• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Linguistik dalam Al Quran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penelitian Linguistik dalam Al Quran"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Bahasa al-qur’an memiliki tingkat bahasa yang indah-nya tidak terhingga sehingga tidak dapat dengan sebegitu mudahnya para pembaca al-qur’an mengartikan bahasa al-qur’an. Perlu penafsiran yang dilandaskan dengan ilmu yang sangat tinggi pula. Pada dasarnya isi al-qur’an mencangkup segala aspek kehidupan, semua aspek kehidupan tersebut dijelaskan dengan bahasa yang tidak sederhana dengan maksud mudah difahami oleh orang biasa yang tanpa ilmu. Bahasa arab dalam al-qur’an memiliki nilai sastra yang mengalahkan sastra-sastra terbaik di dunia ini. Dengan terbuktinya, pada masa jahiliyah, dunia arab sangat terkenal dengan sastrawan-sastrawan yang syair-syairnya mendunia, akan tetapi setelah datangnya al-qur’an, semua penyair-penyair arab mengakui bahwa bahasa al-qur’an mengalahkan bahasa-bahasa syair yang mereka ciptakan.

Disinipun Alloh menantang manusia dalam Al-qur’an surat Al-Israa ayat : 88

اريهظ ضعبل مهضعب ناك ولو هلثمب نوتأيل نأرقلا اذه لثمب اوتأي نا ىلع نجلاو سنلا تعمتجا نئل لق

Artinya : katakanlah ‘’sesunggunya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa denga al-qur’an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya sekalipun mereka saling membantu satu sama lain’’.

Dalam firman Alloh disini, sudah dapat dipastikan bahwa manusia didunia ini tidak memiliki klasifikasi yang sanggup untuk menyaingi bahasa dalam Al-Qur’an.

(2)

Kata bermakna ‘’manusia’’ sangat benyak disebut dalam al-qur’an. Pada umumnya, ketika kita mempelajari bahasa arab, kita akan menerjemahkan kata ‘’manusia’’ ke dalam bahasa arab, menjadi ‘’سانلا'' , tapi ternyata didalam al-qur’an Alloh menyebut kata ‘’manusia’’ tidak hanya dengan kata ‘’سانلا'', tetapi kita juga akan menemukan kata ‘’ ناسنا’’ dan “رشب’’ yang sama-sama ber-arti ‘’manusia’’ dalam setiap terjemahan di al-qur’an. Ini merupakan hal yang dapat diteliti, mengapa Alloh menggunakan kosa-kata yang berbeda dalam menyebutkan kata ‘’manusia’’. Tentunya dalam setiap kata ‘’manusia’’ disini yang tercantum dalam al-qur’an, Alloh mempunyai maksud tertentu dan kita sebagai manusia berkewajiban untuk mencari tau apa makna semantik yang terkandung dalam kosakata untuk mempermudah kita dalam mempelajari al-qur’an dan memahami maksud Alloh.

1.2 Identifikasi Masalah

Dalam penyusunan makalah ini, penulis membahas mengenai makna semantik dari kosakata رشب,ناسنا سانلا, yang terdapat dalam al-qur’an. Adapun yang akan penulis identifikasi secara mendetail dan yang menjadi masalah dalam makalah ini adalah :

1. Apa arti dan makna yang tergantung dari ketiga kata ini رشب,ناسنا سانلا, dalam al-qur’an ? 2. Apa perbedaan makna dari ketiga kata ini رشب,ناسنا سانلا, ?

3. Mengapa Alloh menyebutkan kata ‘’manusia’’ dengan ketiga kosa kata ini رشب,ناسنا سانلا, ?

Masalah-masalah yang telah teridentifikasi tersebut merupakan pembatasan dari materi-materi yang akan dibahas dalam penelitian ini.

1.3 Tujuan Penelitian

(3)

Sedangkan dalam penelitian ini, penulis secara khusus mengharapkan agar kita sebagai mahasiswa muslim penuntut ilmu dapat mengerti dan memahami bahasa teragung di kehidupan ini yaitu bahasa al-qur’an. Penulis juga menginginkan agar masyarakat mengetahui tentang maksud Alloh dalam menyebutkan kata ‘’manusia’’ ke dalam tiga kosa kata, yaitu سانلا

,ناسنا,

رشب , selain itu masyarakat juga dapat memahami dari setiap makna yang terkandung dalam kosa kata tersebut.

1.4 Kegunaan Penelitian

Manfaat dari adanya tugas penelitian ini membuat mahasiswa semakin mandiri dalam menuntut ilmu, dan juga dapat menambah wawasan mahasiswa dalam ilmu llinguistik. Selain berguna bagi penulis, penelitian ini juga bermanfaat bagi pembaca khususnya yang membutuhkan referensi atau ide untuk objek penelitian, karena dalam setiap teori membutuhkan penelitian yang akan terus berkembang.

Bagi masyarakat, diarapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk semakin dapat memahami arti atau makna kosa kata yang terkandung dalam al-qur’an. Masyarakat yang kritis, secara sadar ia akan mempertanyakan mengapa dalam al-qur’an sering terdapat kosa kata yang berbeda tetapi ber-arti sama. Oleh karena itu, penelitian ini berfungsi memberikan informasi bagi masyarakat bahwa makna dari kosa kata yang berbeda ini رشب,ناسنا سانلا, tetapi memiliki arti terjemahan yang sama ternyata mengandung maksud tertentu.

1.5 Kerangka Teori

Kajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian semantic-leksikal. Semantik sebagai ilmu yang mengkaji tentang makna. Semantik leksikal melakukan analisis makna suatu bahasa dari dua atau lebih kata yang sama atau beberapa kata yang berbeda dari makna yang sama, dan dalam buku Semantik Leksikal karangan Prof. DR. Mansoer Pateda pada halaman 74 dikatakan bahwa ‘’Semantik leksikal adalah kajian semantic yang lebih memuaskan pada pembahasan sistem makna yang terdapat dalam kata’’.

(4)

sama, padahal ketiga kata ini memiliki makna yang terkandung bahkan memiliki karakteristik sendiri dalam setiap makna katanya.

1.6 Metodelogi Penelitian

Pada awal penyusunan makalah ini, penulis mencarai sebuah tema linguistic yang dapat diteliti dengan analisis tekstual. Atas dasar lemahnya penulis dalam memahami makna mufrodat yang terkandung dalam al-qur’an, akhirnya penulis terinspirasi untuk mengambil tema semantic dari kosa kata di dalam al-qur’an yaitu berupa kosa kata رشب,ناسنا سانلا, . Kosa kata ini dipahami sebagai mufrodat yang memiliki arti ‘’manusia’’, akan tetapi pertanyaannya adalah mengapa kata ‘’manusia’’ bias dikatakan dalam bentuk tiga kosa kata ini ?. akhirmnya langkah awal penulis adalah mengumpulkan data berupa surat dan ayat-ayat yang mengandung ketiga kosa kata tersebut di dalam al-qur’an. Setelah itu, penulis juga mengumpulkan makna-makna yang terkandung dalam ketiga kata tersebut dari berbagai referensi baik dari kitab tafsir maupun dari literature-literatur karya tokoh-tokoh dan ilmuwan.setelah semua data dan referensi terkumpul, penulis melakukan analisis data makna yang di sambungkan dengan data berupa ayat-ayat dan di simpulkan sesuai dengan teori semantik.

Setelah makna semantic yang penulis dapatkan dari berbagai acuan referensi-referensi, penulis mengambil kesimpulan atas pertimbangan identifikasi teori semantik dan menyimpulkannya menurut prespektif penulis.

Kesimpulannya, makalah ini disusun awal dengan analisis tekstual yang menjadikan ayat al-qur’an sebagai objek dan tafsir sebagai acuan data, lalu dilanjut dengan analisis semantic leksikal mengenai makna yang terkandung dan berakhir pada pengambilan kesimpulan yang mengacu pada teori semantik.

1.7 Sumber Data

(5)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Semantik Leksikal

Dalam buku Semantik Leksikal karya Prof. Dr.Mansoer Pateda dijelaskan pada halaman 100 mengenai Makna Ekstensi (eextensional meaning) yang merupakan makna yang mencangkup semua cirri objek atau konsep . makna ini meliputi semua konsep yang ada pada kata. Makna ekstensi mencangkup semua makna atau kemungkinan makna yang muncul dalam kata.

Ketiga kosa kata ini رشب,ناسنا سانلا, yang terdapat dalam al-qur-an memiliki makna masing-masing yang menerangkan tentang karakteristik arti mereka sebagai ‘’manusia’’.

Sesuai dengan tradisi Islam, sebagaimana dijelaskan Profesor Naquib Al-Attas dalam The Concept of Education in Islam, sebenarnya ada dua cara untuk memformulasikan sebuah definisi atau makna, yaitu hadd ( دحلا ) dan rasm ( مسرلا ). Yang pertama berarti spesifikasi yang tepat atau ringkas tentang karakteristik khas dari sesuatu hal, sedangkan yang terakhir berarti deskripsi sifat dari sesuatu hal. Menurut beliau, perbedaan ini menunjukkan bahwa ada hal-hal

yang dapat kita definisikan secara khusus mengenai

bagaimana tepatnya dan karakteristiknya yang khas, dan adapula hal-hal yang mana kita tidak bisa terlalu memastikannya, namun kita hanya dapat memastikan dengan menggambarkan sifat-sifatnya.

Mengenai teori makna ekstensi, ketiga kata ini رشب,ناسنا سانلا, dapat diartikan sebagai berikut : 2.2 Makna Semantik رشب,ناسنا سانلا,

(6)

istri. Kabar gembira juga disebut dengan bisyarah ( ةراشبلا ) dan busyra ( ىرشبلا ), karena ketika seseorang bergembira maka darah menyebar ke seluruh kulitnya sehingga tampak nyata perubahannya, terutama pada wajah. Dengan demikian, ketika manusia disebut basyar dalam bahasa Arab, yang dimaksud adalah entitas fisik yang makan, minum, berjalan di pasar, beranak-pinak, berubah dari kecil menjadi dewasa, dan akhirnya mati. Basyar adalah manusia secara biologis dan fisiologis; sebagai materi di alam raya ini. Ini pula inti gugatan kaum kafir kepada para Nabi yang dikirim kepada mereka, karena secara fisik mereka adalah basyar, makhluk berbadan wadak seperti umatnya. Hanya saja, mereka mendapatkan wahyu dari Allah, dan inilah yang membuat mereka berbeda dari manusia lainnya.

Kedua, insan ( ناسنلا ). Analisis yang dilakukan Bintu Syathi’ terhadap penggunaan istilah ini di 65 tempat dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa – secara bahasa – insan memang memiliki akar yang sama dengan ins, namun apa yang ditunjuk olehnya bukan lagi karakter umum seperti sudah disebutkan diatas. Dalam Al-Qur’an, kata insane selalu bermakna kenaikan menuju tingkatan yang membuatnya cakap menjadi khalifah di muka bumi, serta sanggup memikul konsekuensi taklif dan amanah kemanusiaan. Sebab, ia telah diistimewakan dengan ilmu, bayan, akal, dan tamyiz (kemampuan memilah). Kenyataan ini disertai dengan aneka rintangan yang pasti menghadangnya berupa ujian baik maupun buruk, fitnah lalai karena merasa kuat dan mampu, ditambah perasaan sebagai makhluk yang menempati posisi tertinggi di alam semesta sehingga bisa menyeretnya menuju kesombongan dan ujub. Perasaan inilah yang seringkali menjerumuskan manusia (insan) dan membuatnya lupa bahwa ia pada dasarnya makhluk yang lemah, yang sedang menempuh kehidupan dunia dari alam tak dikenal menuju alam gaib. Dengan kata lain, ketika disebut sebagai insan, maka yang dimaksud adalah kualitas-kualitas spesifik dan istimewa dalam diri manusia yang membuatnya layak menerima kekhilafahan, taklif, dan dilebihkan diatas malaikat. Pendeknya, manusia sebagai insan adalah makhluk yang secara sengaja didesain untuk mencicipi pahala dan siksa, karena telah dipersiapkan sedemikian rupa untuk menanggung taklif.

(7)

memiliki dua kepang/kuncir rambut yang bergerak-gerak di pundaknya, atau di punggungnya. Ranting pohon yang kecil dan mudah bergerak ditiup angin disebut dengan yanus ( سوني ), dan bangsa Arab menyebut seseorang yang tidak bisa tenang/diam sebagai nawwas ( ساون ). Banyak istilah-istilah lain yang berakar dari sini dan seluruhnya mengandung makna tidak tetap atau terus bergerak, seperti nuwwas (sesuatu yang digantung di langit-langit),nuwas (bekas jaring laba-laba yang telah lama ditinggalkan), nuwasi (setandan anggur yang panjang), dll. Biasanya naas dipakai untuk menyebut spesies makhluk bernama “manusia” secara umum. Tampaknya, ketika manusia disebut dengan naas, yang ditunjuk adalah kecenderungan mereka untuk terus berubah, bergerak, tidak menetap pada satu keadaan, atau berkembang dan dinamis. Mungkin, ini pula yang menjadi rahasia mengapa istilah naas diperlawankan dengan jinnah, sebab bangsa jin cenderung statis dan tidak berkembang kehidupannya, ungkap seorang penulis dari artikel mengenai an naas ini.

BAB III

(8)

Pada penganalisisan data dalam makalah ini, penulis hanya memaparkan dari analisis sebanyak 10 data saja. Kesepuluh data ini, penulis kira cukup untuk mewakili dari berbagai macam variasi makna yang ada pada ketiga kosa kata ini رشب,ناسنا سانلا, dalam alqur’an.

1. Pada surat al-‘alaq ayat : 2

قلع نم ناسنلا قلخ

Artinya : ‘’Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu-lah yang Maha Mulia.’’

Kata (ناسنلا) pada surat Al-Alaq ayat 3-2 di atas artinya manusia yang diambil dari kata (سنأ) uns yang artinya senang, jinak dan harmonis, atau ( يسن) nis-y yang artinya lupa. dan ada juga yang berpendapat berasal dari kata (سون) naus yang berarti gerak atau dinamika. Dari penjelasan di atas para ulama’ tafsir memberikan gambaran tentang potensi manusia bahwa ia mempunyai sifat lupa, kemampuan bergerak, melahirkan rasa senag, harmonis.

Di dalam Tafsir Al-Misbah Kata ناسنلا di atas menunjukkan semua manusia yang diciptakan dari alaq (قلع) yaitu, segumpal darah atau sesuatu yang bergantung di dinding rahim. Ada juga ulama’ khususnya Quraish Shihab mengatakan bahwa (قلع) adalah sifat manusia sebagaia makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri dan selalu bergantung kepada yang lain.

2. Pada surat al-hijr ayat : 26-27

,

مومسلا ران نم لبق نم هنقلخ ناجلاو نونسم ءامح نم لاصلص نم ناسنلاانقلخ دقلو

Artinya: ‘’Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk, dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.’’

(9)

3. Pada surat al-mudatsir ayat : 3

رشبلل ةحاول

Artinya : ‘’yang menghanguskan kulit manusia’’

Kata (رشبلا) bentuk jamak dari kata (ةرشب) yang berarti kulit atau manusia dari segi fisik atau biologis. Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas, berbeda dengan binatang yang kulitnya tertutupi oleh bulu dan rambut.

4. Pada surat ar-rum ayat : 20

نورشتنت رشب متنا اذا مث بارت نم مكقلخ نا هتيا نمو

Artinya : ‘’dan diantara tanda-tanda (kebesaran-Nya) ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.’’

Kata (رشب) di gunakan Al-qur’an untuk menunjuk manusia secara umum, yang semuanya mempunyai kesamaan dalam potensi kemanusiaan, tampa mempertimbangkan perbedaan-perbedaan dalam sifat individu atau tingkat pikiran dan emosi masing-masing. Kata ini menunjukkan pencapain masa kedewasaan dan kemampuan berhubungan seks.

5. Pada surat al-hijr ayat : 28

نونسم ءامح نم لاصلص نم ارشب قلاخ ينا ةكئلملل كبر لاق ذاو

Artinya : ‘’ dan (ingatlah) ketika Tuhan-Mu berfirman kepada malaikat, “Sungguh Aku akan meciptaka seorang manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)-nya, dan Aku telah meniupkan Roh (ciptaan)-ku ke dalamnya, maka tundukkanlah kamu kepadanya dengan bersujud.’’

Ayat ini menunjukkan betapa mulia makhluk yang bernama manusia hingga Allah mementahkan malaikat bersujud memberi penghormatan padanya kecualai Iblis.

(10)

apabila dikaitkan dengan ayat sebelumnya yaitu Ar-Rum 20 sama redaksinya menunjukkan terhadap potensi-potensi yang mereka miliki.

6. Pada surat al-kahfi ayat : 110

هبر ةدابيعب كرشيلو احلاص لمع لمعيلف هبر ءاقل اوجري ناك نمف دحاو هلا مكهلا امنا يلا ىحوي مكلثم رشب انا امنا لق ادحا

Artinya: katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa seseungguhnya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka barang siapa berharap pertemuan dengan Tuhan-nya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu dalam beribadah kepada Tuhan-nya.”

Kata (رشب) ini adalah Nabi Muhammad saw. (رشب) digunakan untuk menunjukkan manusia dalam kedudukannya sebagai mahkluk yang mempunyai kesamaan dengan sesama manusianya. Nabi Muhammad saw. adalah basyar sama dengan yang lain Beliau memiliki panca indra, kebutuhanfa’al psikologis, lapar, dahaga, rasa cinta, senang, butuh tidur dll. Perbedaan beliau dengan manusia lainnya adalah karena Beliau sebagai Nabi dan Rasul yang mendapat wahyu Ilahi, keistimewaan budi pekerti dan kesucian Beliau. Begitulah makna dari kata basyar.

7. Pada surat al-alaq ayat 1-8 diketahuinya, ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas. Karena dia melihat serba cukup. Sesungguhnya hanya kepada Tuhan-mulah kembali (mu)".

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan mengenai cirri-ciri utama manusia :

(11)

- Mengingatkan bahwa ia mungkin akan terlibat dalam aniaya ketika terus menerus congkak dan merasa tidak perlu kepada pencitanya.

8. Pada surat al-imran ayat : 14

رراخخخفخللاكخ للاصخللصخ نلمر نخاسخنلإرللا قخلخخخ

Menurut tafsir Depag Indonesia, Ayat ini menerangkan bahwa Allah menciptakan manusia pertama ialah Nabi Adam as dari tanah kering seperti tembikar, dan keras seperti tanah

yang telah dipanggang.

Tanah liat yang dipanggang dengan bara yang panas untuk menjaga ia tetap bersatu, tidak

bercerai berai.

Demikian pula manusia mempunyai nafsu makan dan minum, mempunyai nafsu kawin agar badannya dapat terpelihara dan dapat melanjutkan hidupnya, serta mempunyai keturunan. Ia mempunyai nafsu marah yang menjadikannya berani dan kuat untuk menjaga kelangsungan hidupnya dan mempertahankan dirinya dari marabahaya yang mengancamnya serta serbuan

musuh-musuh yang berada di sekitarnya.

Kekuatan manusia ini seolah-olah sama dengan tanah liat yang telah masak agar menjadi tanah kering yang bagian-bagiannya melekat dengan kuat. Apabila tidak ada hal-hal itu tentu dia tidak akan dapat mempertahankan dirinya dari marabahaya dan musuh-musuhnya, dari manusia lain atau binatang-binatang buas, maka ia akan hancur berkeping-keping menjadi santapan burung-burung dan binatang-binatang, sebagaimana tanah yang belum di masak bertaburan

diterbangkan angin.

(12)

jiwanya dan apa yang terpikir oleh otaknya, kalaulah tidak mungkin tentu Muhammad tidak akan

mengajarkan Alquran kepada umatnya.

10. Pada surat Asy-Syuara ayat : 154

نخيقردراصخخلا نخمر تخنكه نإر ةليخآبر ترألفخ انخلهثلمخر ررشخبخ الخخإر تخنأخ امخ Artinya : ‘’Kamu tidak lain melainkan manusia seperti kami ; maka datangkanlah sesuatu mu’jizat jika kamu memang termasuk orang-orang yang benar’’

Diantara ayat-ayat yang mengungkapkan pengertian tersebut adalah ketika penolakan umat Nuuh yang ingkar untuk menyembah Alloh. Selain itu penolakan penduduk sebuah desa terhadap utusan Alloh mencirikan alas an yang sama, yaitu utusan dipandang sama seperti keadaan manusia biasa.

Dari salah satu sumber literature di, Basyar رشب disebut dalam Alquran sekurang-kurangnya 27 kali yaitu : 16 kali disebut رشب (QS Ali Imran 47, Al Maidah 18, Al An'am 91, Ibrahim 10, 11 = manusia; An Nahl 103, Al Kahfi 110, Maryam 20, Al Anbiya' 3, Al Mukminun 24, 33, Asy Syuara 154, 186, Al Rum 20, Yasin 15, Fushilat 6(, 9 kali disebut ارشب (QS Hud 27, Yusuf 31, Al Hijr 28, Al Isra' 93, 94, Maryam 17, Al Mukminun 34, Al Furqan 54, Shad 71), dan 2 kali disebut رشبلا ( QS Maryam 26 dan al-Muddatsir 25).

(13)

nikmat berpaling dan bila mendapat malapetaka berdo’a (QS Fushilat 51), bila mendapat rahmat bergembira ria, tapi bila ditimpa musibah ia ingkar padahal musibah terjadi karena perbuatannya sendiri (QS al Syura 48), pengingkar yang nyata (QS al Zukhruf 15), dilahirkan dan diajari untuk bersyukur (QS al Ahqaf 15), Tuhan dekat dengan manusia (QS Qaf 16), diciptakan dari tanah kering (ar Rahman 3, 14), berkeluh kesah dan kikir (al Ma’arij 19), al Qiyamah 3, 5, 10, 13, 14, 36, al Insan 1, 2, al Nazi’att 35, ‘Abasa 17, 24, al Infithar 6, al Insiqaq 6, at thariq 5, al Fajr 15, 23, al Balad 4, at Tin 4, al ‘Alaq 2, 5, 6, al Zalzilah 3, al ‘Adiyat 6, dan al Ashr 2

al Nas سانلاdisebut 164 kali dalam Alquran (QS Al Baqarah 8 dan 13 (manusia menyatakan beriman walaupun sesungguhnya tidak beriman), 21 (manusia mendapat perintah beribadah kepada Tuhan), 24, 44, 94, 96, 102, 142, 143, 164, 165, 168, 188, 199, 200, 204, 207, 213, 224, 243, 251, 264, 273, Ali Imran 9, 21, 41, 46, 68, 97, 112, 134, 140, 173, An Nisa’ 1, 37, 38, 53, 54, 58, 77, 105, 108, 114, 133, 142, 161, 170, 174, Al Maidah 32 (dua kali), 44, 49, 67, 82, 110, al A’raf 85, 116, 144, 158, 187, Al Anfal 26, 47, 48, at Taubah 3, 34, Yunus 2, 19, 21, 23, 24, 44, 57, 60, 92, 99, 104, 108, Hud 17, 85, 103, 118, Yusuf 21, 38, 40, 46, 49, 68, 103, Ar Ra’d 1, 17, 31, Ibrahim 1, 36, 37, 44, an Nahl 38, 61, al Hajj 1, 2, 3, 5, 8, 11, 18, 27, 40, 49, 73, 75, 78, al Furqan 50, As Syuara’ 183, an Naml 16, 73, 82, Al Qashash 23, Al Ankabut 2, 10, 67, Al Rum 6, 8, 30, 33, 36, 39, 41, Luqman 6, 20, 33, Al Ahzab 37, 63, Saba’ 28, 36, Fathir 3, 5, 15, 28, 45, Shad 26, Al Mukmin 57, 59, 61, As Syura 42, Az Zukhruf 33, Ad Dukhan 11, al Jatsiyah 26, al Ahqaf 6, al Fath 20, al Hujurat 13, al Qamar 20, al Hadid 24, 25, al Jumu’ah 6, at Tahrim 6, al muthaffifin 2, 6, al Zalzilah 6, al Qari’ah 4, an Nashr 2, bahkan disebut 4 kali didalam dan menjadi nama surat Al Nas). Manusia sebagai al nas mendapat perintah untuk beribadah dan bertaqwa dalam berbagai bentuk dan dimana saja berada dengan menjalankan berbagai perintahNya dan meninggalkan larangan-laranganNya.

3.2 Analisis makna رشب,ناسنا سانلا,

(14)

penafsiran yang dikaitkan dengan ilmu-ilmu lain hingga melahirkan makna tertentu dan mengungkap makna yang tersembunyi dalam kata tersebut.

Dalam sebuah artikel Manusia dalamTermonologi Al-Qur’an disebutkan bahwa menurut bahasa, kata al Basyar tersusun dari akar kata “ba”, “syin” dan “ra” yang berarti “sesuatu yang tampak baik dan indah” atau “bergembira, mengembirakan atau menguliti/ mengupas (buah)” atau “memperhatikan dan mengurus sesuatu”. Penafsir lain, misalnyan al Raghib, mengatakan kata basyar adalah bentuk jamak dari kata basyirrrah yang artinya “kulit”. Manusia disebut basyar karena memiliki kulit yang permukaannya ditumbuhi rambut, namun berbeda dengan kulit hewan yang umumnya ditumbuhi bulu. Kata ini dalam al Quran digunakan dalam makna khusus untuk menggambarkan sosok tubuh lahiriyah manusia.

Pendapat yang sama juga disampaikan olehh Bint al Syathi’. Menurutnya kata basyar merujuk kepada penegrtian manusia dalam kapassitasnya sebagai makhluk jasmaniah. Secara fisik memiliki persamaan dengan makhluk lainnya, membutuhkan makan dan minum untuk hidup.

Kosa kata basyar disebut dalam al Qurran sebanyak 37 kali, 25 kali di antaranya mengacu kepada arti yang berkaitan dengan kebutuhan primer manusia (makan, minum, seks), termasuk nabi dan rasul. Sedangkan 12 kata lainnya digunakan dalam masalah hubungan antara orrang muslim dan kafir. Berupa ungkapan-ungkapan orang kafir tentang pengingkaran mereka terhadap status kenabian (bahwa nabi sama seperti halnya mereka) atau hubungannya dengan perrnyataan firman Allah bagi rasul-Nya yang memiliki sifat basyariyah manusia.

Di antara ayat-ayat yang mengungkapkan pengertian tersebut adalah ketika penolakan umat Nuh yang ingkar untuk menyembah Allah. Selain itu penolakan penduduk sebuah desa terhadap utusan Allah mencirikan alasan yang sama, yaitu setiap utusan dipandang sama seperti keadaan manusia biasa. Allah berfirman :” Kamu tidak melainkan seorang manusia seperti kami; maka datangkanlah sesuatu mu’jizat, jika kamu memang termasuk orang-orang yang benar”. (QS. 26:154)

(15)

padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun”. Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril):”Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya:”Jadilah”, lalu jadilah dia”. (QS. 3:47). Mengacu kepada ayat-ayat tersebut dapat dipahami, bahwa kata al basyar menunjuk kepada aspek realitas manusia sebagai pribadi dan sekaligus sebagai makhluk biologis.

Berbeda dengan al basyar kata An Nas, al Ins dan al Insan mempunyai konotasi yang berbeda satu dengan lainnya. Kata an Nas disebutkan dalam al Quran sebanyak 240 kali menunjukkan pengertian manusia sebagai keturunan Adam as. An Nas dalam hal ini dipandang dari konteks manusia sebagai makhluk sosial. Al Quran menyinggung dalam surat al Hujura, ayat 13 yang berbunyi :” Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. Dengan jelas menginformasikan tujuan penciptaan manusia dalam berbagai suku dan bangsa untukbergaul dan berhubungan antar sesama, saling membantu dalam kebaikan,, saling menasihati agar sama- sama berada dalam kebenaran atas dasar kesabaran. “kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran”. (QS. 103:3)

Sedangkan kata al Ins dan al Insan keduanya berasal dari akar kata, yaitu hamzah, nun dan sin.Namun demikian, bila dilihat dari segi penggunaan kata dalam al Quran keduanya memiliki arti yang berbeda. Kata al Ins dijumpai 18 kali dalam sembilan surat, yang berhadapan (muqbalah) dengan kata jinn yang berarti jin atau makhluk halus, atau kata jann yang juga bermakna jin. Hal ini mengindikasikan makna konotasi, bahwa keduanya memiliki unsurr yang berrbeda. Manusia dapat diinderakan, sedang jin tidak dapat diinderakan, manusia tidak liar (‘adam al tawahhus) sedangkan jin liar (tawahhusi).

(16)

peningkatan ke derajat yang dapat memberinya potensi dan kemampuan untuk memangku jabatan khalifah dan memikul beban tangung jawab dan amanah manusia di muka bumi. Karena manusia sebagai khalifah dibekali dengan potensi internal (ruhiyah, aqliyah dan jasmaniah) dan potensi eksternal (fitrah dan hudan). Dengan demikian manusia dapat menghadapi dan mengantisipasi segala yang baik dan buruk atau pun kepalsuan (semu) yang dapat menggoyahkan kemampuan dan kekuatannya. Lebih dari itu manusia diberi peluang mengaktualisasikan dirinya sebagai makhluk yang mulia dan memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari makhluk lainnya.

Kemudian yang menjadi faktor pembeda menurut Bint al Syathi, telah Allah berikan kepada manusia semenjak kelahirannya dimensi ilmu pengetahuan. Kelebihan itu dapat dilihat dari firman Allah dalam surat al Alaq ayat 2 dan 6 yang berbunyi :” Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas”.

Dari ketiga ayat tersebut terdapat tiga makna manusia (al insan), yaitu (1) Tentang asal-usul penciptaan manusia (2) Pemberian ilmu oleh Allah kepada manusia; (3) Peringatan terhadap faktor negatif yang pada kondisi tertentu manusia melupakan Alllah.

(17)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Tabel Identifikasi Karakteristik

Hasil dari penelitian ini ialah berupa pemahaman kepada kita semua bahwa tiap kosa kata di dalam al-qur’an memiliki makna tersembunyi yang untuk mengungkapkan makna tersebut diperlukan pengkajian melalui tafsir dan ilmu agama serta ilmu fisik lain sebagai pendukung. Pada dasarnya memang setiap ayat dan kosa kata al-qur’an memiliki maksud tertentu yang Alloh tujukan untuk manusia, oleh karena itu alloh memberikan kepada manusia akal untuk berfikir.

Dari berbagai referensi makna dan analisis data, makna semantik leksikal dari ketiga kata ini ,ناسنا سانلا,

رشب memiliki makna ekstensi masing-masing, yaitu :

سانلا ناسنا رشب

(18)

di kaitkan dengan seluruh aspek kehidupan. Inilah mengapa Alloh menghiasi Al-qur’an dengan banyak istilah dan kata-kata, di dalam al-qur’an adalah gudangnya bahasa. Wallohua’alam bissoab.

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan

(19)

sekali dalam konteks sebutan atau kata-kata tersebut. Bahkan dalam tataran naas sendiri tidak ditunjukkan adanya perbedaan.

Alloh menggunakan lebih dari satu kata untuk menyebut makhluk ‘’manusia’’ berdasarkan tahapan, karakteristik dan cirri. Tapi pada intinya arti dari ketiga kata ini سانلا

,ناسنا,

رشب adalah sama, yaitu ‘’manusia’’, jadi pada tiap kata tersebut mengandung makna semantic yang tesembunyi atau dapat dikatakan memiliki makna ekstensi dan ketiga kata tersebut memiliki makna leksikal yang sama.

5.2 Saran

Penelitian makna semantic-leksikal mengenai tiga kosa kata berbeda tapi berarti sama ini, baru sebatas penelitian tekstual yang berdasarkan referensi-referensi pustaka, oleh karena itu, diperlukan penelitian yang lebih lanjut dengan melibatkan metode kualitatif, kuantitatif untuk melihat dari responsibilitas luar selain pustaka.

Dan sebenarnya selaiin teori kosa kata ‘’manusia’’ yang penulis bahas disini, masih ada beberapa istilah ‘’manusia’’ juga yang terdapat dalam al-qur’an selain ketiga kosa kata ini سانلا

,ناسنا,

رشب , ole karena itu akan lebih baik jika penelitian selanjutnya melibatkan semua istilah yang berarti sama dalam al-qur’an.

DAFTAR PUSTAKA

- Departement Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan terjemahannya. Jakarta : SYGHMA - Quthub, Sayyid. 2001.Tafsir Fi Zhilalil Qur’an. Jakarta: Gema Insani

(20)

LAMPIRAN DATA - Ayat yang mencantumkan kata رشب al-qur’an 1. Al-mudatsir ayat 3

2. Ar-rum ayat 20 3. Al- hijr ayat 28 4. Al-kahfi ayat 110 5. Asy-syuara ayat 154 6. Al an'aam ayat 91 7. Ali imran ayat 3 8. Al Baqarah ayat 213 9. Al Furqaan ayat 54 10. Saba' ayat 2

(21)

15.Fushshilat ayat 6

- Ayat yang mencantumkan kata ناسنا al-qur’an 1. Al-alaq ayat 2

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Qur‟an dan percakapan menggunakan bahasa arab. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pembelajaran Ta ḥ f īẓ Al-Quran

Diturunkan ayat-ayat Al-Quran yang mengandung sumoah oleh Alllah dapat merupakan salah satu bukti bahwa Al-Quran memang dalam bahasa Arab dan sejalan dengan

Dasar pemikiran pertama al-Sya > t } ibi > dalam hermeneutika al- Qur’ an-nya beranja dari sebuah fakta bahwa syari’at yang dibawa Nabi Muhammad menggunakan Bahasa Arab

perbedaan penafsiran terhadap ayat tersebut, melainkan dilihat dari segi bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur'an, apakah ia memiliki kemungkinan makna lain atau

Selanjutnya dengan mempelajari dan memiliki kemampuan berbahasa Arab, memudahkan mereka untuk mempelajari segala bidang ilmu pengetahuan agama Islam, menerjemahkan buku-buku dari

Berdasarkan table kecenderungan yang telah dipaparkan, dapat dilihat metode penerjemahan yang digunakan dalam menerjemahkan kosakata bahasa asing ke bahasa Arab

Ia akan mengupas asal usul bahasa arab, hubungan bahasa arab dengan al-Quran, keistimewaan al-quran, keunikan bahasa arab, konsep pembelajaran dan pengajaran al-Quran dalam

Manusia pada umumnya menyebut tempat tinggal dengan sebutan rumah Bahasa Indonesia, Hause Bahasa Inggris bayt dari Bahasa Arab yang berasal dari kata bata تيب bentuk jamak dari kata