BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Bahasa memegang peranan yang sangat penting untuk berkomunikasi di dalam
kehidupan manusia. Penggunaan bahasa merupakan salah satu kelebihan yang
dimiliki manusia karena melalui bahasa tersebut, maka dapat berinteraksi dengan baik
secara lisan maupun tulisan, seperti pendapat Keraf (1980 : 53) yang menyebutkan
bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif untuk menyampaikan
gagasan, pikiran, maksud dan tujuan kepada orang lain. Bahasa adalah alat
komunikasi untuk berinteraksi antar manusia. Tanpa bahasa kita tidak mungkin dapat
berinteraksi, karena bahasa adalah sumber untuk terciptanya interaksi antara manusia
dengan manusia lainnya.
Mempelajari bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi.
Seperti halnya mempelajari bahasa asing termasuk bahasa Jepang mempunyai tujuan
untuk mencapai kemampuan berkomunikasi lisan dan tulisan untuk menyampaikan
ide dan pikiran kepada orang lain. Dalam berkomunikasi dengan orang lain
diperlukan pengetahuan mengenai aturan atau kaidah pemakaian yang berlaku pada
bahasa asing tersebut, seperti yang disampaikan Samsuri (1994:10) bahwa bahasa
adalah kumpulan aturan-aturan, kumpulan pola-pola dan kumpulan kaidah-kaidah
Kimura (1988:27) menyebutkan, kajian kebahasaan dapat difokuskan kedalam
dua aspek yaitu kaidah-kaidah bahasa (speech of code) dan cara pemakaiannya
(speech of act). Kaidah bahasa meliputi kajian fonetik, fonologi, aksen,
perbendaharaan kata, tata bahasa, cara penulisan, huruf, dan sebagainya, sedangkan
cara pemakaian bahasa meliputi aspek berbicara, menulis, menyimak dan lain-lain.
Berdasarkan pemikiran tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kaidah bahasa dan
penggunaannya merupakan aspek kajian kebahasaan yang sangat penting yang tidak
bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.
Salah satu yang menjadi kaidah bahasa adalah huruf. Situmorang (2007:3)
mengatakan bahwa huruf yang digunakan di dunia ada tiga jenis. Yaitu:
1. 単音文字(tanonmonji), yaitu huruf yang mengutarakan potongan bunyi yang
terkecil, huruf ini dapat menuliskan muatan sebuah bunyi vokal maupun konsonan
secara berdiri sendiri. Atau sebuah huruf sebagai gambaran sebuah konsonan atau
vokal tertentu. Yang termasuk ke dalam jenis huruf ini misalnya adalah huruf
romawi.
2. 音節文字(onsetsumonji), yaitu huruf yang menggambarkan potongan bunyi
suara, huruf ini dapat menuliskan muatan bunyi vokal, tetapi untuk bunyi
konsonan biasanya diucapkan bersamaan dengan bunyi vokal. Huruf ini tidak
menggambarkan bunyi konsonan berdiri sendiri. Contoh huruf yang termasuk ke
dalam jenis ini adalah huruf hiragana dan katakana dan juga huruf-huruf dalam
3. 表意文字(hyouimonji), yaitu huruf yang menggambarkan sebuah arti, dalam
huruf ini lebih dipentingkan mengutarakan muatan arti atau makna dari pada bunyi
bacaannya. Dalam jenis huruf ini, sebuah huruf mempunyai satu arti atau makna,
tetapi kadang-kadang sebuah huruf mempunyai cara baca yang lebih dari satu.
Yang termasuk dalam jenis huruf ini adalah huruf kanji. Huruf kanji tidak sama
bacaannya menurut orang Jepang dan menurut China.
Sutedi (2003 : 7) menjelaskan tentang huruf yang ada di Jepang, bahwa bahasa
Jepang dikenal sebagai bahasa yang kaya dengan huruf, tetapi miskin dengan bunyi.
Bunyi dalam bahasa Jepang terdiri dari lima vokal dan beberapa konsonan yang
diikuti oleh vokal tersebut dalam bentuk suku kata terbuka kecuali kata yang diakhiri
dengan konsonan [N]. Untuk menyampaikan bunyi tersebut, digunakan empat
macam huruf, yaitu huruf hiragana, katakana, kanji dan romaji. Hiragana dan
katakana disebut juga dengan huruf kana. Hiragana digunakan untuk menulis
kosakata bahasa Jepang asli, baik secara utuh maupun digabungkan dengan huruf
kanji. Katakana digunakan untuk menulis kata serapan dari bahasa asing selain
bahasa Cina. Jumlah huruf hiragana dan katakana yang sekarang digunakan
masing-masing 46 huruf, kedua huruf ini digunakan untuk melambangkan bunyi yang sama
dari huruf tersebut, ada yang dikembangkan dengan menambahkan tanda tertentu
untuk membentuk bunyi lainnya yang jumlahnya masing-masing mencapai 56 bunyi.
Huruf-huruf tersebut berbentuk suku kata, sehingga bunyi dalam bahasa Jepang
Sutedi (2003:8) menambahkan bahwa huruf Kanji yaitu huruf yang merupakan
lambang, ada yang berdiri sendiri, ada juga yang harus digabung dengan huruf kanji
yang lainnya atau diikuti dengan hiragana ketika digunakan untuk menunjukkan satu
kata. Kanji berasal dari Cina yang memiliki jumlah yang banyak dan terdiri dari dua
cara baca, yaitu cara baca Jepang (kun-yomi) dan cara baca Cina (on-yomi). Seperti
pada kanji中memiliki kunyomi なか(naka) dan onyomiチュウ(chuu).
Terakhir, yaitu huruf Romaji atau disebut juga huruf latin, digunakan pada buku
pelajaran bahasa Jepang tingkat dasar yang diperuntukkan bagi pembelajar yang ingin
mempelajari bahasa Jepang tanpa mempelajari tulisan huruf Jepang.
Dari rangkaian beberapa huruf maka akan terbentuk suatu kata. Berdasarkan asal
usul kata, dalam bahasa Jepang terdapat 4 jenis kosakata yaitu wago, kango, gairaigo,
dan konshuugo. Wago yaitu kosakata asli bahasa Jepang, kango yaitu kosakata yang
berasal dari China yang ditulis dengan huruf kanji yang dibaca secara onyomi,
gairaigo yaitu bahasa serapan/pinjaman atau merupakan kosakata
selain wago dan kango, termasuk didalamnya kosakata yang masuk sejak abad
pertengahan yang dibaca dengan cara baca China modern, dan konshugo yaitu
kosakata yang terbentuk dari dua lebih jenis kosakata yang pada dasarnya terdiri atas
tiga macam gabungan, yaitu wago dengan kango, kango dengan gairaigo dan wago
dengan gairaigo (Sudjianto dan Dahidi, 2007:99).
Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan bahasa, maka perpaduan
huruf dan pembentukan kata juga berkembang. Hal ini diketahui dari munculnya kata
dibentuk dari satu kata atau lebih. Berbeda dengan bahasa Indonesia yang dapat
menyingkat kata dengan satu fonem saja, bahasa Jepang berangkat dari dua fonem
yang terdiri dari vokal dan konsonan, sehingga dalam menyingkat kata, singkatan
tersebut terdiri dari suku kata yang dapat dibentuk dari gabungan onyomi dan
gabungan kunyomi serta menyingkat kata dari kata yang berasal dari bahasa asing,
namun terdapat juga singkatan yang ditulis dengan huruf alfabet, seperti NHK(Nihon
Housou Kyoukai) yang artinya radio TV Jepang.
Penyingkatan kalimat bahasa Jepang banyak ditemukan pada bahasa yang
digunakan oleh anak muda, karena kecenderungan anak muda yang ingin praktis
sehingga menyingkat kalimat menjadi pendek. Bahasa anak muda ini disebut dengan
wakamono kotoba. Tanaka (1997:85-86) menyebutkan bahwa wakamono kotoba
dimulai sejak zaman Edo yang digunakan oleh kelompok-kelompok tertentu, seperti
kelompok para pedagang, kelompok satuan militer, petani dan antar kelompok yang
memiliki profesi atau lingkungan yang sejenis. Akan tetapi, bahasa ini lebih banyak
digunakan oleh penjahat sehingga ada anggapan pada awalnya bahasa ini merupakan
bahasa para pelaku kriminalitas. Hingga pada akhir zaman Restorasi Meiji
keberadaan bahasa ini masih terdapat di tengah masyarakat, tetapi sering digunakan
oleh kaum mafia Jepang (yakuza).
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, penggunaan bahasa anak
muda (wakamono kotoba) di Jepang memiliki bahasa yang digunakan untuk
perasaan-perasaan lainnya. Kosakata yang digunakan dapat berupa pemendekan kata
maupun kosakata baru.
Tanaka (1997:85-86) mengemukakan bahwa salah satu karakteristik bahasa anak
muda dewasa ini adalah menyingkat unsur-unsur kata/kalimat yang disebut dengan
shouryaku.
Katou (1994 : 1) mengatakan lebih lanjut karakteristik dan fungsi wakamono
kotoba ini yaitu:
1. Untuk membuat hubungan pertemanan lebih intim atau akrab, dan lebih santai.
2. Untuk mengungkapkan atau mengekspresikan segala sesuatu yang kurang
berkenan di hati.
3. Sebagian besar kosakata pada wakamono kotoba biasanya ditambahkan
dengan perasaan yang baru atau sedang dirasakan oleh si pembaca pada saat
itu.
4. Bentuk kosakata yang menjadisingkat.
5. Merupakan permainan kata.
Nakao dkk dalam Varda (2004 : 28) menyebutkan ciri-ciri wakamono kotoba
sebagai berikut :
1. Penyingkatan satu bagian kata atau kalimat.
Kata-kata yang panjang, dalam kehidupan sehari-hari orang Jepang, biasa
disingkat agar mudah diingat dan dipakai. Namun penyingkatan kata atau
kalimat oleh para remaja di Jepang terkesan seenaknya, dan berbeda dengan
- ゲーセン(geesen)
Adalah singkatan dari ゲームセンター(geemu senta) yang artinya’ game
center’.
- 月ドラ見る(getsudora miru)
Adalah singkatan dari 月曜日のドラマを見る(getsu youbi nodorama wo
miru) yang artinya ‘menonton drama yang dipertunjukkan pada hari senin’.
- マクド (makudo)
Adalah singkatan dari マ ク ド ナ ル ド (makudonarudo) yang artinya
‘McDonald’.
2. Adanya pembalikan urutan kata
Contoh :
- モノホン(mono hon)
Adalah pembalikan urutan kata dari ホンモノ(hon mono) yang artinya
‘barang asli’.
- デルモ(derumo)
Adalah pembalikan urutan kata dari モデル(moderu) yang artinya ‘model’.
3. Pada kata benda diberi akhiran ru dan tta sehingga menjadi kata kerja.
Contoh :
- チャリる(chariru)
Berasal dari kata チャリ+る (chari + ru) yang artinya ‘bersepeda’
Berasal dari kata マクドナルドヘ行って食べる (makudonarudo e itte
taberu) yang artinya ‘pergi makan ke Mc’Donal’
4. Membuat ungkapan dari ciri khas yang dimiliki seseorang
Contoh :
- ギャバ(gyaba)
Berasal dari kata ギ ャ ル み た い な 格 好 を し て い る 中 年 以 上 ノ 女 性
(gyaru mitaina kakkoi wo shite iru chuunen ijou no josei ) yang artinya siswi
SMP yang ‘’genit
5. Menggunakan katakana go
Dikatakan bahwa anak muda Jepang sangat suka menggunakan kata yang
diambil dari bahasa asing yang ditulis dengan huruf katakana.
Contoh di atas merupakan sebagian dari wakamono kotoba yang terdapat di
Jepang. Wakamono kotoba yang merupakan singkatan atau gabungan dua kosakata
atau lebih memiliki jumlah terbanyak diantara wakamono kotoba lain. Dapat dilihat
pula bahwa kosakata tersebut biasanya merupakan gabungan antara bahasa asing
(gairaigo) dengan bahasa Jepang asli. Wakamono kotoba juga banyak terdapat di
komik yang merupakan salah satu manifestasi perkembangan kehidupan masyarakat
pada masanya. Hal ini disebabkan oleh perkembagan komik yang sejalan dengan
unsur-unsur budaya masyarakat yang melatarbelakanginya serta termasuk didalamnya
adalah perkembangan bahasa. Penulis komik menangkap fenomena yang terjadi di
tersebut untuk menghidupkan suasana atau atmosfer remaja dalam komik. Dengan
kata lain, komik mampu menjadi salah satu sarana untuk mensosialisasikan
wakamono kotoba yang kini banyak digunakan oleh remaja Jepang. Pemakaian
wakamono kotoba dalam komik, disamping untuk menghidupkan suasana/atmosfir
remaja, juga sebagai publikasi dari komik tersebut sehingga komik dapat menjadi
sumber pendistribusian wakamono kotoba dikalangan remaja, khususnya di kalangan
remaja Jepang.
Proses pemendekan kata dalam bahasa Jepang disebut dengan shouryakugo.
shouryakugo didalam bahasa Indonesia disebut dengan abreviasi. Hasil dari proses
pemendekan kata tersebut disebut dengan ryakugo. Ryakugo terdapat pada komik,
koran, buku-buku pelajaran tentang tata bahasa Jepang, kamus serta dapat ditemui
pada istilah bahasa asing yang sering disebut dengan kata serapan.
Ryakugo berasal dari kata yang panjang yang disingkat atau dipendekkan agar
lebih praktis. Bentuk ryakugo dapat berupa akronim, singkatan dan pemendekan
dalam bahasa Indonesia. Ini disebabkan karena ryakugo merupakan pemendekan dari
bentuk yang panjang menjadi bentuk yang singkat atau dipendekkan dari kata yang
panjang dan dilafalkan sebagai suatu kata.
Dalam ryakugo, terdapat bermacam bentukan dan memiliki pola yang
berbeda-beda. Pola pembentukan ryakugo tersebut dapat dengan menggabungkan huruf
hiragana pertama pada tiap komponen, atau gabungan huruf kanji pertama pada tiap
komponen, atau dengan menggabungkan huruf kanji pertama dan kedua serta kata
seutuhnya pada komponen kedua dan pola pembentukan lainnya.
-ラジカセ(rajikase)
ryakugo ini dipendekkan dari kata ラ ジ オ カ セ ット(rajio kasetto), yang
artinya ‘radio kaset’.
Ini merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris, pada kata tersebut
terjadi pemendekan kata dengan pola pengekalan pada dua huruf pertama
katakana yaitu huruf ラジ dan カセ. Ryakugo ini merupakan bentuk akronim.
-東大(toudai)
Ryakugo ini dipendekkan dari kata東京 大学(toukyou daigaku)yang artinya
‘Universitas Tokyo’. Pada kata tersebut terjadi pemendekan pada huruf kanji
dengan pengekalan pada huruf kanji pertama tiap komponen yang merupakan
gabungan onyomi tou (東) dan onyomi dai (大). Ryakugo ini merupakan
akronim.
-能験(nouken)
Ryakugo ini dipendekkan dari kata 能力試験(nouryouku shiken), yang artinya
‘ujian kemampuan’. Pada kata tersebut terjadi pemendekan pada huruf kanji
dengan pengekalan huruf kanji pertama pada komponen pertama dan kanji
terakhir pada komponen kedua dan merupakan gabungan onyominou (能) dan
-ドイ語(doigo)
Ryakugo ini dipendekkan dari kata ド イ ツ 語 ( doitsugo ) yang
artinya ’bahasa Jerman’. Pola pembentukan akronim pada kata doigo dengan
melesapkan huruf yang ditengah (tsu) dan pengekalan dua huruf katakana di
awal dan kata seutuhnya pada komponen kedua. Ryakugo ini merupakan bentuk
akronim.
-折り電 (oriden)
Ryakugo ini dipendekkan dari kata 折り返し 電話 (orikaeshi denwa)yang
artinya ’telepon balik’. Pada kata tersebut terjadi pemendekan dengan
pengekalan pada dua huruf pertama (kanji 折dan huruf hiragana り) dari
komponen pertama dan huruf kanji pertama pada komponen kedua. Ryakugo ini
merupakan bentuk akronim.
-いたでん(itaden)
Ryakugo ini dipendekkan dari kata いたずら電話(itazura denwa)yang
artinya ’telepon iseng’. Pada kata tersebut terjadi pemendekan dengan
pengekalan dua huruf hiragana pertama (いた) dan huruf kanji pertama ( 電)
pada komponen kedua. Ryakugo ini merupakan bentuk akronim.
- 飲みほう(nomihou)
Ryakugo ini dipendekkan dari kata 飲みます 放題( nomimasu houdai)
yang artinya ‘minum sesukanya/sepuas-puasnya’. Pada kata tersebut terjadi
pertama ( huruf kanji 飲 dan huruf hiragana み) dan pengekalan huruf kanji
pertama (huruf kanji 放) pada komponen kedua. Ryakugo ini merupakan bentuk
akronim.
-あけおめ (akeome)
Ryakugo ini dipendekkan dari kata あ け ま し て お め で と う (akemashite
omedetou) yang artinya ’selamat tahun baru’. Pada kata tersebut terjadi
pemendekan dengan pengekalan pada dua huruf hiragana pertama pada tiap
komponen, yaitu dengan menggabungkan kata あけ dan kata おめ. Ryakugo ini
merupakan bentuk akronim.
-アポ (apo)
Ryakugo ini dipendekkan dari kata アポイントメント(apointomento) yang
artinya ‘perjanjian’. Pada kata tersebut terjadi pemendekan pada kata serapan
dari bahasa asing dengan pengekalan dua huruf katakana pertama dan
melesapkan semua huruf setelahnya. Ryakugo ini merupakan bentuk penggalan.
- アナ(ANA)
Ryakugo ini merupakan pemendekan dari kata ’All Nippon Airlines’. Pada kata
tersebut terjadi penyingkatan pada huruf pertama pada tiap komponen dan
- オエル(OL)
Ryakugo ini merupakan singkatan dari kata ‘Office Lady’ yang artinya
‘karyawati wanita’. Bentuk ryakugo ini mengekalkan huruf pertama pada tiap
kata dan merupakan bentuk singkatan.
Pada contoh ryakugo di atas, terdapat berbagai bentuk ryakugo dan pola
pemendekan ryakugo yang berbeda. Ryakugo tersebut didalam bahasa Indonesia
merupakan bentuk abreviasi yang berupa akronim, penggalan dan singkatan. Penulis
mengumpulkan data ryakugo dan mengelompokan berdasarkan jenisnya berdasarkan
pola pembentukannya yang terbentuk dari berbagai gabungan huruf kanji, hiragana
dan katakana serta romaji sehingga pada akhirnya akan terbentuk suatu rumusan atau
kaidah pola pembentukan ryakugo. Hal ini tentunya menarik untuk diteliti karena
jenis dan rumusan kaidah ryakugo dapat dengan mudah difahami.
Pola pembentukan ryakugo ini dikaji dalam kajian morfologi, karena morfologi
merupakan bidang linguistik yang mengkaji tentang pembentukan kata. Sutedi
(2003:41) mengatakan bahwa morfologi merupakan cabang dari linguistik yang
mengkaji tentang kata dan proses pembentukannya. Dalam bahasa Jepang morfologi
disebut dengan keitairon (形態論)、keitai (形態)= bentuk, ron (論) = ilmu.
Maka objek yang dipelajarinya yaitu tentang kata (go (語) atau tango (単語)) dan
morfem yang disebut dengan ketaiso (形態素). Koizumi (1993: 89) mengatakan “形
態論は語形の分析が中心となる”(ketairon wa gokei no bunseki ga chusin to naru).
Dalam morfologi, terdapat morfem yang menjadi bagian yang dikaji karena
kata merupakan satuan yang dianalisis sebagai satu morfem atau lebih. Morfem
adalah satuan-satuan bahasa terkecil yang bermakna. Morfem dapat membentuk suatu
kata. Kata adalah satuan morfemis atau bentuk bebas dalam tuturan. Bentuk bebas
secara morfemis adalah bentuk yang dapat berdiri sendiri, artinya tidak membutuhkan
bentuk lain yang digabungkan dengannya, dan dapat dipisahkan dari bentuk-bentuk
bebas lainnya.
Penulisan ini secara umum menggunakan teori morfologi struktural. Chaer
(1994:346) mengatakan bahwa teori morfologi struktural mendeskripsikan suatu
bahasa berdasarkan ciri atau sifat khas yang dimiliki suatu bahasa. Aliran ini
menjelaskan seluk-beluk bahasa berdasarkan strukturnya. Aliran strukturalis yang
dikembangkan oleh Bloomfield ini menganalisis dan mengklasifikasikan unsur-unsur
bahasa berdasarkan hubungan hierarkinya dan level kegramatikalannya yang rapi
mulai dari morfem, kata, frase, klausa, dan kalimat. Oleh karena itu, dalam
menganalisis ryakugo, penulis menggunakan teori morfologi struktural dengan
mengumpulkan data ryakugo dan menganalisis proses morfologis pada daftar
ryakugo tersebut yang pada akhirnya akan membentuk suatu kaidah atau rumusan.
Kajian morfologi dalam bidang pembentukan kata merupakan subsistem dalam
sistem bahasa. Pembentukan kata lazimnya diuraikan dari sudut prosesnya. Dalam
pembicaraaan pembentukan suatu kata itu melalui proses-proses pengimbuhan,
penggandaan, atau pemajemukan. Pembentukan kata yang terbentuk dari
memendekkan kata yang panjang menjadi kata yang lebih singkat merupakan bagian
pembentukan kata yang bervariasi. Terdapatnya variasi dan perbedaan dalam
pembentukan ryakugo tersebut membuat para pembelajar bahasa Jepang menjadi sulit
untuk memahami pola pembentukannya. Ditambah lagi banyaknya ryakugo yang
jarang dipakai atau dipakai dalam bidang yang khusus seperti di bagian kepolisian
dan bagian pemerintahan. Melihat permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk
menganalisis bentuk dan proses pembentukan ryakugo dalam bahasa Jepang. Penulis
akan menganalisis ryakugo yang terdapat pada bahasa Jepang berdasarkan proses
morfologis. Penelitian ini mengambil data dari ryakugo yang ada di koran, komik,
buku pelajaran, kamus dan internet. Permasalahan yang telah diuraikan tersebut akan
dianalisis secara lebih rinci dalam bab selanjutnya.
1.2. Batasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan agar penelitian
lebih fokus, perlu dibuat batasan masalah. Dalam penelitian ini, penulis akan
membatasi ruang lingkup pembahasan pada bentuk ryakugo yang berupa akronim dan
pola pembentukannya yang ada pada bahasa Jepang. Penulis mendeskripsikan
bagaimana bentuk dan pola pembentukan ryakugo dalam bahasa Jepang. Ryakugo
yang telah ada tersebut akan dianalisis pola pembentukannya sehingga dapat
ditemukan rumusan bentuk dan pola ryakugo yang ada pada bahasa Jepang
berdasarkan pola pembentukan akronim menurut Kridalaksana.
1.3. Perumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pola pembentukan ryakugo
menjawab masalah yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah jenis ryakugo dalam bahasa Jepang?
2. Bagaimanakah kaidah pembentukan ryakugo dalam bahasa Jepang ?
1.4.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan seluk beluk akronim dalam
bahasa Jepang dan menemukan pola pembentukan akronim bahasa Jepang. Fokus
penelitian berada pada :
1. Untuk mendeskripsikan jenis-jenis ryakugo dalam bahasa Jepang.
2. Untuk merumuskan kaidah pembentukan ryakugo dalam bahasa Jepang.
1.4.2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dicapai dalam penelitian ini antara lain :
1.4.2.1. Manfaat Teoritis :
Secara teoritis. hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
menambah pengetahuan mengenai bahasa Jepang dan dapat menjadi acuan penelitian
selanjutnya mengenai fenomena akronim bahasa jepang.
1.4.2.2. Manfaat Praktis
1. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kelancaran
masyarakat dan peneliti khususnya.
2. Dapat menjadi suatu sumber pengetahuan bagi pembelajar bahasa Jepang mengenai ilmu bahasa Jepang.