• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pola Pembentukan Ryakugo (Pemendekan) Bahasa Jepang: Suatu Tinjauan Morfologi Struktural

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pola Pembentukan Ryakugo (Pemendekan) Bahasa Jepang: Suatu Tinjauan Morfologi Struktural"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Bahasa memegang peranan yang sangat penting untuk berkomunikasi di dalam

kehidupan manusia. Penggunaan bahasa merupakan salah satu kelebihan yang

dimiliki manusia karena melalui bahasa tersebut, maka dapat berinteraksi dengan baik

secara lisan maupun tulisan, seperti pendapat Keraf (1980 : 53) yang menyebutkan

bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif untuk menyampaikan

gagasan, pikiran, maksud dan tujuan kepada orang lain. Bahasa adalah alat

komunikasi untuk berinteraksi antar manusia. Tanpa bahasa kita tidak mungkin dapat

berinteraksi, karena bahasa adalah sumber untuk terciptanya interaksi antara manusia

dengan manusia lainnya.

Mempelajari bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi.

Seperti halnya mempelajari bahasa asing termasuk bahasa Jepang mempunyai tujuan

untuk mencapai kemampuan berkomunikasi lisan dan tulisan untuk menyampaikan

ide dan pikiran kepada orang lain. Dalam berkomunikasi dengan orang lain

diperlukan pengetahuan mengenai aturan atau kaidah pemakaian yang berlaku pada

bahasa asing tersebut, seperti yang disampaikan Samsuri (1994:10) bahwa bahasa

adalah kumpulan aturan-aturan, kumpulan pola-pola dan kumpulan kaidah-kaidah

(2)

Kimura (1988:27) menyebutkan, kajian kebahasaan dapat difokuskan kedalam

dua aspek yaitu kaidah-kaidah bahasa (speech of code) dan cara pemakaiannya

(speech of act). Kaidah bahasa meliputi kajian fonetik, fonologi, aksen,

perbendaharaan kata, tata bahasa, cara penulisan, huruf, dan sebagainya, sedangkan

cara pemakaian bahasa meliputi aspek berbicara, menulis, menyimak dan lain-lain.

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kaidah bahasa dan

penggunaannya merupakan aspek kajian kebahasaan yang sangat penting yang tidak

bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.

Salah satu yang menjadi kaidah bahasa adalah huruf. Situmorang (2007:3)

mengatakan bahwa huruf yang digunakan di dunia ada tiga jenis. Yaitu:

1. 単音文字(tanonmonji), yaitu huruf yang mengutarakan potongan bunyi yang

terkecil, huruf ini dapat menuliskan muatan sebuah bunyi vokal maupun konsonan

secara berdiri sendiri. Atau sebuah huruf sebagai gambaran sebuah konsonan atau

vokal tertentu. Yang termasuk ke dalam jenis huruf ini misalnya adalah huruf

romawi.

2. 音節文字(onsetsumonji), yaitu huruf yang menggambarkan potongan bunyi

suara, huruf ini dapat menuliskan muatan bunyi vokal, tetapi untuk bunyi

konsonan biasanya diucapkan bersamaan dengan bunyi vokal. Huruf ini tidak

menggambarkan bunyi konsonan berdiri sendiri. Contoh huruf yang termasuk ke

dalam jenis ini adalah huruf hiragana dan katakana dan juga huruf-huruf dalam

(3)

3. 表意文字(hyouimonji), yaitu huruf yang menggambarkan sebuah arti, dalam

huruf ini lebih dipentingkan mengutarakan muatan arti atau makna dari pada bunyi

bacaannya. Dalam jenis huruf ini, sebuah huruf mempunyai satu arti atau makna,

tetapi kadang-kadang sebuah huruf mempunyai cara baca yang lebih dari satu.

Yang termasuk dalam jenis huruf ini adalah huruf kanji. Huruf kanji tidak sama

bacaannya menurut orang Jepang dan menurut China.

Sutedi (2003 : 7) menjelaskan tentang huruf yang ada di Jepang, bahwa bahasa

Jepang dikenal sebagai bahasa yang kaya dengan huruf, tetapi miskin dengan bunyi.

Bunyi dalam bahasa Jepang terdiri dari lima vokal dan beberapa konsonan yang

diikuti oleh vokal tersebut dalam bentuk suku kata terbuka kecuali kata yang diakhiri

dengan konsonan [N]. Untuk menyampaikan bunyi tersebut, digunakan empat

macam huruf, yaitu huruf hiragana, katakana, kanji dan romaji. Hiragana dan

katakana disebut juga dengan huruf kana. Hiragana digunakan untuk menulis

kosakata bahasa Jepang asli, baik secara utuh maupun digabungkan dengan huruf

kanji. Katakana digunakan untuk menulis kata serapan dari bahasa asing selain

bahasa Cina. Jumlah huruf hiragana dan katakana yang sekarang digunakan

masing-masing 46 huruf, kedua huruf ini digunakan untuk melambangkan bunyi yang sama

dari huruf tersebut, ada yang dikembangkan dengan menambahkan tanda tertentu

untuk membentuk bunyi lainnya yang jumlahnya masing-masing mencapai 56 bunyi.

Huruf-huruf tersebut berbentuk suku kata, sehingga bunyi dalam bahasa Jepang

(4)

Sutedi (2003:8) menambahkan bahwa huruf Kanji yaitu huruf yang merupakan

lambang, ada yang berdiri sendiri, ada juga yang harus digabung dengan huruf kanji

yang lainnya atau diikuti dengan hiragana ketika digunakan untuk menunjukkan satu

kata. Kanji berasal dari Cina yang memiliki jumlah yang banyak dan terdiri dari dua

cara baca, yaitu cara baca Jepang (kun-yomi) dan cara baca Cina (on-yomi). Seperti

pada kanji中memiliki kunyomi なか(naka) dan onyomiチュウ(chuu).

Terakhir, yaitu huruf Romaji atau disebut juga huruf latin, digunakan pada buku

pelajaran bahasa Jepang tingkat dasar yang diperuntukkan bagi pembelajar yang ingin

mempelajari bahasa Jepang tanpa mempelajari tulisan huruf Jepang.

Dari rangkaian beberapa huruf maka akan terbentuk suatu kata. Berdasarkan asal

usul kata, dalam bahasa Jepang terdapat 4 jenis kosakata yaitu wago, kango, gairaigo,

dan konshuugo. Wago yaitu kosakata asli bahasa Jepang, kango yaitu kosakata yang

berasal dari China yang ditulis dengan huruf kanji yang dibaca secara onyomi,

gairaigo yaitu bahasa serapan/pinjaman atau merupakan kosakata

selain wago dan kango, termasuk didalamnya kosakata yang masuk sejak abad

pertengahan yang dibaca dengan cara baca China modern, dan konshugo yaitu

kosakata yang terbentuk dari dua lebih jenis kosakata yang pada dasarnya terdiri atas

tiga macam gabungan, yaitu wago dengan kango, kango dengan gairaigo dan wago

dengan gairaigo (Sudjianto dan Dahidi, 2007:99).

Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan bahasa, maka perpaduan

huruf dan pembentukan kata juga berkembang. Hal ini diketahui dari munculnya kata

(5)

dibentuk dari satu kata atau lebih. Berbeda dengan bahasa Indonesia yang dapat

menyingkat kata dengan satu fonem saja, bahasa Jepang berangkat dari dua fonem

yang terdiri dari vokal dan konsonan, sehingga dalam menyingkat kata, singkatan

tersebut terdiri dari suku kata yang dapat dibentuk dari gabungan onyomi dan

gabungan kunyomi serta menyingkat kata dari kata yang berasal dari bahasa asing,

namun terdapat juga singkatan yang ditulis dengan huruf alfabet, seperti NHK(Nihon

Housou Kyoukai) yang artinya radio TV Jepang.

Penyingkatan kalimat bahasa Jepang banyak ditemukan pada bahasa yang

digunakan oleh anak muda, karena kecenderungan anak muda yang ingin praktis

sehingga menyingkat kalimat menjadi pendek. Bahasa anak muda ini disebut dengan

wakamono kotoba. Tanaka (1997:85-86) menyebutkan bahwa wakamono kotoba

dimulai sejak zaman Edo yang digunakan oleh kelompok-kelompok tertentu, seperti

kelompok para pedagang, kelompok satuan militer, petani dan antar kelompok yang

memiliki profesi atau lingkungan yang sejenis. Akan tetapi, bahasa ini lebih banyak

digunakan oleh penjahat sehingga ada anggapan pada awalnya bahasa ini merupakan

bahasa para pelaku kriminalitas. Hingga pada akhir zaman Restorasi Meiji

keberadaan bahasa ini masih terdapat di tengah masyarakat, tetapi sering digunakan

oleh kaum mafia Jepang (yakuza).

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, penggunaan bahasa anak

muda (wakamono kotoba) di Jepang memiliki bahasa yang digunakan untuk

(6)

perasaan-perasaan lainnya. Kosakata yang digunakan dapat berupa pemendekan kata

maupun kosakata baru.

Tanaka (1997:85-86) mengemukakan bahwa salah satu karakteristik bahasa anak

muda dewasa ini adalah menyingkat unsur-unsur kata/kalimat yang disebut dengan

shouryaku.

Katou (1994 : 1) mengatakan lebih lanjut karakteristik dan fungsi wakamono

kotoba ini yaitu:

1. Untuk membuat hubungan pertemanan lebih intim atau akrab, dan lebih santai.

2. Untuk mengungkapkan atau mengekspresikan segala sesuatu yang kurang

berkenan di hati.

3. Sebagian besar kosakata pada wakamono kotoba biasanya ditambahkan

dengan perasaan yang baru atau sedang dirasakan oleh si pembaca pada saat

itu.

4. Bentuk kosakata yang menjadisingkat.

5. Merupakan permainan kata.

Nakao dkk dalam Varda (2004 : 28) menyebutkan ciri-ciri wakamono kotoba

sebagai berikut :

1. Penyingkatan satu bagian kata atau kalimat.

Kata-kata yang panjang, dalam kehidupan sehari-hari orang Jepang, biasa

disingkat agar mudah diingat dan dipakai. Namun penyingkatan kata atau

kalimat oleh para remaja di Jepang terkesan seenaknya, dan berbeda dengan

(7)

- ゲーセン(geesen)

Adalah singkatan dari ゲームセンター(geemu senta) yang artinya’ game

center’.

- 月ドラ見る(getsudora miru)

Adalah singkatan dari 月曜日のドラマを見る(getsu youbi nodorama wo

miru) yang artinya ‘menonton drama yang dipertunjukkan pada hari senin’.

- マクド (makudo)

Adalah singkatan dari マ ク ド ナ ル ド (makudonarudo) yang artinya

McDonald’.

2. Adanya pembalikan urutan kata

Contoh :

- モノホン(mono hon)

Adalah pembalikan urutan kata dari ホンモノ(hon mono) yang artinya

‘barang asli’.

- デルモ(derumo)

Adalah pembalikan urutan kata dari モデル(moderu) yang artinya ‘model’.

3. Pada kata benda diberi akhiran ru dan tta sehingga menjadi kata kerja.

Contoh :

- チャリる(chariru)

Berasal dari kata チャリ+る (chari + ru) yang artinya ‘bersepeda’

(8)

Berasal dari kata マクドナルドヘ行って食べる (makudonarudo e itte

taberu) yang artinya ‘pergi makan ke Mc’Donal’

4. Membuat ungkapan dari ciri khas yang dimiliki seseorang

Contoh :

- ギャバ(gyaba)

Berasal dari kata ギ ャ ル み た い な 格 好 を し て い る 中 年 以 上 ノ 女 性

(gyaru mitaina kakkoi wo shite iru chuunen ijou no josei ) yang artinya siswi

SMP yang ‘’genit

5. Menggunakan katakana go

Dikatakan bahwa anak muda Jepang sangat suka menggunakan kata yang

diambil dari bahasa asing yang ditulis dengan huruf katakana.

Contoh di atas merupakan sebagian dari wakamono kotoba yang terdapat di

Jepang. Wakamono kotoba yang merupakan singkatan atau gabungan dua kosakata

atau lebih memiliki jumlah terbanyak diantara wakamono kotoba lain. Dapat dilihat

pula bahwa kosakata tersebut biasanya merupakan gabungan antara bahasa asing

(gairaigo) dengan bahasa Jepang asli. Wakamono kotoba juga banyak terdapat di

komik yang merupakan salah satu manifestasi perkembangan kehidupan masyarakat

pada masanya. Hal ini disebabkan oleh perkembagan komik yang sejalan dengan

unsur-unsur budaya masyarakat yang melatarbelakanginya serta termasuk didalamnya

adalah perkembangan bahasa. Penulis komik menangkap fenomena yang terjadi di

(9)

tersebut untuk menghidupkan suasana atau atmosfer remaja dalam komik. Dengan

kata lain, komik mampu menjadi salah satu sarana untuk mensosialisasikan

wakamono kotoba yang kini banyak digunakan oleh remaja Jepang. Pemakaian

wakamono kotoba dalam komik, disamping untuk menghidupkan suasana/atmosfir

remaja, juga sebagai publikasi dari komik tersebut sehingga komik dapat menjadi

sumber pendistribusian wakamono kotoba dikalangan remaja, khususnya di kalangan

remaja Jepang.

Proses pemendekan kata dalam bahasa Jepang disebut dengan shouryakugo.

shouryakugo didalam bahasa Indonesia disebut dengan abreviasi. Hasil dari proses

pemendekan kata tersebut disebut dengan ryakugo. Ryakugo terdapat pada komik,

koran, buku-buku pelajaran tentang tata bahasa Jepang, kamus serta dapat ditemui

pada istilah bahasa asing yang sering disebut dengan kata serapan.

Ryakugo berasal dari kata yang panjang yang disingkat atau dipendekkan agar

lebih praktis. Bentuk ryakugo dapat berupa akronim, singkatan dan pemendekan

dalam bahasa Indonesia. Ini disebabkan karena ryakugo merupakan pemendekan dari

bentuk yang panjang menjadi bentuk yang singkat atau dipendekkan dari kata yang

panjang dan dilafalkan sebagai suatu kata.

Dalam ryakugo, terdapat bermacam bentukan dan memiliki pola yang

berbeda-beda. Pola pembentukan ryakugo tersebut dapat dengan menggabungkan huruf

hiragana pertama pada tiap komponen, atau gabungan huruf kanji pertama pada tiap

komponen, atau dengan menggabungkan huruf kanji pertama dan kedua serta kata

seutuhnya pada komponen kedua dan pola pembentukan lainnya.

(10)

-ラジカセ(rajikase)

ryakugo ini dipendekkan dari kata ラ ジ オ カ セ ット(rajio kasetto), yang

artinya ‘radio kaset’.

Ini merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris, pada kata tersebut

terjadi pemendekan kata dengan pola pengekalan pada dua huruf pertama

katakana yaitu huruf ラジ dan カセ. Ryakugo ini merupakan bentuk akronim.

-東大(toudai)

Ryakugo ini dipendekkan dari kata東京 大学(toukyou daigaku)yang artinya

‘Universitas Tokyo’. Pada kata tersebut terjadi pemendekan pada huruf kanji

dengan pengekalan pada huruf kanji pertama tiap komponen yang merupakan

gabungan onyomi tou (東) dan onyomi dai (大). Ryakugo ini merupakan

akronim.

-能験(nouken)

Ryakugo ini dipendekkan dari kata 能力試験(nouryouku shiken), yang artinya

‘ujian kemampuan’. Pada kata tersebut terjadi pemendekan pada huruf kanji

dengan pengekalan huruf kanji pertama pada komponen pertama dan kanji

terakhir pada komponen kedua dan merupakan gabungan onyominou (能) dan

(11)

-ドイ語(doigo)

Ryakugo ini dipendekkan dari kata ド イ ツ 語 ( doitsugo ) yang

artinya ’bahasa Jerman’. Pola pembentukan akronim pada kata doigo dengan

melesapkan huruf yang ditengah (tsu) dan pengekalan dua huruf katakana di

awal dan kata seutuhnya pada komponen kedua. Ryakugo ini merupakan bentuk

akronim.

-折り電 (oriden)

Ryakugo ini dipendekkan dari kata 折り返し 電話 (orikaeshi denwa)yang

artinya ’telepon balik’. Pada kata tersebut terjadi pemendekan dengan

pengekalan pada dua huruf pertama (kanji 折dan huruf hiragana り) dari

komponen pertama dan huruf kanji pertama pada komponen kedua. Ryakugo ini

merupakan bentuk akronim.

-いたでん(itaden)

Ryakugo ini dipendekkan dari kata いたずら電話(itazura denwa)yang

artinya ’telepon iseng’. Pada kata tersebut terjadi pemendekan dengan

pengekalan dua huruf hiragana pertama (いた) dan huruf kanji pertama ( 電)

pada komponen kedua. Ryakugo ini merupakan bentuk akronim.

- 飲みほう(nomihou)

Ryakugo ini dipendekkan dari kata 飲みます 放題( nomimasu houdai)

yang artinya ‘minum sesukanya/sepuas-puasnya’. Pada kata tersebut terjadi

(12)

pertama ( huruf kanji 飲 dan huruf hiragana み) dan pengekalan huruf kanji

pertama (huruf kanji 放) pada komponen kedua. Ryakugo ini merupakan bentuk

akronim.

-あけおめ (akeome)

Ryakugo ini dipendekkan dari kata あ け ま し て お め で と う (akemashite

omedetou) yang artinya ’selamat tahun baru’. Pada kata tersebut terjadi

pemendekan dengan pengekalan pada dua huruf hiragana pertama pada tiap

komponen, yaitu dengan menggabungkan kata あけ dan kata おめ. Ryakugo ini

merupakan bentuk akronim.

-アポ (apo)

Ryakugo ini dipendekkan dari kata アポイントメント(apointomento) yang

artinya ‘perjanjian’. Pada kata tersebut terjadi pemendekan pada kata serapan

dari bahasa asing dengan pengekalan dua huruf katakana pertama dan

melesapkan semua huruf setelahnya. Ryakugo ini merupakan bentuk penggalan.

- アナ(ANA)

Ryakugo ini merupakan pemendekan dari kata ’All Nippon Airlines’. Pada kata

tersebut terjadi penyingkatan pada huruf pertama pada tiap komponen dan

(13)

- オエル(OL)

Ryakugo ini merupakan singkatan dari kata ‘Office Lady’ yang artinya

‘karyawati wanita’. Bentuk ryakugo ini mengekalkan huruf pertama pada tiap

kata dan merupakan bentuk singkatan.

Pada contoh ryakugo di atas, terdapat berbagai bentuk ryakugo dan pola

pemendekan ryakugo yang berbeda. Ryakugo tersebut didalam bahasa Indonesia

merupakan bentuk abreviasi yang berupa akronim, penggalan dan singkatan. Penulis

mengumpulkan data ryakugo dan mengelompokan berdasarkan jenisnya berdasarkan

pola pembentukannya yang terbentuk dari berbagai gabungan huruf kanji, hiragana

dan katakana serta romaji sehingga pada akhirnya akan terbentuk suatu rumusan atau

kaidah pola pembentukan ryakugo. Hal ini tentunya menarik untuk diteliti karena

jenis dan rumusan kaidah ryakugo dapat dengan mudah difahami.

Pola pembentukan ryakugo ini dikaji dalam kajian morfologi, karena morfologi

merupakan bidang linguistik yang mengkaji tentang pembentukan kata. Sutedi

(2003:41) mengatakan bahwa morfologi merupakan cabang dari linguistik yang

mengkaji tentang kata dan proses pembentukannya. Dalam bahasa Jepang morfologi

disebut dengan keitairon (形態論)、keitai (形態)= bentuk, ron (論) = ilmu.

Maka objek yang dipelajarinya yaitu tentang kata (go (語) atau tango (単語)) dan

morfem yang disebut dengan ketaiso (形態素). Koizumi (1993: 89) mengatakan “形

態論は語形の分析が中心となる”(ketairon wa gokei no bunseki ga chusin to naru).

(14)

Dalam morfologi, terdapat morfem yang menjadi bagian yang dikaji karena

kata merupakan satuan yang dianalisis sebagai satu morfem atau lebih. Morfem

adalah satuan-satuan bahasa terkecil yang bermakna. Morfem dapat membentuk suatu

kata. Kata adalah satuan morfemis atau bentuk bebas dalam tuturan. Bentuk bebas

secara morfemis adalah bentuk yang dapat berdiri sendiri, artinya tidak membutuhkan

bentuk lain yang digabungkan dengannya, dan dapat dipisahkan dari bentuk-bentuk

bebas lainnya.

Penulisan ini secara umum menggunakan teori morfologi struktural. Chaer

(1994:346) mengatakan bahwa teori morfologi struktural mendeskripsikan suatu

bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang dimiliki suatu bahasa. Aliran ini

menjelaskan seluk-beluk bahasa berdasarkan strukturnya. Aliran strukturalis yang

dikembangkan oleh Bloomfield ini menganalisis dan mengklasifikasikan unsur-unsur

bahasa berdasarkan hubungan hierarkinya dan level kegramatikalannya yang rapi

mulai dari morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat. Oleh karena itu, dalam

menganalisis ryakugo, penulis menggunakan teori morfologi struktural dengan

mengumpulkan data ryakugo dan menganalisis proses morfologis pada daftar

ryakugo tersebut yang pada akhirnya akan membentuk suatu kaidah atau rumusan.

Kajian morfologi dalam bidang pembentukan kata merupakan subsistem dalam

sistem bahasa. Pembentukan kata lazimnya diuraikan dari sudut prosesnya. Dalam

pembicaraaan pembentukan suatu kata itu melalui proses-proses pengimbuhan,

penggandaan, atau pemajemukan. Pembentukan kata yang terbentuk dari

memendekkan kata yang panjang menjadi kata yang lebih singkat merupakan bagian

(15)

pembentukan kata yang bervariasi. Terdapatnya variasi dan perbedaan dalam

pembentukan ryakugo tersebut membuat para pembelajar bahasa Jepang menjadi sulit

untuk memahami pola pembentukannya. Ditambah lagi banyaknya ryakugo yang

jarang dipakai atau dipakai dalam bidang yang khusus seperti di bagian kepolisian

dan bagian pemerintahan. Melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk

menganalisis bentuk dan proses pembentukan ryakugo dalam bahasa Jepang. Penulis

akan menganalisis ryakugo yang terdapat pada bahasa Jepang berdasarkan proses

morfologis. Penelitian ini mengambil data dari ryakugo yang ada di koran, komik,

buku pelajaran, kamus dan internet. Permasalahan yang telah diuraikan tersebut akan

dianalisis secara lebih rinci dalam bab selanjutnya.

1.2. Batasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan agar penelitian

lebih fokus, perlu dibuat batasan masalah. Dalam penelitian ini, penulis akan

membatasi ruang lingkup pembahasan pada bentuk ryakugo yang berupa akronim dan

pola pembentukannya yang ada pada bahasa Jepang. Penulis mendeskripsikan

bagaimana bentuk dan pola pembentukan ryakugo dalam bahasa Jepang. Ryakugo

yang telah ada tersebut akan dianalisis pola pembentukannya sehingga dapat

ditemukan rumusan bentuk dan pola ryakugo yang ada pada bahasa Jepang

berdasarkan pola pembentukan akronim menurut Kridalaksana.

1.3. Perumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pola pembentukan ryakugo

(16)

menjawab masalah yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah jenis ryakugo dalam bahasa Jepang?

2. Bagaimanakah kaidah pembentukan ryakugo dalam bahasa Jepang ?

1.4.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan seluk beluk akronim dalam

bahasa Jepang dan menemukan pola pembentukan akronim bahasa Jepang. Fokus

penelitian berada pada :

1. Untuk mendeskripsikan jenis-jenis ryakugo dalam bahasa Jepang.

2. Untuk merumuskan kaidah pembentukan ryakugo dalam bahasa Jepang.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dicapai dalam penelitian ini antara lain :

1.4.2.1. Manfaat Teoritis :

Secara teoritis. hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

menambah pengetahuan mengenai bahasa Jepang dan dapat menjadi acuan penelitian

selanjutnya mengenai fenomena akronim bahasa jepang.

1.4.2.2. Manfaat Praktis

1. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kelancaran

(17)

masyarakat dan peneliti khususnya.

2. Dapat menjadi suatu sumber pengetahuan bagi pembelajar bahasa Jepang mengenai ilmu bahasa Jepang.

Referensi

Dokumen terkait

Keracunan akut maupun kronis insektisida rumah tangga dapat dihindari dengan tidak menggunakan insektisida berlebihan dan sikap perilaku yang baik dari pengguna insektisida

Dengan menggunakan path analysis hasil penelitian menunjukan bahwa variabel pengetahuan produk, kualitas produk, dan religiusitas berpengaruh positif dan tidak

Memilih dan menetapkan tata cara komunikasi dan konsultasi yang sesuai untuk menyampaikan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja

Oh goddess who lives in the prosperous Thiru Kadavur, Which is full of Vedic chants said by Lord Vishnu and Lord Brahma, Oh goddess who holds the holy wheel, Whose names are famous,

Berbagai jenis alat pengatur KLL otomatis ( automated placement and retrieval of traffic cones ) telah di review oleh Theiss dkk [5]. Banyak dari alat-alat

Sedangkan mean performansi kerja karyawan berdasarkan gaya kepemimpinan situasional tidak efektif sebesar 57.41 Hasil Uji T terhadap mean performansi kerja karyawan berdasarkan

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif-analitik dengan diawali penjabaran latar belakang masalah berupa kebutuhan sebuah bangunan stadion di Kota Kediri dan

(5) (Shevla, 1990) Dari data dengan perlakuan awal destruksi tanpa penambahan larutan Cu2+ standar ketiga sampel memberikan data pengamatan.dengan