Krisis Finansial Amerika Serikat dan Tiga Perspektif Utama Ekonomi Politik Internasional : Mercantilisme, Liberalisme, dan Marxisme.
Tulisan ini akan mengulas mengenai tiga perpektif utama dalam ekonomi Politik Internasional, yaitu perspektif Mercantilism, Liberalisme, dan Marxisme. Kemudian dilanjutkan dengan menganalisis salah satu isu yang terkait dengan ekonomi politik Internasional yaitu Krisis Financial Amerika Serikat dengan menggunakan tiga pendekatan tersebut.
Pandangan utama merkantilisme adalah ekonomi merupakan alat politik.1 Dan aktor utamanya
adalah negara2 dan menganggap bahwa negara adalah satu-satunya aktor yang bisa menjalankan
kepentingan nasional atau mensejahterakan. Menurut salah satu pandangan merkantilisme Gilpin negara memelihara kepentingan ekonomi nasionalnya sebab hal tersebut merupakan unsur penting dalam keamanan nasionalnya.3 Karena itulah merkantilisme diidentikkan dengan nasionalis4. Merkantilisme
tidak percaya dengan perdagangan bebas. Merkantilisme melihat perekonomian internasional sebagai arena konflik antara kepentingan nasional yang bertentangan, daripada wilayah kerjasama yang saling menguntungkan.5 Karena itulah merkantilisme masih “alergi” dengan kata “Cooperation” karena jika
dijalankan sesuai dengan artinya, berarti kerjasama akan saling menguntungkan keduabelah pihak. Sedangkan pemikiran merkantilis, persaingan ekonomi antar negara adalah permainan zero-sum dimanan keuntungan suatunegara merupakan kerugian bagi negara lain.6 Jadi berdasarkan pemaparan diatas sangat
terlihat jelas bahwa peran negara dalam perdagangan internasionalsangatlah penting, bahkan merupakan sesuatu yang vital yang menentukan masa depan dan kesejahteraan suatu negara. Karena negara harus bisa memenangkan kompetisi perdaganang internasional. Dan karena bersifat Zero Sum Game, jadi orientasinya adalah dengan negara harus mengekspor,dan jika mengimpor itu berarti rugi. jadi, keunggulan absolute harus dengan mengekspor. Dalam hal ini mercantilisme sangat memproteksi perdagangan internasional, dan national interest yang sangat diutamakan. Jadi karena perekonomian bertujuan untuk peningkatan kekuatan negara, jadi politik harus diutamakan daripada ekonomi.7
Hubungan ekonomi dan politik selalu bersifat menentukan secara politik. Politik menjadi faktor yang paling diutamakan dalam melihat ataupun menganalisis konteks ekonomi-politik internasional.8
Singkatnya, merkantilis menganggap perekonomian tunduk pada komunitas politik, dan khususnya pemerintah.9 Hubungan antara ekonomi dan politik, politiklah yang menentukan.
Berbanding terbalik dengan Mercantilisme, perspektif Liberalisme pada dasarnya percaya bahwa perdagangan bebas dan kerjasama akan saling menguntungkan kedua belah pihak “positive sum game”. Bapak liberalism ekonomi yaitu Adam Smith menyatakan campur tangan politik dan peraturan negara, sebaliknya tidak ekonomis, kemunduran, dan dapat menyebabkan konflik.10 Dengan kata lain Campur
tangan negara membuat alokasi sumber daya tidak efektif, karena jika pemerintah campur tangan dalam perdagangan akan terjadi praktek monopoli. Ekonomi bersifat otonom. Tetapi, beberapa ekonom liberal abad keduapuluh, mendukung keterlibatan negara yang meningkat dalam pasar.11Jadi dalam perspektif
1 Robert Jackson & Georg Sorensen (1999), Dadan Suryadipura (ed), Pengantar Studi Hubungan Internasional, Pustaka Pelajar, 2009, hal. 231
2 (Robert Jackson & Georg Sorensen, hal. 183
3 Opcid.
4 Kuliah Teori Ekonomi Politik Internasional 26 Feb 2013 Dosen : Asra Virginia
5 Opcid.
6 Opcid.
7 Opcid, hal. 233
8 Kuliah Teori Ekonomi Politik Internasional 26 Feb 2013 Dosen : Asra Virginia (Robert Jackson & Georg Sorensen, hal. 183)
9 Robert Jackson & Georg Sorensen (1999), Dadan Suryadipura (ed), Pengantar Studi Hubungan Internasional, Pustaka Pelajar, 2009, hal. 234
10 Ibid, hal. 235
liberalism, aktor utamanya adalah individu dan perusahan swasta karena sebagai konsumen dan produsen12, dan bersifar kooperatif. Perekonomian merupakan wilayah kerjasama bagi keuntungan
timbale balik antar negara dan juga antar individu. Dengan demikian perekonomian internasional seharusnya didasarkan pada perdagangan bebas.13
Kemudian perspektif yang ketiga yaitu, Marxisme atau strukturalisme. Persamaan dengan mercantilis adalah bersifat konfliktual dan Zero Sum Game dan persamaan degan liberalis adalah sisi aktor non-negaranya. Aktor utama dan unit analisis dari perspektif ini adalah kelas-kelas di masyarakat. tujuan ekonomi utamanya adalah tercapainya kepentingan kelas itu sendiri. Dalam perspektif ini, ekonomilah yang menentukan. Sangat identik dengan Eksploitasi kelas borjuis ke kelas proetar, siapa yg memiliki modal selalu untung. Dan pemilik modal akan berusaha supaya yang tidak memiliki modal selalu bergantung padanya. Karena itulah dalam perspektif ini terdapat teori interdepedensi oleh Andrew Gunder Frank yang menyatakan bahwa negara- negara kuat atau pemilik modal akan berusaha untuk terus mempertahankan posisinya bahkan meningkatkan posisinya dengan membuat negara-negara miskin atau berkembang selalu bergantung padanya, sehingga bisa dengan mudah melakukan eksploitasi SDA negara-negara tersebut. Sehingga terdapat tiga kategori yang disebut negara-negara core, negara-negara semi peri-peri, dan negara peri-peri. Negara core akan selalu mengejar profit dengan mengeksploitasi negara peri-peri dan membuat negara-negara tersebut bergantung padanya.
Isu yang diangkat dalam tulisan ini adalah krisis financial Amerika Serikat. Yang sejak tahun 2001 utang AS melejit pesat mencapai 5,8 triliun pada tahun 2011 menjadi 14,3 triliun dolar AS. Jadi berdasarkan data yang ada, kenaikan utang AS dari tahun 2000-2011 mencapai 9 triliun dolar AS. Periode 2000-2008, George W Bush dari Partai Republik adalah Presiden AS, lalu diikuti Barack Obama dari Partai Demokrat sampai saat ini. Dan kantor berita Associaced Press14 membuat ringkasan bahwa
utang muncul sebagai dampak negatif dari berbagai kebijakan pemerintah, antara lain : (1) Pengurangan pajak oleh George W Bush selama periode pemerintahannya dari 2000-2008. Kebijakan ini menyebabkan kehilangan penerimaan negara sebesar 1,6 triliun dollar AS dan ini ditutup dengan utang. (2) Tambahan beban bunga dari utang yang terus bertambah (3) Bantuan perobatan pada warga AS lewat kebijakan pemerintah sebesar 300 miliar dollar AS. (4) Invasi Irak dan Afganistan oleh AS dan sekutunya sebesar 1,3 triliun dollar AS. (4) Paket dana stimulus ekonomi yang bertujuan untuk mengatasi krisis ekonomi yang meledak pada tahun 2008 ketika Bush masih berkuasa sebesar 800 miliar dollar AS. (5)
Perpanjangan kebijakan bebas pajak Bush oleh Obama sebesar 400 miliar dollar AS, dan (6) Masih ada faktor-faktor lain yang menjadi penyebab naiknya utang AS ini, seperti dari sektor pertanian dan pertahanan. Dan Porsi terbesar kenaikan utang AS karena murni peran Obama ada pada perjuangannya untuk jaminan health care. Dan menurut Ministry of State Secretariat of the Republic Indonesia
menyatakan Krisis keuanganan di Amerika Serikat dapat disimpulkan merupakan akibat dari 4 (empat) faktor: (1) Suku bunga rendah di Amerika Serikat dan negara-negara maju; (2) Krisis surat berharga rumah Amerika Serikat (the U.S. subprime mortgage crisis); (3) Pailit Lehman Brothers yang merupakan salah satu lembaga keuangan terbesar di Amerika Serikat dan di dunia; (4) Bank Sentral Amerika Serikat
the Federal Reserve melakukan penyelamatan lembaga-lembaga keuangan asuransi AIG (American International Group) dan Fannie Mae; (5) Tersendat dan ketidakjelasan upaya penyelamatan terhadap krisis subprime mortgage (the bail out of subprime mortgage crisis).
Meskipun terdapat begitu banyak pendapat dan tanggapan mengenai akibat dari krisis finansial AS, saya mengasumsikan bahwa krisis financial AS ini bisa dikatakan merupakan klimaks dari kelemahan perspektif liberalisme. Akibat dari menderegulasi lembaga-lembaga keuangan dan pasar modal sehingga
12 Ibid, hal. 236
13 Ibid, hal. 238
menjadi liberal, yang akhirnya menjadi penyebab utama krisis AS yang klimaksnya di tahun 2008 sehingga para ekonom menyebut krisis ini “The Global Financial Crisis”.15 Karena krisis ini juga sangat
berdampak pada dunia internasional. Dan sangat terlihat kegagagalan liberalism yang menyatakan bahwa perdagangan internasional akan menguntungkan kedua belah pihak, karena bersifat positive sum game.
Jika dikaitkan dengan perspektif Marxisme, yang unit analisisnya adalah perjuangan kelas, yana dalam mengakategorisasikan negara-negara di dunia, ada yang namanya negara Core, negara Semi-Periperi, dan negara Periperi16. Amerika Serikat masih dikategorikan sebagai negara “Core”17, yang masih memiliki power untuk mengontrol dan memonopoli dunia, meskipun Cina saat ini telah menjadi “The rising star” di perekonomian internasional. Karena memang, pengkategorisasian ini bukan hanya dari segi ekonomi, tetapi juga kekuatan militer dan kebudayaan mereka yang sudah sangat mempengaruhi ranah internasional. Misalnya dari segi ekonomi, masih begitu banyak negara yang mempercayakan AS sebagai tujuan investasi, bahkan para koruptor di negara-negara berkembang, menyimpan uangnya di lembaga keuangan AS.18 Dan menurut analisis saya, salah satu penyebab krisis AS ini salah satunya
karena usaha AS untuk tetap mempertahankan kelasnya di dunia internasional, yaitu sebagai negara
“Core”. Yang meskipun perekonomiannya sudah defisit, masih saja membantu negara-negara lain. Misalnya Pakistan yang baru-baru ini mendapatkan bantuan dana sekitar 7 miliar.19 Dalam hal ini AS
menggunakan bantuan-bantuan tersebut untuk tetap mengikat negara-negara berkembang agar terus bergantung pada mereka, sesuai dengan teori interdepedensi dalam perspektif Marxis, dan AS masih dengan mudah bisa mengeksploitasi resorce negara-negara tersebut.
Dan memang demikianlah yang terjadi, krisis AS ini yang juga melanda negara-negara PIGS20 di
Eropa disebut sebagai krisis Global. Karena krisis mereka juga mempengaruhi negara-negara lain, dan inilah yang disebut interdepedensi. Misalnya Korea Selatan yang perekonomiannya berorientasi keluar yang AS sebagai salah satu tujuan ekspor terbesar, juga merasakan dampak dari krisis ini karena berkurangnya permintaan impor dari AS ke Korsel.21 Dan juga Indonesia yang tercatat sejak tahun 2011
ekspor ke AS menjadi berkurang. Tapi bagi Indonesia hal ini belum terlalu berdampak karena dibantu dengan jumlah konsumen dalam negeri sendiri.22 Jadi secara sederhana krisis AS ini juga berdampak pada
perekonomian internasional.
Dalam menganalisis isu ini, saya menggunakan perspektif mercantilisme, yang menurut saya sangat tepat dalam menganalisis krisis Finansial AS. Karena berdasarkan data diatas, jelas bahwa yang membuat masalah dan yang bisa mnyelesaikan masalah krisis ini hanyalah negara. Karena dalam perspektif Mercantilisme negara adalah aktor yang utama. Mengapa saya mengatakan negara juga sebenarnya yang menyebabkan krisis ini? karena negara yang pada masa pemerintahan Presiden Ronald Reagan tahun 1981yang sudah menderegulasikan lembaga-lembaga keuangan dan investasi sehingga menjadi salah satu penyebab utama krisis saat ini, negara juga yang mempunyai otoritas memberi bantuan-bantuan kepada negara lain untuk tetap mempertahankan status kelasnya sebagai negara Core
dan demi tetap terus mempertahankan interdepedensi negara lain terhadap AS sendiri. Dan saat ini pula negara jugalah yang berperan penting dalam menangani krisis financial AS ini. Dan terlihat dari setiap kebijakan-kebijakan pemerintah AS saat ini, proteksi terhadap perekonomian semakin diperketat. Jadi sesuai dengan mercantilisme bahwa aktor utamanya adalah negara, perdagangan internasional bersifat
15 http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/12/15/krisis-ekonomi-di-as-dan-eropa-mencari-kesempatan-dalam-kesempitan-419028.html
16 Negara core (AS), Semi-Periperi (Mis: Brazil, Afrika Selatan,Korsel), Periperi : (Afrika)
17 Core/Developed nations : these control world trade and monopolise manufactured goods (Kuliah Teori Ekonomi Politik Internasional 26 Maret 2013 Dosen : Asra Virginia )
18 http://forum.kompas.com/internasional/13721-besar-pasak-daripada-tiang.html
19 www.Javanewsonline.com
20 PIGS :Portugal, Italia, Greece (Yunani) dan Spanyol
21http://financeroll.co.id/wp-content/themes/wp-max/favicon.ico
konfliktual, zero sum game, dan politik berada di atas negara. Sehingga saya mengasumsikan bahwa penyebab utama krisis AS saat ini adalah karena kebijakan politik AS yang tidak tepat, sehingga tentu saja berdampak pada perekonomian negara. Jadi ketika kebijakan politik suatu negara berjalan dengan baik dan tepat, dengan otomatis perekonomiannya juga akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Karena dalam hal ini kebijakan politik memproteksi perdagangan internasional. Jadi menurut saya, krisis saat ini merupakan dampak dari ketidaktepatan kebijakan pemerintah sesuai dengan data-data yang sudah
dipaparkan diatas, bahwa kebijakan-kebijakan yang tidak tepat dari presiden-presiden AS sebelumnya dan juga sampai pada periode pertamanya Obama. Jadi aktor utama yang berperan penting mengembalikan perekonomian AS adalah juga negara. Jadi menurut saya perspektif merkantilislah yang paling tepat dalam menganalisis isu krisis financial AS ini, karena berhubungan penting dengan kebijakan-kebijakan pemerintah dan juga mungkin bisa menjadi bahan pertimbangan sebagai solusi dari krisis ini, karena perpektif merkantilisme juga ini sudah sukses diterapkan oleh Cina dan salah satu macan Asia yaitu Korea Selatan.23 Dan pada akhirnya juga terbukti bahwa perdagangan internasional itu tetap saja ada yang
untung dan yang rugi.