Hak-Hak Asasi Manusia dan Hak Serta Kewajiban Bagi Warga
Negara dalam Undang-Undang Dasar
Disusun Oleh:
Nama: Tandy Joyo Sucipto
Nim: 02011381621399
Mata Kuliah: Konstitusi (A)
Fakultas Hukum
Universitas Sriwijaya
▸ Baca selengkapnya: rpp pkn kelas 3 tentang hak dan kewajiban
(2)PENDAHULUAN
Hak asasi diartikan sebagai hak dasar atau hak pokok, seperti hak hidup dan hak mendapatkan perlindungan. Hak asasi manusia sering juga disebut sebagai hak kodrat, hak dasar manusia dan hak mutlak (natural right, human rights
dalam bahasa Inggris).1
Sedangkan di dalam pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib di hormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.2
Hak Asasi Manusia lahir dari refleksi tentang hidup manusia yang
dirumuskan dalam konsep dignity, equality, dan liberty. Kerangka konseptual Hak Asasi Manusia merujuk pada penghargaan martabat manusia sebagai
manusia yang diciptakan oleh Tuhan, sehingga martabat ini harus dilindungi oleh individu, kelompok, dan Negara. Oleh karena itu, Hak Asasi Manusia disusun untuk melindungi, menghormati dan meninggikan harkat dan martabat manusia.3
Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara harus tahu hak dan kewajibannya. Seorang pejabat atau pemerintah pun harus tahu akan hak dan kewajibannya. Seperti yang sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika hak dan kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera. Hak dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan pernah seimbang. Apabila masyarakat tidak bergerak untuk merubahnya. Karena para pejabat tidak akan pernah merubahnya, walaupun rakyat banyak menderita karena hal ini. Mereka lebih memikirkan bagaimana mendapatkan materi daripada memikirkan rakyat, sampai saat ini masih banyak
1Prof. Dr. H. Ahmad Sukardjo, S.H., M.A. Hukum Tata Negara & Hukum Administrasi
Negara Dalam Perspektif Fikih Siyasah. Sinar Grafka. Jakarta. 2012. Hlm. 189
2 Lihat Pasal Pasal 1 angks 1 UU No 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26
Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
3 Prof. Dr. H. Ahmad Sukardjo, S.H., M.A. Hukum Tata Negara & Hukum Administrasi
rakyat yang belum mendapatkan haknya. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara yang berdemokrasi harus bangun dari mimpi kita yang buruk ini dan merubahnya untuk mendapatkan hak-hak dan tak lupa melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia.4
Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD 1945 pada pasal 28, yang menetapkan bahwa hak warga negara dan penduduk untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan, dan sebagainya, syarat-syarat akan diatur dalam undang-undang. Pasal ini mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat demokrasi. Pada para pejabat dan pemerintah untuk bersiap-siap hidup setara dengan kita. Harus menjunjung bangsa Indonesia ini kepada kehidupan yang lebih baik dan maju. Yaitu dengan menjalankan hak-hak dan kewajiban dengan seimbang. Dengan memperhatikan rakyat-rakyat kecil yang selama ini kurang mendapat kepedulian dan tidak mendapatkan hak-haknya.5
4 Mahkamah Konstitusi RI, Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Dengan UUD 45. http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?
page=web.Berita&id=11732#.WgrMAVuCzIU. 13 November 2017 pukul 17:13.
5 Nurulhaj19, Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia.
PEMBAHASAN
1. Sejarah Hak Asasi Manusia
Pada abad ke-7, Piagam Madinah merupakan dokumen tertulis pertama dalam sejarah yang memuat prinsip dasar hak asasi manusia. Piagam Madinah sendiri merupakan piagam politik yang mengatur kehidupan bersama di Madinah yang dihuni oleh beberapa macam golongan agar terbentuk suatu kesatuan hidup di antara seluruh penghuninya. Piagam Madinah dalam teks aslinya disebut dengan kata al-shahifah. Piagam Madinah meletakkan dasar-dasar tatanan masyarakat baru yang terdiri dari berbagai kelompok, termasuk kaum Yahudi. Muatan utamanya adalah pembinaan persatuan dan kesamaan, keamanan dan perluasan wilayah, hukum dan kebebasan beragama, damai, sanksi, dan perang.
Selang beberapa abad kemudian di belahan dunia Eropa muncul
Magna Charta. Pada abad ke-13 tepatnya tahun 1215 di Inggris
ditandatangani Magna Charta antara Raja John Lackland dari Inggris dengan sejumlah bangsawan. Magna Charta merupakan permulaan dari sejarah hak-hak asasi manusia di Eropa. Magna Charta berisi pembatasan kekuasaan absolute raja dan mulai dapat dimintai pertanggungjawaban dimuka umum. Beberapa tahun kemudian yakni pada masa pemerintahan Raja Edward I (1272-1307) lahir The Great Chapter of Liberties, yang memuat kebebasan bertindak terhadap kota-kota dan kebebasan perdagangan.
Pada abad berikutnya, perkembangan HAM muncul lagi dengan di tandatanganinya Petition of Rights pada tahun 1628 oleh Raja Charles I. Disusul kemudian pada 16 Desember 1689, lahir Bill of Rights6bahwa manusia sama di muka hukum (equality before the law). Bill of Rights
melahirkan asas persamaan. Selanjutnya pada tahun 1789 lahirlah The French Declaration, di mana hak-hak yang lebih rinci lagi melahirkan dasar The Rule of Law yang antara lain berisi larangan penangkapan dan penahanan yang semena-mena, termasuk ditangkap tanpa alasan yang sah dan ditahan tanpa
6Prof. Dr. H. Ahmad Sukardjo, S.H., M.A. Hukum Tata Negara & Hukum Administrasi
surat perintah yang dikeluarkan oleh pejabat yang sah. Dipertegas juga dengan freedom of expression (bebas mengeluarkan pendapat), freedom of religion (bebas menganut agama/keyakinan yang dikehendaki), the right property (perlindungan terhadap hak milik) dan hak-hak dasar lainnya. Dalam
French Declaration sudah tercakup semua hak, meliputi hak-hak yang menjamin tumbuhnya demokrasi maupun Negara hukum yang asas-asasnya sudah dicanangkan sebelumnya.
Perkembangan hak asasi manusia akhirnya berujung pada
disepakatinya Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia(DUHAM) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1948. Paska Perang Dunia ke-2, masyarakat dunia mereferensikan kasus-kasus kemanusiaan yang sangat dahsyat, seperti kasus pembantaian manusia oleh tentara Nazi (fasisme Jerman) di bawah kekuasaan Adolf Hitler. Oleh karena itulah, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memandang penting untuk membuat semacam standar internasional pemerintahan di dunia.
Dalam Sidang Umum PBB, tepatnya 10 Desember 1948, diputuskan untuk mengeluarkan suatu deklarai universal hak-hak asasi manusia.
Meskipun Universal Declaration of Human Rights tidak mengikat bagi Negara-negara yang ikut menandatanganinya, namun diharapkan bagi Negara-negara anggota PBB tersebut mencantumkannya dalam undang-undang dasarnya atau perundingan lainnya.7
Disamping itu Universal Declaration of Human Rights hanyalah merupakan salah satu dokumen PBB yang mengatur hak-hak asasi manusia. Adapun dokumen-dokumen internasional (yang dilahirkan baik oleh PBB maupun yang telah ada sebelum PBB) yang mengatur hak-hak asasi manusia dapat digolongkan sebagai berikut:
1. The International Bill of Human Rights 2. Other Major Human Rights Documents8
Sedangkan di negeri-negeri Muslim, yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada 5 Agustus 1990, dikeluarkan Deklarasi Kairo
7Prof. Dr. H. Ahmad Sukardjo, S.H., M.A. Hukum Tata Negara & Hukum Administrasi
Negara Dalam Perspektif Fikih Siyasah. Sinar Grafka. Jakarta. 2012. Hlm. 193.
yang berisi 25 pasal tentang HAM, yang menegaskan bahwa hak asasi dan kemerdekaan universal merupakan bagian integral dalam Islam. Hak asasi dan kemerdekaan merupakan perintah suci yang mengikat, yang terdapat dalam KItab Suci Tuhan (Allah) dan diturunkan melalui nabi-nabi-Nya.9
2. Hak Sipil dan Politik
Hak sipil dan politik telah diatur dalam Kovenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik yang ditetapkan oleh Resolusi Majelis Umum 2200 A (XXI) tanggal 16 Desember 1966, yang kemudian diratifikasi oleh Negara Indonesia ke dalam Undang-Undang RI Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Civil and Politics Rights (Hak-Hak Sipil dan Politik).
1. Hak Menentukan Nasib Sendiri
Diatur dalam Kovenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik yang terdapat pada pasal 1 ayat (1) dan pasal 1 ayat (2). Setiap orang berhak untuk menentukan nasibnya sendiri, baik dari sisi status politik, ekonomi, maupun social budaya. Terbentuknya suatu Negara dari sisi hak asasi manusia berawal dari kontrak social. Kovenan Hak sipil dan politik, yang merupakan generasi HAM pertama dalam sejarah perkembangan HAM, memuat pokok-pokok hak sipil dan politik.
Hak sipil berangkat dari konsep kebebasan (freedom), dimana setiap orang harus dijamin untuk terbebas dari tekanan baik dari Negara maupun non-negara. Hak Politik terkait dengan konsep kebebasan dalam politik (demokrasi), dimana seseorang dapat berpersn serta dalam proses pengambilan keputusan. Kedua hal tersebut saling mempengaruhi, disamping pula penegakan hukum dan pemerintahan yang bersih
Secara konstitusional, melalui UUD 1945, hak turut serta dalam penyelenggaraan Negara diakui. Hak yang sama juga diakui dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Dalam Konteks politik, setiap warga Negara pada dasarnya diberikan hak yang sama untuk ikut
memilih dan dipilih dalam Pemil dan hak untuk turut serta dalam
pemerintahan baik secara langsung maupun di wakilkan juga dilindungi hukum.
2. Hak Hidup
Hak hidup merupakan hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia. Kovenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik telah mengatur hak hidup dalam pasal 6 ayat (1), yaitu setiap manusia berhak atas hak untuk hidup yang melekat pada dirinya. Hak ini wajib dilindungi oleh hukum. Tidak seorang pun dapat dirampas hak hidupnya secara sewenang-wenang.
3. Hak Bebas dari Perbudakan dan Hak keamanan Diri
Pada dasarnya, setiap individu tidak diperkenankan untuk
diperbudak karena setiap manusia dilahirkan dalam keadaan bebas dan merdeka. Kebebasan dan kemerdekaan setiap individu adalah pemberian Tuhan yang tidak boleh dilanggar.
Dalam doktrin Islam, terutama yang terekam dalam Sahih Bukhari, ada satu pokok bab yang tertulis, yaitu “Seorang harus memperjuangkan perlindungan bagi ahl al-zimmah dan mereka tidak boleh diperbudak.” Ini adalah landasan normatif yang diajarkan Rasulullah dalam
memperlakukan non-Muslim
4. Hak Kesetaraan di Depan Pengadilan
Kovenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik Pasal 14 ayat (1): “Semua orang mempunyai kedudukan yang sama di hadapan pengadilan dan badan peradilan. Dalam menentukan tuduhan pidana terhadapnya, atau dalam menentukan segala hak dan kewajibannya dalam suatu gugatan, setiap orang berhak atas pemeriksaan yang adil dan terbuka untuk umum, oleh suatu badan peradilan yang berwenang, bebas dan tidak berpihak dan dibentuk menurut hukum...”
5. Hak Kebebasan Berpikir, Keyakinan, dan Beragama
Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik Pasal 19 menjelaskan setiap manusia berhak atas kebebasan untuk menyatakan pendapatnya10
PENUTUP
Di dalam pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun1999 tentang Hak Asasi Manusia dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia, hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib di hormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Hak Asasi Manusia lahir dari refleksi tentang hidup manusia yang dirumuskan dalam konsep dignity, equality, dan liberty. Kerangka
konseptual Hak Asasi Manusia merujuk pada penghargaan martabat manusia sebagai manusia yang diciptakan oleh Tuhan, sehingga martabat ini harus dilindungi oleh individu, kelompok, dan Negara. Oleh karena itu, Hak Asasi Manusia disusun untuk melindungi, menghormati dan meninggikan harkat dan martabat manusia
Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara harus tahu hak dan kewajibannya. Seorang pejabat atau
pemerintah pun harus tahu akan hak dan kewajibannya. Seperti yang sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika hak dan kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera. Hak dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan pernah seimbang. Apabila masyarakat tidak bergerak untuk merubahnya. Karena para pejabat tidak akan pernah merubahnya, walaupun rakyat banyak menderita karena hal ini. Mereka lebih memikirkan bagaimana
10Prof. Dr. H. Ahmad Sukardjo, S.H., M.A. Hukum Tata Negara & Hukum Administrasi
mendapatkan materi daripada memikirkan rakyat, sampai saat ini masih banyak rakyat yang belum mendapatkan haknya. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara yang berdemokrasi harus bangun dari mimpi kita yang buruk ini dan merubahnya untuk mendapatkan hak-hak dan tak lupa melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Sukardja, Ahmad. 2012. “Hukum Tata Negara & Hukum Administrasi Negara Dalam Perspektif Fikih Siyasah”. Jakarta Timur: Sinar Grafika
Simorangkir. 1983. “Hukum & Konstitusi Indonesia.” Jakarta: PT Gunung Agung.
Nurulhaj. “Hak dan Kewajiban Warga Negara.” 13 November 2017.
https://nurulhaj19.wordpress.com/hak-dan-kewajiban-warga-negara-indonesia/ .
Mahkamah. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Dengan UUD 45”. 13 November 2017. http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index.php?