BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar tersebut diperlukan untuk membangun kembali perekonomian Indonesia
yang tertinggal dari negara-negara maju baik yang ada di kawasan regional maupun kawasan global. Adapun salah satu sumber dana utama guna memenuhi
kebutuhan dana yang cukup besar dalam melaksanakan pembangunan nasional tersebut diperoleh melalui kegiatan penanaman modal atau investasi. Mengingat akan begitu besarnya peran penanaman modal atau investasi bagi pembangunan
nasional, maka sudah sewajarnya penanaman modal atau investasi mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan menjadi bagian yang penting dalam
penyelenggaraan perekonomian nasional. Sebab dengan adanya kegiatan penanaman modal atau investasi Indonesia dapat mengolah segala potensi ekonomi yang ada menjadi kekuatan ekonomi riil.
Beberapa kendala yang dihadapi pemerintah dalam menghimpun dana untuk membiayai pembangunan adalah rendahnya tabungan masyarakat
nasional saja. Oleh karena itu untuk menutupi kekurangan dana dalam negeri tersebut dibutuhkan modal dari luar atau modal asing.1
Penanaman Modal Asing (PMA) menjadi salah satu sumber pembiayaan yang penting bagi wilayah yang sedang berkembang dan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pembangunan. Sebagai salah satu komponen
aliran modal, PMA dianggap sebagai aliran modal yang relatif stabil dibandingkan dengan aliran modal lainnya, misalnya investasi portofolio maupun
utang luar negeri. Berbagai kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia guna untuk mencapai suatu tujuan yaitu menjadikan masyarakat Indonesia sejahtera, salah satu caranya yaitu dengan investasi (penanaman modal) baik yang
dilakukan oleh investor Domestik maupun investor Asing.
Untuk saat ini penanaman modal asing masih menjadi salah satu alternatif penting dalam memperoleh dana guna melaksanakan pembangunan ekonomi.
Melalui penanaman modal asing, diharapkan investor tertarik menanamkan modal tidak saja membawa modal namun juga ilmu pengetahuan dan teknologi, keahlian dan ketrampilan dalam berbagai bidang termasuk manajemen berorganisasi dana
manajemen pemasaran sepanjang tidak mengakibatkan ketergantungan yang terus-menerus serta tidak merugikan kepentingan nasional.
2
Pembangunan instrumen hukum penanaman modal atau investasi di
Indonesia sebenarnya telah berkembang cukup lama dalam kurun waktu lebih empat puluh tahun, dimana dalam kurun waktu tersebut kegiatan penanaman modal di Indonesia, baik penanaman modal asing maupun penanaman modal
1Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia Dalam Menghadapi Era
Globalisasi (Malang : Bayumedia, Publishing, 2003),
dalam negeri telah berkembang dan memberikan kontribusi dalam mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional.
Perkembangan hukum di Indonesia Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (UU PMA) dan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (UU PMDN) kini tidak berdiri secara sendir lagi.Pada saat ini pengaturan mengenai penanaman modal atau investasi telah diatur dalam sebuah undang-undang, yakni Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (selanjutnya disebut UUPM) yang disahkan pada tanggal 26 April 2007.
Pengaturan penanaman modal yang ada dalam UUPMmerupakan hasil evaluasi terhadap ketentuan penanaman modal yang ada sebelumnya dengan memperhatikan sikap dan keinginan serta harapan para investor yang ingin
menanamkan modalnya di Indonesia, tentunya dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional di atas kepentingan para penanam modal/investor yang
bersangkutan.3
Indonesia masih memerlukan adanya transfer of technology dan transfer of skill yang hanya dapat dicapai melalui masuknya modal asing ke
Indonesia.Keadaan ini diakui sepenuhnya oleh pemerintah, sehingga dalam Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1998 tentang Garis Besar Haluan Negara
(GBHN) memberikan arahan bahwa pembangunan nasional harus dilaksanakan berdasarkan asas kemadirian yaitu diusahakan dari kemampuan sendiri. Sumber dana dari luar negeri yang masih diperlukan merupakan pelengkap dengan prinsip
3 Asmin Nasution,Transparansi dalam Penanaman Modal(Medan: Pustaka Bangsa
peningkatan kemanidirian dalam pelaksanaan pembangunan dan mencegah keterikatan serta campur tangan asing.4
Untuk menunjang penanaman modal di Indonesia maka pemerintah harus menciptakan iklim investasi yang baik. Penanaman modal merupakan instrumen
penting bagi pembangunan nasional dan diharapkan dapat menciptakan kepastian berusaha bagi para penanam modal dalam dan luar negeri untuk meningkatkan dan melanjutkan komitmennya berinvestasi di Indonesia. Partisipasi masyarakat
dan aparatur hukum sangat diperlukan dalam menarik investor yaitu dengan cara menciptakan iklim yang kondusif untuk menanamkan modalnya.5
Kerjasama patungan (joint venture) merupakan salah satu sarana untuk menarik modal asing, namun pelaksanannya masih tergantung pada negosiasi-negosiasi dari masing-masing peserta, satu dan lain mempunyai kepetingan yang
berbeda. Joint venture secara umum dapat diartikan sebagai suatu persetujuan di antara dua pihak atau lebih, untuk melakukan kerjasama dalam suatu kegiatan.
Persetujuan yang dimaksud adalah kesepakatan yang didasari atas suatu perjanjian yang harus tetap berpedoman kepada syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut
KUHPerdata).6 Kerjasama patungan merupakan kerjasama ideal dan sangat menguntungkan bagi penanaman modal karena masing-masing pihak mempunyai
kelebihan dan kekurangan yang dapat saling melengkapi.7
4Jusri Djamal, Aspek-aspek Hukum Penanaman Modal (Jakarta: BKPM, 1981), hlm. 2.
6Zaeni Asyahadie, Hukum Bisnis (Jakarta: Rajawali Pers, 2005), hlm. 133.
Kerja sama patungan yang dilaksanakan di Indonesia diharuskan dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT) berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan
di Indonesia. Jadi, suatu perusahaan penanaman modal asing selain tunduk pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,(selanjutnya
disebut UUPT) juga tunduk pada UUPMbeserta seluruh peraturan pelaksanaannya. Apabila perusahaan tersebut tidak dalam bentuk perseroan terbatas, maka fasilitas yang diberikan untuk penanaman modal asing yang tidak
berbentuk perseroan terbatas. Hal ini tertuang dalam Pasal 18 UUPM serta adanya penetapan bidang-bidang usaha yang dinyatakan sama sekali tertutup untuk
penanaman modal asing (negative list), terbuka tetapi harus dengan kerjasama usaha patungan dengan modal nasional sehingga penanaman modal asing tidak menjadi penguasa penuh dalam perusahaan tersebut. Salah satu contoh perusahaan
joint venture di Sumatera Utara adalah PT. Indonesia Asahan Aluminium
(INALUM)..
Tanggal 6 Januari 1967 PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dibentuk di Jakarta sebagai sebuah perusahaan patungan (joint venture)antara pemerintah Indonesia dengan Nippon Asahan Aluminium Co.Ltd. (NAA).Inalum
adalah perusahaan yang membangun dan mengoperasikan Proyek Asahan, sesuai dengan perjanjian induk. Perbandingan saham antara pemerintah Indonesia
menjadi 25% dengan 75% dan sejak Juni 1987 menjadi 41,13% dengan 58,87%. Dan sejak 10 Februari 1998 menjadi 41,12% dengan 58,88%.8
Secara de facto, perubahan status Inalum dari PMA menjadi BUMN terjadi pada 1 November 2013 sesuai dengan kesepakatan yang tertuang dalam
Perjanjian Induk. Pemutusan kontrak antara Pemerintah Indonesia dengan Konsorsium Perusahaan asal Jepang berlangsung pada 9 Desember 2013, dan secara de jure Inalum resmi menjadi BUMN pada 19 Desember 2013 setelah
Pemerintah Indonesia mengambil alih saham yang dimiliki pihak konsorsium. PT INALUM (Persero) resmi menjadi BUMN ke-141 pada tanggal 21 April 2014
sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2014.9
Pelaksanaan penyesuaian dan perubahan PT. Inalum dari PMA menjadi BUMN akan disesuaikan dengan kultur dan nilai korporasi PT Inalum, yaitu
memelihara operasional PLTA dan Pabrik Peleburan Aluminium yang aman, stabil dan berwawasan lingkungan dengan menjamin stabilitas operasional
pembangkit listrik di Siguragura dan Tangga serta fasilitas dan pendukungnya dalam kondisi baik dan prima, serta mempertahankan dan meningkatkan produksi
Pemerintah akan menjadikan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) sebagai badan usaha milik negara (BUMN) persero setelah pengambilalihan
saham Inalum dari pihak Jepang atau PT Nippon Asahan Alumunium. Pada masa awal pengalihan Inalum tetap berstatus stand alone (berdiri sendiri) dan tidak
diakuisisi atau dikerjasamakan dengan BUMN lain.
aluminium sesuai dengan mutu yang terbaik dengan mengutamakan keselamatan kerja dan ramah lingkungan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan terlebih dahulu, maka penulis membuat suatu batasan rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana aspek hukum perusahaan penanaman modal patungan (joint
venture company)?
2. Bagaimana pengaturan badan usaha milik negara berbentuk perseroan di
Indonesia?
3. Bagaimana perubahan bentuk hukumPT. Indonesia Asahan Aluminium
(INALUM) dasri PMA menjadi BUMN?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam pembahasan skripsi penulis yang berjudul “Tinjauan Yuridis Perubahan Bentuk Hukum PT. INDONESIA
ASAHAN ALUMINIUM (INALUM) Dari PMA Menjadi BUMN,” yaitu:
a. Untuk mengetahui aspek hukum perusahaan penanaman modal patungan
(joint venture).
b. Untuk mengetahui pengaturan badan usaha milik negara yang berbentuk
c. Untuk mengetahui perubahan bentuk hukum PT INALUM dari PMA
menjadi BUMN. 2. Manfaat penelitian
Penelitian ini merupakan salah satu syarat wajib untuk memperoleh gelar
Sarjana Hukum, pada saat yang sama temuan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat setidaknya dalam 2 (dua) hal, yaitu :
a. Manfaat segi teoritis
Skripsi ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang hukum, khususnya yang berhubungan dengan bentuk-bentuk
perusahaan di dalam hukum perusahaan di Indonesia. b. Manfaat segi praktis
Penulisan ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat,
khususnya para pihak yang terkait dan berkecimpung di dunia perusahaan Indonesia sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam upaya
pembaharuan hukum ekonomi dalam bidang hukum perusahaan.
D. Keaslian Penulisan
Skripsi ini berjudul “Tinjauan Yuridis Perubahan Bentuk Hukum PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) Dari PMA Menjadi BUMN”.ini ditulis
dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh. Berdasarkan penelusuran di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara maka tidak ditemukan adanya kesamaan judul . Judul skripsi ini
Namun, terdapat penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul “Analisis Hukum Terhadap Kepemilikan Saham Pemerintah Di Bumn Setelah Privatisai
Bumn Di Indonesia”, pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara oleh Maria Servia L. Perangin-angin. Rumusan permasalahan dan substansi tesis
tersebut berbeda jauh dengan permasalahan dan substansi yang di bahas dalam skripsi ini. Judul skripsi ini membahas tentang bagaimana kepemilikan saham pemerintah di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serta peran pemerintah
terhadap Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia setelah dilakukan privatisasi. Namun, pada judul skripsi ini membahas tentang bagaimana
perubahan bentuk hukum suatu perusahaan dari Penanaman Modal Asing (PMA) menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Penulisan ini berdasarkan hasil pemikiran para pakar dan praktisi,
referensi, buku-buku, makalah-makalah dan bahan-bahan seminar,media cetak berupa koran-koran, media elektronik seperti internet, data-data PT. INALUM
serta bantuan dari berbagai pihak. Berdasarkan pada asas-asas keilmuan yang jujur , rasional dan terbuka. Oleh karena itu, penulisan ini merupakan sebuah karya asli sehingga tulisan ini dapat dipertanggung jawabkan.
E. Tinjauan Pustaka 1. Penanaman modal asing
Penanaman modal asing diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (selanjutnya disebut UUPM). Pengertian
menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing
sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.10 Sebelum berlakunya UUPM. Keberadaan penanaman modal asing diatur
dalam suatu ketentuan undang-undang tersendiri, yaitu Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (selanjutnya disebut UUPMA) yang merupakan undang-undang awal yang mengatur mengenai penanaman modal
asing. Namun, penanaman modal asing yang diatur dalam UUPMhanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau
berdasarkan ketentuan-ketentuan undang-undang dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung risiko dari penanaman modal tersebut.11
Berdasarkan uraian di atas maka jelas yang dimaksud dengan penanaman modal asing (foreign investment) tidak berarti bahwa modal tersebut berasal dari
luar negeri semata, melainkan dapat juga yang sifatnya patungan (joint venture), di mana terdapat penggabungan antara modal yang sumbernya berasal dari luar negeri (foreign capital) sebesar 95% dan modal yang sumbernya berasal dari
dalam negeri (domestic capital) sebesar 5%.12 2. Penanaman modal dalam negeri
Penanaman modal dalam negerimenurutPasal 1 angka 2 UUPM adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik
10
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Pasal 1 angka 1
11 Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal (Malang:Sinar
Grafika, 2009), hlm. 30.
12 David Kairupan, Aspek Hukum Penanaman Modal Asing Di Indonesia (Jakarta: PT.
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.13
Sama hal nya dengan penanaman modal asing, keberadaan penanaman modal dalam negeri sebelumnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri(selanjutnya disebut UUPMDN).
Namun, UUPMDN ini dinyatakan tidak berlaku lagi dan telah dicabut dengan UUPM yang baru. Dengan demikian, bahwa yang menjadi payung hukum dari
penanaman investasi di Indonesia saat ini adalah UUPM Nomor 25 Tahun 2007. Yang dimaksud dengan penanam modal
dalam negeri menurut UUPMadalah perseorangan WNI, badan usaha Indonesia, Negara RI, atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara RI.
14
Berbeda dengan UUPMA dan UUPMDN yang melakukan pembedaan pengaturan antara penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri,
maka dalam UUPM yang berlaku sekarang, masalah penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negei diatur dalam kesatuan. Pembedaan
penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri masih di lakukan dalam konteks mengidentifikasi asalnya modal tersebut, apakah berasal dari sumber dalam negeri atau dari sumber luar negeri, atau berdasarkan pihak yang
melakukan penanaman modal tersebut, apakah investor lokal/domestik atau investor asing.15
13 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman ModalPasal 1 Angka 2
14Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi Di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008), hlm. 108.
3. Joint Venture Agreement
Joint VentureAgreement merupakan salah satu bentuk kegiatan menanam
modal yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing melalui usaha patungan untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik
Indonesia. Kerja sama antara penanama modal dalam negeri dan penanam modal asing dituangkan dalam bentuk perjanjian atau kontrak (joint venture agreement). Joint venture atau usaha patungan ini dikategorikan sebagai kegiatan penanaman
modal asing sebagaimana didefinisikan dalam UUPM.16
Pada umumnya perusahaan patungan dimulai dengan suatu perjanjian
patungan (joint venture agreement). Di mana dalam joint venture agreement berisikan kesepakatan para pihak tentang kepemilikan modal, saham, peningkatan kepemilikan saham penyertaan, keuangan, kepengurusan, teknologi dan tenaga
ahli, penyelesaian sengketa yang mungkin akan terjadi, dan berakhirnya perjanjian joint venture. Hubungan-hubungan antar pihak dalam joint venture
diserahkan pada kehendak para pihak yang akan ditetapkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang sebenarnya berlaku untuk penafsiran kontrak.17Landasan pembentuk perusahaan joint venture tersebut adalah joint venture agreement dan ketentuan umum perjanjian yang diatur dalam
KUHPerdata.18
Joint Venture Agreement di Indonesia tunduk pada ketentuan hukum
perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata.Joint Venture Agreementharus tetap
16Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia (Jakarta: PT. Kencana
Prenada Media Group, 2010), hlm. 100.
17Dhaniswara K. Harjono, Op.Cit., hlm. 162.
berpedoman kepada syarat sahnya suatu perjanjian yang diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1320, yaitu sebagai berikut:19
a. Para pihak sepakat untuk mengikatkan dirinya.
b. Para pihak cakap untuk melakukan suatu perbuatan hukum. c. Perbuatan hukum tersebut harus mengenai suatu hal tertentu.
d. Persetujuan tersebut harus mengenai sesuatu hal yang tidak bertentangan
dengan hukum, kesusilaan dan ketertiban umum.
Joint venture agreement ini sebenarnya tidak lain merupakan bentuk
perjanjian patungan yang tidak terlepas dari Buku III KUHPerdata Pasal 1319,
yang menyebutkan:
“Semua persetujuan, baik yang memiliki suatu nama khusus, maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan-peraturan
umum, yang termuat daam bab-bab ini dan bab-bab yang lalu.”
Joint venture Agreement jika ditinjau berdasarkan hukum perjanjian yang
berlaku di Indonesia, sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam buku ke III KUHPerdata. Diantaranya menyangkut subjek perjanjian, objek perjanjian, tujuan perjanjian, dan pelaksanaan perjanjian.
4. Badan Usaha Milik Negara
Badan Usaha Milik Negara diatur dalam Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara(selanjutnya disebut UU BUMN). Undang-undang ini mengganti tiga undang-undang sebelumnya, yaitu Indonesische Berdrijivenwet (Stb Nomor 419 Tahun 1927) sebagaimana telah
beberapa kali di ubah dan di tambah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1955, Undang-Undang Nomor 19 Prp Tahun 1960 tentang Perusahaan
Negara dan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1969 Tentang
Bentuk-Bentuk Usaha Negara menjadi undang-undang. Ketiga undang-undang tersebut dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003. Undang-Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal
19 Juni 2003.20
Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Bentuk BUMN terdiri atas:21
a. Perusahaan perseroan yang selanjutnya disebut persero adalah BUMN
yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh negara
Republik Indonesia.
b. Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS adalah
organ persero yang memegang kekuasaan tertinggi dalam persero dan
memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi atau komisaris.
c. Perusahaan Umum yang selanjutnya disebut perum adalah BUMN yang
seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau
20Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia (Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti, 2010), hlm. 169.
jasa yang bermutu tinggi sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
F. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kepustakaan yang bersifat yuridis normatif, yaitu penelitian yang menggunakan data sekunder. Data sekunder itu meliputi:
1. Jenis dan sifat penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum yuridis-normatif.22
2. Data penelitian
Langkah pertama dilakukan penelitian normatif yang didasarkan pada bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu inventarisasi peraturan-peraturan yng berkaitan dengan penanaman modal asing, kerjasama patungan, BUMN, dan
pemilikan saham asing dalam perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing. Penelitian ini bertujuan menemukan landasan hukum
yang jelas dalam meletakkan persoalan ini dalam perspektif hukum perusahaan Indonesia dan hukum penanaman modal di Indonesia.Untuk menunjang keakuratan dalam penelitian, peneliti juga melakukan studi pada PT Inalum untuk
hasil penelitian yang lebih mendalam, serta wawancara kepada narasumber yang merupakan ahli dalam hukum perusahaan.
Bahan atau data yang dicari berupa data sekunder yang terdiri dari:23
22Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI-Press, 1986), hlm. 9-10.
a. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang isinya mempunyai
kekuatan mengikat kepada masyarakat. Dalam penelitian ini antara laim,
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Undang no 40 Tahun 2000 tentang Perseroan Terbatas,
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2001 tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal
Asing.
b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang isinya menjelaskan
mengenai bahan hukum primer. Dalam penelitian ini adalah buku-buku, makalah, artikel dari surat kabar dan majalah, internet, data-data yang diperoleh dari PT. Inalum dan bahan-bahan yang behubungan dengan
perubahan bentuk perusahaan dan kepemilikan saham asing dalam perusahaan penanaman modal kerja sama patungan.
3. Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara.24
24Ibid., hlm. 24.
Studi kepustakaan
yaitu mempelajari dan menganalisis secara sistematis buku-buku, surat kabar, makalah ilmiah, majalah, internet, data-data yang diperoleh dari PT. Inalum,
4. Analisis data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis kualitatif,
yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas
dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi.25
G. Sistematika Penulisan
Metode kualitatif dilakukan guna mendapatkan data yang bersifat deskripstif analistis, yaitu data-data yang akan diteliti dan dipelajari sebagian sesuatu yang utuh.
Skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Perubahan Bentuk Hukum PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) Dari PMA Menjadi BUMN”, sistematika penulisannya adalah terdapat beberapa bab, dimana pada bab I akan
membahas tentang Pendahuluan. Pada bab ini diuraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan
pustaka, metode penelitian, sistematika penelitian.
Bab II membahas tentang aspek hukum perusahaan Penanaman Modal Asing pada Perusahaan Patungan (Joint Venture Company). Pada bab ini
digambarkan secara umum tentang sejarah penanaman modal di Indonesia, pengertian dan dasar hukum penanaman modal patungan, manfaat penanaman
modal patungan, dan aspek hukum perusahaan penanaman modal patungan pada perusahaan patungan.
Dilanjutkan ke bab III tentang pengaturan Badan Usaha Milik Negara berbentuk Perseroan Terbatas. Pada bab ini diuraikan dengan jelas mengenai
pengertian dan bentuk-bentuk BUMN, tujuan BUMNPersero, organ BUMNPersero, tata kelola perusahaan yang baik pada BUMN, dan pembubaran
BUMNPersero.
Lalu masuk pada inti permasalahan pada skripsi ini. Di bab IV akan membahas tentang perubahan bentuk hukum PT. INALUM dari Penanaman
Modal Asing menjadi Badan Usaha Milik Negara. Pada bab ini diuraikan secara mendalam mengenai alasan-alasan perubahan bentuk hukum PT. INALUM,
mekanisme perubahan bentuk hukum, penyelesaian hak dan kewajiban badan hukum, akibat hukum dari perubahan bentuk hukum PT. INALUM.
Bagian bab terakhir, yaitu bab V atau bab penutupan akan membahas
tentang kesimpulan yang didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan dan merangkumkannya secara keseluruhan. Lalu setelah didapat kesimpulan, maka