfungsi untuk pengambilan/penyadap air baku. Bangunan ini merupakan

saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar screen (saringan kasar) yang

berfungsi untuk mencegah masuknya sampah-sampah berukuran besar (>10 cm)

dan fine screen (saringan halus) yang berfungsi untuk mencegah masuknya

kotoran–kotoran maupun sampah berukuran kecil yang terbawa arus sungai (>5

(6)

dan penggerak elektromotor. Pemeriksaan maupun pembersihan saringan

dilakukan secara periodik dan manual untuk menjaga kestabilan air masuk.

3. Raw Water Tank (RWT)

Raw Water Tank atau bak air baku merupakan bangunan yang dibangun setelah

intake yang terdiri dari dua unit (empat sel). Setiap unit berdimensi 50 m x 25 m,

tinggi 5 m yang dilengkapi dengan dua buah inlet gate, dua buah outlet gate,

sluice gate dan pintu bilas dua buah. Raw water tank berfungsi sebagai tempat

pengendapan partikel-partikel kasar dan lumpur yang terbawa dari sungai dengan

sistem sedimentasi (pengendapan alamiah). Di IPA Sunggal volume air baku pada

dua RWT memiliki ± 14.000 m3. Waktu pengendapan (detention time) untuk air

baku yang akan diolah di RWT IPA Sunggal kurang dari 15 menit agar

menghasilkan air baku dengan turbidity (kekeruhan) rendah. Tiap sel dalam raw

water tank dibersihkan sekali dalam empat bulan, dan dilakukan secara bergilir

setiap bulannya. Hal ini dilakukan agar proses pengolahan air terus berjalan,

karena pada saat melakukan pembersihan, sel Raw Water Tank ditutup, sehingga

air baku dari intake tidak dapat masuk. Pembersihan sel Raw Water Tank

dilakukan pada malam hari secara manual dengan menggunakan nozle dan

dibuang ke lagoon.

Di Raw Water Tank ini terjadi penginjeksian klorin yang disebut

prechlorination. Prechlorination berfungsi mengoksidasi zat-zat organik,

anorganik dan mengendalikan pertumbuhan lumut (alga) dan membunuh spora

(7)

4. Raw Water Pump(RWP)

Raw Water Pump atau pompa air baku berfungsi untuk memompakan air dari

RWT ke clearator. RWP ini terdiri dari 16 unit pompa air baku. Kapasitas setiap

pompa adalah 110 l/detik dengan rata-rata 18 m, memakai motor AC nominal 75

KW.

5. Clearator(Clarifier)

Bangunan clearator terdiri dari lima unit dengan kapasitas masing-masing 400

l/detik. Clearator berfungsi sebagai tempat pemisahan antara flok yang bersifat

sedimen dengan air bersih sebagai effluent. Hasil clearator dilengkapi dengan

agitator sebagai pengaduk lambat dan selanjutnya dialirkan ke filter. Endapan

flok-flok tersebut kemudian dibuang sesuai dengan tingkat ketebalannya secara

otomatis.

6. Filter

Filter merupakan tempat berlangsungnya proses filtrasi, yaitu proses penyaringan

flok-flok sangat kecil dan sangat ringan yang tidak tertahan (lolos) dari clearator.

Filter yang dipakai di IPA Sunggal adalah sistem penyaringan permukaan

(surface filter). Filter tersebut berjumlah 32 unit yang prosesnya berlangsung

secara paralel, menggunakan jenis saringan cepat (rapid sand filter) berupa pasir

silika dengan menggunakan motor AC nominal daya 0,75 KW. Filter ini

berfungsi menyaring turbidity melalui pelekatan pada media filter.

7. Reservoir

Reservoir merupakan bangunan beton dibawah tanah berdimensi 50 m x 40 m x 4

(8)

media filter. IPA Sunggal mempunyai dua buah reservoir (R1 dan R2) dengan

kapasitas total 12.000 meter3. Reservoir berfungsi untuk menampung air bersih

yang telah disaring melalui filter dan juga berfungsi sebagaitempat penyaluran air

ke pelanggan. Air yang mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi klor (post

chlorination) yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen dan

penambahan larutan kapur jenuh untuk menetralisasi pH air karena dengan adanya

kandungan alum dalam air akan membuat pH air bersifat asam. Kapur disalurkan

dari saturator.Saturator adalah sebuah tabung besar yang merupakan terminal

larutan kapur untuk diinjeksikan ke air hasil olahan. Di PDAM Tirtanadi terdapat

dua saturator yang dialirkan ke masing-masing reservoir 1 dan reservoir 2.

8. Finish Water Pump (FWP)

Finish Water Pump (FWP) IPA Sunggal berjumlah 14 unit yang berfungsi untuk

mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir-reservoir

distribusi cabang-cabang melalui pipa-pipa transmisi yang dibagi menjadi lima

jalur dengan kapasitas 150 liter/detik. Air hasil olahan tersebut dapat

didistribusikan bila air memenuhi syarat kualitas air. Untuk memastikan kualitas

air, perlu dilakukan pengendalian mutu. Pengendalian mutu mutlak diperlukan

agar kualitas air bersih dapat dijamin sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia No. 492/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 yang meliputi aspek

(9)

9. Lagoon

Air buangan (limbah cair) dari masing-masing unit pengolahan dialirkan ke

lagoon untuk didaur ulang. Daur ulang merupakan cara yang tepat dan aman

dalam mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan.

2.1.5 Standar Baku Air Minum

Standar mutu air minum untuk kebutuhan rumah tangga berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 907/ MENKES/ SK/ VII/ 2002

tentang persyaratan kualitas air minum. Standar baku air minum tersebut

disesuaikan dengan standar internasional yang dikeluarkan oleh WHO

(Kusnaedi,2010).

Kualitas air yang memenuhi persyaratan secara fisik, kimia dan

mikrobiologi menurut Kusnaedi (2010) antara lain:

1.Persyaratan Fisik

a. Tidak berwarna

Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna berarti

mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.

b. Temperatur normal

Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan temperatur udara

(20-260C). Air yang sangat mencolok mempunyai temperatur di atas atau di

bawah temperatur udara berarti mengandung zat-zat tertentu (misalnya fenol

(10)

c. Rasanya tawar

Air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit atau asin

menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin disebabkan

oleh adanya garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa asam

diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.

d. Tidak berbau

Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun dari

dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang

mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air.

e. Jernih atau tidak keruh

Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari bahan

tanah liat. Semakin banyak kandungan koloid maka air semakin keruh.

f. Tidak mengandung zat padatan

Air minum yang baik tidak boleh mengandung zat padatan. Walaupun

jernih, air yang mengandung zat padatan yang terapung tidak baik

digunakan sebagai air minum. Apabila air di didihkan, zat padat tersebut

dapat larut sehingga menurunkan kualitas air.

2. Persyaratan Kimia

Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang

melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain : pH, zat organik,

kesadahan, besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), klorida (Cl), nitrit

(11)

3. Persyaratan mikrobiologi

a. Tidak mengandung bakteri patogen, misalnya bakteri golongan E.coli,

Salmonella thipy, Vibrio clotera, kuman-kuman ini mudah tersebar oleh air.

b. Tidak mengandung bakteri non patogen, seperti actinomycetes,

phytoplankton, coliform, dadocera.

2.2 Kandungan Bahan Kimia 2.2.1 Mangan

Mangan adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada

hampir setiap tempat dibumi. Dalam hubungannya dengan kualitas air yang sering

dijumpai adalah mangan berbentuk ion dengan valensi (Mn2+), (Mn4+) dan (Mn6+).

Didalam sistem pengelolahan air, senyawa mangan dapat berubah-ubah

tergantung derajat keasaman (pH) air. Apabila teroksidasi oleh udara atau

oksidator lain, mangan berbentuk (Mn4+). Perubahan ini tergantung pada pH,

alkaliniti, adanya zat organik.

Mangan bereaksi dengan air dan larut dalam larutan asam. Mangan banyak

digunakan pada berbagai alloy. Mangan digunakan sebagai bahan campuran

logam karena mangan bisa menghasilkan logam sehingga mudah dibentuk,

meningkatkan kualitas kekuatan logam, kekerasan dan ketahanan. Sekitar 90%

mangan dunia digunakan dengan tujuan metalurgi, yaitu untuk produksi besi-baja,

sedangkan penggunaan mangan untuk tujuan non-metalurgi antara lain digunakan

untuk membuat baterai kering, keramik dan gelas, serta bahan kimia (Widowati,

(12)

2.2.2 Penetapan Kadar Mangan Secara Kolorimetri

Cara pengujian kadar mangan dalam air dengan menggunakan alat

colorimetri DR/890. Mangan ditambahkan dengan 1 bungkus ascorbic acid lalu

ditambahkan dengan 15 tetes natrium sianida. Setelah itu, ditambahkan ke dalam

larutan sampel tersebut 21 tetes PAN Indicator Solution 0,1%. Mangan dalam

sampel air reservoir bereaksi dengan PAN Indicator Solution 0,1% menghasilkan

mangan (Mn2+), warna jingga/orange akan terbentuk jika mangan ada didalam

sampel. Diamkan larutan sampel air tersebut selama 2 menit masa reaksi. Sebagai

blanko, digunakan aquadest sebanyak 10 ml. Aquadest dimasukkan ke dalam

kuvet, lalu diukur dengan alat colorimetri, sehingga menunjukkan angka 0,00

mg/l (sebagai blanko). Setelah itu, masukkan larutan sampel air ke dalam alat

colorimetri dan baca hasil yang tertera pada layar (Sipayung, 2007).

2.2.3 Kolorimetri

Kolorimetri adalah suatu teknik pengukuran yang berdasarkan

diabsorbsinya cahaya oleh zat berwarna baik warna yang berasal dari zat itu

sendiri maupun warna yang terbentuk akibat reaksi dengan zat lain (Khopkar,

2007).

Kolorimetri terbagi menjadi dua, yakni:

1. Kolorimetri visual

Dalam kolorimetri visual, cahaya putih alamiah ataupun buatan umumnya

digunakan sebagai sumber cahaya. Penetapannya biasa dilakukan dengan suatu

instrumen sederhana yang disebut kolorimeter pembanding (comparator) warna,

(13)

2. Kolorimetri fotolistrik

Sel fotolistrik digunakan untuk mengukur intensitas cahaya. Pada alat ini cahaya

yang digunakan dibatasi dalam jangka panjang gelombang yang relatif sempit

dengan melewatkan cahaya putih melalui filter-filter dalam bentuk lempengan

berwarna yang terbuat dari kaca, gelatin dan sebagainya. Keuntungan utama

metode kolorimetri adalah bahwa metode ini memberikan cara sederhana untuk

menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil (Khopar,2007).

Pemilihan prosedur kolormetri untuk penetapan zat akan bergantung pada

pertimbangan sebagai berikut :

a. Metode kolorimetri seringkali memberikan hasil yang lebih tepat pada

konsentrasi rendah dibandingkan prosedur titrimetri ataupun gravimetri

padanannya. Selain itu prosedur kolorimetri lebih sederhana dilakukan dari pada

prosedur titrimetri ataupun gravimetri.

b. Suatu metode kolorimetri seringkali dapat diterapkan pada kondisi-kondisi

dimana tidak terdapat prosedur gravimetri ataupun titrimetri yang memuaskan,

misalnya untuk zat-zat hayati tertentu.

c. Prosedur kolorimetri mempunyai keunggulan untuk penetapan rutin dari

beberapa komponen dalam sejumlah contoh yang serupa dan dapat dilakukan

dengan cepat.

Batas atas metode kolorimetri pada umumnya adalah penetapan konstituen

yang ada dalam kuantitas kurang dari 1 atau 2%. Kriteria untuk hasil analisis

kolorimetri yang memuaskan:

(14)

Reaksi warna yang dipilih hendaklah merupakan reaksi yang spesifik (hanya

menghasilkan warna untuk zat sehubungan saja).

2. Kestabilanwarna

Reaksi warna yang dipilih hendaknya menghasilkan warna yang cukup stabil

(periode warna maksimum cukup panjang) untuk memungkinkan pengambilan

pembacaan yang tepat. Dalam hal ini pengaruh zat-zat lain dan kondisi

eksperimen (temperatur, pH) haruslah diketahui.

3. Kejernihan larutan

Larutan harus bebas dari endapan karena kekeruhan akan menghamburkan

maupun menyerap cahaya.

4. Kepekaan tinggi.

Diperlukan reaksi warna yang sangat peka bila kuantitas zat yang akan ditetapkan

Referensi

Dokumen terkait

Air baku untuk air rumah tangga yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang dapat berasal dari air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku

Analisa yang dilakukan di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal Medan pada air reservoir memenuhi standar yang ditentukan sesuai dengan standar kualitas air minum

Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui kadar chlorida dan sisa chlor yang terdapat pada air baku dan air reservoir yang diperiksa di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal, dan

Bedasarkan standar dari Permenkes No.492/Menkes/Per/2010, tentang Syarat- syarat dan pengawasan kualitas air minum di sebutkan bahwa kadar maksimal mangan dalam air minum

Aluminium (Al) pada Air Baku dengan Air Reservoir PDAM Tirtanadi IPA Sunggal Secara Kolorimetri” yang disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma

logam mangan yang berlebih dalam air dapat menyebabkan rasa yang aneh pada. minuman sekaligus dapat menyebabkan kerusakan pada

Reservoir Secara Spektrofotometri Di Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Instalasi Pengolahan Air Di Sunggal Medan.. Kategori :

Air yang mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi klor (post chlorination) yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme pathogen dan penambahan larutan kapur jenuh