• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Fiqih Muamalah II Akad Kerjasama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Fiqih Muamalah II Akad Kerjasama"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH FIQIH MUAMALAH II

AKAD KERJASAMA BISNIS (SYIRKAH)

`

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

(2)

MAKALAH FIQIH MUAMALAH II

AKAD KERJASAMA BISNIS (SYIRKAH)

Makalah diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Muamalah II yang dibimbing oleh Bapak Hamam

Oleh :

1. Machallafri Iskandar (E20151001) 2. Yusratul Rosidah (E20151003) 3. Linda Agesta Septialini (E20151004)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

(3)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul: ”Akad Kerjasama Bisnis (Syirkah)”. Salawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan.

Atas bimbingan dari Dosen Fiqih Muamalah II dan saran dari teman-teman maka disusunlah Makalah ini, semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi tugas dari mata kuliah Fiqih Muamalah I dan semoga segala yang tertuang dalam Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka membangun khasanah keilmuan. Makalah ini disajikan khusus dengan tujuan untuk memberi arahan dan tuntunan agar yang membaca bisa menciptakan hal-hal yang lebih bermakna.

Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada:

1. Dosen Pembimbing mata kuliah Fiqih Muamalah II, Bapak Hamam 2. Semua pihak yang telah membantu demi terbentuknya Makalah.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada para pembaca guna perbaikan langkah-langkah selanjutnya.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata.

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... i

HALAMAN JUDUL... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN... 5

1.1. Latar Belakang... 5

1.2. Rumusan Masalah... 6

1.3. Tujuan Penulisan... 6

1.4. Manfaat Penulisan... 6

1.5. Sistematika Penulisan... 7

BAB II PEMBAHASAN... 8

2.1 Syirkah... 8

BAB IV PENUTUP... 27

3.1 Simpulan... 27

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata muamalat yang kata tunggalnya muamalah yang berakar pada kata ‘amala secara arti kata mengandung arti “Saling berbuat” atau berbuat secara timbal balik. Lebih sederhana lagi berarti “Hubungan antara orang dengan orang lain”. Bila kata ini dihubungkan kepada lafaz fiqih, mengandung arti aturan yang mengatur hubungan antara seseorang dengan orang lain dalam pergaulan hidup didunia. Ini merupakan timbangan dari fiqh ibadah yang mengatur hubungan lahir antara seseorang dengan Allah.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya bahwa Allah mengatur hubungan lahir antara manusia dengan Allah dalam rangka menegakkan hablun min Allah dan hubungan antara sesama manusia dalam rangka menegakkan hablun min al-nas. Yang keduanya merupakan misi kehidupan manusia yang diciptakan sebagai khalifah diatas bumi. Hubungan antara sesama manusia itu bernilaii ibadah pula bila dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Allah.

Bila kita membicarakan muamalahsebagai imbangan dari kata ibadah, maka yang dimaksud adalah muamalah dalam arti umum. Yang dibahas disini adalah muamalah dalam arti khusus yang merupakan bagian dari pengertian umum tersebut, yaitu hubungan antara sesama manusia yang berkaitan dengan harta.

Hubungan antara sesama manusia berkaitan dengan harta ini di bicarakan dan diatur dalam kitab-kitab fiqih karna kecendrungan manusia kepada harta itu begitu besar dan sering menimbulkan persengketaan sesamanya, kalau tidak diatur, dapat menimbulkan ketidakstabilan dalam pergaulan hidup antara sesama manusia.

(6)

1.2 Rumusan Masalah

Ada beberapa rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan makalah yang berjudul “Akad Kerjasama Bisnis (Syikah dan Qiradh), antara lain :

Apakah yang dimaksud syirkah?

Apa dasar hukum syirkah ?

Apa macam-macam syirkah?

Apa saja syarat-syarat syirkah ‘uqud?

Bagaimanakah karakteristik akad syirkah?

Hal apa saja yang bisa membuat syirkah batal ?

1.3 Tujuan Penulisan

Menyebutkan hal yang dapat membatalkan syirkah.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat makalah yang berjudul “Akad Kerjasama Bisnis (Syikah dan Qiradh), yaitu :

Mengetahui definisi syirkah.

Mengetahui definisi qiradh.

Agar tahu tentang dasar hukum syirkah.

Agar tahu tentang dasar hukum qiradh.

Dapat tahu macam-macam syirkah.

(7)

Dapat mengetahui syarat-syarat sah qiradh.

Dapat tahu karakeristik akad syirkah.

Tahu hal yang dapat membatalkan syirkah.

Tahu hal yang dapat membatalkan qiradh.

1.5 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan:

a. LatarBelakang b. RumusanMasalah c. TujuanPenulisan d. ManfaatPenulisan e. SistematikaPenulisan Bab II Pembahasan:

a. Syirkah

b. Qiradh

Bab III Penutup :

(8)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Syirkah

1.1 Pengertian Syirkah

Syirkah secara bahasa berarti al-ikhtilath yang artinya percampuran, yaitu bercampurnya dua harta bagian secara utuh sehingga tidak dapat lagi dibedakan mana harta bagian yang satu dari harta bagian yang lain.

Secara syara’ syirkah adalah aqad antara dua orang atau lebih yang bersepakat untuk melakukan aktivitas yang menggunakan harta dengan maksud memperoleh keuntungan.

Adapun pengertian syirkah menurut para ulama, antar lain :

Pertama, menurut Ulama Hanafiah yaitu : akad antara dua orang yang berserikat pada pokok harga (modal) dan keuntungannya.

Kedua, menurut Ulama Malikiah yaitu : Izin untuk bertindak secara huku, bagi dua orang yang bekerja sama terhadap harta mereka.

Ketiga, menurut Ulama Syafi’iyah yaitu : Ketetapan hak pada sesuatu yang dimiliki dua orang atau lebih dengan cara yang mahsyur (diketahui)

Apabila diperhatikan dari menurut kumpulan ulama diata, sebenarnya perbedaannya hanya terlepat pada redaksional saja namun secara esensial prinsipnya sama yaitu bentuk kerja sama anatara dua atau lebih dalam sebuah usaha dan konsekuensi keuntungan dan kerugian yang ditanggung secara bersama. (Ghufron Ihsan, 2010, 127)

(9)

Artinya : Daud berkata: "Sesungguhnya Dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan Amat sedikitlah mereka ini". dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu

Artinya : “ ...Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu,.. ” 2.2 Menurut Hadist

ََاَََنَأ :ُ ا َا َلاَََق ) ملسو هيلع ا لص ِ ا َا ُلوُسَر َلاَق :َلاَق هنع ا ار َةَرْيَرُه ِبَأ ْنَع ,َدُواَد وََُبَأ ُهاَوَر ( اَََمِهِنْيَب ْنِم ُتْجَرَََخ َناَََخ اَذِإَََف ,ُهَبِحا َََص اَمُهُدَََحَأ ْنُخَي ْمَل اَََم ِنْيَكيِر اََشلَا ُثِلاَََث ُمِكاَحْلَا ُهَحاحَصَو

Artinya: “Dari Abu Hurairah yang dirafa’kan kepada Nabi SAW bahwa Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT berfirman, “Aku adalah yang ketiga pada dua orang yang bersekutu, selama salah seorang dari keduanya tidak mengkhianati temannya, Aku akan keluar dari persekutuan tersebut apabila salah seorang menghianatinya.”

Syirkah hukumnya mubah. Ini berdasarkan dalil hadith Nabi s.a.w berupa taqrir terhadap syirkah. Pada saat Baginda diutus oleh Allah sebagai nabi, orang-orang pada masa itu telah bermuamalahdengan cara ber-syirkah dan Nabi Muhammad SAW membenarkannya.

(10)

kami bertanya kepada Nabi SAW tentang tindakan kami. Baginda menjawab: “Barang yang (diperoleh) dengan cara tunai silahkan kalian ambil. Sedangkan yang (diperoleh) secara utang, silalah kalian bayar”. Hukum melakukan syirkah dengan kafir Zimmi Hukum melakukan syirkah dengan kafir zimmi juga adalah mubah. Imam Muslim pernah meriwayatkan dari Abdullah bin Umar yang mengatakan: “Rasulullah SAW pernah memperkerjakan penduduk khaibar (penduduk Yahudi) dengan mendapat bagian dari hasil tuaian buah dan tanaman”

1.3 Macam-macam Syirkah

Syirkah terbagi menjadi dua, yaitu syrikah amlak (kepemilikan) dan syirkah uqud (kontrak). Syirkah amlak yaitu syirkah yang bersifat memaksa dalam hukum positif, sedagkan syirkah uqud yaitu syirkah yang bersifat ikhtiariyah (pilihan sendiri).

3.1 Syirkah Amlak

Syirkah amlak adalah dua orang atau lebih yang memiliki barang tanpa adanya akad baik bersifat ikhtiari atau jabari artinya barang yang dimiliki oleh dua orang atau lebih tanpa adanya akad. Syirkah amlak dibagi menjadi dua, yaitu :

Syirkah Ikhtiar (suka rela)

Syirkah ikhtiar adalah syirkah yang muncul karena adanya kontrak dengandua orang. Seperti dua orang yang sepakat membeli suatu barang atau keduanya menerima barang hibah, wasiat, atau wakaf dari orang lain maka benda-benda itu menjadi harta serikat (bersama).

Syirkah Ijbar (paksaan)

(11)

Hukum kedua jenis syirkah ini adalah salah seorang yang bersekutu (kelompok) seolah-olah sebagai orang lain dihadapan sekutunya. Maka dari itu, salah seorang diantara mereka tidak boleh mengolah (tasharruf) harta syirkah tersebut tanpa ada izin dari teman sekutunya, karena keduanya tidak punya wewenang unutk menentukan bagian masing-masing.1

3.2 Syirkah Uqud

Syirkah uqud adalah dua orang atau lebih yang melakukan akad untuk kerjasama (berserikatberdasarkansuatuakad) dalam modal keuntungan. Artinya, kerjasama ini didahului oleh transaksi dalam penanaman modal dan kesepakatan pembagian keuntungan. Macam-macam syirkah uqud, anatara lain :

a. Syirkah Inan

Kesepaktan antara dua orang dalam harta milik untuk berdagang secara bersama-sama dan membagi laba atau kerugian bersama-sama. Dalam syirkah ini boleh salah satu pihak memiliki modal yang lebih besar dari pihak lainnya. Dengan hal ini, beban tanggung jawab dan kerja, boleh satu pihak bertanggung jawab penuh sedangkan pihak lain tidak.Dalam syirkah ini, disyaratkan modalnya harus berupa uang (nuqûd); sedangkan barang (‘urûdh), misalnya rumah atau mobil, tidak boleh dijadikan modal syirkah, kecuali jika barang itu dihitung nilainya (qîmah al-‘urûdh) pada saat akad. Keuntungan dibagi sesuai presentase yang telah disepakati sebelumnya. Jika mengalami kerugian ditanggung bersama dilihat dari presentasi modal.Jika masing-masing modalnya 50%, maka masing-masing menanggung kerugian sebesar 50%. Diriwayatkan oleh Abdur Razaq dalam kitab Al-Jâmi’, bahwa Ali bin Abi Thalib ra. pernah berkata, "Kerugian

(12)

didasarkan atas besarnya modal, sedangkan keuntungan didasarkan atas kesepakatan mereka (pihak-pihak yang bersyirkah)."

b. Syirkah al-Abdan

Perserikatan dalam bentuk kerja yang hasilnya dibagi bersama sesuai kesepakatan. Artinya, dalam syirkah ini tidak disyaratkan memiliki kesamaan profesi atau keahlian, tetapi boleh berbeda profesi. Kesepakatandua orang atau lebih untuk menerima sesuatu pekerjaan tukang besi, kuli angkut, tukang jahit, dan sebagainya. Tujuan syirkah ini mencari keuntungan dengan modal pekerjaan bersama.

c. Syirkah Mudharabah

Syirkah mudhârabah adalah syirkah antara dua pihak atau lebih dengan ketentuan, satu pihak memberikan konstribusi kerja (‘amal), sedangkan pihak lain memberikan konstribusi modal (mal). Istilah mudhârabah dipakai oleh ulama Irak, sedangkan ulama Hijaz menyebutnya qirâdh.

Hukum syirkah mudhârabah adalah jâ’iz (boleh) berdasarkan dalil as-Sunnah (taqrir Nabi Saw) dan Ijma Sahabat. Dalam syirkah ini, kewenangan melakukan tasharruf hanyalah menjadi hak pengelola (mudharib/‘amil). Pemodal tidak berhak turut campur dalam tasharruf. Namun demikian, pengelola terikat dengan syarat-syarat yang ditetapkan oleh pemodal.

(13)

menanggung kerugian, jika kerugian itu terjadi karena kesengajaannya atau karena melanggar syarat-syarat yang ditetapkan oleh pemodal.

d. Syirkah Wujuh

Disebut syirkah wujûh karena didasarkan pada kedudukan, ketokohan, atau keahlian (wujûh) seseorang di tengah masyarakat. Syirkah mudhârabah adalah syirkah antara dua pihak atau lebih dengan ketentuan, satu pihak memberikan konstribusi kerja (‘amil), sedangkan pihak lain memberikan konstribusi modal (mâl). Dalam hal ini, pihak A dan B adalahtokoh masyarakat. Syirkah semacam ini hakikatnya termasuk dalam syirkah mudhârabah sehingga berlaku ketentuan-ketentuan syirkah mudhârabah padaumumnya.

Bentuk kedua syirkah wujûh adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang ber-syirkah dalam barang yang mereka beli secara kredit, atas dasar kepercayaan pedagang kepada keduanya, tanpa konstribusi modal dari masing-masing pihak. e. Syirkah Mufawidah

Kesepakatan dimana modal sesuai pihak dan bentuk kerjasama yang mereka lakukan baik kualitas, kuantitasnya harus sama dan keuntungannya dibagi rata. Dalam syirkah mufawidah ini masing-masing pihak harus sama-sama bekerja. Hal yang terpenting dalam syirkah ini yaitu modal, kerja maupun keuntungan merupakan hak dan kewajiban yang sama.

1.4 Syarat-syarat Syirkah Uqud 4.1 Syarat Syirkah Uqud

Menurut ulama Hanafiyah syarat syirkah uqud tebagi dua macam, yaitu umum dan khusus.

(14)

a. Dapat dipandang sebagai perwakilan.

b. Ada kejelasan dalam pembagian keuntungan. c. Laba meurpakan bagian (juz) umum dari sunnah. d. Syarat Khusus pada Syirkah Amwal

Sedangkan, syarat khusus pada syirkah amwal baik pada syirkah inan maupun mufawidah adalah berikut ini :

a. Modal syirkah harus ada dan jelas

b. Modal harus bernilai atau berharga jaminan, yakni keduanya harus merdeka telah baligh, berakal, sehat dan dewasa.

b. Ada kesamaan modal dari segi ukuran, harga awal dan akhir. c. Adapun yang pantas menjadi modal dari salah seorang yang

bersekutu dimaukkan dalam perfungsian. d. Ada kesamaan dalam pebagian keuntungan.

e. Ada kesamaan dalam berdagang. Tidakboleh dikhususkan pada seorang atas saja, juga tidak bersifat dengan orang kafir.

4.3 Syarat Syirkah A’mal

Jika syirkah berbentuk mufawidah, harus memenuhi syarat mufawidah. Tapi jika berbentuk syirkah inan, hanya disyaratkan ahli dalam perwakilan saja.

(15)

4.4 Syarat Syirkah Wujuh

Apabila syirkah ini berbentuk mufawidah, hendaklah yang bersekutu itu ahli dalam memberikan jaminan dan masing-masing harus memiliki setengah harga yang dibeli. Selain itu, keuntungan dibagi dua dan ketika akad harus menggunakan kata mufawidah.

Namun jika syirkah berbentuk inan, tidak disyaratkan harus memenuhi persyaratan yang adadan dibolehkan salah seorang aqid melebihi yang lain. Hanya saja, keuntungan harus didasarkan pada tanggungan. Jika meminta lebih, akan batal.

1.5 Karakteristik Akad Syirkah

Dalam akad ini dikenal adanya karakteristik yang membedakan dengan akad-akad yang lain, yaitu :

a. Para mitra (syarik) bersama-sama menyediakan dana untuk mendanai suatu usaha, baik yang sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya mitra dapat mengembalikan dana awal dan membagi hasil yang tela disepakati.

b. Investasi musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas atau aset nonkas, termasuk aset tak berwujud, seperti lisensi dan hak paten.

c. Karena setiap mitra tidak dapat menjamin dana mitra lainnya, setiap mitra dapat meminta mitra lainnya untuk menyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang disengaja. Beberapa hal yang menunjukkan adanya kesalahan, ialah :

Pelanggaran terhadap akad antara lain penyalahgunaan dana

(16)

Jika tidak terdapat kesepakatan antara pihak yang bersengketa, kesalahan yang disengaja harus dibuktikan berdasarkan keputusan institusi yang berwenang.

Pendapatan usaha musyarakah dibagi diantara para mitra secara

proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan atau sesuai nisbah yang telah disepakati oleh para mitra. Sedangkan rugi dibebankan secara proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan.

Jika salah satu mitra memberikan kontribusi atau nilai lebih dari mitra lainnya dalam akad musyrakah, mitra tersebut dapat memperoleh keuntungan lebih besar untuk dirinya. Bentuk keuntungan lebih tersebut dapat berupa pemberian porsi dananya atau bentuk tambahan keuntungan lainnya.

Porsi jumlah bagi hasil untuk para mitra ditentukan berdasarkan nisbah yang disepakati dari pendapatan usaha yang diperoleh selam periode akad bukan dari jumlah investasi yang disalurkan. Pengelola musyarakah mengadminitrasikan transaksi usaha yang

terkait dengan investasi musyarakah yang dikelola dalam pembukuan tersendiri.

1.6 Berakhirnya Akad Syirkah

Beberapa hal yang dapat membatalkan syirkah secara umum, antara lain :

Salah satu pihak mengundurkan diri.

Salah satu pihak yang berserikat meninggal dunia.

Salah satu pihak kehilangan kecakapan bertindak hukum.

Sementara, pembatalan syirkah secara khusus sebagian syirkah, anatara lain :

(17)

Para mitra (syarik) bersama-sama menyediakan dana untuk mendanai suatu usaha, baik yang sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya mitra dapat mengembalikan dana awal dan membagi hasil yang tela disepakati.

Investasi musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas atau aset nonkas, termasuk aset tak berwujud, seperti lisensi dan hak paten.

Karena setiap mitra tidak dapat menjamin dana mitra lainnya, setiap mitra dapat meminta mitra lainnya untuk menyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang disengaja. Beberapa hal yang menunjukkan adanya kesalahan, ialah :

Pelanggaran terhadap akad antara lain penyalahgunaan dana

investasi, manipulasi biaya, dan pendapatan operasional. Pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.

Jika tidak terdapat kesepakatan antara pihak yang bersengketa, kesalahan yang disengaja harus dibuktikan berdasarkan keputusan institusi yang berwenang. Pendapatan usaha musyarakah dibagi diantara para mitra secara proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan atau sesuai nisbah yang telah disepakati oleh para mitra. Sedangkan rugi dibebankan secara proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan.

Jika salah satu mitra memberikan kontribusi atau nilai lebih dari mitra lainnya dalam akad musyrakah, mitra tersebut dapat memperoleh keuntungan lebih besar untuk dirinya. Bentuk keuntungan lebih tersebut dapat berupa pemberian porsi dananya atau bentuk tambahan keuntungan lainnya.

(18)

BAB III PENUTUP

(19)
(20)

DAFTAR PUSTAKA

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Jika salah satu dari aspek C.I.A tersebut tidak dapat dipenuhi oleh organisasi, maka akurasi dan ketersediaan informasi pada organisasi tersebut akan dipertanyakan dan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa analisis sentimen pada Guru – guru SMK Eklesia dan SMK Bina Insani Jailolo

25% Tidak aktif dalam diskusi Kurang aktif dalam diskusi Sangat aktif dalam diskusi Perorangan - Sikap 25% Penyampaian tidak keras, tanpa menatap peserta, tanpa sikap

Jika dilihat dari pemaknaan zuhud, bahwa yang dimaksud dengan zuhud adalah meninggalkan kehidupan dunia serta kesenangan material dan memperbanyak ibadah kepada Allah

Tantangan besar dalam pembelajaran adalah "reconsruction" yaitu membangun budaya intelektual yang demokratis yang di dalarnnya warga negara diberdayakan (empowered)

Keempat alasan itu adalah (1) Rasio Popular-Sentimen: mayoritas rakyat AS merasakan adanya persamaan dengan rakyat Israel, (2) Rasio Nuklir: apabila AS berperang dengan Rusia,

Analisa data: pasien mengatakan tidak tahu tentang penyakitnya, dan juga tidak bisa mengakses informasi karena tidak bisa melihat. Data obyektif: saat observasi pasien tampak

Pada penelitian ini, sintesis material katoda NCM telah dilakukan dengan menggunakan metode solid state yang mana pada metode ini ialah metode yang paling simpel dibanding