• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKHLAK TASAWUF SEJARAH PERKEMBANGAN TASA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "AKHLAK TASAWUF SEJARAH PERKEMBANGAN TASA (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

AKHLAK TASAWUF

SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF DI INDONESIA

( Makalah ini disusun untuk memenuhi Matakuliah Akhlak Tasawuf)

Tim Penyusun:

Laras Rizky (0701162027)

Muhammad Alfin Daulay (0701162021) Nilwan Ramadhan (0701162008)

PROGRAM STUDI ILMU KOMPUTER FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Swt Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kahadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Akhlak Tasawuf, Sejarah Perkembangan Tasawuf di Indonesia.

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Medan, November 2017 Tim Penyusun

(3)

Kata Pengantar...i

Daftar Isi...ii

BAB I Latar Belakang...iii

Rumusan Masalah...iii

BAB II A. Pengertian Tasawuf...1

B. Masuknya Tasawuf di Indonesia...3

C. Tokoh-Tokoh Tasawuf Di Indonesia Beserta Karya-Karyanya...4

1. Hamzah Al-Fansuri...4

2. Ar-Raniri...5

3. Al-Palembani...6

4. Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah)...7

BAB III Simpulan...9

Daftar Pustaka...10

(4)

Latar Belakang

Sejarah Islam dan berbagai cabangnya, termasuk sejarah tasawuf dan pengikutnya sangat penting untuk diperkenalkan dan dibahas, diantaranya adalah mengenai tokoh-tokoh dari ajaran tasawuf di Indonesia. Tasawuf terus mengalami perkembangan dan memberi pengaruh penting di Indonesia. Sejak permulaan sejarah Islam di wilayah tersebut hingga hari ini. Akan tetapi, selama beberapa abad permulaan sejarah itu terutama pada abad ke-10 H/ 16 M dan ke-11/ 17 M tasawuf memainkan terbesar dan paling menentukan dalam membentuk pandangan religius, spiritual, dan intelektual di kepulauan Indonesia.1

Pada masa itu tasawuf memainkan peranan penting dalam proses islamisasi di Indonesia dan kepulauan disekitarnya. Disini kami mencoba memperkenalkan tokoh-tokoh ulama tasawuf di Indonesia beserta karya-karyanya.

Rumusan Masalah

1. Kapan masuknya tasawuf ke Indonesia?

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf Menurut Etimologi:

a. Berasal dari Kata Shuffah

Tasawuf berasal dari istilah shuffah. Shuffah berarti serambi tempat duduk. Suffah berasal di serambi masjid Madinah yang disediakan untuk mereka yang belum memiliki tempat tinggal atau rumah dan dari orang-orang muhajirin yang ada di Masa Rasulullah SAW. Mereka dipanggil sebagai Ahli Suffah atau Pemilik Sufah karena di serambi masjid Madinah itulah tempat mereka.

b. Berasal dari Kata Shaf

Selain itu, istilah tawasuf juga berasal dari kata Shaf. Shaf memiliki arti barisan. Istilah ini dilekatkan kepada tasawuf karena mereka, para kaum sufi, memiliki iman yang kuat, jiwa dan hati yang suci, ikhlas, bersih, dan mereka senantiasa berada dalam barisan yang terdepan jika melakukan shalat berjamaah atau dalam melakukan peperangan.

c. Berasal dari Kata Shafa dan Shuafanah

Istilah Tasawuf juga ada yang mengatakan berasal dari kata shafa yang artinya bersih atau jernih dan kata shufanah yang memiliki arti jenis kayu yang dapat bertahan tumbuh di daerah padang pasir yang gersang.

d. Berasal dari Kata Shuf

(6)

Menurut Terminologi

1. Menurut Imam Junaid

Menurut seorang sufi yang berasal dari Baghdad dan bernama Imam Junaid, Tasawuf memiliki definisi sebagai mengambil sifat mulia dan meninggalkan setiap sifat rendah.

2. Menurut Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili

Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili adalah seorang syekh yang berasal dari Afrika Utara. Sebagai seorang sufi ia mendefinisikan tasawuf sebagai proses praktek dan latihan diri melalui cinta yang mendalam untuk ibadah dan mengembailikan diri ke jalan Tuhan.

3. Sahal Al-Tustury

Sahal Al Tustury mendefinisikan tasawuf sebaai terputusnya hubungan dengan manusia dan memandang emas dan kerikil. Hal ini tentu ditunjukkan untuk terus menerus berhubungan dan membangun kecintaan mendalam pada Allah SWT.

4. Syeikh Ahmad Zorruq

Menurut Syeikh Ahmaz Zorruq yang berasal dari Maroko, Tasawuf adalah ilmu yang dapat memperbaiki hati dan menjadikannya semata-mata untuk Allah dengan menggunakan pengetahuan yang ada tentang jalan islam. Pengetahuan ini dikhususkan pada pengetahuan fiqh dan yang memiliki kaitan untuk mempebaiki amalan dan menjaganya sesuai dengan batasan syariah islam. Hal ini ditujukan agar kebikjasanaan menjadi hal yang nyata.

Dari pengertian tasawuf secara etimologi dan terminologi dapat diambil kesimpulan bahwa Tasawuf adalah pelatihan dengan kesungguhan untuk dapat membersihkan, memperdalam, mensucikan jiwa atau rohani manusia. Hal ini dilakukan untuk melakukan pendekatan atau taqarub kepada Allah dan dengannya segala hidup dan fokus yang dilakukan hanya untuk Allah semata.

Untuk itu, tasawuf tentu berkaitan dengan pembinaan akhlak, pembangunan rohani, sikap sederhana dalam hidup, dan menjauhi hal-hal dunia yang dapat melenakan. Tentu hal ini bisa membantu manusia dalam mencapai tujuannya dalam hidup. Untuk itu, praktik tasawuf ini dapat dilakukan oleh siapapun yang ingin membangun akhlak yang baik, sikap terpuji, kesucian jiwa, dan kembalinya pada Illahi dalam kondisi yang suci.

(7)

B. Masuknya Tasawuf di Indonesia

Tasawuf mulai masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya Islam ke Indonesia dan tasawuf mengalami banyak perkembangan itu ditandai dengan banyaknya berkembang ajaran tasawuf dan tarikat yang muncul dikalangan masyarakat saat ini yang dibawah oleh para ulama Indonesia yang menuntut ilmu di Mekkah dan Madina kemudian berkembang.

Hawash Abdullah menyebutkan beberapa bukti tentang besarnya peran para sufi dalam menyebarkan Islam pertama kali di Nusantara. Ia menyebutkan Syekh Abdullah Arif yang menyebarkan untuk pertama kali di Aceh sekitar abad ke-12 M. Dengan beberapa mubalig lainya. Menurut Hawash Abdullah kontribusi para sufilah yang sangat memperngaruhi tumbuh pesatnya perkembangan Islam di Indonesia.1

Perlu kita ketahui bahwa sebelum Islam datang, dianut, berkembang dan saat ini mendominasi (mayoritas) bahwa telah berkembang berbagai faham tentang konsep Tuhan seperti Animisme, Dinamisme, Budhaisme, Hinduisme. Para mubalig menyebarkan Islam dengan pendekatan tasawuf. M. Sholihin menerangkan bahwa hampir semua daerah yang pertama memeluk Islam bersedia menukar kepercayaannya.2 Karena tertarik pada ajaran tasawuf yang di ajarkan para mubalig pada saat itu.

Dalam perkembangan tasawuf di Nusantara menurut Azyumadi Azra, tasawuf yang pertama kali menyebar dan dominan di Nusantara adalah yang bercorak falsafi, yakni tasawuf yang sangat filosofis dan cendrung spekulatif seperti al-Ittihad (Abu Yazid Al-Bustami), Hulul (Al-Hallaj), dan Wahda al Wujud (Ibn Arabi). Dominasi tasawuf filsafi terlihat jelas pada kasus Syekh Siti jenar yang dihukum mati oleh Wali Songo karena dipandang menganut paham tasawuf yang sesat.3

Kemudian pada abad ke-16 kitab-kitab klasik mulai ada dan dipelajari kemudian diterjemahkan dalam bahasa melayu seperti kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali. Kemudian muncullah beberapa tokoh tasawuf asli Indonesia seperti Hamzah Fansuri, Nuruddin Ar-Raniri, Syekh Abdul Rauf Singkili, Abdul Somad Al-Palembani, Syekh yusuf Al-Makassari.

1 Hawash Abdullah, Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-Tokohnya di Nusantara, (Al-Ikhlas: Surabaya, 1930). Hlm. 10

2 M. Sholihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, (Pustaka Setia: Bandung, 2008). Hlm. 141

(8)

C. Tokoh-Tokoh Tasawuf Di Indonesia Beserta Karya-Karyanya 1. Hamzah Al-Fansuri

Riwayat hidup Hamzah fansuri, di mulai tahun dan tempat kelahiran, demikian pula tahun dan tempat meninggal, dimana dimakamkan, apa saja karya-karya yang telah ia tulis, masih dipersoalkan oleh para peneliti dan sangat sulit ditemukan. Hanya saja berdasarkan beberapa fakta yang terbatas para pengkaji menyimpulkan bahwa Hamzah Fansuri hidup antara pertengahan abad ke-16 hingga awal abad ke-17.4

Nama Barus atau nama Fansuri sering muncul di dalam syair-syair Hamzah Fansuri maka tidak mengherankan apabila Barus dipercayai merupakan tempat kelahirannya. Tetapi persoalan muncul sesudah Syed M. Naquib al-Attas mengemukakan pendapatnya bahwa keluarga Syaikh Hamzah Fansuri mungkin berasal dari Barus, namun Hamzah Fansuri lahir di Syahr Nawi. Syahr Nawi merupakan nama kota baru dan letaknya tidak jauh dari ibu kota kerajaan Aceh. Kota tersebut diberi nama Syahr Nawi sebagai peringatan terhadap utusan raja Siam yang berkunjung ke Aceh pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Nama Syahr Nawi diambil dari nama ibu negeri Siam pada masa itu, yaitu sebutan orang-orang Parsi untuk Bandar Ayutthaya di Siam.5

Ada tiga risalah tasawuf Hamzah Fansuri yang telah ditemukan dan diterjemahkan, semua buku-buku ini berisi tentang tauhid, makrifat, dan suluk.

1. Syarah al-‘Asyiqin (Minuman Orang Birahi)

Kitab ini terdiri dari tujuh bab dan uraiannya tentang tasawuf sangat ringkas. Bab 1, 2, 3 dan 4 menguraikan tahap-tahap ilmu suluk yang terdiri dari syari’at, hakekat dan makrifat.

Bab 5 menguraikan tajalli zat Tuhan Yang Maha TInggi. Di sini diuraikan asas-asas ontology

wujudiyah. Bab 6 menguraikan sifat-sifat Allah. Bab 7 menguraikan isyq dan sukr

(kemabukan mistik)

2. Asrar al-‘Arifin (Rahasia Ahli Makrifat)

Di dalam kitab ini Hamzah Fansuri menurunkan lima belas syair karangannya dan ditafsirkannya sendiri serta ditelaah baris demi baris. Telaah telaah tersebut ternyata merupakan uraian panjang mengenai doktrin metafisika atau ontology wujudiyah. Delapan bait pertama syairnya mengemukakan sifat-sifat Tuhan yang kekal. Dalam sifat-sifat-Nya itu terkandung potensi (isti’dat) dari tindakan-tindakan-Nya yang dengan tidak berkesudahan memperlihatkan diri di dalam ciptaan-Nya.

4 Abdul Hadi W.M., Tasawuf Yang Tertindas, (Jakarta: Penerbit Paramadina, 2001) hal. 115-116

(9)

3. Al-Muntahi

Al-Muntahi secara ringkas membicarakan tiga masalah penting.

Pertama, tentang kejadian atau penciptaan alam semesta sebagai panggung manifestasi Tuhan dan kemahakuasaan-Nya. Kedua, tentang bagaimana Tuhan memanifestasikan diri-Nya dan bagaimana alam semesta dipandang dari sudut pemikiran ahli-ahli makrifat, serta sebab pertama (causa prima) segala kejadian. Ketiga, tentang bagaimana seseorang dapat kembali lagi ke asalnya, yaitu kepada keadaan kanz makhfi (perbendaharaan tersembunyi).

2. Ar-Raniri

Nama lengkapnya Nur Al-Din Muhammad bin ‘Ali bin Hasanji Al-Hamid Al-Syafi’I Al-Asy’ari Al-Aydarusi Al-Raniri. Beliau lahir di Ranir, sebuah kota pelabuhan tua di pantai Gujarat, India. Ia secara umum dianggap lebih sebagai seorang alim Melayu Indonesia dari pada India atau Arab. Tahun kelahirannya tidak diketahui pasti tetapi kemungkinan adalah menjelang akhir abad ke-16. Dikatakan ibunya adalah seorang Melayu tetapi ayahnya berasal dari keluarga imigran Hadhrami yang mempunyai tradisi panjang berpindah ke Asia Selatan dan Asia Tenggara.6

Ar-Raniri adalah seorang figur ulama yang produktif. Tidak kurang dari 30 judul buku dari karya-karyanya yang sudah ditemukan, diantaranya sebagai berikut:

1) Al-Shirath al-Mustaqim

2) Durrah al-Faraidh fi Syarh al-‘Aqaid

3) Hidayah al- Habib fi al-Targhib wa al-Tarhib fi al-Hadits

4) Bustan al-Salathin fi Dzikr al-Awwalin wa al-Akhirin

5) Nubdzah fi Da’wah al-Dzil

6) Lathaif al-Asrar

7) Hill al-dzill

8) Asrar al-Insan fi Ma’rifa al-Ruh wa al-Bayan

9) Kayfiyyah al-Shalah

10)Al-Lam’an fi Takfir man Qala bi Khalq al-Qur’an, dll.

(10)

Hampir seluruh buku berhubungan dengan masalah tasawuf. Diantaranya berkenaan dengan penolakannya terhadap faham panteisme yang dinilainya sesat. Tuduhan-tuduhan yang dikemukakan pada dasar pemikiran sebagai berikut:

1. Panteisme persis sama dengan pendapat-pendapat filosof, agama Zoroaster, ajaran Reinkarnasi dalam hal hubungan antara Khaliq dan makhluk. Hal ini tercemin dalam ungkapan mereka, “Tiada perbedaan antara Khaliq dengan makhluk”.

2. Penteisme mempraktikan ajaran al-hululnya orang-orang ateis, yaitu percaya bahwa Tuhan berada di dalam makhluk.

3. Panteisme percaya Allah swt. “berwujud simple (sederhana)”.

4. Panteisme mengikuti doktrin “Al-Qur’an adalah sebuah makhluk” sesuai dengan aliran Mu’tazilah

5. Panteisme percaya bahwa “alam qadim” seperti halnya ajaran-ajaran sebagian filosof7

3. Al-Palembani

Nama lengkapnya ‘Abd al-Shamad al-Palembani. Ia berasal dari keturunan Arab Yaman. Ayahnya, Syaikh ‘Abd al-jalil ibn Syaikh ‘Abd. Wahhab al-Mahdani yang berhijrah ke kota Palembang pada penghujung abad ke-17 M. Ia pernah menjadi mufti di wilayah Kedah pada tahun 1700 M. Setelah kembali ke Palembang, dia nikah dan dianugerahi seorang putra yang diberi nama ‘Abd al-Shamad. Peristiwa ini terjadi antara tahun 1700-1704 M.8

Al-Palembani telah menghasilkan 8 judul buku. Berikut daftar buku-buku tersebut:

1) Zahrah al-Murid fi Bayan Kalimah al-Tauhid dalam bahasa Indonesia di tulis pada tahun 1764 M.

2) Nashihah al-Muslimin wa Tadzkirah al-Mu’minin fi Fadha’il al-Jihad fi Sabilillah wa Karamah al-Mujahidin fi Sabilillah, dalam bahasa Arab di tulis pada tahun 1772 M

3) Tuhfah al-Raghibin fi Bayan Haqiqah Iman al-Mu’minin wa ma Yufsiduh fi Riddah

al-Murtaddin, dalam bahasa Indonesia yang ditulis pada tahun 1774 M

4) Al-‘Urwah al-Wusqa wa Silsilah uli al-Tuqa yang ditulis dalam bahasa Arab, memuat kumpulan doa, wirid dan bacaan dzikir untuk waktu-waktu tertentu.

5) Hidayah al-Salikin fi Suluk Maslak al-Muttaqin, dalam bahasa Indonesia dan rampung ditulis pada tahun 1787 M.

7 Alwi Shihab, Tashawwuf Islami wa Atsaruhu fi Tashawwuf Indunisi Al-Mu’ashir, terj. Muhammad Nursamad, (Jakarta: Mizan, 2002)

(11)

6) Ratib ‘Abd al-Shamad, dalam bahasa Arab yang memuat bacaan-bacaan dzikir, doa-doa, dan pujian-pujian kepada Nabi saw.

7) Sayr al-Salikin ila Rabb al-‘Alamin dalam bahasa Indonesia yang rampung ditulis pada tahun 1788 M

8) Zad al-Muttaqin fi Tauhid Rabb al-‘Alamin, yang merupakan ringkasan pendapat gurunya, Syaikh Al-Samman tentang Tauhid.

4. Hamka

Nama lengkapnya adalah Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Ia lahir di Minagkabau, Sumatera Barat 17 Februari 1908. Dia adalah anak tertua dari Abdulkarim Amrullah, seorang tokoh yang memperoleh gelar doctor kehormatan dari Universitas Al-Azhar Kairo atas kontribusinya dalam memerangi taklid buta, praktek-praktek tasawuf yang menyimpang dan sistem pewarisan yang tidak berdasarkan panduan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw. Kakeknya bernama Amrullah juga seorang tokoh yang pernah belajar Islam di Makkah, seorang penganut aliran tarekat Naqayabandiyah. Dari sini jelas terlihat bahwa Hamka berasal dari keluarga berpendidikan, sekaligus terhormat.9

Menurut pengakuan Hamka bahwa ia telah menulis 114 buku. Buku-bukunya ini meliputi berbagai aspek, diantaranya: sastra, politik, sejarah, budaya, akhlak, mistisisme, tafsir dan lain sebagainya. Karya-karya Hamka antara lain:

1) Tafsir Al-Azhar 30 Juz

2) Tasauf Modern

3) Falsafah Hidup

4) Lembaga Hidup

5) Perkembangan Tasauf Dari Abad ke Abad

6) Tasauf Perkembangan dan Pemurniannya dan Pelajaran Agama Islam, dll.

Hamka telah memberikan sumbangan yang besar dalam mencerdaskan kehidupan umat Islam Indonesia lewat karya-karyanya. Pemikiran dan renungannya tentang perbaikan akhlak atau tingkah laku, telah dibaca, dikutip dan ditransfer dari generasi ke generasi, termasuklah renungan-renungannya tentang tasawuf yang ia tuangkan di dalam bukunya yang berjudul Tasauf Modern. Berikut di antara ulasan-ulasannya di dalam buku Tasauf Modern.

Pada bagian yang mengulas tentang anasir bahagia (Dari apakah tersusun anasir bahagia?), Hamka diantaranya mengemukakan faham-faham Phitagoristen dan Platonisten, Aristoteles dan Imam Al-Ghazali.

Menurut Pithagoras, Socrates, Plato bahwa anasir bahagia tersusun dari empat sifat utama, yaitu: hikmat, keberanian, kehormatan dan adil. Menurut Hamka, golongan ini

(12)

berpendapat bahwa segala keutamaan dan bahagia itu hanya dirasain oleh diri dan nafsu. Menurut mereka bahwa barangsiapa yang telah terkumpul padanya sifat yang empat ini, maka tidak perlu lagi mempunyai sifat-sifat yang lain.10

Menurut Aristoteles, bahwa tercapainya bahagia apabila terkumpul lima anasir berikut, pertama badan sehat, panca indera cukup. Kedua cukup kekayaan. Ketiga indah sebutan di antara manusia, terpuji di mana-mana, terhitung masuk bagian orang dermawan. Semua dicapai dengan menanamkan budi bahasa. Keempat tercapai apa yang dicita-cita di dalam mengharungi lautan hidup. Kelima tajam fikiran, sempurna kepercayaan memegang agama atau dunia, terjauh dari kesalahan.11

Hamka juga mengemukakan tingkatan-tingkatan bahagia dalam pandangan Al-Ghazali, yang pada garis besarnya terdiri dari lima bagian. Bagian pertama, bagian akhirat, yakni suatu kebahagiaan yang tiada taranya, yang baka, yang tidak ada fana padanya. Bagian kedua yaitu keutamaan akal budi yang terbagi menjadi empat bagian. Pertama sempurna akal yang kesempurnaannya adalah dengan ilmu. Kedua ‘Iffah (dapat menjaga kehormatan diri) yang kesempurnaannya ialah dengan wara’ artinya tidak tiada peduli bujukan manusia dunia. Ketiga Syaja’ah yakni berani karena benar, takut karena salah yang kesempurnaannya ialah dengan jihad. Keempat adil yang kesempurnaannya ialah dengan insaf. Bagian ketiga yaitu keutamaan yang ada pada tubuh, dimana terkandung di dalamnya empat perkara yaitu, sehat, kuat, elok , gagah bagi laki-laki dan cantil bagi perempuan dan umur panjang. Bagian keempat yaitu keutamaan dari luar badan yang mengandung empat kecukupan. Kaya akan harta benda. Kaya dengan keluarga, anak-isteri, kaum kerabat. Terpandang dan terhormat dan mulia turunan. Bagian kelima yakni keutamaan yang datang lantaran taufiq dan pimpinan Allah yang mengandung empat perkara yaitu hidayah (petunjuk) Allah, irsyad (pimpinan) Allah, tasdid (dukungan) Allah, ta’yid (bantuan) Allah. Dari penjelasan-penjelasan di atas, Hamka mengatakan, nyatalah bahwa ada lima tingkatan dan keutamaan yang harus kita tempuh untuk mencapai mahligai bahagia itu, yaitu mencapai bahagia akhirat dengan membahagiakan budi, tubuh luar, jasad dan pimpinan. Yang satu bertali dengan yang lain, tidak dapat dipisahkan.12

BAB III

Simpulan

(13)

Tasawuf mulai masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya Islam ke Indonesia dan tasawuf mengalami banyak perkembangan itu ditandai dengan banyaknya berkembang ajaran tasawuf dan tarikat yang muncul dikalangan masyarakat saat ini yang dibawah oleh para ulama Indonesia yang menuntut ilmu di Mekkah dan Madina kemudian berkembang. Hawash Abdullah menyebutkan Syekh Abdullah Arif yang menyebarkan untuk pertama kali di Aceh sekitar abad ke-12 M. Dengan beberapa mubalig lainya.

Hamzah Al-Fansuri karya-karyanya sebagai berikut syarah al-‘Asyiqin, asrar al-‘Arifin, dan al-Muntahi. Ar-Raniri karya-karyanya sebagai berikut Al-Shirath al-Mustaqim, Durrah al-Faraidh fi Syarh al-‘Aqaid, Hidayah Habib fi Targhib wa al-Tarhib fi al-Hadits, Bustan al-Salathin fi Dzikr al-Awwalin wa al-Akhirin, Nubdzah fi Da’wah al-Dzil

Lathaif al-Asrar, Hill al-dzill, Asrar al-Insan fi Ma’rifa al-Ruh wa al-Bayan, Kayfiyyah al-Shalah, Al-Lam’an fi Takfir man Qala bi Khalq al-Qur’an, dan lain-lain.

Al Palembani dengan karyanya sebagai berikut Zahrah al-Murid fi Bayan Kalimah al-Tauhid, Nashihah al-Muslimin wa Tadzkirah al-Mu’minin fi Fadha’il al-Jihad fi Sabilillah wa Karamah al-Mujahidin fi Sabilillah, Tuhfah al-Raghibin fi Bayan Haqiqah Iman al-Mu’minin wa ma Yufsiduh fi Riddah al-Murtaddin, Al-‘Urwah al-Wusqa wa Silsilah uli al-Tuqa, Hidayah al-Salikin fi Suluk Maslak al-Muttaqin dan lain-lain

Hamka, karya-karyanya sebagai berikut tafsir al-azhar 30 Juz, tasauf modern, falsafah hidup, lembaga hidup, perkembangan tasauf dari abad ke abad, tasauf perkembangan dan pemurniannya dan pelajaran agama Islam, dan lain-lain.

(14)

Abdullah, Hawash. Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-Tokohnya di Nusantara. Surabaya: Al-Ikhlas. 1930

Azra, Azyumadi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII. Bandung: Mizan. 1995

Hadi, Abdul W.M. Tasawuf Yang Tertindas. Jakarta: Penerbit Paramadina. 2001

Hamka. Tasauf Modern. Jakarta: Pustaka Panjimas. 2001 Jamil, M. Akhlak Tasawuf. Jakarta: Referensi. 2013

Shihab, Alwi. Tashawwuf Islami wa Atsaruhu fi Tashawwuf Al-Indunisi Al-Mu’ashir. Terj. Muhammad Nursamad. Jakarta: Mizan. 2002

Sholihin, M dan Rosihon Anwar. Ilmu Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia. 2008

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil temuan studi yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: Berdasarkan analisis General Electrics (GE) diperoleh informasi bahwa

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan “Laporan Praktik Pengalaman Lapangan II” yang disusun

Since this novel discussed about the domination of factions in the novel as delineation in social class or social life and struggle of the factions in society, this novel was

Tanggapan responden terhadap sosialiasi yang dilakukan oleh pe merintah daerah dalam rangka pelayanan kesehatan..

kembali/resettlement) dilakukan. 2) Kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak pada lebih dari 200 orang atau 40 KK, atau melibatkan pemindahan lebih dari 100 orang atau 20

Mutu pendidikan dapat optimal jika di dukung dengan kedisiplinan yang dibentuk atau dibangun sejak usia sekolah dasar karena dengan perilaku disiplin, anak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon seleksi hasil persilangan tanaman F6 karakter umur pendek dan potensi hasil tinggi pada beberapa genotipe hasil

Mengamalkan sikap cermat, jujur ,teliti dan tanggung jawab dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan.. KOMPETENSI DASAR MATERI