• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. Pendahuluan - Pengaruh Transpormasi Pendidikan Sains terhadap Sifat Kompetitif Siswa Sekolah Menengah Atas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "I. Pendahuluan - Pengaruh Transpormasi Pendidikan Sains terhadap Sifat Kompetitif Siswa Sekolah Menengah Atas"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Bung Hatta, Padang-Indonesia Jalan Sumatera Ulak Karang

Email: mr.ermanhar@yahoo.com

I. Pendahuluan

Pendidikan sains, memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan yang akan menghasilkan peserta didik yang berkualitas yaitu mampu berfikir kritis, kreatif, dan logis. Sains berhubungan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga sains itu bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan yang berupa hasil, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan yang bersifat inovatif (BNSP, 2006). Evaluasi yang dilaksanakan oleh pusat pengembangan kurikulum dan sarana pendidikan Balitbang dikbud (1999) menunjukkan bahwa (1) sebagian besar siswa tidak mempunyai kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep sains dalam kehidupan sehari-hari, (2) pengajaran tidak memfokuskan pada prinsip sains yang meliputi pemahaman konsep dan hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Menurut Sapriati (2009) bahwa pembelajaran di kelas bukan untuk menghasilkan perpustakaan hidup untuk suatu subjek keilmuan, akan tetapi untuk melatih siswa berpikir secara kritis untuk dirinya, mempertimbangkan hal-hal yang ada disekelilingnya dan berpartisipasi aktif dalam proses mendapatkan pengetahuan. Sifat

Pengaruh Transpormasi Pendidikan Sains terhadap Sifat Kompetitif

Siswa Sekolah Menengah Atas

Erman Har

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumbangan pembelajaran sains terhadap sifat kompetitif, membandingkan sifat kompetitif berdasarkan jenis kelamin siswa sekolah menengah atas di Sumatera Barat. Metode pngambilan sampel dilakukan dengan cara acak, sejumlah responden telah memberikan respon terhadap instrumen yang diberikan, sampel diambil secara proporsional. Analisis data secara deskriptif dan ujian statistik regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sifat kompetitif siswa berdasarkan pernyataan-pernyataan yang disampaikan kepada responden berada pada tahap tinggi. Proses pembelajaran sains yaitu bimbingan guru dan proses pembelajaran sains di dalam kelas telah memberi sumbangan yang signifikan terhadap sifat kompetitif siswa. Oleh sebab itu implikasi penelitian ini perlu penekanan terhadap bimbingan guru, baik secara formal maupun secara informal yang mengarahkan sifat kompetitif kepada siswa. Disamping itu pada waktu melakukan revisi kurikulum sains diperlukan materi-materi sains yang dapat menumbuhkan sifat kompetitif dan pelaksanaan pembelajaran sains yang dilaksanakan di dalam kelas sekolah menengah atas perlu mendapat perhatian dalam hal fasilitas pendukung, serta guru yang memiliki kompetensi yang memadai dibidang sains.

(2)

kompetitif akan muncul apabila suasana dalam pembelajaran memberikan harapan dan masa depan yang lebih baik.

a. Perumusan masalah

1. Bagaimanakah tingkat dari sifat kompetitif siswa sekolah menengah atas

2. Apakah terdapat sumbangan pembelajaran sains terhadap sifat kompetitif siswa sekolah menengah atas

b. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui tingkat dari sifat kompetitif siswa sekolah menengah atas

2. Mengetahui sumbangan pembelajaran sains terhadap sifat kompetitif siswa sekolah menengah atas

c. Hipotesis

H0.1. Tidak terdapat sumbangan pembelajaran sains terhadap sifat kompetitif siswa sekolah menengah atas

Setiap siswa yang duduk dibangku sekolah menengah atas, sewajarnya mengalami proses pembelajaran mengikuti kurikulum pendidikan sains. Disamping itu dukungan-dukungan dari lingkungan juga dapat meningkatkan pengetahuan sains. Menurut Fenwick (2003) perlu mewujudkan lingkungan yang kondusif untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan inovasi. Menurut Ma'rof dan Haslinda (2004) dalam menambah dan meningkatkan ilmu pengetahuan, setiap personil merupakan satu kesatuan secara keseluruhan dalam bertindak, berfikir, dan identitas tifikal seseorang yang dapat melihat perbedaan seseorang dengan individu yang lain akan dapat menjadi ciri-ciri dari seseorang individu mencakup semua ciri-ciri psikologi yang relatif tidak berubah, secara tipikal iaitu biasa terdapat pada individu tersebut. Pola tipikal yang unik adalah cara bertindak, berfikir, dan merasa setiap orang yang menyebabkan berbeda dari orang lain. Dalam hal ini perbedaan yang satu dengan yang lain salah satunya adalah sifat kompetitif.

Definisi dari sifat kompetitif adalah keinginan yang kuat untuk menjadi nomor satu dan disertai reaksi keras terhadap kesalahan-kesalahan yang pernah dialami siswa. Banyak ciri yang harus kita ketahui untuk membedakan siswa yang bersifat kompetitif dan produktif dengan siswa yang tidak bersifat kompetitif dan produktif. Guru perlu memberi bimbingan, baik secara formal (melalui pembelajaran didalam kelas) maupun secara informal (diluar kelas). Orang tua bertugas mengarahkan dan menumbuhkan sifat kompetitif siswa, membentuk dan mengarahkannya menjadi produktif (Gunadi, 2013). Selanjutnya ada beberapa ciri sifat kompetitif: (a) sulit menerima kekalahan dan ingin selalu sukses. (b) keberhasilan yang diperoleh ingin mendapat pengakuan dari orang lain (c) lebih bersifat obyektif arinya memfokuskan pada fakta. (d) kurang peka dengan perasaan, akan tetapi berorientasi pada tugas dan target. (e) mau bekerja keras. (f) mampu menguasai bidangnya. (g) bersifat kritis dan kurang sabar. (h) mudah tersinggung dan menuntut kemampuan orang lain seperti dirinya. (i) untuk memperoleh keinginan dapat menghalalkan segala cara. (j) mudah kecewa dengan penerimaan diri.

(3)

individu adalah hasil interaksi ketiga-tiga faktor ini. Faktor pewarisan akan menyentuh aspek ciri personalitas yang diwarisi melalui genetik atau biologi.

Ciri dari personalitas juga dipengaruhi oleh efektifitas pengalaman dan hubungannya dengan orang tua, rakan sebaya, anggota keluarga dan orang lain. Perkembangan siswa berkaitan dengan waktu adalah penting dalam mempengaruhi personalitas mereka selanjutnya. Bila menyentuh aspek budaya, tingkah laku dapat disalurkan dari oarangtua dan masyarakat serta anggota baru. Faktor lingkungan baik fizika, maupun sosial dapat membentuk personalitas anggota. Kelompok agama, kelompok etnik dan kelompok sosial seperti sekolah, kelompok belajar, kelompok bimbingan belajar adalah faktor lingkungan yang berperanan penting dalam mempengaruhi personalitas. Menurut Majid dan Rahil (2000) Trait adalah sifat individu yang khusus yaitu bertahan secara kuat, merangkumi sifat yang dapat diukur dan diperhatikan.

Trait merupakan ciri (sifat) yang secara relatif bertahan. Psikologis yang menggunakan pendekatan trait sering menjelaskan personalitas dari profil trait, teori trait juga lebih berfokus kepada penjelasan sifat dan operasional trait dan tidak kepada penerangan asal usul trait. Para ahli teori trait menekankan bahwa manusia adalah berbeda berdasarkan kepada sejauhmana mereka mempunyai trait personalitas seperti ketergantungan (dependence), kebimbangan, keberlangsungan hidup dan sosial. Walaupun trait tidak dapat diperhatikan secara langsung, namun ia dapat diketahui melalui cara manusia bertingkah laku. Walau banyak teori trait, namun dalam konteks ini teori trait adalah 'struktur mental' dalam setiap personal yang mempunyai upaya untuk mengarahkan pada tingkah laku manusia (Ma'rof dan Haslinda 2004).

Trait adalah komponen dasar personalitas dan berfungsi sebagai dasar untuk melakukan umpan balik dengan cara tertentu. Namun begitu, Allfort menyatakan bahwa tidak semua trait mempunyai pengaruh kuat, namun ada yang kurang kuat pengaruhnya. Allport juga telah mengkategorikan trait kepada tiga kategori iaitu: (i). Trait sekunder adalah agak khusus dan digunakan dalam situasi tertentu saja. Contoh seseorang itu mempunyai sopan santun di depan orang tuanya, tetapi tidak dalam situasi sosial yang lain. (ii). Trait utama, merujuk kepada trait yang penting sebagai penentu tingkah laku, tetapi tidak dianggap sebagai hal yang dominan. Contoh seseorang itu akan taat setia kepada keluarga, majikan, tetapi tidak semestinya kepada negara. (iii). Trait kardinal iaitu trait yang dianggap penting dan dominan yang mendominasi personalitas. Trait ini pada hakikatnya mempengaruhi apa saja yang dilakukan oleh seseorang pada setiap waktu dan dalam situasi-situasi apa saja. Contoh: seseorang yang jujur akan jujur dalam kebanyakan hal dalam setiap waktu.

Menurut McCrae (2000) bahwa interaksi trait personalitas dengan budaya membentuk tingkah laku individu dan kelompok sosial. Pada tingkat individu, perspektif ini adalah sikap, nilai, tingkah laku dan keterampilan memberi gambaran tentang sumbangan kepada individu dalam konteks budaya.

(4)

dirinya sendiri, akan tetapi juga untuk orang lain. Pendekatan ini merupakan suatu falsafah pakar pendidikan demi membangun tantangan dan memberi dasar pembenaran (justification)

Waterman, Jr., Waterman dan Collard (2001) mengatakan bahwa pada saat ini sangat diperlukan tenaga kerja berdaya tahan dalam pekerjaan, beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang terjadi. Dalam penelitian Neill, J. T., dan Dias, K. L. (2001) mereka tertarik dalam program petualangan yang mengatakan apakah pendidikan dapat meningkatkan ketahanan 'psikologi. Kedua, menyiasati sejauhmana siswa sebagai anggota kelompok pendukung, yang dapat dianggap sebagai proses penting untuk mengembangkan ketahanan. Selain itu usaha individu untuk melaksanakan penyesuaian diri terhadap berbagai tekanan merupakan daya tahan. Selain itu Neil dan Dias (2001) mengatakan bahwa daya tahan sebagai kualitas psikologi yang membolehkan individu memberikan respons yang lebih efektif dan menangani tekanan yang dihadapi. Oleh sebab itu individu yang berdaya tahan adalah tabah menghadapi kesukaran dalam melaksanakan aktivitas sehari- hari yang berkaitan dengan sains. Justeru itu perlu usaha untuk melakukan adaptasi dan perubahan, menghadapi tantangan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari yang berkaitan dengan sains.

Siswa yang mendapat tantangan dalam lingkungannya akan dapat pekerjaan yang lebih baik. Menurut Bernard (1993) dalam penelitiannya, siswa yang dianggap beresiko di Amerika syarikat yaitu siswa yang mempunyai latar belakang dari keluarga miskin, terabaikan, cacat secara fizik, menghadapi peperangan atau mengalami sakit mental, ketagihan alkohol atau orang tua terlibat dengan kejahatan, dan kelompok siswa ini mampu 'Bounce back' siswa itu mampu membuat kerja lebih baik dan berdaya tahan. Seterusnya Bernard mengatakan bahwa siswa yang berdaya tahan itu adalah kompeten secara sosial, berketerampilan menyelesaikan masalah, dan mempunyai tujuan hidup dan masa depan yang baik.

Keupayaan untuk berfikir secara abstrak dan reflektif, dan dapat penyelesaian masalah kognitif dan sosial adalah merupakan kererampilan menyelesaikan masalah. Mempunyai aspirasi, cakap dan mempunyai masa depan yang cerah untuk berhasil dalam lapangan pekerjaan yang dipilihdan merupakan tujuan hidup. Oleh sebab itu orientasi tugas sehari-hari individu yaitu berorientasi tujuan mencapai kesuksesan dalam usaha yang dilakukan. Shahabuddin dan Rohizani (2003) mengatakan bahwa efektifitas motivasi sangat penting sebagai daya penggerak untuk mempercepat proses mencapai kesuksesan tujuan.

Sifat dinamik individu dapat diperlihatkan melalui kebolehan secara berkelanjutan membuat perubahan. Individu yang dinamik merujuk kepada individu yang berkebolehan secara berkelanjutan membuat banyak perubahan, dan tindakan yang efektif. Individu bersifat dinamik bersifat cerdas menghadapi tujuan aktivitas sains yang berubah-ubah dan menantang, ia senantiasa berusaha menetapkan yang lebih menantang dalam aktivitas sains. Lucia dan Lepsinger (1999) mengatakan bahwa fleksibilitas yang ditunjukkan oleh individu dinamik membolehkannya membuat adaptasi yang efektif apabila berhadapan dengan situasi yang berubah-ubah, tekanan yang diluar dugaan dan berbagai tuntutan tugas.

(5)

Penelitian tentang sifat kompetitif masih jarang dilakukan. Sifat dinamik seseorang selalu ingin berubah, sejalan dengan itu ia juga mempunyai sifat kompetitif yang diperlihatkan dalam bentuk semangat bersaing yang sehat untuk menyumbang kepada bidang sains. Sifat ini merupakan wujud budaya sains yang dibangun dari aktivitas proses pembelajaran sains.

Penelitian yang berkaitan dengan sifat kompetitif tidak banyak dilaksanakan oleh para penyelidik. Penelitian Ramziah (2003) menunjukkan bahwa siswa dari Fakultas Manajemen dan Perdagangan lebih berdaya saing dan hasil penelitian beliau berdasarkan kepada tuntutan latihan yang memerlukan siswa membuat kerja lapangan, selain itu ciri-ciri siswa sendiri yang suka bersaing sesuai dengan dunia perdagangan yang penuh dengan persaingan, bersikap terbuka, dan mempunyai aspirasi terhadap pekerjaan serta tahap literasi komputer yang tinggi.

Teknologi yang dihasilkan dapat dikembangkan untuk memenuhi keperluan saat ini. Kecenderungan saat ini menekankan kepada kepentingan soft skill dibandingkan dengan hard skill dikalangan pekerja sebuah organisasi Thomas 2005 (dalam Rusilawati 2007). Soft skill merangkumi visi, akuntabilitas tujuan, dan usaha, semangat kerja, komunikasi dan kepemimpinan. Manakala hard skill meliputi keterampilan merancang dan membuat jadual tugas, melaksanakan program dan tugas yang spesifik. Ciri-ciri siswa yang berketerampilan teknologi itu termasuk mempunyai pengetahuan dan kelayakan teknologi yang sesuai, mempunyai keterampian teknologi serta dapat melaksanakan tugas dengan baik.

(6)

III.METODE

Penelitian ini menggunakan metode survai, instrumen sebagai alat pengumpul data utama, populasi penelitian adalah siswa sekolah menengah atas kelompok sains kelas dua di Suamtera Barat. Sampel ditentukan secara proportional sampling berdasarkan zona yaitu zona Barat, zona utara, zona timur dan zona selatan. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 448 orang. Analisis data secara deskriptif dan analisis statistik inferensi yang digunakan adalah regresi linear berganda. (stepwise)

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam budaya sains modern mencakup 13 ( tiga belas) variabel yaitu: (i) Kesadaran tentang etos sains. (ii) Konsepsi tentang sifat pengetahuan sains, (iii) Kesadaran tentang batas keupayaan manusia memahami lingkungan, (iv) Kesadaran dan tanggungjawab terhadap lingkungan, (v) Keterampilan berfikir secara saintifik, (vi) Sikap saintifik, (vii) Sikap terhadap sains dan teknologi, (viii) Kebiasaan saintifik, (ix) Keuletan berfikir (x) Sifat kompetitif, (xi) Sifat dinamik, (xii) Daya tahan (xiii) Keterampilan teknologi. Salah satu variabel budaya sains modern yang menjadi sorotan adalah sifat kompetitif dari siswa sekolah menengah atas. Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat 5 item dari variabel sifat kompetitif.

Tabel 1. Nilai korelasi dan CronbachAlpha variabelsifat kompetitif

Variabel Item Korelasi

Nilai korelasi skor item dengan jumlah skor dari variabel sifat kompetitif adalah antara 0.53 sampai dengan 0.58. Manakala nilai korelasi item yang diperbaiki dengan jumlah skor (Corrected Item-Total Correlation) adalah 0.28 sampai dengan 0.35. Nilai Cronbach Alpha keseluruhan adalah 0.77.

Selanjutnya ada (5) lima item yang menjelaskan sifat kompetitif seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Responden diminta memberi jawaban tentang pernyataan-pernyataan dalam konteks budaya sains moden dari segi sifat kompetitif berdasarkan pengetahuan dan kebiasaan-kebiasaan siswa seperti Tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Deskripsi skala dan min skor sifat kompetitif siswa sekolah menengah atas

Kode Sifat Kompetitif Persentase Skala Min

/SD

Interpretasi

1 2 3 4 5

KOM3 Mempunyai semangat bersaing yang sehat untuk menyumbang kepada bidang pengetahuan sains dan teknologi

0.0 1.1 10.0 53.0 38.5 4.26

0.68

(7)

KOM4 Saya puas hati jika dapat bersaing dengan kawan sewaktu mengikuti kelas sains

0.0 3.1 22.3 48.1 26.5 3.98

0.78

Tinggi

KOM5 Saya senantiasa coba untuk menyiapkan tugas sains seberapa dapat dan cepat.

0.0 0.7 17.1 61.7 20.5 4.02

0.63

Tinggi

KOM7 Persaingan sesama kawan dalam kelas sains adalah suatu hal yang

Analisis keseluruhan sifat kompetitif siswa, mereka mempunyai sifat kompetitif yang tinggi (Min = 4.14). Secara lebih terperinci dari lima (5) pernyataan sebagai respon adalah mereka mempunyai semangat bersaing yang sehat untuk menyumbang kepada bidang pengetahuan sains dan teknologi (Min = 4.26) sebanyak 91.5 % siswa memberi respons setuju dan berada pada tahap tinggi, hanya 9.5 % siswa saja yang tidak memberi respons setuju (KOM3). Persaingan sesama kawan dalam kelas sains adalah suatu hal yang sehat bagi mereka (Min = 4.23) sebanyak 88.2 % siswa juga memberikan respons setuju dan berada pada tahap tinggi, hanya 21.8 % siswa saja yang tidak memberi respons setuju (KOM7).

Selanjutnya menjadi siswa terbaik dalam kelas sains adalah penting bagi mereka (Min = 4.23), sebanyak 86.0% siswa memberikan respons persetujuan dan berada pada tahap tinggi, hanya 14.0% siswa saja yang tidak memberi respons persetujuan (KOM8). Hal ini mereka tunjukkan dengan senantiasa coba untuk menyiapkan tugas sains seberapa dapat dan cepat (Min = 4.02) sebanyak 82.2 % siswa memberi respons persetujuan dan berada pada tahap tinggi, hanya 17.8 % siswa saja yang tidak memberikan respons persetujuan (KOM5).

Hasil wawancara dengan guru mengatakan bahwa sifat kompetitif di kalangan siswa selalu ada. Seperti yang di ungkapkan GU1, GU2,GU3,GU4...Kompetisi dengan kawan-kawan terutama di dalam kelas selalu ada, seperti latihan tadi setelah di berikan konsep, kita berikan latihan, kita berikan soal, persoalan itu kita berikan lima menit pertama, siapa yang dapat mengumpulkan diberi nilai, dan hal tersebut dapat memperlihatkan semangat kompetisi. Hal tersebut membuat rendahnya nilai, jadi mereka berpacu untuk yang pertama, akan tetapi yang merespon hanya sekitar 5 hingga 10 persen saja. Melalui wawancara dengan guru dan siswa dinyatakan bahwa:

GU1: saya mengajar dalam kelompok sains, kelas dua sangat kompetitif sekali, seperti dalam diskus kelas, dia berusaha bagaimana mereka kalau kawan nya salah selalu protes, tetapi kelas satu, siswa masih heterogen, sifat kompetitif itu agak kurang nampaknya, masih mencari-cari, kalau kelas dua, sudah baik dan sudah ada arah yang jelas

GU3: sifat kompetitif itu kita tumbuhkan agar siswa itu mau berkompetisi secara sehat dan biasanya siswa-siswa itu antara bidang berkompetisi secara sehat

GU4: sifat kompetisi itu selalu ada...dalam kalangan siswa sains

(8)

SW1, SW2, dan SW 3 mengatakan bahwa mereka dapat berkompetisi secara sehat: menurut mereka, karena kompetisi itu membuat motivasi kita di masa depan.

SW1: tentu ia kalau tidak bersaing, tidak ada motivasi atau semangat, persaingan itu sehat, tidak saling menjatuhkan sesama kawan, kalau kawan dapat mengapa kita tidak dapat menyelesaikannya.

SW3: oh, masalah bersaing ya, tetapi persaingan secara sehat

SW1: ya biasa selalu bersaing dan memahami tentang sains, tugas yang kita kerjakan di presentasikan di dalam kelas seperti tugas biologi, kimia dan fisika

Berdasarkan analisis data wawancara, guru dan siswa sekolah menengah atas kelompok kelas dua berpendapat bahwa siswa mempunyai sifat kompetitif yang tinggi, artinya siswa mempunyai budaya sains dalam bentuk sifat kompetitif.

H0.1. Tidak terdapat sumbangan pembelajaran sains terhadap sifat kompetitif siswa sekolah menengah atas

Tabel 2 menunjukkan keputusan Analisis Regresi Berganda (Stepwise) yang dijalankan untuk semua responden pelajar di sekolah menengah atas di Sumatera Barat. Analisis Regresi Berganda langkah demi langkah ”stepwise” yang melibatkan 7 (tujuh) variabel bebas terpilih iaitu pembelelajaran dalam kelas, pembelelajaran di laboratorium, Hanya dua variabel telah menunjukkan sumbangan atau pengaruh yang signifikan (p<0.05) terhadap sifat kompetitif seperti tabel 3 berikut:

Tabel 3. Analisis regresi berganda Proses pembelajaran sains yang menyumbang terhadap Sifat Kompetitif

Variabel B Ralat

Piawai

Beta t Sig r R2 Sumbangan

Bimbingan

Guru 0.181 0.033 0.251 5.450 0.000 0.283 (a) 0.078 7.8

Pembel.di kelas 0.141 0.047 0.145 3.146 0.002 0.316 (b) 0.086 0.8 Konstan 2.874 0.206

R Berganda = 0.316 R Kuasa dua = 0.086 Ralat = 0.206

Tabel 4. (a) Analisis Varians

Model Sumber

Jumlah Kuasa Dua

Derjat Kebebasan (DK)

Min Kuasa

Dua Nilai F Tahap Sig.

2 Regression 10.612 2 5.306 24.790 .000(b)

Residual 95.458 446 0.214

Total 106.070 448

(9)

Hasil penelitian menunjukkan korelasi antara variabel proses pembelajaran sains dan keseluruhan kelompok variabel bebas adalah 0.086 (R Berganda). Kadar varians pada variabel yang bersekutu secara signifikan dengan semua variabel bebas dapat dijelaskan melalui model regresi dengan nilai R2adalah 8.6 persen.

Sumbangan utama dan tertinggi untuk sifat kompetitif siswa sekolah menengah atas adalah bimbingan guru (Beta = 0.181, t =5.450 dan sig. p = 0.00) dan memberi sumbangan sebanyak 7.8 persen . Keadaan ini dapat ditunjukkan apabila skor bimbingan guru bertambah sebanyak satu unit menyebabkan sifat kompetitif siswa sekolah menengah atas bertambah sebanyak 0.181 unit.

Manakala variabel kedua terpenting yang memberi sumbangan sebanyak 0.8 persen terhadap sifat kompetitif siswa sekolah menengah atas ialah pembelajaran di kelas (Beta = 0.141, t = 3.146 dan sig. p = 0.002). Artinya apabila skor pembelajaran di kelas bertambah satu unit turut memberi sumbangan terhadap sifat kompetitif siswa sekolah menengah atas sebanyak 0.141 unit.

Nilai R = 0.316 ini menunjukkan bahwa korelasi antara variabel sifat kompetitif siswa sekolah menengah atas dan kombinasi linear antara dua variabel peramal. Nilai R Kuadrat (R2 = 0.086) menunjukkan tahap kedudukan korelasi dan sumbangan ataupun pengaruh antara variabel bebas yang terpilih terhadap sifat kompetitif siswa sekolah menengah atas.

Melalui Tabel 3 (a) analisis varians mendapat nilai F = 24.790 (DK=2, 446) dan signifikan pada aras Sig (p = 0.000)<0.001. Sebagai penjelasan, nilai R2 = 0.086 persen merujuk kepada sumbangan keseluruhan dua variabel yang diamati iaitu bimbingan guru = 7.8 persen, pemmbelajaran di kelas = 0.8 persen. Secara umum dua variabel bebas yang memberi sumbangan secara signifikan terhadap sifat kompetitif siswa sekolah menengah atas dan membentuk persamaan regresi seperti berikut:

Y= 2.874 + 0.181X 1 + 0.141X 2 +0.206

Dimana:

Y : Sifat Kompetitif x1 : Bimbingan guru

x2 : Pembelajaran sains di kelas

Konstan= 2.874 Ralat = 0.206

(10)

V.KESIMPULAN

Secara keseluruhan sifat kompetitif siswa sekolah menengah atas di Sumatera Barat berada pada tinggi (min skor= 4.23). Berdasarkan 7 (tujuh) variabel yang terlibat dalam penelitian ini yaitu pembelajaran di kelas, pembelajaran di laboratorium, literasi sains, mendapatkan bahan pembelajaran sains, bimbingan orang tua, bimbingan guru dan motivasi akademik. Dua variabel telah memberi sumbangan terhadap sifat kompetitif siswa (8.6 persen), masing-masingnya pembelajaran di kelas (0.8 persen), dan bimbingan guru (7.8 persen). Melalui wawancara dengan siswa dan guru tentang sifat kompetitif yang dimiliki siswa menunjukkan bahwa siswa mempunyai sifat kompetitif yang tinggi. Oleh sebab itu perlu pelaksanaan pembelajaran sains yang dilaksanakan dikelas dengan suasana yang menyenangkan, dan guru perlu memberikan bimbingan dan arahan yang dapat menumbuhkan sifat dan semangat kompetitif. Disamping itu penyusunan kurikulum lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) juga perlu memikirkan kompetensi guru yang dapat menguasai ilmu psikologi dan bimbingan dan konseling, selain bidang ilmu yang ditekuni dalam pendekatan pembelajaran disekolah maupun di luar sekolah.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Abdul. Majid Mohd Isa & Rahil Mahyudin. 2000. Psikologi Pendidikan 1. Pertumbuhan dan

Perkembangan. Kuala Lumpur: Longman

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. KTSP. Jakarta: Depdiknas

Bernard, B. 1993. Fostering resiliency in kids. Educational Leadership November: 44-48

Fenwick.T (2003) Inovation: Examining workplace learning in new enterprises. Journal of Workplace Learning, 15 (3): 123-32

Gunadi, Paul (2014) Mengubah Kompetitif Menjadi Produktif 1 http:// www. telaga. org/audio/mengubah kompetitif menjadi produktif 1(akses 17 Maret 2014)

Rusilawati 2007. Budaya sains dan teknologi di kalangan murid sekolah dan hubungannya dengan pertambahan tempo pembelajaran sains. Tesis Ph.D. Fakulti Pendidikan Universiti Kebangsaan Malaysia.

Robiah, L .Juriah, L. Khalid, A & Puteh, M 2002 Pembudayaan dan teknologi: Kesan Pendidikan dan Latihan dikalangan Belia di Malaysia. Jurnal Pendidikan Jilid /Volume 27(35-45), ISSN 0126-6020

Sapriati, Amalia. 2009. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Shahabuddin Hashim, Rohizani Yaakub dan Mohd Zohir Ahmad (2003). “Pedagogi (Strategi dan Teknik Mengajar Dengan Berkesan)”. Pahang : PTS Publications

Kamisah Osman., Zanaton, I., Lilia H. 2007. Sikap terhadap Sains dan Sikap Saintifik dikalangan pelajar sains. Jurnal Pendidikan 32 (2007) 39-60

Law. N., Y. Lee & A. Chow. 2002. Practice characteristics that lead to 21st century learning outcomes. Journal of Computer Assisted Learning. 18: 415-426 Blackwell Science Ltd.

Lucia, A.D. & Lepsinger, R. 1999. The Art and science of competency models: Pinpointing critical success factors in organizations. San Francisco: Jossey-Bass Pfeifer.

Ma‟rof, R. & Haslinda, A. 2004 Psikologi. Ed. Ke-2 Kuala Lumpur: McGraw-Hill

McCrae, R.R. 2000. Trait psichology and the revival of personality and cultural studies. Amercan Behavioral Scientist 44(1): 10-31

(11)

Neill, J.T & Dias, K.L.2001. Adventure education and resilience: The doble-edged sword. Journal of Adventure Education and Outdoor Learning 1(2): 35-42

Gambar

Tabel 1. Nilai korelasi dan Cronbach Alpha variabel sifat kompetitif

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pikiran konsumen, kemasan adalah produk. Bagi banyak produk, konfigurasi fisik mewujudkan identitas visual suatu merek. Struktur dan material digunakan sebagai tempat

(3) Faktor pengaruh efektivitas sistem informasi akuntansi terbatas pada variabel pengetahuan karyawan akuntansi, partisipasi manajemen, dan pemanfaatan teknologi

demikian, kemampuan manajerial petani dalam pengambilan keputusan produksi berbeda sehingga diduga berpengaruh pada tingkat efisiensi teknis (Greene, 1982 dalam Adhiana,

• KORELASI NEGATIF ADALAH KORELASI DARI DUA VARIABEL, YAITU APABILA VARIABEL YANG SATU (X) MENINGKAT ATAU MENURUN MAKA VARIABEL LAINNYA (Y) CENDERUNG MENURUN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan bermakna antara dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat pada

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, direkomendasikan bagi Kantor Kementerian Agama Kota Pangkalpinang untuk dapat segera melengkapi peralatan pendaftaran calon jemaah haji

Sudarso. Sirkulasi kendaraan yang masuk akan berbeda dengan sirkulasi kendaraan keluar, dengan menggunakan konsep one way. Sirkulasi kendaraan bermotor pengunjung hanya