BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Corporate Social Responsibility
2.1.1 Teori Dasar Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility (CSR), pada dasarnya sudah diperkenalkan oleh Andrew Carniegie (1835 – 1919) dalam bukunya yang
berjudul “The Gospel of Wealth” (1899). Perusahaan USA merumuskan
konsepsi CSR nerdasarkan 2 prinsip dasar antara lain : (1) Prinsip kemurahan
hati (charity principle) dan (2) Prinsip melayani sesama (stewardship principle).Charity Principle, menuntut para anggota masyarakat lebih beruntung membantu para anggota masyarakat yang kurang beruntung. Sementara
Stewardship principle, menuntut para pebisnis dan individu – individu yang mampu untuk memperlakukan diri mereka sebagai stewards (pelayan) atas
kekayaan yang, mereka miliki untuk masyarakat lain.
Seiring dengan krisis keuangan yang menimpa perisahaan di USA tahun
1940-an hingga 1960-an prinsip Carnegie ditinggalkan dan dikritik oleh Ekonom
Milton Friedman peraih hadiah nobel Bidang Ekonomi tahun 1976. Dengan
mengajukan konsepsi baru tentang CSR dalam bukunya “Capitalism and
Freedom” (1963) dan dipertegas lagi awal tahun 1970 – an yang intinya
menyatakan bahwa adanya kemajuan dalam perolehan profit dari sebuah
perusahaan dengan sendirinya akan terjadi penciptaan lapangan kerja baru yang
CSR pertama kali muncul dalam diskursus resmi akademok sejak Howard
S Bowen menerbitkan bukunya berjudul Social Responsibility of the Bussinesman
pada tahun 1953. Ide dasar CSR yang dikemukakan Bowen mengacu pada
kewajiban pelaku bisnis untuk menjalankan usahanya sejalan dengan nilai – nilai
dan tujuan yang hendak dicapai mayarakat di tempat perusahaan beroperasi. Ia
menggunakan istilah sejalan dalam konteks meyakinkan dunia usaha tentang
perlunya mereka memiliki visi melampui kinerja finansial perusahaan. Ia
mengemukakan prinsip – prinsip tanggung jawab sosial perusahaan (budi
untung,2008:37). Prinsip – prinsip yang dikemukakannya mendapatkan
pengakuan publik dan akademisi sehingga Howard R Bowen dinobatkan sebagai
“Bapak CSR”.
Bibit CSR berawal dari semangat filantropik (kedermawanan) perusahaan
namun karena adanya tekanana yang kuat dari masyarakat, terutama di tengah
masyarakat yang kritis seperti masyarakat Eropa, CSR menjadi seperti social licensi to operation bagi sebuah perusahaan. CSR mengandung pengertian yang lebih luas daripada sekedar menyisihkan dana untuk kegiatan sosial. Awalnya
CSR memang lebih banyak diwujudkan dalam bentuk karitas dan filantropi
perusahaan. Kini mulai ada upaya untuk mendorong agar CSR bergeser dari
filantropi menjadi corporate citizenship yang berarti terdapat rekonsiliasi dengna ketertiban sosial dan lebih memberikan kontribusi kepada masyarakat.
Selanjutnya menurut John Elkington (1977), agar tumbuh secara
laba (profit) dengan kinerja sosial (people) dan kinerja lingkungan (planet)
secara berkesinambungan.
2.1.2 Pengertian Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang
berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan
menitikberatkan pada keseimbangan anatar perhatian terhadap aspek ekonomi,
sosial dan lingkungan (budi untung, 2008 : 1). Konsep tanggung jawab sosial
perusahaan telah mulai dikenal sejak tahun 1979 secara umum dapat diartikan
sebagai kumpulan kebijakan dan praktek yang berhubungan dengan
stakeholder nilai – nilai pemenuhan hukum, penghargaan masyarakat terhadap lingkungan serta komitmen dunia usaha. CSR bukan hanya kegiatan karikatif
perusahaan dan kegiatannya tidak bertujuan untuk memenuhi hukum dan
aturan yang berlaku. Lebih dari itu CSR diharapkan memberikan manfaat dan
nilai guna bagi pihak – pihak yang mempunyai kepentingan dengan
perusahaan.
Corporate Social Responsibility dapat dikatakan juga sebagai komitmenperusahaan dalam pengembangan ekonomi dengan tetap
memperhatikan pada keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan.
Penerapan tanggung jawab sosial perusahaan di indonesia telah diatur dalam
Undang – Undang Perseroan Terbatas No. 40 Pasal 74 tahun 2007 yang terdiri
Ayat 1 : Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan.
Ayat 2 : Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan kewajibanperseroan yang dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya
dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
Ayat 3 : Perseroan yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagai dimaksud
pada ayat (1) dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang – undangan.
Ayat 4 : ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.
Pelaporan CSR terbagi menjadi 3 kategori yaitu kinerja ekonomi, kinerja
lingkungan, dan kinerja sosial. Kinerja sosial didalamnya termasuk kepuasan
pelanggan, karyawan, penyedia modal dan sektor publik. Kinerja lingkungan
didalamnya termasuk bahan baku, energi, air keragaman hayati, emisi sungai,
sampah, pemasok dan jasa, pelaksana dan angkutan. Kinerja sosial dibagi lagi
menjadi empat kategori yaitu :
A. Praktik kerja yang terdiri dari keamanan dan keselamatan tenaga kerja,
pendidikan dan training, kesempatan kerja.
B. Hak manusia yang terdiri dari strategi dan manjemen, non diskriminasi,
kebebasan berserikat dan berkumpul, tenaga kerja dibawah umur,
C. Sosial terdiri dari komunitas, korupsi kompetisi dan penetapan harga
D. Tanggung jawab terhadap produk terdiri dari kesehatan dan keamanan
pelanggan, iklan yang peduli terhadap hak pribadi.
2.1.3 Komponen Dasar Corporate Social Responsibility
John Elkingkton(1997) yang dikutip oleh Hasibuan dan sedyono (2006),
menyatakan bahwa corporate social responsibility dibagi menjadi 3 komponen utama yaitu : people, profit dan planet. Ketiga komponen inilah yang dijadikan sebagai dasar perencanaan dan implementasi dan evaluasi program corporate social responsibility yang kemudian dikenal dengan Triple Bottom line
Tabel 2.1
The Triple Bottom Line of Corporate Social Responsibility
People Profit Planet
Defenisi Sebuah bisnis harus bertanggung jawab untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakat sosial serta seluruh stakeholdernya
Perusahaan tidak boleh memiliki keuntungan bagi organisasinya saja, tetapi harus dapat memberikan
kesempatan kemajuan ekonomi bagi para
stakeholdernya.
Perusahaan harus dapat menggunakan sumber daya alam dengan sangat bertanggung jwab dan menjaga keadaan lingkungan serta memperkecil jumlah limbah produksi. Jenis kegiatann ya Kegiatan kedermawanan yang dilakukan secara tulus untuk membangun masyarakat dan sumber daya manusia. Tindakan perusahaannuntuk terjun langsung di dalam masyarakat.
Contoh a. Beasiswa pendidikan b. Sumbangan
bencana alam
a. Bantuan modal kredit
b. Pemberdayaan tenaga lokal
a. Pengelolaan limbah b. Kampanye
lingkungan hidup. Sumber : CSR Communication : A challange On Its Own, Economics Business
Accounting Review
Triple bottom line merupakan sinergi dari tiga elemen yang merupakan komponen dasar dari pelaksanaan dasar corporate social responsibility. Triple bottom line sering dijadikan acuan dalam program corporate social responsibility. Program – program Corporate Social Responsibility dapat dikelompokkan atas tiga aspek yaitu :
A. Program sosial
Program sosial merupakan program perusahaan yang melakukan kegiatan
kedermawanan untuk membangun masyarakat dan meningkatkan taraf
hidup manusia. Didalam program sosial ada berbagai program yang dapat
dijalankan oleh perusahaan, diantaranya : sumbangan kepada korban
bencana alam, beasiswa pendidikan, dan pelayanan kesehatan umum.
B. Program lingkungan
Program lingkungan merupakan program perusahaan yang bertujuan untuk
menjaga ekosistem dan lingkungan agar terjaga dari kerusakan dan
meminimalisir terjadinya polusi akibat dari aktivitas perusahaan. Program
lingkungan memiliki bernagai program yang dapat dijalankan oleh
perusahaan, yaitu penanaman pohon, kampanye lingkungan hidup dan
C. Program ekonomi
Pada ssat ini, prusahaan pada aktivitasnya tidak lagi berusaha untuk
meningkatkan nilai keuntungan sebesar – besarnya, akan tetapi harus
dapat memberikan kemajuan ekonomi bagi para stakeholdernya. Program ekonomi merupakan program perusahaan yang melakukan tindakan untuk
terjun langsung didalam masyarakat yang mandiri.
2.1.4 Tujuan Corporate Social Responsibility
Pada dasarnya tujuan dari Tanggung Jawab Sosial ( Corporate Social Responsibility) perusahaan adalah untuk menyediakan informasi mengenai kegiatan apa yang sedang dilakukan oleh perusahaan yang berguna bagi
masyarakat. Pengaruh kegiatan perusahaan ini bisa negatif, yang berarti
menimbulkan biaya sosial pada masyarakat atau positif yang menimbukan
manfaat sosial pada masyarakat.
Ada beberapa manfaat yang diperoleh perusahaan dengan
mengimplementasikan CSR, yaitu :
1. Keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan berkelanjutan dan perusahaan
mendapat citra (image) yang positif dari masyarakat luas.
2. Perusahaan dapat lebih mudah memperoleh akses kapital (modal)
3. Perusahaan dapat mempertahankan sumber daya manusia (human resources)
4. Perusahaan dapat meningkatkan pengambilan keputusan pada hal – hal yang
kritis (critical decision making) dan mempermudah pengelolaan manajemen resiko (risk management)
Dengan demikian konsep tanggung jawab sosial lebih menekankan pada
tanggung jwab perusahaan atas tindakan dan kegiatan usahanya yang berdampak
pada orang – orang tertentu, masyarakat dan lingkungan dimana perusahaan –
perusahaan melakukan aktivitas usahanya sedemikian rupa, sehingga tidak
berdampak negatif pada pihak – pihak tertentu dalam masyarakat. Sedangkan
secara positif hal ini mengandung makna bahwa perusahaan harus menjalankan
kegiatannya sedemikian rupa, sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang
lebih baik dan sejahtera.
Selain manfaat, terdapat juga beberapa faktor beberapa faktor yang dapat
menghambat perusahaan dalam menjalankan tanggungjawab sosial perusahaan.
Beberapa faktor penghambat tersebut seperti kualitas sumber daya manusia yang
rendah, jumlah staf yang kurang memadai, kurangnya dukungan pemerintahan
dan perbedaan persepsi di internal perusahaan dan atau dengan para pihak
eksternal terhadap praktek tanggung jawab sosial perusahaan (Rudito,2007 :
2.1.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Corporate Social Responsibility Perusahaan
1) Komitmen Kepemimpinan Perusahaan
Perusahaan yang pimpinannya tidak tanggap dalam masalah sosial tidak
akan mempedulikan aktivitas sosial. Perusahaan secara keseluruhan
sebaiknya meyakini bahwa program tanggung jawab sosial merupakan
investasi demi pertumbuhan dan keberlanjutan usaha.
2) Ukuran dan Kematangan Perusahaan
Perusahaan besar dan mapan memiliki peran yang lebih besar untuk
memberikan kontribusi daripada perusahaan kecil dan belum mapan.
Tanggung jawab sosial perusahaan adalah wujud kesadaran perusahaan yang
merupakan bagian dari mayarakat, dimana sebaiknya antara perusahaan dan
masyarakat memiliki hubungan yang bersifat simbiosa mutualisme sehingga
tercipta harminisasi hubungan bahkan meningkatkan citra dan kinerja
perusahaan.
3) Regulasi dan Sistem Perpajakan yang Diatur oleh Pemerintah
Regulasi dan penataan sistem pajak yang kacau akan memperkecil
ketertarikan perusahaan untuk memberikan donasi dan sumbangan sosial
kepada masyarakat. Peran aktif pemerintah sangat diperlukan sehingga
perusahaan dapat menjadi penolong dalam mengatasi masalah sosial yang ada
2.1.6 Manfaat Program Corporate Social Responsibility Perusahaan
1) Manfaat bagi individu karyawan
Manfaat Corporate social Responsibility bagi individu yang bekerja di perusahaan adalah :
a. Belajar metode alternatif dalam berbisnis
b. Menghadapi tantangan pengembangan dan bisa berprestasi dalam
lingkungan baru
c. Mengembangkan keterampilan yang ada dan keterampilan baru
d. Memperbaiki pengetahuan perusahaan atas komunitas lokal dan
memberi kontribusi bagi komunitas lokal
e. Mendapatkan persepsi baru atas bisnis
2) Manfaat bagi Penerima Program
Dengan adanya program Corporate social Responsibilitymanfaat yang dapat dirasakan oleh penerima program adalah :
a. Mendapatkan keahlian dan keterampilan profesional yang tak
dimiliki organisasi atau tidak memiliki dana untuk mengadakannya.
b. Mendapatkan keterampilan manajemen yang membawa pendekatan
yang segar dan kreatif dalam memecahkan masalah.
c. Memperoleh pengalaman dari organisasi besar sehingga melahirkan
pengelolaan organisasi seperti menjalankan bisnis.
3) Manfaat bagi Perusahaan
a. Memperkaya kapabilitas karyawan yang telah menyelesaikan tugas
bekerja sama komunitas
b. Peluang untuk menanamkan bantuan praktis pada komunitas.
c. Meningkatkan pengetahuan tentang komunitas lokal
d. Meningkatkan citra dan profil perusahaan karena para karyawan
menjadi duta besar bagi karyawan. (wibisono, 2007 : 132)
2.2 Nilai Perusahaan
Tujuan utama suat perusahaan menurut theory of the firm adalah untuk memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (salvatore, 2005). Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap keberhasilan perusahaan, nilai
perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya pada kinerja perusahaan dan
kinerja manjemen dalam mengelola perusahaan serta prospek perusahaan tersebut
dimasa yang akan datang.
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan
terbuka, yang sering dikaitkan dengan haraga saham (sujoko dan soebintoro,
2007). Harga saham yang tinggi mengindikasikan nilai perusahaan yang tinggi.
Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada
kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan dimasa depan
(Hardiyanti, 2012).
Indikator Rasio yang dipakai untuk mengukur nilai perusahaan dalam
penelitian ini adalah Tobins Q. Rasio Tobins Q dikembangkan oleh James Tobin
Tobins’Q dinilai dapat memberikan informasi yang paling baik karena dapat
menjelaskan berbagai fenomena dalam kegiatan perusahaan.
Tobins’Q dapat diukur dengan Rumus :
Q =
Dimana :
Q : Nilai Perusahaan
EMV (Equity Market Value) : Closing Price x jumlah saham yang beredar D : Nilai buku dari total hutang
EBV(Equity Book Value) : Total Aset – Total Kewajiban
2.3 Firm Size (Ukuran Perusahaan)
Ukuran suatu perusahaan dapat dilihat dari total aset yang dimiliki.
penelitian ini menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Ukuran
perusahaan diukur dengan Log of total assets. Log of total assets digunakan untuk mengurangi perbedaan signifikan antara ukuran perusahaan yang besar dengan
ukuran perusahaan yang terlalu kecil, maka total nilai asset dibentik menjadi
liogaritma natural.
Size = Log Of total assets
Kartika (2009 : 112) menyatakan bahwa “perusahaan – perusahaan besar
biasanya lebih suka melakukan diversifikasi dibandingkan dengan perusahaan –
perusahaan kecil dan memiliki kemungkinan untuk bangkrut yang lebih kecil
Selain itu juga perusahaan memiliki total assets yang besar, maka pihak
manajemen akan lebih leluasa dalam mempergunakan asset yang ada di
perusahaan tersebut. Kebiasaan itu tentunya dimanfaatkan untuk dapat mencapai
tujuan perusahaan, meningkatkan kegiatan operasional perusahaan dan tentu saja
untuk meningkatkan nilai perusahaan tersebut.
2.4 Growth Opportunity
Kesempatan yang dimiliki untuk berkembang melakukan investasi pada
masa mendatang menyebabkan niali perusahaan akan meningkat, perusahaan
dengan tingkat pertmbuhan potensial yang tinggi tentunya memiliki tingkat
kecenderungan untuk menghasilkan arus kas yang tinggi dimasa yang akan datang
sehigga memungkinkan perusahaan memiliki biaya modal rendah.
Perusahaan yang mempunyai growth opportunity yang tinggi akan menghadapi kesenjangan informasi yang tinggi antara merger dan investor tentang
kualitas proyek investasi perusahaan (seftianne dan handayani , 2011). Adanya
kesenjangan informasi tersebut menyebabkan biaya modal ekuitas saham
dibandingkan biaya modal karena dipandang dari sudut investor, modal saham
dipandang lebih beresiko dibandingkan utang. Kesenjangan informasi tersebut
akan membuat para investor bersyarat negatif tentang prospek perusahaan dimasa
mendatang.
Growth Opportunity =
2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu
NO Nama Penelitian Judul penelitian Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
1 Shinta Nugraeni Universitas Sebelas Maret (2010)
Pengaruh
Corporate Social Responsibility
terhadap Nilai Perusahaan (Studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Variabel
Independen :
Corporate Social Responsibility
Variabel
dependen : Nilai Perusahan Variabel kontrol Tipe Industri dan size
Nilai perusahaan dipengaruhi oleh
Corporate Social Responsibility
pada tahun pengungkapan dan satu tahun setelah
pengungkapan. Variabel kontrol yang berpengaruh hanya tipe industri
2 Reny Dyah Retno Universitas Negeri Yokyakarta
(2012)
Pengaruh Good Corporate Social Responsibility dan Pengungkapan
Corporate Social Responsibility
terhadap nilai perusahaan (Studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 – 2010) Variabel Independen : Good Corporate Social Responsibility dan Pengungkapan Corporate Social Responsibilit Variabel
Dependen : Nilai Perusahaan Variabel Kontrol : Ukuran perusahaan, jenis industri, Leverage dan profitabilitas GCG berpengaruh positif terhadap Nilai perusahaan dengan variabel kontrol ukuran perusahaan dan leverage.
CSR berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap Nilai perusahaan dengan variabel kontrol ukuran perusahaan, jenis industri,
profitabilitas dan leverage
3 Rimba
Kusumadilaga Universitas Diponegoo (2010)
Pengaaruh
Corporate Social Responsibility
terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas
sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada perusahaan Variabel Independen : Corporate social Responsibility Variabel
Dependen : Nilai Perusahaan. Variabel Moderating : Profitabilitas Pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas sebagai
moderating tidak dapat
2.6 Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual memberikan dasar konseptual bagi penelitian yang
mengidentifikasi hubungan antara variabel yang dianggap penting bagi penelitian
yang akan dilakukan.
Dengan memperhatikan variabel – variabel baik variabel dependen,
independen maupun kontrol yang akan digunakan dalam penelitian ini, maka
kerangka pemikiran yang dapat dikembangkan sebagai berikut : manufaktur yang
terdapat di BEI)
pengungkapan CSR dan Nilai perusahaan.
4 Ramadhani Universitas Diponegoro (2012)
Pengaruh
Corporate Social Responsibility
terhadap Nilai Perusahaan dengan persentase
kepemilikan
manajemen sebagai variabel
moderating pada perusahaan
manufaktur yang terdapat di BEI
Variabel Independen :
Corporate Social Responsibility
Variabel
Dependen : Nilai Perusahaan Variabel Moderating : Kepemilikan Manajemen
CSR, prosentase kepemilikan dan interaksinya secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan tetapi secara parsial hanya interaksi antara CSR dan perosentase kepemilikan manajemen yang memiliki
Variabel Independen Variabel Dependen
Corporate Social Nilai Perusahaan
Responsibility *Tobins Q
Variabel Kontrol : Size
Oppourtunity Growth
Gambar 2.1
Skema Kerangka Konseptual
Sumber : diolah penulis, 2014
2.7 HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah yang
masih harus dibuktikan kebenarannya secara empiris. Berdasarkan perumusan
masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis dari penelitian ini adalah :