• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dan dapat dijelaskan sebagai berikut U

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dan dapat dijelaskan sebagai berikut U"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

ISSN : 2 3 0 3 - 1 1 5 8

ANALISIS KELAYAKAN USAHA KELAPA SAWIT SERTA PERMASALAHANNYA DI KEC. SUNGAI RUMBAI KAB. DHARMASRAYA PROV. SUMBAR

Oleh :

Muhammad Ardi Kurniawan

Dosen Fakultas Pertanian Universitas IBA

ABSTRAK

Penelitian ini tentang Analisis kelayakan Usaha Kelapa Sawit Serta Permasalahannya di Kecamatan Sungai Rumbai Kabupaten Dharmasraya Penelitian berlangsung selama 4 bulan mulai bulan Agustus sampai November 2011. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Mendeskripsikan karakteristik petani kelapa sawit rakyat yang ada di Kecamatan Sungai Rumbai, (2) Untuk mengetahui kelayakan usaha tani petani kelapa sawit rakyat di Kecamatan Sungai Rumbai dan (3) Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi petani dalam usaha kelapa sawit rakyat di Kecamatan Sungai Rumbai.

Data penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari petani responden baik melalui daftar pertanyaan (Questioner) maupun melalui wawancara, observasi atau pengamatan langsung ke lapangan. Data sekunder diperoleh dengan cara melakukan kajian pustaka dari beberapa laporan instansi atau lembaga terkait, dan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini.

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di Kecamatan Sungai Rumbai Kabupaten Dharmasraya, diperoleh hasil untuk membuka lahan perkebunan kelapa sawit seluas 1 hektar di butuhkan investasi awal sebesar Rp. 15.123.000,- Berdasarkan hasil nalisis finansial yang dilakukan, diperoleh Net Present Value (NPV) sebesar Rp. 60.296.587,- dan rasio net benefit dan net cos (Net B/C) diperoleh sebesar 1,36 yang artinya setiap uang senilai Rp. 1,- yang di investasikan akan menghasilkan nilai sebesar Rp. 1,36,- sedangkan Internal Rate of Return (IRR) diperoleh sebesar 47,445% yang berarti usaha ini sangat layak untuk dilakukan/diusahakan meskipun dengan tingkat bunga pinjaman bank cukup besar. Sedangkan Pay Back Period (PBP) diperoleh sebesar 4,15 tahun yang berarti pada tahun ke 4 lebih 1 bulan modal yang dikeluarkan sudah dapat kembali serta bunga pinjaman bank. permasalahan utama para petani adalah masalah harga jual, yang disebabkan oleh karena kurangnya informasi harga Tandan buah Segar (TBS) di pasaran baik nasional maupun internasional sehingga para petani hanya menunggu harga dari perusahaan yang berada di sekitar lahan tersebut.

Kata Kunci : Analisis kelayakan Usaha; NPV; Net B/C; IRR; PBP

PENDAHULUAN

Komoditi kelapa sawit dengan produk primer Minyak Sawit Kasar (Crude Palem Oi//CPO) dan Minyak Inti Sawit (Kernel

Palm Oil/KPO) berperan signifikan

terhadap perekonomian nasional.

(2)

2

ISSN : 2 3 0 3 - 1 1 5 8 sentra-sentra ekonomi baru di

wilayah-wilayah pengembangan.

Pertumbuhan perekonomian nasional tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian secara berkesinambungan, keduanya akan selalu berkaitan erat sebagai salah satu konteks sumber perolehan pendapatan devisa negara yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat serta sebagai penunjang pembangunan nasional. Pengalaman pembangunan berbasis pertanian menunjukkan bahwa sektor ini telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam perekonomian nasional diantaranya sebagai penyedia bahan pangan, sebagai sumber pendapatan masyarakat pada umumnya, dan sebagai penyedia lapngan pekerjaan (Imran, 2001).

Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat dihandalkan, karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan tanaman lain. Minyak nabati yang dihasilkan dari hasil pengolahan buah kelapa sawit yang berupa minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil

(CPO) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO) yang tidak berwarna/jernih. CPO dan PKO banyak digunakan sebagai bahan industri pangan (minyak goreng, margarine), industri sabun (penghasil busa), industri tekstil, kosmetik dan sebagai bahan bakar alternatif (Tim Penebar Swadaya, 2002).

Pasokan minyak sawit dalam negeri terkadang mengalami hambatan berupa gejolak ketersediaan bahan baku, sehingga harga minyak goreng dan produk lain yang menggunakan bahan baku komoditas inipun meningkat karena terbatasnya pasokan minyak sawit untuk dalam negeri. Hal ini terjadi karena meningkatnya permintaan negara-negara konsumen minyak sawit

membuat para produsen minyak sawit di Indonesia lebih memilih mengekspornya karena harga jual yang diterima dalam bentuk dolar. Dalam rangka mengatasi terbatasnya pasokan minyak sawit untuk kebutuhan dalam negeri, pemerintah mengeluarkan kebijakan pembatasan ekspor yaitu hanya 40% dari produksi nasional dan 60% untuk pasar dalam negeri (Novianto, 2004).

Kabupaten Dharmasraya merupakan salah satu daerah pengembangan areal perkebunan kelapa sawit di Provinsi Sumatera Barat, baik dalam bentuk perusahaan maupun perkebunan rakyat. Kecenderungan peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit adalah perkebunan rakyat, pada tahun 2009 luas areal perkebunan kelapa sawit rakyat yang tersebar di Kabupaten Dharmasraya adalah 17.294,30 ha dengan luas Tanaman Menghasilkan (TM) 16.197,30 ha dan luas Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 1.097,00 ha. Dari luas total Tanaman Menghasilkan (TM) diperoleh produksi Tandan Buah Segar (TBS) sebesar 282.800,26 Ton pertahun dengan produktivitas 17,46 ton/ha/tahun. (Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Dharmasraya 2009)

(3)

3

ISSN : 2 3 0 3 - 1 1 5 8

Perumusan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang dan permasalahan tersebut di atas perumusan masalah yang dapat dikemukakan adalah : 1. Bagaimana karakteristik petani kelapa

sawit rakyat di Kecamatan Sungai Rumbai tersebut.?

2. Bagaimana kelayakan usaha kelapa sawit rakyat di Kecamatan Sungai Rumbai tersebut.?

3. Apa saja masalah yang dihadapi petani kelapa sawit rakyat dalam usaha kelapa sawit di Kecamatan Sungai Rumbai.?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitiam ini adalah :

1. Untuk Mendeskripsikan karakteristik petani kelapa sawit rakyat di Kecamatan Sungai Rumbai.

2. Untuk mengetahui kelayakan usaha tani petani kelapa sawit rakyat di Kecamatan Sungai Rumbai.

3. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapai petani dalam usaha kelapa sawit rakyat di Kecamatan Sungai Rumbai.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi yang bermanfaat bagi petani dalam berusahatani kelapa sawit di daerah penelitian, dan berguna bagi instansi terkait serta pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kebijaksanaan maupun membuat keputusan guna mewujudkan perekonomian yang tangguh dimasa yang akan datang serta dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan metode survey explanatory sedangkan pemilihan tempat penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) karena Kecamatan Sungai Rumbai terdapat kawasan yang merupakan salah satu daerah usaha perkebunan kelapa sawit rakyat.

Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey, Survei dilakukan dengan tujuan memperoleh penjelasan faktual tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan ekonomi yang telah dicapai terhadap dampak pembangunan wilayah daerah tersebut dan hubungan sosial yang terjadi pada masyarakat sekitar.

Sumber data dan informasi dalam penelitian ini adalah petani kelapa sawit serta informasi yang diperoleh dari para informan yang merupakan data pendukung akan diperoleh dari para tokoh masyarakat, kepala desa, atau yang dituakan serta yang lainnya guna mendukung data yang diperoleh dari para responden. Sesuai dengan tujuan penelitian maka yang menjadi unit analisis adalah seluruh masyarakat peserta Petani kelapa sawit dalam arti informasi yang didapatkan, sedangkan sasaran penelitian adalah kepala keluarga dari yang baru membuka usaha perkebunan kelapa sawit rakyat. populasinya adalah petani kelapa sawit yang ada di daerah penelitian. dengan

Teknik Penentuan Sampel

Sebagai populasi pada penelitian ini adalah semua Petani kelapa Sawit Kecamatan Sungai Rumbai yang masuk dalam kriteria, tahap selanjutnya adalah penentuan ukuran sampel, agar data yang diperoleh dapat mewakili keadaan populasi

(4)

4

ISSN : 2 3 0 3 - 1 1 5 8 Pemilihan petani sebagai sampel

dilakukan dengan teknik Stratified Random Sampling, yaitu sampel yang ditarik dengan memisahkan elemen-elemen populasi dalam kelompok-kelompok agar tidak terjadi overlapping yang disebut strata, dan kemudian memilih sebuah sampel secara random dari tiap stratum.

Penghitungan ukuran sampel (n) dilakukan dengan menggunakan rumus dari Taro Yamani (dalam Jalaludin, 1999) adalah sebagai berikut :

Ket :

n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi 2

= Perbedaan nilai duga frekuensi rata-rata populasi dengan sampel

1 = Angka konstanta

Sampling fraction adalah :

Ket :

f i = sampling fraction stratum i

N i = besarnya sub populasi stratum i

N = besar populasi

Besarnya populasi per stratum adalah :

n i = f i . n

Maka besar sampel yang terpilih berdasarkankan kriteria yang ada dapat dilihat pada Tabel.

Tabel 1. Populasi dan Ukuran Sampel Petani Kecamatan Sungai Rumbai

No. Nama Nagari Jlh KK

petani

Jlh Sampel petani

1 Sei Limau 300 17 2 Koto Gadang 300 17 3 Koto Tinggi 300 17 4 Koto Besar 300 17 5 Sungai Rumbai 250 14 6 Kurnia Koto Salak 200 12 Jumlah 1650 94

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari petani sampel yang dilakukan dengan cara wawancara serta pengamatan langsung dilapangan. Dengan bantuan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga-lembaga atau instansi terkait serta puplikasi lain yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

Variabel Yang Diamati

Ada beberapa karakteristik variabel yang diamati dari petani kelapa sawit yang meliputi tentang status petani di daerah penelitian yang berupa umur, waktu atau jam kerja, pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, luas lahan yang diusahakan dan pengalaman berusahatani. Dan dapat dijelaskan sebagai berikut :

- Umur - Waktu Kerja - Pendidikan Formal - Anggota Keluarga

- Luas Lahan Yang Diusahakan - Pengalaman Berusahatani

N

n = _________ N 2 + 1

N i

f i = ______

(5)

5

ISSN : 2 3 0 3 - 1 1 5 8

Metode Analisa Data

Untuk mencapai tujuan penelitian, maka data-data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisa satu persatu baik data primer maupun data sekunder. Adapun data yang dianalisa adalah :

1. Untuk mengetahui karakteristik petani sampel digunakan analisa deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menjelaskan karakteristik petani kelapa sawit berdasarkan spesifikasi variable yang diamati.

2. Untuk mengetahui serta menghitung pendapatan dan penghasilan petani kelapa sawit dianalisa dengan analisa deskriptif kwantitatif dengan rumus menurut Hadisapoetra (1973) yaitu :

Yi = (Xi . Hx)- Bt

Dimana :

Yi = pendapatan petani dari usahatani kelapa sawit (Rp/bulan)

Xi = jumlah produksi kelapa sawit (Kg/bulan)

Hx = harga jual karet (Rp/kg)

Bt = biaya tunai atau sejumlah uang yang dikeluarkan (Rp/ ulan)

Pendapatan petani adalah penerimaan dikurangi dengan semua biaya yang dibayarkan dalam proses produksi dan dihitung per hektar per bulan, dalam satu bulan petani melakukan panen sebanyak 2 kali. Biaya-biaya yang dikeluarkan petani meliputi biaya pemupukan, biaya alat dan bahan yang digunakan petani untuk melakukan panen selama 1 bulan. Untuk bahan dan alat yang bersifat tahan lama dan penggunaannya juga dalam waktu lama, dapat dihitung dalam biaya penyusutan alat dan bahan. Untuk mengetahui analisis usaha kelapa sawit, digunakan metode :

a. Net Present Value (NPV)

NPV merupakan selisih nilai sekarang antara manfaat (benefit) dan biaya (cost) pada tingkat discount rate tertentu. Formula untuk memperoleh nilai NPV adalah :

NPV = t tt

Keputusan yang diambil :

Jika dalam analisis suatu proyek, nilai NPV lebih besar dari nol (positif) maka proyek tersebut layak untuk dijalankan, dan jika nilai NPV-nya lebih kecil dari nol (negatif) maka proyek tersebut tidak layak untuk dijalankan.

b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

(6)

6

ISSN : 2 3 0 3 - 1 1 5 8

Keputusan yang diambil :

Jika dalam analisis suatu proyek nilai Net B/C sama dengan 1 menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan maka proyek tersebut akan memperoleh benefit sebesar satu rupiah, pada kondisi ini proyek tidak layak untuk dijalankan. Keputusan yang diambil adalah jika nilai Net B/C lebih besar dari satu maka proyek layak untuk dijalankan. Dan jika nilai Net B/C kurang dari satu maka proyek tidak layak untuk dijalankan.

c. Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan kritria investasi yang menunjukkan tingkat kemampuan suatu proyek dalam mengembalikan modal pinjaman. Nilai IRR diperoleh melalui interpolasi dengan formula seperti berikut ini : = discount factor dimana NPV negatif.

Keputusan yang diambil :

Jika nilai IRR suatu proyek lebih besar dari tingkat bunga bank yang berlaku, maka proyek tersebut layak dijalankan.

d. Payback Period (PBP)

PBP adalah kriteria yang menujukkan kemampuan suatu proyek dalam mengembalikan modal investasi dalam jangka waktu tertentu. Cara memperoleh nilai PBP adalah dengan menghitung Net B/C kumulatif. Net B/C kumulatif negatif maksimum dibagi dengan net benefit tahun berikutnya kemudian ditambah dengan periode (tahun) ke-t yang mempunyai Net B/C kumulatif negatif maksimum.

PBP =

t1 = periode/tahun dimana Net B/C kumulatif negatif maks

Net B/Ct2 = Net B/C periode/tahun terdekat dimana Net B/C kumulatif positif min.

Keputusan yang diambil :

Pengambilan keputusannya bergantung pada cepat atau lambatnya pengembalian nilai investasi dan bergantung pula dari lamanya atau jangka waktu proyek berakhir. Keputusan yang dipilih adalah yang mempunyai nilai PBP terkecil/tercepat. Untuk mengetahui dan menjelaskan permasalahan yang dihadapi petani kelapa sawit rakyat dalam produksi dan pendapatan digunakan analisa deskriptif kwalitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Petani Responden

Petani yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah petani kelapa sawit yang berasal dari Pulau Jawa sebanyak 62,77 % (59 orang) dan berasal dari penduduk asli (Sumatera Barat) sebanyak 37,23 % (35 orang).

(7)

7

ISSN : 2 3 0 3 - 1 1 5 8 sulit untuk melaksanakan keinginannya

karena tenaganya sudah semakin melemah. Umur produktif seorang petani berkisar antara 15 – 54 tahun, setelah melewati batas usia maksimum kemampuan kerja dalam kegiatan berusahatani cenderung akan menurun (Tohir, 1983). Umur responden berkisar antara 29 – 67 tahun dengan rata-rata 46,41 tahun (simpangan baku 9,91).

Responden yang terbanyak adalah pada usia 45 – 54 tahun (57,45 %), karena pada waktu ikut bertransmigrasi responden berusia berkisar pada usia 20 – 30 tahun. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (1990) bahwa syarat untuk menjadi petani plasma adalah mereka yang berusia antara 21 – 40 tahun dan atau sudah berkeluarga. Ini diharapkan petani akan mampu melaksanakan pencicilan kredit dari penghasilan kebun kepala sawit yang diusahakan. Berdasarkan lama menetap pada daerah tersebut maka mereka telah menetap didaerah tersebut hampir selama + 20 tahun. Pada responden terdapat usia berkisar antara 25 – 34 tahun (13,83 %) ini disebabkan responden ikut dengan orang tuanya ke daerah tersebut sebagai transmigran, karena orang tuanya telah meninggal dunia dan atau telah berusia lanjut maka mereka yang melangsungkan usaha perkebunan sawit yang telah ada.

Tingkat pendidikan formal responden dapat dirinci mulai dari tidak tamat SD, tamat SD, tidak tamat SMP, tamat SMP, tidak tamat SMA, tamat SMA serta kuliah di Perguruan Tinggi.

Dilihat dari segi faktor pendidikan petani responden, dari hasil penelitian terlihat bahwa secara keseluruahan tingkat pendidikan petani kelapa sawit masih tergolong rendah, karena sebagian besar atau 41,49 % adalah tidak tamat SD dan tamat SD. Sedangkan yang tidak tamat

SMP dan tamat SMP sekitar 24,47 % dan yang berpendidikan tamat SMA ke atas hanya sekitar 21,27 %.

Dari hasil wawancara yang dilakukan para petani responden telah dapat menyekolahkan anak-anak mereka sampai dengan jenjang Perguruan Tinggi baik di Sumatera Barat maupun di luar Sumatera Barat (Pulau Jawa). Ini menunjukkan bahwa para petani responden telah menyadari betapa pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka.

Jumlah anggota keluarga petani responden bervariasi dengan rata-rata jumlah keluarga 4 orang, yang terdiri dari dua sampai tiga orang dewasa dan anak-anak sekitar satu sampai dua orang. Jumlah keluarga yang terbanyak adalah tujuh orang dan paling sedikit adalah dua orang.

Jumlah keluarga anggota keluarga yang terbesar adalah sebanyak tiga sampai empat orang yaitu sebanyak 61 responden atau sebesar 64,89 %, sedangkan yang terkecil adalah yang mempunyai anggota keluarga delapan orang yaitu sebanyak 4 responden atau sebesar 4,26 %. Dengan rata jumlah keluarga sebanyak 4 orang per kepala kelauarga

(8)

8

ISSN : 2 3 0 3 - 1 1 5 8 mempunyai jumlah tanggungan keluarga

besar mempunyai beban keluarga yang besar pula, tetapi sekaligus juga memiliki jumlah tenaga kerja yang besar sehingga apabila keadaan demikian dikaitkan dengan tersedianya lahan maka peluang untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarganya akan cukup terjamin.

Luas areal perkebunan kelapa sawit yang di usahakan umumnya lebih dari 2 Ha sebesar 60,64% dengan jumlah petani 57 orang, dan yang mempunyai luas lahan 2 Ha sebesar 39,36% atau 37 orang petani. Namun lahan yang luas tidak menjamin besarnya pendapatan jika tidak diiringi dengan sistem pembudidayaan dan pemasaran yang tepat.

Jika dilihat dari pengalaman berusahatani dari jumlah responden yang ada berkisar 1-5 tahun sebanyak 13 orang (13,83%), lebih dari 6 tahun sebanyak 81 orang (86,17%). Pengalaman berusahatani sedikit banyak mempengaruhi produksi dan pendapatan petani. Namun pengalaman tidak menjadi ukuran kesuksesan petani dalam berusahatani. Walaupun sudah memiliki pengalaman yang cukup lama, jika tidak ditunjang dengan faktor pendukung lainnya seperti pendidikan atau pengetahuan tentang budidaya dan sistem pemasaran yang tepat, produksi dan pendapatan yang tinggi akan sulit diraih oleh petani.

Analisis Usaha Perkebunan Sawit

Proyeksi Kebutuhan Investasi

Kebutuhan pada investasi serta biaya yang diperlukan untuk pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit 1 (satu) ha dalam periode 1 (satu) tahun pertama adalah meliputi kegiatan seperti pada Tabel 1. Sedangkan bibit yang dibutuhkan dengan jarak tanam 8 m x 9 m sebanyak 132 buah.

Proyeksi Biaya Sampai Dengan Panen

Investasi biaya yang diperlukan sampai dengan panen pertama diperlukan investasi sampai dengan tahun ke-3 (tiga), karena pada tahun ke-4 (empat) kelapa sawit yang diusahakan sudah mulai dapat menghasilkan (berbuah). Maka biaya yang dibutuhkan dari tahun ke-1 sampai tahun ke-3 adalah sebesar : Rp.8.123,000 + Rp.

3,500,000 + Rp. 3,500,000 =

Rp.15.123.000,-

Proyeksi Penerimaan

Tingkat produksi kelapa sawit dalam 1 (satu) tahun dapat dilihat berikut ini.

a) Umur tanaman 4 tahun; hasil TBS (5 kg/TBS) = 15.840 kg/ha/thn

b) Umur tanaman 5 tahun; hasil TBS (5 kg/TBS) = 19.008 kg/ha/thn.

c) Umur tanaman 6 tahun; hasil TBS (6 kg/TBS) = 25.344 kg/ha/thn.

d) Umur tanaman 7 tahun; hasil TBS (8 kg/TBS) = 31.680 kg/ha/thn.

e) Umur tanaman 8 tahun; hasil TBS (10 kg/TBS) = 31.680 kg/ha/thn.

f) Umur tanaman 9 tahun; hasil TBS (10 kg/TBS) = 31.680 kg/ha/thn.

g) Umur tanaman 10 tahun; hasil TBS (10 kg/TBS) = 31.680 kg/ha/thn.

Tabel 10. Proyeksi Penerimaan. Pembayaran Bunga Menurun.

No Sisa Saldo Pokok Bunga

Pinjaman Cicilan Pinjaman

(9)

9

ISSN : 2 3 0 3 - 1 1 5 8 Pengambilan Keputusan Menurut Kriteria

Investasi

1. Net Present Value (NPV)

Proyek ini pada tingkat diskonto 15 %, pada tahun ke-1 (satu) sampai dengan tahun ke-3 (tiga) masih bernilai negatif. Memasuki tahun ke-4 (empat) barulah NPV-nya bernilai Positif. proyek ini memiliki nilai NPV sebesar Rp. 60.296.587,-

Tabel. Net Present Value Pada Tingkat Disconto 15 %

Thn Penerimaan Biaya Benefit DF 15 % NPV 15 %

1 - 3.780.750 (8.123,000) 0.8696 (7.063.761) 2 - 3.553.905 (3,500,000) 0.7561 (2,646,350)

3 - 3.327.060 (3,500,000) 0.6575 (2,301,250) 4 19.008.000,- 3.100.215 15.508.000 0.5718 8.867.474

5 22.009.600,- 2.873.370 18.509.600 0.4972 9.202.973 6 30.412.800,- 2.646.525 26.912.800 0.4323 11.634.403

7 38.016.000,- 2.419.640 34.516.000 0.3759 12.974.564 8 38.016.000,- 2.192.835 34.516.000 0.3269 11.283.280

9 38.016.000,- 1.965.990 34.516.000 0.2843 9.812.899 10 38.016.000,- 1.739.145 34.516.000 0.2472 8.532.355

223.494.400,- 27.599.435 60.296.587

Keputusan yang diambil:

Karena proyek ini mempunyai nilai NPV lebih besar dari nol (Positif) sebesar Rp.

60.296.587,- maka proyek ini layak untuk dijalankan.

2. Net Benefit Cost Ratio (B/C)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan formula Net B/C dan mengacu pada Tabel 6 maka didapat nilai net B/C sebesar 1.36 artinya setiap uang senilai satu rupiah yang diinvestasikan pada proyek ini akan menghasilkan nilai sebesar 1.36 rupiah.

Keputusan yang diambil:

Nilai Net B/C lebih besar dari satu yaitu sebesar 1.36 maka proyek ini layak dijalankan, karena akan memberikan manfaat sebesar 1.36 rupiah dari setiap satu rupiah yang diinvestasikan.

3. Internal Rate of Return (IRR)

Pada tingkat diskonto 15 % menghasilkan nilai NPV positif sebesar Rp. 60.296.587,- namun jika proyek ini benefitnya dengan diskonto sebesar 50 % akan menghasilkan nilai NPV Positif sebesar Rp. 4.740,892,-

Tabel. Net Present Value Pada Tingkat Disconto 50 %

Thn Penerimaan Biaya Benefit DF 50 % NPV 50 %

1 - 3.780.750 (8.123,000) 0.667 (5.418.041)

2 - 3.553.905 (3,500,000) 0.444 (1,554,000) 3 - 3.327.060 (3,500,000) 0.296 (1,036,000) 4 19.008.000,- 3.100.215 15.508.000 0.198 3.070.584

5 22.009.600,- 2.873.370 18.509.600 0.132 2.443.267

6 30.412.800,- 2.646.525 26.912.800 0.088 2.368.326 7 38.016.000,- 2.419.640 34.516.000 0.059 2.036.444

8 38.016.000,- 2.192.835 34.516.000 0.039 1.346.124 9 38.016.000,- 1.965.990 34.516.000 0.026 897.416 10 38.016.000,- 1.739.145 34.516.000 0.017 586.772

223.494.400,- 27.599.435 4.740.892

Berdasarkan hasil interpolasi IRR dengan mengacu pada hasil perhitungan Tabel 12 dan Tabel 13 maka didapat IRR sebesar :

IRR = ( )

) (

) (

1 2

1 i i

NPV NPV

NPV

i  

  

60.296.587

IRR = 15 % + ____________________ x (50 % - 15 %) (60.296.587+ 4.740.892)

IRR = 15 % + (0.927 x 35 %)

(10)

10

ISSN : 2 3 0 3 - 1 1 5 8

Keputusan yang diambil:

Tingkat pengembalian modal proyek ini aman sampai dengan kenaikan tingkat bunga bank 50 % (positif), maka berdasarkan perhitungan diatas diasumsikan bahwa proyek ini aman dijalankan walaupun dengan tingkat bunga bank 50 %.

4. Pay Back Period (PBP)

Tabel. Perhitungan Net Benefit Kumulatif

Thn Penerimaan Biaya Benefit Net benefit Kumulatif

1 0 8.312.450 (8.123,000) (8,243,000) 2 0 5,772.605 (3,500,000) (9,313,000) 3 0 5,545,760 (3,500,000) (12,813,000)

4 19.008.000,- 5.318.915 15.508.000 (2.695.000)

5 22.009.600,- 5.092.070 18.509.600 15.814,600

6 30.412.800,- 4,865,225 26.912.800

7 38.016.000,- 4,638,340 34.516.000 8 38.016.000,- 4,411,535 34.516.000 9 38.016.000,- 4,184,690 34.516.000

10 38.016.000,- 3,957,845 34.516.000

223.494.400,- 62,099,435 183.871.400

Berdasarkan perhitungan pada Tabel di atas maka didapat Net Benefit Kumulatif negatif sebesar Rp.2.696.000,- sampai pada tahun ke-4 dan baru pada tahun ke-5 Net Benefit Kumulatif Positif sebesar Rp. 15.814.600,- pada saat usaha memperoleh net benefit Rp. 18.509.600,- maka PBP pada proyek ini adalah sebesar :

PBP = 4 tahun + (2.695.000 / 18.509,600)

= 4 tahun + 0,15 = 4,15 tahun

Ini berarti Pay Back Period ini adalah 4,15 tahun atau setara dengan 49,80 bulan

yang berarti bahwa investasi akan kembali setelah proyek ini berjalan 4,15 tahun.

Keputusan yang diambil:

Pengambilan keputusan didasarkan pada hasil perhitungan PBP = 4,15 tahun, bahwa proyek akan mampu mengembalikan modal pinjaman pada tahun ke-4,15 atau 4 tahun 1 bulan, maka proyek ini layak untuk diusahakan.

Masalah Yang Dihadapi Petani Kelapa Sawit Rakyat

Dalam pengembangan lahan tanah di Sumatera Barat di kuasai oleh kaum di kenagarian sehingga jika untuk mengusahakan lahan tersebut harus dengan persetujuan dari kaum tersebut baik berupa perjanjian hak guna pakai, hak guna usaha maupun bagi hasil dan disahkan oleh pejabat yang terkait seperti Wali Nagari dan Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN). Dengan sistem pemerintahan kembali ke Nagari semenjak tahun 2000 melalui Perda No.8 tahun 2000 (di daerah penelitian dilakukan pada tahun 2002) maka permasalahan kepemilikan tanah dapat diatasi.

(11)

11

ISSN : 2 3 0 3 - 1 1 5 8 yang cukup memprihatinkan sehingga TBS

yang dikirim kepabrik akan berkurang kualitas dari TBS itu sendiri.

Pola Pengelolaan Usahatani Petani Responden

Dalam pengembangan petani kelapa sawit di daerah penelitian, terdapat 2 (dua) kelompok lembaga yang secara langsung terlibat dan turut mempengaruhi kelancaran alur produksi dan pendapatan petani plasma kelapa sawit. Kedua lembaga terkait tersebut adalah Koperasi Unit Desa (KUD) dan Kelompok Tani. Mekanisme hubungan kerja kedua kelompok ini di dalam menangani produksi kelapa sawit adalah sebagai berikut : Petani menjual hasil produksi TBS kelapa sawit kepada KUD dan kelompok tani. Kelompok tani dan KUD dalam memasarkan hasil TBS berfungsi sebagai koordinator, mencatat, menghitung, serta mengkonfirmasikan hasil produksi dan pendapatan setelah dipotong biaya-biaya seperti biaya transportasi, utang petani kepada KUD seperti pembelian pupuk, pestisida dan lainnya.

Kelompok tani merupakan organisasi petani yang beranggotakan antara 20 sampai dengan 30 orang petani. Ketua kelompok dipilih dari para anggota yang ada. Organisasi kelompok tani ini berperan sebagai koordinator atau penghubung antara petani dengan perusahaan besar dan KUD. Di samping itu kelompok tani mengorganisir dalam kegiatan pemeliharaan kebun, pencatatan hasil, pengangkutan hasil kebun kepala sawit serta pembayaran hasil penjualan TBS kelapa sawit kepada anggota kelompok taninya.

Pekerjaan pemeliharaan kebun dilakukan secara bersama-sama secara gotong-royong, sedangkan hasil dihitung berdasarkan hasil kebun masing-masing

anggota. Tetapi dalam pelaksanaan pemeliharaan kebun secara bersama-sama dengan sistim gotong-royong sulit dilakukan, hal ini karena tidak adanya kekompakan dari anggota kelompok. Pekerjaan pemeliharaan kebun dilakukan secara individu sehingga kebun kelapa sawit ada yang bersih dan terpelihara dan ada yang kurang bersih sehingga kurang terpelihara, keadaan in tentunya akan mempengaruhi hasil produksi TBS kelapa sawit yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat pendapatan petani itu sendiri.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

(12)

12

ISSN : 2 3 0 3 - 1 1 5 8 2. Investasi yang diperlukan untuk

pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit seluas 1 ha adalah sebesar Rp. 15,123,000,- .Berdasarkan hasil analisis finansial yang dilakukan maka

Net Present Value (NPV) diperoleh

sebesar Rp. 60.296.587,- rasio net benefit dan net cost (Net B/C) diperoleh sebesar 1.36, Internal Rate of

Return (IRR) sebesar 47.445 % yang

berarti proyek ini sangat layak untuk dilakukan/diusahakan walaupun dengan bunga pinjaman bank yang cukup besar. Sedangkan Pay Back

Period (PBP) diperoleh 4,15 tahun, ini

berarti pada tahun ke-4 lebih 1 bulan modal yang dikeluarkan sudah dapat kembali beserta bunga pinjaman bank yang dipinjamkan.

3. Dalam pengembangan lahan tanah di Sumatera Barat di kuasai oleh kaum di kenagarian sehingga jika untuk mengusahakan lahan tersebut harus dengan persetujuan dari kaum tersebut baik berupa perjanjian hak guna pakai, hak guna usaha maupun bagi hasil dan disahkan oleh pejabat yang terkait seperti Wali Nagari dan Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN). Kendala utama para petani dalam masalah harga jual adalah masih kurangnya informasi harga Tandan Buah Segar (TBS) di pasaran baik Nasional maupun Internasional

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Raharjo., 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Penerbit Graha Ilmu Yogyakarta.

Adlin Loebis, 1992, Kelapa Sawit (Elaeis Gueneensis Jack) Pusat Penelitian Marihat, Medan, 75 hal.

Basyir, A. Hakim., 1999. Perkebunan Besar Kelapa Sawit. Pustaka Pelajar Offset. Jakarta.

Basyar, 1999, Pemasaran Komoditas Kelapa Sawit Rakyat, Penebar Swadaya, Jakarta 143 hal.

Biro Pusat Statistik dan Bapeda Sumatera Barat., 2003. Pendapatan Regional Domestik Bruto (PDRB) Sumatera Barat tahun 2002. Biro Pusat Statistik Sumatera Barat., Padang.

Biro Pusat Statistik Sumatera Barat., 2004.

Sumatera Barat Dalam Angka tahun 2004. Biro Pusat Statistik Sumatera Barat., Padang.

Nazir, Moh., 1999. Metode Penelitian. Cetakan keempat, Penerbit Ghalia Indonesia., Jakarta.

Nasution, P, 2002, Mengembangkan Kelapa Sawit Sebagai Komoditi Tanaman Industri Primadona, USU Medan, 73 hal.

Samsyulbahri, 1996, Kultur Teknis Kelapa Sawit, Tiga Serangkai, Jakarta 51 hal.

Selardi, 1998, Menatap Prospek Perkebunan Kelapa Sawit Inddonesia, Bulletin Perkebunan PTPN VI, Medan, 20 hal.

(13)

13

ISSN : 2 3 0 3 - 1 1 5 8 Sunarko. S, 2007, Prospek dan Arah

Pengembangan Sektor Agribisnis Kelapa Sawit di Negara Indonesia, Sebagai Penghasil Minyak Sawit Dunia, Depperindag. RI, Jakarta, 84 hal.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi., 1989.

Metode Penelitian Survai: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), Jakarta.

Soetrisno, L. dan Winahyu, R., 1991. Kelapa sawit kajian sosial-ekonomi. Yogyakarta: Aditya Media.

Tim Penulis PS, 2001, Minyak Sawit (PKO dan CPO) Untuk Ekspor, Jakarta..

_____________, 2002, Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia, Jakarta.

Tim Penulis AP, 2002, Kelapa Sawit Bagian Budidaya, Bagian Revisi, Purwokerto.

Gambar

Tabel 1. Populasi dan Ukuran Sampel Petani Kecamatan Sungai Rumbai
Tabel 10. Proyeksi Penerimaan.
Tabel. Perhitungan Net Benefit Kumulatif

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan cause and effect diagram atau diagram sebab akibat, kita akan mencari akar dari setiap masalah yang ada.. Alat bantu tersebut dirancang untuk

Kesimpulan dari kelebihan dan kekurangan pembelajaran model Make A Match adalah bahwa kelebihannya dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, karena adanya unsur

Agar pelaksanaan proses pembelajaran sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sehingga dapat menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kompetensinya dan dapat

Kecenderungan pembelian impulsif berdasarkan pendapatanatau uang saku (H 7a ), dimana tidak teruji signifikan ada perbedaan pembelian impulsif antar kelompok yang

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang koperasi jasa keuangan syariah khususnya berkaitan dengan pengaruh Persepsi

Konsep yang akan digunakan pada media promosi Puspa Mega Silver yaitu konsep ”elegant” adalah sesuatu yang terlihat mewah,anggun, berkelas, sesuatu yang luar biasa

Keadaan tersebut berbeda dengan wilayah kondisi lingkungan dan perilaku peternak sedang (LPS), karena pada wilayah ini ketersediaan air untuk minum dan sanitasi

Sistem informasi pemasaran mempunyai peranan penting dalam menunjang pengembangan acara. Sistem informasi pemasaran merupakan suatu kerangka kerja yang dikoordinasikan