• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Mahasiswa Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku Mahasiswa Dalam Meminimalisir Penggunaan Kantong Plastik Dan Styrofoam Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun 2017"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmodjo, 2010).

Perilaku dari aspek biologis diartikan sebagai suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan. Aktivitas tersebut ada yang dapat diamati secara langsung dan tidak langsung (Kholid, 2014). Menurut ensiklopedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungannya.

Perilaku manusia dapat dilihat dari dua sudut pandang, yakni perilaku dasar (umum) sebagai mahkluk hidup dan perilaku mahkluk sosial. Perilaku dalam arti umum, memiliki arti berbeda dengan perilaku sosial, perilaku sosial adalah perilaku spesifik yang diarahkan pada orang lain. Penerimaan perilaku sangat tergantung pada norma-norma sosial dan diatur oleh berbagai sarana kontrol sosial (Sunaryo, 2014)

(2)

merespons, maka teori Skinner ini disebut teori ―S-O-R‖ atau Stimulus

Organisme – Respon.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

1. Perilaku tertutup (convert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Berdasarkan batasan perilaku dari Skinner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok (Notoadmodjo, 2007)

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintanance)

(3)

a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.

c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat terpelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour)

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini di mulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencapai pengobatan ke luar negeri.

3. Perilaku kesehatan lingkungan

(4)

World Health Organization menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah :

1. Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan).

a. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

b. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

c. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.

2. Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.

(5)

4. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia (Notoatmodjo, 2003).

2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan menusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, di dapat dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo, 2007).

(6)

Cara ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi:

a. Cara Coba Salah (trial-error)

Cara yang paling tradisional yang pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba-coba atau dengan kata yang lebih dikenal ―trial and error‖. Cara coba-coba ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan lain. Apabila kemungkinan kedua gagal pula, maka dicoba kembali dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga gagal, maka dicoba kembali dengan kemungkinan keempat, sampai masalah tersebut terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba-salah atau coba-coba.

b. Cara Kekuasaan atau Otoritas

(7)

c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Cara ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut. Tetapi bila ia gagal menggunakan cara tersebut, ia tidak akan mengulangi cara itu, dan berusaha untuk mencari cara yang lain, sehingga dapat berhasil memecahkannya. d. Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dapat memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya.

2. Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

(8)

penvcatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok, yakni:

a. Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan.

b. Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan.

c. Gejala-hejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.

Berdasarkan hasil pencatatan-pencatatan ini kemudian ditetapkan ciri-ciri atau unsur-unsur yang pasti ada suatu gejala. Selanjutnya hal tersebut dijadikan dasar pengambilan kesimpulan atau generalisasi. Prinsip-prinsip umum yang dikembangkan oleh Bacon ini kemudian dijadikan dasar untuk mengembangkan metode penelitian yang lebih praktis. Selanjutnya diadakan penggabungan antara proses berpikir deduktif-induktif-verivikatif seperti yang dilakukan oleh Newton dan Galileo. Akhirnya lahir suatu cara melakukan penelitian, yang dewasa ini kita kenal dengan metode penelitian ilmiah (scientific research method) (Notoadmodjo, 2010).

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda. Secara garis besarnya pengetahuan dibagi dalam enam tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 2012):

a. Tahu (know)

(9)

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima setelah mengamati sesuatu. Oleh sebab itu, ‖tahu‖ ini adalah merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata

kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi mengenai objek tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus melakukan tindakan reuse dan reduse dalam penggunaan plastik.

c. Aplikasi (application)

(10)

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan dan atau memisahkan materi/objek ke dalam komponen-komponen lain tetapi masih di dalam satu struktur organisasi atau masalah/ objek yang diketahui dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat mengambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompok dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya : dapat menyusun dapat merencanakan, dapat merigankan, dapat menyusuaikan, dapat meringkaskan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek tertentu. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya : dapat menafsirkan sebab-sebab tingginya jumlah konsumsi plastik.

(11)

dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas, misal: tentang penyakit (penyebab, cara penularan, cara pencegahan), gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, keluarga berencana, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

2.1.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007).

Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Allport (1954) yang dikutip oleh Notoadmodjo (2007), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu :

(12)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari 4 (empat) tingkatan (Notoadmodjo, 2007), yaitu:

1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperlihatkan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi. 2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya. Mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya : seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

(13)

Sikap merupakan konsep yang sangat penting dalam komponen sosio psikologis, karena merupakan kecenderungan bertindak, dan berpersepsi. Sikap merupakan kesiapan tatanan saraf (neural setting) sebelum memberikan respons konkret. Beberapa karakteristik sikap:

a. Sikap merupakan kecenderungan berpikir, berpersepsi, dan bertindak. b. Sikap mempunyai daya pendorong (motivasi).

c. Sikap relatif lebih menetap, dibanding emosi dan pikiran.

d. Sikap mengandung aspek penilaian atau evaluatif terhadap objek. Adapun ciri-ciri sikap adalah :

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis seperti lapar, haus, atau kebutuhan akan istirahat.

2. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah-ubah pada orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap itu dibentuk, dipelajari atau berubah senantiasa.

(14)

5. Sikap mempunyai segi motivasi dari segi-segi perasaan. Sifat ilmiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

Fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yakni :

1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable artinya sesuatu yang mudah menjalar sehingga mudah pula menjadi milik bersama.

2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Seseorang tahu bahwa tingkah laku anak kecil atau binatang umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tidak ada pertimbangan tetapi pada orang dewasa dan yang sudah lanjut usianya, perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam bendera, keinginan-keinginan pada orang itu dan sebagainya.

(15)

tetapi juga manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian lalu dipilih. 4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan kepribadian

seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada objek-objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap seseorang, kita harus mengetahui keadaan sesungguhnya dari sikap orang tersebut. Dengan mengetahui keadaan sikap itu, kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut dapat diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut.

Pengukuran sikap adalah bagaimana pendapat atau penilaian orang atau responden terhadap hal yang terkait dengan kesehatan, sehat-sakit dan faktor yang terkait dengan faktor risiko kesehatan. Misalnya: bagaimana pendapat atau penilaian responden terhadap penyakit demam berdarah, anak dengan gizi buruk, tentang lingkungan, tentang gizi makanan, dan seterusnya. Pengukuran sikap juga dapat dilakukan berdasarkan jenis atau metode penelitian yang digunakan, diantaranya wawancara, angket, diskusi kelompok terfokus, dan sebagainya.

2.1.3 Tindakan

(16)

dari suaminya, ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua, dan lain-lain. Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan (Notoadmodjo, 2007).

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

2. Respons terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua.

3. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.

4. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

(17)

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (over behaviour). Oleh sebab itu indikator praktik kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut diatas, yakni:

a. Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit

Tindakan atau perilaku ini mencakup: a) pencegahan penyakit, mengimunisasikan anaknya, melakukan pengurasan bak mandi seminggu sekali, dan b) penyembuhan penyakit, misalnya: minum obat sesuai petunjuk dokter,berobat ke fasilitas kesehatan yang tepat, dan sebagainya.

b. Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatanTindakan atau perilaku ini mencakup antara lain: mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, melakukan olahraga secara teratur, tidak merokok, dan sebagainya. c. Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan

Perilaku ini antara lain mencakup: membuang air besar di jamban (WC), membuang sampah di tempat sampah, dan sebagainya.

(18)

praktek atau tindakan mudah diamati secara konkret dan langsung maupun melalui pihaak ketiga. Secara garis besar mengukur perilaku terbuka atau praktik prakttik dapat dilakukan melalui dua metoda, yakni:

a. Langsung: mengamati atau mengobservasi perilaku subjek yang diteliti secara langsung.

b. Tidak langsung: tidak secara langsung mengamati perilaku orang yang diteliti (respoonden). Oleh sebab itu metoda pengukuran secara tidak langsung ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, yakni: (1) metode meningat kembali atau (recall), (2) melalui orang ketiga atau orang lain yang ―dekat‖ dengan subjek atau responden, dan (3) melalui ―indikator‖ (hasil perilaku) responden.

2.2 Plastik

Plastik merupakan kemasan makanan yang sangat populer dan menjadi pilihan bagi konsumen. Plastik menjadi salah satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap barang dikarenakan plastik sangat mudah didapat dan fleksibel penggunaannya. Mulai dari wadah makanan, pengemasan, botol minum, kantong plastik, alat makan (sendok, garpu, piring, mangkok, gelas).

(19)

Umumnya setiap wadah plastik dicantumkan tanda atau kode angka yang menandakan pembuatan kemasan plastik. Kode-kode itu dikeluarkan oleh SPI (Society of Plastic Industry) di Amerika Serikat dengan tujuan mengeluarkan simbol atau kode yang mengidentifikasi plastik, dan kemudian diadopsi oleh lembaga-lembaga yang mengembangkan sistem kode, seperti ISO (International Organization for Standardization) di ikuti oleh lembaga berwenang, seperti FDA (Food & Drugs Administration), EFSA (European Food Safety Authority), dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk Indonesia (Utiya, 2009).

2.2.1 Jenis dan Sifat Fisik Kimia Plastik

A. Termoset

Plastik termoset adalah jenis plastik yang tidak bisa didaur-ulang atau dicetak, contohnya saran atau poliviniliden klorida (PVdC), akrilik yang sering digunakan untuk botol-botol minuman, politetra fluoroetilen (PTFE) yang terdapat pada peralatan dapur seperti Teflon dan Ediblefilm dari amilosa pati jagung untuk kemasan permen dan sosis yang dapat dimakan (Fadli, 2012). B. Termoplastik

Plastik termoplastik adalah jenis plastik yang dipakai untuk mengemas atau kontak dengan bahan makanan dan dapat didaur-ulang/dicetak kembali, contoh plastik kresek dan plastik lainnya (Fadli, 2012). Untuk melindungi konsumen dari bahaya yang ditimbulkan oleh proses daur ulang plastik ini, maka diciptakanlah sebuah standar penggunaan kemasan plastik.

(20)

mengacu pada standar penggunaan plastik tersebut biasanya ada di bagian bawah wadah plastik berupa cetakan timbul bergambar panah yang membentuk segitiga dengan sebuah angka di dalamnya (simbol daur ulang). Angka ini menunjukkan jenis plastik dan keamanan penggunaannya.

1. PET — Polyethylene Terephthalate

(21)

2. HDPE — High Density Polyethylene

a. Umumnya, pada bagian bawah kemasan botol plastik, tertera logo daur ulang dengan angka 2 di tengahnya, serta tulisan HDPE (high density polyethylene) di bawah segitiga.

b. Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, galon air minum, dan lain-lain.

c. HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan/minuman yang dikemasnya.

d. HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras hingga semifleksibel, buram dan lebih tahan terhadap bahan kimia dan kelembapan, melunak pada suhu 750C.

3. V — Polyvinyl Chloride

Tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3 di tengahnya, serta tulisan V — V itu berarti PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis plastik yang paling sulit didaur ulang.

a. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol, sulit di daur ulang.

b. PVC mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan yang dikemas dengan plastik berbahan PVC ini saat bersentuhan langsung dengan makanan tersebut karena DEHA lumer pada suhu 150C.

(22)

d. Plastik jenis ini sebaiknya tidak untuk mewadahi pangan yang mengandung lemak/minyak, alkohol dan dalam kondisi panas.

e. Sebaiknya kita mencari alternatif pembungkus makanan lain yang tidak mengandung bahan pelembut, seperti plastik yang terbuat dari polietilena atau bahan alami (daun pisang misalnya).

4. LDPE — Low Density Polyethylene

Tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta tulisan LDPE (low density polyethylene) yaitu plastik tipe cokelat (thermoplastic/dibuat dari minyak bumi), biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol-botol yang lembek.

a. Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, fleksibel, kedap air tetapi tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Melunak pada suhu 700C.

b. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas dengan bahan ini.

5. PP — Polypropylene

(23)

b. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan, keras tetapi fleksibel. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, minyak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. Melunak pada suhu 1500C. c. Carilah dengan kode angka 5 bila membeli barang berbahan plastik untuk

menyimpan kemasan berbagai makanan dan minuman. 6. PS — Polystyrene

a. Tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya, serta tulisan PS. PS (polystyrene) ditemukan tahun 1839, oleh Eduard Simon, seorang apoteker dari Jerman, secara tidak sengaja.

b. Terdapat dua macam PS, yaitu yang kaku dan lunak/berbentuk foam.

c. PS yang kaku biasanya jernih seperti kaca, kaku, getas, mudah terpengaruh lemak dan pelarut (seperti alkohol), mudah dibentuk, melunak pada suhu 950C. Contoh : wadah plastik bening berbentuk kotak untuk wadah makanan. d. PS yang lunak berbentuk seperti busa, biasanya berwarna putih, lunak,

mudah terpengaruh lemak dan pelarut lain (seperti alkohol). Bahan ini dapat melepaskan styrene jika kontak dengan pangan. Contohnya yang sudah sangat terkenal styrofoam. Biasanya digunakan sebagai wadah makanan atau minuman sekali pakai, karton wadah telur, dll.

e. Kemasan styrofoam sebaiknya tidak digunakan dalam microwave.

(24)

g. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan.

h. Selain tempat makanan, styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung.

i. Bahan ini harus dihindari, karena selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem syaraf, juga karena bahan ini sulit didaur ulang. Pun bila didaur ulang, bahan ini memerlukan proses yang sangat panjang dan lama.

j. Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode angka tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna kuning-jingga, dan meninggalkan jelaga. 7. OTHER

a. Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya, serta tulisan OTHER Other (SAN/styrene acrylonitrile, ABS - acrylonitrile butadiene styrene, PC - polycarbonate, Nylon)

b. Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga, alat-alat rumah tangga, peralatan makan bayi dan plastik kemasan. c. PC - Polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak batita

(25)

d. Dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah fungsi imunitas.

e. Dianjurkan untuk tidak dipergunakan untuk tempat makanan ataupun minuman karena Bisphenol-A dapat berpindah ke dalam minuman atau makanan jika suhunya dinaikkan karena pemanasan. Untuk mensterilkan botol susu, sebaiknya direndam saja dalam air mendidih dan tidak direbus atau dipanaskan dengan microwave. Botol yang sudah retak sebaiknya tidak digunakan lagi.

f. SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan. g. Biasanya terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat

makan, penyaring kopi.

h. SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk digunakan.

2.2.2 Kantong Plastik

(26)

beredar di masyarakat memiliki bagian ukuran dari mulai 15 cm, 17 cm, 24 cm, 28 cm, 40 cm hingga 50 cm dengan ketebalan 0,01 mm dan 0,03 mm. Kantong plastik pun memiliki berbagai warna yaitu hitam, putih, biru, merah, kuning, merah putih dan hitam putih.

Kantong plastik pada umumnya berbahaya bagi lingkungan, kantong plastik berwarna memiliki ketebalan yang lebih tipis dibandingkan kantong plastik berwarna hitam. Sehingga, kantong plastik berwarna lebih memungkinkan untuk hancur dengan cepat dibandingkan kantong plastik hitam. Tetapi, dalam kehidupan sehari-hari kantong plastik yang sangat sering digunakan oleh masyarakat adalah kantong plastik hitam karena lebih kuat, ini disebabkan karena kandungan zat kimia dan pewarna yang tedapat pada kantong plastik hitam lebih banyak dibandingkan kantong plastik berwarna, sehingga kantong plastik hitam tidak mudah robek dan sangat berbau plastik. Kantong plastik dapat mencemari lingkungan karena kandungan zat kimia yang terdapat pada kantong plastik ini dapat diserap lingkungan.

2.2.3 Dampak dan Bahaya Penggunaan Kantong Plastik terhadap Kesehatan

Adapun zat-zat penyusun plastik yang berbahaya bagi kesehatan adalah (Koswara, 2006):

(27)

2. Monomer vinil sianida (akrilonitril), bereaksi dengan adenin pada DNA dan memiliki potensi yang cukup tinggi untuk menimbulkan penyakit kanker. Dampak akrilonitril sudah terbukti pada hewan percobaan yaitu menimbulkan cacat lahir pada tikus yang memakannya.

3. Monomer vinil asetat, telah terbukti menimbulkan kanker tiroid, uterus dan hati (liver) pada hewan.

4. Monomer lainnya, seperti akrilat, stirena, metakriat dan senyawa turunannya seperti vinil asetat, polivinil klorida, kaprolaktam, formaldehida, kresol, isosianat organik, heksa metilandiamin, melamin, epodilokkloridin, bispenol dan akrilonitril yang dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan terutama mulut, tenggorokan dan lambung.

Selain monomer, zat aditif yang berbahaya bagi kesehatan diantaranya: 1. Dibutil ptalat (DBP) dan Dioktil ptalat (DOP), merupakan zat aditif yang

populer digunakan dalam proses plastisasi, namun dibalik kepopuleran itu ternyata DBP dan DOP ternyata menyimpan suatu zat kimia yaitu zat benzen. Benzen termasuk larutan kimia yang sulit dicerna oleh sistem pencernaan. Benzen juga tidak dapat dikeluarkan melalui feses atau urin. Akibatnya, zat ini semakin lama semakin menumpuk dan berbalut lemak. Hal tersebut bisa memicu kanker pada darah atau leukemia (Koswara, 2006).

(28)

3. Senyawa nitrosamine, yang timbul akibat reaksi antara komponen dalam plastik yang bersifat karsinogenik (Winarno, 1994).

4. Ester ptalat, yang digunakan untuk melenturkan ternyata dapat menggangu sistem endokrin (Anonimous, 2009).

5. Bisphenol A (BPA) yang terdapat pada plastik polikarbonat (PC) merupakan zat aditif yang dapat merangsang pertumbuhan sel kanker dan memperbesar resiko pada kehamilan (Anonimous, 2008).

6. Bahan aditif senyawa penta kloro bifenil (PCB) yang ditambahkan sebagai bahan untuk membuat plastik tahan panas. PCB berfungsi sebagai satic agent dan ikut menentukan kualitas plastik. Plastik tahan panas sangat dimungkinkan mengandung PCB lebih banyak. Tanda dan gejala keracunan PCB ini berupa pigmentasi pada kulit dan benjolan-benjolan, gangguan pencernaan, serta tangan dan kaki lemas. Pada wanita hamil PCB dapat mengakibatkan kematian bayi dalam kandungan serta bayi lahir cacat. Pada keracunan menahun, PCB dapat menyebabkan kematian jaringan hati dan kanker hati (Anonimous, 2009).

(29)

2.2.4 Dampak dan Bahaya Penggunaan Kantong Plastik terhadap

Lingkungan

Dari segi lingkungan, plastik sangat berbahaya karena plastik memiliki sifat sulit terdegradasi (non-biodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 500 tahun agar dapat terdekomposisi dengan sempurna. Sampah kantong plastik yang ditimbun di tempat pembuangan akhir dapat mencemari tanah dan air tanah sehingga dapat membahayakan kesehatan manusia (Anonim 2008). Tentang bahan pembuat plastik, (umumnya polimer polivinil) terbuat dari polychlorinated biphenyl (PCB) yang mempunyai struktur mirip DDT. Serta kantong plastik yang sulit untuk diurai oleh tanah hingga membutuhkan waktu antara 100 hingga 500 tahun. Hal ini berakibat antara lain:

a. Tercemarnya tanah, air tanah dan makhluk bawah tanah.

b. Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing.

c. PCB yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang maupun tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan.

d. Kantong plastik akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah. e. Menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara

di dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu meyuburkan tanah.

(30)

g. Hewan-hewan dapat terjerat dalam tumpukan plastik. Konsumsi berlebih terhadap plastik, pun mengakibatkan jumlah sampah plastik yang besar.

Karena bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memiliki sifat sulit terdegradasi (non-biodegradable). Biasanya limbah plastik yang sudah tidak berguna akan dibuang atau dibakar. Sampah plastik yang dibuang ke lingkungan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai oleh mikroorganisme sehingga akan menumpuk dan menjadi sarang penyakit dan mengganggu ekosistem sekitar. Sedangkan pembakaran sampah yang tidak menggunakan teknologi tinggi dapat berakibat pada pencemaran lingkungan. Sebab hal ini dapat menghasilkan senyawa kimia berbahaya dan beracun yang dikenal dengan nama dioksin.

(31)

2.3 Kemasan Styrofoam

Kemasan styrofoam adalah kemasan makanan dari merek dagang Dow Chemichals yang berbahan dasar expandable polystyrene atau foamed polystyrene (FPS) yang tergolong dalam plastik polistiren (PS) atau yang memiliki kode-6 dalam pengkodean plastik (BPOM, 2009).

Styrofoam terbuat dari polystyrene yaitu polimer yang tersusun dari banyak monomer (styrene). Untuk menjadi styrofoam, maka ditiupkan udara ke dalam polystyrene dengan menggunakan blowing agents yang disebut khloroflourokarbon (CFC) sehingga membentuk buih (foam) (Khomsan, 2003).

Dalam penggunaannya sebagai kemasan makanan, styrofoam memiliki beberapa sifat yang menjadi keunggulannya, diantaranya relatif tahan bocor, praktis dan mampu menjaga suhu makanan dengan baik, jadi makanan panas akan tetap panas di dalam styrofoam (Khomsan, 2003).

2.3.1 Bahan Pembuat Styrofoam

Polistirena foam dihasilkan dari campuran 90-95% polistirena dan 5-10% gas seperti n-butana atau n-pentana. Dahulu, blowing agent yang digunakan adalah CFC (Freon), karena golongan senyawa ini dapat merusak lapisan ozon maka saat ini tidak digunakan lagi, kini digunakan blowing agent yang lebih ramah lingkungan.

(32)

transparan, rapuh, inert secara kimiawi, dan merupakan insulator yang baik. Sedangkan polistirena foam merupakan bahan plastik yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah, mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antar butiran yang berisi udara.

2.3.2 Dampak dan Bahaya Styrofoam Terhadap Kesehatan

Menurut Khomsan (2003), masyarakat khususnya konsumen sering beranggapan bahwa bila sesuatu itu sudah ada dimana-mana dan dipakai oleh banyak orang, maka sesuatu tersebut pasti aman. Demikian pula dengan penggunaan styrofoam yang semakin meluas saat ini, sedikitpun tidak memunculkan kekhawatiran apakah penggunaan styrofoam aman atau tidak untuk kesehatan.

Berdasarkan berbagai penelitian yang dilakukan sejak tahun 1930-an, diketahui bahwa bahan dasar styrofoam (styrene) dan bahan aditif lainnya seperti butadien yang berfungsi sebagai bahan penguat juga DOP ataupun BHT yang berfungsi sebagai pemlastis (plasticizer) ternyata bersifat mutagenik (mampu mengubah gen) dan potensial karsinogen (merangsang pembentukan sel kanker) (Yuliarti,2007).

(33)

Pada tahun 1986, National Human Adipose Tissue Survey di Amerika Serikat (AS) mengungkapkan bahwa 100% jaringan lemak penduduk Amerika mengandung styrene dan pada tahun 1988 kandungan styrene tersebut mencapai 8-350 ng/g. Konsentrasi styrene 350 ng/g adalah sepertiga dari ambang batas yang dapat memunculkan gejala neurotoxic (gangguan syaraf). Neurotoxicakan menimbulkan gejala-gejala seperti kelelahan, nervous dan kadar hemoglobin rendah. Hemoglobin (Hb) adalah bagian dari sel darah merah yang memiliki peran sangat penting yaitu mengangkut dan mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh. Penurunan kadar hemoglobin pada tubuh (anemia) akan menyebabkan kekurangan oksigen (O2) pada sel-sel tubuh dan menimbulkan gejala letih, lesu dan lemah (3L). Anemia kronis dapat berakibat fatal seperti kematian (2003).

Studi di New Jersey (AS) menemukan bahwa 75% air susu ibu (ASI) telah terkontaminasi styrene dan dapat dibayangkan bahwa bayi-bayi yang belum pernah makan atau minum menggunakan wadah styrofoam ternyata dapat mengkonsumsi (terpapar) styrene melalui ASI ibunya. Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa pada ibu-ibu yang sedang mengandung, styrene dapat bermigrasi ke janin melalui plasenta, sedangkan pada anak-anak, styrene dapat mengakibatkan kehilangan kreativitas (pasif) dan karsinogenik (2003).

Sifat styrene yang memiliki titik lebur rendah dan lunak pada suhu 90⁰

-95⁰C menyebabkan styrofoam dapat lunak pada suhu 102⁰-106⁰C. Penggunaan

(34)

2.3.3 Dampak dan Bahaya Penggunaan Styrofoam terhadap Lingkungan

(35)

2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Karakteristik

responden:

a. Umur

b. Jenis kelamin

c. Suku

d. Jumlah uang saku

Perilaku Mahasiswa

Pengetahuan

Sikap

Tindakan

Sumber

Informasi

Minimalisir Kantong

Plastik dan Styrofoam

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ekstrak etanol 70% daun kersen ( Muntingia calabura L.) terbukti memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri

Manfaat dan kegunaan : Bunga lavender dapat digosokkan ke kulit, selain memberikan aroma wangi, lavender juga dapat menghindarkan diri dari gigitan nyamuk,bunga lavender kering

JUDUL : GURU BESAR PERTAMA BIDANG KEDOKTERAN MEDIA : RADAR JOGJA. TANGGAL : 21

Dari hasil penelitian pada 20 ibu postpartum yang dilakukan pijat laktasi (50%) dan 20 ibu postpartum yang dilakukan pijat oksitosin (50%) menunjukkan bahwa

Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Tingkat Bagi Hasil, Non Performing Financing dan Modal Sendiri terhadap Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil Pada Perbankan

Dari fenomena tersebut menunjukan bahwa selama tahun 2009, penjualan untuk sepeda motor Yamaha “SCORPIO” di Surabaya, tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh perusahaan,

Berfungsi sebagai tempat body barrel pada saat proses pembentukan bead. Pada turret terdapat lubang - lubang adaptor yang berfungsi sebagai tempat keluar masuknya small beading

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Konsentrasi dan Jenis Pati pada Pengolahan Surimi Ikan Tigawaja (฀ibea soldado) terhadap