• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Pada Masa Dewasa Akhir atau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perkembangan Pada Masa Dewasa Akhir atau"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Perkembangan Pada Masa Dewasa Akhir atau Usia Lanjut Terkait Dunia Pendidikan

Satrianawati

Mahasiswa Pendidikan Dasar UNY, Satrianawati@gmail.com, 0853-4058-1089

ABSTRAK

Masa tua bahagia adalah suatu harapan dan impian semua orang. Pada masa tua banyak faktor yang dapat meningkatkan kebahagiaan seseorang. Masa lansia merupakan periode terakhir dalam kehidupan manusia. Masa lansia ditandai dengan adanya beberapa perubahan baik secara fisik, psikologis maupun sosial, dimana perubahan ini akan mempengaruhi kondisi fisik dan mental lansia. Perkembangan fisik yang lebih dekat dengan penuaan. Perkembangan kognitif di masa dewasa akhir, secara garis besar terbagi dalam lima bagian yaitu: Fungsi kognitif pada orang lanjut usia, perkembangan bahasa, pekerjaan dan pensiun, kesehatan mental, dan Agama. Ada tiga aspek yang dilihat terkait dengan proses perkembangan pada masa lansia terkait dengan pendidikan, yaitu: perkembangan fisik lansia, perkembangan kognitif lansia, dan perkembangan sosio-emosi pada lansia. Jadi makalah ini membahas tentang perkembangan pada masa dewasa Akhir dalam rentang kehidupan manusia.

Kata Kunci: perkembangan kognitif, fisik, dan sosio-emosi pada lansia

PENDAHULUAN

Masa lansia merupakan periode terakhir dalam kehidupan manusia. Masa lansia ditandai dengan adanya beberapa perubahan baik secara fisik, psikologis maupun sosial, dimana perubahan ini akan mempengaruhi kondisi fisik dan mental lansia. Seseorang telah menjadi lanjut usia dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri fisik, mental age dan chronological age. Rambut memutih, kulit berkeriput, gigi mulai tanggal serta keropos tulang merupakan ciri-ciri fisik yang sering muncul pada individu yang lanjut usia meski sebenarnya tidak terlalu jelas kapan mulai terjadinya proses menjadi tua ini (Hurlock,1996).

Menurut Dawson, dkk (Santrock, 2000) hampir dua per tiga dari seluruh wanita di atas usia 60 tahun terkena osteoporosis atau keropos tulang. Ciri-ciri fisik pada masa lanjut usia tersebut biasanya terjadi sangat bervariasi pada setiap individu dan bahkan tidak dapat dijadikan patokan utama karena seorang yang belum lanjut usia pun dapat memiliki ciri tersebut misalnya rambut sudah memutih. Perubahan fisik yang ada ini dinyatakan dengan penuaan (aging). Aging is slow process during which the body undergoes changes that eventually bring about death, even if no marked disease or disorder is present (Mader, 2006: 326). Sementara itu, mental age sebagai salah satu indikator seseorang telah memasuki masa lanjut usia dapat dilihat antara lain melalui kemampuan kognitif seseorang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Baltes, dkk (Santrock, 2000) ditemukan bahwa kecepatan memproses informasi mengalami penurunan pada masa lanjut usia.

(2)

sering pula disebut dengan masa dewasa akhir, dimulai pada usia 60’an dan diperluas sampai sekitar usia 120 tahun. Pada usia ini rentang kehidupannya sangat panjang jika individu dapat bertahan hidup lebih lama.

Pada umumnya lansia menikmati hari tuanya di lingkungan keluarga, akan tetapi terdapat pula lansia yang tidak tinggal dengan keluarga, khususnya dengan anak-anak mereka. Hal ini dikarenakan anak-anak-anak-anak tumbuh dan berkembang dengan mandiri serta meninggalkan rumah dan hidup terpisah dengan orang tua. Kondisi ini memicu munculnya rasa kesepian pada lansia, dimana kesepian tersebut disebabkan karena adanya keterbatasan dukungan sosial yang diterima oleh lansia itu sendiri. Pada makalah ini akan dibahas tentang isu-isu mutakhir yang berkaitan dengan perkembangan pada masa lansia yang berhubungan fisik, kognitif dan sosio emosi yang dikaitkan dengan dunia pendidikan.

PEMBAHASAN

1. Perkembangan Fisik di Masa Dewasa Akhir

Penuaan adalah serangkaian proses yang dimulai dengan hidup dan berlanjut sepanjang siklus kehidupan. Penuaan mewakili waktu akhir rentang hidup, waktu ketika individu melihat masa lalu dalam kehidupannya, prestasi hidup masa lalu dan mulai menyelesaikan tugas kehidupannya. Upaya menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi pada usia tua memperlihatkan bahwa seorang individu fleksibel dan berusaha mengembangkan keterampilan untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka (Warnick, 1995).

Pernyataan tersebut didukung oleh teori biologis mengenai proses penuaan yaitu tentang teori evolusioner, menyatakan bahwa seleksi evolusioner menurun seiring bertambahnya usia (Baltes, 2003) dalam teori evolusioner tentang penuaan, seleksi alami tidak mengeliminasi banyak kondisi berbahaya dan karakteristik nonadaptif pada orang-orang dewasa lanjut usia (Austad, 2009), maka keuntungan yang diberikan dari teori evolusioner menurun dengan usia karena seleksi alam berkaitan dengan kebugaran reproduktif (Santrock, 2012: 141)

2. Perkembangan Kognitif di Masa Dewasa Akhir

Perkembangan kognitif di masa dewasa akhir, secara garis besar terbagi dalam 5 bagian yaitu: (1) Fungsi kognitif pada orang lanjut usia; (2) Perkembangan bahasa; (3) Pekerjaan dan pensiun; (4) Kesehatan mental; dan (5) Agama.

a) Fungsi Kognitif pada Orang Lanjut Usia

Fungsi kognitif pada orang lanjut usia dibagi dalam 5 pokok bahasan, yaitu: (1) multidimensionalitas dan multidireksionalitas, (2) pendidikan, pekerjaan dan kesehatan, (3) gunakanlah atau anda akan kehilangan, (4) pelatihan keterampilan kognitif, (5) neurosains kognitif dan proses menjadi tua.

1) Multidimensionalitas dan Multidireksionalitas

Kognisi merupakan suatu konsep yang bersifat multidimensional (Margrett & Deshpande-Kamat, 2009), artinya terdapat beberapa dimensi kognisi yang mengalami kemunduran seiring dengan bertambahnya usia. Pada beberapa orang dimensi ini mungkin tetap stabil atau bahkan mengalami kemajuan (Santrock, 2012: 171).

(3)

peneliti telah menemukan bahwa dimensi sensori/motor dan dimensi kecepatan pemrosesan cenderung mengalami kemunduran di usia lanjut. Baru-baru ini istilah fluid mechanics dan crystallized pragmatics sudah digunakan masing-masing untuk menjelaskan mekanika kognitif dan pragmatik kognitif (Santrock, 2012: 202)

Perbedaan antara mekanika kognitif dan pragmatika kognitif serupa dengan perbedaan antara fluid intelegence (kognitif mekanik) dan crystallized intelligence (kognitif pragmatik). Faktor-faktor yang paling mungkin berkontribusi terhadap penurunan fluid mechanics di masa dewasa akhir, kemungkinan besar adalah penurunan kecepatan pemrosesan, kapasitas working memory, dan menekan informasi yang tidak relevan (kekangan) (Lovden & Lindenberg, 2007) (Santrock, 2012: 172)

Kecepatan Pemrosesan, menurunnya kecepatan pemrosesan informasi yang dialami orang lanjut usia cenderung beerkaitan dengan penurunan fungsi otak dan sistem saraf pusat (Finch, 2009). Kesehatan dan olahraga dapat mempengaruhi seberapa besar penurunan dalam kecepatan pemrosesan itu terjadi. Sebuah studi menemukan bahwa setelah enam bulan mengikuti senam aerobik, orang lanjut usia memperlihatkan kemajuan dalam tugas-tugas waktu reaksi (Santrock, 2012: 173)

Memori, juga mengalami perubahan seiring dengan bertambahnya usia, namun tidak semua memori berlangsung dengan cara yang sama (Barba, Attali, & La Corte, 2010). Dimensi-dimensi utama dari memori dan, proses menjadi tua meliputi episodic memory, semantic memory, sumber daya kognitif (seperti working memory dan kecepatan perseptual), memory beliefs, dan faktor-faktor non kognitif seperti faktor kesehatan, pendidikan dan sosioekonomi (Santrock, 2012: 174)

2) Pendidikan, Pekerjaan dan Kesehatan

Pendidikan, pekerjaan dan kesehatan merupakan tiga komponen penting yang berpengaruh terhadap fungsi kognitif pada orang lanjut usia. Ketiga komponen ini juga merupakan faktor-faktor yang sangat penting untuk memahami mengapa pengaruh kelompok usia (kohort) perlu dimasukkan dalam laporan ketika mempelajari fungsi-fungsi kognitif dari orang-orang lanjut usia. Memang efek kohort sangatlah penting diperhitungkan dalam studi tentang penuaan kognitif (Margrett & Deshpande-Kamat, 2009) (Santrock, 2012: 180).

Hal ini memperlihatkan bahwa pendidikan berkorelasi secara positif dengan skor intelegensi. Orang dewasa lanjut usia bisa kembali mengenyam pendidikan untuk berbagai alasan. Generasi-generasi selanjutnya sudah memiliki pengalaman pekerjaan yang mencakup penekanan yang lebih kuat pada pekerjaan yang berorientasi kognitif. penekanan pada pemrosesan informasi mengalami peningkatan terutama dalam pekerjaan dapat meningkatkan kemampuan intelektual individu. Kesehatan yang baru berhubungan dengan performa tes intelegensi yang menurun pada orang dewasa lanjut usia. Latihan dan olahraga dihubungkan dengan keberfungsian kognitif yang lebih tinggi pada orang dewasa lanjut usia (Santrock, 2012: 202) 3) Gunakanlah atau Anda akan Kehilangan

(4)

atropi (Hughes, 2010). Konsep tersebut sesuai dengan peribahasa yang mengatakan “gunakanlah atau anda akan kehilangan” (use it or lose it). Aktivitas mental yang dapat membina keterampilan kognitif pada orang-orang lanjut usia adalah aktivitas-aktivitas seperti membaca buku, mengisi teka-teki silang, mengikuti kuliah dan menonton konser. “gunakanlah atau anda akan kehilangan” juga merupakan komponen signifikan dari model keterlibatan optimasi kognitif yang menekankan tentang bagaimana keterlibatan intelektual dan sosial bisa memperlambat penurunan terkait usia untuk perkembangan intelektual (La Rue, 2010; Park & Reuter-Lorenz, 2009; Stine-Morrow dan kawan-kawan, 2007) (Santrock, 2012: 182)

4) Pelatihan Keterampilan Kognitif

Terdapat dua kesimpulan utama yang diperoleh dari penelitian mengenai pelatihan keterampilan kognitif pada orang-orang lanjut usia: (1) pelatihan dapat meningkatkan keterampilan kognitif orang-orang lanjut usia, (2) di masa dewasa akhir terjadi sejumlah kemunduran dalam hal kekenyalan (Santrock, 2012: 202)

5) Neurosains Kognitif dan Proses Menjadi Tua

Perubahan-perubahan yang berlangsung di otak dapat memengaruhi fungsi kognitif dan perubahan-perubahan fungsi kognitif dapat memengaruhi otak (Smith, 2007). Artinya apabila orang lanjut usia tidak menggunakan working memory mereka secara teratur (pembahasan use it or lose it). Koneksi-koneksi yang terjadi di lobus prefrontal dapat mengalami atropi. Selain itu, intervensi kognitif yang mengaktifkan working memory orang dewasa dapat meningkatkan koneksi-koneksi neural (Santrock, 2012: 184)

b)Perkembangan Bahasa

Banyak orang tua merasakan pengalaman kesepian dan depresi di usia tua, disebabkan karena hidup sendirian atau karena kurangnya ikatan keluarga dekat dan adanya pengurangan hubungan dengan budaya asal mereka, sebab mereka tidak memiliki kemampuan untuk secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan komunitas. Pada usia lanjut, tak dapat dielakkan bahwa orang kehilangan koneksi dengan jaringan persahabatan dan bahwa mereka lebih susah menemukan dan memulai persahabatan yang baru.

Sulitnya menemukan dan memulai persahabatan yang baru berkaitan dengan aspek keterampilan fonologi orang dewasa lanjut usia berebda dengan keterampilan orang dewasa yang lebih muda (Clark-Cotton dkk., 2007). Cara bicara orang dewasa lanjut usia biasanya volumenya lebih rendah, tidak terartikulasi dengan tepat dan tidak begitu lancar (lebih banyak jeda, pengulangan dan koreksi). Terlepas dari perbedaan usia keterampilan berbicara orang dewasa lanjut usia masih memadai untuk berkomunikasi sehari-hari.

(5)

Faktor-faktor nonbahasa dapat merupakan faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran keterampilan bahasa pada orang-orang lanjut usia (Obler, 2005). Menurunnya kecepatan dalam pemrosesan informasi dan meurunnya working memory, khususnya dalam hal kemampuan menyimpan informasi di dalam pikiran ketika melakukan pemrosesan, cenderung berkontribusi terhadap kurangnya efisiensi berbahasa pada orang-orang lanjut usia (Stine-Morrow, 2007) (Santrock, 2012: 186)

c) Pekerjaan dan Pensiun

Kemampuan kognitif adalah salah satu prediktor terbaik untuk performa kerja pada orang-orang lanjut usia. Para pekerja lanjut usia cenderung lebih sedikit absen, lebih sedikit mengalami kecelakaan, dan lebih memperoleh kepuasan kerja, dibandingkan dengan rekan-rekannya yang lebih muda (Warr, 2004). Ini berarti bahwa para pekerja yang lebih tua dapat memiliki nilai yang cukup penting bagi sebuah perusahaan, melebihi kompetensi kognitif mereka. Singkatnya usia mempengaruhi banyak aspek dalam pekerjaan. Meskipun demikian, banyak studi mengenai persewaan dan unjuk kerja – mengungkapkan kasus yang tidak konsisten. Faktor-faktor kontekstual yang penting, seperti komposisi usia dari suatu departemen atau kelompok pelamar, pekerjaan semuanya memengaruhi keputusan mengenai pekerja lanjut usia. Hal lain yang juga penting diketahui adalah bahwa streotip terhadap pekerja lanjut usia dan jenis tugas-tugas yang ditangani, dapat membatasi peluang karir mereka dan mendorong pensiun dini atau pembatasan pekerja yang berdampak pada mereka (Finkelstein & Farrel, 2007). Sebagai contoh sebuah studi menemukan bahwa streotip negatif yang berkembang cukup luas yang ditujukan pada orang-orang lanjut usia menyatakan bahwa mereka sebaiknya tidak dipekerjakan lagi (Gringart, Helmes & Speelmen, 2005) (Santrock, 2012: 188)

Pensiun merupakan suatu proses bukan merupakan suatu peristiwa (Moen, 2007). Banyak penelitian mengenai pensiun yang dilakukan lebih merupakan penelitian cross-sectional dibandingkan penelitian longitudinal dan lebih berfokus pada laki-laki dibandingkan perempuan. Orang-orang lanjut usia yang menunjukkan penyesuaian yang paling baik terhadap pensiun, adalah mereka yang sehat, memiliki keuangan yang memadai, aktif, lebih terdidik, memiliki jaringan sosial yang luas yang meliputi kawan-kawan dan keluarga, serta biasanya puas dengan kehidupannya sebelum mereka pensiun (Jokela & Kawan-kawan, 2010; Raymo & Sweeney, 2006) (Santrock, 2012: 190)

d)Kesehatan Mental

Gangguan-gangguan mental pada orang-orang lanjut usia merupakan persoalan utama, timbulnya masalah ini, pada orang-orang lanjut usia tidak lebih sering dibandingkan pada orang dewasa yang lebih muda (Busse & Blazer, 1996). Hal yang paling sering terjadi adalah masalah depresi (Santrock, 2012: 191)

(6)

dikaitkan dengan peningkatan kesulitan dengan aktivitas hidup sehari-hari (Penninx et al., 1998). Data berbasis masyarakat menunjukkan bahwa orang tua dengan gangguan depresi utama berada pada peningkatan risiko kematian (Bruce, 1994). Ada juga studi yang menunjukkan bahwa gangguan depresif mungkin terkait dengan penurunan fungsi kognitif (setitik et al., 1995).

Teori yang medukung pernyataan tentang depresi ini dinyatakan oleh Santrock, 2012: 204 bahwa depresi sering disebut juga “demam umum” dari gangguan mental Depresi mayor adalah suatu gangguan suasana hati dimana individu merasa sangat tidak bahagia, kehilangan semangat, merendahkan diri dan bosan. Orang ini tidak merasa baik, mudah kehilangan stamina, memiliki nafsu makan yang rendah, tidak bergairah dan tidak termotivasi. Depresi mayor demikian luas tersebar sehingga disebut “demam umum” dari gangguan mental. (Santrock, 2012: 191). Hal ini juga memperlihatkan adanya hubungan antara keramahan dan usia tua. Keramahan memainkan peran penting dalam melindungi orang dari pengalaman tekanan psikologis dan meningkatkan kesejahteraan. George (1996) meringkas beberapa efek secara empiris didukung dengan baik dari faktor-faktor sosial pada gejala depresi di kemudian hari, dan melaporkan bahwa bertambahnya usia, status ras atau etnis minoritas, status sosial ekonomi yang lebih rendah dan mengurangi kuantitas atau kualitas hubungan sosial dikaitkan dengan tingkat peningkatan gejala depresi. Isolasi sosial merupakan faktor risiko utama untuk fungsional kesulitan pada orang tua. Hilangnya hubungan penting dapat menyebabkan perasaan kekosongan dan depresi. "Orang-orang yang terlibat dengan hubungan positif cenderung untuk menjadi lebih tidak terpengaruh oleh masalah sehari-hari dan memiliki rasa yang lebih besar kontrol dan kebebasan. Orang-orang tanpa hubungan sering menjadi terisolasi, diabaikan, dan depresi. Mereka yang terperangkap dalam hubungan yang miskin cenderung untuk mengembangkan dan memelihara persepsi negatif terhadap diri sendiri, menemukan hidup yang kurang memuaskan dan sering kekurangan motivasi untuk mengubah keadaannya"(Hanson & Carpenter, 1994).

e) Agama

Agama dapat memenuhi sejumlah kebutuhan psikologis pada orang-orang lanjut usia, membantu mereka mennghadapi kematian yang akan datang, menemukan dan membina penghayatan akan makna dan pentingnya hidup, serta menerima kemunduran yang tidak terelakkan karena usia (Daaleman, Perera & Studenski, 2004; McFarland, 2010).

3. Perkembangan Sosioemosi di Masa Dewasa Akhir

(7)

sekedar terbebas dari gangguan mental tetapi merefleksikan kemampuan seseorang untuk menghadapi masalah kehidupan dengan cara yang efektif dan memuaskan.

PBB telah mendefinisikan kesehatan sebagai kondisi atau keadaan fisik, mental dan sosial yang baik dan bukan sekedar bebas dari penyakit saja. (WHO, 1993). Dalam instrument Quality of Life, diungkap kualitas hidup manusia yang mencakup aspek fisik, fungsi psikologis, tingkat kemandirian, hubungan sosial dan lingkungan yang kesemuanya bertujuan untuk dapat mencapai penuaan yang berhasil atau successful aging. Hal ini juga terjadi dalam tahap perkembangan sebelumnya, memasuki tahap dewasa lanjut juga mempunyai tugas perkembangan tersendiri. Erikson (dalam Berk, 2000) menjelaskan bahwa seorang yang mencapai masa dewasa lanjut, jika telah mencapai sukses, mencapai kepuasaan batin dan kebahagiaan maka akan tercapai ego integrity dan jika merasa tidak berhasil maka akan merasa hampa dan tidak berguna (Kusumiati, 2009: 25). Oleh karena itu, Faktor dukungan lingkungan sosial terutama keluarga memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap pengalaman emosi lansia sebagaimana dijelaskan dalam jurnal. Dukungan keluarga membantu munculnya respon positif pada lansia. Ada tiga perasaan positif sebagai respon subjek terhadap dukungan dari keluarga mereka, yaitu: perasaan “tambah semangat”, perasaan “terhibur”, dan perasaan “senang”.

Proses Perkembangan pada Masa Lansia dan Keterkaitan dengan Pendidikan Ada tiga aspek yang dilihat terkait dengan proses perkembangan pada masa lansia terkait dengan pendidikan, yaitu: (1) Perkembangan fisik lansia, (2) Perkembangan kognitif lansia, dan (3) Perkembangan sosio-emosi pada lansia.

1. Perkembangan Fisik Lansia

Perkembangan fisik pada lansia sesuai dengan koneksi melalui riset yang mempertanyakan apakah depresi dapat mempengaruhi kesehatan fisik lansia ataukah sebaliknya, diperoleh hasil bahwa Ketika depresi pertama terjadi dalam kehidupan, semakin besar kemungkinan bahwa ada genetik, kepribadian dan faktor-faktor pengalaman kehidupan yang berkontribusi depresi. Depresi yang pertama kali berkembang di kemudian hari ini lebih mungkin untuk memiliki beberapa hubungan masalah kesehatan fisik. Orang yang lebih tua dalam kesehatan fisik yang baik memiliki risiko depresi yang relatif rendah. Kesehatan fisik memang penyebab utama depresi di akhir kehidupan. Ada banyak alasan untuk ini, yang mencakup efek psikologis hidup dengan penyakit dan Cacat, efek sakit kronis; efek biologis beberapa kondisi dan obat-obatan yang dapat menyebabkan depresi melalui efek langsung pada otak; dan pembatasan tempat sosial beberapa penyakit berdasarkan gaya hidup orang tua yang mengakibatkan isolasi dan kesepian.

2. Perkembangan Kognitif Lansia

(8)

Dalam sebuah studi, mahasiswa dengan usia normal menunjukkan performa lebih baik dibandingkan orang dewasa lanjut usia, baik pagi maupun sore hari. Namun memori orang dewasa lanjut usia lebih baik ketika mereka diuji di pagi hari dibandingkan di sore hari, sedangkan memori para mahasiswa dengan usia normal pada pagi hari tidak sebagus pada saat sore hari (Hasher & kawan-kawan, 2001) (Santrock, 2012: 178)

3. Perkembangan Sosioemosi pada Lanjut Usia

Lingkungan sosial memberikan kontribusi yang besar dalam perkambangan kehiduapan sosio emosi lansia. Jadi definisi kesehatan berkaitan dengan usia tua yang selama ini menjadi subyek perdebatan harus diperjelas meskipun ada konsensus bahwa kesehatan di usia tua tidak penting untuk didefinisikan karena tidak adanya penyakit, menjadi gangguan dalam mendiagnosis orang tua. Sebaliknya, kesehatan dianggap multifaset: diagnosis penyakit harus dilengkapi dengan penilaian ketidaknyamanan yang berhubungan dengan gejala (misalnya, sakit), ancaman hidup, konsekuensi pengobatan (misalnya, efek samping obat), kapasitas fungsional dan evaluasi subjektif kesehatan (Borchelt et al., 1999). Selain itu, Rowe & Khan (1987) menyarankan bahwa kesehatan bagi sebagian kumpulan orang dewasa didefinisikan dalam status yang relatif terhadap norma-norma umur dan kelompok. Dalam dunia pendidikan memberikan pembelajaran bagi kita untuk mengambil pelajaran dari para lansia, karena dalam usia lansia, mereka lebih bersikap bijak dalam berkata dan bersikap.

KESIMPULAN

Masa lansia merupakan tahap akhir pada perkembangan manusia. Pada tahap ini manusia mengalami penurunan fungsi fisik dan psikologis seperti penurunan fungsi anggota gerak, kecepatan dalam berfikir, penurunan kesehatan dan sebagainya. Kualitas hubungan dengan lingkungan sosial terutama keluarga merupakan faktor penting yang dapat membantu lansia untuk lebih mudah melewati kehidupannya. Dukungan keluarga membantu lansia menekan adanya emosi negatif dan merubahnya menjadi emosi positif. Peningkatan spiritualitas dan religiusitas merupakan wujud dari bentuk kepasrahan yang menjadi jalan bagi lansia untuk menerima segala perubahan yang dihadapi. Oleh karena itu dibutuhkan dukungan dari dunia pendidikan dalam mempersiapkan lansia untuk menghadapi masa tua sehingga para lansia siap menyambut masa lanjut usianya.

Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.Usia tua dimaknai subjek sebagai usia yang sudah mendekati kematian, akan banyak mengalami sakit, harus sabar dan mendekati agama, serta harus bisa menerima keadaan. Kurangnya persiapan dalam menghadapi masa lansia dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada kondisi psikologis dan emosional lansia seperti depresi, kesepian, kurangnya penerimaan diri dan sebagainya.

(9)

pasangan atau dengan orang lain, dan menjadikan kehidupan sehari-hari penuh dengan kegiatan yang memuaskan. Semua perubahan ini melibatkan mengakui, mendukung, dan meningkatkan kontribusi yang senior buat untuk bangsa society. Sebuah bangsa yang menjaga warga seniornya (lansia) akan memaksimalkan kemungkinan bahwa masing-masing dari kita akan menua secara optimal ketika nanti waktu kita datang untuk menjadi tua.

DAFTAR PUSTAKA

Berk, Laura E. 2012. Development Through the Lifespan (Edisi 5) Dari Masa Dewasa Awal Sampai Menjelang Ajal (Volume 2). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Terjemahan dari Development Through the Lifespan Fift Edition.

Endang Ekowarni, dkk. (2012). Pengalaman Emosi dan Mekanisme Koping Lansia yang Mengalami Penyakit Kronis. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah MadaVolume 39, No. 2, Desember 2012: 208 – 221

Kusumiati, Ratriana Yuliastuti Endang. 2009. Tinggal Sendiri Di Masa Lanjut Usia. Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Jurnal Humanitas Vol 6. No. 1 Januari 2009.

Mader, Sylvia, S. 2006. Human Biology. Ninth Edition. New York: The McGraw-Hill. Rathus, Spencer, A., Nevid, Jeffrey, S., & Rathus, Louis Ficher. 1993. Human Sexuality

in a World of Diversity. The United States of America, New York City: Humphrey Fine Art.

Santrock, John, W. 2012. Life Span Development (Edisi Ketigabelas. Jilid II). Jakarta: Erlangga.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Jean Piaget, pada masa remaja perkembangan kognitif sudah mencapai tahap puncak, yaitu tahap operasi formal (11 tahun - dewasa) (Gunarsa, 1982); suatu

Peneliti memiliki dugaan bahwa semakin tinggi keterpaparan lagu dewasa dengan lirik percintaan maka semakin mempengaruhi perilaku seksual pada anak, khususnya akhir

dari masa remaja akhir ke masa awal dewasa, dimana masa dewasa awal mulai memasuki. tahap perkembangan psikososial dan siap menerima kedudukannya dalam

Batasan usia dewasa akhir (lansia), faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan batas usia dewasa akhir, keadaan penduduk lansia di Indonesia, ciri-ciri dewasa akhir,

Pertemuan 11 Perkembangan kognitif, bahasa dan moralitas masa kanak-kanak, mencakup; pandangan Piaget tentang perkembangan kognitif, perkembangan bahasa dan moral, serta

Pertemuan 11 Tahap dan tugas perkembangan masa dewasa Pertemuan 12 Perkembangan aspek fisik dan kognitif orang dewasa Pertemuan 13 Perkembangan aspek sosial, emosi, moral,

Masa remaja: Transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mengandung perubahan besar fisik,.. kognitif ,

PETA KONSEP Perkembanga n fase dewasa Perkembanga n Fisik Perkembanga n Kognitif Perkembanga n Sosial Faktor-faktor Dewasa Awal Dewasa Tengah Dewasa Akhir Dewasa Awal