• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prasarana Wilayah dan Kota II Implement

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Prasarana Wilayah dan Kota II Implement"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun oleh:

ALI DHIKRI FAHRUDIN

3611100005

KESUMANING DYAH LARASATI 3611100019

M. ABDI DANURJA R. A.

3611100031

ABDIEL HARDWIN DITO

3611100037

SEKAR KURNIA NURAHMANDYA 3611100066

ANDITA RIZKY RAHAYU

3611100070

Prasarana Wilayah dan Kota II (RP09-1307)

Implementasi Pengembangan Energi Arus

Laut dalam Pengembangan Wilayah

(Studi Kasus Kawasan Pesisir Flores

Timur, NTT)

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2012

(2)

i | E n e r g i A r u s L a u t ABSTRAK

Krisis energi yang terjadi di dunia, juga terjadi di Indonesia. Cadangan energi di indonesia semakin hari semakin menyusut. Hal ini tidak lain disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil secara berlebihan dan tanpa kendali. Salah satu solusi untuk mengatasi kelangkaan energi fosil dan pemanasan global adalah penggunaan energi terbarukan yang ramah lingkungan sebagai sumber energi alternatif. Oleh karena itu pemerintah berusaha menggalakkan usaha-usaha penghematan energi dan pengembangan sumber energi alternatif. Laut Indonesia memiliki luas kurang lebih 5,6 juta km2 dengan garis

pantai sepanjang 81.000 km, memiliki keragaman hayati yang tinggi. Energi arus laut sebagai energi terbarukan adalah energi yang cukup potensial di wilayah pesisir terutama pulau-pulau kecil di kawasan timur (Erwandi, 2006).

Adapun tujuan penulisan adalah untuk mengeksplorasi dan memberikan deskripsi mengenai teori dan konsep yang terkait dengan Kebijakan Pengembangan Energi Arus Laut di Indonesia, mengidentifikasi peran pengembangan energi arus laut dalam pembangunan wilayah yang ada di Indonesia melalui studi kasus, dan mengidentifikasi implementasi pengembangan energi arus laut di wilayah studi dibandingkan dengan studi kasus luar negeri. Metode yang digunakan dalam pembahasan pengembangan energi arus laut ini adalah deskriptif kualitatif melalui survei literatur.

Menurut hasil pembahasan, Arus laut pasang surut dikembangkan dengan mengadopsi prinsip teknologi energi angin, yaitu dengan mengubah energi kinetik arus laut menjadi energi rotasi dan energi listrik. Indonesia dilalui salah satu arus laut yang sangat unik yang dikenal dengan ARLINDO (Arus Lintas Indonesia). yang berpotensi untuk mencukupi kebutuhan listrik di Indonesia. Lokasi studi adalah Selat Larantuka, yang secara morfologi merupakan alur aliran arus laut dengan kecepatan sangat mendukung, menyimpan energi kinetik yang besar, yang potensial untuk diubah menjadi tenaga listrik. Beberapa perannya dalam pengembangan wilayah meliputi aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial. Implementasi Pembangkit Energi Arus laut juga telah diterapkan di Perancis dan China. Energi arus laut ini menguntungkan ada daerah-daerah terpencil dan wilayah persisir.

(3)

ii | E n e r g i A r u s L a u t DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penulisan ... 2

1.3 Manfaat Penulisan ... 2

1.4 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Pengembangan Arus Laut ... 4

2.1.1 Konsep Energi Arus Energi Arus Laut ... 4

2.1.2 Potensi Energi Arus Laut ... 6

2.1.3 Kebijakan pengembangan Arus Laut di Indonesia ... 8

2.2 Implementasi Pengembangan Energi Arus Laut di Indonesia (Studi Kasus Kawasan Pesisir Flores Timur, NTT) ... 11

2.2.1 Peran Pengembangan Energi Arus Laut Terhadap Pembangunan Wilayah ... 15

2.2.2 Supply Energi Arus Laut Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Secara Umum .... 17

2.2.3 Kekurangan Energi Arus Laut ... 21

2.2.4 Keberhasilan Penerapan ... 22

2.2.5 Kemungkinan Penerapan di Wilayah Lain ... 23

2.3 Perbandingan dengan Studi Kasus Luar Negeri ... 26

BAB III KESIMPULAN 3.1 Kesimpulan ... 30

3.2 Rekomendasi ... 32

(4)

iii | E n e r g i A r u s L a u t DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Harga Energi Listrik / KWH ... 17

Tabel 2.2 Kecepatan Arus di Selat Larantuka ... 19

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Illustrasi Konsep Turbin Arus Laut Sumbu Vertikal ... 6

Gambar 2.2 Lintasan ARLINDO (Arus Laut Indonesia) ... 7

Gambar 2.3 Selat Larantuka, Lokasi Studi ... 12

Gambar 2.4 Selat Toyopakeh, Bali ... 25

Gambar 2.5 Hasil Pengukuran kecepatan di Selat Toyopakeh, Bali... 25

Gambar 2.6 La Rance Power Station ... 27

(5)

iv | E n e r g i A r u s L a u t KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper yang membahas tentang

penyediaan sarana dan prasarana kota dalam suatu wilayah dengan judul “Implementasi Energi Arus Laut dalam Pengembangan Wilayah (Studi Kasus Kawasan Pesisir Flores,

NTT)” dengan lancar.

Selama proses penulisan penulis banyak mendapatkan bantuan dari pihak-pihak

lain sehingga paper ini dapat terselesaikan dengan optimal. Pada kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyelesaian laporan ini yaitu:

1. Ibu Dr.Ir.Rimadewi S.,MIP. dan Ibu Karina Pradinie M.Eng. selaku dosen Mata Kuliah

Prasarana Wilayah dan Kota II,

2. Ibu Rulli Pratiwi Setiawan, ST. M.Sc. selaku selaku dosen Mata Kuliah Prasarana

Wilayah dan Kota II sekaligus dosen pembimbing,

3. Orang tua yang selalu memberikan motivasi,

4. Teman-teman Mermaidman yang telah banyak membantu kelancaran penyusunan

paper ini.

Sekian, semoga paper ini dapat bermanfaat secara luas bagi permasalahan sarana

dan prasarana kota yang ada di Indonesia. Penulis menyadari bahwa paper ini masih

jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan.

Surabaya, 12 Desember 2012

(6)

1 | E n e r g i A r u s L a u t BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi dalam hal penyediaan energi. Data telah menyebutkan

bahwa ketersediaan energi di Indonesia sangat melimpah. Indonesia merupakan negara

yang sangat melimpah sumber energinya, baik yang terbaharukan maupun yang tidak

terbaharukan, yang belum dikelola atau dieksplorasi secara mandiri. Padahal, kebutuhan

energi mutlak diperlukan untuk kelangsungan kehidupan (Prof. Sudharto, PH.d.:2012)

Krisis energi yang terjadi di dunia, juga terjadi di Indonesia. Saat ini Indonesia dan

bangsa lainnya di seluruh dunia, berada pada level ketidakamanan energi. Hal tersebut

terjadi karena manusia sangat tergantung kepada energi fosil, seperti minyak bumi, gas

alam dan batu bara, yang makin lama makin habis. Cadangan energi di indonesia semakin

hari semakin menyusut. Hal ini juga diperparah dengan pemborosan dalam penggunaan

energi fosil. Di Indonesia komposisi penggunaan sumber energi fosil sebesar 95% dan

menimbulkan efek rumah kaca yang berakhir pada pemanasan global. Untuk itu,

diperlukan adanya eksplorasi sumber energi baru. Pemanasan global saat ini telah

menjadi isu dunia, penyebabnya adalah semakin banyaknya kandungan CO2 di udara. Hal

ini tidak lain disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil secara berlebihan dan tanpa

kendali. Untuk mengurangi emisi gas CO2 bisa dengan cara membatasi penggunaan

energi fosil. Salah satu solusi untuk mengatasi kelangkaan energi fosil dan pemanasan

global adalah penggunaan energi terbarukan yang ramah lingkungan sebagai sumber

energi alternatif. Penggunaan energi terbarukan ini tentunya juga harus memperhatikan

lingkungan, ketersediaan sumber daya serta teknologi untuk mengkonversi.

Kebutuhan energi dunia terus mengalami peningkatan. Menurut proyeksi Badan

Energi Dunia (International Energy Agency-IEA), hingga tahun 2030 permintaan energi

dunia meningkat sebesar 45% atau rata-rata mengalami peningkatan sebesar 1,6%

pertahun. Sekitar 80% kebutuhan energi dunia tersebut dipasok dari energi fosil.

Berdasarkan Kebijaksanaan Umum Bidang Energi (KUBE) Departemen Pertambangan dan

Energi, sifat dari minyak bumi dan gas alam yang tidak terbarukan (non renewable) serta

cadangan di dalam bumi kita diperkirakan akan menurun, oleh karena itu pemerintah

harus terus berusaha menggalakkan usaha-usaha penghematan energi dan

(7)

2 | E n e r g i A r u s L a u t

Indonesia, pemerintah telah merumuskan kebijakan energi nasional

(http://www.batan.go.id/ref _utama/perpres_5_2006.pdf).

Laut Indonesia memiliki luas kurang lebih 5,6 juta km2 dengan garis pantai

sepanjang 81.000 km, memiliki keragaman hayati yang tinggi, lautan Indonesia adalah

tempat melintasnya dua arus dari samudra pasifik dan samudra Indonesia, sehingga

potensi energi arus laut sangat besar. Potensi energi yang yang dikandung oleh laut di

antaranya adalah potensi energi kinetik (arus laut, arus pasang surut), energi potensial

(gelombang laut, tinggi pasang surut), energi biomassa (mikro dan makro algae), energi

temperatur laut, dan energi kimia laut (salinitas). Energi arus laut sebagai energi

terbarukan adalah energi yang cukup potensial di wilayah pesisir terutama pulau-pulau

kecil di kawasan timur (Erwandi, 2006). Untuk itu pembahasan potensi energi arus laut

merupakan salah satu upaya penting dalam mengekplorasi sumber energi

non-konvesional dari laut. Energi arus laut memiliki peranan yang besar dalam upaya

pengadaan energi alternatif.

1.2 Tujuan

Penulisan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengeksplorasi dan memberikan deskripsi mengenai teori dan konsep yang terkait

dengan Kebijakan Pengembangan Energi Arus Laut di Indonesia

2. Mengidentifikasi peran pengembangan energi arus laut dalam pembangunan wilayah

yang ada di Indonesia melalui studi kasus.

3. Menjelaskan implementasi pengembangan energi arus laut di wilayah studi

dibandingkan dengan studi kasus luar negeri.

1.3 Manfaat

Diharapkan beberapa manfaat dari penyusunan makalah ini adalah :

1. Menambah wacana dan informasi mengenai pengembangan energi terbarukan di

Indonesia, khususnya pengembangan energi arus laut di kawasan pesisir Flores

Timur, NTT

2. Menambah wacana dan informasi mengenai peran pengembangan energi arus laut

(8)

3 | E n e r g i A r u s L a u t

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun penyusunan makalah ini akan dibahas sesuai dengan sistematika

pembahasan yang disajikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, tujuan, manfaat penulisan, serta sistematika

pelaporan dalam mengeksplorasi pengembangan energi arus laut di kawasan pesisir

Flores Timur, NTT

BAB II PEMBAHASAN

Bab ini mendeskripsikan konsep, implementasi, dan perbandingan pengembangan

energi arus laut di kawasan pesisir Flores Timur, NTT. Deskripsi konsep meliputi konsep

secara teknis, potensi, dan kebijakan terkait. Implementasi pengembangan di wilayah

studi kasus membahas perannya dalam pembangunan wilayah, suplai energi yang

dihasilkan, kekurangan, keberhasilan penerapan, dan penerapan di wilayah lain.

BAB III KESIMPULAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan mengenai

(9)

4 | E n e r g i A r u s L a u t BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pengembangan Energi Arus Laut

2.1.1 Konsep Energi Arus Laut

Pemenuhan kebutuhan energi di Indonesia saat ini sebagian besar masih

mengandalkan bahan bakar fosil dan sedikit sekali yang menggunakan sumber energi

terbarukan. Energi yang digunakan saat ini seperti yang telah diketahui berasal dari

pembakaran bahan bakar fosil. Namun, bahan bakar fosil merupakan sumber daya

alam yang tidak dapat diperbarui yang artinya apabila persediaan minyak bumi di alam

sudah habis, butuh waktu lama untuk mendapatkannya kembali. Banyak permasalahan

yang kemudian muncul akibat penggunaan sumber energi tersebut masih dirasakan

masyarakat Indonesia. Sebagai contoh, energi listrik yang dihasilkan belum cukup

tersedia dan belum merata persebarannya hingga ke pelosok negeri. Dibutuhkan

cadangan-cadangan energi yang berasal dari energi terbarukan yang lebih ramah

lingkungan serta lebih ekonomis. Indonesia dengan potensi laut yang sangat besar,

yaitu mendekati dua per tiga wilayah, memiliki potensi untuk mengembangkan

sumber-sumber energi yang berasal dari arus laut. Mengingat Indonesia adalah negara

kepulauan dengan lautan yang sangat luas, perlu adanya penelitian-penelitian baru

mengenai potensi dari laut tersebut. Contoh energi alternatif yang sedang

dikembangkan saat ini adalah energi dari arus laut.

Pada dasarnya, arus laut merupakan gerakan horizontal massa air laut. Sumber

energi yang berasal dari arus laut tidak kalah besar dibanding sumber energi lainnya.

Secara singkat, prinsip energi arus laut adalah mengubah energi kinetik dari arus dan

gelombang laut untuk menggerakkan turbin, misalnya turbin pembangkit listrik. Secara

global, laut dunia mempunyai sumber energi yang sangat besar, yaitu mencapai 2,8 x

1014 (280 Triliun) Watt-jam. Selain itu, arus laut ini juga menarik untuk dikembangkan

sebagai pembangkit listrik karena sifatnya yang relatif stabil dan dapat diprediksi

karakteristiknya.

Perkembangan teknologi pemanfaatan energi air laut, khususnya arus laut

sebagai energi baru terbarukan di dunia saat ini berkembang dengan pesat, seiring

dengan meningkatnya tuntutan akan kebutuhan energi listrik masyarakat kawasan

(10)

5 | E n e r g i A r u s L a u t

membatasi penggunaan bahan bakar hidrokarbon. Arus laut berupa pasang surut yang

diakibatkan oleh interaksi bumi, bulan, matahari, dan arus geostropik karena gaya

Coriolis akibat rotasi bumi serta perbedaaan salinitas, temperatur, dan densitas. Prinsip

yang dikembangkan pada teknologi ekstraksi energi arus laut ini dilakukan dengan

mengadopsi prinsip teknologi energi angin yang telah lebih dulu berkembang, yaitu

dengan mengubah energi kinetik arus laut menjadi energi rotasi dan energi listrik.

Daya yang dihasilkan oleh turbin arus laut jauh lebih besar daripada daya yang

dihasilkan oleh turbin angin, karena rapat massa air laut hampir 800 kali rapat massa

udara. Kapasitas daya yang dihasilkan dihitung dengan pendekatan matematis yang

memformulasikan daya yang dihasilkan dari suatu aliran fluida yang menembus suatu

permukaan A dalam arah yang tegak lurus permukaan. Tercatat beberapa negara telah

berhasil melakukan instalasi pembangkit energi listrik dengan memanfaatkan energi

arus laut, mulai dari prototype turbin hingga mencapai turbin skala komersial dengan

kapasitas 1,2 mW/turbin. Negara-negara tersebut seperti di Skotlandia,

Swedia, Perancis, Norwegia, Inggris, Irlandia Utara, Australia, Italia, Korea Selatan,

dan Amerika Serikat.

Kiho (1996) meneliti konversi arus laut menjadi energi listrik dengan

menggunakan Vertical Axis Darrieus Turbine 3 (tiga) daun. Hasil yang diperoleh adalah

bahwa pembangkitan energi dari arus laut sangat dimungkinkan apabila kecepatan

arus mencapai 1m/detik atau lebih. Pengembangan lebih jauh ke arah implementasi

telah dilakukan oleh KOBOLD-Italia (2003) dan SEAFLOW oleh Marrine Current

Turbine, Ltd. – UK (2006). Sedangkan di Indonesia sendiri sudah dilakukan penelitian

sampai pada tahap pemetaan sumber-sumber daya arus laut sebagai sumber energi

(2006) dan pembuatan prototipe dari Vertical Axis Turbine (Erwandi, 2008).

Sistem yang diyakini secara tepat di dalam memanfaatkan energi arus laut

adalah sistem turbin dengan model sumbu vertikal atau biasa disebut Vertical Axis

Turbine (VAT). VAT pada awalnya dikenal dan digunakan pada sistem kincir angin.

Desain awal turbin ini ditemukan di Persia sekitar tahun 500-900 M, yang pada waktu

itu digunakan untuk memompa air dan menggiling gandum. Namun, paten atas konsep

Vertical Axis Turbine dilakukan pertama kali oleh Georges Jean Marie Darrieus pada

tahun 1925 di Perancis. Studi tentang pemanfaatan VAT ini sudah banyak dilakukan di

(11)

6 | E n e r g i A r u s L a u t

angin (Vertical Axis Wind Turbine). Sedangkan untuk pemanfaatannya pada sumber

energi arus laut masih kurang.

2.1.2 Potensi Energi Arus Laut

Peran penting energi sangat dibutuhkan dalam pencapaian tujuan sosial,

ekonomi, dan lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan di Indonesia serta

merupakan pendukung keberhasilan ekonomi nasional. Permintaan energi di

Indonesia cenderung meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan

pertambahan penduduk. Ironisnya, sumber energi konvensional berupa energi fosil

yang merupakan sumber energi utama di Indonesia semakin terbatas cadangannya.

Di sisi lain, Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di garis

khatulistiwa mempunyai potensi sumber-sumber energi baru dan terbarukan

melimpah, sedangkan yang termanfaatkan masih sangat kecil. Seharusnya dengan

melimpahnya sumber-sumber energi di Indonesia, dapat memanfaatkan dan

meningkatkan energi tersebut dengan harga murah, ramah lingkungan, dan

terbarukan. Oleh karena itu dibutuhkan suatu pembangkit yang efisien, mudah

mendistribusikan, dan ramah lingkungan di masing-masing daerah di Indonesia serta

memanfaatkan sumber energi lain selain bahan bakar minyak untuk proses

pembangkitan; seperti air, batubara, maupun arus laut di kepulauan.

Indonesia dilalui salah satu arus laut yang sangat unik yang dikenal dengan

ARLINDO (Arus Lintas Indonesia). Arlindo yang mempunyai nilai-nilai kekuatan arus

yang di tiap lintasannya berpotensi untuk mencukupi kebutuhan listrik di Indonesia.

Arlindo merupakan suatu sistem lintasan arus di perairan Indonesia yang membawa

Gambar 2.1 Ilustrasi Konsep Turbin Arus Laut Sumbu Vertikal

(12)

7 | E n e r g i A r u s L a u t

massa air dari Samudera Pasifik ke Samudera Indonesia dengan jalur lintasan. Ada

beberapa provinsi yang kemudian dibidik dijadikan lokasi pengembangan arus laut

yang dilalui oleh Arlindo, di antaranya Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,

Maluku, Maluku Utara, serta Sulawesi Utara. Kawasan-kawasan tersebut berada di

bagian timur Indonesia karena banyak terdapat selat-selat sempit di antara gugusan

pulau, serta penduduknya mayoritas hidup dari hasil laut yang memerlukan energi

untuk kelangsungan hidup.

Nilai rata-rata arus di Laut Makassar 11,6 Sv, Laut Lombok 2,6 Sv, Laut

Halmahera 1,1 Sv, Laut Ombai 4,9 Sv, Laut Timor 7,5 Sv. Nilai-nilai arus tersebut

apabila dikonversikan ke dalam satuan watt akan menghasilkan energi yang sangat

besar, bahkan mencukupi kebutuhan listrik di dunia.

Dari penelitian PL Fraenkel (J Power and Energy Vol 216 A, 2002) lokasi yang

ideal untuk instalasi pembangkit listrik tenaga arus mempunyai kecepatan arus dua

arah (bidirectional) minimum 2 meter per detik. Yang ideal adalah 2.5 m/s atau lebih.

Kalau satu arah (sungai/arus geostropik) minimum 1.2-1.5 m/s. Kedalaman tidak

kurang dari 15 meter dan tidak lebih dari 40 atau 50 meter. Relatif dekat dengan

pantai agar energi dapat disalurkan dengan biaya rendah.

Selat-selat di Indonesia juga dapat berpotensi menjadi sumber energi arus laut

terutama wilayah timur, di antaranya:

Gambar 2.2 Lintasan ARLINDO (Arus Laut Indonesia)

(13)

8 | E n e r g i A r u s L a u t

1. Selat Toyapakeh, Nusa Penida, Bali

Kecepatan arus laut di daerah Selat Toyapakeh, Nusa Penida umumnya lebih kecil

dari 1,5 m/detik. Tetapi pada kondisi tertentu, kecepatannya bisa mencapai 2,5 – 3,0 m/detik bahkan lebih besar dari 3,0 m/detik. Kecepatan arus maksimum

umumnya terjadi pada kondisi air pasang purnama dengan arah relatif ke utara,

sedangkan kecepatan arus minimum biasanya pada saat surut perbani dengan

arah reatif ke selatan (Yuningsih, dkk., 2010). Hal ini menunjukkan bahwa di

daerah Selat Toyopakeh memiliki potensi untuk lokasi penempatan turbin

pembangkit listrik. Hasil dari perhitungan konversi energi arus laut di perairan ini

juga menunjukkan bahwa listrik yang dihasilkan di Selat Toyopakeh sebesar 150 – 350 kW.

2. Selat Alas, Lombok, NTB

Di perairan ini sumber energi arus laut dapat menghasilkan kecepatan arus 1,2

m/detik dan apabila dikonversikan akan diperoleh energi listrik sebesar 17,71 kW.

3. Selat Larantuka, Flores Timur, NTT

Kecepatan arus laut yang keluar masuk Selat Larantuka antara Pulau Flores dan

Pulau Adonara, sangat fenomenal. Pada saat bulan baru dan bulan purnama

kecepatan arus laut yang keluar dari Selat Larantuka menuju Laut Flores pada

beberapa titik dapat mencapai 4.0 meter/detik. Arus laut dengan kecepatan

seperti itu sungguh menyimpan energi kinetik yang besar, yang dapat diubah

menjadi tenaga listrik. Tim perekayasa Unit Pelaksana Teknis Laboratorium

Hidrodinamika Indonesia (UPT LHI) BPPT mulai menguji coba prototipe

Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL). Turbin PLTAL yang dipasang adalah

turbin poros vertikal tipe Darrieus berbilah turbin lurus. turbin dapat menghasilkan

listrik 2 kW pada kecepatan arus 1.4 m/detik. Hasil pemetaan tim perekayasa dari

UPT LHI BPPT menunjukkan bahwa potensi daya listrik Selat Larantuka lebih dari

6000 MW bergantung pada jumlah turbin yang dipasang. Potensi ini baru pada

satu selat, padahal di Propinsi Nusa Tenggara Timur terdapat banyak selat yang

potensinya sama atau lebih besar dari Selat Larantuka.

2.1.3 Kebijakan Pengembangan Arus Laut di Indonesia

Langkah yang dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi kelangkaan/krisis

(14)

9 | E n e r g i A r u s L a u t

energi-energi yang dapat dikembangkan di Indonesia yang terdapat pada

undang-undang, peraturan, serta kebijakan, antara lain:

1. UU No. 30 Tahun 2007 tentang Energi dan Peraturan Presiden No.5 Tahun 2006

tentang Kebijakan Energi Nasional

Energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumber daya energi

yang secara alamiah tidak akan habis dan dapat berkelanjutan jika dikelola

dengan baik, antara lain: panas bumi, biofuel, aliran air, sungai, panas surya,

angin, biomassa, biogas, ombak laut, dan suhu kedalaman laut. Selain itu juga

dijelaskan beberapa tujuan dan sasaran dari Kebijakan Energi Nasional. Tujuan

dari Kebijakan Energi Nasional adalah untuk mewujudkan keamanan pasokan

energi dalam negeri. Sasaran Kebijakan Energi Nasional adalah terwujudnya

energi (primer) mix yang optimal pada tahun 2025, yaitu peranan

masing-masing jenis energi terhadap konsumsi energi nasional.

2. Kebijakan Strategis Nasional Pembangunan Iptek, serta Kebijakan Nasional

Eksploitasi Laut

Hukum Laut Internasional telah mengalami perkembangan baru dengan

terciptanya Konvensi Hukum Laut PBB 1982 sebagai hasil dari UNCLOS III.

Indonesia telah meratifikasi konvensi tersebut dengan Undang-undang Nomor 17

Tahun 1985 dan Konvensi Hukum Laut 1982, selanjutnya disingkat KHL, dan

telah berlaku efektif sejak 16 November 1994. Laut bagi Indonesia memiliki nilai

yang sangat strategis yang mengandung aspek-aspek ekologi, ekonomi,

sosial-budaya, politik, keamanan dan pertahanan yang diperuntukkan bagi

sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan bangsa, negara, dan rakyat Indonesia.

Pembangunan di bidang kelautan harus menjadi alternatif pembangunan

nasional di bidang kelautan harus berasaskan pembangunan berkelanjutan yang

berbasis ekosistem, sehingga hasil-hasil pembangunan yang dicapai dapat

bermanfaat bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang. Dalam salah

satu azasnya, azas pengelolaan berbasis ekosistem dan ekologis menyatakan

bahwa suatu kegiatan oleh satu sektor atau oleh masyarakat akan menimbulkan

dampak bagi kegiatan lain. Asas ini tidak beda dengan asas keterpaduan.

Demikian juga suatu kegiatan harus memperhatikan pertimbangan ekologis

(15)

10 | E n e r g i A r u s L a u t

3. Arahan Kebijakan Energi Terbarukan PLT Tenaga Laut

a. Meningkatkan ekplorasi sumberdaya energi berbasis arus, gelombang dan

perbedaan suhu air laut.

b. Meningkatkan kemampuan nasional untuk peningkatan pemanfaatan energi

arus, gelombang dan perbedaan suhu air laut, baik skala industri maupun

domestik di seluruh kawasan laut Indonesia yang potensial.

c. Meningkatkan kemampuan penelitaan dan pengembangan di bidang energi

laut menuju pemanfaatannya secara ekonomis.

4. Rangkuman Rapat Kerja Asosiasi Energi Laut Indonesia

Beberapa poin penting yang menjadi rangkuman rapat kerja asosiasi energi arus

laut Indonesia adalah mendorong pemetaan potensi dan penyusunan blue print

energi laut, menentukan kapasitas pilot project energi laut, serta mendorong

terkoordinasinya program-program pengembangan dari : Riset Insentif, Riset

universitas (Skema Dikti), PLN, Direktorat Wilayah dan Pesisir, Kementerian

daerah tertinggal, ESDM, KLH. Target penerapan teknologi arus laut yang

digunakan adalah menentukan kapasitas pilot project PLTAL, memberikan

dukungan untuk perusahaan yang sudah memiliki teknologi turbin arus laut, dan

mendorong agar tahun 2013 arus laut sudah bisa di instalasi.

Beberapa program yang telah direncanakan adalah sebagai berikut:

- Menghimpun seluruh perundang-undangan dan kebijakan di bidang energi baru terbarukan khususnya Energi Laut dan memberikan pemahaman akan

arti serta perannya dalam menunjang program nasional KEN.

- Menyusun bahan-bahan regulasi jika peraturan perundang-undangan yang ada belum menampung atau mengatur perkembangan-perkembangan

kebijakan baru

- Menyusun langkah-langkah strategis bahan-bahan kebijakan atau paradigm baru bahwa tidak ada alasan menghambat implementasi Energi Laut,

berdasarkan potensi yang dimiliki dan karakteristik laut Indonesia

- Mengusulkan kepada Pemerintah untuk mendanai kegiatan awal Pre

(16)

11 | E n e r g i A r u s L a u t

prototype pembangkit Energi Laut sebagai acuan dalam pengembangan dan

pengusahaan Energi Laut yang cocok untuk wilayah laut Indonesia

- Melaksanakan review berbagai peraturan perundangan dan kebijakan yang dirasakan menghambat dan tidak cocok lagi dengan kondisi yang

berkembang secara global terutama issu lingkungan.

- Menggiring berbagai institusi penelitian dan universitas yang terkait

pengembangan Energi Laut menjadi “pusat unggulan” sehingga dapat diacu

sebagai pedoman dalam pengembangan dan pengusahaan khas Indonesia.

- Mengusulkan kepada Pemerintah visi kontribusi proporsi Energi Kelautan dalam Kebijakan Energi Nasional.

2.2 Implementasi Pengembangan Energi Arus Laut di Indonesia (Studi Kasus

Kawasan Pesisir Flores Timur, NTT)

Semakin menipisnya ketersediaan energi yang bersumber dari bahan bakar fosil

membuat kita perlu melakukan langkah-langkah pencarian sumber-sumber energi

alternatif yang ramah lingkungan serta terbarukan. Sebagai negara maritim, Indonesia

memiliki sumber energi yang berasal dari arus laut yang sangat melimpah. Berawal

dari hal tersebut, Unit Pelaksana Teknis Balai Pengkajian dan Penelitian Hidrodinamika

(UPT-BPPH) BPPT telah mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut

(PLTAL). Kebutuhan akan energi di Indonesia semakin meningkat, namun pemenuhan

pasokan listrik nasional belum menjangkau seluruh daerah-daerah terpencil, seperti

halnya di daerah Selat Flores (Larantuka), Nusa Tenggara Timur. Dengan

mempertimbangkan potensi alam daerah yang ada, terutama di daerah-daerah

pesisir, maka diupayakan pemanfaatan energi baru terbarukan yang berasal dari

energi arus laut untuk memenuhi kebutuhan pasokan listrik setempat. Lokasi terpilih

dengan kecepatan arus optimum (untuk alat) merupakan tempat yang tepat

pemasangan pembangkit listrik tenaga arus laut untuk memenuhi kebutuhan listrik.

Penelitian untuk mengetahui potensi arus tersebut dilakukan dengan pengukuran

langsung di lapangan maupun dengan pemodelan perilaku dinamis arus laut.

Kajian melalui pemodelan dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar

potensi energi arus yang terdapat di Selat Larantuka. Selanjutnya dengan

mempertimbangkan faktor-faktor lainnya maka ditentukan lokasi penempatan

pembangkit listrik tenaga arus laut. Lokasi pemodelan yang dipilih merupakan selat di

(17)

12 | E n e r g i A r u s L a u t

kecepatan yang relatif lebih tinggi. Pemodelan ini hanya memperhitungkan arus yang

ditimbulkan akibat perbedaan ketinggian pasang surut.

Lokasi studi terletak di Selat Larantuka yang berada diantara Pulau Flores dan

Pulau Adonara. Kawasan timur Indonesia seperti Propinsi Nusa Tenggara Timur

umumnya berupa selat-selat sempit diantara dua gugusan pulau, serta penduduknya

mayoritas hidup dari hasil laut yang memerlukan energi. Karena berdasarkan data

sekunder dari daftar arus pasang surut, hasil analisa perbedaan waktu pasang surut,

batimetri regional dan pola arus lintas Indonesia regional (ARLINDO) di daerah ini

dilalui arus dengan kecepatan yang memenuhi syarat sebagai pembangkit listrik

tenaga arus (Gordon, 2003).

Kajian melalui permodelan dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar

potensi energi arus yang terdapat di Selat Larantuka. Selanjutnya dengan

mempertimbangkan faktor-faktor lainnya maka ditentukan lokasi penempatan

pembangkit listrik tenaga arus laut. Lokasi pemodelan yang dipilih merupakan selat di

antara dua pulau, yang secara morfologi merupakan alur aliran arus laut dengan

kecepatan yang relatif lebih tinggi. Arus laut yang keluar masuk Selat Larantuka dan

selat-selat lain di sepanjang Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur terutama

disebabkan oleh gaya tarik menarik antara bumi, bulan, dan matahari. Gaya ini

menimbulkan pasang naik dan pasang surut di Laut Sawu, dan Laut Flores. Akibat

adanya perbedaan tinggi muka air laut antara kedua laut tersebut, maka air mengalir

dan bertambah kecepatannya menjadi arus laut yang deras saat melewati selat-selat

sempit.

Gambar 2.3 Selat Larantuka, Lokasi Studi

(18)

13 | E n e r g i A r u s L a u t

Berdasarkan tipe pasang surutnya, pola arus pasang surut di perairan Selat

Larantuka terjadi dua arah aliran berbeda sebanyak dua kali dalam waktu 24 jam,

yaitu pada saat surut pola aliran arus ke arah utara sedangkan pada saat pasang pola

aliran ke arah selatan. Berdasarkan lama waktunya posisi air saat akan pasang hingga

pasang maksimum berkisar antara 7 – 8 jam, sedangkan lama waktu posisi air saat akan surut hingga surut minimum berkisar antara 5 – 6 jam. Kedudukan air tertinggi pada saat pengamatan pasang surut adalah sebesar 4.02 m pada bacaan rambu dan

kedudukan air terendah adalah sebesar 0.62 m pada bacaan rambu. Kedudukan air ini

jika direferensikan terhadap kedudukan muka air laut rata-rata (MSL = 2.16) maka

kedudukan air tertinggi saat pengamatan adalah sebesar 1.86 m di atas duduk

tengah, sedangkan kedudukan air terendah adalah sebesar 1.34 m di bawah duduk

tengah. Kedudukan muka air tersebut menunjukkan pergerakkan volume air saat

pasang lebih besar daripada pergerakkan volume air saat surut.

Selat Larantuka yang memanjang dari arah timur laut sampai barat daya

memisahkan Pulau Flores dan Pulau Adonara. Secara umum morfologi kawasan pesisir

timur Pulau Flores dan pesisir barat Pulau Adonara adalah pantai bertebing, karakter

pantai ini menempati hampir 50 % wilayah tersebut. Pantai tipe ini banyak tersebar

di kawasan pesisir selatan Larantuka yang merupakan lereng gunung api Ile Mandiri

hingga lereng gunung api Lewotobi Perempuan. Pantai bertebing berbatu tersebut

juga tersebar di pantai barat daya dan pantai timur laut pulau Adonara. Khusus untuk

pantai utara pulau Adonara tersingkap batu gamping terumbu yang membentuk bukit

diantara pedataran pasir. Bukit gamping terumbu tersebut pada garis pantai

membentuk tebing yang curam serta rongga-rongga akibat erosi gelombang.

Pada bagian barat laut pulau Adonara sebuah bukit yang cukup tinggi yang

merupakan bagian dari Formasi Kiro juga membentuk tebing yang sangat curam dan

pada garis pantainya terdapat boulder-boulder batuan basaltik (Koesoemadinata dan

Noya, 1989). Sedangkan kawasan pantai berpasir dengan morfologi landai banyak

dijumpai di sekitar Larantuka. Kawasan pesisir utara dan selatan pulau Adonara juga

memiliki tipe pantai berpasir yang sangat luas, bahkan hampir 50 % kawasan pesisir

di pulau Adonara ini merupakan tipe pantai berpasir. Pantai berpasir memiliki

morfologi landai, dengan kemiringan lereng antara 2º hingga 4º dan berasosiasi

(19)

14 | E n e r g i A r u s L a u t

dimanfaatkan masyarakat sebagai kawasan pemukiman dan perkebunan. Sedangkan

daerah yang mempunyai kemiringan lereng terjal dengan kemiringan hingga 70⁰

umumnya tidak dijadikan daerah hunian.

Kecepatan arus laut yang keluar masuk Selat Larantuka antara pulau Flores dan

Pulau Adonara sangat fenomenal. Pada saat bulan baru dan bulan purnama kecepatan

laut yang keluar dari Selat Larantuka menuju Laut Flores pada beberapa titik dapat

mencapai 1,5-3,4 meter per detik. Dari hasil pemantauan, sepanjang tahun di Selat

Flores bisa didapat kecepatan arus laut minimum 0,6 meter per detik dan maksimum

4,3 meter per detik atau rata-rata 1,8-2 meter per detik. Teknologi pembangkit listrik

yang menggunakan energi terbarukan arus laut ini sudah diaudit oleh Pusat Audit

Teknologi BPPT. Teknologi itu menempati level 7 menuju level 8. Jika menempati

posisi puncak pada level 9, diartikan sudah siap dikomersialkan. Efisiensi putaran

turbin sudah cukup tinggi, mencapai 42 persen tanpa generator, dan 32 persen

sampai 35 persen setelah dipasang generator. Diperkirakan listrik dari pembangkit

listrik tenaga arus laut di perairan selat akan sangat melimpah, mampu

membangkitkan listrik 300 megawatt.

Berdasarkan road map penelitian karakteristik arus laut serta estimasi daya listrik

yang telah dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan

(PPPGL) sampai tahun 2010 di perairan Nusa Tenggara, Tim Perekayasa Unit

Pelaksana Teknis Laboratorium Hidrodinamika Indonesia (UPT LHI) BPPT mulai

menguji coba prototype pembangkit listrik tenaga air laut (PLTAL). Tim Perekayasa

Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Hidrodinamika Indonesia (UPT LHI). Sementara

itu, di Nusa Tenggara Timur telah dilaksanakan sosialisasi Kebijakan di bidang energi

baru dan terbarukan dan konservasi energi di Provinsi NTT. Tujuan dilaksanakannya

sosialisasi adalah agar mahaiswa atau masyarakat bisa memahami program energi

baru terbarukan dan konservasi. Kegiatan sosialisasi ini merupakan kegiatan awal

kementerian ESDM melalui Dirjen.

Tujuh provinsi kepulauan serius untuk mengembangkan arus laut sebagai

sumber energi listrik masa depan. Tujuh provinsi itu adalah Nusa Tenggara Timur,

Nusa Tenggara Barat, Riau, Bangka Belitung, Maluku, Maluku Utara dan Sulawesi

Utara. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur menyatakan, upaya

mengembangkan arus laut sebagai sumber energi telah menjadi kesepakatan bersama

(20)

15 | E n e r g i A r u s L a u t

kepulauan tengah melakukan uji kelayakan proyek pembangkit tenaga listrik energi

arus laut dengan melibatkan perguruan tinggi.

2.2.1 Peran Pengembangan Energi Arus Laut terhadap Pembangunan

Wilayah

Pengembangan wilayah dikembangkan dari kebutuhan suatu daerah untuk

meningkatkan fungsi dan perannya dalam menata kesejahteraan masyarakat. Di

bidang sosial ekonomi, infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan

ekonomi dan dipandang sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah.

Pengembangan arus laut ini tentunya berdampak dalam pembangunan dan

pengembangan wilayah sekitar, utamanya di kawasan Selat Larantuka. Beberapa

perannya adalah membantu Pemerintah dalam program pengembangan dan

pemanfaatan sumber energi terbarukan untuk pembangkit listrik sehingga mampu

mengurangi polusi dan kerusakan lingkungan. Listrik adalah sumber utama dalam

kehidupan. Tanpa listrik maka aspek-aspek yang lain, seperti aspek ekonomi,sosial,

keamanan dan pendidikan tidak akan berjalan. Faktanya, masih banyak

wilayah-wilayah yang memiliki sumber kecepatan arus cukup besar tetapi wilayah-wilayahnya belum

sepenuhnya terlayani oleh listrik PLN sehingga aspek-aspek seperti disebutkan di

atas menjadi tidak berjalan dengan baik. Kondisi inilah yang menyebabkan suatu

Daerah, termasuk beber apa daerah di Nusa Tenggara menjadi terbelakang tingkat

pembangunan-nya dibanding Daerah lainya yang sudah terlayani listrik. Maka

beberapa manfaatnya ditinjau dari beberapa aspek adalah sebagai berikut:

a. Lingkungan

Arus laut merupakan salah satu energi yang ramah lingkungan yang tidak akan

pernah habis tidak seperti halnya dengan energi fosil. Di Indonesia mempunyai

banyak pulau dan selat sehingga dimungkinkan terbentuk arus laut sebagai

akibat interaksi Bumi-Bulan-Matahari yang mengalami percepatan. Keuntungan

penggunaan energi arus laut/sungai adalah selain ramah lingkungan juga energi

arus laut/sungai mempunyai densitas yang jauh lebih besar dibandingkan dengan

energi angin (830 kali) sehingga dengan kapasitas yang sama, dimensi turbin

arus akan jauh lebih kecil dibandingkan turbin angin (lebih efisien). Keuntungan

penggunaan energi arus laut adalah selain ramah lingkungan, energi ini juga

mempunyai intensitas energi kinetik yang besar dibandingkan dengan energi

(21)

16 | E n e r g i A r u s L a u t

udara sehingga dengan kapasitas yang sama, turbin arus laut akan jauh lebih

kecil dibandingkan dengan turbin angin. Keuntungan lainnya adalah tidak perlu

perancangan struktur yang kekuatannya berlebihan seperti turbin angin yang

dirancang dengan memperhitungkan adanya angin topan karena kondisi fisik

pada kedalaman tertentu cenderung tenang dan dapat diperkirakan.

b. Ekonomi

Suatu kenyataan bahwa masih banyak masyarakat yang sampai saat ini belum

bisa menikmati layanan listrik PLN karena keterbatasan supply bahan bakar

untuk pembangkit listrik maupun lokasi yang sulit dijangkau untuk keperluan

transmisi dan distribusi sehingga secara ekonomis PLN merasa tidak profitable

(tarif listrik lebih rendah dari biaya operasional). Begitu pula dengan

masyarakat NTT yang terpencil. Pengembangan energi arus laut dengan Instalasi

turbin arus yang ekonomis diharapkan mampu mengatasi permasalahan di atas.

Bidang energi memegang peranan penting dalam perekonomian wilayah, bahkan

perekonomian nasional. Hal ini terbukti dengan besarnya peranan sektor energi

dan sumber daya mineral sebagai penyedia sumber energi, sumber devisa,

penerimaan negara, sumber bahan baku industri, wahana alih teknologi,

pendukung pengembangan wilayah, menciptakan lapangan pekerjaan dan

pendorong pertumbuhan sektor lain. Komoditi yang dihasilkan dari sektor ini

masih memegang peranan penting dalam perekonomian nasional, menyumbang

hampir mencapai 30% dari total pendapatan negara. Perbaikan iklim investasi

mutlak diperlukan guna terus mendukung fungsi sektor energi dan sumber daya

mineral sebagai tulang punggung penggerak roda ekonomi nasional dalam

tahun-tahun mendatang.

c. Sosial

Ditinjau dari aspek sosial, energi arus laut berguna untuk menyuplai energi untuk

memenuhi kebutuhan energi masyarakat setempat. Nantinya energi yang

dihasilkan bukan hanya digunakan untuk kawasan NTT saja, namun ke depannya

(22)

17 | E n e r g i A r u s L a u t

2.2.2 Supply Energi Arus Laut untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Secara

Umum

Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan penting dalam masyarakat,

untuk pemenuhan aktifitas mereka. Permintaan energi listrik di Indonesia cenderung

meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk.

Berdasarkan data dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) permintaan akan energi

listrik terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2001, terjadi kenaikan

permintaan listrik sebesar 6,4%, disusul tahun 2002 menjadi 12,8%. Diprediksikan

sepuluh tahun kedepan, kenaikan permintaan menjadi 9% setiap tahunnya. Ironisnya,

sumber energi konvensional berupa energi fosil yang merupakan sumber energi

utama di Indonesia semakin terbatas cadangannya. Sampai tahun 2009, sebagian

besar kebutuhan tenaga listrik di Indonesia masih dipasok dari pembangkit listrik

berbahan bakar fosil. Minyak Bumi masih menduduki peringkat tertinggi, yaitu

51,66%. Gas alam menduduki tingkat kedua, yakni 28,57%. Sisanya dipasok dari

energi minyak sebesar 15,34% dan energi terbarukan 4,43%.

Berikut ini adalah ilustrasi hitungan BPP listrik yg dilakukan oleh Direktorat

Jenderal LPE ESDM tahun 2010 (sudah diaudit oleh BPK) sebagai berikut:

Tabel 2.1 Harga Energi Listrik/KWH

Jenis pembangkit Harga energi listrik/kWh

IPP Rp.580,83 /kWh

PLTAir Rp. 149,21 /kWh

PLTUap Rp. 622,91 /kWh

PLTDiesel Rp. 4.796,11 /kWh ß

PLTGas Rp. 1.642,06 /kWh ß

PLTPanasbumi Rp. 776,09 /kWh

PLTGU Rp. 813,27 /kWh

Sumber: Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No. 1, Juni 2011

Mahalnya harga energi listrik/kWh PLTGas dan ketergantungan terhadap

konsumsi energi berbahan bakar fosil dan belum termanfaatkannya sumber energi

baru terbarukan merupakan salah satu kelemahan dalam menerapkan pemerataan

(23)

18 | E n e r g i A r u s L a u t

Saat ini, selain meningkatkan rasio elektrifikasi Indonesia, pengurangan

pemakaian BBM untuk pembangkitan listrik juga menjadi tujuan utama pemerintah.

Dari tahun 2008-2009 pemerintah berusaha mengurangi pemakaian BBM dengan

cara mempercepat pembangunan PLTU batubara dan gas bumi. Saat ini pemerintah

juga sudah melarang direktur utama PT. PLN untuk membangun pembangkit listrik

berbahan bakar BBM lagi di seluruh wilayah Indonesia.

Langkah yang dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi kelangkaan/krisis

energi di Indonesia antara lain melalui Kebijakan Energi Nasional, Cetak Biru

Pengelolaan Energi Nasional 2005 - 2025, Kebijakan Strategis Nasional Pembangunan

Iptek, serta Kebijakan Nasional Eksploitasi Laut yang menekankan sustainabilitas

energi melalui penciptaan dan pemanfaatan sumber energi terbarukan. Pada Blue

Print Energy Management, manajemen energi akan dioptimalkan, sehingga pada

tahun 2025 komposisi energi diharapkan menjadi 33% batubara, 30% gas, 20%

minyak bumi dan 17% energi baru terbarukan.

Indonesia dengan total luas lautan hampir 8 juta km2 berusaha untuk

meningkatkan inventarisasi sumberdaya non hayati dimana salah satunya berupa

potensi energi arus laut. Karena lingkungan tektoniknya yang spesifik, Indonesia

memerlukan perhatian khusus dalam mengkaji kapasitas data kelautannya. Oleh

karena itu penelitian geosaintifik kelautan di Indonesia boleh dikatakan masih

merupakan hal yang baru. Pemerintah Indonesia beberapa tahun terakhir ini

mencanangkan strategi pembangunan yang lebih terfokus di Indonesia bagian timur.

Strategi ini bertujuan memperluas ragam aspek yang meliputi ekonomi, industri dan

sumberdaya alam.

Di Nusa Tenggara terbagi kedalam tiga wilayah, yaitu wilayah Nusa Tenggara

Barat, wilayah luar Nusa Tenggara Barat, dan wilayah Nusa Tenggara Timur.

Kebutuhan listrik total di wilayah Nusa Tenggara nilainya tidak berbeda jauh antara

satu dengan lainnya, sedangkan pertumbuhan listrik untuk rumah tangga adalah

sebesar 9,6% per tahun dari tahun 2000 hingga tahun 2035. Jika dilihat prasarana

fisik dan non-fisik serta tingkat PDRB di tiga wilayah di Nusa Tenggara mempunyai

kondisi yang sama dan perkembangan industri juga tidak begitu mengesankan,

sehingga kebutuhan listrik untuk rumah tangga meningkat cepat karena konsumsi.

Lebih detailnya lagi, sampai saat ini ada sebanyak 1,1 juta dari 4,4 juta

(24)

19 | E n e r g i A r u s L a u t

anggaran baik yang bersumber dari pemerintah pusat maupun daerah. Persoalan

sumber daya energi listrik sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Namun

masih sekitar 23 persen masyarakat di NTT belum menikmati fasilitas tersebut.

Penelitian dan pemetaan potensi energi arus laut merupakan salah satu upaya

penting dalam mengekplorasi sumber energi non konvesional dari laut. Energi arus

laut sebagai energi terbarukan adalah energi yang cukup potensial di wilayah pesisir

terutama pulau-pulau kecil di kawasan timur (Erwandi, 2006). Berdasarkan hal

tersebut didapatkan data kecepatan arus Selat Larantuka, Flores dengan

menggunakan ADCP mobile adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Kecepatan Arus Laut di Selat Larantuka

Sumber: Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No. 1, Juni 2011

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kecepatan arus di Selat Larantuka relatif

besar, yaitu pada kedalaman 3 meter sampai dengan 22 meter kecepatan arus di

atas 3 m/s. Sedangkan untuk kedalaman 25 meter sampai dengan 27 meter,

kecepatan maksimumnya diatas 2 m/s. Sedangkan kecepatan arus berkisar 0,004 – 3,676 m/s dengan kecepatan maksimum pada kedalaman 5 m dengan arah dominan

(25)

20 | E n e r g i A r u s L a u t

Berdasarkan penelitian PL Fraenkel (J Power and Energy Vol 216 A, 2002) lokasi

yang ideal untuk instalasi pembangkit listrik tenaga arus mempunyai kecepatan arus

dua arah (bidirectional) minimum 2 m/s dan yang ideal adalah 2,5 m/s atau lebih.

Rata-rata kecepatan arus laut Selat Larantuka adalah 3,3 m/s sehingga arus laut

Selat Larantuka sudah termasuk arus laut yang sangat baik untuk diadakannya

instalasi pembangkit listrik tenaga arus laut.

Distribusi kecepatan arus terbesar terdapat di perairan sebelah utara Selat

Larantuka atau tepatnya di muara Selat Larantuka yaitu dengan kecepatan antara 1

m/s – 2,1 m/s dan di sebelah selatan perairan Larantuka dengan distribusi kecepatan arus berkisar antara 1 m/s – 2,1 m/s. Distribusi rapat daya di kedua perairan tersebut berkisar antara 0,1 – 0,2 kW. Di wilayah tengah perairan Selat Larantuka atau tepatnya mulai dari dermaga penyeberangan hingga Pelabuhan Larantuka distribusi

kecepatan 0,5 m/s – 1 m/s dengan distribusi rapat daya berkisar antara 0,2 – 0,4 kW. Berdasarkan distribusi harga rapat daya di sekitar perairan Selat Larantuka lokasi

yang mempunyai distribusi rapat daya yang paling besar adalah di sekitar lokasi

selatan lereng Gunung Ile Mandiri dengan harga rapat daya berkisar antara 0,3 – 0,4 kW. Pada kondisi pasang arah aliran arus secara umum berarah ke utara dengan

distribusi kecepatan arus berkisar antara 0,5 m/s – 2,55 m/s dan distribusi rapat daya berkisar antara 0,3 – 7,0 kW. Dewan Energi Nasional menununjukkan bahwa potensi daya listrik Selat Larantuka lebih 6000 MW bergantungan pada jumlah turbin yang

dipasang.

Kebutuhan energi listrik Indonesia menurut Rencana Umum Ketenagalistrikan

Nasional (RUKN) 2010-2030, dalam kurun 20 tahun ke depan Indonesia memerlukan

tambahan tenaga listrik kumulatif sebesar 172 GW. Dari jumlah itu 82% (sekitar 142

GW) diantaranya adalah untuk memenuhi kebutuhan Jawa-Madura-Bali (Jamali).

Tambahan kapasitas PLTU Batubara mencapai pangsa sekitar 79% atau mendominasi

dengan total penambahan kapasitas sebesar 116,4 GW. Tambahan kapasitas

pembangkit listrik tenaga air (PLTA) selama kurun waktu tersebut sebesar 3,8 GW.

Kebutuhan energi listrik di Nusa Tenggara Timur sendiri masih sangat kurang. Hal ini

ditunjukkan dengan data bahwa 25% penduduk NTT masih belum nikmati listrik.

Berdasarkan kedua data tersebut, maka supply yang diberikan oleh Pembangkit

Listrik Tenaga Arus Laut dibandingkan kebutuhan energi di Nusa Tenggara Timur

(26)

21 | E n e r g i A r u s L a u t

belum mendapatkan listrik. Sedangkan bagi Indonesia pembangkit ini sangat

dibutuhkan pula karena kebutuhan akan energi listrik Indonesia diprediksi akan

meningkat.

2.2.3 Kekurangan Energi Arus Laut

Indonesia memiliki luas wilayah laut sebesar tiga kali lipat daripada luas

daratannya. Dengan kondisi seperti ini, pembangkit listrik tenaga arus laut dapat

menjadi alternatif untuk menghasilkan listrik dengan teknologi yang bersih di

Indonesia. Namun selain dari beberapa potensi tersebut, penerapan energi arus laut

tersebut masih memiliki beberapa kekurangan. Beberapa kekurangan dalam

penerapan energi arus laut di Selat Larantuka, Flores adalah sebagai berikut:

1. Bahan baku alat pembangkit listrik tenaga arus laut masih langka

Pembangkit listrik tenaga arus laut merupakan pembangkit listrik yang masih

langka di dunia karena masih belum semua wilayah menggunakan pembangkit

listrik ini sebagai penyedia sumber listrik. Teknologi yang digunakan dalam

pembangkit listrik tenaga arus laut ini juga bukanlah teknologi yang banyak di

pasaran sehingga bahan baku untuk pembuatan pembangkit listrik tenaga arus

laut ini harus didatangkan dari luar negeri dan memerlukan biaya investasi yang

lebih besar dalam membangunnya. Sebagai contoh, komponen elektronika daya

yang merupakan kunci dari pemanfaatan teknolog energi ini semuanya harus dari

luar negeri. Apabila Indonesia ingin mengembangkan pembangkit listrik tenaga

arus laut ini, sebaiknya pemerintah terlebih dahulu berusaha untuk

mengembangkan industri elektronika daya beserta sumber daya manusianya.

2. Biaya pembangunan dan pemeliharaan yang cukup tinggi

Biaya adalah permasalahan yang sering timbul dalam pengembangan alat

terbarukan yang ada di Indonesia. Tidak terkecuali dalam pembangunan dan

pemeliharaan alat pembangkit listrik tenaga arus laut di Selat Larantuka, Flores.

Bahkan biaya pembangunan dan pemeliharaan pembangkit listrik ini dirasa tidak

profitable atau tarif listrik lebih rendah dari biaya operasional. Dalam pembuatan

alat ini yang perlu diperhatikan adalah bahan baku dan instalasinya. Bahan baku

yang harus mengekspor dari luar negeri mengakibatkan biaya yang cukup besar

yang harus dikeluarkan oleh pemerintah, ditambah proses instalasi yang juga

memerlukan biaya sehingga jumlah total biaya yang diperlukan juga semakin

(27)

22 | E n e r g i A r u s L a u t

3. Belum adanya kerjasama kelembagaan

Dalam pengembangan suatu wilayah, pemerintah tidak bisa melakukan semuanya

tanpa bantuan sehingga dalam proyek pengembangan pembangkit listrik tenaga

arus laut ini seharusnya pemerintah bekerjasama dengan lembaga lain sehingga

selain mendapatkan dukungan fiskal tetapi juga mendapatkan dukungan dalam

hal pemeliharaannya juga. Selain itu juga dukungan berupa peraturan

perundang-undangan juga dirasa perlu dalam hal ini karena akan mempermudah dalam

pengoperasian alat tersebut. Pembangkit listrik tenaga arus laut ini merupakan

pembangkit listrik inovasi baru yang memiliki berbagai peluang mulai dari peluang

sosial, ekonomi, dan juga politik baik secara nasional maupun regional.

Pengembangan energi laut sebetulnya telah tersedia dalam UU No 30/2007

tentang Energi maupun UU No 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (RPJPN). Namun kenyataannya, roadmap pengembangan energi

laut dan Rencana Umum Kelistrikan Nasional belum mengakomodasi pemanfaatan

energi laut.

2.2.4 Keberhasilan Penerapan Prototype PTAL di Flores

Kecepatan arus laut yang keluar masuk Selat Larantuka antara Pulau Flores dan

Pulau Adonara sangat fenomenal. Pada saat bulan baru dan bulan purnama

kecepatan arus yang keluar dari Selat Larantuka menuju Laut Flores pada beberapa

titik dapat mencapai 4.0 meter/detik. Arus laut berkecepatan seperti itu sungguh

menyimpan energi kinetik yang besar dan dapat dijadikan tenaga listrik. Berdasarkan

hal tersebut, tim perekayasa Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Hidrodinamika

Indonesia (UPT LHI) BPPT mulai menguji coba prototipe Pembangkit Listrik Tenaga

Arus Laut (PLTAL). Turbin dapat menghasilkan listrik 2 kW pada kecepatan arus 1.4

meter/detik. Prototype PLTAL dipasang pada posisi kurang lebih 100 meter dari

dermaga penyeberang Dusun Tanah Merah Desa Wureh Kecamatan Adonara, barat

Pulau Adonara. Pada uji coba pertama itu, disaksikan oleh masyarakat Desa Wureh

dan aparat Pemda Flores Timur, PLTAL sukses berputar menghasilkan listrik

berfluktiasi antara 900 - 2000 W. Bulan Juni 2010 lalu, kembali tim perekayasa UPT

LHI menguji coba PLTAL setelah perbaikan sistem tambat dan radial arms turbin.

Dalam uji coba kedua ini tim perekayasa dibantu staf dinas PU Pemda Flores Timur

dan penduduk Desa Wureh sukses menguji prototype PLTAL. Listrik menyala dan

(28)

23 | E n e r g i A r u s L a u t

Desa Wureh. Meskipun saat uji coba dilakukan saat pasang perbani (neap tide), yakni

saat arus laut paling lemah dalam siklus arus laut bulanan, PLTAL tetap menghasilkan

listrik. PLTAL tidak menghasilkan listrik hanya saat pergantian arah arus laut, dari

arus masuk ke arus keluar dari Selat Larantuka atau sebaliknya. Lama pergantian

arah arus laut berkisar antara 0,5 – 1 jam.

Sejak tahun 2006 melalui pembiayaan DIPA APBN, tim perekayasa UPT LHI

BPPT telah melakukan pemetaan potensi arus laur di Indonesia dengan

menggunakan teknik simulasi numerik. Hasil pemetaan, seperti dilaporkan ke

anggota Dewan Energi Nasional, menunjukkan bahwa potensi daya listrik Selat

Larantuka lebih dari 6000 MW bergantung pada jumlah turbin yang dipasang. Potensi

ini baru pada satu selat, padahal di Propinsi Nusa Tenggara Timur terdapat banyak

selat yang potensinya sama atau lebih besar dari Selat Larantuka. Berdasarkan hal

tersebut, penerapan pengembangan energi arus laut di Selat Larantuka dikatakan

dapat berhasil dengan sukses dengan melihat beberapa percobaan yang telah

dilakukan dan dengan hasil yang meyakinkan. Manfaat yang dapat diberikan oleh

pembangkit listrik tenaga arus laut ini yaitu dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dalam hal pemenuhan kebutuhan listrik.

2.2.5 Kemungkinan Penerapan di Wilayah Lain

Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi energi arus laut yang

cukup tinggi. Energi arus laut yang sedang dalam program pengembangan tidak

hanya ada di Laut Larantuka, Flores, namun juga mulai diterapkan di beberapa

wilayah lain seperti :

a. Penelitian Potensi Energi Arus Laut sebagai Sumber Energi Baru

Terbarukan di Perairan Toyopakeh Nusa Penida, Bali

Di perairan Toyopakeh, Nusa Penida, Bali. Penelitan potensi energi arus laut yang

diterapkan adalah pengukuran arus, pengamatan pasang surut, pengamatan

parameter meterologi dan kondisi morfologi pesisir dan dasar laut daerah

penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi penempatan turbin arus laut

cukup memenuhi syarat dengan morfologi relatif landai pada kedalaman + 20

meter dan dekat dari permukiman penduduk. Kecepatan arus rata-rata diperairan

Toyopakeh mencapai kecepatan 2,5-3,0 m/detik dengan durasi 9-18 jam/hari

(29)

24 | E n e r g i A r u s L a u t

merupakan lokasi yang cukup potensial untuk dimanfaatkan sebagai sumber

energi baru terbarukan, khususnya pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL).

Hasil penelitian pola arus laut di daerah Selat Toyapakeh, Nusa Penida dari tanggal

4-14 April 2008 memperlihatkan bahwa kecepatan arus pasut di atas 0,5 m/detik

mempunyai durasi waktu antara 5 jam sampai 20 jam dalam waktu 24 jam

dengan kecepatan antara 0,5m/det – 3,28 m/det (Yuningsih, dkk. 2008). Saat kondisi Neap Tide (surut perbani) durasi kecepatan arus diatas 0,5m/det berkisar

antara 5-8 jam, sedangkan saat Spring Tide (pasang purnama) mempunyai durasi

waktu berkisar antara 12-20 jam. Kondisi ini erat kaitannya dengan tipe pasang

surut dilokasi ini, yaitu tipe semi diurnal ( dua kali kejadian surut dalam waktu 24

jam). Kecepatan arus maksimum yang dihasilkan adalah sebesar 8,08 kW/m2 pada

saat kondisi neap tide dan 19,32 kW/m2 pada saat kondisi spring tide. Dengan

asumsi penampang turbin 40 m2 dan koefisien 0,5 maka daya listrik yang

dihasilkan berkisar antara 150 kW- 350 kW.

Kondisi arus di sekitar perairan Nusa Penida sangat dipengaruhi oleh kondisi dasar

lautnya. Morfologi dasar laut di bagian Selat Toyopakeh relatif curam terutama di

bagian sisi kiri dan kanan selat dekat garis pantai dengan pola kontur yang sangat

rapat sejajar garis pantai dengan pola kontur yang sangat rapat sejajar garis

pantai dan semakin dalam kebagian tengah selat membentuk morfologi lembah

curam mencapai kedelaman 200 meter sampai ke selatan (Yuningsih, dkk. 2008).

Pola kontur dipengaruhi oleh adanya cekungan-cekungan dasar laut di bagian

tengah selat ditunjukkan dengan pola kontur melingkar tertutup sehingga

membentuk morfologi lembah berupa alur memanjang berarah timur laut – barat daya. Morfologi terjal di kedua sisi Selat Toyopakeh dengan lereng yang Periodik

arus pasang surut dan arus Global (Arlindo yang sangat kuat melalui selat,

sedangkan morfologi lembah memangjang selat menunjukkan bahwa berkaitan

dengan periode aktifitas tktonik yang berkembang di daerah penelitian.

Secara umum morfologi kawasan pesisir di pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan

dan Nusa Ceningan adalan pantai bertebing, karekter pantai bertebing, karakter

pantai ini menempati hampir 70% dari ketiga pulau tersebut. Khususnya di

kawasan pesisir selatan Nusa Penida, selatan Nusa Ceningan. Sedangkan kawasan

pantai berpasir dengan morfologi landai ditemukan tersebar dikawasan pesisir

(30)

25 | E n e r g i A r u s L a u t

timur Pulau Lembongan. Bentuk kawasan pantai dengan morfologi landai dengan

sudut antara 20 hingga 30 dimanfaatkan masyarakat sebagai kawasan permukiman

dan budidaya rumput laut.

b. Sirkulasi Arus Laut di Perairan Pantai Provinsi Sumatera Barat

Salah satu aspek oseanografi yang penting untuk mengetahui hidrodinamika dari suatu

perairan adalah pola pergerakan arus. Wilayah pantai Sumatera Barat memiliki topografi

yang unik, terdiri dari banyak pulau, teluk dan tanjung serta pertemuan 2 massa air

besar. Penelitian dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenal kondisi arus perairan

Sumatera Barat dengan menggunakan metode Eularian dan metode deskriptif untuk

analisa hasil penelitian dan model matematis diperlukan untuk membantu analisa tersebut

terutama untuk pola arus secara spasial. Penelitian lokasi sampling menggunakan metode

pertimbangan (Purposive Sampling Method) sebanyak 3 lokasi. Pengambilan data

lapangan dibagi menjadi 3 kondisi musim yaitu musim peralihan (27-30 April 2004),

musim timur (9-12 Juli 2004) dan musim barat (24-27 Nopember 2004). Lokasi penelitian

berada diwilayah perairan sebelah barat Propinsi Sumatera Barat, yang meliputi perairan

sekitar Padang, Kab. Padang (Lokasi 1). Parlaman, Kab. Padang Parlaman (Lokasi 2), dan

Painan, Kab. Pesisir Selatan (Lokasi 3). Data survei lapangan yang diperoleh akan

digunakan sebagai verifikasi hasil model matematis yang dibuat. Berdasarkan hasil

penelitian diperoleh bahwa pola pergerakan arus diperairan pantai Sumatera Barat di

Gambar 2.4 Selat Toyopakeh, Bali

Sumber:

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/8310139145_ 1693-4415.pdf

Gambar 2.5 Hasil Pengukuran Kecepatan di Selat Toyopakeh, Bali

Sumber:

(31)

26 | E n e r g i A r u s L a u t

pengaruhi oleh pasut serta pola arus regional dengan kecepatan maksimal mencapai

0,358-0,397 m/det dengan arah dominan ke tenggara hingga selatan. Pada musim timur

kecepatan arus maksimal mencapai 0,22-0,24 m/det dengan arah dominan ke arah

tenggara. Sedangkan pada musim barat kecepatan arus maksimal 0,22-0,29 m/det

dengan arah dominan ke arah utara hingga selatan.

2.3 Perbandingan dengan Studi Kasus Luar Negeri

Dengan pembangunan ekonomi dan industrialisasi di Negara-negara

berkembang tuntutan untuk sumber energy meningkat pesat. Namun pencemaran

lingkungan dan menipisnya bahan fosil tradisional disebabkan oleh konsumsi yang

berlebihan. Adanya krisis energy yang menjulang dan pemanasan global, semakin

banyak Negara di seluruh dunia mulai menginvestasi banyak waktu dan uang pada

energy yang terbarukan, Salah satunya ialah energy laut. Energi arus laut sekarang

ini sedang dikembangkan didunia, beberapa Negara yang berhasil

mengimplementasikannya ialah Perancis,Inggris, Jepang, Cina dan masih banyak lagi.

a. Implementasi Pembangkit Tenaga Arus laut di Rance, Perancis

Pembangkit listrik arus pasang surut laut pertama dan terbesar saat ini adalah

Pembangkit listrik Rance di perancis. Sungai rance merupakan daerah pasang

surut, degan kisaran rata rata-lebar antara tingkat air pasang rendah dan tinggi, 8

m (26 kaki) dengan kisaran pasang surut musim semi perigean maksimum 13,5 m

(44,3 kaki) sehingga berpotensi sebagai pembangkit listrik tenaga arus laut.

Fasilitas Pembangkit listrik ini terletak di muara Sungai Rance, di wilayah Brittany,

di sebelah barat laut Perancis. Pembangkit listrik ini mulai dioperasikan pada

tanggal 26 November 1966. Fasilitasnya dioperasikan oleh Electricite de France.

Pembangkit listrik pasang surut ini merupakan yang terbesar di dunia dengan

kapasitas terpasang 240 Megawatt yang sukses memenuhi kebutuhan listrik kota

dengan 300.000 orang. Listrik dihasilkan dari 24 buah turbin yang ada.Karena

muara rance daerah lepas pantai maka turbin yang digunakan ialah turbin dengan

dam penampungan. Pembangkit pasang surut terbesar di dunia ini memiliki

panjang dam 330 m dengan luas genangan 22 km2, memanfaatkan perbedaan

ketinggian pasang surut sekitar 8 m. Di kedalaman 35 meter, setiap turbin yang

memiliki diameter 21,6 meter tersebut akan menghasilkan daya sebesar 2

MegaWatt yang cukup melistriki 4.000 rumah di wilayah sekitarnya Pembangkit

(32)

27 | E n e r g i A r u s L a u t

terpasang, yaitu rata rata 96 Megawatt. Listrik yang dihasillkan rata rata sekitar

600 GWh per tahun. EDF rencananya akan menghubungkan pembangkit listrik

arus laut tersebut dengan jaringan listrik nasional Perancis. Di dalam pembangkit

listrik ini, air pasang dikumpulkan dengan sebuah bendungan dengan panjang

sekitar 330 meter dan luas penampungan air sekitar 22,4 km2. . Untuk menjamin

keselamatan kehidupan laut di dalamnya, turbin-turbin tersebut didesain dengan

teknologi open center, dimana bagian tengah rotor terbuka. Desain itu akan

memberikan kesempatan bagi ikan dan mahluk laut lainnya dapat dengan aman

melewati rotor. Pembangkit listrik ini memakan waktu 3 tahun dan menelan biaya

sekitar 620 juta Franc Perancis (sekitar 94,5 juta euro). Jadi, jika biaya

pembangunan tersebut dibagi dengan daya rata rata listrik yang secara nyata

dihasilkan maka diperoleh biaya sekitar 1 juta euro tiap MV daya listrik yang

dihasilkan. Berdasarkan ekonomi wilayah perancis menganggap bahwa energy

arus laut ini belum menguntungkan dibandingkan energy nuklir yang perancis juga

miliki.

b. Implementasi Pembangkit Tenaga Arus Laut di China

Eksploitasi Energi arus pasang surut di China sudah dimulai pada tahun 1958 dan

tersebar di beberapa wilayah di China yang berpotensi sebagai sumber

pembangkit energy Arus laut yaitu Liaoning,Shandong, Zheijang, Fujian, Estuary

of Yangtze river, Taiwan, Guanong, dan Hainan. China yang merupakan Negara

kepulauan yang memiliki laut dan pulau-pulau kecil berpotensi adanya arus laut

yang cepat.Diperkirakan bahwa adanya daya rata-rata dari arus laut di China

melebihi 13.940 MW. Menurut Sumber Daya Energi Investigasi Samudera Pesisir

Gambar 2.6 La Rance Power Station

(33)

28 | E n e r g i A r u s L a u t

dan Pedesaan dinilai lebih dari 130 saluran air di tingkat nasional pada tahun

1989, ditemukan bahwa sumber daya energy arus laut didistribusikan merata di

seluruh China.Sebagian besar energy arus laut terkonsentrasi di tiga daerah pesisir

yang berada di utara Yellow Sea, Laut Timur dan Laut selatan.Sumber energy arus

laut yang tersebar di china hanya menghasilkan energy dengan jumlah yang kecil

dan Zheijang merupakan provinsi yang memiliki sumber energy arus laut terkaya

dengan nama Jiangxia Power station. Jiangxia ini merupakan pembangkit listrik

terbesar ketiga didunia dan sudah beroperasi selama 20 tahun. Project ini telah

menghabiskan 1,130 juta Yuan yang mulai dikonstruksi dari tanun 1974. Dan

mulai beroperasi pada tahun 1980 dengan generator pertama sebesar 500 KW

kemudian selesai di tahun 1985 dengan satu set generator sebesar 500 KW , satu

set generator sebesar 600 KW dan 3 set generator sebesar 700 KW denga total

kapasitas sebesar 3.2 MV. Jiangxia menyumbang setengah dari sumber daya arus

total pasang surut di Cina.

Cina adalah pasar yang dapat berkembang besar untuk energi arus pasang surut

yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan kekuasaan yang besar kepada

daerah pedesaan terpencil yang tidak dapat mengakses jaringan listrik yang dapat

diandalkan atau kurangnya sumber energi bahan bakar fosil. Selain itu, eksploitasi

energi arus pasang surut secara substansial akan menguntungkan wilayah pesisir.

Dari contoh Implementasi Pembangkit Energi Arus laut di Perancis dan China

apabila dibandingkan dengan keadaan di Indonesia, kondisi China memiliki banyak

kemiripan dengan Indonesia yaitu jumlah penduduk yang tinggi sehingga konsumsi

Gambar 2.7 Jiangxia Power Station

Gambar

Gambar 2.1 Ilustrasi Konsep Turbin Arus Laut Sumbu Vertikal  Sumber: http://pltal.wordpress.com/2010/09/15/sumber-energi-arus-laut-dari-selat-larantuka-flores-timur/
Gambar 2.2 Lintasan ARLINDO (Arus Laut  Indonesia) Sumber: modul mata kuliah oseanografi fisik jurusan ilmu kelautan UNPAD oleh Mayor laut Gentio Harsono S.T, M.Si
Gambar 2.3 Selat Larantuka, Lokasi Studi Sumber: Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol
Tabel 2.1 Harga Energi Listrik/KWH
+5

Referensi

Dokumen terkait

;< Calon Kepala Desa Suradita .ang memperoleh suara sah terban.ak ditetapkan sebagai Calon Calon Kepala Desa Suradita .ang memperoleh suara sah terban.ak ditetapkan sebagai

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan secara umum dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah pada materi trigonometri dikaji dari self concept siswa

Kaitannya dengan Pasal 18 Ayat (2) dan (5) tersebut, dalam sistem desentralisasi, daerah berhak mengatur dan mengurus segala urusan atau fungsi pemerintahan yang oleh

Perbedaan utama dengan batch sedimentasi adalah tidak adanya zona B pada komposisi yang serupa sebagai feed, kecuali saat kondisi mendekati secara langsung dari bawah sumber feed

[r]

Communication Objective Dari riset penyelenggara pasca event yang dilakukan melalui 60 responden yang mengetahui Klub sepatu roda kota Semarang, sebanyak 43, yang berminat gabung

Dalam sisi yang lain terdapat satu bagian dari masyarakat yang ada di Desa Parbubu II ini yakni para perempuan yang telah menjadi orang tua tunggal (janda) yang sebagian besar

Penggunaan faktor produksi benih, tenaga kerja, dan pakan dalam penggunaannya melebihi tingkat optimalnya, sedangkan faktor produksi kapur dan pupuk TSP penggunaannya