• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PERKEMBANGAN SOSIAL dan MORAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PERKEMBANGAN SOSIAL dan MORAL"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PERKEMBANGAN SOSIAL DAN MORAL

Disusun Oleh :

Arnika Tiara P (13320006)

Dian Ratna Sari (13320000)

Gebrina Rezki (13320264)

Syifa Luthfiana A (13320275)

Vina Rahmawati (13320273)

PRODI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

(2)

A. Perkembangan Teman Sebaya dalam Perkembangan Siswa

Penelitian Koch (Ladd & Asher, 1985) terhadap anak-anak prasekolah menemukan bahwa anak yang disukai oleh teman-teman sekelasnya lebih baik kemampuannya untuk mentoleransi rutinitas dan tugas-tugas sekolah daripada anak yang tidak populer di kalangan teman-temannya. Berdasarkan pengukuran perilaku anak prasekolah terhadap teman sebayanya, Van Alstyne dan Hattwick (Ladd & Asher, 1985) menemukan bahwa kesulitan bergaul dengan teman sebaya pada masa dini memprediksi kesulitan penyesuaian sosialnya di sekolah dasar.

Hartup (1992) mengidentifikasikan empat fungsi hubungan teman sebaya, yang mencakup:

- Hubungan teman sebaya sebagai sumber emosi (emotional resources), baik untuk memperoleh rasa senang maupun untuk beradaptasi terhadap stress. - Hubungan teman sebaya sebagai sumber kognitif (cognitive resources) untuk

pemecahan masalah dan perolehan pengetahuan.

- Hubungan teman sebaya sebagai konteks dimana keterampilan sosial dasar (mislanya keterampilan komunikasi sosial, keterampilan kerjasama dan keterampilan masuk kelompok) diperoleh atau ditingkatkan.

- Hubungan teman sebaya sebagai landasan untuk terjalinnya bentuk-bentuk hubungan lainnya (misalnya hubungan dengan saudara kandung) yang lebih harmonis. Hubungan teman sebaya yang berfungsi secara harmonis di kalangan anak-anak prasekolah telah terbukti dapat memperhalus hubungan antara anak-anak itu dengan adiknya.

(3)

1. Tekanan Teman Sebaya (Peer Pressure)

Interaksi dengan teman sebaya dibutuhkan oleh remaja untuk mengalami perkembangan sosial yang normal. Meskipun interaksi dengan teman sebaya ini penting, akan tetapi interaksi dengan teman sebaya secara langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan dampak negatif bagi remaja, seperti interaksi sosial yang tidak sehat dan perilaku menyimpang, serta kenakalan kelompok remaja. Dampak-dampak negatif tersebut, sebagian besar muncul bukan karena keinginan dari dalam diri remaja sendiri, akan tetapi dari ajakan atautuntutan teman atau kelompok. Hal inilah yang disebut dengan tekanan sebaya atau peer pressure.

Peer pressure atau tekanan dari teman sebaya terjadi ketika seseorang atau sekelompok individu mempengaruhi orang lain untuk mengikuti kemauan mereka, biasanya dengan cara memaksa. Tujuannya adalah untuk mengubah sikap, nilai-nilai moral atau perilaku seseorang – biasanya kerap berkaitan dengan agama, obat-obatan, minuman keras, dan seks. Meskipun umumnya dianggap negatif, peer pressure juga dapat memiliki efek positif, misalnya: ketika orang-orang dianjurkan untuk berprestasi secara akademis, berolahraga, atau berpartisipasi dalam kegiatan sosial.

Menurut Santrock (2008), peer pressure bisa mendatangkan hal yang positif maupun hal yang negatif, tergantung dari lingkungan pergaulan remaja. Akan tetapi dalam faktanya, peer pressure lebih sering mendatangkan hal negatif bagi para remaja (Boujlaleb,2006), hal ini bisa dilihat dari banyaknya remaja yang berperilaku menyimpang dari pada remaja yang berprestasi.

2. The Self and Socialization

(4)

Fungsi dan peran sekolah dalam bersosialisasi :

- Mengajarkan anak tentang norma dan adat dalam masyarakat yang lebih luas. - Secara tradisional, anak-anak disosialisasikan peran gender konvensional - Sebagai sarana pematangan kepribadian

- Sebagai sarana pengembangan potensi demi pemenuhan kebutuhan pribadi dan pengembangan masyarakat.

Menurut Freud, Diri adalah produk sosial, bagaimanapun juga, naluri impulsif alami dalam konflik dengan kendala sosial. Kepribadian dipengaruhi oleh hal lain terutama orang tuanya. Piaget juga menyatakan bahwa perkembangan manusia dapat dicapai melalui tahap perkembangan. Perkembangan dalam kognitif dapat dibagi menjadi 4 tahap. Kunci perkembangan adalah interaksi sosial

3. Karakteristik-Karakteristik Hubungan Pertemanan

Hubungan interaksi antara teman dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan karakteristik yang ada dalam hubungan pertemanan tersebut. Karakteristik hubungan pertemanan dikelompokkan menjadi 3, yakni persahabatan, geng, dan crowd.

- Karakteristik persahabatan :

 Merupakan hal yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan sosial  Jika gagal menempa persahabatan yang akrab, anak atau remaja akan

mengalami kesepian dan penghayatan akan martabat dirinya (self worth) akan menurun

 Lebih terbuka mengenai hal-hal yang yang intim dan informasi yang bersifat pribadi kepada kawan-kawannya

 Lebih banyak tergantung pada kawan-kawan daripada orang tua untuk memenuhi kebutuhan mereka atas kebersamaan, ketentraman hati dan intimasi

 Bergosip mengenai kawan sebaya sering kali mendominasi percakapan (umumnya pada anak perempuan)

- Karakteristik geng:

 Kelompok yang anggotanya berkisar dari 2 hingga 12 individu (rata-rata beranggotakan 5 hingga 6 individu)

 Biasanya memiliki kesamaan gender dan usia

(5)

 Sering menghabiskan waktu bersama  Saling berbagi minat yang sama  Menikmati kebersamaan mereka - Karakteristik crowd :

 Anggota lebih besar dari geng dan kurang personal

 Anggota kelompok lebih heterogen, terdiri dari berbagai gender dan usia

 Keanggotaan dalam crowd biasanya berdasarkan atas reputasi, mereka biasa meluangkan banyak waktu bersama namun bisa juga tidak  Banyak crowd yang diidentifikasi sesuai dengan aktivitas yang

dilakukan oleh remaja

 Reputasi yang didasarkan pada crowd sering muncul pertama kali di masa remaja awal dan biasanya berkurang pada masa remaja akhir

4. Popularitas dan Isolasi Siswa - Popularitas

Popularitas seorang anak ditentukan oleh berbagai kualitas pribadi yang dimilikinya. Hartup (1983) mencatat bahwa anak yang pouler adalah anak yang ramah, suka bergaul, bersahabat, sangat peka secara sosial, dan sangat mudah bekerjasama dengan orang lain. Asher et.al (dalam Seifert dan Huffnung,1994), juga mencatat bahwa anak-anak yang populer adalah anak-anak yang dapat menjalin interaksi sosial dengan mudah, memahami situasi sosial, memiliki keterampilan yang tinggi dalam hubungan antar pribadi dan cenderung bertindak dengan cara-cara yang kooperatif, prososial, serta selaras dengan norma-norma kelompok.

Anak yang tidak populer dapat dibedakan atas 2 tipe, yaitu: anak-anak yang ditolak (Rejected Children), dan anak-anak yang diabaikan (Neglected Children). Anak-anak yang diabaikan adalah anak yang menerima sedikit perhatian dari teman-teman sebaya mereka, tetapi bukan berarti mereka tidak disenangi oleh teman-teman sebayanya. Anak-anak yang ditolak adalah anak-anak yang tidak disukai oleh taman-teman sebaya mereka dan mereka cenderung bersifat mengganggu, egois, dan mempunyai sedikit sifat positif.

(6)

bermasalah dalam perilaku dan akademis disekolah (Pu tallaz dan Waserman, 1990), akan tetapi tidak semua anak-anak yang ditolak bersifat agresif.

Penerimaan teman sebaya diartikan sebagai dipilihnya seseorang menjadi teman atau anggota kelompok untuk mengikuti suatu aktivitas dalam kelompok. Penerimaan teman sebaya merupakan 3 indikator keberhasilan anak berperan dalam kelompok sosialnya yang menunjukkan derajat rasa suka anggota kelompok yang lain untuk bermain dengan dirinya. Adanya penerimaan atau penolakan teman sebaya berdasarkan dari karakter yang dimunculkan anak ketika anak dan teman-temannya berinteraksi. Melalui pertemanan dengan berbagai dinamika interaksi yang terjadi, anak mulai memahami adanya persamaan dan perbedaan antara dirinya dan orang lain. Melalui interaksi sosial, anak akan belajar berbagi, bergantian, mengendalikan dan menyelesaikan konflik, serta menjaga dan mempertahankan hubungan (Rubin, Bukowski, & Parker, 1998).

Jadi dapat diintisarikan bahwa pada anak usia dini semakin banyak berinteraksi sosial, maka hubungan timbal balik akan terjadi sehingga secara psikologis kemampuan sosialisasi semakin terasah. Interaksi teman sebaya merupakan pusat sosialisasi pada masa kanak-kanak. Interaksi ini menambah kemahiran kompetensi sosial dan kompetensi yang bersifat komunikasi dalam sebuah sikap yang tidak seperti kontribusi yang diperoleh dari interaksi dengan orang dewasa. Seperti hasil penelitian Putallaz (1983) yang mengatakan bahwa anak yang mencapai status yang tinggi dalam kelompok teman sebaya nampak memiliki kemampuan untuk membaca situasi sosial dan menyesuaikan perilakunya pada saat interaksi berlangsung. Penelitian-penelitian (Coie & Dodge, 1988; Newcomb, Bukowski, & Pattee, 1993) yang mengkaji berbagai status penerimaan teman sebaya banyak yang menggunakan teknik sosiometri, yaitu penilaian seseorang oleh teman-temannya yang seusia. Adapun kategori sosiometri yang biasa dipakai adalah kategori anak yang populer (popular),

(7)

No Status Penerimaan Sosial Karakteristik Anak

1. Popular 1. Anak yang disukai oleh sebagian besar teman-temannya dan sedikit tidak disukai

2. Anak terlihat lebih suka menolong, berinteraksi secara aktif dengan anak lain, menunjukkan keterampilan memimpin, dan mengajak dalam permainan konstruktif. Nampak kooperatif, ramah, dan suka bergaul.

2. Ditolak

(rejected children)

1. Anak yang tidak disukai oleh sebagian besar teman-temannya dan hanya sedikit yang menyukainya.

2. Anak menunjukkan agresi tinggi, menarik diri, serta kemampuan sosial dan kognitif yang rendah

a. Anak yang agresif Perilaku agresif yang tinggi, kontrol diri

1. Anak cenderung menarik diri, sehingga memiliki sedikit teman, serta sedikit dibutuhkan oleh temannya

2. Anak nampak berinteraksi dengan teman sebaya dengan frekuensi lebih sedikit daripada anak lain, tidak ada bukti yang konsisten yang muncul yang menunjukkan bahwa anak yang diabaikan menunjukkan kecemasan sosial, kecerobohan sosial yang ekstrem (extreme social wairness), atau sangat menarik diri dalam pergaulan (Coie & Dodge, 1988). Coie dan Dodge (1988) juga mencatat bahwa anak yang ditolak tidak hanya rendah agresinya, tetapi mereka nampak menghindari menghadapi agresi secara aktif.

4. Kontroversial (controversia l

children)

1. Kelompok ini unik karena anak kontroversial

tinggi dalam penerimaan dan penolakan. Karena itu, anak kontroversial nampak memiliki banyak ciri pada anak-anak yang popular maupun anak yang ditolak. Anak ini sebagian teman menyukainya dan sebagian lagi tidak menyukainya. Coie dan Dodge (1988) melaporkan bahwa anak laki-laki kontroversial, seperti anak laki-laki yang ditolak, berperilaku agresif dan mengacaukan, secara sosial menarik diri, mudah marah dan biasa dengan kekerasan, dan sangat aktif. Pada sisi lain, mereka melaporkan bahwa anak laki-laki kontroversial seperti anak laki-laki yang popular bahwa mereka

(8)

- Isolasi Siswa

Menarik diri adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri dari interaksi orang lain. Individu merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak memiliki kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalan. Individu kehilangan kemampuan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain (RSJ, 1996).

Menurut Rawlins & Heacock, isolasi sosial atau menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab, tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.

B. Kognisi Sosial

1. Perspective Taking

Perspective taking atau pemindahan perspektif adalah kemampuan individu untuk memahami cara pandang atau pemikiran serta perasaan orang lain. robert selman (dalam Santrock, ) berpendapat bahwa pemindahan perspektif (perspective taking) dimulai sejak masa usia 3 tahun hingga masa remaja. Tahapan diawali dengan adanya pandangan egosentris di masa kanak-kanak awal dan diakhiri dengan adanya pengambilalihan perspektif yang semakin dalam di masa remaja. Rangkaian perspective taking ini terdiri dari lima tahap, yaitu:

Tahap Tahap pengambilalihan cara pandang

usia deskripsi

0 Sudut pandang

egosentris

(9)

lain. oleh pemikirannya masing-masing. akan tetapi, anak cenderung berfokus pada satu perspektif daripada menggabungkan beberapa sudut pandang. rangkaian perspektif yang terstruktur tetapi tidak dapat melakukan abstraksi dari tingkat ini untuk mencapai tahapan mutualis simultan.

3 Pengambilalihan

perspektif secara mutualis

10-12 Remaja sadar bahwa dirinya maupun orang lain dapat melihat satu sama lain sebagai objek secara bersamaan

(10)

2. Theory of Mind

Menurut Goldman, theory of mind adalah cabang ilmu kognitif yang menyelidiki bagaimana seseorang mengetahui kondisi mental dan memprediksi perilaku orang lain. Dengan kata lain, TOM ini juga menyelidiki mindreading dan

mentalizing atau kemampuan mentalistik. Menurut Upton (2012), teori ini menjelaskan bahwasannya kondisi mental seseorang (pikiran, perasaan, pengetahuan, hasrat) berbeda dengan kondisi mental orang lain. Theory of mind ini berlangsung terutama pada usia 7 tahun hingga memasuki masa remaja. TOM ini mengajarkan individu untuk dapat mengerti dan menempatkan diri pada posisi orang lain, yaitu dengan cara membayangkan dan mengidentifikasi perasaan orang lain ketika dalam situasi tertentu. Maka dari itu, dalam proses perkembangan moral teori ini merupakan salah satu bagian terpenting. Dalam perkembangannya TOM ini dianggap menunjukkan perubahan kualitatif dalam proses berpikir anak-anak. Pada anak usia di bawah 4 tahun anak-anak cenderung belum bisa memahami kondisi mental orang lain. Namun, pada anak usia 4 tahun sudah mampu mengkaitkan pengetahuan dengan kondisi mental orang lain secara koheren.

C. Perkembangan Moral dan Prososial

(11)

- Level I: Preconventional Morality

Stage 1: Punishment and Obedience Orientation

Tahap ini disebut juga moralitas heteronomi. suatu orientasi pada hukuman dan kepatuhan. Penentuan benar atau salah didasarkan pada konsekuensi ragawi suatu tindakan. Penalaran pada tahap ini sangat egosentrik, penalar tidak dapat mempertimbangkan perspektif orang lain.

 Stage 2: Individualism, instrumental purpose, and exchange

Tahap kedua disebut tujuan instrumental, individualisme dan pertukaran (kebutuhan dan keinginan). Tahap ini ditandai oleh pemahaman baik atau benar sebagai sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan, baik diri sendiri maupun orang lain. Kebutuhan pribadi dan kebutuhan orang lain merupakan pertimbangan utama penalaran pada tingkat ini. - Level II: Conventional Morality

Stage 3: Mutual interpersonal expectation, relationship, and interpersonal conformity

Tahap harapan, hubungan dan penyesuaian antarpribadi. Mengerjakan sesuatu yang benar pada tahap ini berarti memenuhi harapan orang-orang lain, loyal terhadap kelompok, dan dapat dipercaya dalam kelompok tersebut. Perhatian terhadap kesejahteraan orang lain dianggap hal yang penting. Kesadaran akan perlunya saling menaruh harapan dan saling memberikan persetujuan terhadap perasaan dan perspektif orang lain, serta minat kelompok menjadi perspektif sosial seseorang.

Stage 4: Social system and conscience (law and order)

Tahap keempat adalah sistem sosial dan hati nurani. Mengerjakan sesuatu yang benar pada tahap ini berarti mengerjakan tugas kemasyarakatan dan mendukung aturan sosial yang ada. Tanggung jawab dan komitmen seseorang haruslah menjaga aturan sosial dan menghormati diri sendiri. - Level III: Postconventional Morality or Principled

Stage 5: Social contract or utility and individual right

(12)

kemauan golongan mayoritas, di samping menjaga hak-hak golongan minoritas. Apabila undang-undang dan aturan yang ada dianggap tidak sesuai, misalnya bertentangan dengan hak-hak kemanusiaan, maka penalar pada tahap kelima ini dapat melakukan kritik dan mengusahakan perubahan dan mempelajari cara mengatasinya. Tahap kelima ini memiliki sifat utilitarianism rational, yakni suatu keyakinan bahwa tugas dan kewajiban harus didasarkan pada tercapainya kebahagiaan bagi sebagian besar manusia.

Stage 6: Universal ethical principles

Tahap keenam adalah prinsip etis universal. Pada tahap ini yang dianggap benar adalah bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip pilihan sendiri yang sesuai bagi semua manusia. Prinsip-prinsip diterima oleh orang yang berada pada tahap ini bukan disebabkan oleh persetujuan sosial, tetapi prinsip-prinsip tersebut berasal dari ide dasar keadilan, yaitu persamaan hak-hak kemanusiaan dan penghargaan terhadap martabat manusia.Penalar pada tahap ini sudah dapat membuat keputusan moral secara otonomi. Perhatian utamanya pada tercapainya keadilan melalui penghargaan terhadap keunikan hak-hak individu.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Coie, J., Dodge, K. A., & Coppotelli, H. (1982). Dimensions and types of social status: A control in preschoolers. International Journal of Behavioral Development, 26, 167–176 Desmita .2010. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Hetherington E. M, and Parke, R.D. (1996). Child Psychology; A Contemporary Viewpoint

New York : MC Graw Hill. In Blackwell Handbook of Early childhood Development. Edtr. Kathleen McCartney and Deborah Phillips. UK : Blackwell Publishing, Ltd

Penney Upton. 2012. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Rubin, K.H., Bukowski, W., & Parker, J. (1998). Peer interactions, relationships, and groups. In N. Eisenberg(Ed), Handbook of Child Psychology (5th edition): Social, emotional, and personalitydevelopment. (pp. 619-700). New York: Wiley

Santrock. J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Edisi: 6. Jakarta: Erlangga Santrock, J. W. 2011. Life-Span Development. Diterjemahkan oleh Benedictine Widyasinta.

Jakarta : Erlangga

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195106011979031-DIDI_TARSIDI/Makalah

%26Artikel_Tarsidi_PLB/Hubungan_Teman_Sebaya_Kompetensi_Sosial_Anak.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Daerah proyek yang keadaan lapanganya atau pada tempat – tempat lokasi bangunan yang masih berupa hutan, maka sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, agar terlebih

Kesenian yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul bermacam – macam jenis kesenian yang ada di Gunungkidul khususnya di desa Kemadang masih banyak dari tabel dibawah merupakan

Sesuai Pasal 3 Peraturan Bupati Pemalang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas Jabatan Struktural dan Tata Kerja Pada Badan

digunakan dalam proses penanganan keluhan. Bengkel Clink perlu meningkatkan.. upaya sosialisasi prosedur pelayanan, meningkatkan kecepatan dan memberi kemudahan dalam

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum Perkembangan Sel Betina adala Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum Perkembangan Sel Betina adala untuk memlelajari perkembangan katak

HUMAS dari Badan POM dalam kegiatan “Badan POM Sahabat Ibu” dalam melakukan pemberitaan/menyebarkan informasi yang bertujuan untuk mendapatkan respon positif dengan

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa aktivitas antioksidan pada sampel minuman probiotik whey keju dengan 5% sari tomat pada saat setelah fermentasi selesai

4 Penelitian ini menguji sikap mahasiswa kesejahteraan sosial mengenai definisi berbagai bentuk tindak kekerasan terhadap istri oleh suami serta faktor-faktor yang