• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM KIMIA PERTANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM KIMIA PERTANI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan I II III IV

Volume blanko (ml) 21.4 21.4 21.4 21.4 Volume contoh (ml) 20.8 15.7 19.4 17.7 %C 0.168224 1.598131 0.560748 1.037383 bahan OT 0.29086 2.763168 0.969533 1.793636 Kategori sangat rendah sedang sangat rendah rendah

No Penambahan Bahan Warna 1 + Kalium khromat Orange 2 + asam sulfat pekat Merah bata + aquades Coklat muda

3 +asam pospat 85% Colkat muda

4 + indicator definilamine Hijau gelap kebiruan 5 + titrasi dengan ferrosulfat Hijau terang

Kelompok III

% C=% C=((vol blanko-vol contoh)x 3)/(vol blanko x 0,5) = ((21,4 ml-19,4 ml)x 3)/(21,4 ml x 0,5)= 0.560748

Kandungan bahan organic tanah (%) = 0.560748 x 1,729 = 0,969533 Pembahasan

(2)

Komposisi Biokimia Bahan Organik Menurut Waksman (1948) dalam Brady (1990) bahwa biomassa bahan organik yang berasal dari biomass hijauan, terdiri dari : (1) air (75%) dan (2) biomass kering (25%).

Tanah mempunyai kandungan bahan organic yang bervariasi . Banyak sedikitnya jumlah bahan organic yang terdapat pada tanah disebabkan oleh kadar komponen biomassa kering yang mencakup unsure; (1)Karbon(C=44%),(2)Oksigen(O=40%),(3)Hidrogen(H=8%),dan(4) Mineral (8%). Penetapan bahan organic menggunakan metode oksidasi yang mana cara kerjanya adalah dengan mengoksidasi bahan organic tanah. Bahan yang digunakan mencakup kalium khromat itu sendiri yang berfungsi untuk mengoksidasi bahan organic. Ferrosulfat untuk mentitrasi kalium khromat berlebih yang tidak digunakan untuk proses oksidasi. Definilamine dan asam sulfat pekat yang digunakan untuk petunjuk titik akhir titrasi. Dan pemberian asam pospat 85% untuk menghilangkan gangguan yang mungkin timbul karena adanya ion ferro, serta NaF untuk memperkuat atau memperjelas warna (tapi tidak digunakan karena limit).

Pada pengamatan timbul warna yang berbeda setiap kali pencampuran bahan, yang menunjukkan telah terjadinya reaksi antar bahan. Data pada table pengamatan diatas. Akan tetapi warna yang di titik beratkan adalah pada kondisi setelah ditambah indicator dan pada kondisi dititrasi. Karena perubahan warna dari hijau gelap kebiruan menjadi hijau mudah adalah penunjuk yang menyatakan jumlah volume titrasi, yang nantinya volume ini sebagai nilai volume contoh untuk menentukan % kandungan bahan organic di tanah setelah .

Data hasil pengamatan menunjukkan adanya perbedaan kandungan bahan organic pada kelompok I, II, III dan IV. Penyebabnya adalah contoh tanah yang digunakan sebagai bahan pengamatan untuk masing – masing kelompok berbeda. Pada hasil pengamatan kelompok III didapat % kandungan bahan organic = 0.969533 % yang termasuk dalam kategori kandungan bahan organiknya sangat rendah. Hal ini dipengaruhi oleh banyak factor, Seperti factor yang telah disebutkan diatas yaitu perbedaan jenis contoh tanah, dari factor ini kita bisa menjabarkan lebih rinci yaitu :

(3)

Tekstur; tekstur tanah juga cukup berperan, makin tinggi jumlah liat makin tinggi pula bahan organic dan N tanah bila kondisi lainnya sama. Tanah berpasir memungkinkan memungkinkan oksidasi yang baik sehingga bahan organic cepat habis.

Iklim yang termasuk didalamnya suhu dan curah hujan; makin ke daerah dingin makin tinggi kandungan bahan organic dan N. pada kondisi yang sama kadar bahan organic dan N bertambah dua hingga tiga kali lipat tiap suhu tahunan rata – rata turun 100C . bila kelembaban efektif meningkat kadar bahan organic dan N juga bertambah. Hal ini menunjukkan suatu hambatan kegiatan organisme tanah .

Drainase; drainase yang buruk dimana airnya berlebih, menyebabkan oksidasi terhambat karena aerasi buruk, hal ini menyebabkan kadar bahan organic dan N lebih tinggi daripada tanah berdrainase baik. Jadi semakin drainase air baik, kandungan bahan organik dalam tanah justru akan semakin kecil, dikarenakan ruang pori yang terisi udara akan mempercepat oksidasi (Nurhajati H., 1986)

Selain itu juga terdapat factor penunjang yang ikut andil dalam mempengaruhi % kandungan bahan organic di tanah dilihat dari sumber bahan berasal. Sumber Bahan Organik Tanah Bahan organik tanah dapat berasal dari:

Sumber primer bahan organik dalam tanah Alfisol adalah jaringan tanaman, berupa akar, batang, ranting, daun. Jaringan tanaman ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkut ke Titik bawah serta diinkorporasikan dengan tanah.(Islami, T., 1995).

Sumber sekunder, yaitu: jaringan organik fauna, yang dapat berupa: kotorannya dan mikrofauna. Sumber lain dari luar, yaitu: pemberian pupuk organik berupa: (a) pupuk kandang, (b) pupuk hijau, (c)pupuk bokasi (kompos), dan (d) pupuk hayati.

BAB V KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa kandungan bahan organik tanah pada masing – masing kelompok berbeda dengan rata – rata termasuk dalam kategori kandungannya sangat rendah dan pada kelompok III = 0.969533 % yang masuk dalam kategori sangat rendah.

factor – factor yang mempengaruhi kandungan bahan organic dalam tanah : Kedalaman tanah,

(4)

Iklim yang termasuk didalamnya suhu dan curah hujan, dan Drainase

Sumber bahan organic : Sumber primer, Sumber sekunder, dan Sumber lain dari luar

DAFTAR PUSTAKA

---, Bahan Organic.www.csiro.au. desember 2009

---, Dasar –dasar ilmu tanah.blogspot.com. desember 2009 Brady. 1990. Bahan organic dalam Anisuryani. IPB

Hakim, N. 1986. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung : Lampung Islami, T., 1995 Bahan organic dalam Wikipedia. Desember 2009

(5)

Ilmu kiimia adalah salah satu ilmu yang didasarkan pada hasil percobaan dan/atau pengalaman di laboratorium, sehingga merupakan hal yang penting bagi setiap mahasiswa untuk mengetahui dan memahami praktik-praktik di laboratorium serta dapat menggunakan alat-alat praktikum secara benar.

Di dalam laboratorium kimia akan didapatkan berbagai macam alat muali yang sederhana, misalnya alat-alat gelas sampai pada alat yang cukup rumit, misalnya spektrofotometer, incubator, neraca analitik, dan sebagainya.

Selain itu terdapat alat-alat canggih yang digunakan serta memerlukan keahlian tersendiri, misalnya kromotografi gas dan spektrofotometer NRM.

(6)

yang bersifat berbahaya. Selain itu, peralatan yang ada di dalam Laboratorium juga dapat mengakibatkan bahaya yang tak jarang berisiko tinggi bagi Praktikan yang sedang melakukan praktikum jika tidak mengetahui cara dan prosedur penggunaan alat yang akan digunakan. Setiap percobaan kita selalu menggunakan peralatan yang berbeda atau meskipun sama tapi ukurannya berbeda. Misalnya untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit kita harus menggunakan gelas ukur bukan beaker glass ataupun erlenmeyer karena ketelitian gelas ukur yang tinggi dan memang untuk mengukur zat cair serta mudah digunakan, sedangkan beaker glass hanya sebagai wadah atu tempat larutan atau sampel, meskipun terdapat skala pada beaker glass namun skala ini tidak akurat dan tidak boleh digunakan untuk mengukur sampel yang sangat sensituf. Begitu pula dengan prosedur percobaan yang lain, kita harus bisa menyesuaikan dan menggunakan peralatan untuk praktikum tersebut.

Oleh karena itu, kita harus mengetahui bagaimana cara menggunakan alat – alat tersebut dengan tepat sehingga tidak akan mengganggu kelancaran praktikum dan tidak terjadi kecelakaan akibat dari kesalahan praktikan. Selain itu, pengenalan alat ini sangat penting demi kelancaran praktikum kita selanjutnya. Dalam sebuah praktikum, tentu saja praktikan tidak dapat secara langsung menggunakan alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum tersebut tanpa mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk menggunakannya.

Mengingat betapa pentingnya pengetahuan dan prosedur penggunaan peralatan laboratorium, meka praktikum pengenalan alat laboratorium dirasa penting agar setiap praktikum yang akan dilaksanakan dapat berjalan sebagaimana mestinya tanpa terjadi hal – hal yang tidak di inginkan.

Dalam sebuah praktikum, praktikan diwajibkan mengenal dan memahami cara kerja serta fungsi dari alat-alat yang ada dilaboratorium. Selain untuk menghindari kecelakaan dan bahaya, dengan memahami cara kerja dan fungsi dari masing-masing alat, praktikan dapat melaksanakan praktikum dengan sempurna (Walton, 1998).

Penanganan bahan sebelum melakukan praktikum sangat mempengaruhi hasil praktikum. Bahan yang mudah menguap diletakkan didalam wadah, bahan kimia yang dapat menimbulkan bahaya sebaiknya disimpan dalam sebuah lemari asam (Neilands, 1990).

(7)

Suatu laboratorium harus merupakan tempat yang aman bagi para pekerja atau pemakainya yaitu para praktikan. Aman terhadap kemungkinan kecelakaan fatal maupun sakit atau gangguan kesehatan lainnya. Hanya didalam laboratorium yang aman, bebas dari rasa khawatir akan kecelakaan, dan keracunan seseorang dapat bekerja dengan aman, produktif, dan efesien (Khasani, 1990).

Pekerjaan dalam laboratorium biasanya sering menggunakan beberapa alat gelas. Penggunaan alat ini dengan tepat penting untuk diketahui agar pekerjaan tersebut dapat berjalan dengan baik. Keadaan yang aman dalam suatu laboratorium dapat kita ciptakan apabila ada kemauan dari para pekerja, pengguna, maupun kelompok pekerja laboratorium untuk menjaga dan melindungi diri, diperlukan kesadaran bahwa kecelakaan yang terjadi dapat berakibat pada dirinya sendiri maupun orang lain disekitarnya. Tujuan dari praktikum pengenalan alat ini adalah untuk mengenal beberapa macam alat gelas yang sering digunakan dalam laboratorium dan penggunaanya (Ginting, 2000).

PERCOBAAN PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN HCl Dan LARUTAN NaOH PENDAHULUAN

1. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah :

1) Untuk membuat larutan NaOH dan larutan HCl.

2) Untuk mengencerkan larutan dan menghitung konsentrasi larutan. 2. Latar Belakang

Ketika mempelajari kimia, dikenal adanya larutan. Larutan pada dasarnya adalah fase yang homogen mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah besar disebut pelarut atau solvent, sedangkan komponen yang terdapat dalam jumlah kecil disebut zat terlarut atau solute.

(8)

penentuan asam oksalat menggunakan permanganate. Karena itu, praktikan tentunya harus tahu dan memahami bagaimana cara menghitung konsentrasi larutan dan pengenceran larutan.

Hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan yang dapat membahayakan diri praktikan. Dengan begitu, praktikan tidak hanya pintar dalam teori, tetapi juga dalam praktik dan penerapannya. Sehingga nantinya praktikan dapat mengolah bahan-bahan yang memiliki konsentrasi tinggi dan menguntungkan perusahaan, sehingga dapat meminimalisasi pengeluaran perusahaan.

Unsur merupakan zat-zat yang tidak dapat diuraikan menjadi zat lain yang lebih sederhana oleh reaksi kimia biasa. Unsur berfungsi sebagai zat pembangun untuk semua zat-zat komplek yang akan dijumpai. Senyawa merupakan zat yang terdiri dari dua atau lebih unsur dan untuk masing-masing senyawa individu selalu ada dalam proporsi massa yang sama. Unsur dan senyawa dianggap zat murni karena komposisiya dapat berubah-ubah (Brady, 1999: 35).

Bedasarkan keadaan fase zat setelah bercampur, maka campuran ada yang homogen dan heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang membentuk satu fasa,yaitu mempunyai sifat dan komposisi yang sama antara satu bagian dengan bagian yang lain didekatnya. Campuran homogen lebih umum disebut larutan, contohnya air gula dan alkohol dalam air. Campuran heterogen adalah campuran yang mengandung dua fase atau lebih, contohnya air susu dan air kopi. Kebanyakan larutan mempunyai salah satu komponen yang lebih besar jumlahnya. Komponen yang besar itu disebut pelarut (solvent) dan yang lain adalah zat terlarut (solute) (Syukri, 1999: 391).

Untuk menyatakan banyaknya zat terlarut maupun pelarut, dikenal istilah konsentrasi. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan beberapa cara seperti persen berat, persen volume, molaritas, molalitas, fraksi mol, normalitas dan bagian persejuta.

a) Persen Berat (gr ).

Perbandingan massa zat terlarut dengan massa larutan dikali 100%. Biasanya dipakai pada larutan padat-cair atau padat-padat.

b) Persen Volume (L).

Perbandingan volume zat terlarut dengan volume larutan dikalikan 100% (untuk campuran dua cairan atau lebih).

(9)

Banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter larutan. Harga kemolaran dapat ditentukan dengan menghitung mol zat terlarut dan volume larutan. Volume larutan adalah volume zat terlarut dan pelarut setelah bercampur.

d) Molalitas (m).

Molalitas adalah jumlah ml zat tterlarut dalam 1000gr pelarut murni. e) Fraksi Mol (X).

Perbandingan mol salah satu komponen dengan jumlah mol semua komponen. f) Normalitas (N)

Jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan. Ekivalen zat dalam larutan bergantung pada jenis reaksi yang dialami zat itu, karena ini dipakai untuk penyetaraan zat dalam reaksi.

g) Bagian Persejuta (ppm).

Miligram zat terlarut dalam tiap kg larutan, satuan ini sering dipakai untuk konsentrasi zat yang sangat kecil dalam larutan gas, cair atau padat.

Larutan-larutan yang tersedia dalam laboratorium umumnya dalam bentuk pekat. Untuk memperoleh larutan yang konsentrasinya lebih rendah biasanya dilakukan pengenceran. Pengenceran dilakukan dengan menambahkan aquadest ke dalam larutan yang pekat. Penambahan aquadest ini mengakibatkan konsentrasi berubah dan volume diperbesar, tetapi jumlah mol zat terlarut adalah tetap. Selain itu, pengenceran juga dapat dilakukan dengan cara terlebih dahulu menentukan konsentrasi dan volume larutan yang akan dibuat. Untuk menentukannya, tetap menggunakan rumus pengenceran.

Keterangan : n₁ = mol awal

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan bahan organik digolongkan dalam 4 kriteria, yakni sangat rendah dan rendah (pada tanah hutan yang sudah dibuka untuk lahan

Keadaan ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu karena sumber N berupa kandungan bahan organik dalam tanah yang tergolong rendah sampai sangat rendah,

Nisbah C/N yang diperoleh menunjukkan bahwa pada tanah yang diberi pupuk organik azolla dan guano termasuk dalam kategori rendah untuk semua takaran dibanding dengan kontrol dan

Selanjutnya, untuk kandungan bahan organik tanah baik pada lokasi 1, lokasi 2, maupun lokasi 3 masih tergolong rendah sehingga perlu dilakukan upaya konservasi

Hasil analisis yang ditunjukkan pada Gambar 1, menunjukkan bahwa kandungan C-organik untuk semua perlakuan berada pada kisaran 2,14%- 2,74% dan termasuk kategori

Kandungan bahan organik khususnya potensi C organik di areal TPTJ adalah berkisar antara 1.51 – 2.31 %, termasuk ke dalam kisaran rendah sampai sedang Pusat Penelitian Tanah, 1983 dalam

Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda dalam kolom, bermakna berbeda pada uji BNJ 0,05 2.Kriteria Penilaian Status C-organik Tanah Berdasarkan Sumber : Balai Penelitian Tanah

Hal ini disebabkan karena bahan organik yang ditambahkan kandungan C-tot rata- rata 25%, kojeto granul yang tinggi menyumbangkan C-org pada tanah, penambahan hara diikuti dengan