SEMINAR (PROPOSAL TUGAS AKHIR)
RP09-1327
TEMA : TATA GUNA LAHAN
TOPIK : PENGENDALIAN LAHAN
JUDUL : ARAHAN PENGENDALIAN DAERAH PERTANIAN DI KABUPATEN
MADIUN
OLEH:
AINUN DITA FEBRIYANTI
3609 100 019
DOSEN PEMBIMBING
Ema Umilia, ST, MT.
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Kegiatan pertanian memiliki peranan yang cukup penting dan strategis dalam mendukung pembangunan perekonomian Indonesia secara keseluruhan (Daryanto, 2009). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2009, disebutkan bahwa kontribusi sektor pertanian terhadap PDB nasional sebesar 13-14% dan menyerap tenaga kerja sebesar 42,61-43,03 juta orang. Sektor ini menempati urutan ketiga setelah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restauran. Selain itu, kegiatan pertanian merupakan kegiatan yang memiliki kemampuan khusus dalam memadukan pertumbuhan dan pemerataan (growth with
equity) atau pertumbuhan yang berkualitas (Daryanto, 2009).
Keberadaaan kegiatan pertanian menjadi salah satu penentu dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional (Agus, 2008). Dalam rencana kerja pemerintah (RKP) tahun 2012, ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas bagi pemerintah, oleh karena itu sektor pangan sangat berkontribusi besar terhadap sektor pertanian. Sebagai salah satu prioritas kebijakan untuk mewujudkan misi Indonesia yang sejahtera, sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, pembangunan sektor pertanian diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Berdasarkan peningkatan dan pentingnya sektor pertanian tersebut, maka dalam usaha mendukung program Kabupaten Madiun sebagai Lumbung Padi Propinsi Jawa Timur, dilakukan beberapa usaha untuk pengembangan sektor pertanian melalui program intensifikasi dan eksentifikasi lahan irigasi, pengembangan potensi sumber-sumber air, dan pengembangan jaringan irigasi (RTRW Kabupaten Madiun 2009-2029). Penggunaan lahan di Kabupaten Madiun didominasi oleh pemukiman/pekarangan seluas 15.322,26 Ha (15,16%), sawah seluas 30.951 Ha (30,62%), tegal seluas 7.091,54 Ha (7,02%), perkebunan seluas 2.472 Ha (2,45%), hutan negara seluas 40.511 Ha (40,08%), perairan (kolam/waduk) seluas 836 Ha (0,83%), dan lain-lain (jalan, sungai, makam) seluas 3.902,2 Ha (3,86%). (RPJMD Kabupaten Madiun 2009-2013). Menurut RTRW Kabupaten Madiun 2009-2029, luas sawah yang ada di Kabupaten Madiun kurang lebih 31.594 Ha yang berpotensi besar untuk pengembangan sektor pertanian. Namun yang menjadi masalah disini adalah adanya kekeringan di beberapa wilayah pertanian yang ada di Kabupaten Madiun. Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, yang memetakan sejumlah daerah yang rawan terjadi kekeringan selama musim kemarau di Kabupaten Madiun.
Berdasarkan harian Antara News Jatim edisi Oktober 2012 diketahui beberapa lahan pertanian di Kabupaten Madiun yang mengalami kekeringan, yakni lahan pertanian di Kecamatan Pilangkenceng seluas 4,25 Ha dan jika diprediksikan apabila hujan belum juga turun, kekeringan tersebut bisa mencapai 400 Ha dari total lahan pertanian seluas 3000 Ha di wilayah ini. Selain itu, Dinas Pertanian dan Holtikultura Kabupaten Madiun mencatat, luas area tanaman padi di Kabupaten Madiun pada musim tanam kemarau II mencapai 13.000 Ha dari total lahan baku sawah yang lebih dari 30.000 Hektare. Berkurangnya area tanaman padi tersebut disebabkan kurangnya pasokan air seiring menyusutnya waduk dan sumber air lainnya (wijayakusumafm.blogspot.com, Oktober 2012). Dampak lain dari kekeringan pada lahan pertanian tersebut yaitu menyebabkan produktivitas padi menurun dari 6,29 ton/hektar pada tahun 1996 menjadi 5,90 ton/hektar pada tahun 2005 (RPJP Kabupaten Madiun 2005-2025).
wilayah bagian tengah. Sub DAS Kali Madiun ini memiliki debit 1.189 m³/detik dengan cakupan luasan daerah pengaliran sungai seluas 3.755 km² (Profil Balai Besar Sungai Bengawan Solo). Wilayah sub DAS Kali Madiun merupakan wilayah dengan tingkat erosi yang cukup tinggi yang menyebabkan sedimentasi di dataran, sehingga menyebabkan berkurangnya kapasitas sungai (RTRW Propinsi Jawa Timur). Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu adanya kekeringan yang ada di Kabupaten Madiun.
Selain memanfaatkan air sungai untuk irigasi pertanian, di Kabupaten Madiun terdapat beberapa waduk yang memang dibangun guna membantu pengairan pada lahan pertanian yang ada. Adapun waduk tersebut yaitu Waduk Notopuro dan Waduk Kedungbrubus. Daerah irigasi Waduk Kedungbrubus seluas 500 Ha dan Waduk Notopuro seluas 900 Ha serta keduanya memiliki debit yang relatif kecil yaitu berkisar antara 700-750 liter/detik (Profil Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo), padahal jika dilihat dari luas penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian seluas 30.951 Ha. Angka ini menunjukkan bahwa wilayah irigasi kedua waduk tersebut lebih kecil dari penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian yang ada.
Menurut RTRW Kabupaten Madiun 2009-2029, kawasan di bagian selatan Kabupaten Madiun merupakan daerah resapan air hujan yang diperkirakan merupakan areal cadangan air tanah walupun terbatas kapasitasnya. Kondisi ini ditandai dengan adanya sumber-sumber air di Kabupaten Madiun yang berjumlah 114 sumber air. Sumber-sumber air tersebut salah satunya dimanfaatkan untuk air irigasi, namun sayangnya dari 114 sumber air tersebut 10 (sepuluh) sumber air telah tidak berfungsi lagi (mati) dan beberapa dari sumber air tersebut penggunaan belum optimal. Selain itu, kekeringan yang ada di Kabupaten Madiun juga dipicu dari kondisi pasokan air bagi lahan beririgasi yang semakin terbatas karena menurunnya kemampuan penyediaan air di waduk-waduk yang menjadi andalan pasokan air (RPJP Kabupaten Madiun 2005-2025).
sehingga nantinya dapat dirumuskan suatu instrumen berupa pengendalian daerah pertanian yang mengalami krisis air di Kabupaten Madiun.
1.2 Rumusan Masalah
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor strategis dalam perekonomian Indonesia (Daryanto, 2009). Keberadaan sektor ini menjadi penentu dalam ketahanan pangan nasional (RPJMN 2010-2014). Kabupaten Madiun sebagai salah satu wilayah yang kegiatan perekonomiannya bertumpu pada sektor pertanian memiliki permasalahan berupa krisis air pada lahan pertanian yang ada. Krisis air pada lahan pertanian di Kabupaten Madiun memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap penurunan hasil produksi pertanian yang ada. Hal ini tentunya menjadi penghambat Kabupaten Madiun dalam mendukung programnya sebagai lumbung padi Propinsi Jawa Timur. Untuk itu perlu adanya arahan pengendalian sebagai proses awal untuk mengatasi permasalahan krisis air pada lahan pertanian di Kabupaten Madiun. Adapun pertanyaan penelitian dalam penelitian ini yaitu: Faktor-faktor apa yang mempengaruhi tingginya krisis air pada lahan pertanian di Kabupaten
Madiun?
1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan arahan pengendalian lahan pertanian yang mengalami krisis air di Kabupaten Madiun. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka sasaran yang dilakukan antara lain :
1. Mengidentifikasi daerah pertanian di Kabupaten yang mengalami krisis air
2. Mengidentifikasi faktor penyebab krisis air pada daerah pertanian di Kabupaten Madiun
3. Menganalisis potensi daya dukung air untuk kegiatan pertanian di daerah pertanian Kabupaten Madiun
4. Menentukan arahan pengendalian daerah pertanian yang mengalami krisis air di Kabupaten Madiun
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
administrasi desa/kelurahan Adapun batas administrasi Kabupaten Madiun sebagai berikut:
● Sebelah Utara : Kabupaten Bojonegoro ● Sebelah Timur : Kabupaten Nganjuk ● Sebelah Selatan : Kabupaten Ponorogo
● Sebelah Barat : Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi
Untuk lebih jelasnya mengenai wilayah penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.1.
1.4.2 Ruang Lingkup Substansi
Ruang lingkup substansi dalam penelitian ini dibatasi pada teori yang berkaitan dengan aspek sumberdaya air (penyediaan kebutuhan dan ketersediaan air permukaan), dan aspek tata guna lahan (faktor pembentuk, pola pemanfaatan, karakteristik, dan pengendalian lahan).
1.4.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Adapun ruang lingkup pembahasan penelitian ini mencakup kondisi eksisting lahan pertanian yang ada di Kabupaten Madiun, ketersediaan air untuk irigasi pertanian, serta potensi daya dukung air untuk peruntukan lahan pertanian yang ada.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritik
Manfaat teoritik dari penelitian ini adalah memberikan kontribusi terhdapa ilmu perencanaan wilayah dan kota terkait ilmu studi tata guna lahan dan manajemen kota khususnya dalam pengembangan penggunaan lahan yang tepat dengan tetap memperhatikan ketersediaan sumber daya air yang ada dan upaya dari pembangunan kota tetap memperhatikan kaidah lingkungan.
1.5.2 Manfaat Praktis
DAFTAR PUSTAKA
____________. 2012. 4,25 Hektar Lahan Persawahan Di Kab. Madiun Kekeringan. Diunduh dari http://wijayakusumafm.blogspot.com/2012/09/425-hektar-lahan-persawahan-di-kab.html pada tanggal 23 Oktober 2012 pukul 22.30 WIB.
Daryanto, Arif. 2009.
Posisi Daya Saing Pertanian Indonesia dan Upaya Peningkatannya.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.Dirjen Sumber Daya Air Departemen PU . Profil Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo. Jakarta
Kabupaten Madiun dalam Angka Tahun 2009
Rai, I Nyoman. 2011.
Persaingan Pemanfaatan Lahan dan Air. Denpasar : Udayana
University Press.Rika, Louis. 2012.
Pemkab Madiun Bantu Benih Petani Gagal Panen. Diunduh dari
http://www.antarajatim.com/lihat/berita/97158/pemkab-madiun-bantu-benih-petani-gagal-panen pada tanggal 23 Oktober 2012 pukul 22.15 WIB.RPJP Kabupaten Madiun 2005-2025
RPJMD Kabupaten Madiun 2009-2014
GAMBAR 1.1
RUANG LINGKUP WILAYAH
MATA KULIAH
SEMINAR (PROPOSAL TUGAS AKHIR) SEMESTER GASAL