PROFIL JALAN
TEBING TINGGI
SINERGI
REFERENSI TEBING TINGGI DELI
w
w
w
.t
e
b
in
g
t
in
gg
i
ko
ta.go
.i
d
JALAN KOTA, CERMIN
KEPRIBADIAN
KITA
K E M A C E TA N L A L U
L I N TA S D A N D A M PA K N YA
B A G I M A S YA R A K AT
KLINIK BISNIS
TEBING TINGGI
AKTIF KEMBALI
O
M
O
R 128 T
AHUN 2013 T
KETUA PENGARAH :
Ir.Umar Zunaidi Hasibuan, MM ( WaliKota Tebing Tinggi )
WAKIL KETUA PENGARAH :
H. Irham Taufik, SH, M.AP (Wakil WaliKota Tebing Tinggi )
PENGENDALI :
H. Johan Samose Harahap, SH, MSP (Sekdako Tebing Tinggi Deli )
PENANGGUNG JAWAB :
Ir. H. Zainul Halim (Asisten Administrasi Umum )
PIMPINAN REDAKSI :
Ahdi Sucipto, SH (Kabag Adm. Humas PP)
REDAKSI :
Rizal Syam, Khairul Hakim, Juanda
BENDAHARA :
Jafet Candra Saragih
KOORDINATOR LIPUTAN :
Drs Abdul Khalik, MAP
SEKRETARIS REDAKSI :
Dian Astuti
LAYOUT DESAIN GRAFIS
Edi Suardi, S.Sos Aswin Nasution, ST
FOTOGRAFER :
Sulaiman Tejo Chairul Fadhli
KOORDINATOR DISTRIBUSI
RIDUAN
LIPUTAN DAN REPORTER :
Wartawan Unit Pemko Tebing Tinggi
Redaksi menerima tulis,photo juga surat berisi saran penyempurnaan dari pembaca dengan melampirkan tanda pengenal (KTP, SIM, Paspor) dan Redaksi berhak
mengubah tulisan sepanjang tidak mengubah isi dan
maknanya.
Tulisan dikirim ke alamat redaksi :
Bagian Administrasi Humasy Pimpinan dan Protokol Sekreariat Daerah Kota Tebing Tinggi
SALAM REDAKSI
Sumpek, berdebu, hingar binger, banyak yang marah dan ngedumel, bahkan hingga maki-makian. Darah juga banyak yang tumpah di sini, mulai dari kehilangan nyawa hingga patah tulang dan luka-luka. Harta benda juga banyak yang hancur jika sudah terjadi tabrakan. Di jalan, semua peristiwa itu ada, bercampur aduk segalanya menjadi sebuah prahara yang mengguncang nurani, bahkan bisa juga symbol buruknya sebuah peradaban bernama modernitas.
Dari jalan pula kita bisa mengukur sejauh mana sebuah peradaban itu maju dan dikella secara baik. Orang lain yang datang ke suatu kota akan bisa melihat sejauh mana perilaku masyarakat di suatu tempat itu diukur dari jalan-jalan yang mereka lalui setiap hari, pulang dan pergi. Pada masyarakat yang sudah maju, kemacatan di jalan dipan-dang sebagai sebuah bencana peradaban, karena kemacatan itu telah menghabiskan banyak hal secara sia-sia, Mulai dari sumber daya alam, sumber daya manusia hingga kerusakan lingkungan yang parah. SINERGI edisi Oktober ini, mencoba membuat laporan terkait dengan pengelolaan jalan kita. Apa dampak yang dialami jika kemacatan tak bisa diurai dan selalu jadi persoalan setiap hari. Selain itu, kami juga mengajak pembaca untuk berlayar ke masa lalu, tepatnya perjalanan manusia berlangsung di dunia pelayaran atau maritime.
Rubrik pluralis yang banyak digemari pembaca, kali ini kami isi dengan laporan terkait sejarah sebuah Bandar di pantai barat Sumat-era, bernama Barus. Kam mengajak Anda melihat bandar itu saat ini, tepatnya sekira pertengahan Juni 2007 lalu. Tulisan ini, pernah dimuat di Harian Waspada dan mendapat sambutan pembaca koran terkemu-ka itu. Kini edisinya terkemu-kami sajiterkemu-kan sebagai bahan pengetahuan kepada pembaca sekalian.
Pembaca budiman…
Selain dua tulisan itu yang kami kira cukup bagus mewakili edisi kali ini, kami juga mengisinya dengan sejumlah rubric, mulai dari pena-taan Pasar Bunga di halaman ekonomi, Ada pula laporan dar kertas kerja dengan Yayasan Hayati Indonesia dalam bentuk makalah ber-judul ‘Strategi Memperoleh Adipura Kota Tebingtinggi.’ Laporan ini bisa jadi pemicu bagi upaya kota ini medapatkan piala prestisius di bidang lingkungan hidup itu.
Untuk kolom agama, ada laporan soal kegiatan yang jadi program Pemko Tebingtinggi dengan istilah ‘Gemmar,’ Ternyata banyak kendala yang dihadapi di lapangan. Laporan ini mencoba meotret program itu di berbagai masjid dan bisa jadi perbandingan untuk pembenahan nantinya. Tak lupa pula ada opini yang manarik dari penulis. Judulnya un sangat provokatif, “Mereka bersumpah untuk negeri ini.’
Pada akhirnya, Kam berharap kiranya edisi ini juga mampu memberi-kan stimulua pengetahuan kepada khalayak pembaca setia majalah kesayangan kita ini. Begitu pun kami tak lepas dari banyak kekuran-gan yang membutuhkan perbaikan di sana. Kami berharap sumbankekuran-gan tulisan dan pemikiran dari Anda sekalian, demi terus memperbaiki
REFERENSI TEBING TINGGI DELI
TERBIT SEJAK 16 Juli 2002 SK WALIKOTA TEBING TINGGI
NO.480.05/286 TAHUN 2002
DAFTAR ISI
SINERGI EDISI 130 OKTOBER 2013
4. MOMENTUM
8. SINERGITAS
•
Jalan Kota, Cermin Kepribadian Kita
9. UTAMA
• Apa Kabar Penataan Jalan Tebingtinggi ?
•
Implementasi Perlindungan Ham Dan
Su-premasi Hukum
13. PENDIDIKAN
•
SMP Negeri 1 Gelar Pameran Sains
Tekh-nologi
14. KESEHATAN
•
Klinik Bisnis Tebing Tinggi Aktif Kembali
15. LINGKUNGAN HIDUP
•
Jica Tinjau Sektor Sanitasi Di Tebing Tinggi
•
Program SLBM Layani 230 KK di 5
Kecama-tan se Kota Tebing Tinggi
•
Strategi Memperoleh Adipura Kota Tebing
Tinggi Tahun 2013 – 2014
19. EKONOMI
•
Penataan Pasar Bunga Masih Tradisional
20. HUKUM
•
Pemko Tebingtinggi Sampaikan
Pendidi-kan Politik Ke Masyarakat
•
PNS Fungsional Kesehatan Dilatih
Menghi-tung Angka Kredit
21. WANITA
•
Pemko Tebingtinggi Canangkan Bulan
Balita dan Bina Generasi Muda
22. PEMKO KITA
•
Umar Hasibuan Kecewa’ Bws Sumut Tidak
Peduli Terhadap Warga
•
Atasi Banjir, Pemko Tebingtinggi Bangun
Tanggul Sungai Padang Senilai Rp 1,5 M
•
Aparat Pemerintahan Dilatih
Penanggulan-gan Bencana
•
Warga Bulian Apresiasi Pembuatan
Bron-jong Sungai Padang
•
Bnpb Tinjau Korban Banjir Di Tebing
Tinggi
•
Ppsa Lemhanas Kunjungi Tebingtinggi
•
Walikota Tebing Tinggi Terima Piala Wtn
Lalulintas
•
Kartu Kps Bisa Untuk Peroleh Beasiswa
Warga Kurang Mampu
•
Dinas Pertanian Di Deadline Bagikan
Po-hon Kepada Warga
40. AGAMA
•
‘KENDALA MENGAJAR MENGAJI MAGRIB
SAAT MATI LAMPU
42. SOSIAL
•
Pemko Tebing Tinggi Lepas Peserta Seleksi
Nasyid Sumut
•
26 Atlit Berprestasi KONI Tebing Tinggi
Try Out ke Melaka
44. PARLEMENTARIA
•
Dprd Tebingtinggi Minta Hentikan Alih
Fungsi Lahan Pertanian
46. OPINI
•
Mereka bersumpah untuk negeri ini
47. LENSA PEMKO
•
Upacara Kesaktian Pancasila, Selasa 1 Oktober
2013
•
Hut Koperasi, Kamis 3 Oktober 2013
51 . RAGAM PLURALIS
•
Menyelusuri Jejak Islam di Barus
57.
PUISI
56. INFO NASIONAL
•
Menyusui Eksklusif Cegah Ibu dari Alzheimer
57. INFORMASI TEKNOLOGI
58. SASTRA DAN PUISI
59. TEPIAN
•
Hasan al-Basri
Redaksi JUANDA
Redaksi KHARUL HAKIM Sekretaris Redaksi
DIAN ASTUTI Pimpinan Redaksi
AHDI SUCIPTO.SH
Bendahara JAFET CHANDRA SARAGIH
Redaksi RIZAL SYAM Koordinator Liputan
SINERGITAS
JALAN. Mendengar kata ini, umumnya kha
-layak akan mengasosiasikan dengan satu situasi yang rumit, sumpek dan bikin stres. Kata situ
-asional itu adalah kemacatan. Hampir tidak ada lintasan di perkotaan yang bebas dari macat, di mana hingga kini dinamika dunia modern men
-emukan sebuah paradox peradaban didalamnya. Akselerasi modernisasi yang terus diburu ban
-yak negara berkembang, ternyata menyumbang persoalan sosial yang rumit ini, dalam proses memburu kesejahteraan. Salah satunya adalah pembangunan jalan darat yang terus dipacu pemerintah di berbaga belahan dunia memper
-lancar arus pergerakan massa serta membuka ke
-terisoliran suatu kawasan. Namun, belakangan jalan darat yang dibuka itu, memiliki implikasi lain seiring dengan penemuan mesin motor. Salah satu persoalan rumit antara pembukaan jalan darat dan penemuan mesin motor, adalah kemacatan, saat di mana terjadi ketidak seim
-bangan daya dukung antar kedua komponen itu. Kemacatan di jalan, saat ini tidak hanya men
-jadi persoalan teknis transportasi belaka, tapi bisa menjadi simbolisme sosio-psikologis masyarakat. Satu di antaranya kita tak menya
-dari bahwa perilaku kita di jalan merupakan cer
-min kepribadian individu maupun publik. Bah
-kan, tak jarang kemacatan di jalan menjadi tolok ukur kemajuan suatu peradaban disbanding per
-adaban lain di muka bumi. Ukurannya, adalah sejauh mana suatu peradaban mampu menyele
-saikan kemacatan dalam dunia transportasinya Kemacatan di jalan, merupakan fenomena dari transportasi darat yang dalam dua setengah abad belakangan, menjadi trend dunia. Jalan trans Jawa mulai Anyer-Panarukan yang dibangun Gubernur Jenderal Daendels Abad 18, menjadi tonggak sejarah terjadinya perubahan kultur transportasi, dari trasnportasi maritim (air) ke daratan (jalan) di Nusantara. Sejak itulah di
-namika transportasi darat di negeri ini berger
-ak maju, meninggalkan transportasi maritim. Saat ini, cermin kemacatan arus transportasi Jakarta dan kota-kota besar lainya, menjadi bagian dari sejarah retak budaya bangsa Indo
-nesia. Publik dibuat jengah, bagaimana bisa kemacatan jalan raya itu selama puluhan tahun tak mampu dibenahi dengan baik. Bahkan, bu
-kannya menjadi lebih tertata, justru menunjuk
-kan kecenderungan kian semrawut. Padahal, sejak lama juga ada instansi yang memiliki wewenang menata persoalan kemacatan itu. Belakangan, kemacatan seperti penyakit menu
-lar yang terus menja-lar ke berbagai kota di
tentu kemacatan sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Misalnya, pada saat jam berangkat kerja, pulang sekolah maupun pulang kerja. Banyak warga mengalami ‘shock culture’ ke
-tika menemukan fakta terjadinya kemacatan di sekitar diri mereka. Padahal, selama ini mereka jarang menemukan fakta kemacatan, kecuali di hari-hari besar, semacam hari raya. Ket
-erkejutan paling awal yang dialami pubik, saat menghadapi kemacatan adanya perasaan men
-waktu berlalu membentuk rasa marah hingga menuju terminal stres dan kemudian depresi. Belum lagi dihitung factor material yang harus diderita, akibat kemacatan, misalnya kerugian energi minyak kenderaan yang mesinnya tetap hidup, tapi tidak melaju. Atau, waktu yang sia-sia, karena terperangkap ditengah kemacatan. Jelasnya, ada banyak factor yang mempengaruhi public, ketika kemacatan terjadi pada suatu kota. Penyebab Kemacatan
Secara teknis, ada banyak factor penyebab terjadinya kemacatan. Paling tidak penyebab kemacatan itu, meliputi factor jalan, kender
-aan, manusia dan factor lainnya. Faktor jalan raya misalnya, akibat kondisi jalan yang tak sesuai dengan keadaan yang seharusnya, di mana lintasan sempit/terbatas yang menyebab
-kan kenderaan tidak leluasa lalu lalang. Atau penyebab lain, berupa penggunaan jalan untuk hal-hal lain, misalnya tepi jalan yang diguna
-kan sebagai kegiatan usaha (pedagang K5). Faktor lain, yakni kenderaan di mana berop
-erasinya kenderaan dari jenis tertentu yang bisa menyumbang kemacatan, antara lain jenis mobil truk container atau mobil berbadan besar dan pan
-jang. Atau kuantitas kenderaan yang jumlahnya tak dibatasi, sehingga antara jumlah kenderaan dengan jalan yang ada tak seimbang. Dalam se
-buah survey penelitian, ditemukan fkta bahwa mobil pribadi menjadi penyumbang terbesar kemacatan, ditambah bus kota dan sepeda motor. Manusia juga menjadi factor penentu ter
-jadinya kemacatan. Sikap dan perilaku serta kebiasan manusia di jalan menyumbang po
-tensi terbesar kemacatan. Paling besar sikap manusia yang berpotens menimbulkan kema
-catan adalah sikap egoisme (mau menang sendiri), congkak, arogan, serta memandang pelanggaran terhadap rambu lalu lintas seba
-gai hal biasa. Selain itu, perilaku over confi
-dence juga menjadi persoalan di jalan raya, di mana perilaku itu malah berpotensi menim
-bulkan bahaya bagi diri sendiri dan orang lain. Sedangkan factor lain yang juga dapat memicu kemacatan, adalah banyak speed trap yang tidak sesuai dengan peraturan yang ada. Di mana warga di sekitar jalan menerapkan speed trap sesuai dengan kemauannya. Misalnya, ada pesta langsung pasang rambu stop, atau pembatasan-pembatasan terhadap arus lalu lintas akibat kegiatan proyek. Kesemua kegia
-tan itu, jika -tanpa koordinasi dengan ins-tansi terkait berpotensi menimbulkan kemacatan. Faktor lain-lain ini juga menyangkut tabiat manusia yang umumnya kehilangan sense ter
-hadap ketertiban, keteraturan, dan kenyamanan. Jika kita mau mendeteksi beberapa perilaku yang menjadi penyebab terjadinya kema
-catan, maka inilah dia penyebab kema-catan, karena ulah kita bersama. Pertama, berpindah jalur seenaknya, di mana seorang pengen
-dera yang merasakan akan terjebak oleh ma
-cat, maka dengan anteng memasuki celah di depan tanpa pertimbangan arus. Supir mengisi ruang kosong yang seharusnya jadi arus dari hadapan. Hal itu mengakibatkan, kenderaan langsung mampet seperti air terjebak sampah. Kedua, ragu dalam berkenderaan juga menjadi salah satu penyebab kemacatan. Supir yang ragu
berpintasan atau berada di belakang kenderaan yang ragu akan juga mengalam keraguan. Akh
-irnya, keraguan berkenderaan akan menimbul
-kan keraguan massif dan berbuntut kemacatan. Ketiga, berkenderaan tidak dijalurnya. Per
-ilaku seperti ini jamak d-ilakukan oleh penge
-mudi yang pingin cepat sampai tujuan, se
-hingga menerabas rambu-rambu jalan. Jika ini terjadi dan dilakukan banyak pengemudi, maka dipastikan akan terjadi kemacatan. Keempat, budaya hedonism. Budaya hedon
-ism itu dalam bentuk berlomba-lomba memi
-liki kenderaan pribadi yang seharusnya bukan merupakan kebutuhan esensial dalam hidupnya. Misalnya, karena demi prestise keluarga, setiap anak diberikan kenderaa bermotor, maski ken
-deraan itu dipakai hanya untuk kesenangan sesaat atau paling banter untuk pergi ke sekolah atau kuliah. Padahal, jika mampu menahan naluri hedonimse itu, pembatasan kenderaan akan sangat bermanfaat mengatasi kemacatan. Selain itu, kemacatan juga menjadi penyum
-bang terbesar terjadinya kerusakan lingkun
-gan, khususnya udara. Asap kenderaan yang menjadi penyumbang terbesar zat CO2 ke udara mengakibatkan terjadinya penurunan derajat kesehatan manusia. Jika hal itu terus terjadi, juga akan menimbulkan kerusakan at
-mosfer bumi yang dikenal dengan efek rumah kaca, karena asap kenderaan bersama asap in
-dustry menyumbangkan banyak ketidak seim
-bangan dalam muatan udara yang kita hirup. Pada hemat kita, kemacatan yang terjadi di kota-kota besar hingga kota-kota sedang dan kecil, bah
-kan kota kecamatan, umumnya terjadi karena factor manusia. Manusia lah yang menciptakan kemacatan dalam ruang yang mereka sedia
-kan sendiri, yakni di jalanan. Oleh karena itu, mengurai kemacatan tidak bisa hanya dilaku
-kan dengan memecah-kan masalah secara teknis transportasi semata, tapi harus lebih dulu meru
-bah perilaku manusianya. Paling tidak semua itu bisa dimulai dari diri kita masing-masing. Namun secara teknis, hal terpenting yang di
-lakukan adalah me-lakukan efisiensi terhadap perilaku berjalan masyarakat. Hal itu menyang
-kut tata ruang wilayah yang harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Pola pembangu
-nan sarana dan prasarana secara terpusat tidak lagi bisa dilakukan di masa depan. Berbagai fasilitas public yang selama ini cenderung be
-rada di inti kota, harus digeser dengan melaku
-kan pemerataan dengan pemukiman warga. Artinya, pemerintah sudah harus melakukan revitalisasi aspek lokasi pelayanan public, di mana berbagai fasilitas public mulai dari pasar, sarana pendidikan, perkantoran hingga areal pelesiran berada dekat dengan pemuki
-man. Tidak seperti selama ini yang cender
-ung terpusat dan berada di inti kota. Jika hal itu dilakukan, maka warga tidak perlu harus menggunakan kenderaan untuk bepergian, tapi cukup perjalan kaki, karena dekat dari ru
-mah masing-masing.Semoga. Abdul Khalik
U T A M A
Berdasarkan catatan sejarah, perubahan arus transportasi dari maritim (sungai) ke tranpor-tasi darat di kota Tebingtinggi, dimulai sekira 1888, saat sejumlah perusahaan Kolonial Belanda dibawah Deli Sumatera Maschapij (DSM) membangun jaringan jalan kereta api. Jaringan jalan kereta api itu dibangun untuk mendukung pembukaan perkebunan besar-besaran di sepanjang pesisir Sumatera Timur, mulai dari Binjai hingga Rantau Parapat. Sejak saat itu, pembukaan jalan darat dilaksan-akan secara terus menerus hingga 1939, saat di mana Gementee Tebingtinggi terhubungan dengan kawasan sekelilingnya melalui jalan darat. Bahkan, belakangan Tebingtinggi men-jadi lokasi persimpangan transportasi darat via pesisir timur (arah Kisaran) maupun ten-gah (arah Pematang Siantar) Pulau Sumatera. Meski hingga 1950, keberadaan transportasi maritim via sungai (sungai Padang) masih terus berlangsung. Khususnya untuk pen-gangkutan produk bernilai ekonomis, sep-erti hasil perkebunan dan pertanian. Kapal tongkang dengan bobor 10 ton, masih dite-mui mengairi sungai Padang mengangkut CPO dari Bandar Oli (Pabatu) di tahun itu. Perubahan total transportasi air ke trans-portasi darat di kota Tebingtinggi, terjadi ketika pembukaan dan perbaikan jalan men-ghubungkan satu kota dengan kota lain di Su-matera Timur terus berlangsung. Disemanga-ti pula oleh terjadinya modernisasi kenderaan motor (mobil dan sepeda motor) yang
men-galami modifikasi setiap tahun. Moda trans -portasi air selanjutnya mati secara alamiah. Hingga kini, sebagian besar lintasan yang ada di kota Tebingtinggi, khususnya jalan protokol merupakan warisan Kolonial Be-landa, saat membuka perkebunan di seki-tar kota Tebingtinggi. Tidak mengherankn jika lintasan di kota Tebingtinggi memiliki jaringan jalan arteri hingga kini dengan berbagai perkebunan yang ada, mulai dari Kebun Paya Pinang, Tanah Besih, Gunung Pamela, Pabatu, Sibulan, Sei Berong, Rambu-tan hingga Dolok Masihul bahkan Silau Du-nia dan Negeri Dolok di Kab. Simalungun. Pantas dicatat, jalan-jalan di kota Tebingting-gi berasal dari warisan Kolonial Belanda, yakni Jalan protokol Sutomo-Suprapto-KF Tandean. Jalan Yos Sudarso-Sudirman-A. Ya-ni-Gatot Subroto. Jalan HM Yamin-Imam Bon-jol-Sutoyo-Diponegoro-Sisingamangaraja. Sedangkan jalan penghubung dalam kota, yakni Jalan Kartini-Bedagai-Patriot, meru-pakan jalan lingkungan di sekitar pusat perdagangan sungai Bahilang. Kemudian ja-lan Thamrin-Haryono MT, Pattimura, KHA
Dahlan yang juga jalan pendukung perda-gangan sungai. Kemudian Jalan Pahlawan-Veteran-Deblot Sundoro sebagai jalan per-kantoran. Kemudian beberapa jalan lain yang berada di pemukiman, misalnya Jalan Pusara Pejuang-DI Panjaitan-Perintis Kemerdekaan, maupun Jalan 13 Desember-Manggis. Jalan-jalan warisan Belanda, ditandai dari
spesifikasi jalan yang sempit dan pendek,
karena penggunaannya yang terbatas. Ja-lan-jalan warisan itu, hampir dipastikan tidak bisa lagi mengalami pelebaran, ka-rena di sisi jalan terbangun pemukiman yang menutup peluang bagi pelebaran ja-lan. Tidak mengherankan jika jalan-jalan di inti kota Tebingtinggi, umumnya sempit. Jika pun akan dilakukan pelebaran, maka langkah yang dilakukan hanya pemotongan lahan pemukiman yang ada di tepi jalan. Langkah pelebaran jalan sudah pernah di-lakukan Pemerintah kotamadya Tebingtinggi di masa Wali Kota Drs. Amiruddin Lubis, ketika sejumlah jalan di inti kota men-galami pelebaran dengan mengambil tro-toar jalan. Bahkan, pelebaran berlanjut dengan memotong badan rumah. Meski sempat menimbulkan reaksi masyarakat, namun kondisi jalan yang ada saat ini, merupakan warisan pelebaran jalan di-lakukan wali kota termuda di masanya itu. Prestasi terbesar yang dilakukan pemerintah kota Tebingtinggi, adalah pembukaan jalan ring road di pinggiran kota. Jalan ini dibuka di masa Wali kota Drs. Rupai Peranginangin. Ring road yang dibuka, mulai dari Kampung Marbun hingga ke Kel. Bagelen dan Persiakan, dikenal dengan Jalan Baja-Syekh Beringin-Ab-dul Hamid, kemudian berlanjut ke Jalan As-rama Kodim hingga ke Jalan Pulau Sumatera. “Sekarang (1985-1990) memang jalan ini tak bermanfaat, tapi nanti kalian rasa-kan manfaatnya,” ujar Rupai Peranginngin, saat banyak reaksi atas pembangunan jalan itu. Belakangan, pernyataan man-tan wali kota asal Tanah Karo itu ada be-narnya, karena jalan itu membuka iso-lasi daerah pinggiran kota Tebingtinggi. Di masa Wali Kota Hj. Rohani Darus Daniel, SH, kembali pengembangan jalan dilaku-kan, dengan membuka ring road bagian barat, mulai dari Kel. Pabatu hingga Kel. La-lang, dikenal dengan Jalan AMD-Musyawa-rah-Abdul Haris Nasution-Gunung Leuser. Namun, jalan ini menimbulkan problema besar bagi keuangan kota, karena pemban-gunan yang tidak profesional. Untuk ruas Jalan AMD misalnya hingga 15 tahun kemu-dian, jalan itu selalu dalam perbaikan,
ka-rena kondisi tak laik dilintasi. Demikian pula dengan Jalan Gunung Leuser yang telah me-makan dana hingga puluhan miliar rupiah. Di masa Wali Kota Ir.H.Umar Zunaidi Ha-sibuan, MM, ada kebijakan yang menarik untuk dua rua jalan itu. Misalnya, Jalan AMD telah dilakukan rehabilitasi jalan dengan menggunakan jalan cor beton. Model jalan ini diharapkan bisa jadi solusi menekan biaya un-tuk rehab Jalan AMD yang tak berkesudahan. Ancaman Macat Kini seiring dengan perkembangan moda transportasi darat yang kian maju, anca-man macat sudah di depan mata. Sinyal itu terlihat dari stagnannya pembukaan jalan baru di kota Tebingtinggi, disamp-ingi tidak bisanya melakukan pelebaran ja-lan, karena keterbatasan ruang yang ada. Selain itu, pertumbuhan kenderaan motor dari berbagai jenis, juga menjadi problema yang kian membuka potensi macat. Misalnya, tidak adanya pembatasan terhadap kepe-milikan kenderaan bermotor masyarakat. Akibatnya, saat ini untuk satu rumah dipas-tikan akan ada dua hingga tiga sepeda motor. Demikian pula dengan mobil pribadi. Sedan-gkan keberadaan becak bermotor yang men-jadi salah satu mata pencarian warga bawah, juga mengalami over capasitas, karena tidak adanya pembatasan pengadaan kenderaan roda tiga itu. Juga dengan angkutan kota. Akibatnya, aroma kemacatan mulai dirasakan warga, terutama pada jam-jam tertentu. Mis-alnya, pagi hari ketika berangkat kerja maupun pulang kerja. Demikian pula di saat sekolah pulang, khususnya sekolah di jalan proto-col, dipastikan kondisi macat mengancam. Saat ini sudah dibutuhkan upaya paling tidak membuat grand desain penataan jalan-jalan di kota Tebingtinggi guna menghindari kema-catan, khsususnya pada penataan kenderaan bermotor. Jika tidak dipastikan over kapa-sitas yang saat ini mengancam keberadaan lalu lintas jalan raya akan semakin parah. Ini belum lagi keresahan stakeholder peman-faat jalan yang mulai mengadu ke DPRD, ka-rena kepentingan mereka mulai terabaikan. Diperkirakan, 10 tahun ke depan kita akan mengalami kemacatan seperti kota-kota be-sar, jika kita tak mepersiapkan problem solv-ingnya sejak dini. Jangan main-main dengan ancaman macat, karena kerugiannya akan san-gat besar dialami masyarakat. Abdul Khalik
UTAMA
I. Pendahuluan A. Latar Belakang
Lalu lintas merupakan masalah penting ka -rena lalu lintas adalah sarana untuk berger -ak dari satu tempat ke tempat yang lain. Apabila lalu lintas terganggu atau terjadi kemacetan, maka mobilitas masyarakat juga akan mengalami gangguan. Gang -guan ini dapat menyebabkan pemborosan bahan bakar, pemborosan waktu dan dapat mengakibatkan polusi udara.
Masalah lalu lintas merupakan masalah yang sangat penting, karena masalah ini adalah masalah sulit yang harus dipecah -kan bersama. Apabila masalah lalu lintas tidak terpecahkan, maka masyarakat sendi -ri yang akan menanggung kerugiannya, dan apabila masalah ini dapat terpecahkan dengan baik, maka masyarakat sendiri yang akan mengambil manfaatnya. Saat ini lalu lintas yang macet merupakan suatu kejadian yang biasa kita lihat baik di pagi hari, sore hari maupun di malam hari. Masalah ini terjadi karena pertambahan jumlah kendaraan dengan pertumbuhan jalan tidak seimbang sehingga selain menyebabkan kemacetan juga dapat me -nyebabkan kecelakaan lalu lintas.
Masalah ini juga merupakan masalah lama yang sampai saat ini belum ditemukan solusi yang tepat. Untuk itu perlu adanya kerja sama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat agar masalah ini cepat terselesaikan. Setiap individu berhak memikirkan masalah ini, karena sekecil apapun peran yang diberikan oleh individu tersebut tentu akan memberikan pengaruh yang besar bagi dunia lalu lintas agar men -jadi lebih aman dan nyaman.
B. Masalah
Dalam keadaan yang seperti sekarang ini, sulit bagi kita untuk berharap agar kemac -etan lalu lintas menjadi berkurang, apalagi hilang tak membekas. Masalah ini tidak terjadi karena satu faktor, melainkan ban -yak faktor yang saling berkaitan satu sama lain sehingga untuk mengatasi masalah ini dibutuhkan kerja keras setiap individu. Tiap individu tidak boleh mengandalkan individu lain, melainkan individu tersebut
mengatasi masalah klasik ini, bukannya membuat sebuah budaya baru yakni lebih mementingkan diri sendiri ketimbang me -mikirkan orang lain seperti saling serobot demi tidak terjebak dalam kemacetan. Nilai-nilai Pancasila yang mengalir di dalam diri mereka seharusnya dapat men -jadikan mereka seorang yang lebih sem -purna, yakni manusia yang ber-Ketuhanan yang Maha Esa, ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, ber-Persatuan Indonesia, dan ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusya -waratan / perwakilan serta ber-Keadilan soaial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai tersebut nampaknya kini hilang tak membekas dalam diri setiap individu. C. Tujuan
Makalah ini dibuat agar masyarakat pada umumnya dan bagi pelajar khususnya serta semua lapisan masyarakat untuk bersedia memikirkan masalah kemacetan lalu lintas yang semakin hari kondisinya semakain parah. Tidak hanya mengandalkannya kepada pemerintah saja, tetapi juga ikut menjadi bagian dari masalah ini, karena jika masyarakat hanya mengandalkannya kepada pemerintah saja, mungkin masalah ini membutuhkan waktu yang lama untuk terselesaikan.
Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar masyarakat mengetahui tentang sebab-sebab kemacetan di Indone -sia, setelah itu masyarakat dapat meng -etahui dampak yang ditimbulkannya bagi kehidupan mereka dan mengajak mereka untuk bersama-sama menyusun strategi dalam mengatasi masalah kemacetan. II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Kemacetan Lalu Lintas Sebelum membahas tentang pengertian kemacetan lalu lintas, sebaiknya kita pelajari terlebih dulu pengertian dari lalu lintas itu sendiri. Dalam UU RI Nomor 14 Tahun 1992, ditetapkan pengertian lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang dan hewan di jalan.
Sedangkan pengertian dari kemacetan lalu lintas adalah situasi atau keadaan tersen -datnya atau bahkan terhentinya lalu lintas
kendaraan melebihi kapasitas jalan. Indo -nesia yang merupakan negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang banyak tentunya memiliki pengguna jalan dan mobilitas yang tinggi pula.
Dinas perhubungan DKI Jakarta mencatat, pertambahan jumlah kendaraan bermotor rata-rata 11 persen per tahun sedangkan pertambahan jalan tak sampai 1 persen per tahunnya.
B. Kedisiplinan Pengguna Jalan
Para pengguna jalan pasti menginginkan untuk cepat sampai di tujuan, sehingga kadang-kadang para pengguna jalan yang tidak sabar akan saling mendahu -lui, bahkan mereka juga akan melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya seperti menerobos lampu merah. Hal ini bukan -lah tindakan yang patut diapresiasikan oleh para pengguna jalan karena hal ini bisa menyebabkan kecelakaan yang dapat membahayakan nyawa seseorang dan pada akhirnya peristiwa itu juga akan me -nyebabkan kemacetan lalu lintas. Di beberapa tempat seperti mall, pasar dan ditempat-tempa keramaian lainnya para pengguna jalan sering menyeberang jalan dengan tidak menggunakan jembatan penyeberangan. Hal ini juga merupakan salah satu penyebab terjadinya kemacetan lalu lintas. Selain itu, juga banyak angku -tan umum yang sering menaik dan menu -runkan penumpang tidak pada tempatnya, seperti di perempatan jalan dan pertigaan jalan. Kedisiplinan para pengguna jalan memang masih sangat rendah, seharusnya mereka berusaha untuk memperbaiki kebi -asaan buruk tersebut karena mereka tidak sendiri di jalan, ada ratusan bahkan ribuan pengguna jalan lainnya.
Pelita.com (2009) menyatakan
Kesadaran hukum masyarakat dalam men -taati peraturan tentang lalu lintas masih sangat rendah. Masalah yang satu ini memang harus ditanamkan sejak dini, ka -rena upaya untuk membangun kesadaran hukum masyarakat terkait ketertiban di jalan raya merupakan bagian yang tersulit dari seluruh aspek pembangunan.
C. Rasio Kendaraan dan Jalan Berdasarkan data Ditlantas Polri, jum -lah kendaraan bermotor di DKI Jakarta mencapai 6.506.244 buah. Jumlah itu merupakan gabungan dari beberapa jenis kendaraan. Mulai dari truk pengangkut barang yang jumlahnya mencapai 449.169 buah, lalu bus umum dengan jumlah 315.559 buah, hingga sepeda motor yang jumlahnya mencapai angka 3.276.890 buah. Sedangkan sisanya untuk mobil. Jumlah tersebut hanya untuk daerah DKI Jakarta saja, padahal Indonesia memiliki wilayah yang masih sangat luas. Ada Bandung yang merupakan salah satu kota besar di negeri ini dan jumlah kendaraan bermotor di sana juga tentu tidak akan kalah dengan jumlah kendaraan yang ada di DKI Jakarta.
Hal ini tentu bukanlah perbandingan yang setimbang karena pertumbuhan kendaraan masih sangat jauh di atas pertumbuhan ja -lan. Sehingga dengan kondisi yang seperti itu tentu kendaraan akan sulit tertampung dengan tertib pada ruas jalan yang telah tersedia. “Kondisi lalu lintas dan transpor -tasi di Kota Bandung karut-marut meski -pun rekayasa jalan sudah maksimal. Salah satu masalah pokoknya ialah pertumbuhan kendaraan bermotor yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan jalan“ Putro (2009).
Selain jumlahnya yang tidak sebanding dengan jumlah jalan yang ada, komposisi kendaraan yang melewati sebuah jalan pun sangat tidak seimbang. Dari jumlah yang ada, lebih dari 90 persen didominasi oleh kendaraan pribadi, mulai dari sepeda motor, mobil tua hingga mobil mewah. Sementara sisanya merupakan jumlah dari kendaraan umum.
Parahnya lagi, dari jumlah tersebut juga masih banyak kendaraan umum yang sudah tidak layak pakai, sehingga keadaan seperti itu semakin memperkeruh situasi dengan banyaknya polusi udara. Selain jumlahnya yang kalah jauh dibanding jumlah kendaraan yang ada, kondisi jalan juga diperparah lagi oleh adanya kegiatan-kegiatan yang dapat mengganggu jalannya lalu lintas seperti adanya pasar tumpah serta pedagang kaki lima yang menjual dagangannya di sepanjang trotoar yang seharusnya digunakan untuk para pejalan kaki.
D. Dampak Kemacetan Lalu Lintas
disukai oleh semua masyarakat, karena kemacetan dapat menyebabkan banyak kerugian terhadap para pengguna jalan. Dampak kemacetan lalu lintas antara lain adalah pemborosan BBM, pemborosan waktu serta menimbulkan polusi udara. Pemborosann BBM terjadi karena kema -cetan menyebabkan kendaraan menjadi terhambat sehingga terjadi pembakaran yang tidak efektif.
Misalnya yang seharusnya bensin 1 liter untuk menempuh jarak 10 km, maka bila terjadi kemacetan akan ada pemborosan setengah liter dengan harga Rp.2250. Itu untuk 1 orang, sedangakan pengguna jalan untuk wilayah Jakarta saja berdasarkan Ditlantas Polri tahun 2005, jumlah kend -araan bermotor ada sekitar 8,86 juta yang terdiri dari mobil sebesar 35,4 persen, bus sebesar 8 persen dan sepeda motor sebesar 5,35 persen.
Selain pemborosan BBM, bila terjadi kemacetan tentu kita juga akan rugi waktu. Misalnya jarak 60 km bisa kita tempuh hanya dengan waktu 1 jam, maka bila terjadi kemacetan dengan waktu yang sama mungkin kita hanya dapat menem -puh jarak 10-20 km saja. “Alur lalu lintas yang mengular tampak hampir di setiap kawasan Jakarta dan sekitarnya. Kalau saja perjalanan dari rumah ke tempat kerja dan dari tempat kerja ke rumah menghabiskan waktu 1 jam, itu sudah dianggap bagus” Susanto (2008).
Jadi dampak yang ditimbulkan oleh kema -cetan lalu lintas sangat banyak. Selain waktu dan biaya, kemacetan lalu lintas juga dapat menyebabkan stress dan men -imbulkan emosi. Akibatnya pekerjaan pun menjadi terganggu. Kadang-kadang akibat terburu-buru akan terjadi kecelakaan yang dapat mengancam nyawa para pengguna jalan.
Kemacetan juga menyebabkan laju kend -araan menjadi lambat dan pembakaran pun menjadi lama, pembakaran yang lama akan menghasilkan karbondioksida sehingga akan menimbulkan polusi udara yanng semakin banyak. Karbondioksida men -gandung racun yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat sehingga produktivi -tas menurun. Bila produktivi-tas menurun maka perekonomian juga akan terganggu. Selain itu, kemacetan juga dapat meng -ganggu kelancaran kendaraan darurat seperti ambulans dan pemadam kebakaran
yang diakibatkan oleh kemacetan lalu lin -tas sangat luas, mulai dari bidang keseha -tan, ekonomi hingga produktivitas kerja. E. Peran Pemerintah
Urbanisasi dan angka kelahiran yang ting -gi menyebabkan pertumbuhan penduduk menjadi tidak terkendali. Berarti pemer -intah harus membatasi laju urbanisasi dan menekan angka kelahiran dengan cara menjalankan program keluarga berencana. Bila pemerintah berhasil menangani laju urbanisasi dan angka kelahiran, maka jum -lah pengguna jalan juga akan terkendali. Untuk mencegah semakin parahnya kead -aan lalu lintas, pemerintah perlu megupay -akan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan memaksimalkan kendaraan umum, selain membangun ruas jalan baru, pemerintah juga harus menetapkan batas kecepatan suatu kendaraan untuk memini -malisasi terjadinya kecelakaan lalu lintas yang dapat menyebabkan kemacetan. Khisty dan Lall (2003: 214) menyatakan Bayangkanlah suatu kendaraan melintas di suatu jalan tol pada pukul 03:00 dini hari. Kebetulan kendaraan ini adalah satu-satu -nya kendaraan yang melintas. Seandai-nya si pengemudi tidak menghiraukan batas kecepatan, ia dapat mengemudi pada kece -patan yang dikehendakinya sesuai den -gan kondisi dan karakteristik kendaraan, kemampuan pengemudi, dan aspek-aspk geometris ruas jalan tersebut.
Disamping itu, pemerintah juga sebai -knya memperbaiki jalan yang rusak, memperlebar jalan, menambah jembatan peyeberangan dan memperbaiki jembatan penyeberangan yang rusak. Setelah semua itu terlaksana, pemerintah tetap tidak boleh langsung bersenang-senang, karena mereka juga masih harus memperbaiki rambu-rambu lalu lintas, memperbaiki lampu lalu lintas serta sebisa mungkin menjadikan halte agar dapat menjadi lebih aman dan nyaman.
Safrodin (2009) menyatakan
Program sepeda kanggo sekolah lan nyam -but gawe (Sego Segawe) yang dicetuskan oleh Wali Kota Yogyakarta Herry Zudi -yanto patut diberi apresiasi lebih. Selain punya misi untuk memelihara lingkungan, program ini juga berfungsi mengatasi kepadatan lalu lintas yang kian hari kian meresahkan.
Busway dibuat lebih efektif dengan menambahkan jumlah armada, sehingga penumpang tidak menunggu lama dan waktu tempuh menjadi lebih cepat atau lebih singkat. Selain itu pemerintah harus pula mengoptimalkan KA yang telah ada, meningkatkan pelayanan dan keny -amanannya baik di stasiun maupun di dalam KA itu sendiri, sehingga banyak penggua jalan yang mau berpindah dari kendaraan pribadi ke KA.
Peraturan ditegakkan sehingga penduduk menjadi lebih disiplin. Apabila ada kend -araan yang bersalah segera ditilang sesuai dengan aturan yang berlaku. Misalnya angkutan umum yang berhenti bukan di halte, kendaraan yang menerobos lampu merah, motor yang berada di jalur kanan serta pejalan kaki yang tidak disiplin juga harus didenda agar mereka merasa jera dengan apa yang telah mereka lakukan. ”Pembinaan dan penindakan terus dilaku -kan terhhadap pengendara kendaraann bermotor yanng melakukan pelanggaran. Tujuannya untuk menyadarkan masyarakat agar mentaati dan mematuhi peraturan yang ada. Umumnya pengguna jalan raya baru tertib jika ada petugas” Pelita.com (2009). Selain semua itu, pemerintah juga harus mengajak para pengguna jalan agar beralih dari kendaraan pribadi ke kend -araan umum.
F. Peran Pengguna Jalan
Para pengguna jalan juga dapat membantu pemerintah dalam menangani kemacetan lalu lintas seperti dengan beralih ke ang -kutan umum yang tersedia, bila tidak para pengguna kendaraan pribadi seharusnya mengikuti aturan agar tidak mengganggu pengguna jalan yang lain.
Bagi pejalan kaki harus mau membiasakan diri berjalan di trotoar dan menyeberang di jembatan penyeberangan. Apabila ingin menggunakan angkutan umum, maka kita harus menghentikan angkutan tersebut di halte yang telah di sediakan, begitu pula bila kita hendak turun.
Untuk para supir hendaknya mempunyai kesadaran yang tinggi untuk mematuhi rambu-rambu lalu lintas. Supir angkutan umum tidak berhenti di sembarang tempat. Pada saat berhenti kendaraan dipinggirkan agar tidak mengganggu kendaraan lain dan jangan menjadikan perempatan atau
pertigaan sebagai terminal. Pedagang kaki lima sebaiknya tidak berdagang di trotoar karena trotoar merupakan haknya pejalan kaki, begitu juga pejalan kaki untuk tidak membeli barang-barang di troatoar. Apabila menggunakan kendaraan pribadi sebaiknya gunakan kendaraan yang kecil dan jangan mencoba untuk menerobs lampu merah jika terjadi kemacetan lalu lintas dan jangan menggunakan kendaraan pribadi untuk keperluan yang tidak pent -ing.
Bagi pengguna sepeda motor selalu gu -nakanlah jalur kiri dan dengan kecepatan yang tidak tinggi. “Kecelakaan lalu lintas yang melibatkan bus dan mobil terjadi di Tembalang, Semarang. Diduga bus dan mobil melaju dengan kecepatan yang tinggi” (Suara Merdeka 2009:X). Selain itu utamakanlah keselamatan anda dengan menggunakan peralatan keselamatan seperti helm.
Utomo (2009) menyatakan
Polres Kulonprogo melihat kesadaran masyarakat untuk mematuhi peraturan lalu lintas masih rendah. Terbukti dalam berka -li-kali operasi lalu lintas, banyak pelang -gar terjaring misalnya tak memakai helm dan tak mau menghentikan kendaraan mekipun lampu pengatur lalu lintas sedang menyala merah. Padahal menggunakan helm merupakan bagian dari kenyamanan dan keselamatan pengendara.
III. PENUTUP A. Kesimpulan
Lalu lintas sudah sedemikian macetnya. Dari tahun ke tahun kemacetan ini diperkirakan akan terus bertambah sebab pertambahan kendaraan bermotor 11 persen pertahun sedangkan pertambahan jalan hanya 1 persen pertahun. Dari per -bandingan ini kita dapat membayangkan mengapa kemacetan lalu lintas itu sangat sulit untuk diatasi.
Untuk mengatasi kemacetan yang se -makin bertambah bahkan untuk mengatasi terjadinya kemacetan total, maka seluruh masyarakat dan juga pemerintah harus segera memikirkan jalan keluarnya dari sekarang. Pemerintah harus bisa men -gendalikan laju urbanisasi dan juga harus dapat menekan angka kelahiran secara se -rius. Pemerintah segera membangun jalan satu arah, serta meningkatkan keamanan
dan kenyamanan KA maupun Busway mulai dari sekarang. Selain itu, pemerintah juga sebaiknya memperbaiki penegakan hukum tentang tata tertib berlalu lintas. Masyarakat juga dapat membantu pemer -intah dalam mengurangi kemacetan, mis -alnya dengan selalu tertib berlalu lintas, meningkatkan kesadaran hukum tentang lalu lintas serta juga dapat dilakukan dengan cara mematuhi semua peraturan lalu lintas. Bila semua itu dapat dilakukan dengan baik, mungkin kemacetan lalu lintas akan sedikit berkurang.
Kedisiplinan berlalu lintas para pengguna jalan memang masih sangat rendah. Hal ini merupakan salah satu masalah pe -nyebab terjadinya kemacetan lalu lintas. Dan itu sangat merugikan masyarakat karena kemacetan dapat menyebabkan pemborosan BBM, pemborosan waktu serta dapat menimbulkan polusi udara. B.Saran
1. Pemerintah sebaiknya meningkatkan pe -layanan angkutan umum, agar masyarakat tertarik untuk berpindah dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum
2. Melakukan pembatasan usia kendaraan karena jika kendaraan tersebut sudah ter -lalu tua, maka kendaraan tersebut menjadi tidak nyaman lagi
3. Penegakan hukum yang tegas terhadap pengguna jalan, pejalan kaki dan pedagang kaki lima yang melanggar aturan
4. Aturan yang tegas dan ketat terhadap arus urbanisasi dengan cara yang lebih optimal, dan hukuman dipertegas apabila ada yang melanggar
5. Pemerintah juga sebaiknya memas -ukkan pendidikan berlalu lintas dalam lingkup sekolah dasar dan sekolah menen -gah. (Khalik, disadur dari www.zoogard. blogspot.com)
SMP Negeri 1 Gelar Pameran Sains Tekhnologi
Dinas Pendidikan Kota Tebingtinggi melalui SMP Negeri 1 Tebingtinggi bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Provinsi Sumatera Utara menggelar Pam -eran Sains dan Tekhnologi dibuka secara resmi oleh Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan MM di lapan -gan SMP Negeri 1 Jalan Sutomo Kota Tebingtinggi.
Kepala Badan Penelitan dan Pengemban -gan Prov Sumut Ir H Alwin M.Si melalui Kepala Bidang Iptek Dwi Indah Purwanti mengatakan, salah satu unsur penting dalam pembangunan nasional adalah pem -bagunan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). “Bung Karno proklamator kemerdekaan RI pernah berpesan tanpa teknologi kita akan menjadi kuli di negeri sendiri”, ujar Alwin dalam sambutannya. Menurutnya, UU nomor 18 Tahun 2002 tentang sistem nasional penelitian, pengembangan dan penerapan IPTEK merupakan landasan hukum bagi pengem -bangan IPTEK di Indonesia, “Esensi dari UU tersebut adalah untuk mendorong pertumbuhan dan aliran sumber daya IPTEK melalui jaringan antar pelaku dan kelembagaan untuk mencapai tingkat produktivitas dan pendayagunaan se
-cara efektif. Semoga kegiatan ini dapat menambah wahana pengetahuan sains para pelajar dan kegiatan ini dapat pula di ikuti oleh sekolah-sekolah di kabupaten/kota lainnya”, harapnya.
Sedangkan Walikota Tebingtinggi men -gapresiasi kerjasama yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan SMP Negeri 1 Tebingtinggi dengan Badiklat Provsu dan meminta agar program seperti ini semakin ditingkatkan di Tebingtinggi. “Persaingan ilmu dan teknologi kedepan akan semakin berat, siapa yang menguasai ilmu peng -etahuan dan teknologi maka dialah yang menguasai dunia ini, ini adalah filsafah ploklamator kita Ir Sukarno, walau sumber alamnya melimpah kalau tidak menguasai teknologi maka tidak akan mampu men -gelolahnya alhasil semua akan sia-sia”, ujar Umar.
Selain itu, Umar juga mengingatkan agar anak-anak menjauhi yang namanya rokok, narkoba dan pergaulan bebas, “Dunia pendidikan di Jakarta tercoreng akibat ulah pelajar SMP, saya minta hal itu jangan pernah terjadi di Tebingtinggi, untuk itu saya minta guru-guru pengawas agar mel -akukan pengawasan dengan benar-benar”, tegas Umar.
Ditambahkannya, sebagai pelajar kewa
-jiban yang harus dilakukan adalah meng -hormati orang tua, meng-hormati guru, menuntut ilmu, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan yang terakhir adalah memperhatikan lingkungan. “Saya minta kedepan Dinas Pendidikan dapat melaku -kan pameran sain dengan ajang yang lebih besar, sebab pameran adalah sebagai ajang pelajar untuk menunjukkan hasil karyan -nya dan juga kreasi-nya”, pesan Umar Hasibuan.
Hadir dalam acara itu Ketua DPRD Tebingtinggi H Syahrial Malik, Wakil Walikota Tebingtinggi H Irham Taufik SH MAP, Sekda Tebingtinggi H Johan Samose Harahap MSP, Kabid Balitbang Prov Sumut Dwi Indah Purwanti, Kepala Dinas Pendidikan Drs H Pardamean Seregar MAP, Kepala Dinas Sosial Drs H Hasa -nuddin Siregar serta Kabid Dikdasmen Drs Jonner Sitinjak.**.(aliyustono)
Keterangan gambar :
TINJAU “Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan MM did -ampingi Kepala Dinas Pendidikan Tebingtinggi Drs H Pardamean Siregar MAP meninjau salah satu stand pam -eran sains di SMP N 1 Tebingtinggi, Senin (28/10)”
K E S E H AT A N
Pemerintah Kota
Tebingtinggi melalui kerjasama Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan (Disk -ouperindag) dengan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (USU) menghidupkan kembali Klinik Bisnis (Klibi) yang sebelumnya telah terbentuk atas kerjasama dengan USAID LGSP pada tahun 2008-2009 lalu.Pengaktifan kembali Klibi dikota itu ditandai dengan penandatanganan jalinan kerjasama MoU (memorandum of under -standing) antara Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan MM, Kadis Kouperindag HM Yunus Matondang SE dan Dekan Fakultas Ekonomi USU, Prof Dr Azhar maksum M.Ec.Ac,AK pada aca -ra sosialisasi prog-ram kerja pengemban -gan pusat pelayanan UMK Klinik Bisnis, Rabu (23/10) di gedung Balai Pertemuan Kartini Kota Tebingtinggi.
Kadis Kouperindag Tebingtinggi HM Yunus Matondang mengatakan, kegiatan tersebut perlu diadakan agar masyarakat mengetahui bahwa Pusat Layanan UMK Klinik Bisnis (Klibi) di Kota Tebingtinggi
Klibi dikota ini berdasarkan kontrak kerjasama Pemko Tebingtinggi melalui Dinas Kouperindag dengan FE USU yang sebelumnya dilakukan oleh mantan Kadis Kouperindag Drs H Asmali dan Alm Drs Jhon Tafbu Ritonga, terimakasih dukungannya atas pembentukan kembali Pusat Layanan UMK Klibi sehingga dapat terlaksana dengan baik”, terangnya. “Harapan kita semua terutama para pelaku UMK dikota Tebingtinggi, dengan aktif-nya kembali Klibi semoga UMK dikota ini dapat lebih maju, mandiri, tang -guh dan berkembang, kita juga berharap para pelaku UMK bisa memperoleh infor -masi dan pembinaan dari Klibi sehingga menjadikan wirausaha yang handal dan baik sehingga mampu meningkatkan dan mengendalikan usahanya”, harap Kadis Kouperindag.
Sebelumnya, Walikota Tebingtinggi berharap Klinik Bisnis dapat memberi -kan support terhadap tumbuh dan se -makin berkembangnya kembali UMKM di Tebingtinggi. “UMKM sebagai ekonomi kerakyatan adalah landasan ekonomi
maka ekonomi nasional akan baik. Konsep pemberdayaan ekonomi kerakyatan dapat dilaksanakan melalui partisipasi aktif dari masyarakat dan pemerintah kota melalui pengembangan usaha mikro kecil dan menengah ini”, katanya.
Kegiatan Sosialisasi Program Kerja Pengembangan Pusat Pelayanan UMK Klinik Bisnis yang diikuti oleh pelaku UMK disektor industri pangan yang bisa menjadi unggulan daerah setempat, batik, border, aksesoris, handycraft dari kaca, fiber dan kulit kerang serta home industri makanan, dirangkai dengan pemberian bantuan secara simbolis berupa cool box fish (kotak pendingin ikan) dan tenda kepada pelaku UMKM.
Adapun struktur personil Pusat Pelayanan UMK Klinik Bisnis Kota Tebingtinggi adalah, Manager Wahyu A Pratomo SE Mec, Wa Manager Kifli Harahap SE, Sekretaris Haroni Doli SE M.Si, Ka Divisi Managemen dan Keuangan Fahmi N Nasution SE Macc Ak, dan Ka Divisi Pemasaran dan Inovasi Drs Ami Dilham M.Si.**.(juanda)
KLINIK BISNIS TEBING TINGGI
AKTIF KEMBALI
Keterangan gambar :Japan International Cooperation Agency (JICA) melalui program Joint Crediting Mechanism (JCM) dengan Indonesia, akan menjadikan kota Tebingtinggi sebagai pilot project untuk kerjasama pengelolaan air limbah dan sanitasi. Untuk tahap pertama, JICA akan memberikan bantuan 10 unit septic tank dengan menggunakan sistem ‘Johkashu’.
Tenaga ahli JICA untuk program pengelo -laan limbah dan sanitasi, Hiroyuki Ueda dan Natsuko Masuoka, Kamis (10/10), yang melakukan peninjauan lokasi sanitasi di Kota Tebingtinggi ditemani sejumlah staf dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provsu. Mereka diterima Wakil Walikota H Irham Taufik SH MAP didampingi Kakan LH Idham Khalid SKM M.Kes, Kadis Kebersihan Pertamanan Hj Rusmiaty Harahap ST.
Tim ahli JICA dari Jepang itu meninjau
sanitasi perumahan masyarakat di Kelura -han Mandailing Kecamatan Tebingtinggi Kota, instalasi pengolahan limbah ko -munal (Ipal) di Kelurahan Bandar Sakti Kecamatan Bajenis, juga meninjau saluran drainase di Kelurahan Bandar Utama serta drainase di inti kota.
Dalam peninjauan itu, tim JICA banyak mempertanyakan persoalan pengelolaan limbah dan sanitasi pada perumahan masyarakat. Misalnya, informasi septic tank yang digunakan masyarakat selama ini. Demikian pula bagaimana pengelolaan air limbah rumah tangga yang dilakukan masyarakat.
Wakil Walikota H Irham Taufik SH MAP mengatakan, JICA bersama pemerintah Indonesia memberikan bantuan 1.000 unit mesin pengolahan limbah dan sanitasi untuk Sumatera Utara. Kota Tebingtinggi sendiri, tambah Wakil Walikota, ditunjuk
sebagai pilot project program ini. “Se -banyak 10 unit bantuan mesin pengolah limbah dan sanitasi ini, peruntukannya secara komunal. Jika nanti berhasil akan ditambah bantuan untuk perorangan”, terang Irham Taufik.
Dalam buklet petunjuk program JMC dengan sistem Johkashu ini, septic tank yang diberikan kepada kota Tebingtinggi merupakan mesin pengolahan limbah dan sanitasi sederhana, baik bersifat komunal maupun per rumah tangga. Di mana air limbah dan sanitasi masyarakat dialir -kan keseluruhannya ke mesin Johkashu. Selanjutnya, mesin itu akan mengolah air limbah dan sanitasi sedemikian rupa hingga akhirnya air limbah dan sanitasi itu menjadi steril dan bersih untuk dialirkan ke sungai.
Mr Hiroyuki Ueda kepada Wakil Walikota mengatakan, program ini merupakan ben
-JICA TINJAU SEKTOR SANITASI
DI TEBING TINGGI
Keterangan gambar :
WAWANCARA “Tenaga ahli JICA Jepang saat mewawancarai warga dalam kunjungan ke sejumlah kelurahan di kota Tebingtinggi untuk kerjasama pengelolaan air limbah dan sanitasi”
Program SLBM Layani 230
KK di 5 Kecamatan se Kota
Tebing Tinggi
Menurut keterangan Kepala Dinas PU Tebingtinggi melalui Syaiful Amri Harahap ST selaku KPA didampingi Tim Fasilitator dan PPTK Ahmad Ridwan ST dan Ilham Bhakti kepada wartawan, Sabtu (12/10), program SLBM tahun 2013 dibangun 5 unit dan setiap kecamatan memperoleh 1 unit, masing-masing di Kelurahan Tanjung Marulak Lingk. V Kecamatan Rambutan melayani 60 KK, di Kelurahan Brohol Ja -lan Asam Kecamatan Bajenis melayani 50 KK, Kecamatan Padang Hilir Jalan Syec Beringin Kelurahan Tebingtinggi melayani 40 KK, Kecamatan Tebingtinggi Kota di Kelurahan Mandailing Lingk IV melayani 40 KK dan di Kecamatan Padang Hulu Jalan Danau Laut Tawar melayani 40 KK. Syaiful Amri Harahap ST menjelaskan, program itu berbentuk pembangunan septic tank (bak penampuangan kotoran manusia) berbentuk komunal ukuran 6 m x 4 m dengan 4 kamar olahan. “Lokas -inya merupakan hibah dari masyarakat selama 20 tahun dan dari rumah-rumah warga WC saluranya ditampung di sep -tic tank melalui pipa dan warga belum mempunyai WC diberikan bantuan clos
-et-nya cuma-cuma, pemilik rumah yang membangun ruangnya”, ujar Syaiful. Ditegaskan Syaiful Amri Harahap, septic tank yang dibuat tersebut sama sekali tidak mengeluarkan bau sama sekali, secara teknis sudah dibangun demikian rupa dengan pen -yaringan melalui 4 kamar tersebut dan yang keluar hanya airnya saja setelah melalui penyaringan sama sekali tidak membawa kotoran apapun, hanya air yang murni sama sekali tidak menimbulkan bau apapun, dan ini sudah dilihat warga secara langsung untuk meyakinkan keberadaan septic tank tersebut tidak mengganggu lingkungan. Bahkan katanya lagi, belum lama ini tim teknis dari Jica (Japan Internasional Co -orperation Agency) melalui program Joint Crediting Mecchanism (JCM) dengan Indonesia meninjau langsung ke lokasi, “Mereka buka septic tank tersebut sama sekali tidak menimbulkan pengaruh apa-apa dan tim dari Jepang tersebut akan menjadikan Kota Tebingtinggi sebagai pilot proyek, dan membantu memberi -kan 10 unit septic tank system Johkashu yang lebih canggih lagi”, kata Syaiful. Burhannur selaku fasilator pemberdayaan
masyarakat mengatakan, setelah diban -gunnya septic tank tersebut, banyak sekali permintaan warga lainnya yang belum dapat terlayani, karena keberadaan ru -mahnya terlalu jauh dari septic tank se -hingga secara teknis tidak mungkin me -masang pipanya, dan mereka berharap program ini dapat terus dilanjutkan di -masa datang, “Layaklah Pemerintah Kota Tebingtinggi memperhatikannya, apalagi pekerjaannya melibatkan secara lang -sung masyarakat setempat”, katanya. Sementara itu, M Zaki warga Kelurahan Mandailing Kecamatan Tebingtinggi yang rumahnya mendapatkan bantuan tersebut mengatakan, dengan adanya septic tank ini sangat membantu warga, “Apalagi daerah tempat tinggal kami disekitar ini lahannya sangat sempit untuk memban -gun septic tank sendiri, apalagi kebiasaan warga yang persis berada di pinggiran sungai, kegiatannya sehari-hari termasuk buang hajat selalu memanfaatkan Sun -gai Bahilang”, ungkapnya.**.(juanda)
L I N G K U N G A N H I D D U P
STRATEGI MEMPEROLEH ADIPURA KOTA TEBING TINGGI
TAHUN 2013 – 2014
( MARWAN ASHARI HARAHAP / Direktur Eksekutif Yayasan Hayati Indonesia )
PERUBAHAN MEKANISME • Dari single media ( kebersihan dari sampah dan keteduhan ) menjadi multi media ( pengendalian pencemaran air dan udara )
• Pemantauan fisik meliputi seluruh wilayah perkotaan ( 100 % )
• Akan ada perbedaan kriteria berdasar -kan geografis wilayah ( berbukit – bukit, pasang surut/rawa, dataran, pendapatan perkapita
• Adipura akan berkolaborasi dengan peng -hargaan lainnya ( Wahana Tata Nugraha, Kota Sehat , dll )
PROGRAM ADIPURA
Merupakan salah satu program KLH dalam pengelolaan lingkungan perkotaan . Tujuan : meningkatkan kinerja pemer -intah daerah dan mendorong partisipasi masyarakat dalam menciptakan kota yang bersih dan teduh, Kota Berwawasan Ling -kungan dan Berkelanjutan.
Kriteria dan Indikator 1. Pengelolaan sampah
2. Pengelolaan ruang terbuka hijau 3. Pengendalian pencemaran Air 4. Pengendalian pencemaran Udara ISU LINGKUNGAN DALAM PEN -GELOLAAN LINGKUNGAN PERKO -TAAN
Brown Issue : - Pengelolaan Sampah
- Pengendalian Pencemaran Air - Pengendalian Pencemaran Udara Green Issue :
- Rencana Tata Ruang Kota White issue :
- Pemda - Masyarakat
KRITERIA NON FISIK
A. Institusi (Sampah ,Air dan Udara) 1. Kelembagaan
2. Produk Hukum 3. Anggaran
4. Fasilitas ( sampah , air bersih, IPAL Domestik , lalu lintas )
5. Tingkat Pelayanan ( sampah, air bersih dan IPAL domestik, lalu lintas ) Kegiatan Pemantauan Kualitas Udara - Kegiatan untuk mereduksi tingkat pence -maran udara dari emisi sumber bergerak - Kegiatan terkait dengan awarness ter -hadap isu pencemaran udara akibat emisi sumber bergerak
Pelaksanaan PPA - Ketersediaan air bersih - Data Kualitas air sungai
- Ketersediaan sarana pengelolaan air limbah
B. Manajemen ( Sampah , Air dan Udara ) 1. Perencanaan ( termasuk KLHS ) 2. Pengawasan ( termasuk SLHD ) 3. Pengendalian ( NSPK ) / Baku Mutu C. Partisipasi Masyarakat
1. Keterlibatan PSL 2. Media Massa
3 .Masyarakat/PKK/Karang Taruna 4. Pengusaha ( EPR )
PENILAIAN DAN BOBOT PENILAIAN • Fisik :
- Penilaian Sampah dan RTH dilakukan 2 (dua) kali dan ditambah verifikasi ( jika dianggap pelu ) dalam periode
- Penilaian Pengendalian Pencemaran Air ( PPA ) dilakukan 2 ( dua ) kali dalam 1 periode
- Penilaian Pengendalian Pencemaran Udara ( PPU )dilakukan 1 kali dalam 1 periode
• Non Fisik :
Penilaian dilakukan 1 ( satu ) dalam 1 periode
FISIK : Pemukiman, Jalan,Pasar, Se kolah,Perkantoran,Pertokoan,RS/ Puskesmas,Perairan Terbuka, Sta -siun Kereta Api/Bandar Udara/ Pelabuhan Laut,Terminal Bis,Taman Kota,Pantai Wisata,TPA,Pemilahan golahan Sampah 50 %
Pengelolaan RTH 35 % Pengendalian Pencemaran Air 15 % Penilaian Non Fisik = 25 % meliputi : Institusi 30 %
Manajemen 30 %
Partisipasi Masyarakat 30 % Penilaian Fisik Nilai Baik 71 – 80 1.PEMUKIMAN
• Area : Harus Bersih
• Drainase : Tidak Ada Sampah/tdk Meny umbat
• RTH : Pohon Peneduh, Penghijauan • TPS: Tertutup,terawat dan bersih • Pemilahan : Fisik dan Proses baik • Pengolahan : Diolah seluruhnya
2.JALAN ARTERI / JALAN KOLEKTOR • Area jalan: Bersih
• Fisik trotoar : baik dan nyaman bagi pejalan kaki
• RTH : Pohon Peneduh , Penghijauan • Drainase : Bersih dan tidak menyumbat • Fisik lapak : PKL rapi dan tidak mengganggu lalu lintas dan pejalan kaki • Sampah dan Tempat sampah : Ber -sih dan ada
3.PASAR
• Area pasar : Bersih
• Drainase : Tidak menyumbat
• RTH : Sebaran, fungsi, penghijauan, baik • Pengelolaan Pasar: Penataan kios
rapi,kebersihan wc,dan air bersih wc cukup
•PKL : Rapi,Bersih, Ada tempat sampah • TPS : Ada , tertutup,terawat, bersih, • Pemilihan sampah: Dipilah seluruhnya • Pengelolaan sampah : Ada fasilitas
dan diolah seluruhnya
4. PERTOKOAN
• Area toko : Bersih dan ada TP. Sampah
dan mencukupi
•Drainase: Sampah tidak menyumbat • NRTH : Sebaran , fungsi penghijauan • NPKL : Rapi dan tidak mengganggu ,
ada tempat sampah
• TPSN: Ada, bersih ,terawat
• Pemilahan SampahM : Dipilah selu -ruhnya
5. PERKANTORAN
• Area kantor : Bersih dan ada • DrainaseN : Tidak menyumbat • RTH : Sebaran, fungsi , penghijauan • TPS : Ada, Bersih dan terawat
• Pemilihan sampah : Dipilah seluruhnya • Pengolahan sampah : Ada fasilitas dan
diolah seluruhnya
6. SEKOLAH
• Area sekolah : Bersih dan ada tempat
pembuangan sampah dan mencukupi
• Drainase : Sampah tidak menyumbat • RTH : Sebaran , fungsi, penghijauan ada • WC : Bersih dan tidak bau
• TPS : Ada,Bersih,Terawat , Tertutup • Pemilihan Sampah: Dipilah seluruhnya • Pengolahan sampah : Ada fasilitas dan
diolah seluruhnya
• 3 R : Kompos dan Daur Ulang
7. RS / PUSKESMAS
• Area RS : Bersih dan ada TP.sampah dan
mencukupi
• DrainaseN: Sampah tidak menyumbat • RTH : Sebaran , fungsi, penghijauan ada • Pengolahan Limbah : Pemisahan
limbah medis di seluruh ruangan diberi warna/kode
• Incinerator : Ada Incenerator • Perlakuan : Mengirim ke RS
• Pengolahan air limbah : Ada IPAL ( type
A,B ), beroperasi secara continue dan memenuhi baku mutu
• Pengolahan air limbah ( type C dan D :
ada septietank
• Pengelolaan Sarana RS/Puskesmas (
sampah ruang tunggu, tempat sampah, WC dan
Air )
• TPS : Ada, tertutup dan terawat • Pemilahan sampah : Organik, Non
Organik , Medis
• Limbah B3 : dikirim dan ada bukti
tertulis
8. HUTAN KOTA
• Kondisi Fisik :
- Kerapatan Tajuk : Tinggi
- Keanekaragaman minimal 10 jenis dan memiliki fungsi rekreasi dan edukasi
9. TAMAN KOTA
• Kondisi taman : area resapan ( 61-80 %
) dan bersih
• Pengelolaan sarana Taman : Terawat dan
tertata
• Aksesibilitas : Dapat diakses masyarakat • Tempat sampah : Ada , bersih dan ter -awat
• Pemilahan : Dipilah seluruhnya
• Perawatan dan Penataan Taman : terawat
dan tertata
• WC dan Air Bersih : Bersih dan tidak bau
10. TERMINAL BUS / ANGKOT
• Area terminal : Bersih
• Tempat sampah : Ada dan mencukupi • Drainase : Tidak menyumbat
• RTH : Sebaran , fungsi,penghijauan baik • TPS : Ada, tertutup , terawat, bersih • Tempat sampah ruang tunggu : Ada dan
mencukupi
• WC dan Air : Bersih, tidak bau dan air
mencukupi
• PKL : Rapi, Bersih , Ada tempat sampah • Pemilahan sampah : Dipilah seluruhnya • Pengolahan sampah : Ada fasilitas dan
diolah seluruhnya
11. STASIUN KA
• Area Stasiun KA : Bersih • Drainase: Tidak Menyumbat
• RTH: Sebaran,(fungsi, penghijauan) Baik • TPS: Ada,tertutup,terawat, bersih • Tempat Sampah Ruang Tunggu : Ber -sih mencukupi
• WC dan Air : Bersih, tidak bau dan
mencukupi
• PKL : Rapi , Bersih, tidak mengganggu
lalu lintas dan pejalan kaki
12. SUNGAI / DANAU / SITU
• Badan Air ( sampah, gulm ) • Bantaran ( RTH, sampah )
13. TPA
1.Prasarana dasar, sarana penunjang dan kondisi area
- Jalan rata ( ada drainase dan pohon ) - Kantor Pos Jaga ( ada petugas , denah blok operasi TPA, alat berkomunikasi berfungsi )
- Pagar ( ada terawat )
- Garasi dilokasi TPA ( ada dan dilengkapi sarana pencucian )
- Truk sampah ( ada tertutup dan terawat ) - Lalat ( sedikit )
- Asap ( ada dan segera ada penanganan ) - Pohon Peneduh ( ada dan jarak rapat sekeliling TPA )
- Sumur pantau / monitoring ( ada di bagian hilir dan berfungsi )
2.Prasarana dan sarana utama
- Alat berat: Ada, beroperasi dgn baik dan mencukupi
- Sistem pencatatan
Sampah : ada pencatatan volume, jumlah dab jembatan Timbang
- Sarana pencegahan dan
Pengendalian pencemaran: ada di sekelil-ing TPA sedikit sampah dan tidak Meny-umbat
- Lindi / saluran lindi dan
Penanganan gas : ada penyaluran dan diolah
-Sampah pada zona aktif : sampah ter-buka, terhadap lahan pembuangan - Pengaturan Lahan : ada pengaturan zona blok dan tanda yang jelas di lapangan - Penimbunan/pengolahan
Lahan : dilakukan sel yang benar - Penutupan sampah dengan
TanahN: ada penimbunan tanah seminggu sekali
- Pemilahan sampah : keberadaan dan pemilah pengolahan sampah.
14 . BANK SAMPAH
• Keberadaan • Bangunan Fisik • Sistem Pencatatan
15. JENIS FASILITAS
• Komposter
• Fasilitas Daur Ulang Bank Sampah TPS 3 R
E K O N O M I
Pasar Bunga atau Pajak Bunga sebutan warga Kota Tebingtinggi yang terletak di Jalan MT Haryono dan berbatasan lang-sung dengan Sei Bahilang ini sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda dan Jepang di Kota Tebingtinggi. Pasar Bunga merupakan saksi sejarah pembataian para pemuda pada penjajahan Jepang di Kota Tebingtinggi pada tanggal 13 Desember 1945 https://mail.google.com/mail/u/0/ images/cleardot.gif, di pasar ini juga ban-yak pemuda Kota Tebingtinggi meninggal akibat kekejaman tentara Jepang kala itu. Memang pemugaran Pajak Bunga ini baru sekali dilakukan di zaman pemerintahan Walikota Tebingtinggi Rohani Darus Danil SH pada tahun 1990-an. Pajak Bunga seka-rang sebagai pusat perekonomian perda-gangan berbagai kebutuhan skunder yaitu pakaian, perlengkapan sekolah dan pan-ganan jajanan kuliner Kota Tebingtinggi dengan pusat bisnis di tengah-tengah Kota. Tetapi, penataan para pedagang yang ber-jualan hampir di dominasi oleh Suku Mi-nang dan Mandailing kurang sempurna dengan baik, Pajak Bunga ini masih sep-erti Pasar Tradisional, dimana pada zaman sekarang ini, pasar-pasar sudah tertata rapi dengan lahan parkir cukup luas serta keamanan para pembeli cukup terjamin. Pajak Bunga setiap hari ramai dengan para pembeli yang datang dari luar Kota Tebingtinggi seperti Kabupaten Serdang
Bedagai, Kabupaten Simalungun dan Ka-bupaten Batubara, akitivitas perdagangan di pasar ini cukup padat, apalagi ketika hari-hari besar keagamaan seperti jelang Lebaran, Natal cukup banyak di kunjungi pembeli, sehingga kemacetan sering terjadi. Diperkirakan, perputaran uang di Pajak Bunga dalam seharinya mencapai ratu-san juta rupiah. Untuk lahan parkir bagi kenderaan roda dua dan empat memang sangat tidak memungkinkan, karena aki-tivitas warga yang lalu lalang cukup pa-dat ditambah banyaknya becak motor menunggu para penumpang membuat suasana Pajak Bunga menjadi kurang asri karena asap kenderaan dan pe-nyebab timbulnya kemacetan lalulintas. Kedepan untuk mengatasi hal tersebut diatas, Pajak Bunga butuh pemugaran menjadi pasar modern dengan penataan para pedagang sesuai dengan produk yang dijualnya. Hal tersebut untuk mengim-bangi kemajuan zaman pada saat sekarang ini, karena di semua kota yang ada, pasar-pasar sudah tertata rapi dengan modern memiliki lahan parkir yang luas. Panataan Pajak Bunga ini harus ada kordinasi tera-rah oleh istansi terkait seperti Dinas Pen-dapatan Daerah, Dinas pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan dan dinas-dinas lainnya. Pembangunan Pajak Bunga bisa berting-kat, dengan lokasi parkir di atas dan
peda-gang dibawah, maka dengan pemugaran tersebut omset pendapatan daerah bisa jadi bertambah dari retribusi perpakiran dengan tidak menghilangan jalur wilayah hijau di dekat daerah aliran sungai (DAS). Salah seorang pedagang pakaian, Fauzi warga Jalan Sudirman Kota Tebingtinggi mengaku memang Pajak Bunga terli-hat kumuh apabila musim hujan datang, bahkan karena kepadatan tempat-tem-pat los pedagang apabila terjadi keba-karan maka akan sulit di jangkau oleh mobil pemadam kebakaran (Damkar). Pedagang ada yang setuju dan ada yang tidak apabila Pajak Bunga mengalami pe-mugaran menuju ke pasar modern, ka-rena pemugaran dilakukan nantinya akan mengilangkan situs-situs sejarah. Tetapi apabila dilakukan pemugaran, menurut pedagang itu akan membuat Pajak Bunga menjadi pasar modern yang tertata dengan rapi sehingga para pembeli akan meningkat. Para pedagang kedepan berharap, apabila ada pemugaran pasar, maka tempat peda-gangan (Los) yang ditawarkan oleh pihak pengembang dan Pemko Tebingtinggi jan-gan terlalu mahal sehingga membuat para pedangan sulit untuk membelinya. “Saya yakin apabila pasar terlihat indah, rapi dan ada ruang hijau terbuka maka akan banyak di kunjungi para pembeli,”terangnya. (Sopian)
Penataan Pasar Bunga
Masih Tradisional
Keterangan Foto :
Sebanyak 150 orang warga berasal dari tokoh masyarakat, agama, adat dan tokoh pemuda diberikan Pendidikan Program Pembinaan Politik Masyarakat yang digelar Pemko Tebingtinggi melalui Badan Kesbangpol Linmas Tebingtinggi, Kamis (24/10) di Gedung Hj Sawiyah Nasution Jalan Sutomo kota setempat.
Kepala Badan Kesbangpol Linmas Kota Tebingtinggi Amas Muda mengatakan, kegiatan pendidikan politik masyarakat itu bertujuan untuk memberikan pencerahan kepada tokoh masyarakat, agama, adat dan tokoh pemuda guna mendorong seman-gat dan mendukung pembangunan Kota Tebingtinggi di segala aspek
pembangu-nan sekaligus mencari solusi yang terbaik dalam setiap menghadapi permasalahan. “Tokoh masyarakat, agama, adat dan tokoh pemuda mempunyai peran sangat besar dan penting serta strategis dalam penye-lenggaraan pembangunan di kota ini yang merupakan perpanjangan tangan pemerin-tah kota dalam rangka pencapaian visi dan misi Kota Tebingtinggi”, katanya.
Sedangkan Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan MM berharap masyarakat, tokoh agama, adat dan pe-muda senantiasa dapat bekerja sama dalam memelihara keamananan dan ketertiban sehingga kota ini tetap dalam keadaan kondusif dan roda pemerintahan dapat
berjalan dengan lancar dan baik sesuai dengan harapan kita semua.
“Diharapkan melalui forum dialog ini, para tokoh masyarakat, agama, adat dan pemuda Kota Tebingtinggi akan mampu memainkan perannya dengan lebih baik guna menunjang percepatan pembangu-nan Kota Tebingtinggi yang sedang dan akan kita laksanakan bersama-sama, den-gan tujuan semata-mata untuk kesejahter-aan masyarakat Tebingtinggi”, harapnya.**. (tim)
Pemko Tebingtinggi Sampaikan
Pendidikan Politik ke Masyarakat
Sebanyak 40 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) pemegang jabatan fungsional kes-ehatan dilingkungan Pemko Tebingtinggi mengikuti bimbingan teknis (Bimtek) Penghitungan Angka Kredit yang diseleng-garakan oleh Badan Kepegawaian Pendidi-kan dan Pelatihan (BKPP) di Aula Dinas Kesehatan Jalan Gunung Leuser Kota Tebingtinggi.
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari dan dibuka Walikota Tebingtinggi diwakili Sekdako H Johan Samose Hara-hap, Kamis (9/10) tersebut diikuti oleh kalangan PNS dari berbagai jenis jabatan fungsional kesehatan antara lain, dokter umum, dokter gigi, perawat dan bidan serta tenaga paramedis lain mulai dari golongan II/c hingga IV/b dilingkungan Dinas Kesehatan, RSUD Kumpulan Pane dan Puskesmas.
Walikota Tebingtinggi pada saat membuka kegiatan Bimtek mengatakan bahwa saat ini terdapat 27 jenis jabatan fungsional
Kesehatan RI dan dituntut mengumpul-kan angka kredit untuk kemaimengumpul-kan pangkat mereka. “Banyak kendala dalam men-etapkan angka kredit antara lain, dalam menjabarkan point-point yang terdapat dalam angka kredit juga kekurangan jumlah, kompetensi dan kualitas penilai angka kredit, untuk tercapainya standar, transparan dan adil dalam mendapatkan nilai angka kreditnya”, jelasnya.
Disebutkan juga bahwa jabatan fungsional tenaga kesehatan merupakan jabatan karier yang memerlukan pembinaan untuk objektifitas profesi yang diemban dalam penilaian perstasi kerjanya, baik dari jabatan maupun kepangkatan. “Sebagai PNS yang memangku jabatan fungsional baik terampil maupun ahli, meskipun telah memiliki pengetahuan dalam proses pembelajaran melalui pendidikan formal, namun diharuskan mengikuti pendidikan tambahan melalui pelatihan jabatan fung-sional tenaga kesehatan dan bimbingan
Sebelumnya, Kepala Badan Kepegawa-ian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Kota Tebingtinggi Erwin Suheri Damanik menyampaikan, kegiatan bimtek terse-but dilaksanakan karena masih banyak pemegang jabatan fungsional yang belum memahami dan mengerti system angka kreditnya. “Salah satu syarat kenaikan pangkat bagi jabatan fungsional adalah dengan dipenuhinya angka kredit, untuk itu, bagi peserta jabatan fungsional khu-susnya kesehatan harus memahami dan mengetahui proses pelaksanaan pen-gumpulan dan penghitungan angka kredit jabatan fungsional”, terang Erwin.
“Setelah mengikuti Bimtek Penghitungan Angka Kredit jabatan fungsional tenaga kesehatan diharapkan memahami seluruh materi yang diajarkan oleh narasumber dan dapat melaksanakan tugas kepelay-anan kesehatan serta mentransfer ilmu yang didapatkan kepada oranglain sesuai ketentuan yang berlaku”, harapnya.**.(tim)