• Tidak ada hasil yang ditemukan

360570160 Laporan Kuliah Lapangan Bi Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "360570160 Laporan Kuliah Lapangan Bi Malang"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN BANK INDONESIA DALAM MENJAGA STABILITAS

KEUANGAN MENURUT PERSPEKTIF AKUNTANSI

LAPORAN KULIAH LAPANGAN

Diajukan sebagai Laporan Kuliah Lapangan di Bank Indonesia Malang pada Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Yogyakarta

Disusun oleh: Ria Kurniawati

142120110

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Peran Bank Indonesia Dalam Menjaga Stabilitas Keuangan Menurut Perspektif Akuntansi

Nama : Ria Kurniawati

NIM : 142120110

Laporan ini telah disetujui pada:

Tanggal………...

Oleh:

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Marita, SE.,MSi.,Ak.,CA Sutoyo, DRS.,MSi.

NIY. 2 7403 97 0159 1 NIP. 1962 0101 1991 03 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Akuntansi

(3)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan dengan judul Peran Bank Indonesia Dalam Menjaga Stabilitas Keuangan Menurut Perspektif Akuntansi. Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi persyaratan akhir Kuliah Lapangan. Dengan membuat laporan ini, diharapkan kita mampu untuk mengetahui tentang Peran Bank Indonesia Dalam Menjaga Stabilitas Keuangan Menurut Perspektif Akuntansi.

Dalam penyelesaian laporan ini, saya banyak mengalami kesulitan, terutama karena dikarenakan kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya laporan ini dapat terselesaikan dengan baik. Karena itu, sudah sepantasnya saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Hiras Pasaribu, M.Si., CA. selaku Ketua Jurusan Prodi Akuntansi. 2. Seluruh Dosen Pembimbing Lapangan.

3. Ibu Marita, SE., M.Si., Ak., CA dan Bapak Sutoyo, DRS., Msi. selaku dosen pembimbing penyusunan laporan, dan

4. Semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan laporan ini. Saya sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan laporan ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan laporan yang lebih baik lagi di masa mendatang. Saya juga meminta maaf apabila dalam proses pembuat laporan ada pihak yang merasa dirugikan.

Harapan saya, semoga laporan ini dapat membantu dalam proses belajar para mahasiswa serta menjadi sebuah referensi yang berguna untuk pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 5 Mei 2015

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan... 2

1.4 Manfaat... 2

BAB II PENDEKATAN MASALAH... 3

2.1 Teori... 3

2.1.1 Definisi Stabilitas Sistem Keuangan... 3

2.1.2 Faktor-faktor Pendukung Stabilitas Sistem Keuangan... 4

2.1.3 Pentingnya Stabilitas Sistem Keuangan... 5

2.2 Gambaran Umum Perusahaan... 5

2.2.1 Sejarah Bank Indonesia... 5

2.2.2 Struktur Organisasi... 7

2.2.3 Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Bank Indonesia... 8

2.2.4 Profil Dewan Gubernur... 9

2.2.5 Lokasi Perusahaan...13

2.3 Pembahasan...14

2.3.1 Peran Bank Indonesia Dalam Stabilitas Keuangan 14 2.3.2 Peran Akuntansi Dalam Stabilitas Keuangan...16

2.3.3 Langkah Analisis Stabilitas Keuangan...17

2.3.4 Perangkat Untuk Menjaga Stabilitas Keuangan...19

BAB III PENUTUP ...21

3.1 Kesimpulan ...21

3.2 Saran ...21 DAFTAR PUSTAKA

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis keuangan yang terjadi di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia pada tahun 1997 semakin menyadarkan akan pentingnya stabilitas sistem keuangan. Ketidakstabilan sistem keuangan menimbulkan dampak yang buruk yakni hilangnya kepercayaan masyarakat dan menurunnya pertumbuhan ekonomi dan pendapatan. Disamping itu biaya pemulihan ekonomi khususnya sektor keuangan akibat krisis sangat besar. Sementara proses pemulihannya berjalan kurang sesuai harapan. Oleh karena itu,stabilitas sistem keuangan wajib dipelihara untuk menjamin kepentingan publik.

Dalam beberapa tahun terakhir paska krisis semakin banyak bank sentral maupun organisasi keuangan internasional yang secara khusus membentuk divisi/unit khusus untuk memonitor dan menilai kondisi keuangan negara masing-masing dan menerbitkannya dalam suatu laporan stabilitas keuangan.

(6)

mengapa stabilitas sistem keuangan juga masih merupakan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut muncul suatu rumusan masalah mengenai bagaimana peran Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas sistem keuangan menurut perspektif akuntansi?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah ntuk mengetahui langkah yang ditempuh oleh Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas sistem keuangan menurut perspektif akuntansi.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan laporan ini adalah 1. Akademisi

Memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai peran Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas sistem keuangan sehingga dapat menambah literatur dan kepustakaan yang berkaitan dengan Bank Indonesia khususnya mengenai peran Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas sistem keuangan menurut perspektif akuntansi.

2. Praktisi

(7)

BAB II

PENDEKATAN MASALAH

2.1 Teori

2.1.1 Definisi Stabilitas Sistem Keuangan

Stabilitas sistem keuangan belum memiliki pengertian baku yang diterima secara internasional. Oleh karena itu, muncul beberapa definisi mengenai SSK yang pada intinya mengatakan bahwa suatu sistem keuangan memasuki tahap tidak stabil pada saat sistem tersebut telah membahayakan dan menghambat kegiatan ekonomi. Beberapa definisi SSK menyebutkan bahwa, sistem keuangan yang stabil mampu mengalokasikan sumber dana dan menyerap kejutan yang terjadi sehingga dapat mencegah gangguan terhadap kegiatan sektor riil dan sistem keuangan. Sistem keuangan yang stabil adalah sistem keuangan yang kuat dan tahan terhadap berbagai gangguan ekonomi sehingga tetap mampu melakukan fungsi intermediasi, melaksanakan pembayaran dan menyebar risiko secara baik. Stabilitas sistem keuangan adalah suatu kondisi dimana mekanisme ekonomi dalam penetapan harga, alokasi dana dan pengelolaan risiko berfungsi secara baik dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

(8)

Sementara itu, Schinasi (2006a) mendefinisikan stabilitas keuangan sebagai kondisi dimana sistem keuangan:

a. secara efisien memfasilitasi alokasi sumber daya dari waktu ke waktu, dari deposan ke investor, dan alokasi sumber daya ekonomi secara keseluruhan,

b. dapat menilai/ mengidentifikasi dan mengelola risiko keuangan,

c. dapat dengan baik menyerap gejolak yang terjadi pada sektor keuangan,

d. secara umum, stabilitas sistem keuangan adalah ketahanan sistem keuangan terhadap guncangan perekonomian, sehingga fungsi intermediasi, sistem pembayaran dan penyebaran risiko tetap berjalan dengan semestinya.

Meningkatnya kecenderungan globalisasi sektor keuangan yang didukung oleh perkembangan teknologi menyebabkan sistem keuangan menjadi semakin terintegrasi tanpa jeda waktu dan batas wilayah. Selain itu, inovasi produk-produk keuangan semakin bertambah dinamis dan bermacam-macam dengan kerumitan yang semakin tinggi. Berbagai perkembangan tersebut selain dapat memicu ketidakstabilan sistem keuangan, juga mengakibatkan semakin susahnya mengatasi ketidakstabilan tersebut.

Identifikasi terhadap sumber ketidakstabilan sistem keuangan umumnya lebih bersifat forward looking (melihat ke depan). Hal ini diperuntukan mengetahui resiko yang akan timbul serta akan mempengaruhi kondisi sistem keuangan kedepan. Atas dasar hasil identifikasi tersebut, selanjutnya dilaksanakan analisis sampai seberapa besar resiko berpotensi menjadi semakin membahayakan, meluas dan sistemik (Alam S, 2003).

2.1.2 Faktor-faktor Pendukung Stabilitas Sistem Keuangan

Menurut Bank Indonesia dalam Booklet Stabilitas Sistem Keuangan terdapat empat faktor terkait yang mendukung terciptanya stabilitas sistem keuangan, yakni:

(9)

b. lembaga keuangan yang dikelola dengan baik, c. pengawasan institusi keuangan yang efektif, dan d. sistem pembayaran yang aman dan handal.

Adanya tekanan pada salah satu faktor berdampak pada faktor lainya. 2.1.3 Pentingnya Stabilitas Sistem Keuangan

Sistem keuangan memegang peran yang sangat penting. Jika sistem keuangan mengalami ketidakstabilan dan tidak berfungsi dengan efisien, penempatan dana tidak akan berjalan dengan baik sehingga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan pengalaman, sistem keuangan yang tidak stabil, terlebih jika sampai mengakibatkan krisis, memerlukan biaya yang sangat tinggi untuk upaya penyelamatannya. Biaya yang sangat tinggi diperlukan untuk mengembalikan stabilitas sistem keuangan. Selain itu, diperlukan waktu yang lama untuk menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan. Sistem keuangan yang tidak stabil cenderung akan rentan terhadap berbagai gejolak sehingga mengganggu perputaran roda perekonomian (Alam S, 2003).

2.2 Gambaran Umum Perusahaan 2.2.1 Sejarah Bank Indonesia

Pada tahun 1828 Pemerintah Hindia Belanda mendirikan De Javasche Bank sebagai bank sirkulasi yang bertugas mencetak dan mengedarkan uang. Tahun 1953, Undang-Undang Pokok Bank Indonesia menetapkan pendirian Bank Indonesia untuk menggantikan fungsi De Javasche Bank sebagai bank sentral, dengan tiga tugas utama di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran. Di samping itu, Bank Indonesia diberi tugas penting lain dalam hubungannya dengan Pemerintah dan melanjutkan fungsi bank komersial yang dilakukan oleh DJB sebelumnya.

(10)

Pemerintah sebagai agen pembangunan mendorong kelancaran produksi serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat. Tahun 1999 merupakan babak baru dalam sejarah Bank Indonesia, sesuai dengan UU No.23/1999 yang menetapkan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

Pada tahun 2004, Undang-Undang Bank Indonesia diamandemen dengan fokus pada aspek penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia, termasuk penguatan governance.

Pada tahun 2008, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem keuangan. Amandemen dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan perbankan nasional dalam menghadapi krisis global melalui peningkatan akses perbankan terhadap Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek dari Bank Indonesia.

Malang merupakan sebuah karesidenan yang terbentuk pada tahun 1926, kemudian pada tahun 1928 Malang memiliki kantor pemerintahan sendiri. Malang merupakan daerah dengan iklim yang cocok untuk bercocok tanam, sehingga pada saat itu Malang merupakan salah satu kota dengan pendapatan ekonomin yang berasal dari sektor perkebunan. Akibat pertumbuhan ekonomi tersebut muncullah berbagai pembangunan di kota Malang salah satunya yaitu bagunana bank.

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda di kota Malang diperkirakan terdapat dua bank besar di kawasan alun-alun kotak yaitu Javasche Bank (BI) dan Escomto (Bank Mandiri). Kedua bank ini sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya perekonomian di kota Malang yang kaya akan hasil perkebunannya. Hampir seluruh Javasche Bank (BI) menggunakan bangunan bersejarah peninggalan Belanda, Javasche Bank (BI) kota Malang diperkirakan berdiri tahun 1915 dan diresmikan pada tanggal 1 Desember 1915 setelah gedung Javasche Bank di kota-kota lainya selesai dibangun.

(11)

material asli atap dengan material baru setelah terjadi peristiwa pembakaran bangunan-bangunan publik Belanda di Malang pada Desember 1947, namun karena memiliki dinding yang tebal akhirnya yang terbakarhanya atapnya saja. Pembakaran tersebut dilakukan karena penduduk kota Malang takut Belanda akan kembali ke Indonesia. Setelah kejadian tersebut diperbaiki kembali pada 31 Juli 1947. Pemugaran resmi dilakukan pada tahun 1950-an setelah kondisi Republik Indonesia stabil, selain itu juga terbentuknya Undang-Undang Gula dan Agraria sehingga membuat kota Malang perlahan kembali mengalami pertumbuhan ekonomi. Pemugaran selanjutnya terjadi pada tahun 1970-an.

2.2.2 Struktur Organisasi

2.2.3 Visi, Misi, dan Sasaran Strategis Bank Indonesia

(12)

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Misi

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang

berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.

Sasaran Strategis

Untuk mewujudkan Visi dan Misi tersebut, Bank Indonesia menetapkan sasaran strategis jangka menengah panjang, yaitu :

1. Memperkuat pengendalian dari sisi permintaan dan penawaran 2. Menjaga stabilitas nilai tukar

3. Mendorong pasar keuangan yang dalam dan efisien

4. Menjaga SSK yang didukung dengan penguatan surveillance SP 5. Mewujudkan keuangan inklusif yang terarah, efisien, dan sinergis 6. Memelihara SP yang aman, efisien, dan lancer

7. Memperkuat pengelolaan keuangan BI yang akuntabel

8. Mewujudkan proses kerja efektif dan efisien dengan dukungan SI, kultur, dan governance

(13)

10. Memperkuat aliansi strategis dan meningkatkan persepsi positif BI 11. Memantapkan kelancaran transisi pengalihan fungsi pengawasan bank

ke OJK

2.2.4 Profil Dewan Gubernur

1. Agus D.W. Martowardojo, Gubernur Bank Indonesia

Agus D.W. Martowardojo lahir di Belanda pada 1956. Gelar Sarjana Ekonomi diraih dari Universitas Indonesia. Beliau juga memperluas wawasan dengan mengikuti berbagai program di State University of New York, Harvard Business School, Standford University, dan Wharton Executive Education.

Perjalanan karirnya diawali di dunia perbankan. Mulai di Bank of America, kemudian di Bank Niaga pada 1986. Sejak 1995, Beliau diminta untuk menjadi Direktur Utama PT. Bank Bumiputera dan pada 1998 sebagai Direktur Utama PT. Bank Ekspor Impor Indonesia. Selama kurun waktu 1999-2002, bertugas sebagai Managing Director Bank Mandiri. Pada Oktober 2002, setelah menjabat Penasehat untuk Ketua BPPN, ditugaskan menjadi Dirut PT. Bank Permata Tbk. dan sejak Mei 2005 hingga Mei 2010, memimpin PT. Bank Mandiri Tbk. sebagai Dirut.

Penghargaan yang diraih Beliau antara lain Indonesia’s Best Executive in 2009 dari Asiamoney, The Indonesian Banker Leadership Achievement Award 2010 dari The Asian Banker, dan terpilih sebagai Finance Minister of the Year 2012 untuk level dunia dan Asia-Pasifik versi The Banker pada Februari 2012.

Sebelum diangkat sebagai Gubernur BI, Beliau menjabat sebagai Menteri Keuangan Republik Indonesia sejak 20 Mei 2010. Selanjutnya, sesuai dengan Keputusan Presiden RI No.45/P Tahun 2013, tanggal 13 April 2013, diambil sumpahnya sebagai Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 24 Mei 2013. Masa jabatan Agus D.W. Martowardojo sebagai Gubernur Bank Indonesia adalah untuk periode 2013 – 2018.

(14)

Mirza Adityaswara, lahir di Surabaya pada 1965. Gelar Sarjana Ekonomi diraih dari Universitas Indonesia, kemudian Mirza memperoleh gelar Master of Applied Finance dari Macquarie University, Sydney, Australia.

Beliau mengawali karir sebagai Dealer di Bank Sumitomo Niaga pada tahun 1989. Sejak tahun 2002 hingga Oktober 2005, Beliau menjabat sebagai Director, Head of Securities Trading & Research, Bahana Sekuritas, kemudian pada November ditahun yang sama beliau diminta menjadi Director, Head of Equity Research & Bank Analysis di Credit Suisse Securities Indonesia. Selama kurun waktu 2008 – 2010, Mirza bertugas sebagaiManaging Director, Head of Capital Market, Mandiri Sekuritas, sekaligus sebagai Kepala Ekonom Bank Mandiri Group.

Sebelum diangkat sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Beliau menjabat sebagai Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan sejak April 2012 ditugaskan sebagai Kepala Eksekutif LPS sekaligus Dewan Komisioner. Selanjutnya, sesuai dengan Keputusan Presiden RI No.113/P Tahun 2013 tanggal 30 September 2013, diambil sumpahnya sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada tanggal 3 Oktober 2013 untuk periode 2013 - 2014. Jabatan tersebut diperpanjang berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 62/P Tahun 2014, Mirza Adityaswara ditetapkan sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia untuk masa jabatan selama 5 (lima) tahun.

3. Halim Alamsyah, Deputi Gubernur

Lahir di Bangka, 6 Maret 1957. Menyelesaikan pendidikan Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, dan pendidika Sarjana Hukum di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, gelar Master of Arts dalam bidang Development Economics, Boston University, Massachussets, USA dan meraih gelar Doktornya dalam bidang Ilmu Ekonomi, dari Universitas Indonesia, Jakarta.

(15)

Kebijakan Moneter. Selang satu setengah tahun kemudian, tepatnya Juli 2000, Halim Alamsyah diangkat sebagai Kepala Biro Gubernur Bank Indonesia. Pada Juli 2002 beliau dipromosikan sebagai Direktur Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan. Sejak Januari 2003, ia berturut-turut ia menempati pos sebagai Direktur Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter, Direktur Direktorat Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat pada April 2005, dan Direktur Direktorat Statistik dan Moneter pada Pebruari 2006, sebelum akhirnya ditempatkan sebagai Direktur DPNP pada Maret 2007.

Halim Alamsyah diangkat sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden RI No.63/P Tahun 2010 tanggal 1 Juni 2010 dan diambil sumpahnya (dilantik) pada tanggal 17 Juni 2010.

4. Ronald Waas, Deputi Gubernur

Ronald Waas, lahir di Tanjung Pinang pada 1955. Ronald meraih gelar sarjananya di Fakultas Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung di tahun 1980, dan meraih gelar Master of International Affairs (MIA) di Columbia University pada tahun 1996. menjabat sebagai Direktur Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran.

Ronald Waas diangkat sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden RI No.75/P Tahun 2011 tanggal 21 Desember 2011 dan diambil sumpahnya (dilantik) pada tanggal 29 Desember 2011.

5. Perry Warjiyo, Deputi Gubernur

(16)

Perry memulai karirnya di Bank Indonesia sejak 1984. Perry mempunyai karier yang panjang dan cemerlang di Bank Indonesia khususnya di area riset ekonomi dan kebijakan moneter, pengelolaan devisa, isuisu internasional, serta transformasi organisasi. Pada 2007 -2009, Perry mendapat mandat menduduki posisi penting sebagai Direktur Eksekutif di International Monetary Fund (IMF), mewakili 13 negara anggota yang tergabung dalam South-East Asia Voting Group (SEAVG). Selanjutnya Perry meneruskan kariernya di BI sebagai Kepala Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI mulai 2009 hingga 2012.

Sejak awal 2013, Perry menjabat sebagai Asisten Gubernur yang membawahi area kebijakan moneter dan internasional. Perry aktif mengajar di di sejumlah universitas di Indonesia. Ia juga telah menghasilkan dan mempublikasikan sejumlah buku, jurnal, dan makalah di bidang ekonomi, moneter, dan isu-isu internasional.

Perry Warjiyo diangkat sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden RI No.28/P Tahun 2013 tanggal 5 April 2013, dan diambil sumpahnya (dilantik) pada 15 April 2013.

6. Hendar, Deputi Gubernur

Hendar dilahirkan pada tahun 1957 di Bandung – Jawa Barat. Setelah menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi, Universitas Padjajaran – Bandung, pada tahun 1982 ia mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi di bidang ilmu manajemen. Pada tahun 1995, Hendar memperoleh gelar MA di bidang Ekonomi Pembangunan dari Center for Development Economics, Williams College, AS. Selanjutnya, pada tahun 2010 Hendar mendapatkan gelar doktor di bidang ekonomi dari Universitas Padjadjaran- Bandung. Sebagai kader Pimpinan Bank Indonesia, pada tahun 2008 Hendar menjadi wakil Bank Indonesia untuk mengikuti Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) Aangkatan 41 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia.

(17)

beliau menjabat sebagai Asisten Gubernur Bidang Sistem Pembayaran, Pengedaran Uang dan Pengelolaan Sistem Informasi. Dalam kapasitasnya mewakili Bank Indonesia, beliau aktif dalam berbagai forum pertemuan internasional seperti antara lain Executives’ Meeting of East Asia Pacific Central Banks (EMEAP) dan BIS Meeting on Government Bonds Market Development.

Hendar diangkat sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 89/P Tahun 2013 tanggal 27 Juli 2013 dan diambil sumpahnya (dilantik) pada tanggal 2 Agustus 2013. 2.2.5 Lokasi Perusahaan

Selain kantor pusat di Jakarta, Bank Indonesia mempunyai 41 Kantor Bank Indonesia (KBI) di Indonesia beserta 4 kantor perwakilan di luar negeri, yaitu London, Singapura, New York, dan Tokyo. KBI Malang berada dibawah koordinasi KBI Surabaya (Jawa Timur). Wilayah kerja KBI Malang meliputi:

 Kabupaten Lumajang,

 Kabupaten dan Kota Malang,  Kabupaten dan Kota Pasuruan,

 Kabupaten dan Kota Probolinggo, dan  Kota Batu.

Kantor Bank Indonesia Malang beralamatkan di Jalan Merdeka Utara No.7 Alun-alun Kota Malang. Telp: 0341-366054

2.3 Pembahasan

2.3.1 Peran Bank Indonesia Dalam Stabilitas Keuangan

Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Kelima peran utama yang mencakup kebijakan dan instrumen dalam menjaga stabilitas sistem keuangan itu adalah:

(18)

ekonomi. Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi, sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu kebijakan yang disebut inflation targeting framework.

Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di negara-negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian. Untuk mencegah terjadinya kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan yang efektif haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum (law enforcement) harus dijalankan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem keuangan yang kokoh. Sementara itu, upaya penegakan hukum (law enforcement) dimaksudkan untuk melindungi perbankan dan stakeholder serta sekaligus mendorong kepercayaan terhadap sistem keuangan. Untuk menciptakan stabilitas di sektor perbankan secara berkelanjutan, Bank Indonesia telah menyusun Arsitektur Perbankan Indonesia dan rencana

implementasi Basel II.

(19)

dengan nama sistem RTGS (Real Time Gross Settlement) yang dapat lebih meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem pembayaran. Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki informasi dan keahlian untuk mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem pembayaran.

Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui pemantauan secara macroprudential, yaitu mengatur stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan dan secara komprehensif mempersiapkan terjadinya risiko sistemik di sektor keuangan dengan upaya membatasi dampak berantai terhadap keseluruhan ekonomi Negara. Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Melalui riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan indikator macroprudential untuk mendeteksi kerentanan sektor keuangan.

Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi LoLR merupakan peran tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat sistemik. Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang mengalami kesulitan likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan untuk membayar kembali. Dalam menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia harus menghindari terjadinya moral hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko sistemik dan persyaratan yang ketat harus diterapkan dalam penyediaan likuiditas tersebut.

2.3.2 Peran Akuntansi Dalam Stabilitas Keuangan

(20)

keuangan secara keseluruhan dan secara komprehensif mempersiapkan terjadinya risiko sistemik di sektor keuangan dengan upaya membatasi dampak berantai terhadap keseluruhan ekonomi negara. Macroprudential lebih mengarah kepada sistim keuangan secara keseluruhan dengan sasaran agar tidak terjadi permasalahan untuk menghindari biaya yang akan dibebankan kepada pemerintah (pembayar pajak). Macroprudential terfokus pada aktivitas lembaga-lembaga keuangan yang memiliki pengaruh signifikan pada pasar maupun sistem keuangan. Informasi dari Macroprudential ini akan membantu para pembuat kebijakan mengenai perlunya bail-out (atau tidak) terhadap suatu institusi keuangan yang tengah mengalami kesulitan likuiditas. Bail-out menjelaskan situasi dimana sebuah entitas yang bangkrut atau hampir bangkrut, bail-out umumnya adalah respon terhadap adanya respon terhadap adanya kesuliatan pada aliran dana jangka pendek dimana entitas yang mengalami kesulitan dana likuid namun memiliki aset yang cukup hingga masalah keuangan jangka pendek dapat diselesaikan.

(21)

Stress Test, Probability of Default (PD), Model EWS leading indicator sektor properti, transition matrices, dan stress test micro perbankan.

2.3.3 Langkah Analisis Stabilitas Keuangan

Setelah pemahaman stabilitias sistim keuangan dan sasaran yang akan dicapai disepakati dan dipahami, maka pelaksanaan analisis simpul simpul kerawanan yang dapat menyebabkan instabilitas akan dapat dilakukan dengan mudah dalam organisasi bank sentral. Terdapat dua pendekatan yang saling melengkapi:

Pertama, memfokuskan kepada berbagai faktor risiko yang berasal dari dalam sistem keuangan itu sendiri yaitu terdiri dari lembaga keuangan, pasar keuangan dan infrastruktur keuangan seperti settlement yang dilakukan oleh bank sentral maupun lembaga lainnya. Unsur internal sistim keuangan ini akan selalu dihadapkan kepada berbagai faktor risiko seperti risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan risiko operational. Peningkatan kompleksitas sistem keuangan di tunjukan dengan pesatnya pasar di credit derivatives. Instrumen ini relative masih baru yang bentuknya bisa beraneka ragam. Meskipun instrument ini sangat baik untuk mitigasi risiko, namun terdapat kemungkinan bahwa tehnis penilaiannya akan rumit serta dapat menimbulkan moral hazard atau rentan terjadinya spekulasi dan fraud. Lembaga keuangan baik yang melakukan mitigasi dengan menjual risikonya kepada pihak lain masih dapat ter ekspose risiko. Tanpa disadari bahwa risiko sistemik akan dapat manganulir persepsi bahwa risikonya telah dijual, sedangkan lembaga yang membeli risiko ternyata sudah terlalu besar risiko yang dibelinya dan tidak bisa dimitigasi ke lambaga lain. Jika terjadi default atas maka hanya bail-out dari otoritas yang dapat menyelesaikannya.

(22)

informasi tanda tanda terjadinya instabilitas. Dengan mendasarkan perbandingan beberapa indikator pada waktu tertentu dengan pada waktu normal, maka kita bisa melakukan analisis seberapa besar perbedaan atas indikator instabilitas tersebut. Jika perbedaannya besar dengan trend yang meningkat maka kita bisa mengindikasikan kondisi keuangan mengarah kepada isntabilitas. Namun demikian, sering sekali mendapatkan kesulitan untuk melakukan interpretasi atas berbagai indikator isntabilitas karena indikator normal kadang ]kadang sulit untuk ditentukan mengingat perkembangan ekonomi yang sangat dinamis. Berbagai informasi yang belum secara terintegrasi dalam sistim keuangan merupakan faktor yang penting untuk dapat dijadikan judgment dalam melakukan analisis kondisi sistim keuangan. Analisis dampak negatif atas guncangan ekonomi makro terhadap stabilitas sistim keuangan juga dapat diterapkan. Macro stress testing merupakan pendekatan yang biasanya digunakan dalam analisis ini dengan tujuan untuk mengukur ketahanan bank atau lembaga kuangan dalam menghadapi berbagai shocks atas kondisi ekonomi dan respon kebijakan makro ekonomi yang diperlukan dari otoritas. Lembaga keuangan dan pasar keuangan sudah semakin terintegrasi serta sangat tinggi ketergantungannya sehingga analisis keterkaitan antar lembaga dan pasar keuangan sangat membantu untuk mengukur sejauhmana permasalahan yang mungkin timbul di lembaga atau pasar keuangan dapat menimbulkan dampak sistemik di sistim keuangan.

Bank sentral mempunyai tanggung jawab khusus dalam melakukan analisis dan memonitor sistem keuangan. Terintegrasinya lembaga dan pasar keuangan dengan pasar global telah membuat bank sentral perlu melakukan analisis sistim keuangan global dalam laporan stabilitas sistim keuangannya yang dipublikasikan secara rutin.

2.3.4 Perangkat Untuk Menjaga Stabilitas Keuangan

(23)

sistemiknya dapat diminimalisir. Bank sentral mempunyai banyak perangkat kebijakan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, yaitu:

Pertama, peran lender of last resort dapat diterapkan pada saat terjadi permasalahan likuiditas perbankan untuk mencegah terjadinya krisis yang bersifat sistemik.

Kedua, bank sentral dapat melakukan operasi monetar dalam bentuk intervensi di pasar valas maupun pasar likuiditas.

Ketiga, secara lebih dini bank sentral mengatur laju pertumbuhan kredit.

Keempat, dalam hal pengawasan microprudential berada di bank sentral, maka pengawasan micro dapat secara mudah disinkronisasikan dengan kebijakan macroprudential. Harmonisasi langkah pencegahan terhdap krisis ini sangat panting dilakukan dalam kondisi masih normal. Dengan demikian regulasi yang bersifat macroprudential untuk mencegah adanya sistemik risk dapat dikeluarkan oleh ban sentral untuk melaksanakantugasnya yang menyangkut kebijakan untuk menjaga stabilitas sistim keuangan. Dalam hal pengawasan bank berada di bank sentral, maka regulasi yang bersifat microprudential juga dapat dikeluarkan oleh bank sentral.

(24)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa:

1. Peranan bank Indonesia sebagai bank sentral sangat penting bagi stabilitas keuangan,

2. Dalam menjaga stabilitas keuangan, Bank Indonesia mempunyai lima peran, yaitu:

 menjaga kestabilan moneter.

 menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi.

 kewenangan mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.

(25)

 melalui fungsi bank sentral berfungsi sebagai jaring pengaman sistem keuangan sebagai leader of the last resort (LoLR).

3. Akuntansi berperan dalam hal pengawasan pada sektor keuangan yang diwujudkan melalui pemantauan secara macroprudential yang lebih mengarah kepada sistem keuangan secara keseluruhan agar tidak terjadi permasalahan penghindaran biaya yang akan dibebankan kepada pemerintah (pembayar pajak). Informasi Macro-prudential akan membantu pembuat kebijakan mengenai perlunya bail-out (atau tidak) terhadap institusi keuangan yang tengah mengalami kesulitan likuiditas.

Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa: 3.2 Saran

1. Bagi Bank Indonesia:

Sebaiknya dibuat kebijakan khusus yang mengatur stabilitas keuangan dan lebih cepat dalam memberikan solusi terhadap permasalahan stabilitas keuangan yang begitu fluktuatif.

2. Bagi masyarakat:

Masarakat harus turut aktif dalam menjaga stabilitas keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Alam S. 2013. Pengertian dan Peran Bank Sntral. Diunduh tanggal 2 Mei 2015.

http://www.zakapedia.com/2014/10/pengertian-bank-sentral-peran-dan.html#_

Bank Indonesia. Stabilitas Sistem Keuangan. Diunduh tanggal 2 Mei 2015. http://www.bi.go.id/id/perbankan/ssk/peranbi/peran/Contents/Default.aspx

Junaidi. 2010. Bank Sentral Dalam Menjaga Stabilitas Sistim Keuangan. Diunduh tanggal 2 Mei 2015.

http://junaidipiscesguru.blogspot.com/2010/06/peran-bank-sentral-dalam menjaga.html

Noveesha, Mira. 2014. Peran Aktif Bank Indonesia Dalam Menjaga Sistem Keuangan Agar Tetap Stabil. Diunduh tanggal 2 Mei 2015.

(26)

Rozali, Rais. 2014. Peran Pengawasan Perbankan Oleh Bank Indonesia, Otoritas Jasa keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan. Diunduh tanggal 2 Mei 2015.

https://zalirais.wordpress.com/2014/12/30/peran-pengawasan-perbankan- oleh-bank-indonesia-otoritas-jasa-keuangan-dan-lembaga-penjamin-simpanan/

Wikipedia. Bank Indonesia.

http://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Indonesia

LAMPIRAN GAMBAR

(27)

Gb.2 Sambutan dari pihak kampus UPN “Veteran” Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi utama bank diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yaitu fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana

• Dalam konteks sistem pembayaran, Bank Indonesia pada dasarnya memiliki fungsi utama untuk menyediakan suatu layanan prima di penyelenggaraan sistem pembayaran2. • Untuk

Fungsi utama bank diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yaitu fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana

Feraldi, Fikri, “Akibat Hukum Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Terhadap Fungsi Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral”, (Skripsi

termaksud dalam pasal 16 ayat 1 Undang-undang Pokok Bank Indonesia 1953 untuk masa. enam bulan, dari tanggal 30 April 1957 sampai tanggal 1 Nopember 1957,

Unit Akunting pada Koperasi Pegawai Bank Indonesia (KOPEBI) memiliki tugas, pokok, dan fungsi yaitu membuat pembukuan, administrasi serta tata usaha seluruh

Berdasarkan Undang-undang Nomor 13 tahun 1962 tentang ketentuan-ketentuan pokok Bank Pembangunan Daerah yang menetapkan antara lain bahwa Bank Pembangunan Daerah

Batas Maksimum Pemberian Kredit BMPK Pasal 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, memuat ketentuan bahwa Bank Indonesia sebagai Bank Sentral menetapkan ketentuan