• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN DEPARTEMEN KESEHATAN TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) PEKERJA WANITA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEBIJAKAN DEPARTEMEN KESEHATAN TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) PEKERJA WANITA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN DEPARTEMEN KESEHATAN

TENTANG

PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI)

PEKERJA WANITA

Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI

I. PENDAHULUAN

Dalam kondisi pembangunan kearah industrialisasi dimana persaingan pasar semakin ketat, sangat diperlukan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Searah dengan hal tersebut kebijakan pembangunan di bidang kesehatan ditujukan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat pekerja.

Masyarakat pekerja mempunyai peranan & kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan, dimana dengan berkembangnya IPTEK dituntut adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan mempunyai produktivitas yang tinggi hingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan daya saing di era globalisasi.

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2003, pekerja di Indonesia mencapai 100.316.007 dimana 64,63% pekerja laki-laki dan 35,37% pekerja wanita. Wanita yang bekerja sesungguhnya merupakan arus utama di banyak industri. Mereka diperlakukan sama dari beberapa segi, hanya dari segi riwayat kesehatan mereka seharusnya diperlakukan berbeda dengan laki-laki dalam hal pelayanan kesehatan. Pekerja wanita dituntut untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas kerja secara maksimal, tanpa mengabaikan kodratnya sebagai wanita.

Sesuai dengan kodratnya, pekerja wanita akan mengalami haid, kehamilan, melahirkan dan menyusui bayi. Untuk meningkatkan kualitas SDM, dimulai sejak janin dalam kandungan, masa bayi, balita, anak-anak sampai dewasa. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf dan otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya.

(2)

Untuk mendukung Deklarasi Innocenti 1990 (Italia) tentang perlindungan, promosi dan dukungan terhadap pemberian ASI, telah dilaksanakan beberapa kegiatan penting, yakni pencanangan Gerakan Nasional PP-ASI ole Bp. Presiden pada tahun 1990, Gerakan Rumah Sakit dan Puskesmas Sayang Bayi yang telah menghasilkan sekitar 50-70% rumah sakit sayang bayi pada RS pemerintah dan sekitar10 – 20% pada RS swasta.

Pada Pekan ASI Sedunia tahun 1993 diperingati dengan tema Mother Friendly Workplace atau Tempat Kerja Sayang Bayi, menunjukan bahwa adanya perhatian dunia terhadap peran ganda ibu menyusui dan bekerja.

Menyusui adalah hak setiap ibu tidak terkecuali ibu yang bekerja, maka agar dapat terlaksananya pemberian ASI dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai manfaat dari ASI dan menyusui serta bagaimana melakukan manajemen laktasi. Selain itu diperlukan dukungan dari pihak manajemen, lingkungan kerja dan pemberdayaan pekerja wanita sendiri.

II. KEADAAN DAN MASALAH

Pemberian ASI di Indonesia belum dilaksanakan sepenuhnya. Upaya meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi khususnya ASI eksklusif masih dirasa kurang. Permasalahan yang utama adalah faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung PP-ASI, gencarnya promosi susu formula dan ibu bekerja.

Dari data SDKI 1997 cakupan ASI eksklusif masih 52%, pemberian ASI satu jam pasca persalinan 8%, pemberian hari pertama 52,7%. Rendahnya pemberian ASI eksklusif menjadi pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita.

Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller International di 4 perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 perdesaan (Sumbar, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel), menunjukan bahwa cakupan ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4%-12%, sedangkan dipedesaan 4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di perkotaan berkisar antara 1%-13% sedangkan di pedesaan 2%-13%.

Pada ibu yang bekerja, singkatnya masa cuti hamil/melahirkan mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI eksklusif berakhir sudah harus kembali bekerja. Hal ini mengganggu uapaya pemberian ASI eksklusif. Dari berbagai penelitian menun-jukan banyak alasan untuk menghentikan ASI dengan jumlah yang bervariasi : 13% (1982), 18,2% (Satoto 1979), 48% (Suganda 1979), 28% (Surabaya 1992), 47% (Columbia), 6% (New Delhi).

(3)

III. TUJUAN PENINGKATAN PEMBERIAN ASI OLEH PEKERJA WANITA

A. Tujuan umum

Terpeliharanya dan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat pekerja khu-susnya pekerja wanita dan bayinya.

B. Tujuan khusus

1. Meningkatnya kesadaran masyarakat pekerja bahwa ASI mengandung zat gizi yang paling sempurna baik jumlah dan kualitas serta mencukupi kebutuhan gizi bayi.

2. Terlaksananya kegiatan program ASI eksklusif bagi pekerja wanita. 3. Meningkatnya produktivitas kerja dan kepuasan kerja.

4. Berkurangnya kerugian perusahaan akibat cuti sakit, absen akibat anak sakit dan biaya pengobatan/ pemeliharaan kesehatan ibu dan anak.

IV. KEBIJAKAN DAN STRATEGI DEPKES TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN ASI PEKERJA WANITA

A. KEBIJAKAN

§ Peningkatan Pemberian ASI dilaksanakan sebagai upaya peningkatan kualitas SDM yang merupakan bagian integral dari pembangunan Nasional, khususnya dalam peningkatan kualitas hidup.

§ Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI) dilaksanakan secara lintas sektor dan terpadu dengan melibatkan Peran Serta Masyarakat khususnya masyarakat pekerja.

§ PP-ASI menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat dan keluarga untuk mendukung ibu hamil dan ibu menyusui dalam melaksanakan tugas sesuai kodratnya.

§ Membudayakan perilaku menyusui secara eksklusif kepada bayi sampai dengan usia 6 bulan.

§ PP-ASI dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan di setiap tempat kerja.

B. STRATEGI

§ Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pihak manajemen untuk mening-katkan status kesehatan ibu pekerja dan bayinya.

§ Memantapkan tanggung jawab dan kerjasama dengan berbagai instansi pemerintah yang terkait , asosiasi pengusaha, serikat pekerja, LSM dalam program pemberian ASI di tempat kerja dan meningkatkan produktivitas kerja

§ Mengupayakan agar setiap petugas dan sarana pelayanan kesehatan di tempat kerja mendukung perilaku menyusui yang optimal melalui penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui yang merupakan standar interna-sional.

§ Mengupayakan fasilitas yang mendukung PP-ASI bagi ibu yang menyusui di tempat kerja dengan :

- Menyediakan sarana ruang memerah ASI

- Menyediakan perlengkapan untuk memerah dan menyimpan ASI. - Menyediakan materi penyuluhan ASI

(4)

§ Mengembangkan dan memantapkan pelaksanaan ASI eksklusif bagi pekerja wanita melalui pembinaan dan dukungan penuh dari pihak pengusaha.

V. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN

1. Mengembangkan KIE

Meningkatkan penyuluhan dan promosi dengan mengembangkan KIE yang spesifik melalui metode dan media yang sesuai dengan sasaran, antara lain : seminar/lokakarya, pelatihan, kampanye, siaran melalui media elektronik, media cetak, dll.

2. Menggerakkan pengusaha

Advokasi dan sosialisasi kepada dunia usaha agar memberikan dukungan kepada pekerja wanita yang menyusui bayinya dengan memberikan izin untuk memerah susunya serta menyediakan ruang khusus untuk memeras ASI yang dilengkapi dengan tempat penyimpanan ASI sementara (ASI dalam lemari es dapat bertahan selama 2 x 24 jam, sedangkan diluar lemari es bertahan sampai 6-8 jam).

3. Meningkatkan keterpaduan, koordinasi dan integrasi

Koordinasi dilakukan secara lintas sektoral melalui kegiatan dalam tim baik di tingkat Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota

4. Mengembangkan dan membina Tempat Penitipan Anak (TPA).

5. Memantapkan Pemantauan dan Evaluasi

Diperlukan system pencatatan dan pelaporan secara berkala untuk menilai keberhasilan program ASI eksklusif bagi pekerja wanita baik dari segi pelaksanaan maupun dampaknya pada peningkatan produktivitas kerja, peningkatan status kesehatan dan gizi ibu maupun bayinya.

VI. KEUNTUNGAN & MANFAAT PEMBERIAN AIR SUSU IBU

A. Bagi Ibu

- Melindungi kesehatan ibu (mengurangi perdarahan pasca persalinan,

mengu-rangi risiko kanker payudara dan indung telur, mengurangi anemia).

- Memperpanjang kehamilan berikutnya. - Menghemat waktu

B. Bagi bayi

- ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi.

- Imunitas (mengurangi risiko diare, infeksi jalan nafas, alergi dan infeksi

lainnya).

- Aspek psikologis (mempererat hubungan ibu dan bayi, meningkatkan status

mental dan intelektual).

C. Bagi keluarga

- Peningkatan status kesehatan dan gizi ibu dan bayinya. - Penghematan biaya.

D. Bagi masyarakat

- Berkontribusi untuk pengembangan ekonomi.

(5)

- Berkontribusi dalam penghematan devisa negara.

E. Bagi perusahaan

- Menghemat biaya pengobatan. - Meningkatkan produktivitas kerja. - Meningkatkan citra perusahaan.

VII. RENCANA KEGIATAN DEPKES TAHUN 2005

1. Kampanye ASI melalui media elektronik.

2. Penyebaran materi KIE ASI ( leaflet, poster, booklet, buku).

3. Diseminasi informasi ASI eksklusif bagi pekerja wanita malalui kegiatan pertemuan koordinasi pengelola Program Kesehatan Kerja daerah dan pusat. 4. Pembinaan secara berjenjang.

VIII. PENUTUP

Pekerja wanita dari beberapa segi berbeda dengan laki-laki, sehingga dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pekerja wanita perlu memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan tersebut.

Suatu program pemberian ASI pada pekerja wanita mempunyai dampak positip tidak hanya untuk pekerja tersebut tetapi juga untuk keluarganya, masyarakat dan terutama untuk organisasi/perusahaan dimana wanita/ibu bekerja.

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Pengambilan energi listrik untuk evaporator pada sistem destilasi yang dirancang dilakukan dengan cara memindahkan koneksi listrik yang seharusnya menuju beban

Dalam konteks kisah Allah menyelamatkan Bani Israil dari siksaan raja Fir’aun tersebut di atas, uslub atau gaya bahas ( iltifât ) dari kata kerja

Nilai maksimal kontribusi energi sarapan responden pada penelitian ini adalah 50,10% hal ini termasuk dalam kategori kontribusi energi sarapan yang baik, namun sudah

Peningkatan usia ibu merupakan faktor risiko plasenta previa, karena sklerosis pembuluh darah arteri kecil dan arteriole miometrium menyebabkan aliran darah ke endometrium

Penelitian efektivitas ekstrak cair daun saga terhadap bakteri Staphylococcus aureus ini bertujuan untuk mengetahui apakah daun saga dapat menghambat bakteri Staphylococcus

Dari Pasal 28 (2) huruf b Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tersebut dapat ditafsirkan bahwa terhadap suami istri yang bertindak dengan niat baik dalam arti

Berangkat dari adanya kecenderungan minat masyarakat yang lebih memilih menyekolahkan putra-putrinya di lembaga pendidikan umum, akhirnya para kepala madrasah harus

Buku TDVH ini menunjukkan lima masalah utama TDVC: Klaim Brown bahwa isi TDVC berdasarkan fakta dan akurat secara historis adalah salah; pemaparan Brown tentang orang, tempat,