• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERNALISASI PRINSIP PRINSIP ISLAM DALA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "INTERNALISASI PRINSIP PRINSIP ISLAM DALA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

INTERNALISASI PRINSIP-PRINSIP ISLAM DALAM

PELAKSANAKAN HUMAS

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

”Manajemen Humas”

Dosen Pembimbing: Dr. Hj. Sulistyorini, M.Ag Dr. Chusnul Khotimah, M.Ag

Disusun Oleh:

FIRDHA YUNITA NUR AISYIYAH

(1751154013)

Semester II

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

(MPI)

PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

TULUNGAGUNG

(2)

2 PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya yang telah

dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada

waktunya. Makalah ini disusun oleh penulis untuk memenuhi tugas mata kuliah

Manajemen Humas.

Penulis menyampaikan rasa hormat dan penghargaan serta terima kasih kepada :

1. Dr. Maftukhin, M.Ag selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Tulungagung yang telah memberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan S2.

2. Prof. Dr. H. Achmad Patoni, M.Ag selaku Direktur Pascasarjana IAIN Tulungagung

atas izinnya untuk menuntut ilmu di jurusan Manajemen Pendidikan Islam.

3. Dr. Hj. Sulistyorini, M.Ag dan Dr. Chusnul Khotimah, M.Ag selaku dosen pengampu

mata kuliah Manajemen Humas yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian

makalah ini.

4. Seluruh civitas akademik IAIN Tulungagung yang telah ikut andil dalam kelancaran

penulisan makalah ini.

5. Seluruh keluarga dan teman-teman yang telah memberi bantuan dan dukungan baik

moril maupun materil.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah

ini. Penulis sangat mengharap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan

makalah ini.

Tulungagung, 10 Maret 2016

(3)

3 DAFTAR ISI

COVER ... i

PRAKATA ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Pembahasan Masalah ... 2

D. Batasan Masalah ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 4

A. Prinsip-Prinsip Islam dalam Pelaksanaan Humas ... 4

B. Internalisasi Prinsip-Prinsip Islam dalam Pelaksanaan Humas ... 9

C. Korelasi antara Prinsip-Prinsip Umum dengan Prinsip-Prinsip Islam dalam Pelaksanaan Humas ... 10

D. Analisa Konteks ... 11

BAB III PENUTUP ... 14

A. Kesimpulan ... 14

B. Saran ... 15

(4)

4 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ketika kita berbicara tentang hubungan masyarakat, hal pertama yang terlintas di benak kita pasti berkaitan dengan pekerjaan menyampaikan informasi kepada publik, mengantarkan surat dari satu lembaga ke lembaga lain, atau bahkan sebagai juru bicara mengenai kemajuan atau konflik-konflik yang terdapat di dalam suatu lembaga tersebut. Namun sesungguhnya pengertian humas tidak mengerucut pada hal tersebut saja, melainkan humas bisa menjadi komponen inti apabila kinerja para praktisinya mampu menunjukkan kualitas yang berdampak positif terhadap kemajuan sebuah lembaga yang memayunginya.

Humas atau bisa juga disebut dengan public relations adalah upaya organisasi untuk meraih kerja sama dengan sekelompok orang. PR juga membantu organisasi berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif dengan publik.1 Dari situlah maka posisi humas (PR) sebenarnya merupakan posisi yang cukup bergengsi sehingga didalam pelaksanaannya, seorang praktisi humas juga membutuhkan prinsip-prinsip yang dapat dijadikan acuan untuk menjalankan tugas. Prinsip-prinsip Islam merupakan salah satu prinsip yang cukup diutamakan didalam pelaksanaan humas khususnya di lembaga pendidikan Islam. Hal ini disebabkan didalam prinsip-prinsip Islam mengacu segala hal yang memiliki kaitan erat dengan al-Qur’an dan as-Sunnah yang notabene sebagai sumber rujukan utama umat Islam. Sehingga prinsip-prinsip

Islam cukup berperan dalam pelaksanaan humas.

Mengenai uraian singkat di atas, maka dalam makalah ini akan dibahas kurang lebih 3 hal yang terkait dengan manajemen humas. Tiga hal tersebut diantaranya prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas, internalisasinya, hingga korelasi antara prinsip-prinsip umum dengan prinsip-prinsip Islam

1

(5)

5

dalam pelaksanaan humas. Kemudian pemakalah menguraikan analisa konteks mengenai topik yang terkait.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain:

1. Bagaimana prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas?

2. Bagaimana internalisasi prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas? 3. Bagaimana korelasi antara prinsip-prinsip umum dengan prinsip-prinsip

Islam dalam pelaksanaan humas?

4. Bagaimana analisa konteks pemakalah mengenai internalisasi prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas?

C. TUJUAN PEMBAHASAN MASALAH

Tujuan pembahasan masalah dalam makalah ini, antara lain: 1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas.

2. Untuk mengetahui internalisasi prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas.

3. Untuk memahami korelasi antara prinsip umum dengan prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas.

4. Untuk menguraikan analisa konteks pemakalah mengenai internalisasi prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas.

D. BATASAN MASALAH

Di dalam penulisan makalah ini, penulis memberikan batasan masalah

yang mana membahas 3 poin yang berkaitan dengan “Internalisasi

(6)

6

tersebut. Hal ini dibuat semata-mata bertujuan agar pembahasan mengenai

(7)

7 BAB II

PEMBAHASAN

A. PRINSIP-PRINSIP ISLAM DALAM PELAKSANAAN HUMAS

Public Relations dalam Islam dapat dikatakan sebagai dakwah

pengenalan Islam. Dakwah ini berfungsi sebagai pengenalan Islam kepada masyarakat. Seorang pendakwah atau orang yang mensosialisasikan Islam pada masyarakat yang paling sukses adalah Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW mengajak manusia ke jalan Allah dengan lemah lembut dan kasih sayang, sesuai dengan firman Allah yang isinya: "Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah (kebijaksanaan) dan pelajaran yang baikdan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dijalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahuiorang-orang yang mendapat petunjuk”. (An -Nahl:125).2

Lebih spesifik mengenai manajemen public relations dalam lembaga pendidikan Islam, sesungguhnya tidak terlepas dari prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaannya. Prinsip dapat diasumsikan sebagai dasar/landasan dalam melakukan sesuatu. Di dalam pelaksanaan humas sendiri, prinsip juga memiliki kontribusi, khususnya prinsip-prinsip Islam. Prinsip-prinsip Islam yang dimaksudkan di sini, yakni dasar-dasar yang dapat dijadikan acuan dalam melakukan sesuatu yang tetap mengacu pada al-Qur’an dan as-Sunnah. Chusnul Chotimah menguraikan mengenai prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas berdasarkan pada al-Qur’an3, diantaranya:

a. Menggunakan perkataan yang benar

Dalam mengkomunikasikan kepada publik, seorang praktisi humas seyogyanya mampu menggunakan kata-kata yang benar dalam artian

2

Yuke Rahmawati, “Manajemen Public Relations sebagai Alat Etika Komunikasi dalam

Bisnis Islam”, Jurnal Filsafat dan Budaya Hukum, (November, 2014), 190. Diakses melalui https://www.academia.edu/9991531 pada tanggal 09 Maret 2016 19.12 WIB.

3

Chusnul Chotimah, Manajemen Publik Relation Integratif: Konsep, Teori, dan

(8)

8

sesuai dengan fakta dan bertata krama yang baik. Dalam hal ini juga diperjelas melalui firman Allah didalam QS.An-Nisa (4): 9, yang berbunyi:

Artinya: “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya

mereka meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.4

b. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami serta berbekas pada pihak lain

Didalam QS. Al-Nisa (4): 63 menerangkan:

Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang (sesungguhnya) Allah

mengetahui apa yang ada didalam hatinya. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka nasihat, dan katakanlah mereka perkataan yang membekas pada jiwa”.5

Berangkat dari sinilah maka praktisi humas sudah selayaknya untuk berkomunikasi dengan lugas agar mudah dipahami dan membekas pada komunikan. Komunikasi yang membekas adalah komunikasi yang mempunyai rasa dalam jiwa dan dapat tersimpan dalam hati. Komunikasi yang seperti itu bisa dibangun dengan cara melatih praktisi humas untuk berbicara di depan publik. Jika perlu, dalam melakukan public relations

4

Mushaf An-Nisa Al-Qur’an dan Terjemah, (Surabaya: Zafanara, 1987), 78. 5

(9)

9

juga dibutuhkan kemampuan menguasai etika demi terwujud komunikasi yang membekas dan mudah dipahami tersebut.

c. Menggunakan komunikasi yang menyenangkan pihak lain

Komunikasi yang menyenangkan pihak lain sama halnya dengan seorang praktisi humas mampu memilih diksi yang tepat dan perkataan yang sopan/mulia. Perkataan yang mulia manakala perkataan yang diluncurkan seorang praktisi humas itu tidak mengandung unsur mencela komunikan dan menjadikan suasana menjadi keruh. Dalam hal ini juga sudah dituliskan dalam QS.Al-Isra (17): 23.

d. Menggunakan bahasa komunikasi yang mulia (menghormati dan menghargai pihak lain)

Dalam prinsip ini diharapkan praktisi humas harus menghormati orang lain dan juga senantiasa berharap rahmat Allah ketika melakukan komunikasi agar tujuan komunikasi tersebut berhasil. Ini merupakan salah satu karakteristik prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas yang mana tetap mengedepankan rahmat dari Allah SWT. Praktisi humas senantiasa berusaha menyampaikan segala macam informasi kepada publik, namun tidak mengesampingkan konsep tawakkal demi tercapainya rahmat Allah SWT. Hal ini sebagaimana dalam QS. Al-Isra (17):28.

e. Menggunakan bahasa komunikasi yang agung dan memuliakan pihak lain. Praktisi humas harus bisa menggunakan kata-kata yang mempunyai daya tarik dalam momen-momen tertentu. Namun, penggunaan kata-kata yang berlebihan juga tidak dianjurkan dalam hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan kesulitan pemahaman bagi para komunikan.

(10)

10

f. Menggunakan bahasa komunikasi yang baik

Artinya: Dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaan) kamu yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.6

Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk menjalin komunikasi public relations yang baik, seroang praktisi harus bisa menyesuaikan komunikasinya dengan keadaan masyarakat tersebut dan diucapkan dengan lemah lembut. Pemilihan diksi juga memberikan pengaruh terhadap gaya berkomunikasi seseorang, khususnya praktisi humas. Humas seharusnya mampu memilih diksi yang tepat sesuai dengan lawan bicara agar poin yang disampaikan bisa diterima oleh para komunikan dengan baik.

g. Menggunakan bahasa yang lemah lembut

Bahasa yang lemah lembut bukan berarti bahasa yang disampaikan tanpa ada greget dan tidak mengandung unsur meyakinkan. Lemah lembut bagi seorang praktisi humas layaknya kata-kata yang bisa diterima oleh akal dan menancap dalam hati. Efeknya yakni komunikan tidak segera melupakan apa yang disampaikan oleh praktisi humas tersebut. Keahlian semacam itu bisa dimiliki dengan cara dilatih terus menerus. Penggunaan bahasa yang lemah lembut juga telah dijelaskan dalam QS. Taha (20): 44, sebagaimana bunyinya:

6

(11)

11

Artinya: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata

yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”.

h. Menggunakan sistem kelompok atau kerjasama dengan pihak lain dalam suatu urusan (terorganisir)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bersiap-siaplah kamu, dan

majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok atau majulah bersama-sama”.

Hal ini berarti dalam pelaksanaan humas itu tidak dapat dilakukan secara personal, melainkan membutuhkan organisasi sebagai payungnya. Sesuatu yang terorganisir dengan baik pastinya akan memudahkan para pelakunya untuk melancarkan aksi-aksi demi mencapai tujuan organisasi tersebut sekalipun organisasi tersebut mengandung unsur negatif.

Selain prinsip-prinsip Islam yang bersumber pada al-Qur’an, terdapat juga prinsip-prinsip Islam yang mengacu pada as-Sunnah yang mana keduanya sama-sama memiliki fungsi yang sama dalam melaksanakan public relations. Prinsip-prinsip Islam yang mengacu pada as-Sunnah dalam

pelaksanaan humas7, diantaranya:

a. Menerapkan musyawarah untuk mencapai mufakat.

b. Menghormati, menghargai, dan mengakui hak asasi manusia. c. Menggunakan perkataan yang baik.

d. Menggunakan bahasa yang lugas. e. Menggunakan bahasa penjelasan.

Dari sekian prinsip-prinsip Islam baik yang bersumber dari al-Qur’an maupun al-Hadits kesemuanya memiliki kontribusi positif dalam pelaksanaan public relations, khususnya di lembaga pendidikan Islam. Seperti halnya

7

(12)

12

yang telah dijelaskan di bab sebelumnya yang mana peran humas sebagai informator maupun persuator juga memerlukan prinsip-prinsip Islam dalam realisasinya. Sehingga peran humas di lembaga pendidikan Islam bisa terealisasi dengan baik dan hasilnya pun bisa tergolong maksimal.

B. INTERNALISASI PRINSIP-PRINSIP ISLAM DALAM

PELAKSANAAN HUMAS

Sebelum merujuk ke tahap internalisasi prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas, perlu kita ketahui terlebih dahulu tentang internalisasi itu sendiri. Secara etimologi, internalisasi berasal dari kata intern atau kata internal yang berarti bagian dalam atau didalam. Sedangkan internalisasi berarti penghayatan.8 Kemudian secara harfiah, internalisasi merupakan penghayatan atau proses terhadap ajaran, doktrin, atau nilai sehingga menyadari keyakinan akan kebenaran doktrin atau nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Internalisasi merupakan tahap pembatinan kembali hasil-hasil obyektivasi dengan mengubah struktur lingkungan lahiriah itu menjadi struktur lingkungan batiniah, yaitu kesadaran subyektif.9 Lagi, menurut buku Ilmu Pengetahuan Sosial Sosiologi internalisasi merupakan proses penghayatan mengenai kebiasaan dalam kehidupan bersama sehingga menjadi milik diri setiap anggota masyarakat.10

Dari definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa internalisasi merupakan proses menghayati hal-hal yang disampaikan sehingga membangun kesadaran penerima dan hal-hal yang disampaikan tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Internalisasi mampu memberikan kepemahaman kepada seseorang terhadap sesuatu yang perlu untuk dihayati dan memudahkan seseorang mendalami sesuatu .

8

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 1991), 576.

9

F. Budi Hardiman, Melampaui Positivisme dan Modernitas, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 101.

10

(13)

13

Terkait dengan manajemen humas, maka internalisasi prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas juga memiliki kontribusi. Dalam internalisasinya, praktisi humas menjadikan prinsip-prinsip Islam sebagai panduan dalam melakukan public relations. Prinsip-prinsip Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah tersebut dapat dipahami kemudian diterapkan dalam pelaksanaan humas di lembaga pendidikan Islam. Seorang praktisi humas berusaha untuk menjadikan prinsip-prinsip Islam tersebut sebagai pegangan didalam menghadapi publik. Dari sinilah maka kesungguhan seorang praktisi humas dalam mengemban tugasnya dapat terlihat secara jelas.

C. KORELASI ANTARA PRINSIP UMUM DENGAN PRINSIP-PRINSIP ISLAM DALAM PELAKSANAAN HUMAS

Setelah membahas prinsip-prinsip umum dalam pelaksanaan humas di makalah sebelumnya, maka dalam makalah ini mencoba membahas tentang prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas. Di poin awal, pemakalah telah memaparkan secara gamblang mengenai prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas hingga di poin ini mencoba untuk mengkorelasikan antara prinsip-prinsip umum dengan prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas.

(14)

-14

Sunnah sehingga yang tersurat pasti diperkuat dengan ayat al-Qur’an maupun hadits.

Bagi lembaga pendidikan Islam khususnya, prinsip-prinsip Islam ini penting untuk diterapkan dalam pelaksanaan public relations. Hal ini dikarenakan apabila seorang praktisi PR melakukan tugasnya tidak hanya mengacu pada prinsip umum semata, melainkan juga menekankan pada prinsip Islam, maka kemungkinan besar seorang praktisi PR mampu mengemban tugasnya dengan maksimal. Prinsip-prinsip Islam tersebut seperti yang telah dipaparkan di poin awal, diantaranya PR menggunakan perkataan yang benar, PR menggunakan bahasa yang mudah dipahami serta berbekas pada pihak lain, PR menggunakan komunikasi yang menyenangkan pihak lain, PR menggunakan bahasa komunikasi yang agung dan lemah lembut, hingga PR bekerjasama dengan pihak lain (terorganisir). Selain itu dalam as-Sunnah juga diperjelas yang mana PR mampu menerapkan musyawarah untuk mencapai mufakat, menghormati, menghargai, dan mengakui hak asasi manusia, menggunakan bahasa yang lugas hingga bahasa penjelas. Seluruh prinsip-prinsip tersebut baik itu prinsip umum maupun prinsip Islam sesungguhnya semuanya bermuara pada satu titik yakni memaksimalkan peran praktisi PR dalam melakukan tugasnya. Sehingga memberikan dampak positif terhadap lembaga yang memayungi, khususnya lembaga pendidikan Islam.

D. ANALISA KONTEKS MENGENAI INTERNALISASI PRINSIP-PRINSIP ISLAM DALAM PELAKSANAAN HUMAS

Humas atau bisa juga disebut dengan public relations (PR) merupakan bidang atau fungsi tertentu yang diperlukan oleh setiap organisasi, baik itu organisasi yang bersifat komersial (perusahaan) maupun organisasi yang non-komersial. Mulai dari yayasan, perguruan tinggi, dinas militer, bahkan lembaga pendidikan Islam pun memerlukan humas.11 Didalam menjalankan

11

(15)

15

peran public relations, praktisi humas (PR) senantiasa bersinggungan dengan prinsip-prinsip yang menjadi panduan dalam bertugas. Prinsip-prinsip Islam merupakan salah satu prinsip yang memiliki andil dalam pelaksanaan humas. Prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas di sini memiliki karakteristik yakni segala hal yang dituangkan bersumber pada pedoman hidup umat Islam yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah. Poin-poin yang dikembangkan pun senantiasa melibatkan ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits yang terkait. Sehingga seorang praktisi humas (PR) khususnya di lembaga pendidikan Islam bisa lebih mantap karena prinsip-prinsipnya memiliki dasar yang kuat dan tidak memberatkan.

Tidak hanya berhenti sampai pada prinsip-prinsip Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah semata, melainkan prinsip profetik yang melekat erat pada sosok Rasulullah SAW pun juga bisa dijadikan panduan bagi seorang praktisi humas (PR) dalam melakukan public relations. Prinsip profetik tersebut diantaranya siddiq, amanah, tabligh, dan fathanah. Keempat prinsip tersebut mampu membentengi diri praktisi humas (PR) dalam mengemban tugasnya.

Pertama, siddiq yang berarti jujur, dapat diasumsikan bahwa setiap praktisi humas (PR) seyogyanya menanamkan sifat jujur dalam dirinya baik dalam mengemban tugas maupun dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip siddiq memang sudah amat sangat sulit untuk ditemukan dalam diri setiap individu di zaman modern ini. Namun, bukan karena mayoritas yang lebih mendominasi dalam kehidupan ini sehingga membuat praktisi humas (PR) kian getol dalam mengedepankan keuntungan semata, melainkan praktisi PR harus senantiasa tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran untuk membangun citra positif yang bermanfaat tidak hanya pada diri praktisi humas (PR) saja, akan tetapi juga citra positif bagi lembaga pendidikan Islam tersebut.

(16)

16

melakukan tugasnya hanya dengan niat “menggugurkan kewajiban

“ dan didalam realisasinya terlihat asal-asalan. Akan menjadi seperti apa jika

praktisi humas (PR) di sebuah lembaga pendidikan Islam berbuat seperti itu. Maka, prinsip tanggung jawab merupakan pondasi utama bagi seorang praktisi PR di manapun dan kapanpun dalam bertugas.

Selain itu, praktisi humas (PR) juga memerlukan prinsip yang mampu menyampaikan segala jenis informasi secara lugas, jelas, dan bisa diterima oleh publik. Prinsip itulah yang disebut dengan tabligh. Seorang praktisi humas (PR) perlu memiliki kemampuan berkomunikasi yang flexible, bertutur kata hangat, dan pandai bernegosiasi dengan khalayak. Semua itu merupakan skill yang hanya dapat bisa dikuasai melalui latihan berkomunikasi dengan publik. Melalui latihan yang sering, maka bisa dipastikan bahwa seorang praktisi (PR) akan semakin mudah dalam menyampaikan informasi dan menghadapi publik yang heterogen.

Yang terakhir yaitu fathanah (cerdas). Praktisi humas (PR) memerlukan sosok yang mampu membuat perencanaan visi dan misi dari sebuah lembaga pendidikan Islam yang ditempati kemudian mampu mengimplementasikannya. Menjadi praktisi humas (PR) sesungguhnya memerlukan sosok yang berdedikasi tinggi, cerdas, dan tangguh dalam menghadapi publik. Sulit jika seorang praktisi humas (PR) hanya mengedepankan keahlian berkomunikasi semata tanpa memiliki dedikasi dan integritas tinggi dalam mengemban tugas. Sehingga sinergi antara prinsip yang satu dengan yang lain amat sangat dibutuhkan dalam melaksanakan public relations.

(17)

17

bertugas. Konsep syiar juga termasuk ke dalam prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas. Dikatakan demikian karena didalam konsep syiar juga mengandung pengertian bahwasanya memberi jalan untuk menyampaikan informasi kepada publik mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan lembaga pendidikan Islam tempat mengabdi praktisi PR tersebut.

Keseluruhan prinsip-prinsip Islam tersebut kemudian diinternalisasikan dalam pelaksanaan humas (PR) khususnya di lembaga pendidikan Islam. Dalam internalisasinya, seorang praktisi humas perlu menghayati peran dan fungsinya. Hal ini dikarenakan dalam paparan praktik, seorang praktisi humas (PR) akan menghadapi publik yang beraneka ragam dengan karakteristiknya masing-masing. Dengan alasan masyarakat yang heterogen tersebut, maka seorang praktisi humas (PR) seyogyanya mampu untuk menghadapi dan melakukan tugasnya secara maksimal dengan menginternalisasikan prinsip-prinsip Islam tersebut.

(18)

18 BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah. Prinsip-prinsip Islam yang bersumber pada al-Qur’an, diantaranya PR menggunakan perkataan yang benar, PR menggunakan bahasa yang mudah dipahami serta berbekas pada pihak lain, PR menggunakan komunikasi yang menyenangkan pihak lain, PR menggunakan bahasa komunikasi yang agung dan lemah lembut, hingga PR bekerjasama dengan pihak lain (terorganisir). Sedangkan prinsip-prinsip Islam yang bersumber pada as-Sunnah, diantaranya PR mampu menerapkan musyawarah untuk mencapai mufakat, menghormati, menghargai, dan mengakui hak asasi manusia, menggunakan bahasa yang lugas hingga bahasa penjelas.

2. Internalisasi prinsip-prinsip Islam dalam pelaksanaan humas memiliki kontribusi. Dalam internalisasinya, praktisi humas menjadikan prinsip-prinsip Islam sebagai panduan dalam melakukan public relations. Prinsip-prinsip Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah tersebut dapat dipahami kemudian diterapkan dalam pelaksanaan humas di lembaga pendidikan Islam. Seorang praktisi humas berusaha untuk menjadikan prinsip-prinsip Islam tersebut sebagai pegangan didalam menghadapi publik. Dari sinilah maka kesungguhan seorang praktisi humas dalam mengemban tugasnya dapat terlihat secara jelas.

(19)

19 B. SARAN

Terdapat beberapa saran yang ditujukan kepada manajer sekolah, praktisi humas, maupun pembaca, diantaranya:

1. Bagi manajer sekolah bisa mengkoordinir praktisi humas yang ditunjuk dalam melaksanakan tugas dan senantiasa memantau kinerja praktisi humas tersebut demi tercapainya tujuan lembaga pendidikan Islam yang dinaunginya.

2. Bagi praktisi humas senantiasa berusaha menginternalisasikan prinsip-prinsip Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah dalam pelaksanaan humas sehingga profesionalitas dalam mengemban tugas bisa terwujud.

(20)

20

DAFTAR RUJUKAN

Anggoro, M. Linggar. 2000. Teori&Profesi Kehumasan: serta Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara

Butterick, Keith. 2014. Pengantar Public Relations: Teori dan Praktik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Chotimah, Chusnul. 2013. Manajemen Publik Relation Integratif: Konsep, Teori, dan Aplikasinya di Pesantren Tradisional. Tulungagung: STAIN

Tulungagung Press

Hardiman, F. Budi. 2003. Melampaui Positivisme dan Modernitas. Yogyakarta: Kanisius

Hidayati, dkk. 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial Sosiologi 2. Jakarta: Erlangga, 2006

Mushaf An-Nisa Al-Qur’an dan Terjemah. 1987. Surabaya: Zafanara

Rahmawati, Yuke, “Manajemen Public Relations sebagai Alat Etika Komunikasi

dalam Bisnis Islam”, Jurnal Filsafat dan Budaya Hukum, (November, 2014), 190. Diakses melalui https://www.academia.edu/9991531 pada tanggal 09 Maret 2016 19.12 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan intensi membeli tablet PC pada mahasiswa angkatan 2012 Program Studi Peternakan Fakultas

Pemilihan Kazakhstan oleh aktor negara yakni rezim Hu Jintao merupakan sebuah keputusan yang dibuat oleh pemangku kepentingan dalam hal ini alternatif-alternatif yang ada baik

Rubahlah fokus pemasaran anda seperti ini untuk lebih memberikan keyakinan, dorongan dan kenyamanan kepada pelanggan setia yang sudah kenal dan menjadi konsumen anda sebelumnya,

[r]

Spesimen tube 1, biasanya tdk digunakan karena dapat Spesimen tube 1, biasanya tdk digunakan karena dapat bercampur darah dari trauma punksi. Spesimen tube 2 : utk sel &

Kompetensi pedagogik guru menjadi faktor yang sangat menunjang peningkatan kualitas sekolah. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa adalah

Algortima genetika pertama kali dirintis oleh John Holland dari Universitas Michigan pada tahun 1960-an, yang terinspirasi dari teori evolusi Darwin yang menyatakan

Tujuan umum perlakuan framing identitas SARA adalah untuk mengetahu bagaimana intensi menolong manakala: 1) eksperimentee tidak mengetahui identitas sosial orang yang