• Tidak ada hasil yang ditemukan

asuhan kebidanan pada bayi dengan infeks

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "asuhan kebidanan pada bayi dengan infeks"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia,rahmat,dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penulisan ilmiah kebidanan dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Neonatus Umur 7 Hari dengan Omfalitis di Puskesmas Kecamatan Bantargebang Bekasi Tanggal 22 s.d 25 September Tahun 2015 ”.

Proposal Penulisan ini disusun sebagai salah satu tugas Mata kuliah Penulisan Ilmiah Kebidanan.Kendala dalam penyusunan proposal penulisan ini dapat teratasi atas pertolongan Allah SWT melalui bimbingan dan dukungan banyak pihak. Untuk itu, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang Tua saya yang telah memberikan dukungan materil dan moril.

2. Ibu Lenny Irmawati, SST. M.Kes Selaku dosen pembibing yang telah memberi banyak masukan berharga dan sabar dalam membimbing penulisan Proposal Penulisan Ilmiah Kebidanan ini.

3. Ibu Farida Mentalina Simanjuntak,SST.M.Kes Selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberi banyak masukan dalam segi penulisan propasal ilmiah kebidanan ini.

4. Teman-teman kelas 3A/DIII Kebidanan di STIKes Medistra Indonesia yang terus-menerus memberikan semangat untuk menyelesaikan Proposal Penelitian ini.

Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap Proposal Penulisan Ilmiah Kebdanan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, pendapat, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.

(2)

KATA PENGANTAR... 2

PENDAHULUAN... 4

A Latar Belakang... 4

B.Tujuan... 5

1.Tujuan Umum... 5

2.Tujuan Khusus... 6

C. Ruang Lingkup... 6

D.Metode Penulisan... 7

1.Merumuskan Masalah... 7

2.Hipotesis... 7

BAB II... 8

TINJAUAN PUSTAKA... 8

A.Konsep Bayi Baru Lahir... 8

B.Pengertian Omfalitis atau Infeksi tali pusat...15

C.Faktor Penyebab Terjadinya Infeksi Tali Pusat...15

D.Tanda dan Gejala... 17

E.Klasifikasi... 18

F.Komplikasi... 18

G.Penegakan Diagnosis (Assessment)...19

H.Penanganan... 19

I.Pelayanan Kesehatan Neonatus...20

J.Waktu pelayanan kesehatan neonatus...20

K.Standar pelayanan kesehatan neonatus...21

L. Teori Manajemen Kebidanan...29

BAB III... 39

KASUS... 39

BAB IV... 80

PEMBAHASAN KASUS...80

BAB V... 85

PENUTUP... 85

A.Kesimpulan... 85

B. Saran... 86

(3)

BAB 1

PENDAHULUAN

A Latar Belakang

Masalah kesehatan ibu dan perinatal merupakan masalah nasional yang perlu dan mendapat prioritas utama,karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang.Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah kematian neonatal yang diutamakan pada pemeliharaan kehamilan sebaik mungkin, pertolongan persalinan sesuai standar,pelayanan dan perawatan bayi baru lahir yang adekuat termasuk perawatan tali pusat yang higienis (Depkes RI, 2003).Tetanus dan infeksi merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi Hingga kini, infeksi masih merupakan masalah yang serius pada bayi baru lahir (BBL).Infeksi juga masih berperan utama dalam angka kesakitan dan angka kematian bayi baru lahihir (BBL) di Indonesia. Perawatan tali pusat secara umum bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat putusnya tali pusat.

Bila tali pusat basah,berbau dan menunjukkan tanda-tanda infeksi,harus waspada terhadap infeksi tali pusat.Infeksi ini harus segera diobati untuk menghindari infeksi yang lebih berat,dimana infeksi tali pusat pada bayi dapat menyebabkan sepsis, meningitis dan tetanus.Infeksi tali pusat pada dasarnya dapat dicegah dengan melakukan perawatan tali pusat yang baik dan benar,yaitu dengan prinsip perawatan kering dan bersih (Wiknjosastro, 2002).Salah satu upaya atau cara untuk mengatasi masalah dan mengurangi angka kematian bayi karena infeksi tali pusat dan tetanus neonatorum seperti yang disampaikan Menteri Kesehatan RI, pemerintah menggunakan strategi yang pada dasarnya menekankan pada penyediaan pelayanan maternal dan neonatal berkualitas yaitu,setiap kehamilan diberikan Toksoid Tetanus untuk mencegah tetanus neonatorum,pada waktu pemotongan tali pusat keseterilan hendaknya diperhatikan,demikian pula pada perawatan tali pusat ,kemudian penyuluhan mengenai perawatan tali pusat yang benar pada masyarakat.

(4)

sebesar 37 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti oleh Papua Barat sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup dan Nusa Tenggara Barat sebesar 33 per 1.000 kelahiran hidup.Angka infeksi tali pusat di negara berkembang bervariasi dari 2 per 1000 hingga 54 per 1000 kelahiran hidup .Pada tahun 2000 WHO (World Health Organization) menemukan angka kematian bayi sebesar 560.000, yang disebabkan oleh infeksi tali pusat.Negara Afrika angka kematian bayi yang disebabkan infeksi tali pusat 126.000 (21%),kemudian Negara Asia Tenggara diperkirakan ada 220.000 kematian bayi.Negara Afrika maupun di Asia Tenggara kematian disebabkan karena perawatan tali pusat yang kurang bersih (Bapenas, 2001). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan (morbilitas) dan angka kematian (mortalitas) adalah dengan memberikan pelayanan kesehatan yang efektif pada masyarakat tentang perawatan tali pusat bayi.

WHO (World Health Organization) merekomendasikan,untuk perawatan sehari-hari tali pusat cukup dengan membersihkan tali pusat dengan air dan sabun.Dalam melaksanakan upaya tersebut diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan yang berkualitas.Dengan memberikan penyuluhan tentang kesehatan kepada masyarakat sehingga pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat diharapkan dapat mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap kesehatan dan kemampuan hidup sehat dimulai sejak bayi.Pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang menentukan kualitas otak pada masa dewasa.Supaya terciptanya bayi yang sehat maka dalam perawatan tali pusat pada bayi baru lahir dilakukan dengan benar-benar sesuai dengan prosedur kesehatan (Hapsari, 2009).

B.Tujuan

1.Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan kebidanan mulai dari proses pengkajian dan pengumpulan data hingga pendokumentasian khususnya pada neonatus dari tanggal 21 s.d 25 September di Puskesmas Kecamatan Bantargebang Bekasi tahun 2015.

2.Tujuan Khusus

(5)

b. Menginterprestasi data untuk mengidentifikasi diagnosis masalah khususnya pada neonatus S dengan omfalitis di Puskesmas Kecamatan Bantargebang Bekasi tanggal 21 s.d 25 September 2015.

c. Mengidentifikasi duagnosis /masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya khususnya pada neonatus S dengan omfalitis di Puskesmas Kecamatan Bantargebang Bekasi tanggal 21 s.d 25 September 2015.

d. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera,konsultasi,kolaborasi,dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi khususnya pada neonatus S dengan omfalitis di Puskesmas Kecamatan Bantargebang Bekasi tanggal 21 s.d 25 September 2015.

e. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya khususnya terhadap neonatus S dengan omfalitis di Puskesmas Kecamatan Bantargebang Bekasi tanggal 21 s.d 25 September 2015.

f. Melaksanakan langsung asuhan secara efisien dan aman khususnya pada neonatus S dengan omfalitis di Puskesmas Kecamatan Bantargebang Bekasi tanggal 21 s.d 25 September 2015.

g. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif Khususnya pada neonatus S dengan omfalitis di Puskesmas Kecamatan Bantargebang Bekasi tanggal 21 s.d 25 September 2015.

h. Melakukan pendokumentasikan asuhan kebidanan dengan metode SOAP khususnya pada neonatus S dengan omfalitis di Puskesmas Kecamatan Bantargebang Bekasi tanggal 21 s.d 25 September 2015.

C. Ruang Lingkup

(6)

D.Metode Penulisan

1.Merumuskan Masalah

2.Hipotesis

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Konsep Bayi Baru Lahir 1.Defenisi Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai dengan usia 4 minggu, biasanya lahir pada usia kehamilan 38 minggu sampai 42 minggu (Wong, 2003).Bayi baru lahir harus memenuhi sejumlah tugas perkembangan untuk memperoleh dan mempertahankan eksistensi fisik secara terpisah dari ibunya. Perubahan fisiologis dan psikososial yang besar yang terjadi pada saat bayi lahir memungkinkan transisi dari lingkungan intrauterin ke lingkungan ekstrauterin, Perubahan ini menjadi dasar petumbuhan dan perkembangan kemudian hari (Bobak, 2005).Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia di bawah 28 hari (Stoll, 2007).Neonatus atau bayi baru lahir adalah noenatus yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Maryanti, 2011).

Periode neonatal yang berlangsung sejak bayi lahir sampai usianya 28 hari, merupakan waktu berlangsungnya perubahan fisik yang dramatis pada bayi baru lahir (Bobak dkk, 2005).Pada masa ini,organ bayi mengalami penyesuaian dengan keadaan di luar kandungan,ini diperlukan untuk kehidupan selanjutnya (Maryunani & Nurhayati, 2008).Dimana bayi mengalami pertumbuhan dan perubahan yang menakjubkan (Halminton, 1995).

Adaptasi fisiologis segera setelah lahir, bayi baru lahir harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya (Bobak, 2005). Perubahan- perubahan yang akan terjadi pada bayi di bagi menurut karakteristik, antaralain: (Bobak, 2005)

(8)

Sistem kardiovaskuler mengalami perubahan yang mencolok setelah bayi lahir.Foramen ovale, diuktus arterosus, dan duktus venosus menutup . Arteri umbilikalis,dan arteri hepatika menjadi ligamen.Napas pertama yang dilakukan bayi baru lahir membuat paru-paru mengalir.Tekanan arteri pulmonari menurun.Rangkain pristiwa besar ini merupakan mekanisme besar yang menyebabkan tekanan arteri kanan menurun.

Aliran darah pulmoner kembali meningkat ke jantung dan masuk ke jantung bagian kiri, sehingga tekanan atrium kiri meningkat. Perubahan tekanan ini menyebabkan foramen ovale menutup.Selama beberapa hari pertama kehidupan,tangisan dapat mengembalikan aliran darah melalui foramen ovale untuk sementara dan mengakibatkan sianosis ringan.Frekuensi denyut jantung bayi rata-rata 140 kali/menit saat lahir, dengan variasi berkisar antara 120 sampai 160 kali/menit. Frekuensi saat bayi tidur berbeda dari frekuensi saat bayi bangun.

Pada usia satu minggu, frekuensi denyut jantung bayi rata-rata ialah 128 kali/menit saat tidur dan saat bangun 163 kali/menit. Pada usia satu bulan frekuensi138 kali/menit saat tidur dan 167 kali/menit saat bangun. Aritmia sinus (denyut jantung yang tidak teratur ) pada usia ini dapat dipersepsikan sebagai suatu fenomena fisiologis dan sebagai indikasi fungsi jantung yang baik.Tekanan darah sistolik bayi baru lahir ialah 78 dan tekanan diastolik rata-rata ialah 42.Tekanan darah berbeda dari hari ke hari selama bulan pertama kehamilan.

Tekanan darah sistolik bayi sering menurun (sekitar 15 mmHg ) selama satu jam pertama setelah lahir. Menangis dan bergerak biasanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik.Volume darah bayi baru lahir bervariasi dari 80 sampai 110 ml/kg selama beberapa hari pertama dan meningkat dua kali lipat pada akhir tahun pertama. Secara proporsional, bayi baru lahir memilki volume darah sekitar 10 % lebih besar dan memilki jumlah sel darah merah hampir 20 % lebih banyak daripada orang dewasa.Akan tetapi, darah bayi baru lahir mengandung volume plasma sekitar 20% lebih kecil bila dibandingkan dengan kilogram berat badan orang dewasa.

(9)

b.Sistem Hematopoesis

Saat lahir presentasi hemoglobin janin menurun sampai 55% pada minggu kelima dan sampai 5 % umur sel yang mengandung hemoglobin janin lebih pendek.Leukosit janin dengan nilai hitung sel darah putih sekitar 18.00/mm3 merupakan nilai normal saat bayi lahir.Jumlah leukosit janin, yang sebagian besar terdiri dari polimor ini meningkat menjadi 23.000 sampai 24.000 mm3 pada hari pertama setelah bayi lahir. Golongan darah bayi lahir ditentukan pada awal kehidupan janin. Akan tetapi,selama periode neonatal terjadi peningkatan kemampuan aglutinogen membrane sel darah merah secara bertahap. Hitung thrombosis dan agregasi thrombosis sama penting, baik bayi baru lahir maupun bagi orang dewasa. Kecendrungan pendarahan pada bayi baru lahir jarang terjadi pembekuan darah cukup untuk mencegah pendarahan hanya terjadi difisiensi vitamin K (Bobak, 2005).

c. Sistem Pernapasan

Penyesuaian paling kritis yang harus di alami bayi baru lahir ialah penyesuaian sistem pernafasan.Paru–paru bayi cukup bulan mengandung sekitar 20 ml cairan/kg. Pola pernafasan tertentu menjadi karakteristik bayi baru lahir normal yang cukup bulan.Setalah pernafasan mulai berfungsi, nafas bayi menjadi dangkal dan tak teratur,berfariasi dari 30 sampai 60 x/menit. Disertai apnea singkat (kurang dari 15 detik).Periode apnea singkat ini paling sering terjadi selama siklus tidur aktif (Rapid Eye Movement/REM). Durasi dan frekuensi apnea menurun seiring peningkatan usia.Periode apnea lebih dari 15 detik harus dievaluasi (Bobak, 2005)

d. Sistem Ginjal

Bayi baru lahir memiliki rentang keseimbangan kimia dan rentang keamanan yang kecil. Infeksi, diare, dan pola makan yang tidak teratur secara cepat dapat

e. Sistem Pencernaan

(10)

berkisar antara 14,5 sampai 22,5 g/dl. Hematokrit bervariasi dari 44% sampai 72% saat lahir, tetapi bayi baru lahir memungkinkan tidak mengeluarkan urine selama 12 sampai 24 jam.

Berkemih sering terjadi selama periode ini.Berkemih 6 sampai 10x dan hitung SDM berkisar antara 5 sampai 7,5 juta/mm3. Secara berturut-turut,dengan warna urine pucat menunjukan masukan cairan yang cukup. Umumnya, bayi hemoglobin dan sel darah merah menurun sampai mencapai kadar rata-rata 11 sampai cukup bulan mengeluarkan urine 15 sampai 60 ml per kilogram per hari (Bobak, 2005) 17 g/dl dan 4,2 sampai 5,2 /mm3 pada akhir bulan pertama.

f.Sistem Gastrointestinal

Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna, memetabolisme dan mengabsorbsi protein dan karbihidrat sederhana, serta mengemulsi lemak. Kecuali amylase pancreas, karakteristik enzim dan cairan pencernaan bahkan sudah ditemukan pada bayi yang berat badan lahirnya rendah. Adapun beberapa perubahan fisiologis pada system cerna antara lain :

1) Pada Pencernaan

Keasaman lambung bayi pada saat lahir pada umumnya sama dengan keasaman lambung orang dewasa, tetapi akan menurun dalam satu minggu dan tetap rendah selama dua sampai tiga bulan. Penurunan keasaman lambung ini dapat menimbulkan “kolik”. Bayi yang mengalami kolik tidak dapt tidur, menangis dan tampak distress di antara waktu makan.gejala ini akan hilang setelah bayi berusia 3 bulan.Bising usus bayi dapat didengar 1 jam setalah lahir. Kapasitas lambung berfariasi dari 30 sampai 90ml tergantung pada ukuran bayi. Waktu pengosongan lambung sangat bervariasai. Beberapa factor seperti waktu pemberian makanan dan volume makanan, jenis dan suhu makanan serta strees psikis dapat mempengaruhi waktu pengosongan lambung(Bobak, 2005)

2) Tinja

(11)

kehitaman,konsistensinya kental,dan mengandung darah samar. Mekonium pertama keluar steril, tetapi mekonium setelah beberapa jam mengandung bakteri. Sekitar 69% bayi normal yang cukup bulan mengeluarkan mekonium dalam 12 jam pertama kehidupannya, 94% dalam 24 jam dan 99,8% dalam 48 jam (Bobak,2005)

f. Sistem tem Hepatika

Hati dan kandung empedu dibentuk pada minggu keempat kehamilan. Pada bayi baru lahir, hati dapat dipalpasi sekitar 1 cm dibawah batas kanan iga karena hati beasr dan menempati sekitar 40% rongga abdomen .

g.Sistem Imun

Sel-sel yang menyuplai imunitas bayi berkembang pada awal kehidupan janin. Namun sel ini tidak aktif beberapa bulan. Selama tiga bulan pertama kehidupannya, bayi dilindungi oleh kekebalan pasif yang diterima dari ibu. Barier alami seperti keasaman lambung atau produksi pepsin dan tripsin yang mempertahankan kesterilan usus halus.IgA sebagai pelindung membran lenyap dari traktus naps dan traktus urinarius dan traktus gastrointestinal kecuali jika bayi diberi ASI. Bayi mulai menyintesa IgG dan mencapai sekitar 40% kadar IgG orang dewasa pada usia 1 tahun, sedangkan kadar orang dewasa dicapai pada usia 9 bulan. IgA, IgD dan IgE diproduksi secara lebih bertahap dan kadar maksimum tidak dicapai sampai pada masa kanak-kanak dini (Bobak, 2005) .

h.Sistem Integumen

Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk saat lahir tetapi masih belum matang.Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Verniks kaseosa juga berfungsi dengan epidermis dan berfungsi sebagai lapisan pelindung. Kulit bayi sangat sensitive dan dapat rusak dengan mudah. Bayi baru lahir yang sehat dan cukup bulan tampak gemuk. Lanugo halus terlihat di wajah, bahu dan punggung. Edema dan kimosis (memar) dapat timbul akibat presentasi muka atau kelahiran dengan forsep.

i.Sistem Reproduksi

1) Wanita

(12)

selama masa hamil, yang diikuti dengan penurunan setelah bayi lahir,mengakibatkan pengeluran suatu cairan mukoid atau, kadang-kadang pengeluaran bercak darah melalui vagina (pseudomenstruasi). Genitalia eksterna biasanya edematosa disertai pigmentasi yang lebih banyak. Pada bayi lahir cukup bulan,labia mayora dan minora menutupi vestibulum.

2) Pria

Testis turun ke dalam skrotum pada 90% bayi baru lahir laki-laki. Walupun menurun pada kelahiran bayi prematur. Prepusium yang ketat seringkali dijumpai pada bayi baru lahir, Muara uretra dapat tertutup prepusium dan tidak dapt ditarik ke belakang selama tiga sampai empat tahun.Terdapat rugae yang melapisi kantong skrotum, dan hidrokel (penimbunan cairan di sekitar testis) sering terjadi dan biasanya akan mengecil tanpa pengobatan. Pengkajian prilaku saraf (neurobehavioral) neonatus terutama merupakan evaluasi refleks primitif dan tonus otot. Saat ini, bayi baru lahir cukup bulan dikenal sebagai mahluk yang reaktif, responsif dan hidup. Perkembangan sensori bayi baru lahir dan kapasitas untuk melakukan interaksi sosial dan organisasi diri sangat jelas terlihat.

j. Sistem Termogenik

Termogenesis berarti produksi panas (termo = panas, genesis = asal-usul). Suhu tubuh dipertahankan supaya berada pada batas sempit suhu tubuh normal dengan memproduksi panas sebagai respon terhadap pengeluaran panas.Beberapa hal yang menyangkut system termogenik bayi baru lahir meliputi ;

1) Produksi Panas

(13)

2) Pengaturan Suhu

Insulasi suhu bayi baru lahir kurang akibat pembuluh darah yang lebih dekat ke permukaan kulit akibatnya perubahan temperature lingkungan akan mengubah temperature darah sehingga mempengaruhi pusat pengaturan suhu di hypothalamus

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37- 42 minggu dan berat badannya 2500-4000 gram.Ciri-ciri bayi baru lahir normal:

a. Lahir aterm antara 37-42 minggu b. Berat bdan 2500- 4000 gram c. Panjang badan 48- 52 cm d. Ligkar dada 30- 38 cm e. Lingkar kepala 33-35 cm f. Lingkar lengan 11- 12 cm

g. Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit h. Pernafasan 40-60 x /menit

i. Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna k. Kuku agak panjang dan lemas

l. Nilai APGAR>7 m. Gerak aktif

n. Bayi lahir langsung menangis kuat

o. Reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.

p. Reflek sucking(isap dan menelan ) sudah terbentuk dengan baik

q. Reflek moro ( gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan Baik

r. Reflek grasping ( menggenggam) sudah baik

s. Genitalia(Pada laki- laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada sokrotum dan penis yang berlubang,Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang , serta adanya labia minora dan mayora)Perawatan Lanjutan Pada Bayi Baru Lahir adalah:

(14)

3) Membersihkan mata

4) Merawat Kulit Bayi Baru Lahir 5) Merawat Tali pusat Bayi Baru Lahir.

B.Pengertian Omfalitis atau Infeksi tali pusat 1.Definisi

Berdasarkan kutipan dari jurnal penelitian Novia 2010 tentang Pengetahuan ibu post partum tentang infeksi tali pusat di wilayah kerja Puskesmas kota baru kecamatan Kentang Riau Omfalitis adalah infeksi pada tali pusat bayi baru lahir yang ditandai dengan kulit kemerahan dan biasanya disertai pus. Penyebab terjadinya omfalitis pada kasus ini adalah akibat kurangnya aseptik antiseptik saat pengguntingan dan perawatan tali pusat oleh bidan penolong persalinan.Hasil apus pus omfalitis adalah bakteri batang Gram negatif, sesuai dengan pola kuman yang sering menginfeksi bayi baru lahir.Tali pusat biasanya puput satu minggu setelah lahir dan luka sembuh dalam 15 hari. Tali pusat merupakan bagian yang penting untuk diperhatikan pada bayi yang baru lahir. Bayi yang baru lahir kurang lebih dua menit akan segera di potong tali pusatnya kira-kira dua sampai tiga sentimeter yang hanya tinggal pada pangkal pusat (umbilicus), dan sisa potongan inilah yang sering terinfeksi Staphylococcus aereus. Pada ujung tali pusat akan mengeluarkan nanah dan pada sekitar pangkal tali pusat akan memerah dan disertai edema (Musbikin,2005)

Omfalitis atau infeksi tali pusat adalah infeksi tali pusat yang terjadi pembengkakan, pada ujung tali pusat akan mengeluarkan nanah dan pada sekitar pangkal tali pusat akan memerah dan disertai edema. Pada keadaan infeksi berat, infeksi dapat menjalar hingga ke hati (hepar) melalui ligamentum (falsiforme) dan menyebabkan abses yang berlipat ganda.Pada keadaan menahun dapat terjadi granuloma pada umbilicus (Prawirohardjo, 2002).Penyebab infeksi tali pusat ini dalah bakteri stapilokokus, streptokokus, atau bakteri lainnya (Riksani,2012).

C.Faktor Penyebab Terjadinya Infeksi Tali Pusat 1. Faktor kuman

(15)

terkolonisasi.Untuk pencegahan terjadinya infeksi tali pusat sebaiknya tali pusat tetap dijaga kebersihannya, upayakan tali pusat agar tetap kering dan bersih, pada saat memandikan di minggu pertama sebaiknya jangan merendam bayi langsung ke dalam air mandinya karena akan menyebabkan basahnya talipusat dan memperlambat proses pengeringan tali pusat.

2. Faktor Maternal

Status sosial dan ekonomi ibu,ras,dan latar belakang mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio dan ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis.Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.

3. Faktor Neonatatal

a. Prematuritas ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram),

Merupakan faktor resiko terjadinya infeksi. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga.Setelah lahir,

konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun,menyebabkan

hipigamaglobulinemia berat.Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit immunitas masih rendah.

b. Defisiensi imun.

(16)

c. Laki-laki dan kehamilan kembar.

Insidens infeksi pada bayi laki- laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan. 4. Faktor Lingkungan

a. Ada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.

b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bisa menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas,sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.

c. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli. d. Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi yang dapat mencapai neonatus yaitu :

Proses persalinan,pada proses persalinan lakukan pengikatan putung tali pusat atau jepit dengan klem plastik tali pusat (bila tersedia) (APN,2008). Persalinan yang tidak sehat atau yang dibantu oleh tenaga non medis, terjadi pada saat memotong tali pusat menggunakan alat yang tidak steril dan tidak diberikan obat antiseptik. Untuk perawatan tali pusat juga tidak lepas dan masih adanya tradisi yang berlaku di masyarakat.

5. Faktor tradisi

Sebagian masyarakat misalnya dengan memberikan berbagai ramuan-ramuan atau serbuk-serbuk yang dipercaya bisa membantu mempercepat kering dan lepasnya potongan tali pusat. Ada yang mengatakan tali pusat bayi itu harus diberi abu-abu,ada juga yang memberikan kunyit, pandangan seperti inilah yang seharusnya tidak boleh dilakukan karena justru dengan diberikannya berbagai ramuan tersebut kemungkinan terjangkitnya tetanus lebih besar biasanya penyakit tetanus neonatorum ini cepat menyerang bayi,pada keadaan infeksi berat hanya beberapa hari setelah persalinan jika tidak ditangani biasa mengakibatkan meninggal dunia (Sodakin, 2009).

D.Tanda dan Gejala

Tanda- tanda dari infeksi adalah sebagai berikut:

(17)

dan kurang kering. Hal ini juga bisa terjadi bila pemotongan tali pusat dilakukan dengan benda yang tidak steril sehingga kuman tumbuh dan berkembang.

b. Bau tak sedap,bau yang tak sedap muncul pada tali pusat menandakan bahwa tali pusat terinfeksi. Lalu tali pusat akan bernaanah dan berlendir. Selain itu juga ditandai dengan kemerahan disekitar pusat.

c. Tidak banyak menangis,bayi yang terinfeksi umumnya tidak banyak menagis. Ia justru lebih banyak tidur.Gejala ini juga ditandai bayi malas minum, demam, dan kejang. d. Suhu tubuh meningkat, tubuh terasa hangat atau panas.Untuk lebih akurat,anda bisa

menggunakan termometr untuk mengukur suhu tubuh bayi. Jika suhu tubuh melebihi 38 maka bayi sudah terkena demam. Demam terjadi karena merupakan mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi virus ataupun bakteri.Kenaikan suhu tubuh akan menghambat perkembangbiakan bakteri DNA(deoxyribonucleic acid ) ataupun replikasi virus RNA (ribonucleic acid).

E.Klasifikasi

1.Infeksi tali pusat lokal atau terbatas

Jika tali pusat bengkak, mengeluarkan nanah, atau berbau busuk, dan di sekitar tali pusat kemerahan dan pembengkakan terbatas pada daerah kurang dari 1 cm di sekitar pangkal tali pusat lokal atau terbatas.

2.Infeksi tali pusat berat atau meluas

Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm atau kulit di sekitar tali pusat bayi mengeras dan memerah serta bayi mengalami pembengkakan perut, atau bayi mengalami distensi abdomen disebut sebagai infeksi tali pusat berat atau meluas.

F.Komplikasi

Bila infeksi tidak segera diobati ketika tanda-tanda infeksi ini ditemukan akan terjadi penyebaran.Pada keadaan lebih lanjut infeksi dapat menyebar ke bagian dalam tubuh di sepanjang vena umbilikus dan akan menyebabkan:

1. Trombosis vena porta 2. Abses hepar

(18)

G.Penegakan Diagnosis (Assessment)

Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Adanya tanda-tanda infeksi disekitar umblikus seperti bengkak, kemerahan sampai keluarnya nanah.

H.Penanganan

Sebagai pengobatan lokal dapat diberikan salep yang mengandung neomisin dan basitrasin. Selain itu juga dapat diberikan salep gentamisin. Jika terdapat granuloma,dapat pula dioleskan dengan larutan nitras argenti 3%(Prawirohardjo, 2002) :

1. Pertahankan tubuh bayi tetap hangat 2. ASI tetap diberikan

3. Diberi injeksi antibiotika berspekturum luas sesuai dosis. (basitrasin)

4. Perawatan sumber infeksi, misalnya diberi salep yang mengandung neomisin dan bastitrasin pada tali pusat yang terinfeksi

Cara penanganannya infeksi tali pusat local atau terbatas:

a. Biasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum memegang atau membersihkan tali pusat, untuk mencegah berpindahnya kuman dari tangan.

b. Cuci umbilikus dengan menggunakan larutan antiseptik polividon iodion 2,5%

c. Apus umbilikus dan area di sekitar umbilikus dengan gentian violet 0,5% empat kali sehari sampai tidak ada lagi pus yang keluar dari umbilikus,

d. Kemudian berikan salep yang mengandung neomisin ataupun basitrasin . Kandungan neosimin dan basitrasin berfungsi untuk pengobatan infeksi dan membunuh bakteri gram yang ada

e. Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm, obati seperti infeksi tali pusat berat atau meluas

f. Jika infeksi telah bersih,bayi makan dengan baik dan tidak terdapat masalah lain yang membutuhkan hospitalisasi ,pulangkan bayi.

Cara penanganannya infeksi tali pusat berat atau meluas :

(19)

b.Beri kloksasilin per oral selama 5 hari.jika terdapat pustule / lepuh kulit dan selaput lendir.

c. Cari tanda-tanda sepsis.

d. Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk infeksi tali pusat lokal atau terbatas.

I.Pelayanan Kesehatan Neonatus

Berdasarkan kutipan dari skripsi Rosita 2012 dengan judul Gambaran persepsi ibu tentang kelengkapan pemeriksan saat kunjungan neonatus di Kecamatab Poncowarno Kebumen,tahun 2011 kementerian kesehatan meluncurkan program jampesal (jaminan persalinan).Tujuan dari program ini adalah menurunkan angka kematian ibu dan bayi .Adapun jenis pelayanan yang dalam program ini meliputi pemeriksaan kehamilan (4 kali),pertolongan persalinan,pelayanan nifas termaksud pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir sebanyak 3 kali yaitu KB1,2,3 (Kemenkes RI,2010)

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali selama periode 0 sampai dengan 28 hari,baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.(Kemenkes RI,2010)Kunjungan neonatus adalah kontak bayi baru lahir/neonatus dan ibunya saat bayi berusia 0-28 hari dengan petugas kesehatan melakukan pemeriksaan bayi.Petugas bisa datang ke rumah ibu atau bayi dibawa ke pelayanan kesehatan.

J.Waktu pelayanan kesehatan neonatus

Berdasarkan kutipan dari skripsi Rosita 2012 dengan judul Gambaran persepsi ibu tentang kelengkapan pemeriksan saat kunjungan neonatus di Kecamatab Poncowarno Kebumen konsep kunjungan neonatus (KN) telah mengalami beberapa kali perubahan Pada tahun 1993,kunjungan neonatus (KN) oleh tenaga kesehatan adalah kunjungan baru bayi berusia kurang dari satu bulan yang mendapat pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan .Kunjungan neonatus (KN) hanya dilakukan satu kali dalam periode 0-28 hari dan diberikan kepada petugas kesehatan dengan penekanannya pada kunjungan bayi baru lahir (Depkes RI,1993)

(20)

pelayanan kesehatan neonatus ,baik di dalam maupun luar gedung puskesmas dengan ketentuan sebagai berikut: :

1. Kunjungan pertama kalo pada hari 1 sampai hari ke 7 (sejak 6 jam -7 hari) 2. Kunjungan kedua pada hari ke 8 (8-28 hari )

Kunjungan neonatus 1 (KN1) adalah kontak bayi baru lahir berusia 6-48 jam dan ibunya dengan petugas kesehatan yang melakukan pemeriksaan bayi.Petugas dapat datang ke rumah ibu atau bayi dibawa ke fasilitas kesehatan (Kemenkes,2010)Adapun waktu kunjungan neonatus menurut konsep pelayanan kesehatan neonatus esensial adalah sebagai

berikut(KemenkesRI,2010) :

1. KN 1 dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam

2. KN 2 dilakukan pada kurun waktu hari ke 3-7 setelah lahir.

3. KN 3 dilakukan pada kurun waktu hari ke 8-28 setelah lahir.

Diana Beck dalam Care of the Newborn (2004) menyebutkan bahwa kematian neonatus banyak terjadi di minggu pertama setelah kelahiran,khususnya 24 jam pertama.Tujuh hari pertama merupakan periode yang kritikal bagi bayi baru lahir dan jadwal kunjungan neonatus yang disarankan adalah sebagi berikut :

1. Kunjungan 1 :dalam 24 jam setelah kelahiran 2. Kunjungan 2 :2-3 hari setelah kelahiran 3. Kunjungan 3 :7 hari setelah kelahiran. 4. Kunjungan 4 :28 hari setalah kelahiran.

K.Standar pelayanan kesehatan neonatus

(21)

Pemeriksaan bayi baru lahir menggunakan pedoman MTBM (manajemen terpadu bayi muda )(DepKes RI ,2009).MTBM adalah satu set pedoman terpadu yang dikelurakan oleh WHO dan UNICEF yang menjelaskan secara rinci penanganan penyakit-penyakit yang terjadi bayi berumur 1 sampai 2 bulan (Bayi Muda ) baik sehat maupun sakit,diharapkan dengan MTBM ,tenaga kesehatan dapat menilai dan membuat klasifikasi,menentukan tindakan dan memberikan pengobatan,konseling dan tindak lanjut terhadap penyakit atau kasus yang dijumpai (Dep Kes RI,2008).Dan yang disebut kunjungan ulang adalah ketika bayi dibawa oleh keluarga ke sarana kesehatan karena suatu masalah dengan jadwal sesuai kunjungan neonatus ketika kunjungan ulang,kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga kesehatan adalah:

1. Menanyakan kepada ibu masalah yang dihadapi bayinya

2. pabila menemukan bayi sakit ,harus mampu mengklasifikasi penyakit bayi untuk kemungkinan penyakit sangat berat atau infeksi berat,diare,ikterus,kemungkinan berat badan rendah .

3. Menangani masalah pemberian ASI. 4. Menentukan status imunisasi.

5. Menentukan masalah atau keluhan lain.

6. Menentukan tindakan dan memberikan pengobatan bila diperlukan. 7. Memberikan tindakan pra perujukan.

8. Melakukan konseling kepad ibu.

9. Memberikan pelayanan tindak lanjut

Waktu kunjungan Tanya dan lihat Penjelasan

(22)

kulit ,pengeluaran

menyesuaikan diri untuk

(23)

28 hari a. Asi pemberian nasihat atau informasi tentang kesehatan bayi baru lahir.Nasihat yang diberikan pada ibu berupa tanda bayi sehat,ASI Ekslusif,cara merawat bayi dirumah,pencegahan hipotermi,pelayanan kesehatan bayi baru lahir,imunisasi...(DepKes,2009)

1. Imunisasi Dasar

Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit serius yang paling efektif untuk bayi dari segi biaya (Wahab, 2000). Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan.(Depkes RI, 2005).Sasaran program imunisasi yang meliputi sebagai berikut:

a. Mencakup bayi usia 0-1 tahun untuk mendapatkan vaksinasi BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis-B.

b. Mencakup ibu hamil dan wanita usia subur dan calon pengantin (catin) untuk mendapatkan imunisasi TT.

c. Mencakup anak-anak SD (Sekolah Dasar) kelas 1, untuk mendapatkan imunisasi DPT.

d. Mencakup anak-anak SD (Sekolah Dasar) kelas II s/d kelas VI untuk mendapatkan imunisasi TT (dimulai tahun 2001 s/d tahun 2003), anak-anak SD kelas II dan kelas III mendapatkan vaksinasi TT (Depkes RI, 2005)

(24)

dan tetanus. - Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis. - Campak, untuk mencegah penyakit campak (measles). - Hepatitis B, untuk mencegah penyakit hepatitis.

a.Vaksin BCG ( Bacillius Calmette Guerine )

setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.

1) Reaksi regional

Pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.

2) Komplikasi yang mungkin timbul

Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat.Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.

b.Hepatitis B

Diberikan segera setelah lahir, mengingat vaksinasi hepatitis B merupakan upaya pencegahan yang sangat efektif untuk memutuskan rantai penularan melalui transmisi maternal dari ibu pada bayinya.

c.DPT (Dhifteri Pertusis Tetanus)

Diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan ( DPT tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu ) dengan interval 4-8 minggu.

d.Polio

Diberikan segera setelah lahir sesuai pedoman program pengembangan imunisasi ( PPI ) sebagai tambahan untuk mendapatkan cakupan yang tinggi.

(25)

Rutin dianjurkan dalam satu dosis 0,5 ml secara sub-kutan dalam, pada umur 9 bulan.

2.Asi Eksklusif

a.Defenisi ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang di sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya (WHO, 2004).

b.Manfaat ASI untuk bayi

ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi, dapat juga melindungi infeksi gastrointestinal.ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi. ASI juga mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4 b. Manfaat ASI untuk ibu , Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin. ASI dapat meningkatkan kesehatan dan kecerdasan bayi serta meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan anak (bonding) (Gupte, 2004).

c.Pola Pemberian ASI

Agar pemberian ASI eksklusif dapat berhasil, selain tidak memberikan makanan lain perlu pula diperhatikan cara menyusui yang baik dan benar yaitu tidak dijadwal, ASI diberikan sesering mungkin termasuk menyusui pada malam hari. Ibu menggunakan payudara kiri dan kanan secara bergantian tiap kali menyusui. Bayi dipeluk dengan posisi menghadap ibu. Isapan mulut bayi pada puting susu harus baik yaitu sebagian besar areola (bagian hitam sekitar puting) masuk kemulut bayi. Apabila payudara terasa penuh dan bayi belum mengisap secara efektif, sebaiknya ASI dikeluarkan dengan menggunakan tangan yang bersih (Depkes RI, 2005).

Langkah – langkah Menyusui Yang Benar (DinKes, 2009)

1) Ibu mencuci tangan sebelum menyusui bayinya

(26)

3) Mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskan pada puting susu dan aerola sekitarnya 4) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala terletak pada lengkung siku ibu dan

bokong bayi terletak pada lengan

5) Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu tangan bayi dibelakang ibu dan yang satu didepan, kepala bayi menghadap ke payudara

6) Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus

7) Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah serta tidak menekan puting susu atau areola

8) Ibu menyentuhkan putting susu pada bagian sudut mulut bayi sebelum menyusui 9) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi 10) Ibu menatap bayi saat menyusui

11) Pasca Menyusui Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi atau dagu bayi ditekan ke bawah

12) Setelah bayi selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan aerola, biarkan kering dengan sendirinya

13) Menyendawakan bayi dengan cara bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan atau atau bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya di tepuk perlahan-lahan

3.Gumoh

a.Pengertian Gumoh

Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan melalui mulut dan tanpa paksaan, beberapa saat setelah minum susu (Depkes RI, 2003).

b.Penyebab Terjadinya Gumoh

1) ASI atau susu yang diberikan melebihi kapasitas lambung. Lambung yang penuh juga bisa bikin bayi gumoh.

2) Posisi Menyusui Seiring ibu bisa menyusui sambil tiduran dengan posisi miring sementara si bayi tidur telentang. Akibatnya, cairan tersebut tidak masuk ke saluran pencernaan, tetapi kesaluran napas, bayi pun gumoh.

3) Klep penutup lambung berfungsi sempurna Dari mulut, susu akan masuk kesaluran pencernaan atas, baru kemudian kelambung.

(27)

c.Penanganan Gumoh

1) Posisi Menyusui memegang bayi dengan posisi menimang

Untuk melakukannya, topang bayi anda dengan lengan pada posisi yang sama denganpayudara yang anda susukan kepadanya.Posisikan kepala bayi anda disiku, topang badannya dengan lengan depan anda dan pegang bokong atau pahanya. Tangannya mungkin diposisikan disekitar tubuh anda ditempelkan dibawah tubuhnya supaya tidak keluar. Begitu dia sudah ditopang dengan benar, putar lengan bagian depan anda sehingga seluruh tubuhnya menghadap ke anda. Pinggulnya harus menempel di perut anda.

2) Memegang bayi dengan posisi menyilang

Pada posisi ini, lengan anda menopang bokongnya dan bokongnya tetap berada di lekukan lengan anda atau bantal yang terletak dipangkuan anda. Sekali lagi, putar posisi tubuh bayi anda sehingga wajah dan mulutnya sejajar dengan puting susu anda ini merupakan posisi yang baik bagi bayi yang kesulitan menetek, karena anda bisa lebih mudah memindahkan posisi kepalanya keposisi yang lebih baik dengan cara memegang bagian belakang lehernya diantara ibu jari dan jari-jari anda.

3) Posisi Benar Menyendawakan Bayi

Bila posisi menyusui di tempat tidur, angkat tubuh bayi dengan cara memegang bagian tubuh bawah dan tubuh atas antara bahu dan kepala bayi. Dengan demikian posisi bayi mantap, tidak bergerak-gerak.Lalu angkat tubuhnya agar berdiri tegak.Tempelkan dagu bayi pada bahu ibu. Jangan sampai kepalanya tertutup badan ibu.Kemudian tepuk-tepuk bagian punggung bayi dengan menggunakan dua jari. Bisa juga dengan tidak menempelkan kebahu ibu, asalkan tetap dalam posisi tegak.

4.Demam

Menurut kamus kedokteran Stedman’s edisi ke -25,demam adalah peningkatan suhu tubuh diatas normal (98,6o F/ 37,5⁰ C).Sedangkan menurut edisi k e-26 dalam kamus yang sama,demam merupakan respon fisiologis tubuh terhadap penyakit yang di perantarai oleh sitokin dan ditandai dengan peningkatan suhu pusat tubuh dan aktivitas kompleks imun.

1.PENATALAKSANAAN

(28)

anak menjadi gelisah, nafsu makan dan minum berkurang, tidak dapat tidur dan menimbulkan kejang demam. Pada dasarnya menurunkan demam pada anak dapat dilakukan secara fisik, obatobatan maupun kombinasi keduanya:

a. Secara Fisik

1) Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal 2) Pakaian anak diusahakan tidak tebal

3) Memberikan minuman yang banyakkarena kebutuhan air meningkat 4) Memberikan kompres.

b. Obat-obatan

Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam m enurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis,kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam.

L. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian

Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah. Penemuan-penemuan ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan satu keputusan yang berfokus pada pasien (Varney, 2008).

2. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

Proses manajemen terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara sistematis. Proses dimulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut :

a.Langkah 1 : Pengkajian

Pengkajian adalah langkah vital yang dipakai dalam menerapkan asuhan kebidanan pada pasien (Varney, 2008). Pada tahap ini semua data dasar dan informasi tentang pasien dikumpulkan dan dianalisa untuk mengevaluasi keadaan pasien, yaitu : 1) Data subyektif

Data subyektif adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapatan terhadap suatu situasi dari kajadian (Nursalam, 2003) meliputi :

a) Identitas / biodata antara lain :

(29)

(2) Umur bayi :Untuk mengetahui umur bayi yang nantinya disesuaikan dengan tindakan yang akan dilakukan.

(3) Tanggal/jam/lahir : Untuk mengetahui kapan bayi lahir disesuaikan dengan hari perkiraan lahir.

(4) Riwayat Berat badan : Untuk mengetahui kesesuaian antara berat badan lahir dengan umur kehamilan (Hidayat, 2009).

(5) Riwayat Panjang badan : Untuk mengetahui kesesuaian antara panjang badan dan umur kehamilan pada bayi .

(6) Nama ibu/ ayah : Untuk mengetahui identitas orang tua bayi. (7) Umur : Untuk mengetahui umur penanggung jawab

(8) Suku bangsa : Berguna untuk mengetahui faktor pembawa ras.

(9) Agama : Untuk mengetahui motivasi kepada keluarganya sesuai dengan agamanya.

(10)Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nantinya penting dalam memberikan KIE tentang perawatan bayi.

(11)Pekerjaan : Untuk mengetahui gambaran keadaan sosial ekonomi berhubungan dengan kemampuan dalam mencukupi kebutuhan nutrisi. (12)Alamat : Untuk mendapatkan gambaran tentang tempat dimana pasien

tinggal.

(13)Keluhan utama : Keluhan utama adalah keluhan yang harus dinyatakan secara singkat dan menggunakan bahasa yang dipakai si pemberi keterangan (Varney, 2008). Pada kasus neonatus dengan omfalitis keluarga mengatakan bayinya malas untuk meyusu,timbul kemerahan disekitar tali pusat,berbau ,demam ,dan ada pus.

(14)Riwayat kehamilan sekarang :Frekuensi pemeriksaan ante natal (ANC), yang memeriksa, riwayat imunisasi, (Wiknjosastro, 2005).

(30)

(16)Pola klebiasaan sehari hari : Berisi tentang makan bayi,pemberian asi,frekuensi,adakah makanan tambahan,pola eliminasi bayi,kebersihan bayi seperti mandi,ganti pakaiab,frekuensi penggantian kasa.Pada kasus neonatus dengan omfalitis bayi malas untuk menyusu,tidak ada makanan tambahan,pola eliminasi bak 3-4 kali bab 1-2 kali,mandi 1 kali dan ganti pakaian 2 kali,frekuensi penggantian kasa 2-3 hari sekali

2) Data obyektif

Data obyektif adalah data yang didapatkan dari observasi dan diukur (Nursalam, 2009). Hal ini diperoleh dari pemeriksaan bayi yang meliputi :

a) Pemeriksaan umum : Untuk mengetahui keadaan umum bayi meliputi tingkat kesadaran (sadar penuh, apatis, gelisah, koma) gerakan yang ekstrim dan ketegangan otot (Alimul, 2004). Pada kasus neonatus dengan omfalitis keadaan umumnya lemah lebih banyak tidur

b) Untuk mengetahui tanda-tanda vital (TTV) meliputi :

(1) Suhu :Temperatur axilla yaitu 36,40C sampai 37,20C. (Strigh, 2004). Pada neonatus dengan omfalitis suhu tubuh naik, karna adanya infeksi. (2) Pernapasan (respirasi rate) : Dinilai saat pernapasan dan bunyi nafas dalam

1 menit pernapasan normal normal 30-60 x/menit (Strigh, 2004). Pada neonatus dengan omfalitis frekuensi pernapasan tergolong cepat,

(3) Denyut jantung : Dinilai kecepatan, irama, kekuatan dalam 1 menit. Denyut jantung normal 120-160 x/menit (Strigh, 2004). Pada neonatus dengan omfalitis denyut jantung seperti bayi normal, tergolong cepat c) Pemeriksaan fisik sistematis

(1) Kepala : Bentuk mesochepal atau mikrocephal serta adakah kelainan cephal hematom, caput succadeneum dan frontale sudah tertutup atau belum (Wiknjosastro, 2005). Pada neonatus dengan omfalitis tidak ada kelainan. (2) Mata : Untuk mengetahui conjungtiva berwarna kemerahan atau tidak,

sklera berwarna atau tidak (Alimul, 2004). Pada neonatus dengan omfalitis tidak ada kelainan.

(31)

(4) Hidung : Adakah nafas cuping, kotoran yang menyumbat dijalan nafas (Surasmi, dkk, 2003) Pada neonatus dengan omfalitis tidak ada kelainan. (5) Mulut : Adakah sianosis dan bibir kering. adakah kelainan labioskisis,

labiopalastoskisis (Surasmi, dkk, 2003) Pada neonatus dengan omfalitis tidak ada kelainan.

(6) Leher : Adakah pembesaran kelenjar thyroid (Surasmi, dkk,2003). Pada neonatus dengan omfalitis tidak ada kelainan.

(7) Dada : Adakah pembesaran buah dada, pernapasan, adakah retraksi, frekuensi bunyi jantung, adakah kelainan (Surasmi, dkk, 2003) Pada neonatus dengan omfalitis tidak ada kelainan.

(8) Abdomen : Bentuk, pembesaran hati dan limfa, tali pusat berdarah atau tidak, jumlah pembuluh darah pada tali pusat, warna tali pusat, sering tampak peristaltic usus (Surasmi, dkk,2003). Pada neonatus dengan omfalitis terdapat kemerahan di sekitar tali pusat,berbau,dan mengeluarkan pus.

(9) Kulit : Ada atau tidak kemerahan pada kulit atau pembengkakan, postula, luka atau trauma, bercak atau tanda abnormal pada kulit, elastisitas kulit, serta ada tidaknya ruam popok (Hidayat, 2009). Pada neonatus dengan omfalitis tidak ada kelainan.

(10) Genetalia : Jika laki-laki apakah testis sudah turun pada skrotum, jika perempuan apakah labia mayora sudah menutupi labia minora (Saifuddin, 2003). Pada neonatus dengan omfalitis tidak ada kelainan scrotum ada 2 buah ,1 dikiri dan 1 dikanan

(11)Ekstremitas : Adakah kelainan seperti polidaktili atau sinidaktili, adakah tulang yang retak misalnya clavicula(Varney, 2007). Pada neonatus dengan omfalitis tidak ada kelainan.

(12)Tulang punggung : Adakah pembengkakan atau ada spina bivida (Aimul, 2004). Pada neonatus dengan omfalitis tidak ada kelainan.

(13)Anus : Adakah lubang (Surasmi dkk, 2003). Pada neonatus dengan omfalitis tidak ada kelainan.

d) Pemeriksaan reflek

(32)

tangan menggenggam. Tulang belakang dan ekstremitas bawah ekstensi. . Pada neonatus dengan omfalitis tidak ada kelainan.

(2) Reflek rooting :Sentuhan pada pipi ataubibir menybabkan kepala menoleh ke arah sentuhan. Pada neonatus dengan omfalitis reflek ada tapi lemah (Strigh, 2004).

(3) Reflek suching :Reflek menghisap dengan kuat dalam berespon terhadap stimulasi. Pada bayi (Hidayat, 2005). Pada neonatus dengan omfalitis reflek ada tapi lemah.

(4) Reflek plantar :Jari-jari kaki bayi akan melekuk ke bawah bila jaridiletakkan didasar Jari-jari kakinya. Pada bayi prematur reflek plantar berkurang (Strigh, 2004). Pada neonatus dengan omfalitis tidak ada kelainan.

(5)Reflek tonic neck :Bayi melakukan perubahan posisi bila kepala diputar ke satu sisi. Normalnya reflek ini tidak terjadi setiap kali kepala diputar. (Wiknjosastro, 2005). Pada neonatus dengan omfalitis tidak ada kelainan. (6)Reflek plamar : Jari bayi melekuk di sekeliling benda dan menggenggamnya

seketika bila jari diletakkan di telapak tangan (Strigh, 2004). Pada neonatus dengan omfalitis tidak ada kelainan.

(7) Reflek staping :Kaki bayi bergerak ke atas dan ke bawah bila disentuhkan ke permukaan yang keras. (Strigh, 2004). Pada neonatus dengan omfalitis tidak ada kelainan.

e) .Pemeriksaan antropometri

Pada neonatus, perlu dilakukan pengukuran antropometri seperti berat badan, panjang badan bayi, lingkar kepala bayi .

f) Data penunjang

Untuk mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan laborat dan rontgen serta terapi dokter. (Wiknjosastro, 2005). Pada neonatus dengan omfalitis tidak dilakukan. a. Langkah 2 : Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukakan identifikasi terhadap diagnosa/ masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan.

(33)

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nemenklatur diagnosa kebidanan (Varney, 2007). Standar nomenklatur kebidanan meliputi :

a) Diakui dan telah disahkan oleh profesi

b) Berhubungan langsung dengan praktek dokter c) Memiliki ciri khas kebidanan

d) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan 2) Masalah

Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa. Masalah tidak dapat diidetifikasi seperti diagnosa, tetapi membutuhkan penanganan (Varney, 2007). Masalah yang timbul berdasarkan pengkajian data pada neonatus dengan omfalitis adalah pemberian kunyit pada tali pusat yang telah terinfeksi.

3) Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang dbutuhkan oleh pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah (Varney,2007). Hal ini didapatkan dengan melakukan analisa data pada neonatus dengan omfalitis.

b. Langkah 3 : Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi dangan hati-hati dan kritis pola atau kelompok tanda dan gejala yang memerlukan tindakan kebidanan untuk membantu pasien mengatasi atau mencegah masalah-masalah yang spesifik (Varney, 2007). Oleh karena itu membutuhkan antisipasi pencegahan serta pengawasan dengan mempersiapkan tindakan bila benar-benar terjadi. Pada neonatus dengan omfalitis diagnosa potensial dapt terjadi trombosis vena porta.

c. Langkah 4 : Antisipasi

Langkah ini bila ada kegawatan maka bidan harus bertindak segera menentukan bentuk kolaborasi yang paling tepat untuk keselamatan pasien (Varney, 2007).

d. Langkah 5 : Perencanaan Asuhan

(34)

tanggung jawab atas perawatan mereka sendiri dan mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan (Varney, 2007).Rencana asuhan pada neonatus dengan omfalitis antara lain :

1) Biasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum memegang atau membersihkan tali pusat, untuk mencegah berpindahnya kuman dari tangan.

2) Cuci umbilikus dengan menggunakan larutan antiseptik polividon iodion 2,5% 3) Apus umbilikus dan area di sekitar umbilikus dengan gentian violet 0,5% empat

kali sehari sampai tidak ada lagi pus yang keluar dari umbilikus,kemudian berikan salep yang mengandung neomisin ataupun basitrasin.

4) Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm, obati seperti infeksi tali pusat berat atau meluas

5) Jika infeksi telah bersih,bayi makan dengan baik dan tidak terdapat masalah lain yang membutuhkan hospitalisasi ,pulangkan bayi

e. Langkah 6 : Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan menyeluruh dari perencanaan (Varney, 2007). Pada saat tertentu bidan bisa berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain, tetapi bidan tetap bertanggung jawab terhadap pelaksanaan asuhan kebidananneonatus dengan omfalitis. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada neonatus dengan omfalitis yaitu :

1) Membiasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum memegang atau membersihkan tali pusat, untuk mencegah berpindahnya kuman dari tangan.

2) Mencuci umbilikus dengan menggunakan larutan antiseptik polividon iodion 2,5% 3) Mengapus umbilikus dan area di sekitar umbilikus dengan gentian violet 0,5%

empat kali sehari sampai tidak ada lagi pus yang keluar dari umbilikus,kemudian berikan salep yang mengandung neomisin ataupun basitrasin.

f.Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan sebuah perbandingan dari hasil yang aktual dengan hasil yang diharapkan. Dilakukan penilaian apakah rencana asuhan yang telah disusun dapat terlaksana dan terpenuhi kebutuhannya seperti yang telah diidentifikasi dalam masalah dan diagnosa (Varney, 2007) .

(35)

Data Asuhan Kebidanan ini menggunakan data perkembangan yang berupa SOAP, menurut Varney (2007), yaitu :

S : Subyektif ,menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.

a. Data subyektif : Identitas / biodata antara lain : (1) Nama bayi : Untuk mengetahui identitas bayi.

(2) Umur bayi :Untuk mengetahui umur bayi yang nantinya disesuaikan dengan tindakan yang akan dilakukan.

(3) Tanggal/jam/lahir : Untuk mengetahui kapan bayi lahir disesuaikan dengan hari perkiraan lahir.

(4) Riwayat Berat badan : Untuk mengetahui kesesuaian antara berat badan lahir dengan umur kehamilan (Hidayat, 2009).

(5) Riwayat Panjang badan : Untuk mengetahui kesesuaian antara panjang badan dan umur kehamilan pada bayi .

(6) Nama ibu/ ayah : Untuk mengetahui identitas orang tua bayi. (7) Umur : Untuk mengetahui umur penanggung jawab

(8) Suku bangsa : Berguna untuk mengetahui faktor pembawa ras.

(9) Agama : Untuk mengetahui motivasi kepada keluarganya sesuai dengan agamanya.

(10)Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pendidikan yang nantinya penting dalam memberikan KIE tentang perawatan bayi.

(11)Pekerjaan : Untuk mengetahui gambaran keadaan sosial ekonomi berhubungan dengan kemampuan dalam mencukupi kebutuhan nutrisi.

(12)Alamat : Untuk mendapatkan gambaran tentang tempat dimana pasien tinggal.

(13)Keluhan utama : Keluhan utama adalah keluhan yang harus dinyatakan secara singkat dan menggunakan bahasa yang dipakai si pemberi keterangan (Varney, 2008).

(14)Riwayat kehamilan sekarang :Frekuensi pemeriksaan ante natal (ANC), yang memeriksa, riwayat imunisasi, (Wiknjosastro, 2005).

(36)

(16)Pola klebiasaan sehari hari : Berisi tentang makan bayi,pemberian asi,frekuensi,adakah makanan tambahan,pola eliminasi bayi,kebersihan bayi seperti mandi,ganti pakaian,frekuensi penggantian kasa.

O : Obyektif ,menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan.

b. Data objektif

(1) Kepala : Bentuk mesochepal atau mikrocephal serta adakah kelainan cephal hematom, caput succadeneum dan frontale sudah tertutup atau belum (Wiknjosastro, 2005).

(2) Mata : Untuk mengetahui conjungtiva berwarna kemerahan atau tidak, sklera berwarna atau tidak (Alimul, 2004).

(3) Telinga : Adakah kotoran atau cairan, bagaimana tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga (Surasmi, dkk, 2003).

(4) Hidung : Adakah nafas cuping, kotoran yang menyumbat dijalan nafas (Surasmi, dkk, 2003)

(5) Mulut : Adakah sianosis dan bibir kering. adakah kelainan labioskisis, labiopalastoskisis (Surasmi, dkk, 2003)

(6) Leher : Adakah pembesaran kelenjar thyroid (Surasmi, dkk,2003).

(7) Dada : Adakah pembesaran buah dada, pernapasan, adakah retraksi, frekuensi bunyi jantung, adakah kelainan (Surasmi, dkk, 2003)

(8) Abdomen : Bentuk, pembesaran hati dan limfa, tali pusat berdarah atau tidak, jumlah pembuluh darah pada tali pusat, warna tali pusat, sering tampak peristaltic usus (Surasmi, dkk,2003).

(9) Kulit : Ada atau tidak kemerahan pada kulit atau pembengkakan, postula, luka atau trauma, bercak atau tanda abnormal pada kulit, elastisitas kulit, serta ada tidaknya ruam popok (Hidayat, 2009).

(10)Genetalia : Jika laki-laki apakah testis sudah turun pada skrotum, jika perempuan apakah labia mayora sudah menutupi labia minora (Saifuddin, 2003).

(37)

(12)Tulang punggung : Adakah pembengkakan atau ada spina bivida (Aimul, 2004).

(13)Anus : Adakah lubang (Surasmi dkk, 2003). (14)Pemeriksaan reflek

(a) Reflek moro Lengan ekstensi, jari-jari mengembang, kepala terlempar ke belakang, dan tungkai sedikit ekstensi. Lengan kembali ketengah dengan tangan menggenggam. Tulang belakang dan ekstremitas bawah ekstensi. (b) Reflek rooting :Sentuhan pada pipi ataubibir menybabkan kepala

menoleh ke arah sentuhan. (Strigh, 2004).

(c) Reflek suching :Reflek menghisap dengan kuat dalam berespon terhadap stimulasi. Pada bayi (Hidayat, 2005).

(d)Reflek plantar :Jari-jari kaki bayi akan melekuk ke bawah bila jaridiletakkan didasar Jari-jari kakinya (Strigh, 2004).

(e)Reflek tonic neck :Bayi melakukan perubahan posisi bila kepala diputar ke satu sisi. Normalnya reflek ini tidak terjadi setiap kali kepala diputar. (Wiknjosastro, 2005).

(f) Reflek plamar : Jari bayi melekuk di sekeliling benda dan menggenggamnya seketika bila jari diletakkan di telapak tangan (Strigh, 2004).

(g)Reflek staping :Kaki bayi bergerak ke atas dan ke bawah bila disentuhkan ke permukaan yang keras. (Strigh, 2004).

(15) Pemeriksaan antropometri

Pada neonatus, perlu dilakukan pengukuran antropometri seperti berat badan, panjang badan bayi, lingkar kepala bayi .

(16) Data penunjang

Untuk mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan laborat dan rontgen serta terapi dokter. (Wiknjosastro, 2005). Pada neonatus dengan omfalitis tidak dilakukan.

A : Assessment ,menggambarkan pendokumentasian, analisa dan interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasai.

(38)

BAB III

KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS UMUR 7 HARI DENGAN OMFALITIS DI PUSKESMAS KECAMATAN BANTARGEBANG BEKASI TANGGAL 22 s.d 25

SEPTEMBER TAHUN 2015

Oleh :Lala Ismi

Tgl. Dilakukannya Asuhan : Selasa,21 September 2015

Jam Pengkajian : 13.30 WIB

Tempat : Puskesmas Kecamatan Bantargebang Bekasi

SUBJEKTIF

1.Identitas Neonatus

Nama :bayi S

Tanggal/Bulan /tahun lahir :14 september 2015

Usia Anak :7 hari

Jam Lahir :06.30 WIB

Jenis Kelamin :Laki-laki

2.Idenriras Orang Tua

Nama Orang tua (Ibu) :Ny.N Nama Orang tua (Ayah) : Tn R Umur :22 tahun Umur : 26 tahun

Pekerjaan :IRT Pekerjaan :Swasta

Suku :Jawa Suku :Jawa

Pendidikan :SMA Pendidikan :SMA

(39)

3.Kondisi bayi menurut ibu: 7 hari yang lalu tanggal 14 september 2015 saat akan melahirkan di bidan, ibu merasakan sakit namun ketika bayinya lahir ibu tidak merasakan sakit nya lagi,ibu sangat senang dengan kelahiran bayinya,1 hari setelah bayi lahir ibu membawa

bayinya pulang ,ibu dan keluarga merasa senang atas kelahiran bayinya ,bayi sehat ,kemerahan ,bayi menyusu dengan kuat , ini merupakan anak pertama ibu,di rumah ibu

merawat bayinya sendiri ,tapi ibu merasa takut dan belum bisa untuk memandikan,mengganti pakaian bayinya sendiri dan juga takut untuk membersihkan dan mengganti kasa pembungkus tali pusat bayinya,hingga setelah pulang dari bidan kasa baru

diganti 3 hari kemudian setelah nenek si bayi datang ,sudah 4 hari ini ibu merasakan bayinya malas untuk menyusu,tali pusatnya berbau,ada kemerahan disekitar kulit tali

pusat,dan demam.Awalnya dimulai pada hari jum’at tanggal 17 september 2015 bayi malas untuk menyusu dan lebih banyak tidur ibu mengatasi nya dengan cara membangunkan bayi tapi bayi tetap malas untuk menyusu,satu hari bayi hanya menyusu 4-5 kali dengan lama

5-10 menit,ibu juga merasa khawatir karna sejak kemarin setiap habis di susui,bayinya mengeluarkan kembali asinya,tanggal 18 september 2015 bayi malas untuk menyusu dan

tercium bau tak sedap dari tali pusat bayinya dan ibu mengatasinya dengan mengganti kasa yang membungkus tali pusat bayinya namun tetap berbau,tanggal 19 september 2015 bayi malas menyusu,tercium bau tak sedap dari tali pusat bayinya dan timbul kemerahan di kulit

sekitar tali pusat bayinya,ibu ingin membawa bayi untuk di periksa di puskesmas tapi nenek si bayi melarang dan berusaha untuk mengatasinya secara tradisional terlebih dahulu,

kemudian nenek si bayi memberikan kunyit yg di parut pada parutan besi dan tidak mengupas dan mencuci kunyitnya terlebih dahulu pada tali pusat dan kulit sekitar tali pusat untuk menghilangkan kemerahan di kulit sekitar tali pusat bayi.tanggal 20 september 2015

(40)

berwarna putih yang keluar dari tali pusat,nenek si bayi tetap memberikan taburan kunyit untuk menghilangkan kemerahan dan bau pada tali pusat bayi ,senin tanggal 21 september bayi tetap mengalami keluhan-keluhan seperti hari sebelumnya dan ibu memutuskan untuk

membawa bayi ke puskesmas.

4.Riwayat Ibu Selama Hamil

a. Kehamilan ke : satu

b. Usia Kehamilan : 39 minggu c. Imunisasi TT : 2 kali saat hamil

d. Komplikasi kehamilan :Tidak ada 5.Riwayat Persalinan

a. Tanggal persalinan :14 September 2015 b. Jenis persalinan :Spontan Pervaginam c. Tempat persalinan :Bidan praktek swasta

d. Penolong :Bidan

e. Penyulit :tidak ada

f. Bayi cukup bulan/tidak : Cukup bulan g. Warna air ketuban : Jernih h. Menangis adekuat : Ya

i. Tonus otot : Baik

j. Warna kulit :Kemerahan

k. BB saat lahir :3100 gr l. Panjang badan :48 cm

m. LK : 33 cm

(41)

Riwayat Vaksinasi

Jenis Imunisasi Status Waktu

BCG Sudah di berikan 6 jam setelah lahir

Riwayat APGAR Score menit ke 1

(42)

Grimace Tidak ada

Riwayat APGAR Score menit ke 10

(43)

a. Pemberian asi : Ya

b. Frekuensi : 4-5 kali/hari dengan lama 5-10 menit

c. Pemberian makanan tambahan : tidak ada

d. Kondisi bayi menurut ibu : sudah 4 hari ini ibu merasa khawatir karna bayinya

malas untuk menyusu dan apabila habis di susui bayinya mengeluarkan asinya kembali ,ibu biasa memberikan asi dengan posisi bayinya terlentang dan sehabis menyusui ibu tidak menyendawakan bayinya karena ini merupakan anak pertamanya

dan ibu belum paham agar bayinya tidak gumoh saat di beri asi.

b) Eliminasi bayi

a. Frekuensi BAK : 3-4 kali/hari

b. Frekuensi BAB :1-2 kali/hari

c)Kebersihan bayi

a. Mandi :1 kali/hari

b. Ganti pakaian :1-2 kali/hari sehabis mandi dan jika buang

air kecil serta buang air besar

c. Frekuensi penggantian kasa :2-3 hari sekali

OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum bayi : lemah

b. Warna kulit : Kemerahan

c. Berat badan : 3.000 gr

(44)

e. Tangis bayi : tidak ade kuat 2. Pemeriksaan Tanda – tanda Vital

a. Denyut jantung : 155x/menit

b. Pernapasan : 56x/ menit

c. Suhu : 38 ˚C

3. Pemeriksaan Fisik 1. Kepala

a. Bentuk kepala :Bulat

b.Sutur:masihterabasuturasagitalis,koronaria,lamboidea,frontalis

c. Fontanel :teraba fontanel posterior masih terbuka d. Trauma lahir pada kepal :tidak ada

e. Lingkar kepala :33 cm 2. Wajah

a. Bentuk wajah :bulat simetris b. Sindroma kongenital :tidak ada

3. Mata

a. Mata : Membuka b. Perdarahan retina :tidak ada

c. Perdarahan konjungtiva :tidak ada

d. Reflek pupil kiri/kanan : positif kiri kanan,jika di dekatkan

cahaya pupil mengecil e. Secret pada mata :tidak ada

4. Telinga

(45)

5. Hidung

a. Bentuk :simetris,

b. Lebar : tidak lebih dari 2,5cm

c. Pernafasan hidung/mulut :hidung 6. Mulut

a. Bentuk bibir :simetris

b. Kelainan congenital :tidak ada

c. Palatum lunak :ada

d. Palatum keras :ada

e. Hipersaliva :tidak ada

7. Leher

a. Bentuk :pendek

b. Pergerakan :baik

c. Trauma :tidak ada

d. Perdarahan :tidak ada

e. Tumor :tidak ada

f. Sindroma congenital :tidak ada g. Pembengkakan :tidak ada

8. Klavikula

a. Fraktur :tidak ada

9. Dada

a. Bentuk :simetris seperti tong

b. Gerakan :bergerak bersamaan dinding perut

(46)

a. Bentuk :simetris kiri dan kanan

b. Jumlah :2 buah

c. Pembesaran :tidak ada

11. Abdomen

A. Dinding abdomen

a. Bentuk dinding perut : bulat

b. Tali pusat : tali pusat belum puput,tampak tali pusat berwarna kemerahan sedikit oedema di sekitar pangkal tali pusat < 1cm, basah

terbungkus kain kasa,berbau busuk dan ada parutan kunyit di tali pusat serta kulit sekitarnya,ada pus

c. Perdarahan tali pusat :tidak ada d. Frekuensi Pernafasan :56 kali/menit B. Hati

a. Letak :2-3 cm di bawah arcus costa kanan b. Pembesaran :tidak ada

c. Trauma :tidak ada

C. Limpa

a. Letak :1 cm di bawah arcus costa kiri

b. Pembesaran :tidak ada

c. Trauma :tidak ada

D. Ginjal

a. Letak :2-3 cm garis tengah tepi perut b. Pembesaran :tidak ada

(47)

12. Genitalia

a. Ukuran penis :3 cm b. Rugae pada scrotum :ada

c. Testis :testis sudah turun ke scrotum d. Trauma :tidak ada

e. Kelainan kongenital :tidak ada 13. Anus

a. Lubang anus :ada

b. Kelainan kongenital :tidak ada 14. Tulang belakang

a. Bentuk :normal tidak lodorsis,kiposis dan skoliosis b. Kelainan kongenital :tidak ada

15. Ekstermitas atas dan bawah

a. Bentuk :simetris kiri dan kanan b. Fraktur :tidak ada

c. Trauma :tidak ada

d. Jari :lengkap ,10 jari tangan dan 10 jari kaki 16. Kulit

a. Sianosis :tidak ada

b. Lanugo : Ada

c. Warna kulit :kemerahan d. Hemangioma :tidak ada e. Bercak mongol :tidak ada

(48)

a. Rooting reflek :ada,lemah

b. Reflek menghisap :ada,lemah c. Reflek terkejut :ada d. Reflek menggenggam :ada

e. Reflek tonik :ada

f. Reflek melangkah :ada

ASSESSMENT

Diagnosis : Neonatus dengan omfalitis ringan

Masalah : Pemberian Kunyit pada tali pusat yang sudah mengalami infeksi

Kebutuhan:1.Pendidikan kesehatan mengenai waktu pemberian asi dan posisi yang benar saat pemberian asi

2. Pendidikan Kesehatan mengenai personal hygiene bayi .

3. Pendidikan kesehatan mengenai perawatan tali pusat yang benar

Masalah potensial :Omfalitis berat

PLANING

Tanggal :21 september 2015

1.Pukul 14.00 Memberitahukan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam keadaan

umum sakit dengan hasil pemeriksaan suhu 38⁰C,tali pusat berwarna kemerahan, basah,terbungkus kain kasa, dan berbau tidak sedap terdapat pus.Saat ini dari hasil

pemeriksaan bahwa bayi mengalami infeksi tali pusat yaitu terjadi karna kuman Staphylococcus aereus dengan gejala seperti yang terdapat pada hasil pemeriksaan fisik

Referensi

Dokumen terkait

Analisis kekerabatan nukleotida dan asam amino menunjukkan SPFMV dari Cikarawang berada pada satu kluster dengan isolat dari Jepang dan Spanyol (Gambar 3 a-b).. SPFMV

Manfaat penyusunan Masterplan Pembangunan Desa Mandiri (MPDM), adalah sebagai pedoman atau landasan bagi masyarakat, swasta, dan pemerintah dalam rangka pembangunan desa

Kebutuhan Nutrisi untuk Sapi Pedaging Sedang Tumbuh dan

Ekstraksi merupakan salah satu teknik pemisahan yang melibatkan proses pemindahan Ekstraksi merupakan salah satu teknik pemisahan yang melibatkan proses pemindahan satu atau

Adapun tujuan dari Praktikum Pengendalian Mutu Industri Pangan dan Hasil Perkebunan acara acara Uji Hedonik adalah untuk mengetahui sampel mana yang disukai

[r]

Kun painot oli korjattu luokitellun tilakeskiarvon suhteen ja regres- siokorjattu punnitusiän suhteen, saatiin kolmen päivän ja kuuden viikon painojen välisiksi geno-

Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis, refleksi dan interpretasi (pemaknaan) terhadap data yang didapat dari hasil observasi, sehingga dapat diketahui apakah