• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Debit botani phanerogamae

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Debit botani phanerogamae"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Salah satu bagian dari siklus hidrologi adalah sungai. Sungai dan anak-anak sungai tersebut berfungsi untuk menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan serta sumber air lainnya. Sungai yang mengalirkan air tawar dari hulu (sumber) ke hilir (muara) secara terus menerus memberi manfaat bagi sekitarnya, baik untuk keperluan pertanian, dan bahan baku air minum.

Wilayah suatu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai yang melaluinya disebut daerah aliran sungai (DAS). Akhir-akhir ini, persoalan seperti erosi, sedimentasi, longsor dan banjir pada DAS intensitasnya semakin meningkat. Persoalan-persoalan tersebut merupakan bentuk respon negatif dari komponen-komponen DAS terhadap kondisi curah hujan.

Debit (kecepatan aliran) dan sedimen merupakan komponen penting yang berhubungan dengan permasalahan DAS seperti erosi, sedimentasi, banjir dan longsor. Oleh harena itu, pengukuran debit dan sedimen harus dilakukan dalam pemantauan DAS.

Kegiatan yang dilakukan dalam pengukuran debit adalah pembuatan profil melintang sungai dan pengukuran kecepatan aliran. Profil melintang sungai atau bentuk geometri saluran sungai berpengaruh terhadap besarnya kecepatan aliran sungai, sehingga dalam perhitungan debit perlu dilakukan pembuatan profil

Kecepatan aliran sungai diperoleh dari rata-rata kecepatan aliran pada tiap bagian penampang sungai tersebut. Idealnya, kecepatan aliran rata-rata diukur dengan menggunakan 'current meter'. Alat ini dapat mengetahui kecepatan aliran pada berbagai kedalaman penampang.

(2)

I.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan percobaan ini adalah untuk mengukur debit air (jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu persatuan waktu), serta menghitung kandungan sedimentasi pada air sungai sehingga dapat menganalisis pengaruh sedimentasi terhadap debit aliran.

(3)

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 DAS (Daerah Aliran Sungai)

DAS adalah daerah tertentu yang bentuk dan sifat alaminya sedemikian rupa sehingga merupakan suatu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai yang melaluinya. Sungai dan anak-anak sungai tersebut berfungsi untuk menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan serta sumber air lainnya. Penyimpanan dan pengaliran air dihimpun dan ditata berdasarkan hukum alam di sekelilingnya sesuai dengan keseimbangan daerah tersebut. Proses tersebut dikenal sebagai siklus hidrologi [ CITATION Rah09 \l 1033 ].

Gambar 1. Siklus Hidrologi dalam Lanskap Daerah Aliran Sungai. (Sumber: Rahayu, 2010)

(4)

komponen output yaitu debit aliran dan polusi atau sedimen, dan komponen proses yaitu manusia, vegetasi, tanah, iklim, dan topografi (Subekti, 2009). II.2 Debit

Pengertian debit adalah besaran yang menyatakan volume fluida yang mengalir melalui suatu penampang tertentu dalam satuan waktu tertentu. Dalam hidrologi dikemukakan, debit air sungai adalah tinggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat ukur pemukaan air sungai. Pengertian yang lain debit atau aliran sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/s) [ CITATION Ace10 \l 1033 ].

Q = V.t ……….(pers. 1) Dimana: Q = debit aliran (m3/s)

V = volume (m2) t = selang waktu (s)

Debit adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik per detik (m3/dt). Data debit atau aliran sungai merupakan informasi yang paling penting bagi pengelola sumberdaya air. Debit puncak (banjir) diperlukan untuk merancang bangunan pengendali banjir. Sementara data debit aliran kecil diperlukan untuk perencanaan alokasi (pemanfaatan) air untuk berbagai macam keperluan, terutama pada musim kemarau panjang. Debit aliran rata-rata tahunan dapat memberikan gambaran potensi sumber daya air yang dapat dimanfaatkan dari suatu daerah aliran sungai (Subekti, 2009).

(5)

Debit aliran sungai diberi notasi Q adalah jumlah air yang mengalir melalui tampang lintang sungai tiap satu satuan waktu, yang biasanya dinyatakan dalam m3/s. Debit sungai, dengan distribusinya dengan ruang dan waktu, merupakan informasi penting yang diperlukan dalam perencanaan bangunan air dan pemanfaatan sumber daya air. Mengingat bahwa debit aliran sangat bervariasi dari waktu ke waktu maka diperoleh data pengamatan debit dalam waktu yang panjang. Debit aliran (Q) diperoleh dengan mengalikan luas tampang aliran (A) dengan percepatan aliran (v). Kedua parameter tersebut dapat diukur pada suatu tampang lintang (stasiun) di sungai. Luas tampang aliran diperoleh dengan mengukur elevasi permukaan air dan dasar sungai. Kecepatan aliran diukur dengan menggunakan alat ukur kecepatan current meter (Subekti, 2009).

Menurut Nababan (2012), faktor yang memengaruhi distribusi aliran langsung dan limpasan permukaan adalah sebagai berikut:

1. Intensitas curah hujan, yang merupakan faktor paling penting yang berpengaruh terhadap aliran langsung. Curah hujan besar akan melebihi kapasistas infiltrasi permukaan tanah sehingga menghasilkan aliran permukaan yang besar, sedang curah hujan dengan intensitas lebih kecil akan lebih banyak diserap ke dalam tanah.

2. Lama hujan, bila lama hujan adalah sama atau lebih besar dari waktu perjalanan rata-rata maka potensi kelbihan hujan adalah maksimum sedangkan apabila lama hujan lebih kecil dari waktu perjalanan rata-rata maka potensial kelebihan hujan adalah lebih kecil dari maksimum. Maksimum karena seluruh daerah tangkapan curah hujan akan memberikan kontribusi kepada aliran permukaan sebelum curah hujan berkurang.

3. Distribusi curah hujan, dengan volume curah hujan tertentu secara seragam terdistribusi di seluruh DAS akan memunyai intensitas yang lebih rendah dan kurang menghasilkan aliran permukaan daripada dengan volume curah hujan yang sama jatuh di daerah yang kecil pada suatu lokasi tertentu dari DAS.

(6)

Pengukuran dilakukan perlahan untuk mendapatkan profil melintang sungai yang dibutuhkan. Pengukuran penampang profil melintang sungai bertujuan untuk mendapatkan luas area pada penampang sungai. Pengukuran ini dilakukan karena sangat dibutuhkan pada pengolahan data dan termasuk salah satu parameter yang dibutuhkan [ CITATION Azw13 \l 1033 ].

Pengukuran profil sungai bertujuan agar luas penampang sungai dapat diketahui. Luas penampang sungai (A) merupakan penjumlahan seluruh bagian penampang sungai yang diperoleh dari hasil perkalian antara interval jarak horisontal dengan kedalaman air. Kecepatan aliran sungai pada satu penampang saluran tidak sama. Kecepatan aliran sungai ditentukan oleh bentuk aliran, geometri saluran dan faktor-faktor lainnya. Kecepatan aliran sungai diperoleh dari rata-rata kecepatan aliran pada tiap bagian penampang sungai tersebut. semakin dalam sungai, maka semakin besar kecepatan alirannya [ CITATION Rah09 \l 1033 ].

II.2.2 Metode Pengukuran Debit Air

Distribusi kecepatan aliran di dalam alur tidak sama arah horisontal maupun arah vertikal. Dengan kata lain kecepatan aliran pada tepi alur tidak sama dengan tengah alur, dan kecepatan aliran dekat permukaan air tidak sama dengan kecepatan pada dasar alur [ CITATION Ace10 \l 1033 ].

Gambar 2. Distribusi Kecepatan Aliran. (Sumber: Hidayat, 2010)

(7)

A : teoritis

B : dasar saluran kasar dan banyak tumbuhan C : gangguan permukaan (sampah)

D : aliran cepat, aliran turbulen pada dasar E : aliran lambat, dasar saluran halus F : dasar saluran kasar/berbatu

Kecepatan aliran dapat diukur dengan beberapa metode salah satunya adalah metode current-meter. Current meter adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran (kecepatan arus). Prinsip pengukuran kecepatan dengan current meter yaitu luas penampang basah ditetapkan berdasarkan pengukuran kedalaman air dan lebar permukaan air. Kedalaman dapat diukur dengan mistar pengukur, kabel atau tali [ CITATION Ace10 \l 1033 ].

Menurut Hidayat(2010), untuk menentukan menggunakan current meter v = n.a + b ………(Pers. 2)

Dimana: v = kecepatan aliran

n = Jumlah putaran per detik

a dan b = konstanta yang diperoleh dari kaibrasi alat Table 1. Pengukuran Kecepatan dan Kecepatan Rata-rata

(8)

II.3 Sedimentasi

Sedimentasi yaitu proses pengendapan dari suatu material yang berasal dari angin, erosi air, gelombang laut. Material yang dihasilkan dari erosi yang dibawa oleh aliran dapat diendapkan di tempat lebih rendah. Selanjutnya jika sedimentasi terjadi, maka perubahan kedalaman (pendangkalan) juga akan terjadi yang mengakibatkan kemungkinan terjadi banjir (Pangestu, 2008).

Menurut Supangat (2014), faktor yang menentukan laju sedimentasi DAS :

a. Jumlah dan intensitas hujan b. Tipe tanah dan formasi geologi

c. Penutupan tanah dan penggunaan lahan, dan topografi

d. Kondisi drainase alami yang meliputi: bentuk, jaringan, kerapatan, gradien, ukuran, dan run off

e. Karakteristik sedimen, seperti ukuran butir dan mineralogi; dan hidrolika saluran (sungai) untuk sungai dalam dan tidak homogen). Sedangkan sedimen merayap diambil dengan metode perangkap [ CITATION Rah09 \l 1033 ].

(9)

Sedimen melayang akan dialirkan lebih jauh dibandingkan dengan sedimen merayap. Disamping itu sedimen melayang biasanya juga mengadung partikel-partikel lain seperti zat hara atau bahan lain yang dapat mencemari air. Oleh karena itu penetapan hasil sedimen melayang lebih sering dilakukan dibandingkan sedimen merayap [ CITATION Rah09 \l 1033 ].

Menurut Rahayu, et al., (2009), untuk mengetahui berapa jumlah sedimen melayang di sungai dapat dilakukan dengan cara:

1. Mengambil contoh air sungai dengan volume tertentu kemudian diendapkan dan dikeringkan dalam oven.

2. Menimbang berat kering sedimen. Dari berat kering tersebut bisa diukur konsentrasi sedimen dalam contoh air. Selanjutnya, dengan data debit dapat diketahui hasil sedimen.

Peningkatan muatan sedimen di permukaan sungai mempengaruhi debit suatu sungai. Penumpukan sedimen dalam jumlah besar di dasar sungai umumnya menyebabkan debit sungai akan menurun. Namun permukaan tebing sungai yang tidak rata (bergelombang) membuat debit sungai tetap konstan. Penumpukan sedimen yang tinggi berpotensi mengurangi kapasitas tampung sungai terhadap air hujan yang berintensitas besar terutama saat musim hujan [ CITATION Mau14 \l 1033 ].

Sifat debit pada sungai yang terbuka yaitu apabila semakin ke hilir aliran airnya semakin kuat sehingga jumlah sedimen yang tersuspensi dalam aliran sungai tersebut menjadi semakin besar terutama jika hujan turun pada bagian hulu sungai dalam waktu yang cukup lama. Hujan yang terjadi pada daerah aliran sungai akan menyebabkan daya angkut yang kuat untuk membawa muatan suspensi yang banyak sampai ke muara dan mengikis material tanah yang dilaluinya sehingga muatan suspensinya juga semakin banyak. Semakin cepat aliran debit, jumlah sedimen yang tersuspensi dalam aliran debit sungai tersebut menjadi semakin besar. Daerah aliran sungai yang mempunyai bentuk lahan terbuka pada umumnya akan memberikan sumbangan suspensi yang relatif lebih besar dari daerah aliran sungai yang terdiri atas lahan-lahan tertutup, misalnya hutan (Aryanto, 2010).

(10)

a. Debit (Q) adalah volume air yang mengalir melalui suatu penampang melintang sungai per satuan waktu, dalam satuan (m³/detik)

b. Konsentrasi sedimen (Cs) = kandungan sedimen

Konsentrasi sedimen (Cs) = (b-a) / vol. air ….(pers. 3) a = berat gelas ukur / kertas saring kosong

b = berat gelas ukur / kertas saring isi

c. Data Cs diperoleh dengan cara mengambil sampel/contoh air dan membawa ke laboratoriun untuk dapat diketahui konsentrasi sedimen dalam satuan mg/liter atau ppm.

d. Debit sedimen (Qs) adalah perkalian antara debit (Q, m3/dt) dengan konsentrasi sedimen (CS, mg/l). Perhitungan debit suspensi (Qs).

1. Perhitungan debit suspensi sesaat/harian

Qsi = Csi x Qi ….… (pers. 5) Qsi = debit sedimen setiap saat (m³/detik) Qi = debit aliran (m³/detik)

Csi = kandungan sedimen

2. Perhitungan lengkung debit suspensi untuk beberapa sampel air yang diambil pada berbagai variasi dan debit pada periode waktu tertentu (musim atau tahunan).

II.4Current Meter

Kecepatan aliran dapat diukur dengan beberapa metode salah satunya adalah metode current meter. Current meter adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran (kecepatan arus).Ada dua tipe current meter yaitu tipe baling-baling (propeler type) dan tipe canting (cup type) [ CITATION Bam09 \l 1033 ]. Current meter harus memiliki respon yang cepat dan konsisten dengan setiap perubahan yang terjadi pada kecepatan air. Selain itu, current meter keakuratan harus sesuai dengan komponen kecepatan, tahan lama, mudah dilakukan pemeliharaan, dan mudah digunakan dengan kondisi lingkungan yang berbeda-beda. [ CITATION Bam09 \l 1033 ].

(11)

dapat memberikan kecepatan arus yang sedang diukur apabila dikalikan dengan rumus kalibrasi propeler tersebut. Jenis alat ini yang menggunakan sumbu propeler sejajar dengan arah arus disebut ottpropeler curent meter dan yang sumbunya tegak lurus terhadap arah arus disebut pricecup current meter. Peralatan sumbu vertikal ini tidak peka terhadap arah aliran [ CITATION Bam09 \l 1033 ].

(12)

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum pengukuran debit aliran pengambilan data di lakukan di sub DAS sungai Tello, Makassar pada tanggal 9 April 2016 pukul 10.00-14.30 WITA.

Pengolahan sampel sedimentasi dilakukan pada 16 April 2016 pukul 16.30 WITA sampai selesai di Laboratarium Hidrologi, Jurusan Teknologi Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pengukuran debit aliran yaitu meteran, patok, tali rafia, current meter, payung, botol 600 mL 4 buah, mesin pengering/oven, timbangan elektronik ion scales EPS05, gelas ukur, tabung ukur, kawat jaring, gunting serta laptop.

Bahan yang digunakan yaitu kertas saring, air, sampel sedimen, alumininium foil, dan kertas label.

3.3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja dari praktikum pengukuran debit aliran adalah sebagai berikut:

3.3.1 Pengukuran Profil Penampang Sungai dan Kecepatan Aliran a. Menyiapkan alat dan bahan

(13)

c. Mengukur lebar sungai kemudian menetukan titik yang akan diukur. d. Menentukan posisi tempat pengukuran dengan membagi sungai

menjadi lima segmen dengan jarak (lebar) yang sama.

e. Memberi tanda pada posisi pengukuran dengan menggunakan tali rafia.

f. Mengukur kedalaman sungai setiap segmen menggunakan meteran. g. Menentukan titik pengukuran kecepatan dengan cara mengalikan hasil

ketinggian muka air sungai dengan 0,6.

h. Mengukur kecepatn aliran sungai pada setiap segmen pengukuran menggunakan current meter dan mencatat nilai yang terbaca pada alat.

i. Mengambil sampel sedimen melayang disetiap titik pengukuran dengan menggunakan botol aqua tepat disamping alat current meter dan pengambilan sampel tidak melawan arus sungai.

j. Mengulangi prosedur f-g untuk titik selanjutnya.

k. Melakukan perhitungan debit aliran berdasarkan data pengukuran.

3.3.2 Pengolahan Sampel Sedimen

a. Menggunting kertas saring dengan ukuran yang sama besar sebanyak 4 bagian.

b. Menimbang setiap kertas saring yang telah digunting dengan menggunakan timbangan.

c. Membuat nampan dari aluminium foil dan kawat jaring dan menimbangnya dengan menggunakan timbangan.

d. Mengocok sampel sedimentasi kemudian dituang kedalam gelas ukur untuk mengetahui volume yang didapatkan dari setiap sampel.

e. Membagi setiap sampel sedimentasi yang telah diambil dilapangan menjadi 6 (satuan volume) dengan menggunakan gelas ukur.

f. Menyaring setiap sampel sedimen dengan menggunakan kertas saring.

(14)

h. Mengeluarkan sampel dari oven apabila sampel telah kering.

i. Mengukur berat yang dihasilkan dari hasil pengeringan setiap sampel sedimentasi dengan menggukan timbangan.

j. Melakukan perhitungan debit sedimentasi disetiap titik berdasarkan data pengukuran.

3.4 Rumus yang Digunakan

3.4.1 Penentuan Debit a. Metode Langsung

Q = v1+2v2 A Keterangan:

Q = Debit Aliran (m3/s) A = Luas Penampang (m2) v = Kecepatan Aliran (m/s) b. Metode Manning

Mencari kecepatan aliran terlebih dalu setelahnya menghitung debit v = 1/n r2/3 S1/2

Q = A.v Keterangan:

v = Kecepatan Aliran (m/s) r = Jari-jari Hidrolik (m) S = Slope (m)

Q = Debit Aliran (m3/s) A = Luas Penampang (m2)

(15)

Cs = (W2-W0)/L Qs = Cs x Qtot Keterangan:

Cs = Jumlah Sedimen (g/m3) W0 = Berat Kertas Saring (g) W = Berat Kertas Saring Basah (g) W2 = Berat Kertas Saring Kering (g) L = Jumlah Air (mL)

Qtot = Debit Total Sungai Melalui Metode Langsung dan Manning (m3/s)

Gambar 4. Profil Melintang Sungai

4.1.2 Sedimen Melayang

Tabel 2. Jumlah dan Debit Sedimen Segmen Jumlah Sedimen(g/m3)

Debit Sedimen (m3/s)

Metode

Langsung ManningMetode

B 0.00195 0.004095 0.002028

(16)

C 0.00292 0.006132 0.003037

D 0.00297 0.006237 0.003089

E 0.00096 0.002016 0.000998

Sumber: Data primer setelah diolah Hidrologi Teknik, 2016. IV.2 Pembahasan

Praktikum metode pengukuran debit dilakukan dengan menggunakan metode current meter. Hal yang pertama kali dilakukan adalah membagi lebar sungai menjadi lima segmen sehingga didapatkan profil melintang sungai. Profil melintang sungai dibutuhkan karena bertujuan untuk mendapatkan bentuk penampang sungai agar luas area pada profil sungai dapat diketahui. Hal ini sesuai dengan pernyataan Samitra (2013) bahwa pengukuran penampang profil melintang sungai bertujuan untuk mendapatkan luas area pada penampang sungai.

Setelah membagi lebar sungai menjadi lima segmen, kedalaman masing-masing segmen diukur kemudian menempatkan current meter disetiap titik pengamatan agar kecepatan aliran setiap titik terukur. Data yang diperoleh menunjukkan semakin dalam kedalaman sungai, semakin cepat aliran debit. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahayu (2010), bahwa kecepatan aliran sungai diperoleh dari rata-rata kecepatan aliran pada tiap bagian penampang sungai tersebut, semakin dalam sungai, maka semakin besar kecepatan alirannya.

(17)

Aliran sungai membawa material sedimen. Tabel 2 menunjukkan semakin cepat aliran, material sedimen yang terbawa semakin banyak. Hal ini sesuai dengan Aryanto (2010), bahwa semakin besar volume aliran debit, jumlah sedimen yang tersuspensi dalam aliran debit sungai tersebut menjadi semakin besar.

Material sedimen berpengaruh terhadap kedalaman sungai. Berdasarkan hasil pengukuran, semakin dalam kedalaman sungai, semakin sedikit kandungan sedimen dan sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pangestu (2013), bahwa jika sedimentasi terjadi, maka perubahan kedalaman (pendangkalan) juga akan terjadi yang mengakibatkan kemungkinan terjadi banjir.

V. PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum pengukuran debit aliran, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pengukuran penampang profil melintang sungai bertujuan untuk mendapatkan luas area pada penampang sungai.

2. Semakin dalam kedalaman sungai, semakin cepat kecepatan alirannya. Sebaliknya, semakin dangkal sungai, kecepatan alirannya semakin berkurang.

3. Semakin besar volume aliran debit, jumlah sedimen yang tersuspensi dalam aliran debit sungai tersebut menjadi semakin besar.

(18)

V.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Farista, B., 2009. Oseanografi Fisika.

http://website-dadang.blogspot.com/2009-08-01-archive.html. Diakses pada tanggal 24 April 2016 pukul 20.00 WITA.

Aryanto, A.F. 2010. Pengaruh Perubahan Penutup Lahan terhadap Debit Aliran Permukaan di Sub DAS Keduang Kabupaten Wonogiri. UNS: Surakarta.

Hidayat, A., 2010. Modul Perkuliahan Mekanika Fludia dan Hidrolika. Universitas Mercubuana: Jakarta.

Kironoto, B. A., 2007. Pengaruh Angkutan Sedimen Dasar (Bed Load) terhadap Distribusi Kecepatan Gesek Arah Transversal pada Aliran Seragam Saluran Terbuka. Forum Teknik Sipil, XVII(2), pp. 566-579. Maulana, R. A., Lubis, K. S. & Marbun, P., 2014. Uji Korelasi antara Debit

(19)

Pangestu, H. & Haki, H., 2013. Ananlisis Angkutan Sedimen Total pada Sungai Dawas Kabupaten Musi Banyuasin. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan, I(1), pp. 103-109.

(20)

Samitra, A., 2013. Pengaruh Aliran Terhadap Formasi Bed Load di Sungai Cikapudung. Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung.

Subekti. 2009 . Monitoring Air Di Aliran Sungai. Tikah Atikah: Bogor.

Supangat, A. B., 2014. Perhitungan Sedimen. Balai Penelitian Teknologi Kehutanan Pengelolaan DAS: Surakarta.

Trihatmojo, Bambang. 2010. Hidrologi Terapan. Beta Offset: Yogyakarta.

Lampiran 1

Gambar 5. Penampang Melintang Sungai B. Tabel

Tabel 3. Data Lebar dan Kedalaman Sungai

Titik Lebar Sungai (cm) Kedalaman (cm)

1 134 0

(21)

1.34 m

Sumber : Data primer sebelum diolah, 2016.

Tabel 4. Data Titik Pengamatan dan Kecepatan Aliran Current Meter

Titik Titik Pengamatan

Sumber : Data primer sebelum diolah, 2016.

(22)

E

Luas Total Penampang Sungai (Atot)

(23)

D

Luas Total Penampang Sungai (Ptot)

Ptot=PA+PB+PC+PD+PE

Dik: Panjang saluran = 15 m

Kedalaman paling dangkal = 0.48 m Kedalaman terdalam = 0.84 m Peny:

S=Kedalaman paling dalamPanjang saluranKedalaman paling dangkal

S=0.8415−0.48

S=0.024m

(24)

Dik: r = 0.45

a. Data Lapangan (Secara Langsung)

(25)
(26)

Sampel Segmen C CSc = (W2-W0)/L2

CSc= (1 g – 0.7 g )/ 0.1025 x 10-3 m3 CSc= (0.3 g)/ 0.1025 x 10-3 m3 CSc= 0.00292g/m3

Sampel Segmen D CSD = (W2-W0)/L2

CSD = (1 g – 0.7 g )/ 0.1008 x 10-3 m3 CSD= (0.3 g)/ 0.1008 x 10-3 m3 CSD = 0.00297g/m3

Sampel Segmen E CSE = (W2-W0)/L2

CSE = (0.8 g – 0.7 g )/ 0.1033 x 10-3 m3 CSE= (0.1 g)/ 0.1033 x 10-3 m3

CSE = 0.00096g/m3

2. Debit Sedimen

a. Berdasarkan data debit (Qtot) langsung

Segmen B QSB = CSB x Qtot

QSB = 0.00195g/m3x 2.1 m3/s

QSB = 0.004095 g/s

Segmen C QSC = CSC x Qtot

QSC = 0.00292g/m3x 2.1 m3/s

QSC = 0.006132 g/s

Segmen D QSD = CSD x Qtot

QSD = 0.00297g/m3x 2.1m3/s

QSD = 0.006237 g/s

(27)

QSE = CSC x Qtot

QSE = 0.00096g/m3x 2.1m3/s

QSE = 0.002016 g/s

b. Menggunakan data debit (Qtot) secara Manning

Segmen B

QSB = CSB x QManning

QSB = 0.00195g/m3 x 1.04m3/s

QSB = 0.002028 g/s

Segmen C

QSC = CSC x QManning

QSC = 0.00292 g/m3 x 1.04m3/s

QSC = 0.003037g/s

Segmen D

QSD = CSD x QManning

QSD = 0.00297 g/m3 x 0.61m3/s

QS3 = 0.003089 g/s

Segmen E

QSE = CSE x QManning

QSE = 0.002016 g/m3 x 0.61m3/s

(28)

Lampiran 2

Dokumentasi

Gambar 6. Pengukuran Debit dengan Menggunakan Current Meter

(29)

Gambar 8. Proses Pengolahan Sampel Sedimen

Gambar

Gambar 1. Siklus Hidrologi dalam Lanskap Daerah Aliran Sungai.
Gambar 2. Distribusi Kecepatan Aliran.
Table 1. Pengukuran Kecepatan dan Kecepatan Rata-rata
Gambar 3. Bagian Current Meter.
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara perubahan penggunaan lahan dengan debit aliran sungai diakukan secara deskriptif yaitu dengan melihat pola debit aliran sungai terhadap curah hujan dan perubahan

Erosi tebing dapat berpengaruh terhadap h(tinggi/kedalaman aliran), semakin besar erosi tebing sungai maka semakin tinggi aliran yang dihasilkan, sehingga menghasilkan aliran

Fungsi dari pengukuran debit aliran adalah untuk mengetahui seberapa  banyak air yang mengalir pada suatu sungai dan seberapa cepat air tersebut mengalir dalam

Debit aliran sungai diberi notasi Q adalah jumlah air yang mengalir melalui tampang lintang sungai tiap satu satuan waktu, yang biasanya dinyatakan dalam m 3

Studi ini bertujuan untuk mengetahui besar curah hujan dan debit yang ada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) hilir Kali Angke sesuai dengan periode ulang, debit banjir existing

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penyebaran dan besar konsentrasi sedimen tersuspensi (TSS) di muara Sungai Porong selama 15 hari dengan model SED2D dari software

berbanding lurus dengan debit aliran dan berbanding terbalik dengan jumlah kotak yang dipasang, yaitu semakin besar debit aliran yang mengalir maka semakin besar

A2 Untuk mengeukur debit aliran tersebut, digunakan turunan persamaan bernolly, yaitu: Persamaan Venturimeter dan orifice : Q=Cd A2√2gh1−h2 √1−AA212 Ket : Q = debit yang mengalir